BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kesahihan
Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat diartikan sebagai ketepatan
evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Dapat diterjemahkan pula sebagai
kelayakan interpretasi terhadap hasil dari suatu instrument evaluasi atau tes, dan tidak terhadap
instrument itu sendiri (Gronlund, 1985:57). Kesahihan juga dapat dikatakan lebih menekankan
pada hasil/ perolehan evaluasi, bukan pada kegiatan evaluasinya.
Kesahihan instrument evaluasi diperoleh melalui hasil pengalaman. Dari dua cara
tersebut, diperoleh empat macam kesahihan yang terdiri dari:
kesahihan isi (content validation)
kepentingan konstruksi (construction validity)
kesahihan ada sekarang (concurrent validity), dan
kesahihan prediksi (prediction validity) (Arikunto, 1990:64).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesahihan hasil evaluasi meliputi:
2. Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat
kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat (Arikunto,
1990:81). Keterandalan menunjukan kepada konsistensi (keajegan) pengukuran yakni
bagaimanakah keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu
ke pengukuran yang lain. Juga berhubungan erat dengan kesahihan, karena keterandalan
menyediakan (Arikunto, 1990: 81; Gronlund, 1985:87). Tidak selalu menjamin bahwa hasil
evaluasi yang andal (reliable) akan selalu menjawab bahawa hasil evaluasi sahih (valid).
Untuk memperjelas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan akan
diuraikan berikut ini:
1) Panjang tes (length of test)
Tes ini dilakukan dengan tidak banyak menebak, maka keterandalan hasil evaluasi semakin
tinggi
2) Sebaran skor (spread of scores)
Karena koefisien keterlandan yang lebih besar dihasilkan pada saat orang perorang tetap pada
posisi yang relative sama dalam satu kelompok dari satu pengujian ke pengujian lainnya, itu
berarti selisih yang dimungkinkan dari perubahan posisi dalam kelompok juga menyumbang
memperbesar koefisien keterandalan
3) Tingkat kesulitan tes (difficulty of tes)
Tes acuan norma (norm reference test). Tingkat kesulitan tes yang ideal untuk meningkatkan
koefisien keterandalan adalah tes yang menghasilkan sebaran skor berbentuk atau kurva normal
4) Objektivitas (objectivity)
Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh
siswa satu dengan siswa yang lain) memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes
Uraian faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan yang disadur dari Groundlund (1985 :
100-104) mencakup juga faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan yang dikemukakan oleh
Arikunto.
3. Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yanga da pada
instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/memperoleh
hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan
instrument evaluasi meliputi:
1) Kemudahan mengadministrasi
2) Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi
3) Kemudahan menskor
4) Kemudahan interpretasi dan aplikasi
5) Tersedianya bentuk instrument evaluasi yang ekuivalen
Untuk seleksi
Untuk kenaikan kelas
Untuk penempatan.
1. Menyusun latar belakang yang berisikan dasar pemikiran dan atau rasional penyelenggara
evaluasi
5. Instrumen
b) Penyusunan Instrumen.
Menurut Arikunto (1988 : 88-89) langkah-langkah penyusunan instrumen adalah:
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun
Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis yang akan digunakan
untuk mengukur bagian variebel yang bersangkutan
Membuat butir-butir instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi
Menyunting instrument evaluasi pembelajaran.
c) Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dapat diterapkan berbagai teknik pengumpulan data
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kuesioner yakni seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada seseorang untuk
mengungkap pendapat, keadaan, kesan yang ada pada diri orang tersebut maupun diluar dirinya
(Arikunto, 1988 : 53)
2. Wawancara yakni suatu teknik pengumpulan data yang menuntut adanya pertemuan langsung
atau komunikasi langsung antara evaluator dengan sumber data.
3. Pengamatan yakni teknik pengumpulan data melalui kegiatan mengamati yang dilakukan oleh
evaluator terhadap kegiatan pembelajaran.
4. Studi kasus yakni teknik pengumpulan data berdasarkan kasus-kasus yang ada dan
didokumentasikan.
d) Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan secara individual dan berkelompok. Apabila data diolah
dan dianalisis secara individual maka hasilnya menunjuk kepada seseorang atau suatu keadaan.
