Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH DIRASAH AL-QUR’AN

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN

2021

\\\

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. AHMAD HAFIFUDIN (190303158)


2. RATNA SARI DEWI LESTARI (190303159)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM(BKI)


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI(FDIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih


lagi Maha Penyayang, karena atas rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat
diselesaikan. Selanjutnya shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad Saw, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar, sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan makalah kami yang berjudul ”WAQOF DAN
IBTIDA”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Sebagai makhluk yang merupakan hamba Allah yang diciptakan dengan


adanya kekurangan dalam diri, tidak pernah sempurna baik dalam ucapan atau
perbuatan, termasuk dalam penyusunan makalah ini diyakini masih banyak
memiliki kekurangan di dalamnya, baik dalam isi dan cara penulisannya. Namun
demikian makalah ini selanjutnya, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita menyerahkan segala urusan.

Mataram, Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR..................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 4

A. LATAR BELAKANG......................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................... 5
C. TUJUAN.............................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................. 6

A. Pengertian Waqaf dan Ibtida................................................6


B. Tujuan Kode Etik Konseling................................................7
C. Fungsi Kode Etik Konseling................................................8

BAB III PENUTUP......................................................................... 9

a. Kesimpulan.......................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang tanda waqaf (tanda-tanda berhenti dan tempatnya) dan ibtida’
(memulai bacaan) berperan penting di dalam tatacara membaca al-Qur’an, dalam rangka
menjaga validitas makna ayat-ayat al-Qur’an, dan menghindari kesamaran serta agar tidak
jatuh ke dalam kesalahan. Dan pengetahuan ini membutuhkan pemahaman yang mendalam
tentang ilmu bahasa Arab (dengan berbagai macam cabangnya), ilmu Qiro’at, dan ilmu
Tafsir, sehingga tidak merusak makna ayat.

Seorang pembaca al-Qur’an diibaratkan sebagai seorang musafir, dan titik-titik atau tempat di
mana seorang pembaca berhenti diibaratkan sebagai tempat peristirahatan baginya.

Manusia berbeda-beda dalam hal waqaf. Di antara mereka ada yang menjadikan tempat
waqaf sesuai dengan panjang nafasnya. Sebagian yang lain menjadikannya pada setiap
penghujung ayat. Dan yang paling pertengahan adalah bahwa terkadang waqaf berada di
tengah ayat, sekalipun yang lebih dominan adalah di akhir-akhir ayat. Dan tidak setiap akhir
ayat ada waqaf (tempat untuk berhenti), akan tetapi yang dijadikan ukuran adalah makna dan
nafas mengikutinya.

Dan seorang pembaca, apabila sampai pada tempat waqaf sedangkan nafasnya masih kuat
untuk sampai pada tempat waqaf berikutnya maka boleh baginya untuk melewatinya (tidak
berhenti) dan berhenti pada waqaf setelahnya. Namun jika nafasnya tidak sampai ke waqaf
berikutnya maka hendaknya ia tidak melewati waqaf tersebut (hendaknya berhenti pada
tempat waqaf pertama)

Seperti seorang musafir, jika menemukan tempat persinggahan yang subur, teduh, banyak
makanan dan dia tahu bahwa jika ia melewatinya (tidak singgah di sana) ia tidak akan sampai
pada persinggahan berikutnya, dan ia perlu untuk singgah di tempat yang tandus, yang tidak
ada apa-apanya (tidak teduh, tidak ada makanan dll), maka yang lebih baik bagi orang itu
adalah ia tidak melewati persinggahan yang subur tersebut. Maka jika seorang pembaca al-
Qur’an tidak mampu meneruskan bacaan disebabkan pendeknya nafas, atau ketika waqaf
pada tempat yang dimakruhkan untuk waqaf maka hendaknya dia memulainya dari awal
kalimat (ayat) supaya maknanya bersambung antara satu dengan yang lain, dan supaya
mulainya bacaan setelahnya tidak mengakibatkan kerancuan (makna yang kurang tepat).
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Waqaf dan ibtida’?
b. berapa pembagian waqaf dan ibtida’?
c. Apa saja macam-macam tanda baca waqaf?
d. Bagaimana cara berwaqaf yang baik?

C. Tujuan
a. Dapat mengetahui pengertian waqaf dan ibtida’.
b. Dapat mengetahui pembagian waqaf dan ibtida’.
c. Mengetahui macam-macam tanda baca waqaf.
d. Dapat mengetahui cara berwwaqaf yang baik.

