Evaluasi dilakukan secara kontinyu maksudnya dilaksanakan secara terus menerus pada masa-masa tertentu agar diperoleh kepastian dalam evaluasi. Ditinjau dari kapan, di mana, dan maksud evaluasi dilaksanakan, maka evaluasi meliputi: a. Evaluasi formatif atau proses, dilaksanakan selama proses perkembangan dan pelaksanaan pendidikan. Bertujuan untuk membetulkan setiap proses pelaksanaan yang tidak sesuai rencana. b. Evaluasi sumatif atau evaluasi hasil pendidikan, dilaksanakan pada akhir proses pendidikan. 2. Dilaksanakan secara komprehensif Makna evaluasi secara komprehensif adalah mampu memahami keseluruhan aspek pola tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam hal ini tujuan pendidikan dijabarkan secara rinci yang kemudian dijadikan pedoman pengukuran. 3. Dilaksanakan secara obyektif Evaluasi secara obyaktif artinya dalam proses penilaian hanya menunjuk pada aspek-aspek yang dinilai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau hanya ada satu interpretasi tanpa ada factor subyektif lain. 4. Menggunakan alat ukur yang baik Untuk menjalankan evaluasi dibutuhkan informasi yang diperoleh denga suatu instrumen pengukuran yang memenuhi syarat sebagai berikut. a. Alat pengukur harus valid Validitas pengukuran adalah kadar ketelitian alat pengukur untuk dapat memenuhi fungsinya dalam menggambarkan keadaan aspek yang diukur dengan tepat dan teliti. Menurut Sutrisno Hadi (1997) validitas memiliki dua problem yaitu: a) Kejituan atau ketepatan Alat ukur dinyatakan jitu jika dapat mengerjakan dengan tepat sesuai fungsinya. b) Ketelitian Alat ukur dinyatakan teliti jika mampu dengan cermat menunjukkan ukuran besar-kecilnya gejala yang diukur. b. Alat pengukur harus reliabel Suatu alat ukur dinyatakan reliabel jika dapat menunjukkan kestabilan, kekonstanan, atau keajegan hasil pengukuran. c. Alat pengukur harus memiliki daya pembeda (diskriminatif) Daya pembeda atau discriminating power soal adalah seberapa jauh butir soal mampu membedakan tentang keadaan aspek yang diukur apabila keadaannya memang berbeda. Selain ketiga syarat tersebut, alat pengukur juga harus komprehensif, obyektif, terstandar, dan praktis.