Sedangkan pengolahan dan penganalisisan secara kelompok , hasilnyta menunjuk kepada suatu
bagian data atau keseluruhan.
e) Penyusunan Laporan
Dalam laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok berikut:
Tujuan evaluasi, yakni didahului dengan latar belakang dan alasan dilaksanakannya evaluasi
Problematika berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dicari jawabnya melalui pengetahuan
evaluasi pembelajaran
Lingkup dan metodologi evaluasi pembelajaran yang dicantumkan di sini adalah unsur-unsur
yang dinilai dan hubungan antarvariabel, metode pengumpulan data, instrument pengumpulan
data, teknik analisis data
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran
Hasil evaluasi pembelajaran yakni berisi tujuan pengajaran, tolak ukur, data diperoleh, dan
dilengkapi dengan sejumlah informasi yang mendorong penemuan evaluasi pembelajaran
sehingga dengan mudah pembuat keputusan dapat memahami tingkat keberhasilan pembelajaran
(Arikunto, 1988: 117-118).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh guru selama
proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa, selain untuk
mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya memperhatikan konsep
dasar evaluasi yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsep dasar evaluasi yang
harus dikuasai oleh pendidik (guru) ataupun calon pendidik (calon guru) adalah pengertian dasar
tentang evaluasi, tujuan evaluasi, karakteristik evaluasi, teknik- teknik evaluasi, dan terakhir
macam-macam alat evaluasi yang telah diuraikan di atas. Tanpa mengetahui konsep dasar
evaluasi seorang pendidik (guru) tidak akan dapat menyusun suatu alat evaluasi. Untuk itu
diperlukan pemahaman yang mendasar tentang konsep dasar evaluasi.
3.2 Saran
Dari pembahasan diatas, maka menandakan bahwa evaluasi pembelajaran tidak hanya
dapat dilakukan oleh seorang guru sendirian, namun semua guru. Untuk itu, pemahaman tentang
konsep dasar evaluasi dan pembalajaran sangat diperlukan oleg guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang baik, efektif, dan efisisien.
DAFTAR PUSTAKA
Evaluasi hasil belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes
dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap
butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu
yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-
test. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar secara klasik
tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang
peserta didik.
Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada
peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta
jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Tes,
pengukuran, dan penilaian berguna untuk: seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan
balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta
pengembangan ilmu.
1. Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi hasil belajar siswa adalah penguasaan kompetensi. Dalam hal ini kompetensi
diartikan sebagai:
1) Seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
tertentu (SK. Mendiknas No. 045/U/2002).
2) Kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan,
keterampilan dan perilaku.
3) Integrasi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang direfleksikan dalam perilaku.
Mengacu pengertian kompetensi tersebut, maka hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif,
psikomotorik dan afektif yang harus dikuasai oleh setiap siswa setelah pembelajaran berlangsung
sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru.
2. Tahapan Evaluasi
Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain
evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi serta tindak lanjut.
a. Menentukan Tujuan
Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap
siswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran. Kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa mencakup koginitif, psikomotorik, dan afektif.
b. Menentukan Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan
keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran yang
harus dikuasai siswa) dan course content (materi sajian yang dipelajari siswa untuk mencapai
kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan
kompetensi oleh siswa.
c. Penyusunan Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi
judgeman dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk objektif atau uraian, sedang
non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuisioner. Tes objektif dapat berbentuk
jawaban singkat, benar salah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi: bisaa,
hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik, dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang
juga disebut dengan tes subjektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan
terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau non-tes, guru harus mengacu pada
pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non-tes agar instrumen yang
disusun memenuhi syarat instrumen yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu
valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya).
d. Pengumpulan Data atau Informasi
Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan
instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara objektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang
sahih dan dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.
Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran
untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud guru dan siswa
memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar.
e. Analisis dan Interpretasi
Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul.
Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan
kompetensi, sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil
belajar siswa. Analisis dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan
penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas
dan/atau pekerjaan siswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau
informasi serta dilaksanakan secara objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus
mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang
digunakan.
f. Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai
rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri.
Tindaklanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan
keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya
peningkatan mutu pembelajaran. Tindaklanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran
menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi tujuan,
proses, dan instrumen evaluasi hasil belajar.
ANALISIS INSTRUMEN
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur
hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian
(uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah,
unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara,
angket, dan pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik penting
dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar
tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa
instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan
butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam
penulisan butir soal dsb.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk
mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid
(tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil
penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya,
seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara
lain:
Validitas
Reliabilitas
Objectivitas
Pratikabilitas
Ekomonis
Taraf Kesukaran
Daya Pembeda
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang
dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya
diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji
validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung
dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari si
evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa
dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah
kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan
evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau dua
kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi.
Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis
mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan
yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap mudah
terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban.
Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal
tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi usaha
memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak memiliki
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi indeks
kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan proporsi.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara
audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai (berkemampuan
rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Indeks
Diskriminasi.
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur.