BAB II

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Waqaf

Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan
untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.

Kata al-Waqaf biasa dipakai untuk dua makna, makna yang pertama adalah titik atau tanda di
mana seseorang yang membaca al-Qur’an diam (menghentikan bacaannya) pada tanda
tersebut.Makna yang kedua adalah tempat-tempat (posisi) yang ditunjukkan oleh para imam
ahli Qir’at. Dengan demikian setiap tempat (posisi) dari tempat-tempat tersebut dinamakan
waqaf, sekalipun seorang pembaca al-Qur’an tidak berhenti di tempat (posisi) tersebut.

Waqaf  juga bisa diartikan memberhentikan suara (ketika membaca Al-Quran) sebentar pada
suatu kalimat untuk mengambil (menarik) nafas dengan niat untuk melanjutkan bacaan al-
Qur’an lagi dan tidak ada tujuan untuk menghentikan bacaan al-Qur’an  sama  sekali.

Perlu kita mengenal istilah-istilah terkait dengan membaca Al-Qur’an


dan menghentikan bacaan sebagai berikut :

1. Iftitah [ ‫اِ ْفتِتَاح‬ ] adalah pembukaan dalam bacaan Al-Qur’an yang diawali dengan
membaca                                                      isti’adzah, basmalah, lalu diteruskan dengan
membaca ayat.

ْ َ‫ َوق‬ ] adalah menghentikan bacaan atau suara sejenak pada akhir suku kata untuk
2. Waqaf [ ‫ف‬
mengambil nafas dengan maksud hendak melanjutkan bacaan pada ayat berikutnya.

3. Ibtida’ [ ‫اِ ْبتِدَاء‬ ] adalah memulai bacaan kembali sesudah waqaf dari awal suku kata pada
ayat berikutnya.

4. Qatha’ [ ْ‫قَطَع‬ ] adalah mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan memotong bacaan sama sekali.
Dan apabila hendak membuka bacaan kembali sesudah melakukan qatha’, disunahkan
membaca isti’adzah lagi.

Perhatikan contoh berikut ini :

ِ ‫ بِس‬- ‫اَ ُعـوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشـ ْيطَا ِن الـ َّر ِجـي ِْم‬
ِ ‫ْـــم هللاِ الـرَّحْ ـ َم ِن الـر‬
‫َّحـي ِْم‬
ِ َ‫ ِمن‬. ‫ الَّ ِذى يُ َوس ِْو ُسفِى صُ ُدوْ ِرالنَّاس‬. ‫اس ال َخنَّاس‬
‫الجنَّ ِة‬ ِ ِ‫ َمل‬. ‫قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ النَّاس‬
ِ ‫ ِم ْن َش ِّر ال َو ْس َو‬. ‫ اِل ِه النَّاس‬. ‫ك النَّاس‬
‫ َوالنَّاس‬.

B.     Pembagian Waqaf

Waqaf dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. WAQAF IKHTIBARI (menguji atau mencoba). Maksudnya adalah waqaf


yang dilakukan untuk menguji qari’ atau menjelaskan agar diketahui cara waqaf dan
ibtida’ yang sebenarnya. Waqaf ini dibolehkan hanya dalam proses belajar mengajar,
yang sebenarnya tidak boleh waqaf menurut kaidah ilmu tajwid.

2. WAQAF IDHTHIRARI (terpaksa). Maksudnya adalah waqaf yang


dilakukan dalam keadaan terpaksa, mungkin karena kehabisan nafas, batuk atau
bersin dan lain sebagainya. Apabila terjadi waqaf ini, hendaklah mengulang dari kata
tempat berhenti atau kata sebelumya yang tidak merusak arti yang dimaksud oleh
ayat.

3. WAQAF INTIZHARI (menunggu). Maksudnya adalah waqaf yang


dilakukan pada kata yang diperselisihkan oleh ulama’ qiraat antara boleh dan tidak
boleh waqaf. Untuk menghormati perbedaan pendapat itu, sambil menunggu adanya
kesepakatan, sebaiknya waqaf pada kata itu, kemudian diulangi dari kata sebelumnya
yang tidak merusak arti yang dimaksud oleh ayat, dan diteruskan sampai tanda waqaf
berikutnya. Dengan demikian terwakili dua pendapat yang berbeda itu.

