Diterbitkan oleh:
Penerbit Pale Media Prima
Jln. Melati No171, Sembilegi Baru Kidul
Maguwoharjo, Depok, Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta
Tlp. ((0274) 4332233 Fax: (0274) 485222
Email: pale.mediaprima@gmaial.com
DAFFTAR PUSTAKA
UNIT I
PENGUKURAN DAN EVALUASI
BAB 1
SEJARAH PENGUKURAN
DAN EVALUASI
Pengukuran pendidikan berkembang melalui proses
evolusi, yang dimulai dari konsep-konsep sederhana
mengkuantifikasi dan menafsirkan perilaku tertentu, tes
dan pengukuran telah berkembang menjadi proses yang
kompleks meliputi seluruh ukuran kepribadian dan ukuran
bermacam-macam sistem kerja dan operasinya.
Gagasan tentang bagaimana pengukuran asal mula
tidak dapat diketahui secara pasti. Namun, dari sedikit
ilmu hitung. Tes ini dikenal sebagai Tes Ilmu Hitung Stone
pada 1908. Tes nalar ilmu hitung merupakan sumbangan
Stone untuk testing dan pengukuran pendidikan.
S.A.Curtis, adalah juga mahasiswa Thorndike
lainnya, sama seperti Stone, Curtis tertarik dalam
mengukur pertumbuhan murid-murid dalam ilmu hitung
dan dalam menetapkan sebuah norma pencapaian untuk
setiap tingkat (grade). Dia mengembangkan serangkaian
tes-tes standar dalam ilmu hitung untuk digunakan pada
1909. Konsep kata benda (nouns) dan standar-standar
diawali oleh Curtis. Tes yang dikonstruksinya dikenal
sebagai “Rangkaian Tes Ilmu Hitung Curtis”
M.Hillegas, juga seorang mahasiswa Thorndike,
mengkonstruksi serangkaian tes-tes standar dalam Skala
Komposisi berdasarkan prinsip-prinsip dalam konstruksi
Skala Menulis Tangan Thorndike pada 1912. Skala ini
dikenal sebagai “Skala Komposisi Hillegas” dan tes ini
menjadi dasar skala komposisi hari ini.
Ayres, Mahasiswa Thorndika juga, yang
mengembangkan skala-skala ejaan (spelling) standar pada
1915. Skala ini dikenal sebagai “ Skala Ejaan Ayres”
William A.McCall, mempublikasikan buku pionirnya
berkaitan dengan adaptasi tes pada 1924. Jenis tes yang
dikonstruksinya merupakan jenis baru tes yang meluas
digunakan hari ini.
Raph. W. Tyler menyadari perlu ada perluasan tes
prestasi untuk hasil-hasil pengajaran yang tidak dapat
diukur secara akurat seperti sikap, apresiasi, minat,
gagasan, dan lainnya. Sumbangan Tyler jugamembawa
kekonsep testing modern.
BAB 2
KONSEP PENGUKURAN,
PENILAIAN DAN EVALUASI
A. Pengertian Pengukuran
Beberapa definisi yang dikemuka kan para ahli
tentang pengertian pengukuran adalah sebagai berikut :
1.Measurement is the assignment of numerals to objects
or events according to rules that give numeral
quantitative meaning”, Pengukuran adalah
pengalihan dari angka ke objek atau peristiwa sesuai
dengan aturan yang memberikan makna angka secara
kuantitatif (Wiersma and Jurs,1990)
B. Skala Pengukuran
1. Skala Nominal
2. Skala Ordinal
3. Skala Interval
yang sama antara satu data dengan data yang lain. Pada
skala interval hubungan urutan dan jarak antara angka-
angka itu mempunyai arti.
Misalnya, pada variabel ”temperatur” yang memiliki
perbedaan antara 50 dan 51 derajat Celcius sama dengan
perbedaan antara 30 dan 31 derajat Celcius. Tetapi tidak
dapat menyatakan bahwa 50 derajat Celcius itu sama
dengan dua kali lebih panas dari 25 derajat Celcius, karena
pada skala interval tidak ada titik nol mutlak.
Contoh lain dari skala interval adalah mengurutkan
kualitas kinerja guru: sangat tinggi (5), tinggi (4), cukup
tinggi (3), rendah (2), rendah sekali (1). Operasi hitung
seperti tambah, kurang. kali dan bagi dapat digunakan
pada skala interval.
Hal lain juga yang diingat adalah bahwa pada skala
interval tidak dikenal adanya nilai 0 (nol) mutlak, jadi, jika
misalnya seorang siswa hasil tesnya mendapat skor nol,
bukan berarti siswa tersebut tidak memiliki pengetahuan
sama sekali.
4. Skala Rasio
C. Pengertian Penilaian
Agar lebih jelas dan lebih memperluas wawasan
tentang pengertian penilaian, kita dapat melihat beberapa
pengertian penilaian atau asesmen yang dikemukakan para
ahli berikut ini:
1. Assessment is any of a variety of procedures used to
obtain information about student performance.
Penilaian adalah salah satu prosedur yang
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
kinerja siswa (Miller, Linn & Gronlund, 2009)
E. Pengertian Evaluasi
F. Jenis Evaluasi
G. Prinsip-Prinsip Evaluasi
a. Valid.
Evaluasi harus mengukur apa yang seharusnya
diukur dengan menggunakan jenis tes yang
terpercaya dan sahih. Artinya harus ada kesesuaian
antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan
sasaran pengukuran.
b. Berkelanjutan/Berkesinambungan
(kontinuitas).
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari
waktu ke waktu untuk mengetahui secara
menyeluruh perkembangan siswa, sehingga
kegiatan dan untuk kerja siswa dapat dipantau
melalui evaluasi.
c. Menyeluruh (Komprehensif).
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, yakni
meliputi berbagai aspek kompetensi yang akan
dievaluasi. Evaluasi yang menyeluruh meliputi
ranah pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor), sikap dan nilai (afektif) yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak.
d. Bermakna.
Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang
signifikan bagi semua pihak. Oleh karena itu, maka
evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
f. Terbuka.
Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi
berbagai kalangan sehingga keputusan tentang
keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-
sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
g. Ikhlas.
Evaluasi harus dilakukan dengan niat dan yang
bersih, dalam rangka efisiensi tercapainya tujuan
pendidikan dan bai kepentingan siswa.
h. Praktis.
Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan
dilaksanakan dengan beberapa indikator, yaitu: a)
hemat waktu, biaya dan tenaga; b) mudah
diadministrasikan; c) mudah menskor dan
mengolahnya; dan d) mudah ditafsirkan.
i. Sistematis.
Evaluasi dilakukan secara berencana dan bertahap
untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan belajar peserta didik sebagai hasil
kegiatan belajarnya.
j. Mendidik.
Evaluasi harus mampu memberikan sumbangan
positif terhadap peningkatan pencapaian belajar
siswa. Hasil penilaian harus dapat memberikan
BAB 3
BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
UNIT II
TAKSONOMI BLOOM DAN
RANAH HASIL BELAJAR
Kata taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa
Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan
nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah
ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom,
seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan
penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan
berpikir dalam proses pembelajaran. Bloom, lahir pada
tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan
BAB 4
RANAH KOGNITIF
A. Taksonomi Bloom Original
a. Pengetahuan ( knowledge)
Knowledge: remembering or recalling appropriate,
previously learned information to draw out factual
(usually right or wrong) answers.
Mengenali
Mendefinisikan
Mendapatkan
Membedakan
Soal tes untuk tingkat (level) pengetahuan meminta
siswa untuk mengingat kembali apa yang sudah
dipelajarainya,
b. Pemahaman (comprehension)
Comprehension: grasping or understanding the
meaning of informational materials
Menjelaskan
Merumuskan
Merangkum
Memberi contoh
Memperkirakan
Menerangkan
Membedakan
c. Penerapan (application)
Application: applying previously learned information
(or knowledge) to new and unfamiliar situations.
Menggunakan
Menghasilkan
d. Analisis (analysis)
Analysis: breaking down information into parts, or
examining (and trying to understand the
organizational structure of) information.
Membandingkan
Membagi
Menganalisis
Memperinci
Mengkategorikan
e. Sintesis (synthesis)
Synthesis: applying prior knowledge and skills to
combine elements into a pattern not clearly there
before.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluation: judging or deciding according to some
set of criteria, without real right or wrong answers.
Dimensi Dimensi
tersendiri Pengetahuan
Pengetahuan Mengingat
Kata Kerja
Pemahaman Memahami
Penerapani Menerapka
n
Dimensi
Analisis Mengaalisis Proses
Kognitif
Mengevalu
Sintesis
asi
Evaluasi Mencipta
(generating)
1.17. Merencanakan
(planning)
1.18. (Memproduksi
(producing)
a. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan merupakan dimensi
tersendiri dalam Taksonomi Bloom revisi. Ada empat jenis
kategori pengetahuan, yaitu: pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan metakognitif. Jenis-jenis pengetahuan
menunjukkan penjenjangan dari yang sifatnya konkret
(faktual) hingga yang abstrak (metakognitif).
Anderson, et.all (2001) menunjukkan kategori
dimensi pengeta- huan seperti pada Tabel 4.2 berikut.
3) Pengetahuan prosedural:
4) Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan
tentang kognisi secara umum dan pengetahuan
tentang diri sendiri. Metakognitif adalah “knowledge
and awareness about cognitive processes – or our
thought about thinking” (Margaret W. Matlin dalam
Desmita, 2006). Penelitian-penelitian tentang
metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan
perkembangannya siswa menjadi semakin sadar
akan pikirannya dan semakin banyak tahu tentang
kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini
maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.
Sebagai contoh pengetahuan metakognitif,
yaitu pengetahuan tentang langkah-langkah
penelitian, rencana kegiatan dan program kerja ;
pengetahuan tentang jenis metode, tes yang harus
digunakan dan dikerjakan guru ; dan pengetahuan
tentang sikap, minat, karakteristik yang harus
dikuasai untuk menjadi seorang guru yang baik.
Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi tiga
subjenis yaitu: (1) pengetahuan strategik; (2)
pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang
meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional;
dan (3) pengetahuan diri.
