2021
\\\
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG......................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................... 5
C. TUJUAN.............................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................. 6
a. Kesimpulan.......................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang tanda waqaf (tanda-tanda berhenti dan tempatnya) dan ibtida’
(memulai bacaan) berperan penting di dalam tatacara membaca al-Qur’an, dalam rangka
menjaga validitas makna ayat-ayat al-Qur’an, dan menghindari kesamaran serta agar tidak
jatuh ke dalam kesalahan. Dan pengetahuan ini membutuhkan pemahaman yang mendalam
tentang ilmu bahasa Arab (dengan berbagai macam cabangnya), ilmu Qiro’at, dan ilmu
Tafsir, sehingga tidak merusak makna ayat.
Seorang pembaca al-Qur’an diibaratkan sebagai seorang musafir, dan titik-titik atau tempat di
mana seorang pembaca berhenti diibaratkan sebagai tempat peristirahatan baginya.
Manusia berbeda-beda dalam hal waqaf. Di antara mereka ada yang menjadikan tempat
waqaf sesuai dengan panjang nafasnya. Sebagian yang lain menjadikannya pada setiap
penghujung ayat. Dan yang paling pertengahan adalah bahwa terkadang waqaf berada di
tengah ayat, sekalipun yang lebih dominan adalah di akhir-akhir ayat. Dan tidak setiap akhir
ayat ada waqaf (tempat untuk berhenti), akan tetapi yang dijadikan ukuran adalah makna dan
nafas mengikutinya.
Dan seorang pembaca, apabila sampai pada tempat waqaf sedangkan nafasnya masih kuat
untuk sampai pada tempat waqaf berikutnya maka boleh baginya untuk melewatinya (tidak
berhenti) dan berhenti pada waqaf setelahnya. Namun jika nafasnya tidak sampai ke waqaf
berikutnya maka hendaknya ia tidak melewati waqaf tersebut (hendaknya berhenti pada
tempat waqaf pertama)
Seperti seorang musafir, jika menemukan tempat persinggahan yang subur, teduh, banyak
makanan dan dia tahu bahwa jika ia melewatinya (tidak singgah di sana) ia tidak akan sampai
pada persinggahan berikutnya, dan ia perlu untuk singgah di tempat yang tandus, yang tidak
ada apa-apanya (tidak teduh, tidak ada makanan dll), maka yang lebih baik bagi orang itu
adalah ia tidak melewati persinggahan yang subur tersebut. Maka jika seorang pembaca al-
Qur’an tidak mampu meneruskan bacaan disebabkan pendeknya nafas, atau ketika waqaf
pada tempat yang dimakruhkan untuk waqaf maka hendaknya dia memulainya dari awal
kalimat (ayat) supaya maknanya bersambung antara satu dengan yang lain, dan supaya
mulainya bacaan setelahnya tidak mengakibatkan kerancuan (makna yang kurang tepat).
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Waqaf dan ibtida’?
b. berapa pembagian waqaf dan ibtida’?
c. Apa saja macam-macam tanda baca waqaf?
d. Bagaimana cara berwaqaf yang baik?
C. Tujuan
a. Dapat mengetahui pengertian waqaf dan ibtida’.
b. Dapat mengetahui pembagian waqaf dan ibtida’.
c. Mengetahui macam-macam tanda baca waqaf.
d. Dapat mengetahui cara berwwaqaf yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waqaf
Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah
tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan
untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.
Kata al-Waqaf biasa dipakai untuk dua makna, makna yang pertama adalah titik atau tanda di
mana seseorang yang membaca al-Qur’an diam (menghentikan bacaannya) pada tanda
tersebut.Makna yang kedua adalah tempat-tempat (posisi) yang ditunjukkan oleh para imam
ahli Qir’at. Dengan demikian setiap tempat (posisi) dari tempat-tempat tersebut dinamakan
waqaf, sekalipun seorang pembaca al-Qur’an tidak berhenti di tempat (posisi) tersebut.
Waqaf juga bisa diartikan memberhentikan suara (ketika membaca Al-Quran) sebentar pada
suatu kalimat untuk mengambil (menarik) nafas dengan niat untuk melanjutkan bacaan al-
Qur’an lagi dan tidak ada tujuan untuk menghentikan bacaan al-Qur’an sama sekali.
1. Iftitah [ اِ ْفتِتَاح ] adalah pembukaan dalam bacaan Al-Qur’an yang diawali dengan
membaca isti’adzah, basmalah, lalu diteruskan dengan
membaca ayat.
ْ َ َوق ] adalah menghentikan bacaan atau suara sejenak pada akhir suku kata untuk
2. Waqaf [ ف
mengambil nafas dengan maksud hendak melanjutkan bacaan pada ayat berikutnya.
3. Ibtida’ [ اِ ْبتِدَاء ] adalah memulai bacaan kembali sesudah waqaf dari awal suku kata pada
ayat berikutnya.