4. WAQAF IKHTIARI (pilihan). Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan


pada kata yang dipilih, disengaja dan direncanakan, bukan karena ada sebab-sebab
lain.
Waqaf Ikhtiari dibagi menjadi empat, yaitu:

          a.  Waqaf Tam (sempurna). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata


yang sudah sempurna, baik menurut tata bahasa maupun arti. Pada umumnya terdapat
pada akhir ayat dan di akhir keterangan, cerita atau kisah. Dan tidak ada kaitannya
ْ
sama sekali dengan ayat berikutnya. Seperti waqaf pada  َ‫ال ُم ْفلِحُوْ ن‬ dalam ayat berikut :

]5 : ‫ َواُولئِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ نَ [ البقرة‬  ‫ك َعلَى هُدًى ِّم ْن َّربِّ ِه ْم‬


َ ِ‫اُولئ‬
- Waqaf Tam bisa terjadi sebelum habisnya ayat, seperti waqaf pada kata ‫اَ ِذلَّ ٍة‬ dalam
ayat :

َ ْ‫ت اِ َّن ْال ُملُو‬


] 34 : ‫يَ ْف َعلُوْ نَ [ النمل‬  َ‫اَ ْف َس ُدوْ هَا َو َج َعلُوا اَ ِع َّزةَ اَ ْهلِهَا اَ ِذلَّ ٍة وقف ِو َك َذالِك‬ ً‫ك اِ َذا َد َخلُوْ ا قَرْ يَة‬ ْ َ‫قَال‬

- Waqaf Tam terkadang terjadi pada pertengahan ayat, seperti waqaf pada kata  ‫اِ ْذ َجا َء‬
‫نِ ْي‬ dalam ayat :

ِ ِ‫ضلَّنِ ْي َع ِن ال ِّذ ْك ِر بَ ْع َداِ ْذ َجا َء نِ ْي وقف َو َكانَ ال َّش ْيطَانُ ل‬


]29: ‫إل ْن َسا ِن َخ ُذوْ الً [الفرقان‬ َ َ‫لَقَ ْد ا‬

- Dan waqaf Tam dapat terjadi pula sesudah habis ayat tambah sedikit, seperti waqaf
pada kata ‫ َوبِاللَّ ْي ِل‬ dalam ayat :

]138 - 137 : ‫َواِنَّ ُك ْم لَتَ ُمرُّ وْ نَ َعلَ ْي ِه ْم ُمصْ بِ ِح ْينَ ☼ َوبِاللَّيْلْ وقف اَفَالَ تَ ْعقِلُوْ نَ [ الصفات‬

           b. Waqaf Kafi (cukup). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
menurut tata bahasa sudah dianggap cukup, tetapi dari segi arti, cerita atau kisah
masih ada kaitannya dengan ayat berikutnya. Seperti waqaf pada ☼ َ‫يُوْ قِنُوْ ن‬ dalam ayat
berikut :

َ‫ ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ ‫ َواُولئِكَ هُ ُم‬  ‫اُولئِكَ َعلَى هُدًى ِّم ْن َّربِّ ِهم‬   ☼
َ‫قَ ْبلِكَ ج َوبِاألَ ِخ َر ِة هُ ْم يُوْ قِنُوْ ن‬  ‫☼ َوالَّ ِذ ْينَ ي ُْؤ ِمنُوْ نَ بِ َما اُ ْن ِز َل اِلَ ْيكَ َو َما اُ ْن ِز َل ِمن‬

[ [ 5 – 4 : ‫البقرة‬

           3. Waqaf Hasan (baik). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang sudah
dianggap baik menurut tata bahasa, tetapi masih ada kaitan dengan ayat berikutnya, baik dari
ْ
segi arti maupun tata bahasa. Seperti waqaf pada ☼ ‫ال َعالَ ِمـيْن‬ dalam ayat berikut :

‫ك يَوْ ِم ال ِّديْن‬ ِ ْ‫اَ ْل َح ْمـ ُد هللِ َربِّ ْال َعـالَ ِمـ ْينَ ☼ اَلرَّح‬    
ِ ِ‫مـن ال َّر ِحي ِْـم ☼ َمـال‬

          4. Waqaf Qabih (buruk). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang menurut
tata bahasa tergolong buruk dan bahkan merusak arti atau maksud dari makna ayat yang
َ ‫لِ ْل ُم‬ dalam ayat berikut :  
sebenarnya. Seperti waqaf pada ☼ ‫صلِّيْن‬
َ ‫فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم‬
َ ‫صلِّ ْينَ ☼ الَّ ِذ ْينَ هُ ْم ع َْن‬
َ‫صالَ تِ ِه ْم َساهُوْ ن‬

