Anda di halaman 1dari 27

Kemampuan khusus individu

dan antisipasi
pendidikan

DI BUAT OLEH :
*ABDUL AZIZ ZAELANI
*NIDA KHOERUNISA
*EVIANALOLITA
*RIZKI HAFILDA
 Pendidilkan anak berbakat
 Pengertian bakat atau aptitude berbeda dengan kemampuan (ability) dan prestasi (achervement). Bakat diartikan
sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat
terwujud. (Munandar dalam Psikologi Umum,180). Bakat adalah kemapuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan atau ketermapilan yang relative bisa bersifat umum ataupun khusus. (Alex Sobur,181)
 Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan
menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang dan dikembangkan dimasa mendatang apabila
kondisi latihan dikemukanan secara optimal sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu
tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang.
 Bakat menentukan prestasi sesorang. Misalnya orang yang memiliki bakat matematika dan diperkirakan akan
mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan
kemapuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan bakat yang unggul dalam
bidang tertentu.
 Anak berbakat anak-anak yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional, yang karena kemampuannya yang
sangat menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi.
 Syamsu Yusuf dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 158 mengatakan bahwa anak berbakat adalah mereka yang
tingkat integelensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ diatas 120. Ahli lain yang
menggunakan IQ sebagai kriteria dalam menentukan anak berbakat adalah, Terman yang konsepnya mengenai
keberbakatan hampir sekitar setengah abad mendominasi psikologi dan pendidikan. Torrance melaporkan hasil
studinya mengenai kemampuan berfikir kreatif dalam kaitannya dengan keberbakatan. Ia mengemukakan bahwa
apabila keberbakatan semata-mata diidentifikasi berdasarkan taraf intelegensi, maka sekitar 70% anak-anak
yang tinggi kreatifitasnya tidak akan termasuk ke dalam kelompok mereka yang disebut anak berbakat.
 Istilah yang melukiskan anak-anak berbakat, cerdas atau cemerlang yaitu genius,
talented, gipted dan bright atau superior. Persamaan dari istilah-istilah tersebut
adalah penyimpangan ke atas dari rata-rata. Sedangkan perbedaannya adalah:
 1. Genius digunakan pada mereka yang memiliki kemampuan unggul berhasil
mencapai prestasi yang luar biasa, memberikan sumbangan yang orisinal dan
bermutu, serta mempunyai makna yang universal atau mantap.
 2. Talented suatu bakat khusus yang tidak selalu menghasilkan prestasi yang luar
biasa, tidak perlu orsini atau dampak yang universal.
 3. Gipted atau berbakat mempunyai kesamaan dengan genius, karena keduanya
berkaitan dengan kualitas intelektual, namun berbakat belum tentu terwujud
dalam suatu karya unggul yang mendapat pengakuan universal. Jadi tidak semua
anak berbakat merupakan anak genius.
 4. Bright atau superior merujuk pada karakteristik seseorang yang memiliki
intelegensi yang tinggi.
 Menurut Marland dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, anak berbakat adalah anak
yang memiliki kemampuan tinggi dalam aspek:
 1. Kemampuan umum yang tinggi, yaitu kecerdasan individu yang berada pada
posisi di atas rata-rata.
 2. Bakat akademik khusus, yaitu kemampuan individu dalam bidang-bidang
tertentu seoerti bahasa dan matematika.
 3. Kreatif dan berfikir produktif, yaitu kemempuan yang menghasilkan gagasan
baru dengan memadukan elmen-elmen yang biasanya dianggap sebagai suatu
yang terpisah-pisah atau tdak sejenis dan keampuan mengembangkan
keterampialan baru yang mengandung nilai-nilai sosial.
 4. Kepemimpianan, yaitu kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau
kelompok untuk mengambil keputusan, memetapkan tindakan bersama atau
mencapai tujuan tertentu.
 5. kemampuan dalam bidang seni, yaitu memiliki bakat khusus dalam bidang seni
rupa, musik, tari, lukis, drama dan lainnya.
 Sementara menurut Renzulli dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan mengemukakan
bahwa ada tiga dimensi yang menandai keberbakatan, yaitu:
 1. Kecerdasan, kemampuan umum yang biasanya diukur dengan tes intelegensi di
atas rata-rata.