1. Uraian bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri.
Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya,
pertanyaan bentuk uraian bebas tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas
dan intensitas.
b. Pengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak
satupun jawaban yang pasti.
c. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau
dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi, sulit menentukan
kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
2. Uraian terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah
diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan dilhat dari segi:
a. ruang lingkupnya,
b. sudut pandang menjawabnya,
c. indikator indikatornya.
3. Uraian berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal esai. Soal
berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas
memberikan jawaban.
2. Tes objektif
Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni:
a. Bentuk jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata,
bilangan, kalimat atau simbol. Ada dua bentuk jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan
langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung.
b. Bentuk soal benar salah
Bentuk soal benar-salah addalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan dimana
sebagian dari pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah. Pada umumnya bentuk ini
dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.
c. Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang paralel yang berada dalam
satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan sebelah
kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih
banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul
dengan hanya menebak.
d. Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling
tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
Stem : pertanyaan/pernyataan yang berisi masalah yang akan dinyatakan.
Option : sejumlah pilihan atau alternatif jawaban.
Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat.
Distractor : jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.
KESIMPULAN
Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan
susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya.Evaluasi pendidikan merupakan proses yang
sistematis dalam Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan
maupun dari norma kelompok serta Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang
memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. Dalam evaluasi
pembelajaran terdapat dua bagian penting yaitu sasaran evaluasi dan tahapan evaluasi.
Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain
evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi serta tindak lanjut.
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur
hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian
(uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah,
unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara,
angket, dan pengamatan (observasi).
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara
lain:Validitas, Reliabilitas, Objectivitas, Pratikabilitas, Ekomonis, Taraf Kesukaran, dan daya
pembeda.
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
I. Persiapan
SKOR
KET
01
02
03
04
05
1. Program tahunan. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan pembagian alokasi
waktu selama satu tahun pelajaran sesuai dengan minggu efektif belajar.
4. KKM untuk KD yang dibahas. Kriteria Ketuntasan Minimum untuk Kompetensi Dasar yang
sedang dibahas > 75 dan sesuai dengan aturan perhitungan criteria tersebut, dan ditulis pada
kolom keterangan nilai KKMnya.
6. Buku nilai. berisi nilai-nilai siswa untuk semua penilaian yang telah dilaksanakan, baik untuk
pengetahuan, praktik, maupun sikap.
KET
01
02
03
04
05
A. Pendahuluan
2. Motivasi
b. Menunjukkan kegunaan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dibahas dalam kehidupan sehari-
hari atau hubungannya dengan mata pelajaran yang lain,
3. Apersepsi.
Mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang lalu yang berhubungan dengan materi
yang akan dibahas.
Menyampaikan baik lisan maupun tertulis KD/Indikator yang harus dikuasai siswa setelah
selesai pembelajaran.
Menyiapkan bahan ajar, baik berupa buku teks, modul, kaset/cd pembelajaran, dsb.
B. Kegiatan Pokok
1. Penguasaan Materi
2. Pengelolaan kelas.
c. Terdapat kemudahan bagi siswa bahan ajar, dan alat-alat pembelajaran ( Sumber Belajar)
3. Pengelolaan waktu.
a. Menggunakan waktu sesuai alokasi yang disediakan.
b. Waktu yang tersedia lebih banyak digunakan untuk kegiatan siswa dibandingkan dengan
kegiatan guru
4. Metode/pendekatan Pembelajaran
Terampil, efektif, dan efisien dalam menggunakan alat bantu/ media pembelajaran (Sumber
Belajar) yang telah disiapkan
a. Memberi kesempatan/ memfasilitasi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan dalam upaya
pencapaian indikator/kompetensi dasar.
7. Teknik bertanya.
c. Menghindari jawaban serentak dengan menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab
d. Dalam menanggapi pertanyaan/ jawaban siswa, sikap guru menunjukkan sabar mendengarkan
sampai selesai (tidak memotong pertanyaan/ jawaban siswa),
e. Tidak mencemooh siswa walaupun pertanyaan/jawaban siswa kurang tepat, dan tidak langsung
menyalahkan pendapat siswa
a. Menuliskan hal-hal yang segera dihapus, dan yang tidak dihapus sampai akhir pembelajaran,
Hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran tampak akrab dan saling menghormati
Hubungan antar siswa dalam pembelajaran tampak akrab dan saling menghormati
b. Sebagian besar ( > 75%) siswa membawa buku pelajaran yang relevan.
