Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI GURU DALAM MEMBIMBING PERKEMBANGAN

KOGNITIF ANAK

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembanan peserta didik

Kelas B

PAPER

Dosen Pembimbing :

Dr.nurul umamah,M.Pd

Oleh :

Rizky Deka Ardiansyah (180210302087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
A. Pengertian Strategi Guru

Menurut Masitoh dkk., (2005:6.3) dalam Mursid (2015:98) stategi guru


sebagai segala usaha guru dalam menerapkan berbagai stategi pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Dick dan Carrey, bahwa strategi
pembelajaran adalah semua komponen materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan untuk membantu anak dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Sedangkan Hilda Taba,strategi pembelajaran adalah pola dan urutan tingkah laku
guru untuk menampung semua variabel pembelajaran secara sadar dan sistematis.

Sedangkan menurut pendapat Prajudi Atmosudijo (1982:94) dalam buku


Martinis Yamin (2012:64), membedakan stategi dengan taktik. Taktik adalah gerakan
siasat yang bertujuan menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dari kesempatan
nyata yang sedang dihadapi di dalam rangka menyusekseskan apa yang harus di capai
secara jangka pendek.

B. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

Menurut Mursid ( 2015:101-110), strategi guru terdiri sebagai berikut :

1.Strategi pembelajaran yang berpusat pada anak

Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang.anak juga


merupakan mahkluk yang aktif. Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki
karakteristik sebagai berikut Masitoh dkk (2005:85-86) . (1) Prakarsa kegiatan
tumbuh dari anak, (2) anak memilih bahan-bahan dan memusatkan apa yang akan
dikerjakan, (3) anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh
indranya, (4) anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan
objek, (5) anak menstranformasi dan menggabungkan bahan-bahan, (6) anak
menggunakan otot kasarnya.
2.Strategi pembelajaran melalui bermain

Bermain merupakan kebutuhan anak, bermain merupakan aktifitas yang


menyatu dengan dunia anak yang dialaminya terkandung beberapa macam fungsi
seperti pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, efektif, sosial, dengan
bermin akan mengalami suatu proses yang mengantarkan pada pengembangan
kemampuan manusiawi. Sebagai berikut: (1) menarik perhatian dan membangkitan
minat anak tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, seperti
mengulas bentuk-bentuk geometri yang dibentuk anak dan sebagainya. (2)
menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dengan
dilakukan dengan pengalaman lain (3) menunjukan aspek-aspek penting dalam
bekerja secara kelompok (4) menekankan pentingnya kerja sama. Karakteristik
pembelajaran melalui bermain.

3.Strategi pembelajaran melalui bercerita

Pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditempuh dengan


strategi pembelajaran melalui bercerita seperti yng diungkapkan masitoh dkk.
(2005:10.6) mengidentifikasikan manfaat cerita bagi anak sebagai berikut : (1)
bagi anak mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkunganya
merupakan kegiatan yang mengasikkan. (2) guru dapat memanfaatkan kegiatan
bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.(3) kegiatan bercerita
juga memberikan sejumblah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan agama. (4)
pembelajaran melalui bercerita memberikan pengalaman belajar untuk
mendengarkan. (5) membantu anak untuk membangun bermacam peran yang
mungkin dipilih anak dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak
kepada masyarakat.

4.Strategi pembelajaran melalui bernyanyi

Dalam strategi bernyanyi memiliki banyak manfaat, bernyanyi bersifat


menyenangkan, bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan,
bernyanyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan, bernyanyi dapat
membantu daya ingatan anak, bernyanyi dapat membantu membangun rasa
percaya diri anak, dan bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor, bernyanyi
dapat membantu pengembangan keterampilan berfikir dan kemampuan motorik
anak, bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.

5.Strategi pembelajaran terpadu

Anak adalah mahluk seutuhnya yang memiliki berbagai aspek kemampuan


yang semuanya perlu dikembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak
dapat berkembang jika ada stimulasi untuk hal tersebut.dengan pembelajaran
terpadu pembelajaran yang mengintegrasikan kedalam semua bidang kurikulum
atau bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada anak
diharapkan dapat berkembang secara optimal.

Karakteristik pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut : (1) dilakukan


melalui kegiatan pengalam langsung, (2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak,
(3) memberikan kesempatamn kepada anak untuk menggunakan semua
pemikiranya, (4) menggunakan bermain sebagai wahana belajar, (5) menghargai
perbedaan.