4. Qatha’ [ ْقَطَع ] adalah mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan memotong bacaan sama sekali.
Dan apabila hendak membuka bacaan kembali sesudah melakukan qatha’, disunahkan
membaca isti’adzah lagi.
ِ بِس- اَ ُعـوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشـ ْيطَا ِن الـ َّر ِجـي ِْم
ِ ْـــم هللاِ الـرَّحْ ـ َم ِن الـر
َّحـي ِْم
ِ َ ِمن. الَّ ِذى يُ َوس ِْو ُسفِى صُ ُدوْ ِرالنَّاس. اس ال َخنَّاس
الجنَّ ِة ِ ِ َمل. قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ النَّاس
ِ ِم ْن َش ِّر ال َو ْس َو. اِل ِه النَّاس. ك النَّاس
َوالنَّاس.
B. Pembagian Waqaf
- Waqaf Tam terkadang terjadi pada pertengahan ayat, seperti waqaf pada kata اِ ْذ َجا َء
نِ ْي dalam ayat :
- Dan waqaf Tam dapat terjadi pula sesudah habis ayat tambah sedikit, seperti waqaf
pada kata َوبِاللَّ ْي ِل dalam ayat :
]138 - 137 : َواِنَّ ُك ْم لَتَ ُمرُّ وْ نَ َعلَ ْي ِه ْم ُمصْ بِ ِح ْينَ ☼ َوبِاللَّيْلْ وقف اَفَالَ تَ ْعقِلُوْ نَ [ الصفات
b. Waqaf Kafi (cukup). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang
menurut tata bahasa sudah dianggap cukup, tetapi dari segi arti, cerita atau kisah
masih ada kaitannya dengan ayat berikutnya. Seperti waqaf pada ☼ َيُوْ قِنُوْ ن dalam ayat
berikut :
َ ْال ُم ْفلِحُوْ ن َواُولئِكَ هُ ُم اُولئِكَ َعلَى هُدًى ِّم ْن َّربِّ ِهم ☼
َقَ ْبلِكَ ج َوبِاألَ ِخ َر ِة هُ ْم يُوْ قِنُوْ ن ☼ َوالَّ ِذ ْينَ ي ُْؤ ِمنُوْ نَ بِ َما اُ ْن ِز َل اِلَ ْيكَ َو َما اُ ْن ِز َل ِمن
[ [ 5 – 4 : البقرة
3. Waqaf Hasan (baik). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang sudah
dianggap baik menurut tata bahasa, tetapi masih ada kaitan dengan ayat berikutnya, baik dari
ْ
segi arti maupun tata bahasa. Seperti waqaf pada ☼ ال َعالَ ِمـيْن dalam ayat berikut :
ك يَوْ ِم ال ِّديْن ِ ْاَ ْل َح ْمـ ُد هللِ َربِّ ْال َعـالَ ِمـ ْينَ ☼ اَلرَّح
ِ ِمـن ال َّر ِحي ِْـم ☼ َمـال
4. Waqaf Qabih (buruk). Maksudnya adalah waqaf pada akhir suku kata yang menurut
tata bahasa tergolong buruk dan bahkan merusak arti atau maksud dari makna ayat yang
َ لِ ْل ُم dalam ayat berikut :
sebenarnya. Seperti waqaf pada ☼ صلِّيْن
َ فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم
َ صلِّ ْينَ ☼ الَّ ِذ ْينَ هُ ْم ع َْن
َصالَ تِ ِه ْم َساهُوْ ن
َ لِ ْل ُم akan merusak arti atau maksud ayat. Maksud dari ayat adalah :
Waqaf pada ☼ َصلِّ ْين
َ لِ ْل ُم , maka
“Neraka itu untuk orang-orang yang melalaikan shalat” Ketika waqaf pada ☼ صلِّيْن
maksud ayat lalu berubah menjadi :
“Neraka itu untuk orang-orang yang mengerjakan shalat"
C. Cara Berwaqaf
Waqaf dalam membaca Al-Qur’an dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut, yaitu :
1. Akhir suku kata dimatikan dalam bacaan apabila berharakat fathah, kasrah, dhammah,
kasratain atau dhammatain [ َـ ِـ ُـ ٌـ ٍـ ] Contoh :
َسقَ َر dibaca َْسقَر
ْ تَخَ ُّو
ٍ تَ َخ ُّو dibaca ف
ف
2. Akhir suku kata dimatikan [ ْـ ]dalam bacaan apabila berharakat : Fathah, kasrah atau
dammah yang sebelumnya ada Alif [ُ ا ـ َ ـ ِ ـ ] seperti :
- Fathah, kasrah atau dhammah sebelumnya ada Ya’ mati, [َ يْ ـ ُ ـ ِ ـ ] , seperti :
- Dhammatain atau kasratain sebelumnya ada Waw mati [ٍ وْ ـ ٌ ـ ] seperti : َغفُوْ ٌر
☼ َغفُوْ ٍر dibaca َْغفُوْ ر