 2. Kreativitas, kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah
 3. Komitmen terhadap tugas, tanggung jawab, semangat, atau motivasi yang
tinggi untuk menyelesaikan suatu tugas.
 4. Keterkaitan antara tiga ciri keberbakatan itu dapat digambarkan menggunakan
diagram.
 Ciri-ciri Anak Berbakat
 Anak berbakat itu memiliki karakteristik yang menonjol dalam aspek-aspek
kesiagaan mental, kemampuan pengamatan, keinginan untuk
belajar, daya konsentrasi, daya nalar, kemampuan membaca, ungkapan verbal,
kemampuan menulis, kemampuan mengajukan pertanyaan yang baik,
menunjukan minat yang luas, berambisi untuk mencapai prestasi yang lebih
tinggi, mandiri dalam memberikan pertimbangan, dapat memberikan jawaban
yang tepat dan langsung kesasaran, mempunyai rasa humor yang tinggi,
melibatkan diri sepenuhnya dan ulet menghadapi tugas yang diminati.
 Menurut Balitbang Depdiknas (1986) mengungkapkan ciri-ciri keberbakatan peserta didik dilihat
dari aspek kecerdasan, kreativitas, dan komitmen terhadap tugas:
 1. Lancar berbahasa ( mampu mengutarakan pikirannya)
 2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan
 3. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis dan kritis
 4. Mampu belajar/bekerja secara mandiri
 5. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
 6. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
 7. Cermat atau teliti dalam mengamati
 8. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah;
 9. Mempunyai minat yang luas;
 10. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
 11. Belajar dengan cepat
 12. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
 13. Mampu berkonsentrasi
 14. Tidak memerukan dorongan (motivasi) dari luar.
   Identifikasi Anak Berbakat
 Untuk mengidentifikasi anak berbakat dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu
tes prestasi belajar, tes kecerdasan, tes kreativitas, dan nominasi (oleh guru, orang
tua, teman sebaya dan diri sendiri)
 Cara lain mengidentifikasi anak berbakat yaitu menggunakan strategi yang
dikenal dengan The Generic Gipted Identification Strategy. Melalui strategi ini
Clark melakukan dua tahap yaitu penjaringan dan identifikasi. Pada tahap
penjaringan dilakukan melalui nominasi (guru, orang tua, teman sejawat dan
dirinya sendiri, laporan kemampuan siswa, hasil karya siswa, pekerjaan siswa,
observasi, skala/ interior atau tes integelensi kelompok). Sedangkan tahap
identifikasi menggunakan tes intelegensi individual, tes prestasi, tes kreativitas,
tes bakat seni dan lain-lain.
 Di Indonesia identifikasi anak berbakat dilakukan untuk merekrut mereka menjadi
peserta program akselarasi, atau percepatan belajar. Untuk menjaring siswa yang
berkemampuan unggulan ini, Depdiknas menentukan syaratnya.
  Faktor-faktor Terwujudnya Bakat
 Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki
potensi yang unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, yang
dilakukan oleh ahli terhadap tingkat keceradasan. Keberbakatan anak dalam
proses perkembangannya memerlukan sentuhan dari lingkungan, berupa
perawatan, pengasuhan dan pendidikan.
 Lingkungan merupan faktor yang juga mempengaruhi perkembangan
keberbakaan anak. Melalui lingkungan anak memperoleh apa yang
dibutuhkannya, termasuk peluang-peluang yang mendukung teraktualisasikan
potensi yang dimilikinya. Faktor lingkungan ini diantaranya menyangkut aspek
nutrisi yang dikonsumsi anak dan kenyamanan hidupnya, yang mempengaryhi
perkembangan keberbakatan itu, disamping aspek yang bersifat fisik, juga kondisi
lingkungan yang bersifat psikologis.

 Strategi, Model, dan Evaluasi Pendidikan Anak Berbakat
 Pendidikan anak berbakat bertujuan agar anak menguasai sistem konseptual dalam berbagai mata
pelajaran, anak mampu mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka
menjadi lebih mandiri, keatif dan memenuhi kebutuhannya sendiri, anak harus mengembangkan suatu
kesenangan dan gairah belajar yang akan membawa mereka kepada kerja keras.