C. Penutup
1. Rangkuman
Total
Malang,
Observer
Terkait
Tabelkan pembeda evaluasi, asesmen/penilaian, dan penelitian berdasarkan batasan, proses, dan
hasilnyadalam "PENDIDIKAN"
Tinggalkan Balasan
Apr
26
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Drs. Abdul Rohman, M.Ag
Disusun Oleh:
KELOMPOK II
Nur Azizah (113111136)
Nur Syifafatul Aimmah (113111137)
Siti Zubaidah (113111143)
Vika Tsani Arifah (113111167)
Waras Sriyanti (113111168)
III. PEMBAHASAN
A. Definisi Tes
Secara harfiah, kata tes berasal dari bahasa Perancis Kuno, yaitu testum
dengan arti: piring yang digunakan untuk menyisihkan atau memilih logam-logam mulia
dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya.3[3]
Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan tes, ujian atau percobaan. Dalam bahasa Arab: Imtihan (
). Secara istilah test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
2) Pensil ..... 2.
Kelebihannya adalah: soal bentuk menjodohkan antara lain, relatif mudah disusun,
penskoranya mudah, dapat digunakan untuk menilai teori dan penemuanya, sebab-akibat,
istilah dan definisi. Adapun kelemahannya adalah: ada kecenderungan untuk menekankan
ingatan saja, kurang baik digunakan untuk menilai pengertian.
DAFTAR PUSTAKA
Tambahkan komentar
Kumpulan Makalah
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Aug
Disusun Oleh:
Kelompok 3
113111137
SEMARANG
2014
Kelas/Semester : VIII / I
A. Kompetensi Inti:
3.3 Memahami makna Q.S. al-Maidah (5): 90-91 dan 32 serta hadits
terkait.
Indikator :
C. Tujuan Pembelajaran:
D. Materi Pembelajaran:
1. Ayat-ayat al-Quran
a. Q.S. al-Maidah ayat 90-91.
2. Terjemahan
a. Mengartikan Q.S. Al-Maidah (5) ayat 90-91
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian
di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu,
dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah : 90-91)
3. Kandungan ayat
a. Kandungan Q.S. Al-Maidah : 90-91
Al-Quran surah Al-Maidah (5): 90-91 turun pada masa
permulaan Islam, dengan menyebutkan bahwa empat
perbuatan yaitu, minum khamar, berjudi, mempersembahkan
kurban kepada patung dan mengundi nasib dengan
menggunakan alat yang menyerupai anak panah itu
merupakan dosa besar. Sehingga sebagian dari kaum
muslimin telah meninggalkan kebiasaan minum khamar.
Alasan mengapa Allah mengharamkan meminum khamar dan
berjudi bagi orang-orang mukmin, yaitu: pertama karena
dengan perbuatan tersebut setan ingin menimbulkan
permusuhan, dan rasa saling membenci diantara sesama
manusia. kedua karena akan melalaikan mereka dari
mengingat Allah dan sholat.
Hal ini sesuai sabda Nabi SAW:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab
dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Aisyah berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah di tanya
mengenai bit'i (minuman keras yang terbuat dari madu), lalu
beliau bersabda: "Setiap minuman yang dapat memabukkan
hukumnya haram." (HR. Bukhari)
E. Metode Pembelajaran
1. Reading Guide
2. Ceramah
1. LCD Proyektor
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertem Wakt
Kegiatan
uan u
Pertemu 1. Pendahuluan 3
an a. Memberi salam dan memulai pelajaran dengan menit
Pertama mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa
bersama.
b. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang
harus dicapai.
c. Menanyakan materi yang pernah diajarkan
sebelumnya yang terkait dengan materi ajar hari
ini (Appersepsi).
2. Kegiatan Inti 10
a. Mengamati menit
1) Peserta didik bersama-sama membaca Q.S. al-
Maidah (5): 90-91 dan 32.
2) Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
yang berkaitan dengan perilaku menghindari
minuman keras, judi, dan pertengkaran.
b. Menanya
Peserta didik dengan dibantu motivasi dari guru
mengajukan pertanyaan tentang perilaku
menghindari minuman keras, judi, dan
pertengkaran.
c. Menalar
Menganalisis terjemahan dan kandungan Q.S. al-
Maidah (5): 90-91 dan 32 serta hadits terkait.
d. Mengasosiasi
Setelah peserta didik memahami materi yang
disampaikan guru selanjutnya menganalisis materi
Q.S. al-Maidah (5): 90-91 dan 32 serta hadits
terkait dan dibuat rangkuman tertulis.
e. Mengomunikasikan:
1) Peserta didik menanggapi pertanyaan tentang
perilaku menghindari minuman keras, judi, dan
pertengkaran.
2) Peserta didik menyusun kesimpulan
3. 3. Penutup 2
a. Guru memberikan penguatan terhadap materi. menit
b. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari
pada pertemuan berikutnya dan menyampaikan
tugas mandiri terstruktur.
c. Menutup pembelajaran dengan hamdalah,
kemudian doa kafarotul majlis dan salam.
