Karakteristik perkembangan kognitif dan bahasa remaja serta
implikasinya dalam pendidikan
B. Karakteristik Perkembangan Kognitif Masa Remaja
Andi (2011:online) menyatakan bahwa Perkembangan kognisi remaja
mencapai tahap operasional formal yang memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul. Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya
Karakteristik Pemikiran Remaja Berupa :
a. Perkembangan kognisi sosial : remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. b. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.
Ada beberapa ciri pemikiran pra operasional formal pada remaja :
1) Abstrak : Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak. 2) Idealis : Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini. 3) Logis : Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan- pemecahan masalah secara sistematis.
C. Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia, bukan bunyi yang dihasilkan alat lain. Bahasa berasal dari udara yang keluar dari paru-paru menggetarkan pita suara di kerongkongan dan kemudian terujar lewat mulut
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang
berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm mmm’, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi intinya perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda- tanda dan isyarat.
F. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling
mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi. Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Lanjut syahrii
G. Implikasi Perkembangan Bahasa dalam Pendidikan
Jika perkembangan kemampuan berbahasa merupakan konvergensi atau perpaduan dari faktor bawaan dan proses belajar dari lingkunganya, intervensi pendidikan yang dilakukan secara terencana dan sistematis menjadi sangat penting. Hanya mengandalkan faktor bawaan yang diturunkan oleh orang tuanya adalah keputusan yang tidak bijaksana karena hasilnya yang kurang memuaskan. Intervensi pendidikan melalui proses yang seluas – luasnya bagi perkembanganya bahasa secara optimal. Lingkungan dapat membiarkan kesempatan bagi anak untuk belajar dan berlatih mengembangkan kemampuan bahasa perlu dikembangkan secara maksimal, baik dalam lingkungan maupun masyarakat. Agar kemampuan berbahasa masyarakat dapat berkembang secara optimal, sejak dini anak perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kemampuan berbahasa yang variatif. Situasi yang menunjang perkembangan bahasa perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru disekolah. Di sisi lain, masyarakat perlu memberikan dukungan yang bersifat kondisi psikologis dan sosiokultural bagi perkembangan bahasa remaja. Lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sangat perlu menciptakan suasana yang dapat membesarkan hati atau mendorong anak atau remaja untuk berani mengomunikasikan pikiran – pikiranya. Cara demikian akan sangat membantu perkembangan bahasa remaja karena mereka leluasa dan tidak dihantui oleh kecemasan dan ketakutan untuk mengomunikasikan apa saja yang dipikirkanya.Untuk hal yang perlu guru ketahui juga adalah kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar- mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak. Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya. Kedua, berdasarkan hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah- langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri. Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.