َ ‫لِ ْل ُم‬ akan merusak arti atau maksud ayat. Maksud dari ayat adalah :
Waqaf pada ☼  َ‫صلِّ ْين‬
َ ‫لِ ْل ُم‬ , maka
“Neraka itu untuk orang-orang yang melalaikan shalat” Ketika waqaf pada ☼ ‫صلِّيْن‬
maksud ayat lalu berubah menjadi :
“Neraka itu untuk orang-orang yang mengerjakan shalat"

C.    Cara Berwaqaf
Waqaf dalam membaca Al-Qur’an dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut, yaitu :

1.  Akhir suku kata dimatikan dalam bacaan apabila berharakat fathah, kasrah, dhammah,
kasratain atau dhammatain [ ‫َـ ِـ ُـ ٌـ ٍـ‬ ] Contoh :
‫ َسقَ َر‬  dibaca         ْ‫َسقَر‬

 ‫نُ ُذ ِر‬           dibaca         ْ‫نُ ُذر‬ 

   ُ‫اَحْ َسن‬      dibaca       ‫اَحْ َس ْن‬

ْ ‫تَخَ ُّو‬            
ٍ ‫تَ َخ ُّو‬       dibaca          ‫ف‬
 ‫ف‬

  ‫اَ ِش َر‬         dibaca        ْ‫اَ ِشر‬   

2. Akhir suku kata dimatikan [ ‫ْـ‬ ]dalam bacaan apabila berharakat : Fathah, kasrah atau
dammah yang sebelumnya ada Alif [ُ ‫ا ـ َ ـ ِ ـ‬ ] seperti :

☼  ُ‫ب ☼ ْال ِح َساب‬


ِ ‫اب ☼ ْال ِح َسا‬ ْ
َ ‫ال ِح َس‬  dibaca   ْ‫ال ِح َسا ب‬
َ ‫اِي‬           dibaca        ْ‫اِيَّاي‬  
‫َّاي‬

َ َ‫خَ طَاي‬      dibaca         ْ‫َخطَايَاي‬


‫اي‬

َ ‫يُ ْن‬ dibaca ☼ ‫صرُوْ ْن‬


- Fathah sebelumnya ada Wa [ َ‫وْ ـ‬ ] seperti : ☼  َ‫صرُوْ ن‬ َ ‫يُ ْن‬

- Fathah, kasrah atau dhammah sebelumnya ada Ya’ mati, [َ ‫يْ ـ ُ ـ ِ ـ‬ ] , seperti :

‫اَ ْل َحلِيْم‬    ☼ ‫اَ ْل َحلِ ْي َم ☼ اَ ْل َحلِي ِْم‬   dibaca   ‫اَ ْل َحلِ ْي ْم‬


- Dhammatain atau kasratain sebelumnya ada Ya’mati, [ٍ ‫ـ‬ ٌ ‫يْ ـ‬ ] seperti :                           ☼ ‫َحلِ ْي ٌم‬
‫حلِي ٍْم‬           dibaca        
َ ‫َحلِ ْي ْم‬

- Dhammatain atau kasratain sebelumnya ada Waw mati [ٍ ‫وْ ـ ٌ ـ‬ ] seperti :                            ‫َغفُوْ ٌر‬
‫☼ َغفُوْ ٍر‬             dibaca         ْ‫َغفُوْ ر‬

3. Akhir suku kata berharakat fathatain dan sesudahnya ada huruf Alif [‫]ًـ ا‬ dibaca fathah    [ ‫َـ‬
‫]ا‬, seperti : ‫ح ِك ْي ًما‬        dibaca                      ‫ا‬
َ ‫َح ِك ْي َم‬

- atau akhir suku kata terdiri dari huruf Hamzah berharakat fathatainn [‫] ًء‬ dibaca fathah [‫] َء‬ ,
seperti :   ‫ َما ًء‬         dibaca        ‫َمائَا‬

- atau akhir suku kata terdiri dari Alif maqshurah dan sebelumnya berharakat fathatain [  ‫ًـ‬
‫ى‬ ] dibaca fathah [ ‫]َـ ى‬, seperti : ‫ ُم َس ّمًى‬ dibaca  ‫ُم َس َّمى‬