 Menurut Depdiknas dalam Syamsu Yusuf tujuan pendidikan bagi anak berbakat adalah sebagai
berikut:

 1. Tujuan Umum
 a. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakterisitik spesifik dari segi perkembangan
kognitif dan afektif.
 b. Memenuhi hak asasi peserta didik yang sesuai dengn kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.
 c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik
 d. Memenuhi kebutuhan aktualisai diri pesera didik
 e. Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian
peran
 f. Menyiapkan peserta didik sebagai pemimin masa depan.
   Tujuan Khusus
 a. Memberikan pengarahan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan
secara cepat sesuai dengan potensinya.
 b. Meningkatkan efisien dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik.
 c. Mencegah rasa bosan terhadap iklim yang jelas kurang mendukung
berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal
 d. Memacu siswa untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, spiritulal dan
emosionalnya secara seimbang.
  Strategi Pembelajaran
 Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat
mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.
 a. Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan
tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi
dari anak normal.    
 b. Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan
intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat
perhatian.
 c. Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content,
dan  produk. 
     Evaluasi Pembelajaran
 Proses  evaluasi  pada  anak  berbakat  tidak  berbeda  dengan  anak  pada umumnya,
  namun  karena  kurikulum  atau  program  pelajaran  anak  berbakat berbeda dalam
cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai dengan
keadaan tersebut.
 Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak berbakat.
Sehubungan dengan hal itu Conny Semiawan, 1992 dalam mengemukakan bahwa
instrumen dan prosedur yang digunakan  mengacu pada ketuntasan belajar adalah
pengejawantahan dari kekhususan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan
balik untuk keperluan tertentu, pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu
materi sesuai dengan sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar
seseorang. Model pengukuran seperti tersebut di atas adalah pengukuran acuan
kriteria (criterion-reference).
    Permasalahan yang Dapat Terjadi pada Anak Berbakat
 Kerentanan (vulnerability) anak berbarkat terletak dalam tingkat kemungkinan
yang lebih tinggi akan ketegangan emosional dan konflik sosial yang memerlukan
tingkat adaptasi yang tinggi agar tidak mengganggu kesehatan mental dan
berfungsinya secara umum. Kerentanan ini tampak pada semua anak berbakat,
tetapi kebanyakan dari mereka mampu menggunakan kekuatan intelektual unggul
mereka untuk penyesuaian diri secara efektif. Namun, sebagian dari mereka
kurang berhasil dalam penyesuaian diri ini disebabkan oleh konflik yang mereka
alami.
 Menurut Utami Munandar, 2009 mengemukaakn ada tiga faktor yang menyebabkan anak berbakat dalam keadaan
rentan merupakan ciri kepribadian yang dapat menimbulkan kesulitan, menyebabkan ketegangan bagi anak berbakat
yaitu:
 1. Karakteristik kepribadian yang menyebabkan kerentanan anak berbakat ialah:
 a. Perfeksionisme
 Dorongan dalam untuk mencapai kesempurnaan membuat siswa berbakat tidak putus asa dengan prestasinya yang
tidak dapat memenuhi tujuan-tujuan pribadinya. Dorongan akan kesempurnaan ini dapat menyebabkan anak berbakat
hanya mau memilih kegiatan tertentu jika ia yakin akan bisa berhasil. Kritik terhadap diri sendiri yang berlebih dan
taraf aspirasi yang tidak realitis membuat banyak anak berbakat diliputi rasa tidak mampu.
 b. Kepekaan yang berlebihan (supersensitivity)
 Sistem saraf yang super sensitif dari anak berbakat membuatnya lebih peka dalam pengamatan, menanggapi dirinya
dan lingkungannya secara analitis dan kritis, sehingga ia menjadi mudah tersinggung dan diliputi perasaan seperti
dikucilkan. Anak kecil yang berbakat sering digambarkan sebgai anak yang hiperraktif dan perhatiannya mudah
beralih
 c. Kurang keterampilan sosial
 ada anak berbakat yang sulit menyesuaikan dirinya dengan lingkungn sosialnya, mereka lebih banyak menyendiri dan
dapat dihinggapi rasa kesendirian dn kesunyian. Di lain pihak ada pula anak berbakat yang ingin populer dan menjadi
pimpinan, hal ini dapat mengarah kekecenderungan untuk mendominasi kelompoknya.