1) Mengingat (Remember)
Remembering. Can the student recall or remember the
information? (define, duplicate, list, memorize, recall,
repeat, and reproduce state)
2) Memahami (Understand )
Understanding Can the student explain ideas or concepts?
(classify, describe, discuss, explain, identify, locate, recognize,
report, select, translate, and paraphrase)
3) Menerapkan (Apply)
Applying Can the student use the information in a new
way? (choose, demonstrate, dramatize, employ, illustrate,
interpret, operate, schedule, sketch, solve, use, and write)
4) Menganalisis (Analyze)
Analyzing Can the student distinguish between the
different parts? (appraise, compare, contrast, criticize,
differentiate, discriminate, distinguish, examine,
experiment, question, test assemble, construct, create,
design, develop, formulate, and write long familiar
Bloom's Taxonomy)
5) Menilai (Evaluate)
Evaluating Can the student justify a stand or decision?
(appraise, argue, defend, judge, select, support, value,
and evaluate)
6) Berkreasi(Create)
Creating Can the student create new product or point
of view? (assemble, construct, create, design, develop,
formulate, and write)
BAB 5
TAKSONOMI TUJUAN AFEKTIF
DAN PSIKOMOTOR
A. Taksonomi Ranah Afektif
UNIT III
INSTRUMEN EVALUASI DAN
TEKNIK PENILAIAN
Ditinjau dari alat ukur atau instrumen yang
digunakan untuk melakukan pengukuran, secara umum
dibedakan menjadi dua, yaitu berbentuk tes atau non-tes.
Alat pengukuran yang berbentuk tes bisa dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu tes lisan, test tertulis, dan tes perbuatan.
Tes lisan bisa diselenggarakan secara individual atau
kelompok. Tes tertulis bisa berbentuk esai (uraian) atau
obyektif. Sedangkan tes perbuatan bisa dilaksanakan secara
individual atau juga kelompok.
Alat pengukuran (penilaian) yang non-tes, yang
biasanya menyertai dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa
disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak
langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau
bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist,
BAB 6
INSTRUMEN TES
A.Pengertian Tes
Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai
himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau
pernyataan-pernyataan yang harus dipilih atau ditanggapi,
atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes
dengan tujuan untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, kecerdasan, atau kemampuan suatu aspek
tertentu dari peserta tes.
Kata “tes” berasal dari bahasa Latin “testum”, alat
untuk mengetahui kandungan-kandungan tanah. Dalam
bahasa Perancis, tes adalah alat atau piring untuk
menyisihkan logam mulia dari bahan-bahan lain seperti
pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi
dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah
alat ukur yang dikembangkan untuk dapat melihat dan
mengukur peserta tes yang memenuhi kriteria tertentu.
B. Tujuan Tes
Terkait dengan tujuan tes dalam evaluasi
pendidikan/pembelajaran banyak para ahli menjelaskan
tentang tujuan dari tes. Rangkumannya antara lain yaitu:
C. Klasifikasi Tes
Tes dapat diklasifikasikan dengan beberapa macam,
tergantung dari tujuannya (Anastasi dan Urbina, 1997).
1.Tes Kinerja Maksimum dan tes Kinerja Tipikal
D. Jenis-Jenis Tes
1. Berdasarkan Klasifikasi Psikologi
Dalam psikologi, tes dapat diklasifikasikan menjadi
empat jenis, yaitu: (1) tes yang mengukur intelegensi
umum, (2) tes yang mengukur kemampuan khusus atau tes
a. Tes Inteligensi
Tes Inteligensi dirancang untuk mengukur
kemampuan umum seseorang dalam suatu tugas. Kita akan
ingat bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk
berpikir dan belajar dari pengalaman. Hal ini diduga
tergantung pada kemampuan mewarisi dan lingkungan
dimana seseorang dibesarkan. Suatu tes kecerdasan
memberikan indikasi tentang kemampuan umum individu.
Tes kecerdasan biasanya mencakup berbagai macam tes
sebagai sampel beberapa aspek fungsi kognitif.
b. Tes Bakat
Tes bakat dibuat untuk mengungkap kemampuan
potensial dalam bidang tertentu. Jadi, tes-tes
bakat mengukur kemampuan-kemampuan khusus
dan potensi untuk belajar atau melakukan tugas-tugas
baru yang mungkin relevan dengan belajar atau kinerja di
bidang tertentu. Oleh karena itu tes bakat berorientasi ke
masa depan.
Tes bakat yang digunakan untuk memprediksi kesuksesan
dalam suatu program khusus disebut tes bakat khusus. Tes
bakat sering juga disebut tes bakat skolastik atas tes
kecerdasan bakat. Tes bakat sering digunakan untuk
proses seleksi dan penempatan. Bakat-bakat yang dapat di
tes seperti : bakat menulis, mekanik, musik, seni,
kreativitas
c. Tes Kepribadian
Tes kepribadian yang bertujuan mengungkap
karakteristik individual subjek dalam aspek yang diukur,
seperti ciri-ciri cara berfikir, merasakan atau berperilaku
Beberapa tes kepribadian mengukur sikap, yaitu
cara seseorang menanggapi orang lain, benda, atau situasi
secara emosional atau secara rasional. Beberapa tes
kepribadian mengukur minat, misalnya minat terhadap
pekerjaan. Tes kepribadian yang lain didesain untuk
mengukur keadaan emosional seseorang, atau mengukur
pola perilaku yang menyimpang atau abnormal dan
menunjukkan penyimpangan psikologis.
G. Fungsi Tes
1. Sebagai alat untuk mengukur hasil belajar siswa.
Sebuah tes dapat digunakan untuk mengetahui
sejauh mana materi ajar telah dikuasai oleh siswa.
Misalnya, jika guru mengajar topik tertentu di kelas,
pada akhirnya guru memberikan tes dan banyak siswa
memperoleh skor yang tinggi. Ini merupakan indikasi
bahwa mereka telah memahami topik dengan sangat
baik.Tetapi jika skor mereka yang sangat rendah, ini
menunjukkan bahwa usaha kita sia-sia. Karenanya, kita
perlu melakukan pembelajaran yang lebih baik. Hasil tes
inilah yang akan membantu guru memutuskan apakah
akan melanjutkan ke topik berikutnya atau mengulang
topik yang sama.
BAB 7
111 | Pengukuran & Evaluasi Hasil Dan Proses Belajar
Prof. Dr. Yusrizal, M.Pd
b. Tes Menjodohkan
Stem
Item atau Butir Soal Distractor
Option
Kunci
-----------------------------. Pengecoh
----------------------------. Pengecoh
Menulis Stem:
Stem dari butir soal pilihan ganda memiliki suatu
masalah atau menyatakan sebuah pertanyaan.
Aturan mendasar pada penulisan stem bahwa siswa
harus memahami pertanyaan tanpa harus membaca
beberapa kali dan tanpa membaca semua pilihan
(option).
Petunjuk:
Pililah satu jawaban yang tepat pada soal di bawah
ini dengan memberi tanda silang (X) pada huruf
dilembaran jawaban
Contoh soal:
Pilihlah:
A. Jika (1), (2), dan (3) betul;
B. Jika (1) dan (3) betul;
C. Jika (2) dan (4) betul;
D. Jika hanya (4) yang betul.
Contoh soal:
Kegiatan evaluasi terdiri dari:
(1) mengukur
(2) menilai
(3) memberikan hasil
(4) persiapan
Petunjuk:
Pada soal berikut terdapat kalimat-kalimat yang
terdiri atas pernyataan yang diikuti alasan
Pilihlah:
A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan ada
hubungan sebab
akibat
B. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan tidak
ada hubungan sebab akibat
C. Jika pernyataan benar, alasan salah
D. Jika pernyataan salah, dan alasan salah
E. Baik pernyataan maupun alasan salah
Contoh soal:
Motivasi adalah salah satu seni penting yang harus
dikuasai oleh orang pimpinan
SEBAB
Kemampuan memotivasi bawahan adalah salah satu
cara untuk mendapatkan sumberdaya manusia yang
mau dan mampu bekerja
Petunjuk:
Untuk soal berikut disediakan suatu teks yang harus
dipahami secara cermat. Kemudian menyusul soal
yang memasalahkan hal-hal yang berhubungan
dengan isi teks. Pilihlah satu jawaban yang paling
tepat pada soal yang mengiringi teks.
Contoh soal:
Petunjuk:
Dalam menjawab soal berikut ini hendaknya
digunakan table serta data yang ada di dalamnya.
Contoh:
Udara Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ag Sep Okt
t
Suhu 28,9 29,9 31,3 29,9 29,1 28,6 27,9 28 28,9 28,7
udara ,1
(oC) 0,0
0,0 2,0
Curah 1,0 4,0 23,0 86,0 27,0 1, 42,0
Hujan
0
(mm)
Adopsi dari Zainul & Nasution, 2005.
Contoh:
Siapakah yang menemukan telepon ?
A. Edison
B. Bell
C. Morse
D. Marconi
Contoh:
Pancasila adalah....
A. Dasar negara Republik Indonesia
B. Lima azas orde baru
C. Falsafah hidup bangsa Indonesia
D. Alat peersatu bangsa Indonesia
Contoh:
Penemu rumus kesetaraan energi dan massa
adalah....
A. Rutherford
B. Einstein
C. Sommerfeld
D. Maxwell
Contoh;
Di bawah adalah kebaikan tes bentuk objektif
dibandingkan tes bentuk uraian, kecuali …
A. Cepat dan obyektif dalam memeriksa
jawaban peserta
B. Dapat mewakili bahan atau materi yang telah
dibelajarkan
Contoh :
1) Berpakah luas segitiga yang panjang alasnya 8
cm dan tingginya 6cm?
2) Luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm
dan tingginya 6 cm adalah....
Bentuk soal jawaban singkat cocok untuk
mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan
istilah, fakta, prinsip, metode, prosedur dan
penafsiran data sederhana.
b. Tes Melengkapi
Tes melengkapi adalah butir soal yang
meminta peserta didik atau siswa untuk melengkapi
suatu kalimat dengan satu frase, satu angka atau
satu formula.