4. Akhir suku kata terdiri dari Ta’ Marbuthah [ ‫ـة ـ ة‬ ] dimatikan dan bunyinya berubah
menjadi bunyi Ha’ [ ‫ـ ْه ـ ْه‬ ] , seperti :
 ٌ‫حا ِميَة‬            dibaca                        ْ
َ ‫َحا ِميَه‬

5. Akhir suku kata yang terdiri dari huruf Ha’ berharakat kasrah atau dhammah [  ‫ـ ِه ـ‬
ُ‫ـه‬ ] dimatikan [ ْ‫ـ ْه ـ ـه‬ ] , seperti :

‫احبَتِ ِه‬
ِ ‫ص‬         dibaca        ْ
َ ‫صا ِحبَتِه‬                     
َ

6. Akhir suku kata terdiri dari huruf Mad atau huruf mati, dibaca apa adanya tanpa ada
perubahan, seperti :

 ‫اَ ْقفَالُهَا‬ tetap dibaca ْ‫اَ ْقفَالُهَا‬ ,

 ‫فَ َسقُوْ ا‬ tetap dibaca  ‫فَ َسقُوْ ا‬ ,

ْ َ‫لَي‬
 ‫ َعلَ ْي ِه ْم‬ tetap dibaca  ‫طغَى‬

ْ َ‫لَي‬
 ‫ َعلَ ْي ِه ْم‬ tetap dibaca  ‫طغَى‬
7. Akhir suku kata terdiri dari huruf hidup, sedangkan sebelumnya terdapat huruf mati seperti
dalam kurung [ ‫ ْـ ُـ‬/ ‫ ْـ ِـ‬/ ‫ْـ َـ‬ ] maka huruf akhir suku kata itu dimaitkan seperti dalam kurung [ ‫ْـ ْـ‬
‫ْـ ْـ‬ / ‫ ْـ ْـ‬/ ] sehingga ada dua huruf mati. Cara mewaqafkan, cukup sekedar bunyi akhir suku
kata itu didengar sendiri atau oleh orang yang berdekatan sebagai isyarat bahwa ada huruf
mati, sehingga waqaf seperti ini disebut “waqaf isyarat”. Contoh :

‫ َو ْال َعصْ ِر‬      dibaca  ْ‫و ْال َعصْ ر‬               


َ

 ‫واألَ ْمـ ُر‬      dibaca    


َ ْ‫َواألَ ْمـر‬

8. Akhir suku kata bertasydid dimatikan tanpa menghilangkan fungsi tasydidnya,


seperti : ‫ ِم ْنـه َُّن‬                dibaca ‫ ِم ْنـه ْ ُّن‬  

َ‫خلَقَهُن‬        dibaca        ‫خَ لَقَه ْ ُّن‬

9. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ‫ؤ‬ ] dimatikan bila waqaf, dan dibaca
pendek bila washal, seperti :

 ‫يَـتَـفَـيَّـؤُا‬  bila Waqaf dibaca ْ‫يَـتَـفَـيَّـأ‬ - dan bila Washal dibaca ُ‫ ِظالَلُه‬ ‫يَـتَـفَـيَـؤُا‬ (QS.An-Nahl [16] : 48)

 - ‫يَـعْـبَــؤُا‬   bila Waqaf dibaca  ْ‫يَـعْـبَـأ‬ - dan bila Washal dibaca ‫يَـعْـبَـؤُا بِـ ُك ْم‬ (QS.Al-Furqan [26] :


77)

Demikian pula dalam QS.Yusuf [12] : 84 ‫تَـ ْفـتَـؤُا‬ , - dalam QS. Thaha  ‫اَتَـ َو َّكـؤُا‬ 18 : ]20[ ‫يَـ ْد َرؤُا‬ ,-
dan dalam QS. An-Nur [24] : 8 

10. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ‫ؤ‬ ] bila waqaf dimatikan sesudah
membaca panjang huruf sebelumnya, dan bila washal hamzah dibaca pendek seperti :

Tulisan - ‫عُـلَـمـؤُا‬ bila Waqaf dibaca    ْ‫عُـلَـ َمـاء‬ - dan bila Washal dibaca ‫عُـلَـمـؤُا بَنِ ْي اِ ْس َرائِي َْل‬ QS.
Asy-Syu'araa' : [26} :197