 Sosialisasi dini dari anak berbakat sagat penting bagi perkembangan mereka sebagai pemimpin masa depan. Mereka
memerlukan bimbingan orang dewasa untuk membantu mereka belajar bagaimana berperanserta sebagai anggota
kelompok, disamping juga memenuhi kebutuhan pribadi mereka.
Kesimpulan
 1. Pengertian anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan yang lebih menonjol dari aspek
intelektual, kreatif, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu yang menghasilkan prestasi tinggi.
 2. Ciri-ciri anak berbakat adalah anak yang berbeda dari anak normal dari aspek kecerdasan, pemahaman
dalam belajar, kreativitas, motivasi, komitmen terhadap tugas, dan psikososial.
 3. Mengidentifikasi anak berbakat dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu tes prestasi belajar, tes
kecerdasan, tes kreativitas, dan nominasi (oleh guru, orang tua, teman sebaya dan diri sendiri)
 4. Faktor –faktor yang mempengaruhi terwujudnya bakat yaitu keadaan lingkungan dan keadaan diri sendiri.
 5. Jenis-jenis Kecerdasan yaitu  kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related),  kelompok 
kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, dan
kelompok kecerdasan yang dipengaruhi hubungan dengan orang lain (person related).
 6. Strategi pembelajaran disesuaikan dengan anak berbakat, model pendidikan anak berbakat antara lain
akselarasi atau percepatan, model pengayaan, model pengelompokan berdasarkan kemampuan, sekolah
khusus, kelas khusus, dan kelas terintegrasi, dan evaluasi melalui acuan criteria serta acuan norma.
 7. Beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat istimewa
 8. Prinsip penyelenggaraan pendidikan anak berbakat adalah penerapan kurikulum berdiferensi, penciptaan
lingkungan yang kondusif, dan penempatan guru yang kualified.
 9. Pihak yang berperan pada anak berbakat adalah peran guru dan peran orang tua dan masyarakat.
 Anak Lamban Belajar
(Slow Learner)
   Pengertian Slow Learner
 Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin (2005: 30) menyebutkan bahwa anak
lamban belajar disebut juga border line atau slow learner. Slow learner memiliki
intelektual yang berada di bawah rata-rata ukuran normal, tetapi tidak dapat
dikatakan tunagrahita. Slow learner menjadi kelompok tersendiri yang
memisahkan anak tunagrahita dengan anak normal. Jika slow
learner disekolahkan di SLB-C atau kelompok tunagrahita, maka slow
learner menjadi anak yang terpandai di kelasnya. Jika disekolahkan di sekolah
reguler, maka slow learner menjadi anak yang paling bodoh di kelas
(Mumpuniarti, 2007: 15).
 (Maria J.Wantah, 2007: 14)
 Peneliti menyimpulkan bahwa slow learner adalah anak yang memiliki skor IQ
antara 70-90 dan memiliki prestasi rendah pada sebagian atau seluruh mata
pelajaran, sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain agar dapat mengikuti
program pendidikan dengan baik.
 Penyebab Anak Lamban Belajar
 a.  Faktor Prenatal (sebelum lahir) dan Genetik
 Perkembangan seorang anak dimulai dari sejak pembuahan. Seluruh bawaan biologis seorang anak yang berasal dari kedua
orangtuanya, berupa kromosom yang memecah menjadi partikel yang disebut gen. Kelainan dari kromosom dapat menyebabkan
kelainan fungsi-fungsi kecerdasan. Selain kromosom, juga disebabkan adanya gangguan biokimia dalam tubuh. Kondisi jantung
ibu yang kurang baik juga menyebabkan transfer oksigen ke otak bayi menjadi kurang.
 Anak lahir prematur disinyalir dapat melahirkan anak-anak lamban belajar karena organ tubuh bayi yang belum siap berfungsi
secara maksimal sehingga proses perkembangannya lambat.
 b. Faktor Biologis Non Keturunan
 1)  Obat-obatan
 Saat ibu hamil, tidak semua obat dapat diminum, karena ada beberapa jenis obat yang apabila diminum dapat merugikan janin.
Begitu juga dengan ibu alkoholis, penggunaan dosis yang berlebih dapat berpengaruh pada kemampuan memori jangka pendek
anak.
 2)  Keadaan Gizi Ibu Yang Buruk Saat Hamil
 Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang baik selama proses kehamilannya, janin akan dapat hidup dan berkembang dengan baik
jika ibu yang mengandungnya sehat. Bayi dalam kandungan akan mendapatkan makanan dari darah ibu melalui tali pusar.
