Anda di halaman 1dari 10

Nama : Hanifa Najmah

Mata kuliah : Pisikologi perkembangan


Semester :1

Fisik dan kognitif di masa pertengahan dan akhir


1. Perkembangan Fisik

Beberapa perkembangan fisik yang terjadi pada masa pertengahan dan akhir anak, yaitu :

a. Perubahan Tubuh

Masa pertengahan dan akhir meliputi pertumbuhan yang lambat dan konsisten. Masa ini
merupakan suatu periode tenang sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja.

Aspek-aspek penting perubahan tubuh di dalam periode perkembangan adalah:

1) Sistem-sistem Rangka dan Otot

Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak akan bertumbuh rata-rata 5 hingga 7,6 cm setahun,
sehingga pada usia 11 tahun, tinggi rata-rata anak perempuan 147 cm dan tinggi rata-rata anak laki-
laki 146 cm. berat anak-anak bertambah rata-rata 2,3 hingga 3,2 kg pertahun berat meningkat
terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ
tubuh. Bertambahnya kekuatan otot karena faktor keturunan dan olahraga.

2) Keterampilan Motorik

Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, perkembangan motorik anak menjadi lebih halus
dan lebih terkoordinasi daripada pada masa awal anak-anak. Pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-
anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan-
kemampuan orang-orang dewasa. Mereka mulai mampu memperlihatkan gerakan-gerakan yang
kompleks, rumit, dan cepat yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu
bagus atau memainkan lagu sulit dengan instrument musik.

c. Olahraga

Partisipasi di bidang olahraga dapat memberi konsekuensi positif dan negatif bagi anak-anak.
Partisipasi anak-anak di bidang olahraga dapat memberi latihan dan kesempatan untuk belajar
bersaing, meningkatkan harga diri, dan memperluas pergaulan dan persahabatan teman-teman
sebaya. Tetapi olahraga juga dapat memberi hasil-hasil yang negatif bagi anak-anak. Mereka
mengalami terlalu banyak tekanan untuk berprestasi dan menang, cedera fisik, harus bolos dari
tugas akademis, dan berusaha memenuhi harapan-harapan yang tidak realistis agar bisa menjadi
atlit yang sukses.

2. PERKEMBANGAN KOGNITIF

Beberapa perkembangan kognitif yang terjadi pada masa pertengahan dan akhir anak, yakni:

a. Pemprosesan Informasi

merupakan perilaku yang disengaja digunakan untuk meningkatkan memori.

1
Ada 4 stratergi memeori yg penting, yaitu :

1) Rehearsal (pengulangan) 2) Organization (organisasi )

3) Imagery (perbandingan) 4) Retrieval (pemunculan kembali)

b. Intelegensi

Adalah kemampuan verbal, keterampilan-keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan untuk


belajar dari dan menyesuaikan diri dengan pengalaman hidup sehari-hari.

1) Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan

2) Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan.

3) Kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak dan


menggunakan secara luas simbol-simbol dan konsep-konsep.

c. Kreativitas

Ialah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa dan
melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah

d. Pemikiran Kritis

Pemikiran kritis adalah pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam,
mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda,
tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan atau
tulisan), dan berpikir secara reflektif dan evaluatif.

e. Kecerdasan Emosional

Daniel Golaman mengklasifikasikan kecerdasan emosional atas lima komponen penting, yaitu:

1) Mengenali Emosi Diri 2) Mengelola emosi

3) Motivasi Diri 4) Mengenali Emosi Orang Lain

5) Membina Hubungan

f. Kecerdasan Spiritual

Zohar dan Marshall menjelaskan bahwa SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ
dan EQ secara efektif. Beberapa ungkapan Zohar dan Marshall sendiri, diantaranya:

SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai, untuk
menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, dapat
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain

2
Dan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.

g. Bahasa

Selama masa akhir anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata
anak meningkat dan cara anak-anak menggunakan kata dan kalimat bertambah kompleks serta lebih
menyerupai bahasa orang dewasa. Dari berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah, bacaan,
pembicaraan dengan anak-anak lain, serta melalui radio dan televise, anak-anak menambah
perbendaharaan kosa kata yang ia pergunakan dalam percakapan dan tulisan.

h. Prestasi

Minat awal yang dirangsang oleh gagasan-gagasan McClelland, berfokus pada kebutuhan akan
prestasi. Gagasan-gagasan kontemporer meliputi perbedaan antara motivasi intrinsic dan ekstrinsik,
orientasi kemampuan versus orientasi tidak berdaya, juga suatu keprihatinan akan motivasi prestasi
anak-anak kelompok-kelompok minoritas etnis.