B. TES ESAI
1.Pengertian Tes Esai
BAB 8
INSTRUMEN NONTES
A. Konsep Nontes
Non tes dapat diartikan sebagai teknik penilaian
yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Teknik ini
dilakukan melalu piengamatan secara teliti dan tanpa
menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk
mengukur hasil belajar yang berhubungan dengan apa
yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh siswa dari apa yang
diketahui atau dipahaminya. Menurut Widiyoko (2009)
instrumen nontes berhubungan dengan penampilan yang
B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Pada umumnya tujuan penggunaan
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah
untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku
dan proses belajar mereka.
saya dapat
memperoleh
sesuatu yang baru
3 Saya akan
mengembangkan
kemampuan saya
secara maksimal
4 Saya sulit menjalin
kerjasama dengan
orang yang baru
saya kenal
5 Yang teroenting
adalah
kemampuan yang
saya miliki, bukan
sekedar
penampilan fisik
semata
6 Saya merasa tidak
nyaman bila
bersama orang-
orang yang baru
saya kenal
C. Wawancara (Interview)
Contoh:
Instrumen Penilaian Pidato yang menggunakan Metode
Ceklis
Petunjuk:
I. Ekspresi Fisik
____ A. Berdiri tegak melihat pada penonton
____ B. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan
pernyataan yang disajikan
____ C. Mata melihat kepada penonton
II. Ekspresi Suara
____ A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
____ B. Nada suaranya berubah-rubah sesuai pernyataan yang
ditekankan
____ C. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh penonton
III. Ekspresi Verbal
____ A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti
____ B. Tidak mengulang-ulang pernyataan
____ C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan
satu pikiran
____ D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting
Sumber: Setiadi, 2008
Contoh :
Instrumen berpidato menggunakan Numerical rating scale
Nama : Chitra Dewi
------------------------------------------------------------------------------
Petunjuk:
Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor
1. bila siswa selalu melakukan
2. bila kadang-kadang
3. bila jarang, dan
4. bila tidak pernah
Contoh :
Instrumen berpidato menggunakan graphic rating scale
------------------------------------------------------------------------------
Petunjuk:
Tulislah X pada garis dimana kemampuan siswa teramati
pada waktu
Berpidato
__________________________________________________
! ! ! !
! ! ! !
selalu kadang-kadang jarang tidak pernah
Contoh :
Instrumen berpidato menggunakan descriptive rating scale
F. Pengamatan/Observasi
1. Konsep Dasar
2.Pedoman Observasi
Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi
adalah pedoman observasi yang berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar
cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap
atau perilaku. Sedangkan skala penilaian menentukan
posisi sikap atau perilaku siswa dalam suatu rentangan
sikap.
Contoh 1.
Pedoman Observasi menggunakan Check list
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta
didik dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor
sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh peserta didik,
dengan kriteria sebagai berikut :
Ya = apabila siswa menunjukkan perbuatan sesuai aspek
pengamatan
Tidak = apabila siswa tidak menunjukkan perbuatan sesuai
aspek pengamatan.
dengan langkah
yang ditetapkan
7 Membawa buku tulis
sesuai mata
pelajaran
8 Membawa buku teks
mata pelajaran
Jumlah
Petunjuk Penskoran :
Siswa memperoleh nilai :
Baik Sekali : apabila terdapat 7 – 8 jawaban YA
Baik : apabila terdapat 5 – 6 jawaban YA
Cukup : apabila terdapat 3 – 4 jawaban YA
Kurang : apabila terdapat 1 – 2 jawaban YA
Contoh 2
Pedoman Observasi menggunakan rating scale
Pedoman Observasi Sikap Tanggung Jawab
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta
didik dalam tanggung jawab. Berilah tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang
tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak
melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
G. Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik/guru di dalam
dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan
tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat memuat penilaian
siswa terhadap aspek tertentu secara kronologis.
Adapun Kriteria jurnal yaitu:
Mengukur capaian kompetensi sikap yang
penting.
Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
Menggunakan format yang sederhana dan
mudah diisi/digunakan.
Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap
peserta didik secara kronologis.
Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan
yang sistematis, jelas dan komunikatif.
Format pencatatan memudahkan dalam
pemaknaan terhadap tampilan sikap peserta
didik
Menuntun guru untuk mengidentifikasi
kelemahan dan kekuatan peserta didik
H. Inventori
Inventori; merupakan skala psikologis yang dipakai
untuk mengungkap sikap, minat, dan persepsi peserta
didik terhadap sesuatu objek psikologis. Inventori antara
lain berupa skala Thurstone, skala Likert, atau skala
berdiferensiasi semantik. Penjelasan lebih lanjut ada dalam
BAB 16 pengukuran/penilaian sikap.
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh siswa untuk menilai sikap disiplin diri
peserta didik. Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai
sikap disiplin yang kamu miliki sebagai berikut :
Ya = apabila kamu menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan
Tidak = apabila kamu tidak menunjukkan perbuatan sesuai
pernyataan.
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Petunjuk Penyekoran :
Peserta didik memperoleh nilai :
Baik Sekali : apabila terdapat 7 – 8 jawaban YA
Baik : apabila terdapat 5 – 6 jawaban YA
Cukup : apabila terdapat 3 – 4 jawaban YA
Kurang : apabila terdapat 1 – 2 jawaban YA
BAB 9
TEKNIK PENILAIAN
A. Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
Menurut Trespeces (Setiadi, 2008), Performance
Assessment adalah berbagai macam tugas dan situasi di
mana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan
pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang
mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam
konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Berk
(1986) menyatakan bahwa penilaian unjuk kerja adalah
proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang
sistematik untuk membuat keputusan tentang individu.
Jadi Performance Assessment atau penilaian kinerja adalah
suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan
unjuk kerja ke dalam berbagai macam konteks sesuai
dengan yang diinginkan.
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan sesuatu. Penilaian unjuk kerja cocok digunakan
Contoh Instrumen:
Instrumen Penilaian Kinerja (Performance
Assessment) pada saat melaksanakan praktiku/kerja
kelompok.
Kelompok/Nama Sswa
Tanggal:
No Aspek Kinerja SK K C B SB
1 Menunjukkan
minat/inisiatif beraktivitas
2 Terlibat aktif
melaksanakan kegiatan
3 Ketepatan melakukan
tugas/menggunakan alat
4
Menghargai hak orang lain
5 Menunjukkan kreatifitas
Nilai: SK = 0 – 3,4; K = 3,5 – 5,4; C = 5,5 – 6,4; B = 6,5 – 8,4;
SB = 8,5 – 10
C. Penilaian Proyek)
1. Konsep Dasar
Penilaian projek adalah penilaian terhadap tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga
penyajian data. Karena dalam pelaksanaannya projek
bersumber pada data primer/sekunder, evaluasi hasil, dan
kerjasama dengan pihak lain, projek merupakan suatu
sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum
dalam semua bidang. Projek juga akan memberikan
a. Kemampuan pengelolaan
Jika siswa diberikan kebebasan yang luas, mereka akan
mendapatkan kesulitan dalam memilih topik yang tepat.
Mereka mungkin memilih topik yang terlalu luas
sehingga sedikit informasi yang dapat ditemukan.
Mereka mungkin juga kurang tepat untuk
memperkirakan waktu pengumpulan data dan
penulisan laporan.
b. Relevansi
Guru harus mempertimbangkan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar
projek dapat dijadikan sebagai sumber bukti.
c. Keaslian
Guru perlu mempertimbangkan seberapa besar
petunjuk atau dukungan yang telah diberikan pada
siswa.
D. Penilaian Portofolio
1. Pengertian Portofolio
Menurut Paulson dan Meyer (1991) Portofolio adalah
kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha,
perkembangan dan kecapakan siswa dalam satu bidang
studi atau lebih. Kumpulan inii harus mencakup partisipasi
siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian
dan bukti refleksi diri. Sedangkan Gronlund (1976)
mengemukakan portofolio adalah berbagai contoh
pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan.
Jadi portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang
didokumentasi secara baik dan teratur. Karya siswa itu
dapat berupa kliping, tugas idividual, hasil wawancara,
piagam penghargaan, karangan-karangan, dll.
Penilaian Portofolio adalah penilaian terhadap
sekumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis
dan terorganisasi yang diambil selama proses
pembelajaran, digunakan guru dan siswa untuk memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
siswa dalam mata pelajaran tertentu. Dengan demikian
penilaian portofolio memberikan gambaran secara
menyeluruh tentang proses & pencapaian belajar siswa
pada kurun waktu tertentu.
2. Tujuan Portofolio
Tujuan portofolio ditetapkan berdasarkan apa yang
harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan jenis
portofolio. Dalam penilaian di kelas, portofolio dapat
digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain:
3. Prinsip Portofolio
Menurut Surapranata dan Hatta (2004) ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan
sebagai pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio
di sekolah, antara lain:
d. Kepuasan (satisfaction)
Hasil kerja portofolio seyogyanya berisi keterangan-
keterangan dan/atau buktibukti yang memuaskan bagi
guru dan siswa. Portofolio hendaknya juga merupakan
bukti prestasi cemerlang siswa dan keberhasilan
pembinaan guru.
e. Kesesuaian (relevance)
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja
yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam kurikulum.
4. Bentuk Portofolio
Fosters dan Masters (Surapranata dan Hatta, 2004)
membedakan penilaian portofolio ke dalam tiga kelompok,
yaitu: portofolio kerja (working portfolio), portofolio
dokumentasi (documentary portfolio), dan portofolio
penampilan (show portfolio).
Portofolio kerja adalah usaha mandiri yang telah
dilakukan siswa, atau usaha bersama dari kelompok siswa.
Hal-hal yang harus dilakukan siswa dan dinilai dalam
penilaian portofolio antara lain berupa draft, pekerjaan
yang belum selesai, atau pekerjaan terbaik / kerja bisa
dilakukan siswa. Hasil kerja siswa dalam penilaian
portofolio jenis ini digunakan dalam diskusi antara siswa
dan guru. Ini akan membuat guru mengetahui kemajuan
siswa, dan memungkinkan guru menolong siswa untuk
5. Contoh Tugas
Berikut adalah contoh tugas dari guru kepada siswa
untuk membuat portofolio Contoh tugas untuk membuat
portofolio “karya terbaik”.
Kumpulkan dalam satu bendel, karya tulis kamu,
untuk menunjukkan karya terbaik kamu dalam pembuatan
puisi, laporan kunjungan ke objek wisata, artikel dalam
majalah dinding. Jelaskan mengapa masing-masing
merupakan karya terbaik.
UNIT IV
KUALITAS INSTRUMEN DAN
ANALISIS BUTIR
Instrumen atau tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa haruslah sebuah tes yang
berkualitas baik. Tes yang berkualitas baik akan mampu
menjadi tolok ukur yang baik untuk mengukur kemampuan
siswa. Untuk mengetahui bagaimanakah kualitas tes, maka
dilakukan analisis kualitas tes. Dengan analisis kualitas tes
guru dapat mengetahui bagaimana kondisi soal yang
digunakan untuk tes. Setidaknya terdapat tiga karakteristik
yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes
BAB 10
VALIDITAS TES
A.Konsep Validitas
Validitas berasal dari Bahasa Inggris dari kata
validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Beberapa pengertian validitas adalah sebagai
berikut.
B. Macam-Macam Validitas
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu
validitas tes dan validitas butir (Sudijono, 2006). Validitas
tes dikelompokkan atas dua macam, yaitu validitas logis
dan validitas empiris. Secara ilustrasi pembagian validitas
ditunjukkan pada gambar 8.2 .
Validitas
Validitas
Isi
Validitas
Logis
Validitas
Konstruk
Validitas
Tes
Validitas
Konkurensi
Validitas
Empiris
Validitas Validitas
Butir Prediktif
1. Validitas Logis
Validitas logis menunjuk pada kondisi sebuah alat
ukur valid berdasarkan hasil penalaran. Validitas logis
disebut juga sebagai validitas yang dipertimbangkan secara
rasional. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai
oleh sebuah alat ukur, yaitu: validitas isi (content validity)
dan validitas konstruk (construct validity).
2. Validitas Empiris
Validitas empiris menunjuk pada kondisi instrumen
valid berdasarkan hasil uji secara empiris (pengalaman).
Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang
berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria,
baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Menurut
Djaali (2008) kriteria internal berarti tes atau instrumen
itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria
3. Validitas Butir
Validitas butir disebut pula sebagai validitas
internal. Validitas butir memperlihatkan seberapa jauh
hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil ukur
instrumen secara keseluruhan.
Validitas butir (Internal) adalah validitas yang ditinjau
berdasarkan hubungannya dengan kategori tertentu. Bryman
(2001) menyatakan bahwa “internal validity is common to
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
( )( ) ( )( )
√* ( ) +* ( ) +
√* +* +
= = 1,92
√* +* + √
= x√
dengan:
rpbi = koefisien korelasi point biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul
bagi butir yang dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
st = standar deviasi dari skor total
p = proporsi peserta didik yang menjawab betul
(banyaknya peserta didik yang menjawab
betul dibagi dengan jumlah seluruh siswa)
q = proporsi peserta didik yang menjawab salah
(q = 1 – p)
3 C 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
4 D 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7
5 E 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7
6 F 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5
7 G 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6
8 H 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 5
9 I 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 5
10 J 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4
∑X 8 7 8 7 7 5 5 5 5 5 62
p 0,8 0. 0,8 0 0 0, 0, 0, 0,5 0,5
7 , , 5 5 5
7 7
q 0,2 0, 0,2 0 0 0, 0, 0, 0,5 0,5
3 , , 5 5 5
3 3
Q 0,2
P= = = 0,8
= 64+64+49+49+49+25+36+25+25+16 = 402
( )
SD = = = 1,76
Menentukan korelasi point biserial dengan rumus
= x√ x√ = 0,17 x 2 = 0,34
Persentase = x 100%
dengan: f = frekuensi cocok menurut penilai
2 1 0 I 0 0
3 1 0 I 1 0
4 0 0 I 1 0
5 0 0 0 1 1
Jl. Cocok 3 2 4 4 1
Jl. tidak cocok 2 3 1 1 4
CVR = = –1
Perhitungan butir 1:
Mp = 3, M = 5
CVR = (2 )–1
CVR =( ) – 1 = ( ) – 1 = 0,20, butir 1 tidak valid
Perhitungan butir 4:
Mp = 4, M = 5
CVR = (2 )–1
CVR =( )–1= ( )–1= 0,60 ,butir 2 valid
Penilai 1
Penilai/Kategori
Kurang
Penting
Penting
Kurang
A B
Penting
Penilai
2
Penting C D
Penilai 1
Penilai/Kategori
Kurang
Penting
Penting
Penilai Kurang
5 3
2 Penting
Penting 2 15
2.Validitas Konstruks
Pengujian validitas konstruk merupakan gabungan
dari pendekatan logis dan empiris. Menurut Kerlinger
(2003) ada tiga cara yang dapat digunakan untuk
menentukan validitas konstruk, yaitu (a) konvergensi dan
diskriminabilitas, (b) metode matrik multitrait-multi
method, dan (c) metode analisis faktor. Pendekatan
yang banyak dilakukan dalam pengujian validitas
konstruk sekarang adalah pendekatan analisis faktor.
Analisis faktor adalah kajian tentang
kesalingtergantungan antara variabel-variabel, dengan
tujuan untuk menemukan himpunan variabel-variabel
baru, yang lebih sedikit jumlahnya dari pada variabel
semula, dan menunjukkan yang mana di antara variabel-
variabel semula itu yang merupakan faktor-faktor
persekutuan (Suyanto, 1977). Melalui analisis faktor dapat
melihat apakah spesifikasi konstruk yang dikembangkan
secara teoritik telah sesuai dengan konsep konstruk yang
mendasarinya setelah dilakukan ujicoba di lapangan.
Teknik ini menganalisis butir-butir alat ukur yang
terdapat dalam sejumlah faktor tertentu, butir-butir yang
3.Validitas Konkurensi
Tuckman (1975) mengemukakan “concurrent
validity tells wheather the degree to which persons show
evidence of a quality on a given test is reflected in or
paralled by their scores on another test of presumably the
same characteristic” maksudnya validitas konkuren
menjelaskan sejauh mana orang menunjukkan bukti dari
kualitas pada tes yang diberikan itu tercermin atau
terhubung dengan skor pada tes lain yang karakteristiknya
sama.
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
( )( ) ( )( )
√*( )( ) ( ) +*( )( ) ( ) +
( ) ( )
√*( ) ( )+ *( ) ( )+
= = 0,83
√( )( )
4. Validitas Prediktif
Tuckman (1975) menyatakan “Predictive validity
indicates the degree of correspondence between scores on
the test in question and future outcomes that are expected to
be related to characteristic measured by the test.
Maksudnya, validitas ramalan menunjukkan tingkat
kesesuaian di antara skor-skor pada tes dalam soal dan
hasil mendatang yang diharapkan berkaitan dengan ciri-
ciri yang diukur oleh tes.
Menurut Nurkancana dan Sunartana (1986), cara
yang dipergunakan untuk menilai tinggi rendahnya
validitas prediktif ialah dengan jalan mencari korelasi
antara nilai-nilai yang dicapai oleh oleh siswa dalam tes
tersebut dengan nilai-nilai yang dicapainya kemudian.
Sebagai contoh, untuk menguji validitas tes masuk
Perguruan Tinggi Negeri, Perguruan Tinggi belum memiliki
data tentang prestasi mahasiswa, sehingga kriteria yang
akan dibandingkan belum tersedia. Kriteria pembanding
yang diramalkan oleh tes masuk adalah nilai hasil belajar
mahasiswa setelah diterima dan mengikuti pembelajaran
selama waktu tertentu.
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
( )( ) ( )( )
√*( )( ) ( ) +*( )( ) ( ) +
( ) ( )
√*( ) ( )+ *( ) ( )+
= = 0,76
√( )( )
BAB 11
RELIABILITAS TES
A.Pengertian Reliabilitas
Dari segi bahasa, reliabilitas berasal dari kata
reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability yang
berarti hal yang dapat dipercaya. Sebuah tes dikatakan
mempunyai reliabilitas berarti tes tersebut dapat
dipercaya karena memberikan data yang tetap atau
konsisten, dan menjadi sandaran pengambilan keputusan.
Beberapa pengertian reliabilitas adalah sebagai berikut:
(1) Reliability refers to the degree to which a
particular test or instrument providee
B. Jenis-Jenis Reliabilitas
Menurut Djaali dab Muljono (2008) reliabilitas
dibedakan atas dua macam, yaitu reliabilitas konsistensi
tanggapan, dan reliabilitas konsistensi gabungan item.
Reliabilitas
Konsisten
Stabilitas
si
Ekternal
Internal
Metode Rumus
Belah Dua KR-20
Rumus
KR-21
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
Tes Tes
Siswa Pertama Kedua XY X2 Y2
(X) (Y)
A 40 41 1640 1600 1681
B 35 40 1400 1225 1600
C 30 25 750 900 625
D 20 20 400 400 400
E 19 20 380 361 400
F 20 23 460 400 529
G 37 34 1258 1369 1156
H 38 35 1330 1444 1225
I 40 40 1600 1600 1600
J 25 25 625 625 625
∑ 304 303 9843 9924 9841
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
( )( ) ( )( )
√*( )( ) ( ) +*( )( ) ( )+
( ) ( )
√*( ) ( )+ *( ) ( )+
= = 0,94
√( )( )
Ter Tes
Bentuk Bentuk
XY X2 Y2
Pertama Kedua
(X) (Y)
60 48 2880 3600 2304
84 82 6888 7056 6724
40 37 1480 1600 1369
65 72 4680 4225 5184
70 89 6230 4900 7921
33 40 1320 1089 1600
42 37 1554 1764 1369
50 60 3000 2500 3600
70 80 5600 4900 6400
90 74 6660 8100 6400
604 619 40292 39734 41947
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
( )( ) ( )( )
√*( )( ) ( ) +*( )( ) ( ) +
( ) ( )
√*( ) ( )+ *( ) ( )+
= = 0,84
√( )( )
f. Menginterpretasi
Ganjil Genap
XY X2 Y2
(X) (Y)
5 5 25 25 25
4 3 12 16 9
5 4 20 25 16
3 2 6 9 4
3 3 9 9 9
4 0 0 16 0
4 3 12 16 9
3 5 15 9 25
∑X = 31 ∑Y= 25 ∑= 99 ∑ = 125 ∑ = 97
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
( )( ) ( )( )
√*( )( ) ( ) +*( )( ) ( ) +
( ) ( )
√*( ) ( )+ *( ) ( )+
= = 0,221
√( )( )
( )
= 0,361
f. Menginterpretasi
Ganjil Genap d
= X+Y
(X) (Y) (X-Y)
5 5 0 0 10 100
4 3 1 1 7 49
5 4 1 1 9 81
3 2 1 1 5 25
3 3 0 0 6 36
4 0 4 16 4 16
4 3 1 1 7 49
3 5 -2 4 8 64
∑X =31 ∑Y=25 ∑= 6 ∑= ∑= 56 ∑= 420
24
( ) ( )
= = = = 2,437
= 2( )
f. Menginterpretasi
Ganjil Genap =
(X1) (X2) X1+X2
5 5 25 25 10 100
4 3 16 9 7 49
5 4 25 16 9 81
3 2 9 4 5 25
3 3 9 9 6 36
4 0 16 0 4 16
4 3 16 9 7 49
3 5 9 25 8 64
∑X =31 ∑Y=25 ∑= ∑= 97 ∑= 56 ∑= 420
125
( ) ( )
= = = = 2,359
( ) ( )
= = = = 3,50
= 2( ) = 2( ) =2(1-
)
= 2(0,152) = 0,304
( )
=
d. Menghitung koefisien reliabilitas dengan rumus KR-
20 yaitu:
= ( )
e. Menginterpretasi
R Butir
es 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 X X2
0
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10
0
B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81
C 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 81
D 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 36
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 81
F 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 25
G 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 4 16
H 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 4 16
I 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
J 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
p 1 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 59 44
9 8 7 6 5 3 3 4 3 1
q 0 0, 0, 0, 0, 0., 0, 0, 0, 0.
1 2 3 4 5 7 7 6 7
p 0 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 1,
q 09 16 21 24 25 21 21 24 21 82
= ( )
= ( ) =( )(1 – 0,196) =
0,892
Koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,802
termasuk dalam kategori tinggi
( )
: = ( )
( )
= ( )
e. Menginterpretasi
Res Butir
X X2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81
C 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 81
D 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 36
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 81
F 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 25
G 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 4 16
H 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 4 16
I 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
J 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
10 9 8 7 6 5 3 3 4 3 59 441
= 59/10 = 5,9
Menghitung reliabilitas dengan rumus :
( )
= ( )= (
( )
)
( )
=( )( ) = 0,82
Koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,82
termasuk dalam kategori tingi
( )
( )
f. Menginterpretasi
Contoh: Ibu Aini membuat 5 butir tes esei pelajaran
Bahasa Indonesia bagi siswanya di kelas 3. Untuk
Siswa Butir
1 2 3 4 5
A 15 20 17 18 20 90 8100
B 10 7 12 9 10 48 2304
C 5 7 5 8 5 30 900
D 20 20 17 20 18 95 9025
E 15 17 15 18 17 82 6724
F 7 8 7 5 9 36 1296
G 15 17 14 15 15 76 5776
H 20 19 17 20 17 93 8649
I 15 15 16 14 15 75 5625
J 4 3 4 4 3 18 324
∑ 643 48723
∑ 126 133 124 131 129
∑ 1890 2135 1778 2055 1967
Keterangan:
N = Jumlah responden (siswa)
a. Menghitung varians butir dengan rumus:
( )
=
( )
= = = 30,24
( )
= = = 36,61
( )
= = = 24,04
( )
= = = 30,29
( )
= = = 33,89
∑ =
∑ = 30,24 36,61
( )
=
( )
= = = 737,81
( )
( ) = 0,99
4) Rumus Hoyt
Selain metode atau rumus-rumus di atas, untuk
menghitung koefisien reliabilitas dapat juga diperoleh
dengan teknik analisis varian yang menggunakan rumus
Hoyt yang bentuknya sebagai berikut.
r = 1 --
dengan : MKbs = varians siswa
MKs = varians responden
r = reliabiltas tes
Langkah-langkah estimasi koefisien reliabilitas jika
menggunakan Rumus Hoyt adalah:
a. Membuat tabel penyebara skor-skor jawaban siswa
b. Menjumlahkan skor-skor butir tes yang betul, juga
menjumlahkan skor –skor tiap siswa ( ) sehingga
diperoleh ∑ ,
c. Mencari jumlah kuadrat total (J ) dengan rumus:
( )
J ) =∑ -
d. Hitung jumlah kuadrat antar butir ( ), dengan
rumus
( ) ( )
–
e. Hitung jumlah kuadrat antar siswa ( ) dengan
rumus:
( ) ( )
JKs = –
f. Hitung jumlah kuadrat antar responden-butir ( )
Res Butir
Xt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81
C 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 81
D 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 36
E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 81
F 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 25
G 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4 16
H 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 4 16
I 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
J 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
B 10 9 8 7 6 5 5 3 3 3 59 441
( ) ( )
–
=( + + + + + + + + + )-
( )
( ) ( )
JKs = –
=( + + + + + + + + + )-
( )
= (10 +8,1 + 8,1 + 3,6 +8,1 +2,5+ 1,6 +1,6 +0,4 + 0,10) -
- 34,81
= 44,1 – 34,81 = 9,29
MKb = = 0,698
= = = = 1,03
Menghitung rata-rata jumlah kuadrat antar butir-
responden ( )
M = = -= = = 0,106
( )( )
r = = 1 -- = 0,897
r2 = ( )
r2 = = 0,75
Kalau tes tersebut ditambah lagi butirnya menjadi 3
kali lipat dari semula, maka koefisien reliabilitasnya
menjadi:
r3 =
( )
r3 = = 0,87
2. Penyebaran skor
Koefisien reliabilitas secara langsung dipengaruhi
oleh penyebaran skor dalam kelompok yang diukur.
Semakin besar penyebaran skor maka semakin besar pula
koefisien reliabilitas yang diperoleh.
3. Objektivitas
Objektivitas sebuah alat ukur menyatakan derajad
untuk pemberi skor kompeten yang sama mendapatkan
hasil yang sama. Skor butir-butir tes objektif seperti
pilihan ganda, skor yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh
keputusan dan pendapat pemberi skor. Semakin tinggi
tingkat objektivitas tes semakin tinggi pula tingkat
reliabilitasnya.
Keterangan:
Gambar a) hasil tembakan yang valid dan reliabel,
karena hasilnya tepat pada sasaran dan masih
dalam luasan konsisten
Gambar b) hasil tembakan yang tidak valid dan
tidak reliabel, karena sasaran gerak labil dan merata
ke semua luasan target
Gambar c) hasil tembakan yang reliabel tetapi tidak
valid karena hasil tembakan pada luasan konsisten
di luar ketepatan target yang telah ditetapkan.
BAB 12
ANALISIS BUTIR TES
A.Pengertian Analisis Butir Tes
Analisis butir soal didefinisikan sebagai suatu
proses sistematik untuk mengkaji kualitas butir-butir soal
tes terutama tes obyektif. Analisis butir es adalah salah
satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan mutu suatu tes, khususnya mutu tiap butir
soal yang menjadi bagian dari tes itu. Kegiatan
menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang
harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang
telah ditulis. Tujuannya adalah untuk mengkaji dan
a. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk
menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan
p =
dengan :
p = Proporsi menjawab benar atau Indeks tingkat
kesukaran
∑ B = banyaknya peserta tes yang menjawab benar.
N = jumlah peserta tes yang menjawab.
TingkatKesukaran =
Mean =
D =
⁄
dengan
D = indeks Diskriminasi
= jumlah jawaban benar kelompok atas
= jumlah jawaban benar kelompok bawah
T=: jumlah siswa kelompok atas atau bawah
( )
D= atau D = atau D =
√
keterangan
Xb = rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Xs = rata-rata skor siswa yang menjawab salah
SD = simpangan baku skor total
p = adalah proporsi jawaban benar terhadap
semua jawaban siswa, q = I –p
Contoh:
Hasil uji coba 10 butir soal pilihan ganda pada 10
orang siswa, adalah sebagai berikut:
Nomor Butir
N
Total
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
skor
o
0
1 A 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
2 B 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8
3 C 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
4 D 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7
5 E 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7
6 F 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5
7 G 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6
8 H 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 5
9 I 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 5
1 J 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4
0
∑X 8 7 8 7 7 5 5 5 5 5 62
P
0,8
0,7
0,8
0,7
0,7
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Q
0,2
0,3
0,2
0,3
0,3
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Ingin dihitung daya beda butir 1, Maka langkah
perhitungannya adalah sebagai berikut:
√ =√ = 1,398
∑ = +
+
∑ = 402
√ =
√ = 0,496
Angka 0,496 itu disebut indeks diskriminasi
(Suryabrata, 2000), yang menunjukkan derajat kecermatan
soal tersebut dalam membedakan siswa yang tinggi
kemampuannya dari siswa yang rendah kemampuannya.
Demikian dengan cara yang sama, maka indeks
diskriminasi butir-butir 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dapat
dihitung.
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk
uraian adalah dengan menggunakan rumus (Tim
Puspendik, 2008) berikut ini.