C.Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini

1.Pengertian Perkembangan Kognitif

Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi (pembuahan) namun


terwujud atau tidaknya suatu potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan
kesempatan yang diberikan. Potensi kognitif yang dibawa sejak lahir atau
merupakan faktor keturunan yang akan menentukan batas perkembangan tingkat
intelegensi atau perilaku. Menurut Piaget dalam Hasnida (2014: 46) mengatakan
bahwa ketika sesorang anak mulai membangun pemahamanya tentang dunia, otak
yang berkembangpun akan membangun skema. Ini merupakan tindakan atau
represtasi mental yang mengorganisasi pengetahuan. Dalam teori piaget skema
perilaku aktifitas fisik mencirikan masa bayi dan skema mental aktifitas kognitif
yang berkembang pada masa kanak-kanak. Menurut Piaget seperti yang dikuti
Jamaris dalam Hendra Sofyan (2014:37), pengertian dari perkembangan kognitif
adalah:

Perkembangan kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam


otak pada waktu manusia sedang berfikir, kemampuan kognitif berkembang secara
bertahap dan berjalan dengan perkembangan fisik dan perkembangan saraf-saraf
yang berda didalam susunan saraf pusat otak. Teori yang menjelaskan
perkembangan kognitif adalah teori yang disusun dan dikembangkan oleh Jen
Piaget.

Dari menurut pendapat Piaget seperti yang dikuti Jamaris dalam Hendra
Sofyan (2014:37) ada perbedaan pendapat seperti :

Menurut Novan Ardy Wiyani (2014:61) kognitif diartikan sebagai suatu hal
yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi berdasarkan kepada
pengetahuan faktual yang empiris. Desmita mengungkapkan jika kata kognisi
digunakan oleh para ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktifitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengelolaan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah dan
merencanakan masa depan atau semua proses psikologi yang berhubungan
bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memikirkan, menilai, dan memikirkan lingkunganya. Jadi perkembangan kognitif
pada anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan psikis yang berpengaruh
terhadap kemampuan berfikir anak usia dini.

2. Pentingnya Perkembangan Kognitif Anak

Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu


melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca indra sehingga dengan
pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya
dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk tuhan
yang harus memberdayakan apa yang ada didunia ini untuk kepentingan dirinya
dan orang lain.

Proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran,


symbol, penalaran dan pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat piaget, adalah
pentingnya guru mengembangkan kemampuan kognitif pada anak sebagi berikut:

1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa


yang ia lihat, ia dengar dan ia rasakan, sehingga anak akan memiliki
pemahaman yang utuh dan komprehensif.

2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan


kejadian yang pernah dialaminya.

3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam


rangka menghubungkan satu peritiea dengan peristiwa lain.

4.Agar anak memahami berbagai symbol-symbol yang tersebar didunia


sekitarnya.

5 Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi


melaluai proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah
(percobaan).

6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya


sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong
dirinya sendiri.

3. Teori Perkembangan Kognitif Anak

Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Singgih (2012:162)


adalah sebagai berikut :
Piaget dengan teori-teorinya bermaksud menerangkan perkembangan
kognisi pada anak-anak yang baru dilahirkan dan seterusnya lebih
menghendakinya sebagai sumbangannya terhadap pengetahuan tentang
kemanusian dari pada sebagai penerapan teori-teorinya didalam ruangan-ruangan
kelas. Tidak bertentangan dengan Roussearu Atau Montessori, Piaget
mengganggap hal belajar sebagai suatu proses yang aktif dan harus disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan anak.

Piaget (1969) mengatakan bahwa tugas guru bukan memberikan


pengetahuan yang diberikan kepada anak, melainkan mencarikan, menunjukkan
atau memberikan alat-alat atau cara-cara yang menimbulkan minat serta
merangsang anak untuk memecahkan masalah atau mengatasi persoalan-persoalan
sendiri.

Tugas-tugas guru atau pendidik memang tidak semudah yang dibayangkan.


Pengetahuan mengenai perkembangan kognitif dengan penahapannya bisa
membantunya. Disamping itu guru atau pendidik harus zcukup peka dan luwes,
seperti juga dikemukakan oleh Ginsburg & opper (1969), terhadap aktivitas anak,
ia belajar dari anak dan diarahkan oleh anak. untuk mengajar anak angka-angka,
harus diperlihatkan bentuk-bentuk benda yang dapat dihitung. Untuk mengajar
warna anak dibutuhkan, dan guru tidak memperlihatkan warna tertentu terhadap
anak untuk dipelajari.