3. Perkembangan Bahasa

Kemampuan berbahasa yang paling nampak dalam kehidupan keseharian adalah berbicara. Anak
pada awal masa kanak-kanak mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk berbicara karena:

a. Sebagai sarana bersosialisasi.

b. sarana untuk memperoleh kemandirian. profil perkembangan dan pola pertumbuhan anak
termasuk perkembangan berbicara dan berbahasa anak usia 6-12 tahun, diantaranya adalah:

Anak Usia 6 Tahun:

1. Berbicara tanpa henti.

2. Bercakap-cakap seperti orang dewasa, banyak bertanya.

3. Mempelajari lima sampai sepuluh kata setiap hari, kosa katanya terdiri dari10.000 sampai 14.000
kata.

Anak Usia 7 Tahun:

1. Senang bercerita, suka menulis cerita pendek, menceritakan dongeng khayalan.

2. Menggunakan susunan kalimat dan bahasa percakapan seperi orang dewasa, pola kalimat
mencerminkan perbedaan budaya dan letak geografis.

3. Menjadi semakin tepat dan luas dalam hal penggunaan bahasa, semakin banyak menggunakan
kata sifat deskriptif dan kata keterangan.

Anak Usia 8 Tahun:

1. Senang menceritakan lelucon dan tekateki.

2. Mengerti dan melakukan instruksi beberapa tahap (sampai lima tahap) mungkin minta diulang
karena tidak mendengar seluruhnya.

3. Membaca dengan mudah dan memahaminya.

3
Anak Usia 9-10 Tahun:

1. Senang berbicara, sering kali tidak berhenti dan tanpa alasan yang jelas, kadang digunakan sebagai
alat untuk mendapatkan perhatian.

2. Mengungkapkan perasaan dan emosinya secara efektif melalui kata-kata.

3. Memahami dan menggunakan bahasa sebagai sistem komunikasi dengan orang lain.

Anak Usia 11-12 Tahun:

1. Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase ini hanya sedikit perbaikan
masih diperlukan selama beberapa tahun mendatang.

2. Senang berbicara dan berargumentasi, sering tidak pernah berhenti, dengan siapa pun yang mau
mendengarkan.

3. Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak.

perkembangan bahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

a. Kesehatan, b. Intelegensi

c. Status sosial ekonomi, d. Jenis kelamin,

e. Hubungan keluarga f. Akses komunikasi,

C. Perkembangan Anak Berkebutuhan khusus ( ABK )

Perkembangan Kognitif Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam proses perkembangan kognitif anak, banyak hal yang terlibat untuk mendukung
perkembangan tersebut. Salah satu hal yang terlibat di dalamnya adalah ‘kesempurnaan’ panca
indera yang menerima stimulus dari luar.

Panca indera, seperti indera penglihatan, pendengaran, dan indera lainnya, akan menerima banyak
sekali stimulus dari lingkungan luar yang nantinya akan diterima dan diproses oleh otak. Pemrosesan
ini yang membentuk konsep dan pengertian pada diri seorang anak, termasuk proses belajarnya. Hal
inilah yang sering membedakan antara anak normal dengan anak berkebutuhan khusus.

Karakteristik khusus anak berkebutuhan khusus umumnya berhubungan dengan tingkat


perkembangan secara fungsional. Karakteristik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik
motorik, kemampuan kognitif, kemampuan berbahasa, kemampuan berinteraksi, serta kemampuan
berkreasi.

Untuk bisa menilai kemampuan anak, guru biasanya akan melakukan proses skrining atau
penilaian supaya bisa melihat kompetensi yang dimiliki oleh anak tersebut. Tujuan dilakukannya
penilaian ini adalah untuk bisa membuat program pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk anak.

4
Biasanya, anak berkebutuhan khusus membutuhkan intervensi-intervensi yang berbeda,
menyesuaikan dengan kemampuan dan kelemahan anak. Dengan intervensi yang sesuai, kelainan
perilaku anak dapat diatasi dan pembelajaran pun berjalan dengan lancar.