 3) Radiasi Sinar X
 Radiasi sinar X dapat mengakibatkan bermacam gangguan pada otak dan sistem tubuh lainnya. Radiasi sinar rawan terjadi saat
usia kehamilan muda, kemudian berkurang resikonya saat usia hamil tua.
 4) Faktor Rhesus
 Rini Handayani (2009), menyebutkan bahwa jika seorang pria Rh-positif menikah dengan wanita Rh-negatif, kadang-kadang
mengakibatkan keadaan yang kurang baik bagi keturunannya.
 c. Faktor Natal (saat proses kelahiran)
 Kondisi kekurangan oksigen saat proses kelahiran karena proses persalinan yang
lama, dapat mengakibatkan transfer oksigen ke otak bayi terhambat. Oleh karena
itu, untuk antisipasi kondisi seperti ini maka ibu hamil yang yang pernah
mempunyai pengalaman seperti ini sebaiknya melakukan persalinan di rumah sakit.
 d. Faktor Postnatal (sesudah lahir) dan Lingkungan
 Malnutrisi dan trauma fisik juga menjadi perhatian kita, begitu juga dengan
lingkungan yang dapat berperan sebagai penyebab terjadinya anak lamban
belajar (slow learner). Stimulasi yang salah, menyebabkan anak tidak dapat
berkembang secara optimal. Gen dapat dianggap sebagai kemampuan intelektual,
tetapi pengaruh lingkungan akan menentukan dimana letak IQ anak dalam rentang
tersebut (Atkinson, dkk, 1983, h. 135).
  Karakteristik Slow Learner
 Hasil penelitian Sumantri dan Siti Badriyah (2005: 167) menunjukkan bahwa
karakteristik slow learner di antaranya:
 (a) kelambanan dalam proses berfikir,
 (b) kelemahan dalam menangkap pengertian,
 (c) kesulitan dalam mengingat kembali materi yang diberikan,
 (d) kesulitan dalam konsentrasi,
 (e) mengalami kegagalan berulangkali dalam mencapai target pembelajaran standar,
 (f) menurunnya minat dan motivasi belajar,
 (g) perasaan cemas terhadap penilaian negatif dan penolakan lingkungan, dan
 (h) memperlihatkan perilaku yang tidak menentu dan tidak konsisten.
 Hasil penelitian Purwandari (Tin Suharmini, 2001: 6-7) mengungkapkan ciri-ciri
emosi anak lamban belajar sebagai berikut.
 a. Daya konsentrasi rendah
 Anak lamban belajar memiliki daya konsentrasi yang sebentar. Sebagai contoh,
anak lamban belajar memiliki konsentrasi dalam belajar selama +20 menit, setelah
itu anak akan gelisah dan cenderung mengganggu teman-temannya yang sedang
belajar.
 b. Mudah lupa dan beralih perhatian
 Slow learner tidak memiliki daya ingat yang lama. Slow learner mudah lupa akan
suatu hal. Perhatiannya pun mudah beralih ketika mendapatkan rangsangan dari
luar.
Masalah Yang Dihadapi Anak Lamban Belajar
 a. Anak mengalami perasaan minder, karena kemampuan belajarnya lamban dibandingkan teman-temannya.
 b. Cenderung pemalu, menarik diri dari lingkungannya.
 c. Lamban menerima informasi, karena keterbatasan berbahasa.
 d. Hasil prestasi belajar kurang optimal sehingga dapat membuat stress karena ketidakmampuan mencapai harapannya.
 e. Ketidakmampuan mengikuti pelajaran, dapat membuat anak tinggal kelas.
 f.  Mendapat label yang kurang baik dari teman-temannya.
Cara Menghadapi Anak Lamban Belajar
 Siswa lambat belajar perlu diidentifikasikan secara lebih mendalam dan menyeluruh. Identifikasi secara mendalam dan menyeluruh akan
memungkinkan guru di dalam menyusun program bantuan dan layanan bimbingan secara tepat sehingga mencapai hasil yang optimal.
 Identifikasi siswa lambat belajar antara lain meliputi:
 a. Penilaian pendidikan:
 1) Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran-pelajaran dasar dan kesulitan-kesulitan yang dialami.
 2) Tingkat perkembangan bahasa dan pembicaraan siswa.