Teori Piaget ini adalah mengenai tugas-tugas mengkonservasikan angka-


angka yang diberikan kepada anak pada masa pra-operasional. Suatu pendapat
yang salah, jika proses belajar diartikan sebagai mempercepat proses
perkembangan kognitif, dengan antara lain mempercepat memberikan tugas-tugas
mengkonservasikan angka-angka pada anak-anak. Sedangkan tugas-tugas
mengkonservasikan angka-angka baru bisa dilakukan anak-anak pada masa
konkrit-operasional.
Dari penjelasan teori diatas, penulis lebih menfokuskan kepada poin “b”
dan poin “c”. Karena memperlihatkan bagaimana seharusnya seorang guru kepada
anak didiknya dalam proses pembelajaran dalam membimbing kognitif anak.

4.Aspek-aspek Perkembangan Kognitif Anak

Adapun aspek-aspek perkembangan kognitif anak menurut Piaget dalam


Singgih (2012:141) adalah sebagai berikut :

1. Kematangan, kematangan ini merupakan pengembangan dari


susunan syaraf. Misalnya kemampuan melihat atau mendengar
disebabkan oleh kematangan yang sudah dicapai oleh susunan syaraf
yang bersangkutan.

2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan


lingkungannya, dengan dunianya.

3. Transmisi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam


hubungannya denganlingkungan sosial, misalnya cara pengasuhan
dan pendidikan dari orang lain yang diberikan kepada anak.

4. Equilibrasi, yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri


anak, agar ia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya

5.Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Anak

Menurut Piaget dalam Singgih (2012:146-159) proses belajar seseorang


Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap
kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi
empat, yaitu :
1. Tahapan sensori motor / 0-2 tahun

Pada masa ini merupakan masa yang mana ketika bayi mempergunakan
sistem pengindraan dan aktivitas-aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya
mengenal obyek-obyek. Meskipun ketika dilahirkan seorang bayi masih sangat
tergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagaian alat-alat indrinya sudah langsung
bisa berfungsi. Fungsi-fungsi lainnya juga sudah bisa diperlihatkan seperti
terhadap suara, sentuhan-sentuhan yang menimbulkan rasa sakit dan bau-bauan.
Bayi bukan saja secara pasif menerima rangsangan terhadap alat-alat indra,
melainkan juga bisa memberikan jawaban terhadap rangsangan yakni refleks-
refleks, jelas bahwa refleks yang diperlihatkan bayi bukan sesuatu kemampuan
yang timbul dari hasil belajar dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsangan
yang timbul dari lingkungan, melainkan sesuatu keammpuan yang sudah ada
ketika bayi dilahirkan. Refleks-refleks pada bayi umumnya mempunyai tujuan
untuk memungkinkan ia bisa melangsungkan hidupnya, gerak pada mulut untuk
memperoleh makan, bersin untuk mengeluarkan benda-benda yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh dan lainnya.Dengan berfungsi alat-alat indra serta
kemampuan melakukan gerak-gerak motorik dalam bentuk refleks-reflek si bayi
berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.

2. Tahap Pra-Oprasional /2-7 tahun

Perkembangan yang jelah terlihat pada tahap ini bahwa berbeda dengan
tahap sebelumnya ialah kemampuan mempergunakan simbol. Fungsi simbolik,
yakni kemampuan untuk mewakilkan sesutau yang tidak ada, tidak terlihat dengan
sesuatu yang lain atau sebaliknya sesuatau hal mewakili sesutau yang tidak ada.
Fungsi simbolik ini bisa nyata atau abstrak. Sebagaimana diketahui, pada akhir
masa sensori-motor, anak sudah mulai mempergunakan fungsi simbolik, antara
alain, terlihat dengan kemampuannya untuk melakukan hal-hal yang sudah lewat,
sebagai hasil mengamati sesuatu misalnya gerak-gerik motorik. Pada anak sudah
mulai ada kegiatan-kegiatan mental berupa rangkaian simbol-simbol, jadi untuk
mewakili sesuatu yang tidak ada, meskipun masih sangat sederhana.