Model pembelajaran pun lebih difokuskan untuk membantu anak berkebutuhan khusus
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Secara khusus pembelajaran disusun untuk menggali
kemampuan anak yang paling dominan dan berdasar pada kurikulum berbasis kompetensi.

Pada anak berkebutuhan khusus, gangguan utama yang harus terlebih dahulu diatasi adalah
gangguan pada perilaku non adaptif mereka. Biasanya anak berkebutuhan khusus sering mudah
ketakutan, seperti takut pada binatang, gelap, dan lain-lain.

Tidak hanya itu, biasanya juga terdapat gangguan perilaku agresif, atau sebaliknya, perilaku
pendiam dan menarik diri dari lingkungan. Gangguan-gangguan seperti ini perlu diatasi terlebih
dahulu melalui pengkondisian lingkungan yang bisa mendorong perkembangan perilaku mereka
secara optimal.

Jika gangguan dalam perilaku adaptif mereka sudah bisa diatasi, maka anak dapat mulai masuk
dalam program pendidikan individual. Anak-anak berkebutuhan khusus dikelompokkan ke dalam
tiga tingkatan kecerdasan, yaitu kelompok berkecerdasan di bawah normal, kelompok
berkecerdasan normal atau rata-rata, dan kelompok yang bekecerdasan di atas rata-rata. Setelah
anak-anak dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecerdasan ini, maka proses perkembangan kognitif
dapat lebih mudah didukung dengan metode-metode yang disesuaikan dengan jenis keterbatasan
atau kebutuhan mereka masing-masing.

Misalnya, pada anak tunanetra akan mengalami keterbatasan dalam hal menerima stimulus
melalui indera penglihatan. Maka, guru dan orang tua akan bisa membantu memanfaatkan indera
lainnya di luar indera penglihatan untuk menerima rangsangan atau informasi.

Perkembanga sosioemosi di masa pertengahan dan akhir


A. Perkembangan Emosi dan Kepribadian

Perkembangan emosi dan kepribadian selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir meliputi:
Diri, Perkembangan Emosi, Perkembangan Moral dan Gender.

1. DIRI

Perkembangan Pemahaman-Diri. Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak


semakin mendeskripsikan diri mereka sendiri dengan karakteristik psikologis dan sifat-sifat yang
berlawanan dengan deskripsi diri anak-anak kecil yang konkret. Anak-anak yang lebih besar
cenderung mendeskripsikan mereka sendiri sebagai “popular, baik, suka membantu, kejam, cerdas,
dan bodoh”

Anak-anak usia sekolah dasar tidak lagi berpikir mengenai apa yang mereka lakukan atau tidak
lakukan, melainkan cenderung berpikir apa yang dapat dilakukannya dibandingkan dengan yang
dapat dilakukan oleh anak lain.

Singkatnya, di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, deskripsi-diri semakin melibatkan


karakteristik sosial dan psikologis, termasuk perbandingan sosial.

5
Memahami Orang Lain. Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak menunjukkan
peningkatan dalam pengambilan perspektif (perspective taking), yaitu kemampuan untuk
mengasumsikan perspektif orang lain serta memahami pikiran dan perasaannya. Pada sekitar usia 6
hingga 8 tahun, anak-anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki perspektif karena beberapa
orang memiliki akses terhadap informasi. Dalam beberapa tahun kemudian, anak-anak menyadari
bahwa setiap individu menyadari perspektif orang lain dan bahwa meletakkan seseorang dalam
posisi orang lain adalah cara untuk menilai maksud, tujuan dan tindakan orang lain.

2. PERKEMBANGAN EMOSI

Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak mengembangkan pemahaman dan


regulasi diri terhadap emosi.

Perubahan Perkembangan. Perubahan perkembangan yang penting dalam emosi semasa kanak-
kanak menengah dan akhir mencakup hal-hal berikut ini:

- Meningkatkan pemahaman emosi

- Meningkatkan pemahaman bahwa dalam sebuah situasi kita dapat mengalami lebih dari satu
emosi.

- Meningkatkan kecenderungan untuk lebih menyadari kejadian-kejadian yang menyebabkan


reaksi emosi.

- Meningkatnya kemampuan untuk menekan atau mengungkapkan reaksi-reaksi emosi yang


negative.