3. Akhir suku kata berharakat fathatain dan sesudahnya ada huruf Alif []ًـ ا dibaca fathah [ َـ
]ا, seperti : ح ِك ْي ًما dibaca ا
َ َح ِك ْي َم
- atau akhir suku kata terdiri dari huruf Hamzah berharakat fathatainn [] ًء dibaca fathah [] َء ,
seperti : َما ًء dibaca َمائَا
- atau akhir suku kata terdiri dari Alif maqshurah dan sebelumnya berharakat fathatain [ ًـ
ى ] dibaca fathah [ ]َـ ى, seperti : ُم َس ّمًى dibaca ُم َس َّمى
4. Akhir suku kata terdiri dari Ta’ Marbuthah [ ـة ـ ة ] dimatikan dan bunyinya berubah
menjadi bunyi Ha’ [ ـ ْه ـ ْه ] , seperti :
ٌحا ِميَة dibaca ْ
َ َحا ِميَه
5. Akhir suku kata yang terdiri dari huruf Ha’ berharakat kasrah atau dhammah [ ـ ِه ـ
ُـه ] dimatikan [ ْـ ْه ـ ـه ] , seperti :
احبَتِ ِه
ِ ص dibaca ْ
َ صا ِحبَتِه
َ
6. Akhir suku kata terdiri dari huruf Mad atau huruf mati, dibaca apa adanya tanpa ada
perubahan, seperti :
ْ َلَي
َعلَ ْي ِه ْم tetap dibaca طغَى
ْ َلَي
َعلَ ْي ِه ْم tetap dibaca طغَى
7. Akhir suku kata terdiri dari huruf hidup, sedangkan sebelumnya terdapat huruf mati seperti
dalam kurung [ ْـ ُـ/ ْـ ِـ/ ْـ َـ ] maka huruf akhir suku kata itu dimaitkan seperti dalam kurung [ ْـ ْـ
ْـ ْـ / ْـ ْـ/ ] sehingga ada dua huruf mati. Cara mewaqafkan, cukup sekedar bunyi akhir suku
kata itu didengar sendiri atau oleh orang yang berdekatan sebagai isyarat bahwa ada huruf
mati, sehingga waqaf seperti ini disebut “waqaf isyarat”. Contoh :
9. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ؤ ] dimatikan bila waqaf, dan dibaca
pendek bila washal, seperti :
Demikian pula dalam QS.Yusuf [12] : 84 تَـ ْفـتَـؤُا , - dalam QS. Thaha اَتَـ َو َّكـؤُا 18 : ]20[ يَـ ْد َرؤُا ,-
dan dalam QS. An-Nur [24] : 8
10. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ؤ ] bila waqaf dimatikan sesudah
membaca panjang huruf sebelumnya, dan bila washal hamzah dibaca pendek seperti :
Tulisan - عُـلَـمـؤُا bila Waqaf dibaca ْعُـلَـ َمـاء - dan bila Washal dibaca عُـلَـمـؤُا بَنِ ْي اِ ْس َرائِي َْل QS.
Asy-Syu'araa' : [26} :197
Demikian pula dalam QS.Fathir [35] : 28 عُـلَـمـؤُا ,- QS. Ibrahim : الضُّ ـ َعـفـؤُا ,- QS.Yunus
[10] : [14] : 21 ,- dan Al-Mu’min [40] : 47 ُشـ َركـؤُا ُشـفَـعــؤُا ,- QS.Ar-Ruum [30] :13 28
D. Tanda-Tanda Waqaf
ْ ف ُم
[ طلَ ْق ْ َ َوق ]
4 ج WAQAF JAIZ [ ف َجائِ ْز
ْ َ َوق ] Tanda boleh berhenti dan boleh terus.
Pengertian Ibtida’ adalah Memulai kembali membaca Al-Qur’an setelah berhenti atau
setelah wakaf. Pada umumnya ibtida’ dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
a. Ibtida’ yang derbolehkan. Ibtida’ ini adalah ibtida’ yang memulai bacaan pada kalimat
al-Qur’an yang menerangkan makna/ maksud secara sempurna. Contonya:
b. Ibtida’ yang tidak diperbolehkan. Yaitu ibtida’ (memulai suatu kalimat) yang membuat
maknanya berubah dan menjadi makna/arti yang tidak sebenarnya. Contohnya:
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://berkilaulah.wordpress.com/2013/12/24/waqaf-dan-ibtida/
www.namabayiperempuan.web.id/.../pengertia-waqaf-dan-ibtida-serta.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Wakaf_%28tajwid%29
http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2012/02/waqaf-dan-ibtida.html