Demikian pula dalam QS.Fathir [35] : 28 ‫عُـلَـمـؤُا‬ ,- QS. Ibrahim :  ‫الضُّ ـ َعـفـؤُا‬ ,- QS.Yunus
[10] : [14] : 21 ,- dan Al-Mu’min [40] : 47   ‫ ُشـ َركـؤُا‬  ‫ ُشـفَـعــؤُا‬ ,- QS.Ar-Ruum [30] :13  28 
D.    Tanda-Tanda Waqaf

N TANDA NAMA PENJELASAN


O
1 ‫م‬ ْ َ‫َوق‬
WAQAF LAZIM  [  ‫ف‬ Tanda mesti berhenti.
‫]الَ ِز ْم‬
2 ‫ال‬ LA WAQFA  [  َ‫الَ َو ْقف‬ ] Tanda tidak boleh berhenti.

3 ‫ط‬ WAQAF MUTHLAQ  Tanda sempurna berhenti.

ْ ‫ف ُم‬
[ ‫طلَ ْق‬ ْ َ‫ َوق‬ ]
4 ‫ج‬ WAQAF JAIZ  [ ‫ف َجائِ ْز‬
ْ َ‫ َوق‬ ] Tanda boleh berhenti dan boleh terus.

5 ‫ز‬ WAQAF MUJAWWAZ  Tanda boleh berhenti, terus lebih baik.

 [ ‫ ُم َجو َّْز‬ ]


6 ‫ص‬ WAQAF MURAKH- Tanda diringankan (di bolehkan) berhenti
KHASH  [  ْ‫ف ُم َر َّخص‬
ْ َ‫ َوق‬ ] karena mempunyai nafas pendek, terus lebih
baik.
7 ‫قف‬ WAQAF MUSTAHAB   Tanda berhenti lebih baik, tidak salah kalau
terus.
ْ َ‫وق‬ ].
[ ْ‫ف ُم ْستَ َحب‬ َ
8 ‫قلى‬ ْ َ‫َوق‬
WAQAF AULA  [ ‫ف‬ Tanda berhenti lebih baik.
‫]اَوْ لَى‬.
9 ‫ق‬ ْ َ‫قِ ْي َل َوق‬ ]
QILA WAQAF  [ ‫ف‬  Sebagian pendapat, tanda boleh berhenti.

10 ‫صلى‬ WASHAL AULA  [ ْ‫صل‬


َ ‫َو‬  Tanda terus lebih baik.
‫]اَوْ لَى‬
11 ‫ك‬ Kadza lika Muthabiq lima Tanda berhenti seperti tanda waqaf
ٌ ِ‫َك َذالِكَ ُمطَاب‬
qablahu    [ ‫ق لِ َما‬ sebelumnya.
ُ‫قَ ْبلَه‬ ]
12 --- WAQAF MU’ANAQAH  Tanda boleh berhenti pada salah satu titik
tiga.
 [ ‫ف ُم َعانَقَ ِة‬
ْ َ‫ َوق‬ ]
13 ‫سكت‬/‫س‬ SAKTAH   [ ‫ َس ْكتَ ْة‬ ]  Tanda berhenti sejenak tanpa ambil nafas.

E.     Pengertian dan Pembagian Ibtida’

Pengertian Ibtida’ adalah Memulai kembali membaca Al-Qur’an setelah berhenti atau
setelah wakaf. Pada umumnya ibtida’ dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

a.       Ibtida’ yang derbolehkan. Ibtida’ ini adalah ibtida’ yang memulai bacaan pada kalimat
al-Qur’an yang menerangkan makna/ maksud secara sempurna. Contonya:

‫الحمد هلل ربّ العالمين – قل هو هللا أحد‬         

Serta contoh-contoh dari permulaan ayat-ayat lainnya.

b.      Ibtida’ yang tidak diperbolehkan. Yaitu ibtida’ (memulai suatu kalimat) yang membuat
maknanya berubah dan menjadi makna/arti yang tidak sebenarnya. Contohnya:

ً‫اتخذ هللا ولدا‬  (pada ayat aslinya)   ً‫وقالوا اتخذ هللا ولدا‬

‫يد هللا مغلولة‬  (pada ayat aslinya)   ‫وقالت اليهود يد هللا مغلولة‬

BAB III

KESIMPULAN

Pengertian Waqaf  adalah memberhentikan suara (ketika membaca Al-Quran)


sebentar pada suatu kalimat untuk mengambil (menarik) nafas dengan niat untuk melanjutkan
bacaan al-Qur’an lagi dan tidak ada tujuan untuk menghentikan bacaan al-ur’an  sama  sekali.
Pengertian Ibtida’ adalah Memulai kembali membaca Al-Qur’an setelah berhenti atau setelah
wakaf.Mengenai tanda tanda waqaf ulama' yang sepuluh banyak yang tidak sama (khilaf)
jadi kita bisa mengikuti salah satunya.
Untuk lebih baiknya kita ikuti ulama' yang masuk pada mutawattir, begitu juga dalam
qiroatnya, lebih baik kita ikuti yang mutawattir saja, atau diwaktu kita bersama orang lain
(banyak orang) gunakanlah yang mutawattir, hal ini untuk menjaga salah persepsi orang yang
mendengarkan kita.

DAFTAR PUSTAKA

https://berkilaulah.wordpress.com/2013/12/24/waqaf-dan-ibtida/

www.namabayiperempuan.web.id/.../pengertia-waqaf-dan-ibtida-serta.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Wakaf_%28tajwid%29
http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2012/02/waqaf-dan-ibtida.html

Anda mungkin juga menyukai

  • RPL Konseling Individual
    RPL Konseling Individual
    Dokumen3 halaman
    RPL Konseling Individual
    Yeiss
    Belum ada peringkat
  • Makalah Psikologi 2o2o
    Makalah Psikologi 2o2o
    Dokumen5 halaman
    Makalah Psikologi 2o2o
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Tugas Makalah Media BK
    Tugas Makalah Media BK
    Dokumen18 halaman
    Tugas Makalah Media BK
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Tugas Makalah Media BK
    Tugas Makalah Media BK
    Dokumen18 halaman
    Tugas Makalah Media BK
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Tugas Makalah Media BK
    Tugas Makalah Media BK
    Dokumen18 halaman
    Tugas Makalah Media BK
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Administrasi BK
    Administrasi BK
    Dokumen4 halaman
    Administrasi BK
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Institusi Sosial
    Institusi Sosial
    Dokumen18 halaman
    Institusi Sosial
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Administrasi BK
    Administrasi BK
    Dokumen4 halaman
    Administrasi BK
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Tabel Z
    Tabel Z
    Dokumen1 halaman
    Tabel Z
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • RPL Konseling Individual
    RPL Konseling Individual
    Dokumen3 halaman
    RPL Konseling Individual
    Yeiss
    Belum ada peringkat
  • Makalah Psikologi 2o2o
    Makalah Psikologi 2o2o
    Dokumen5 halaman
    Makalah Psikologi 2o2o
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • SD
    SD
    Dokumen16 halaman
    SD
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Institusi Sosial
    Institusi Sosial
    Dokumen18 halaman
    Institusi Sosial
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen1 halaman
    Soal
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • SIMPLISIA
    SIMPLISIA
    Dokumen24 halaman
    SIMPLISIA
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen1 halaman
    Soal
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Latihan
    Latihan
    Dokumen4 halaman
    Latihan
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Tentukan Luas Permukaan Bangun Di Bawah Ini
    Tentukan Luas Permukaan Bangun Di Bawah Ini
    Dokumen1 halaman
    Tentukan Luas Permukaan Bangun Di Bawah Ini
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Kimia Medisinal I (Pendahuluan)
    Kimia Medisinal I (Pendahuluan)
    Dokumen37 halaman
    Kimia Medisinal I (Pendahuluan)
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • SD
    SD
    Dokumen18 halaman
    SD
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • SD
    SD
    Dokumen18 halaman
    SD
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • SD
    SD
    Dokumen18 halaman
    SD
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Latihan
    Latihan
    Dokumen4 halaman
    Latihan
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • HSO Metabolisme
    HSO Metabolisme
    Dokumen27 halaman
    HSO Metabolisme
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen69 halaman
    1
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Kimia Medisinal I (Pendahuluan)
    Kimia Medisinal I (Pendahuluan)
    Dokumen37 halaman
    Kimia Medisinal I (Pendahuluan)
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen69 halaman
    1
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • Materi Geometri
    Materi Geometri
    Dokumen18 halaman
    Materi Geometri
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat
  • RPP Jejargenjang
    RPP Jejargenjang
    Dokumen15 halaman
    RPP Jejargenjang
    Nurbaeti Irmayani
    Belum ada peringkat