- Menggunakan strategi inisiatif diri untuk mengarahkan kembali perasaan-perasaan.

- Kapasitas untuk berempati secara tulus.

3. PERKEMBANGAN MORAL

Tahap-tahap Kohlberg. Kohlberg mendeskripsikan tiga level pemikiran moral, masing-masing level
terdiri dari dua tahap.

1) Penalaran prakonvesional (peconventional reasoning) adalah level terendah dari penalaran


moral. Dalam level ini, baik dan buruk diinterprestasikan berdasarkan hadiah dan hukuman
eksternal.

- Tahap 1. Moralitas heteronomy (heteronomous morality). Dalam tahap ini, pemikiran moral
terkait dengan hukuman.

- Tahap 2. Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran (individualism, instrumental


purpose and exchange). Dalam tahap ini, individu berpikir bahwa berusaha memuaskan
kepentingannya sendiri adalah layak dan mereka juga membiarkan orang lain bertindak serupa.

2) Penalaran konvensional (conventional reasoning). Dalam level ini, individu menerapkan


standard-standard tertentu, namun standard-standard itu ditetapkan oleh orang lain.

- Tahap 3. Ekspektasi interpersonal timbal-balik, relasi, dan konformitas interpersonal (mutual


interpersonal expectations, relationships, and interpersonal conformity). Pada tahap ini, individu
menilai kepercayaan, kepedulian, dan loyalitas terhadap orang lain sebagai dasar dari penilaian
moral.

6
- Tahap 4. Moralitas sistem sosial (social system morality). Penilaian moral didasarkan pada
pemahaman mengenai aturan sosial, hokum, keadilan dan tugas.

3) Penalaran pascakonvensional (postconventional reasoning). Pada level ini, individu mengenali


kembali berbagai alternative pelajaran-pelajaran moral, mengeksplorasi berbagai pilihan, dan
memutuskan berdasarkan kode moral personal.

- Tahap 5. Kontrak sosial atau kegunaan dan hak-hak individu (social contract or utility and
individual rights). Pada tahap ini, individu bernalar bahwa berbagai nilai, hak, dan prinsip melandasi
atau melampaui hokum.

- Tahap 6. Prinsip etika universal (universal ethical principles). Pada tahap ini individu
mengembangkan sebuah standard moral berdasarkan hak-hak manusia yang bersifat universal.

Kepribadian Moral. Para peneliti memfokuskan perhatian pada tiga kemungkinan komponen, yakni:
identitas moral, karakter moral, dan contoh-contoh moral. Singkatnya, perkembangan moral
merupakan sebuah konsep yang multiaspek dan kompleks. Kompleksitas ini mencakup pemikiran,
perasaan, perilaku, dan kepribadian.

4. GENDER

Persamaan dan perbedaan gender meliputi: perkembangan fisik, wanita cenderung memiliki lemak
tubuh dua kali lebih banyak dibandingkan pria. Perkembangan kognitif, meskipun secara rata-rata
kemampuan visuospatial pria lebih tinggi daripada wanita, namun skor untuk kedua gender ini
hampir sama. Tidak semua pria memiliki kemampuan visuospatial yang lebih baik dari semua wanita.
Perkembangan sosioemosi, para anak laki-laki secara fisik lebih agresif dibandingkan para anak
perempuan. Anak perempuan cenderung mengekspresikan emosi mereka secara terbuka dan
intensif daripada anak laki-laki, terutama ketika menunjukkan kesedihan dan rasa takut. Anak
perempuan juga lebih dapat membaca emosi orang lain serta dapat menunjukkan empati.

Klasifikasi peran gender. Para ahli gender, seperti Sandra Bem berpendapat bahwa individu
androgini memiliki sifat yang lebih fleksibel, kompeten dan sehat mental dibandingkan individu yang
hanya memiliki sifat maskulin atau feminim. Contoh maskulinitas yaitu mendukung keterbukaan,
kuat, bersedia mengambil resiko, dominan dan agrasif. Contoh kefeminiman yaitu tidak berbahasa
kasar, penuh kasih, menyayangi anak-anak, memahami orang lain, dan lembut.