Pada masa pra oprasional ini, anak bisa menemukan obyek-obyek yang
tertutup atau tersembunyi. Untuk bisa melakukan ini, anka harus bisa melakukan
simbolisasi terhadap obyek yang tidak ada atau tidak diketahuinya ketika terjadi
pemindahan obyek. Anak juga sudah bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru
dan mengamati suatu model tingkah laku. Ia memperlihatkan suatu tingkah laku
sebagaimana tingkah laku yang sama diperlihatkan oleh anak atau orang lain pada
waktu yang sudah lewat. Agar bisa melakukan ini anak harus membentuk
tanggapan internal terhadap sesuatu tingkah laku yang dilihatnya, sebab anak.
tidak langsung meniru model tingkah laku, melainkan ia mengamati, menyimpan
dan pada saat lain memperlihatkan sesuaru (memproduksi).

Pada masa ini pula anak mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan


sesuatu, mula-mula dengan satu dimensi, misalnya menelompokkan benda atas
dasar warnanya atau ukuran dan bentuknya saja. Semakin lama semakin mampu
memperkembangkan kemampuan mengelompokkan ini atas dasar dua, tiga
dimensi dan seterusnya. Pada masa pra-oprasional ini, dasar-dasar
mengelompokkan benda atas dasar sifat-sifat khusus dengan satu dimensi saja.
Piaget Singgih Gunarsa (2012) mengatakan bahwa anak-anak pada masa pra-
oprasional belum bisa memusatkan perhatian pada dua dimensi yang berbeda
secara serempak.

3.Tahap Konkrit Operasional / 7-11 tahun

Pada masa ini anak-anak sudah mulai bisa melakukan bermacam-macam


tugas, misalnya tugas untuk menyusun tongkat-tongkat dan menjawab pertanyaan
mengenai konservasi angka maupun isi dengan benar. Menurut Peaget Singgih
Gunarsa (2012) anak-anak pada masa ini konkrit operasional ini bisa melakukan
tugas-tugas konservasi dengan baik, karena anak-anak ada masa ini telah
mengembankan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi yaitu: 1.
Negasi 2. Hubungan timbal balik (resiprokasi) 3. Identitas 4.Tahap Formal
Operasional / 11- dewasa.

7.Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak


Menurut Hasnida (2014:45) sebagai berikut :

1.Faktor Hereditas atau Keturunan

Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli
ernama schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa
potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Berdasarkan teorinya, taraf intelegnsi sudah ditentukan sajak anak dilahirkan, sejak
faktor lingkungan tidak berarti pengaruhnya.

Para ahli psikologo Loehlin, Lindzey dan Spuhler berpendapat bahwa taraf
intelegnsi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan. Pembawaan
ditentukan oleh ciri-ciri yang dibawa sejak lahir (batasan kesanggupan), meskipun
menerima latihan dan pelajaran yang sama perbeda-perbedaan itu masih tetap ada.

2.Faktor Lingkungan

Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh Jhon Locke, dia


berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa. Menurut
pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya.
Berdasarkan Jhon Locke tersebut perkembangan taraf intelegensi sangatlah
ditentukan oleh pengalaman dna pengetahua yang diperoleh dari lingkungan.
3.Kematangan

Tiap orang (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang apai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan
erat dengan usia kronologis (usia kalender).

4.Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan yang diluar diri seseorang yang


mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi
pembentukan sengaja (sekolah, formal) dan pembentukan tidak ruh alam sekitar
atau informal), sehingga manusia berbuat intelijen karena untuk mempertahankan
hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.

5.Bakat

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan


dorongan bagi perbuatan itu. Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar tak
usah dipertanyakan lagi, jika seseorang tidak berminta untuk mempelajari sesuatu
tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari
hal tersebut, sebaliknya jika seseorang belajar dengan penuh minat maka dapat
diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik.

Sedangkan bakat diartikan sebagai kemmapuan bawaan, sebagai potensi


yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Disamping
intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan
hasil belajar seseorang, hampir tidak ada orang yang membantah bahwa anak yang
belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya memperbesar kemungkinan
berhasilnya usaha tersebut.
6.Kebebasan

Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir devergen (menyebar) yang


berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah,juga bebas dalam memilih masalah sesuai
kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurleni.2007.Strategi Guru dalam Membimbing Perkembangan Kognitif pada Anak


di TK Kecamatan Telainapura Kota Jambi.Jambi

Anda mungkin juga menyukai