 3) Sikap sosial dan emosial siswa di dalam dan di luar sekolah.
 4) Minat dan sikap terhadap sekolah.
 5) Riwayat pendidikan sebelumnya meliputi perubahan-perubahan sekolah dan kehadiran.
 6) Minat dan latar belakang pengetahuan siswa.
 b. Pemeriksaan kesehatan yang meliputi keadaan kesehatan pada umumnya penyakit yang pernah di derita,penglihatan, pendengaran,
hidung dan sistem syaraf.
 c. Pemeriksaan psikologi yang meliputi kualitas berfikir,kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan intelektual, sikap serta sifat-sifat
pribadi lainnya.
 d. Pengungkapan taraf perkembangan sosial siswa seperti suasana emosional kesulitan-kesulitan yang dialami yang berpengaruh
terhadap kemampuan belajar siswa.
 Penanganan Anak Lamban Belajar
 a. Terapi Bermain
 Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang gemar bermain, mereka merasa senang bila melakukan aktivitas
bermain. Terapi bermain adalah salah satu upaya psikoterapi untuk membantu mengatasi masalah sosial, bahasa
atau motorik.
 b. Terapi Perilaku
 Diberikan kepada anak dengan tujuan melatih perilaku baru dengan mengubah lingkungan atau dengan proses
kognitif dan emosional anak,. Misalnya, kebiasaan mencorat-coret tembok menjadi kebiasaan menggambar di
buku.
 c. Terapi Keluarga
 Terapi keluarga adalah terapi yang diterapkan untuk seluruh anggota keluarga dalam rangka membantu anak
lamban belajar. Banyak masalah anak dapat diatasi dengan cepat karena bantuan atau dukungan keluarganya.
 d. Terapi Lain
 Terapi lain seperti okupasi terapi, terapi renang dan lain-lain sesuai masalah yang dihadapi oleh anak, didahului
konsultasi dengan para ahli.
 peran Guru dalam Rangka Menangai keterlamatan belajar siswa
 Menurut Mulyati (2007:23) peran guru dalam rangka menangani keterlambatan belajar siswa adalah:
 a. Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu materi daripada anak lain dengan
kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses
generalisasi.
 b. Anak slow-learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau
privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan
menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya.
 c. Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal materi
dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.
 d. Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi.
Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
 e. Jangan memaksa anak bersaing dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik
yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan
pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam
kelompok yang heterogen.
 f. Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya. Maka,
dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.
 g. Anak sebaiknya diberi tugas, terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret. Proyek-proyek besar yang
membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial
dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada
bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
 h. Tekankan hal-hal setelah belajar, berikan insentif dan motivasi yang bervariasi.
 i. Berikan banyak kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dan mempraktikkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi
yang menstimulasi.
 j. Pada awal setiap unit, kenalkan anak dengan materi-materi yang familiar.
 k. Sederhanakan petunjuk dan yakin bahwa petunjuk itu dapat dimengerti.
 l. Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau
kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat pada mereka.
 Kesimpulan
 Berdasarkan hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
 Kebutuhan untuk menguasai ilmu mempengaruhi motivasi belajar slow learner yang
diwujudkan dalam tindakan, berupa: rajin mengikuti pelajaran, mau memperhatikan penjelasan
guru dan mengerjakan tugas, serta rajin belajar di rumah.
 Cita-cita subjek penelitian, yaitu menjadi anak yang pintar, naik kelas, lulus sekolah, dan
menjadi pemain sepak bola mempengaruhi motivasi belajarnya.
 Kemampuan membaca yang dimiliki subjek penelitian mempengaruhi motivasi belajarnya. Hal
itu disebabkan kemampuan membaca yang dimiliki subjek penelitian masih rendah, sehingga
memacunya untuk giat belajar.
 Lingkungan sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, ruang kelas yang
nyaman, situasi yang kondusif, program bimbingan belajar, dan ekstrakurikuler yang
menampung minat dan bakat siswa, sehingga mempengaruhi motivasi belajar subjek
penelitian.
 Pergaulan teman sebaya di kelas juga mempengaruhi motivasi belajar subjek penelitian. Hal itu
disebabkan pergaulan teman sebaya yang kurang diterima, dihargai dan tidak mendapatkan
ejekan dari teman-temannya lagi.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai