Secara bahasa Evaluasi berasal dari bahasa inggris , Evaluation yang berarti penilaian
atau penaksiran. Sedangkan menurut istilah para pakar kependidikan berbagai macam
redaksi, yaitu:
a. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan.
b. Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. 1[1]
c. Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah perencanaan yang sedang di bangun
berhasil, sesuia dengan harapan awal atau tidak.2[2]
d. Evaliasi adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan menentukan kualiatas
(nilai atau arti) daripada sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.3[3]
e. Evaluasi adalah suatu proses yang sangat penting dalam pendidikan guru, tetapi pihak-
pihak yang terkait dalam program itu seringkali melalaikan atau tak menghayati
sungguh-sungguh proses evaluasi tersebut4[4]
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan, bahwa Evaluasi adalah sesuatu
proses kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menilai suatu objek berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu.
Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, evaluasi mengandung beberapa pengertian,
diantaranya adalah:
Menurut Suchman sebagaimana yang dikutip oleh Arikunto bahwa memandang
evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai bebarapa
kagiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainaya tujuan.
Menurut Abdul Basir evaluasi adalah proses pengumpulan data yang deskriptif,
informative, prediktif, dilaksanakan secara sistematik dan bertahap untuk menentukan
kebijaksanaan dalam usaha memperbaiki pendidikan.
Menurut Mehrens dan Lehman yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, evaluasi dalam
arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Menurut Oemar Hamalik, evaluasi adalah proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu system pengajaran. Rumusan itu mempunyai tiga implikasi, yaitu sebagai
berikut: Secara teminologis, evaluasi dikemukak oleh para ahli sebagai berikut:
3. Raka Joni (1975) mengartikan evaluasi sebagai berikut: 'suatu proses dimana kita
mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempertimbangkan patokan-patokan
tertentu, patokan-patokan mana mengandung pengertian baik tidak baik, memadai tidak
memadai, memenuhi syarat tidak memenuhi symat dengan perkataan lain kita menggunakan
Value Judgement.
Sedangkan evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis,
berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminandan penetapan
kualitas (nilai atau arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2.
Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri.
Di dalam batasan tentang evaluasi pendidikan yang telah dikemukakan dimuka, tersirat
bahwa tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mendapat data pembuktian yang akan
menunjukan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam tujuan-tujuan
kurikuler.
Secara lebih rinci, fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokan
menjadi empat fungsi, yaitu:
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah
mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran.
Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK).
Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.
Menurut Sukardi, dilihat dari segi aspeknya, fungsi evaluasi pendidikan yang dilaksanakan
dalam proses belajar mengajar pada prinsipnya dapat dikelompokan menjadi dua macam,
yaitu:
Membantu guru dalam menentukan derajat tujuan pengajaran agar dapat dicapai.
Membantu guru untuk mengetahui keadaan yang benar pada siswanya.
Bagi guru fungsi evaluasi perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar evaluasi yang
diberikan benar-benar mengenai sasaran. Hal ini didasarkan karena hampir setiap saat guru
melaksanakan kegiatan evaluasi untuk menilai keberhasilan belajar siswa serta program
pengajaran.
Syarat evaluasi
Langkah pertama yang perlu ditempuh guru dalam menilai prestasi belajar siswa adalah
menyusun alat evaluasi(test instrument) yang sesuai dengan kebutuhan, dalam artian tidak
menyimpang dari indicator dan jenis prestasi yang diharapkan.
Persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi belajar
(The Psychology of learning) meliputi dua macam, yakni: 1). Reliabilitas; 2). Validitas
(Cross, 1974; Barlow, 1985; Butler, 1990).
1) Reliabilitas
Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti hal tahan uji atau dapat dipercaya.Sebuah
alat evaluasi dipandang reliable atau tahan uji apabila memiliki konsistensi atau keajegan
hasil.5[4]
2) Validitas
Validitas berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi dipandang valid atau abash
apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.6[5]
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi dalam proses
pendidikan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:194-198) terurai sebagai berikut :
1. Kesahihan
Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat diartikan sebagai ketepatan
evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi. untuk memperoleh hasil evaluasi
yang sahih, dibutuhkan insturmen yang memiliki/memenuhi syarat-syarat kesahihan suatu
instrumental evaluasi. Kesahihan instrument evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan
hasil pengalaman.
2. Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan
bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat. Gronlund dalam
Dimyati dan Mudjiono (2006:196) mengemukakan bahwa, keterandalan menunjukkan
kepada konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimana keajegan skor tes atau hasil
evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke pengukuran yang lain. Dengan kata
lain, keterandalan dapat kita artikan sebagai tingakat kepercayaan keajegan hasil evaluasi
yang diperoleh dari suatu instrument evaluasi.
3. Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada
instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/
memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.
Sementara menurut Arikunto dan Jabar (2010:8-9) evaluasi memiliki ciri-ciri dan persyaratan
sebagai berikut :
1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi
penelitian pada umumnya.
2. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis yaitu memandang
program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau
unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang kinerja dari objek yang
dievaluasi.
3. Agar dapat mengetahui secar rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlu adanya
identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.
4. Menggunakan standar, Kiteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam menentukan
kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan.
5. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah
kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.
6. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk
mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi
komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator dari
program evaluasi.
7. Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu bagian yang paling kecil
dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.
8. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat
sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
Dari pilihan tersebut, yang terbaik dan benar adalah a. Contoh lain, masih materi tgas anggota
keluarga. Misalnya tugas ayah, dapat dibuat dndikator sebagai berikut.
Setelah dijelaskan susunan (kedudukan) anggota keluarga, siswa dapat memilih tugas utama
ayah sebagai kepala keluarga.
Tugas utama ayah sebagai kepala keluarga adalah berikut ini :
a. Membantu ibu
b. Membimbing anak-anak
c. Mencari nafkah
d. Pergi ke kantor
Jawaban yang tepat adalah (c)
Jadi, dalam merancang, tes, pertama kita perlu mempelajari kurikulum sekolah yang berlaku
mengenai hal-hal berikut.
1. Kompetensi dasar Materi pokok Hasil Belajar Indikator
2. Setelah indikator materi, dibuat indikator tes atau tujuan instruksional khusus (TIK) untuk tes
yang akan disusun.
Dari indikator tes atau TIK tugas ayah, seperti disebutkan di atas, aspek yang akan diukur
adalah pemahaman.
Apa yang diuraikan di atas adalah uraian materi dari : Kedudukan anggota keluarga.
Selanjutnya, kedudukan anggota keluarga dapat diperinci menjadi, seperti berikut ini.
1) Ayah, bertugas sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah
2) Ibu, bertugas mengatur kebutuhan rumah tangga
3) Anak-anak bertugas membantu orang tua dan belajar