Gender dalam konteks. Baik konsep mengenai gender dan stereotip gender mengkaji manusia
menurut sifat-sifat kepribadian seperti “agresif” atau “peduli”. Pentingnya memerhatikan gender
dalam konteksnya lebih terlihat ketika mempelajari perilaku apa yang secara budaya telah
ditentukan untuk wanita dan pria di berbagai Negara di seluruh dunia. Pria bersosialisasi dan di didik
untuk bekerja di lingkungan public, sedangkan wanita di lingkungan pribadi.

Perubahan emosi di lingkungan

A. keluarga

1. Perubahan perkembangan di relasi orang tua

orang tua tetap sangat penting dalam kehidupan anak-anak mereka. Dalam analisis terbaru
mengenai kontribusi orang tua di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, tercapai kesimpulan
berikut: “orang tua berperan sebagai penjaga dan memberikan penyaring ketika anak-anak
menganggap tanggung jawab yang lebih, dan mengatur kehidupan mereka sendiri”. Tugas

7
perkembangan utama ketika anak-anak bergerak menuju onotomi adalah belajar berelasi pada
orang dewasa di luar keluarga secara regular.

2. Orang tua sebagai manajer

Orang tua berperan penting sebagai manajer bagi kesempatan-kesempatan yang dimiliki anak-anak,
seperti mengawasi perilaku mereka, dan juga sebagai inisiator sosial serta pengarah. Ibu cenderung
lebih berperan sebagai manajer dalam pengasuhan daripada ayah.

Peneliti telah menemukan bahwa praktik manajemen keluarga secara positif terkait dengan nilai-
nilai siswa dan tanggung jawab diri, dan terkait secara negative terhadap masalah yang tekait
sekolah. Diantara praktik manajemen keluarga yang paling penting dalam hal ini adalah
mempertahankan struktur organisasi lingkungan keluarga.

3. keluarga tiri

Dalam analisis longitudinal terbaru dari E. Mavis Hetherington (2006), anak-anak dan remaja yang
tinggal di keluarga tiri sederhana setelah beberapa tahun telah menyesuaikan diri dan mulai
berfungsi dengan lebih baik dibandingkan dengan anak-anak dan remaja di keluarga yang tidak
bercerai namun berkonflik, dan juga keluarga tiri yang kompleks. Hatherington menyimpulkan
bahwa di keluarga tiri sederhana yang telah lama berlangsung, remaja diuntungkan dengan
kehadiran orang tua tiri dan sumber daya yang diberikan oleh mereka.

Masa remaja secara khusus adalah masa yang sulit dalam berhadapan dengan terbentuknya
keluarga tiri. Penyebabnya menjadi anggota dari keluarga tiri memperburuk kekhawatiran remaja
normal mengenai identitas, seksualitas, dan otonomi.

B. Kawan-kawan sebaya

1. Perubahan perkembangan

Para peneliti memperkirakan bahwa persentase waktu yang digunakan di dalam interaksi sosial
dengan kawan-kawan meningkat dari sekitar 10 persen di usia 2 tahun hingga 30 persen di masa
kanak-kanak pertengahan dan akhir.

2. Status kawan sebaya

Para ahli perkembangan membedakan lima status kawan sebaya sebagai berikut.

· Anak-anak yang popular sering kali dipilih sebagai sahabat dan jarang tidak disukai oleh kawan
sebayanya.

· Anak yang rata-rata memperoleh angka rata-rata untuk dipilih secara positif maupun negative
oleh kawan sebayanya.

· Anak yang diabaikan jarang dipilih sebagai sahabat namun bukan karena tidak disukai oleh
kawan sebayanya.

· Anak yang ditolak jarang dipilih sebagai sahabat dan secara aktif tidak disukai oleh kawan
sebayanya.

· Anak yang controversial sering dipilih sebagai sahabat namun umumnya tidak disukai oleh
kawan sebayanya.

8
John Coie memberikan tiga alasan mengapa anak laki-laki yang agresif dan ditolak kawan-kawan
memiliki masalah dalam relasi sosialnya:

· Lebih impulsive dan memiliki masalah dalam mempertahankan atensi.

· Lebih reaktif secara emosi, mereka lebih mudah marah dan lebih sulit tenang sesudahnya.

· Kurang memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk berkawan dan mempertahankan
relasi yang positif dengan kawan sebaya.