D=
keterangan
D = daya pembeda soal uraian
Mean A = rata-rata skor siswa pada kelompok atas
Mean B = rata-rata skor siswa pada kelompok bawah
Skor Maks = skor maksmum yang ada pada pedoman
penskoran
%= x 100 %
Contoh:
Pilihan
A B C D E O jumlah
Jawaban
Kelompok
5 7 15 3 3 0 33
Atas
Kelompok
8 8 6 5 7 3 37
Bawah
Jumlah
13 15 21 8 10 3 70
IP = ( ) ( )
x 100 %
Keterangan:
IP = Indek pengecoh
P = jumlah siswa yang memilih pengecoh
N = jumlah siswa yang ikut tes
B = jumlah siswa yang menjawab betul pada setiap soal
n = jumlah alternatif jawaban
Ip = Np ( )
Keterangan:
Np = jumlah siswa yang memilih pengecoh
N = banyak option (pilihan)
N = jumlah siswa yang ikut tes
NB = jumlah siswa yang menjawab benar butir soal yang
bersangkutan
Untuk menafsirkannya adalah berdasarkan ketentuan
berikut.
Kriteria:
> 200% : sangat buruk
0 – 25% atau 176-200% : buruk
26%-50% atau 151-175% : kurang baik
51%-75% atau 126-150% : baik
76%-125% : sangat baik
Soal 1 2 3 4 5
Pretes P PT PR PT PR PT PR PT PR PT
(PR) R
Postes
(PT)
1. A - + + + - - + - - +
2. B - + + + - - + - + +
3. C - + + + - - + - - +
4. D - + + + - - + - - +
5. E - + + + - - + - + +
6. F - + + + - - + - - -
Adopsi dari Joesmani, 1988-
+ = jawaban betul,
- = jawaban salah
Kesimpulan analisinya:
Soal 1 :adalah soal yang ideal, sebelum diajar semua siswa
menjawab salah, tetapi setelah diajar semua siswa
menjawab betul
Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:
E= = 100
E= = 0,00
E= = 0, 00
E= = -1, 00
UNIT V
PENYUSUNAN SOAL DAN
PENSKORAN
Keberhasilan pengukuran hasil belajar bukan pada bentuk
/tipe soal, tetapi pada mutu soal; Tes baru akan berarti bila
terdiri dari butir soal yang menguji tujuan yang penting
dan mewakili ranah yang diperlukan; Penyusunan soal
perlu pengetahuan dasar dan latihan; Tes harus
direncanakan dan dipertanggungjawabkan, karena itu
penyusunan soal sagat perlu dan penting dilakukan.
BAB 13
PENYUSUNAN DAN
PENULISAN SOAL TES
A.Penyusunan Tes
1. Langkah Penyusunan
Pengembangan instrumen tes sebagai alat ukur
ranah kognitif perlu menempuh langkah-langkah tertentu.
Ada sejumlah langkah yang harus ditempuh untuk dapat
mengembangkan tes hasil belajar dengan baik. Brennan (2006)
mengemukakan langkah-langkah umum pengembangan tes
sebagai berikut: 1) penentuan tujuan tes, 2) penyusunan
kisi-kisi tes, 3) penulisan soal, 4) penelaahan soal, 5) uji
coba soal termasuk analisisnya, 6) perakitan soal menjadi
dst
Jumlah
Butir Soal
Persentase 100
8). Penskoran
Penskoran adalah proses menentukan angka
melalui:
a. Materi
Soal harus sesuai dengan indikator (artinya soal
harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak
diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi),
pengecoh harus berfungsi, dan setiap soal harus
mempunyai satu jawaban yang benar (artinya, satu soal
hanya mempunyai satu kunci jawaban).
b. Konstruksi
a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
Artinya, kemampuan/ materi yang hendak
diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan
pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang
dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya
mengandung satu persoalan/gagasan
b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus
merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan
yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan
atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah
jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal
jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau
c. Bahasa/budaya
Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia
3. Tes Menjodohkan
Kaidah penulisan soal bentuk menjodohkan (Tim
Puspendik, 2008) adalah seperti berikut:
a. Tulislah seluruh pernyataan dalam lajur kiri sejenis,
dan pernyataan dalam lajur kanan juga sejenis.
Dengan kata lain: pernyataan dalam lajur sebelah
kiri isinya homogen, demikian juga pernyataan
dalam lajur sebelah kanan isinya harus homogen.
b. Tulislah pernyataan jawaban lebih banyak dari
pernyataan soal. Hal ini penting, untuk memperkecil
probabilitas peserta tes menjawab soal secara
menebak dengan benar. Seperti contoh berikut,
pernyataan soal yang ada di lajur kiri adalah lima
butir, pernyataan jawaban yang ada di lajur kanan
adalah enam butir.
c. Susunlah jawaban yang berbentuk angka secara
berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya.
Apabila alternatif jawabannya berupa tanggal dan
tahun terjadinya peristiwa, maka susunlah tanggal
dan tahun tersebut berurutan secara kronologis,
seperti dalam penulisan soal pilihan ganda.
d. Tulislah petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan
mudah dipahami oleh peserta tes. Oleh karena itu,
dalam perumusan kalimat dan penggunaan
kosakata perlu memperhatikan perkembangan
kemampuan bahasa peserta tes.
4. Tes Isian
Kaidah penulisan soal bentuk isian adalah seperti
berikut (Tim Puspendik, 2008):
a. Materi
Soal harus sesuai dengan indikator, setiap pertanyaan
harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan, materi
yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran,
dan materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang
dan jenis sekolah atau tingkat kelas.
b. Konstruksi
Soal menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut
jawaban terurai, ada petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal, setiap soal harus ada pedoman
c. Bahasa
2) Menganalisis argumen
Contoh indikator soal:
Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua
argumentasi, peserta didik dapat: (1) menyimpulkan
argumentasi secara cepat, (2) memberikan alasan yang
5) Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada
peserta didik adalah benar dan pilihannya terdiri dari:
(1) satu kesimpulan yang benar dan logis, (2) dua atau
lebihkesimpulan yang benar dan logis, peserta didik
dapat membandingkan kesimpulan yang sesuai dengan
pernyataan yang disajikan atau kesimpulan yang harus
diikuti.
6) Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal:
8) Menilai
Contoh indikatornya:
Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan masalah,
dan kemungkinan penyelesaianmasalahnya, peserta
didik dapat menentukan: (1) solusi yang positif dan
negatif, (2) solusi mana yang paling tepat untuk
memecahkan masalah yang disajikan, dan dapat
memberikan alasannya.
9) Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal:
Disajikan pernyataan situasi dan argumentasi/naskah,
peserta didik dapat mendefinisikan konsep yang
dinyatakan.
11) Mendeskripsikan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan,
segmen dari video klip, peserta didik dapat
mendeskripsikan pernyataan yang dihilangkan
Menurut Linn dan Gronlund Keterampilan Berpikir Kritis
adalah:
1). Membandingkan
Jelaskan persamaan dan perbedaan antara ... dan ....
Bandingkan dua cara berikut tentang ....
4). Meringkas
Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ....
Ringkaslah dengan tepat isi ....
5). Menyimpulkan
Susunlah beberapa kesimpulan yang bersasal dari
data ....
Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan
peristiwa berikut ..
7). Mengelompokkan
Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
Apakah hal berikut memiliki ....
8). Menciptakan
Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda
tentang ....
Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi
bila ....
9). Menerapkan
Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah
....
Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman ....
10). Analisis
Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
11). Sintesis
Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ....
Tuliskan sebuah laporan ....
12). Evaluasi
Apakah kelebihan dan kelemahan ....
Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang
....
8) Mendeskripsikan masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik
dapat menggambarkan sebuah diagram atau gambar
yang menunjukkan situasi masalah.
BAB 14
PENSKORAN HASIL TES
A.Penskoran Hasil Tes
Penskoran (skoring) atau pemberian skor adalah
proses pengubahan atau jawaban – jawaban soal tes
menjadi angka-angka yang pasti.
S = ∑R -
Contoh:
- Banyaknya soal = 10 buah (T)
- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)
- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)
- Banyaknya pilihan = 4 buah (k)
- Maka skornya menjadi : 8 - {2 / (4 - 1)} = 8 - (2 /
3) = 7,33
S = ∑R - ( ) x Wt
S= R-( )( )
a) Metode Analitik
Langkah-langkah pelaksanaan cara analitik adalah:
(1) Tulislah/buatlah jawaban sempurna dari tiap soal, yaitu
jawaban yang dapat diberikan skor tertinggi
(2) Analisislah dan tetapkan bagian-bagiannya
(3) Skor tertinggi yang hendak diberikan kepada jawaban
sempurna itu dibagi-bagi kepada tiap bagian
(4) Baca jawaban tiap siswa dan berikan skor pada tiap
bagian
(5) Jumlahkan skor tiap bagian itu, dan ini merupakan skor
jawaban siswa untuk soal tersebut.
b) Metode Rating
Dalam metode rating, jawaban sempurna tidak
dibagi-bagi kepada bagian-bagian. Guru yang melakukan
penskoran membaca dengan sekasama setiap soal, dan
menangkap ruang lingkup yang ada dalam jawaban.
Langkah-langkah penskorannya adalah:
(1) Membaca jawaban siswa
(3) Mengelompokkan jawaban siswa ke dalam salah
satu kategori yang menunjukkan tingkat kualitas
jawaban (sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat
kurang)
(4) Membandingkan jawaban dengan kategori yang
diberikan pada jawaban
(3) Skor yang diberikan sesuai dengan kategori itu
merupakan skor akhir jawaban siswa dari soal
tersebut.
B. Konversi Skor
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah
yang dicapai peserta didik (siswa) ke dalam skor terjabar
atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar
yang diperoleh (Arifin, 2009)
Untuk melakukan konversi skor (pengolahan dan
pengubahan skor mentah hasil tes) menjadi nilai dapat
menggunakan berbagai macam skala, di antaranya :
1) Skala lima (stanfive)
2) Skala sembilan (stannine)
3) Skala seratus
4) Skala sebelas (eleven points standard)
5) Skala Z (Z score)
6) Skala T (T score)
Nilai = x skala
Nilai = x skala
0% - 14% 1
Untuk mencari tingkat penguasaan adalah sama seperti
pada skala lima. Misalkan Skor Maksimal Idealnya adalah
90, maka;
P= x 100
dengan:
P = persentil
X = skor yang dicapai
P= x 100 = 83,33
̅
Z=
dengan: ̅ = Skor rata-rata ideal
= 50 + x 10
= 50 + x 10
= 50 – 3,3 = 46,7 (dibulatkan 47)
̅= atau ̅ =
dengan: x = skor peserta tes/siswa
f = frekwensi skor peserta tes/siswa
N = Jumlah peserta tes
b) Mencari Standar Deviasi (SD) dari skor yang
diperoleh siswa dengan rumus:
( ) ( )
SD = atau SD = --
c) Membuat pedoman konversi skala lima.
Pedoman konversi skala lima berarti membagi nilai
standar menjadi lima skala, atau lima kualifikasi.
Cara menyusun skala lima adalah dengan membagi
C
E D B A
𝑥
𝑥- 𝑥- 𝑥 𝑥
46 39 32 31 43 32 44
37 24 38 58 17 48 38
51 49 40 45 41 25
42 30 35 36 35 20
34 11 28 27 33 53
5
1 2 3 4 6 7 8 9
𝑥
𝑥- 𝑥
𝑥- 𝑥
𝑥- 𝑥
𝑥- 𝑥
̅ + 1,25 SD
̅ + 0,75 SD
6
̅ + 0,25 SD
5
̅ - 0,25 SD
̅ - 0,75 SD 4
̅ - 1,25 SD 3
2
̅ - 1,75 SD
1
Contoh: Misalkan skor hasil tes adalah seperti yang ada
pada contoh di atas, dengan: Mean ( ̅ ) skor siswa = 36,37,
dan Standar Deviasi (SD) skor =10,15. Menggunakan
pedoman konversi skala sembilan,diperoleh sebagai
berikut.
9
̅ + 1,75 SD = 36,37 + 1,75 x 10,15 = 54,13
8
̅ + 1,25 SD = 36,37 + 1,25 x 10,15 = 49,06
7
̅ + 0,75 SD = 36,37 + 0,75 x 10,15 = 43,98
6
̅ + 0,25 SD = 36,37 + 0,25 x 10,15 = 38,91
5
̅ - 0,25 SD = 36,37 – 0,25 x 10,15 = 33,83
4
̅ - 0,75 SD = 36,37 – 0,75 x 10,15 = 28,76
3
̅ - 1,25 SD = 36,37 – 1,25 x 10,15 = 23,68
2
̅ - 1,75 SD = 36,37 – 1,75 x 10,15 = 18,61
1
5
0 1 2 3 4 6 7 8 9 10
𝑥
𝑥- 𝑥
𝑥- 𝑥
𝑥- 𝑥
𝑥- 𝑥
𝑥- 𝑥
dengan: x = skor
̅ = rata-rata
̅
T = 50 + x 10 atau T = 50 + 10 Z
Keterangan:
x = skor mentah yang diperoleh siswa
̅ = rata-rata skor siswa
= Standar Deviasi
Contoh: Konversi skor mentah menjadi skor standar (T
skor) adalah sebagai yang terlihat pada Tabel berikut.
UNIT VI
PENGUKURAN DAN
PENILAIAN AFEKTIF
BAB 15
BENTUK-BENTUK SKALA
PENGUKURAN
A.Skala Pengukuran
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat
dan perhatian dan lain-lain yang disusun dalam bentuk
pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya
dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang
ditentukan (Sudjana (2009). Skala terbagi tiga, yaitu: skala
penilaian, skala sikap, dan skala minat. Skala terdiri atas
daftar pernyataan/pertanyaan yang disampaikan kepada
responden untuk dijawab secara tertulis.
Ada beberapa model atau bentuk skala yang
dikembangkan oleh para pakar untuk mengukur sikap.
1.Skala Likert
a. Langkah-langkah penyusunan:
Adapun langkah-langkah penyusunan Skala Likert
(Likert Scales) dapat dirinci sebagai berikut.
1. Menentukan objek sikap --- misalnya sikap
terhadap pelajaran fisika.
2. Menyusun kisi-kisi atau konstruk skala sikap berisi
rincian aspek sikap berikut jumlah dan jenis
pernyataan (positif atau negatif).
3. Menulis pernyataan (statement) secara tepat
dengan memperhatikan kaedah sebagai berikut.
a. menghindari kalimat yang mengandung
banyak interpretasi;
b. rumusan pernyataan hendaknya singkat;
c. satu pernyataan hendaknya hanya
mengandung satu pikiran yang lengkap;
d. sedapat mungkin, pernyataan hendaknya
dirumuskan dalam kalimat yang sederhana;
e. menghindari penggunaan kata-kata: semua,
selalu, tidak pernah, dan sejenisnya;
5 10 15 20 30
a.Langkah-langkah pengembangan
Langkah-langkah pengembangan skala Diferensial
Semantik ini adalah sebagai berikut.
1) Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan
skalanya, misalnya "Sikap terhadap Mata Pelajaran
Fisika".
2) Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata
sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap.
Misalnya: menarik; penting; menyenangkan; mudah
dipelajari; dan sebagainya.
3) Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan
dalam skala.
4) Menentukan rentang skala pasangan bipolar dan
penskorannya.
3. Skala Thrustone
Skala Thurstone, skala ini mula-mula dikembangkan
oleh L.L Thurstone dari metoda psikofisikal yang bertujuan
untuk mengurutkan responden berdasarkan ciri atau
kriteria tertentu. Skala Thurstone, digunakan untuk
mengukur tentang sikap, persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena tertentu yang ingin
diketahui. Skala Thurstone memuat jumlah pernyataan
yang harus dipilih oleh responden, yang masing-masing
telah diberi skor (bobot) tertentu.
a. Langkah-langkah penyusunan
1) Pembuat skala menyusun
sebanyak-banyaknya pernyataan yang
berhubungan dengan masalah yang
dinilai ,kira-kira 100-300 butir.
4. Skala Guttman
Contoh:
a. Yakin atau tidakkah anda, pergantian Kurikulum
akan dapat meningkatkan mutu pendidikan ?
1. Yakin
2. Tidak
YA TIDAK
Skor 4 3 2 4 3 2 1
1
4 x
3 x x x x x
2 x x x x
1 x x x x x x
0 x
x
x
a. Langkah-langkah penyusunan
1. Susunlah sejumlah pertanyaan yang relevan dengan
masalah yang ingin diselidiki.
2. Lakukan penelitiaan permulaan pada sejumlah
responden dari populasi yang akan diselidiki,
sampel yang diselidiki minimal besarnya 50.
3. Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban
yang ekstrim dibuang. Jawaban yang ekstrim adalah
jawaban yang disetujui atau tidak disetujui oleh
lebih dari 80% responden.
4. Susunlah jawaban pada tabel Guttman.
5. Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan koefisien
skalabilitas.
Ks 1-
dengan:
e = jumlah error.
P = jumlah kesalahan yang diharapkan.
Ks = koefisien skalabilitas.
1. Observasi perilaku
Observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indera, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi
langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa
perantara orang lain. Sedangkan observasi tidak langsung
dengan bantuan orang lain, seperti guru lain, orang tua,
siswa, dan karyawan sekolah. Oleh karena itu guru dapat
melakukan observasi terhadap siswa, bisa menggunakan
daftar cek (checklists), kemudian hasil observasi dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
Observasi dilakukan dengan menggunakan buku catatan
Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi
adalah pedoman observasi yang berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar
cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap
atau perilaku. Sedangkan skala penilaian menentukan
posisi sikap atau perilaku siswa dalam suatu rentangan
sikap. Observasi perilaku di Sekolah dapat dilakukan
dengan Buku Catatan Harian.
2. Pertanyaan langsung
Guru juga dapat menanyakan secara langsung
tentang sikap siswa berkaitan dengan sesuatu hal.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain dari siswa dalam
memberi jawaban dapat dipahami sikapnya terhadap objek
sikap tersebut.
Jika guru ingin mengetahui sikap siswa terhadap
materi pelajaran yang diampunya dengan cara
menanyakan langsung, maka guru tersebut dapat
menggunakan instrumen penilaian sikap seperti berikut
3. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini di sekolah, misalnya: siswa
diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal,
yang menjadi objek sikap. Dari ulasan yang dibuat oleh
4. Skala Sikap
Menggunakan skala-skala sikap sebagaimana yang
telah diuraikan di atas, kita dapat menilai sikap siswa. Kita
boleh menggunakan skala Likert atau skala diferensial
semantik. Yang perlu diperhatikan adalah konstruksi butir-
butirnya harus berpedoman pada indikator dari variabel
yang ingin dinilai. Sebagai contoh di bawah, ingin dinilai
sikap siswa terhadap pelajaran fisika.
√
Menarik !------!------!------!-------!------!-------!-------! Membosankan
BAB 16
PENGEMBANGAN I
NSTRUMEN AFEKTIF
A. Prosedur Pengembangan Instrumen
Gable (1986) memberikan secara garis besar 15
langkah kerja yang harus ditempuh dalam
mengembangkan instrumen, yaitu sebagai berikut: (1)
mengembangkan definisi konseptual, (2)
mengembang- kan definisi operasional, (3) memilih
teknik pemberian skala, (4) melakukan review
justifikasi butir, yang berkaitan dengan teknik pemberian
skala yang telah ditetapkan, (5) memilih format respons
atau ukuran sampel, (6) penyusunan petunjuk untuk
respons, (7) menyiapkan draf instrumen, (8)
menyiapkan instrumen akhir, (9) pengumpulan data
ujicoba awal, (10) analisis data ujicoba dengan
Definisi Konseptual
Analisis Hasil Ujicoba
Definisi Operasional
Revisi Instrumen
Penetapan Instrumen
Finalisasi
Kisi-Kisi Instrumen
Perbanyakan Instrumen
BAB 17
CONTOH PENGEMBANGAN
INSTRUMEN: KINERJA GURU
A.Instrumen Kinerja Guru
Misakan kita ingin mengembangkan instrumen untuk
mengukur kinerja guru, jadi variable disini adalah kinerja
guru. Berdasarkan teori pengembangan pada BAB 16 di
atas, maka langkah pertama adalah membaca sejumlah
literatur untuk mengetahui apa itu kinerja guru, dan apa
indicator-indikatornya.
metode, (4) guru, (5) siswa, (6) fasilitas, (7) interaksi, dan
(8) evaluasi. Sumiyati (2005) mengemukakan bahwa
kinerja guru adalah aktivitas guru dalam melaksanakan
pembelajaran dan yang dapat diamati oleh siswa yang
mencakup: (1) pengelolaan kelas, (2) kualitas personal, (3)
hubungan guru siswa, (4) teknik mengajar, dan (5)
perilaku. Selanjutnya masih terkait dengan proses belajar
mengajar, Mcbeath (1992) mengemukakan bahwa dalam
menyiapkan pembelajaran guru harus: (1) memilih materi,
(2) mengorganisir materi, (3) memilih contoh-contoh
dan sumber-sumber, (4) menyeleksi format penyajian, (5)
membuat kondisi untuk kesuksesan pembelajaran, (6)
melakukan evaluasi keefektifan pembelajaran, (7)
membuat ringkasan, dan (8) memberikan tugas.
Guru adalah sebuah jabatan yang mempunyai tugas
pokok mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup,
mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan
pemahaman siswa terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa. Kinerja guru
adalah kemampuan guru untuk menampilkan atau
mengerjakan tugas guru. Berdasarkan uraian dalam kajian
pustaka di atas, maka dapat disimpulkan bahwa enam
indikator kinerja guru di dalam kelas. Keenam indikator
tersebut masing-masing yaitu: (1) Strategi Pembelajaran,
(2) Penguasaan Materi, (3) Pengelolaan Kelas, (4)
Komunikasi dengan Siswa, (5) Teknik Mengajar, dan (6)
Penilaian Hasil Belajar Siswa.
2. Konstruk Instrumen
Konstruk kinerja adalah variabel yang merupakan
sintesis dari teori-teori kinerja yang telah dibahas di atas.
Konstruk tersebut dijelaskan dalam definisi konseptual dan
definisi operasional yang di dalamnya tercakup dimensi,
dan indikator dari variabel kinerja guru yang hendak
diukur.
Penetapan Instrumen
Kita misalkan untuk mengembangkan instrument kinerja
guru ini digunakan skala semantic diferensial
Kisi-Kisi Instrumen
Rancangan awal kisi-kisi dan penyebaran nomor
butir instrumen penilaian kinerja guru adalah seperti
terlihat pada Tabel 17. 1 berikut.
3. Penulisan Butir
Butir instrumen dibuat untuk setiap indikator.
Setiap indikator dikembangkan menjadi beberapa butir
pernyataan. Dari enam indikator dikembangkan sebanyak
47 butir pernyataan, dengan rincian sebagai berikut. Untuk
indikator strategi pembelajaran ada 9 butir, indikator
penguasaan materi 9 butir, indikator pengelolaan kelas 11
butir, komunikasi dengan siswa 6 butir, teknik mengajar
ada 7 butir, dan indikator penilaian hasil belajar siswa ada
5 butir. Adapun rincian butir-butir instrumen penilaian
kinerja guru.
berakhir
N
Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7
o
Strategi
Pembelajaran
Guru mengaitkan
materi
Tidak Sela
1 pembelajaran
Pernah lu
dengan realita
kehidupan
Guru memberikan
aplikasi konsep
Tidak Sela
2 pada
Pernah lu
perkembangan
kehidupan
Dalam mengajar,
Tidak Sela
3 guru mengaitkan
Pernah lu
hubungan materi
Guru mendorong
siswa untuk Tidak
Sela
42 berperan aktif Perna
lu
selama proses h
belajar mengajar
Penilaian Hasil
Belajar Siswa
Guru
mengumumkan
hasil pekerjaan Tidak
Sela
43 terbaik ketika Perna
lu
melakukan h
penilaian terhadap
kegiatan kerja
kelompok
Guru
Tidak
memberitahukan Sela
44 Perna
hasil PR/ kuis/ lu
h
tugas-tugas siswa
Bentuk soal ujian
Tidak
yang dibuat guru Sela
45 Perna
hanya satu macam lu
h
saja
Selain ujian melalui
Tidak
tes tertulis, guru Sela
46 Perna
juga memberi ujian lu
h
secara lisan
Guru memberi nilai
Tidak
kepada siswa hanya Sela
47 Perna
berdasarkan hasil lu
h
ujian saja
No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7
Guru mengaitkan
materi
Tidak
1 pembelajaran Selalu
Pernah
dengan realita
kehidupan
Dalam mengajar,
guru mengaitkan
hubungan materi Tidak
2 Selalu
yang satu dengan Pernah
materi yang
lainnya
Guru mengawali
pelajaran dengan Tidak
3 Selalu
hal-hal yang Pernah
menarik
Guru mengajukan
pertanyaan
kepada siswa Tidak
4 Selalu
pada waktu Pernah
memulai kegiatan
pembelajaran
Guru mengecek
apakah siswa
membawa buku
Tidak
5 pelajaran atau Selalu
Pernah
tidak pada waktu
kegiatan
pembelajaran
Guru mengulangi
pertanyaan
kepada siswa
Tidak
6 yang tidak dapat Selalu
Pernah
menjawab
pertanyaan
sebelumnya
Guru
Tidak
7 menggunakan Selalu
Pernah
metode
pembelajaran
yang bervariasi
Prosedur
penilaian guru
Tidak
8 diberitahukan Selalu
Pernah
kepada semua
siswa
Guru menjelaskan
pentingnya suatu
Tidak
9 topik bahasan
Pernah
pada awal
mengajar
Guru menjelaskan
pokok - pokok
Tidak
10 bahasan yang
Pernah
harus dipelajari
siswa
Guru menjelaskan
Tidak
11 materi pelajaran Selalu
Pernah
dengan lancar
Materi yang
disajikan guru Tidak
12 Selalu
dapat /mudah Pernah
dipahami siswa
Guru dapat
menjawab Tidak
13 Selalu
pertanyaan- Pernah
pertanyaan siswa
Guru menjelaskan
Tidak
14 materi pelajaran Selalu
Pernah
secara berurutan
Guru mengulangi
materi pelajaran Tidak
15 Selalu
yang kurang Pernah
dipahami siswa
Guru merangkum
materi pelajaran
Tidak
16 sebelum kegiatan Selalu
Pernah
pembelajaran
berakhir
Guru memberi
Tidak
17 respon terhadap Selalu
Pernah
pertanyaan siswa
Guru memberi
perhatian secara Tidak
18 Selalu
merata kepada Pernah
semua siswa
Guru tanggap
terhadap masalah
yang dihadapi
Tidak
19 oleh siswa pada Selalu
Pernah
saat berlangsung
proses belajar
mengajar
Guru mengakhiri
pembelajarannya
Tidak
20 sesuai dengan Selalu
Pernah
waktu yang telah
ditentukan
Guru bersikap
Tidak
21 ramah terhadap Selalu
Pernah
setiap siswa
Guru peduli
terhadap siswa
yang mengalami
Tidak
22 kesulitan pada Selalu
Pernah
waktu kegiatan
pembelajaran
berlangsung
Guru
memperhatikan
siswa pada waktu Tidak
23 Selalu
kegiatan Pernah
pembelajaran
berlangsung
Guru menghargai
gagasan siswa
Tidak
24 yang berkaitan Selalu
Pernah
dengan usulan
untuk
menyelesaikan
tugas-tugas
Guru
memperkuat
penyajian materi
Tidak
25 dengan Selalu
Pernah
memberikan
tugas-tugas
kepada siswa
Guru mengecek
siswa apakah
telah Tidak
26 Selalu
mengerjakan Pernah
tugas-tugas atau
belum
Guru memberikan
soal-soal PR/kuis
sesuai dengan Tidak
27 Selalu
materi Pernah
pembelajaran
yang disajikan
Guru mau
menjawab
pertanyaan - Tidak
28 Selalu
pertanyaan siswa Pernah
di luar jam
mengajar
Guru memberikan
balikan kepada
siswa dengan
Tidak
29 menyerahkan Selalu
Pernah
kembali hasil
pemeriksaan
jawaban siswa
Guru memuji
siswa yang dapat
Tidak
menjawab Selalu
30 Pernah
pertanyaan
dengan benar
Guru memberikan
waktu yang cukup
kepada siswa Tidak
31 Selalu
untuk menjawab Pernah
pertanyaan yang
diajukannya.
Guru memberikan
contoh yang
cukup untuk Tidak
32 Selalu
menanamkan Pernah
pengertian dalam
penjelasannya
Guru memberi
catatan mengenai
Tidak
33 hal-hal yang Selalu
Pernah
penting di papan
tulis
Guru
mengelompokkan
siswa ke dalam
kelompok belajar Tidak
34 Selalu
untuk Pernah
mendiskusikan
materi
pelajarannya
Guru
menggunakan
metode diskusi
pada pokok Tidak
35 Selalu
bahasan yang Pernah
menghendaki
pemahaman yang
lebih mendalam.
Guru mendorong
siswa untuk
menyatakan hal -
Tidak
36 hal yang tidak Selalu
Pernah
jelas dari
penyajian materi
ajarnya
Guru mendorong
siswa untuk
Tidak
37 berperan aktif Selalu
Pernah
selama proses
belajar mengajar
Guru
mengumumkan
hasil pekerjaan
terbaik ketika Tidak
38 Selalu
melakukan Pernah
penilaian
terhadap kegiatan
kerja kelompok
Guru
memberitahukan Tidak
39 Selalu
hasil PR/ kuis/ Pernah
tugas-tugas siswa
Bentuk soal ujian
yang dibuat guru Tidak
40 Selalu
hanya satu Pernah
macam saja
Guru memberi
nilai kepada siswa
Tidak
41 hanya Selalu
Pernah
berdasarkan hasil
ujian saja
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing an
Assessment,(Eight Edition), Boston: Allyn and Bacon.
Thomas, G.H & Dawson, J.B. & (1972). Item analysis and
examination statics. Birmingham: The Union of
Educational Institutions.