3. Kognisi sosial

Kognisi sosial anak-anak mengenai kawan sebaya menjadi semakin penting untuk memahami relasi
kawan sebaya di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Salah satu yang menjadi minat khusus
adalah cara anak-anak memproses informasi mengenai relasi kawan sebaya dan pengetahuan sosial
mereka.

Kenneth Dodge (1983) menyatakan bahwa anak-anak melalui lima langkah dalam
menginterprestasikan dunia sosial mereka. Mereka membaca isyarat sosial, menginterprestasi,
mencari respons, memilih respons yang optimal, dan bertindak. Dodge menemukan bahwa anak
laki-laki yang agresif cenderung memandang tindakan anak lain sebagai musuh ketika intense anak
itu tidak jelas.

4. Bullying

Bullying diartikan sebagai perilaku verbal atau fisik yang dimaksudkan untuk menyerang orang lain
yang kurang kuat. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang cemas, secara sosial menarik diri
dan agresif memiliki kecenderungan lebih besar untuk menjadi korban bullying.

Sebuah studi terbaru mengindikasikan bahwa pelaku dan korban bullying di masa remaja cenderung
mengalami depresi dan bahkan berniat mencoba bunuh diri daripada yang tidak terlibat bullying.
Studi lainnya mengungkap bahwa pelaku atau korban bullying bermasalah terhadap kesehatannya
daripada anak-anak yang tidak terlibat bullying.

5. Sahabat

Williard Hartup (1983, 1996, 2009) menyimpulkan bahwa sahabat dapat menjadi sumber daya
kognitif dan emosi dari masa kanak-kanak hingga tua. Sahabat dapat meningkatkan penghargaan diri
dan rasa sejahtera.

Secara lebih khusus, persahabatan anak-anak memiliki 6 fungsi (Gottman & Parker, 1987):

· Pertemanan. Seseorang yang bersedia meluangkan waktu bersama mereka dan bergabung
dalam aktivitas kerja sama.

· Stimulasi. Memperoleh informasi yang menarik, menggairahkan dan mengasyikkan.

· Dukungan fisik. Sahabat member waktu, sumber daya, dan bantuan.

· Dukungan ego. Sahabat memberikan dukungan dan umpan balik yang dapat membantu
membina kesan terhadap dirinya sendiri.

· Perbandingan sosial. Memungkinkan anak memperoleh informasi mengenai posisinya di antara


anak lain.

9
· Afeksi dan keakraban. Menjalin relasi dengan orang lain. Keakraban dalam sahabat memiliki
cirri adanya keterbukaan diri dan berbagai pikiran-pikiran pribadi.

D. Sekolah

1. Pendekatan kontoporer terhadap pembelajaran siswa

Saat ini terdapat kontroversi mengenai cara mengajar terbaik kepada anak-anak serta bagaimana
sekolah maupun guru bertanggung jawab terhadap pembelajaran siswa.

Pendekatan Konstruktivis dan Instruksi Langsung. Pendekatan konstruktivis adalah sebuah


pendekatan yang berpusat pada siswa yang mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam
menyusun dan memahami pengetahuannya melalui bimbingan dari guru. Sebaliknya, pendekatan
instruksi langsung adalah pendekatan yang bersifat terstruktur, berorientasi kepada guru, yang
ditandai oleh adanya pengarahan dan kendali dari guru, ekspektasi guru yang tinggi terhadap
kemajuan para siswa, penggunaan waktu secara maksimum untuk tugas-tugas akademis, serta usaha
untuk menjaga agar efek negative menjadi minimal. Tujuan penting dari pendekatan instruksi
langsung adalah memaksimalkan waktu belajar siswa.

2. Status ekonomi dan esnisitas

Pendidikan Para Siswa Berlatar Belakang Penghasilan Rendah. Banyak anak yang hdup dalam
kemiskinan menghadapi masalah-masalah yang menghambat kegiatan belajarnya. Penelitian
terbaru mengungkapkan bahwa lingkungan yang tidak mendukung terkait dengan rendahnya
konsistensi, stimulasi, gaya pengasuhan yang menekankan hukuma, sehingga menjadikan anak yang
bermasalah dengan perilaku dan kemampuan verbal. Studi terbaru lainnya mengungkapkn bahwa
semakin lama anak-anak berada dalam kemiskinan, semakin besar dampaknya terhadap
perkembangan kognitif anak.

10

Anda mungkin juga menyukai