N Soal
o Sko
1. Kunci jawaban r
Artikan kosa kata/potongan
nila
QS. al-Maidah ayat 90
i
pkr't t%!$#$
Hai orang-orang yang beriman
(#qYtB#u
yJR) Js:$#$ Sesungguhnya (meminum)
yJ9$#ur >$| khamar, berjudi, (berkorban
RF{$#ur Ns9F{$#ur untuk) berhala, mengundi nasib
6
_ `iB @yJt `s dengan panah, adalah Termasuk
9$# .perbuatan syaitan
nq7^tG_$$s Maka jauhilah perbuatan-
?N3=ys9 tbqs= perbuatan itu agar kamu
.mendapat keberuntungan
2. Carilah kosa kata / potongan
Q.S.al-Maidah ayat: 91 yang Kunci jawaban
! artinya berikut ini
Sesungguhnya syaitan itu
yJR) `s9$#$
bermaksud hendak
br& y%q N3uZt/
menimbulkan permusuhan
nouryy9$# u!
dan kebencian di antara
$t79$#ur Ks:$#
kamu lantaran (meminum) 8
yJ9$#ur
,khamar dan berjudi itu
dan menghalangi kamu dari
N.tur `t . !$#
mengingat Allah dan
) `tur o4qn=9$#
;sembahyang
Maka berhentilah kamu (dari
@ygs LRr& tbqktJZB
.mengerjakan pekerjaan itu)
3. Terjemahkanlah potongan Oleh karena itu Kami tetapkan 6
Q.S. al-Maidah ayat: 32 (suatu hukum) bagi Bani Israil,
berikut ini! bahwa: Barangsiapa yang
B @_r& y79s $oY;tF2` membunuh seorang manusia,
4n?t _t/ @u ) bukan karena orang itu
mRr& `tB @tFs% (membunuh) orang lain, atau
$GtR t/ CtR rr& bukan karena membuat
7$|s F{$# kerusakan dimuka bumi, Maka
$yJRr'x6s @tFs% } seakan-akan Dia telah
$Z9$# $YJy_ `tBur
membunuh manusia seluruhnya.
$yd$umr& !$uKRr'x6s
dan Barangsiapa yang
$umr& }$Y9$# $YJy_ memelihara kehidupan seorang
4 s)s9ur Og?u!$y_manusia, Maka seolah-olah Dia
$uZ= MuZit79$$/ telah memelihara kehidupan
OO b) #ZWx.manusia semuanya. dan
OgYiB yt/ 9s Sesungguhnya telah datang
F{$# cqJs9
kepada mereka Rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-
keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-
sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan
dimuka bumi.
4. Jelaskan asbabun nuzul QS. Ayat ini turun pada masa
al-Maidah ayat 90! permulaan Islam, ketika iman
kaum muslimin belum begitu
kuat, untuk dapat meninggalkan
apa yang telah menjadi
kegemaran dan kebiasaan
mereka, yang sebenarnya tidak
dibolehkan oleh agama Islam.
Maka setelah turunnya ayat ini, 10
sebagian dari kaum muslimin
telah meninggalkan kebiasaan
minum khamar, karena ayat
tersebut telah menyebutkan
bahwa perbuatan itu merupakan
dosa besar. Tetapi sebagian
masih melanjutkan kebiasaan
minum khamar.
5 Sebutkan hadits beserta 10
terjemahannya yang
berhubungan degan
menghindari minuman khamr.
Artinya: Telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Yusuf
telah mengabarkan kepada kami
Malik dari Ibnu Syihab dari Abu
Salamah bin Abdurrahman
bahwa Aisyah berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pernah di tanya
mengenai bit'i (minuman keras
yang terbuat dari madu), lalu
beliau bersabda: "Setiap
minuman yang dapat
memabukkan hukumnya
haram." (HR. Bukhari)
Catatan :
1) Skor maksimum = 40
Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
40
40
2) Keterangan nilai
< 75 = kurang,
75 80 = cukup,
81 90 = baik,
91 100 = baik sekali.
2. Evaluasi Afektif
Sangat sesuai 4
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1
Nilai = X 100 =
100
Tambahkan komentar
2.
Aug
7
SESUATU YANG MEMABUKKAN
(KHAMR, EKSTASI, MORVIN, SABU-
SABU)
MAKALAH
Disusun Oleh:
Kelompok 8
SEMARANG
2014
I. PENDAHULUAN
Orang-orang Arab pada zaman jahiliyah sangat menyukai minuman khamr dan
kecanduan terhadapnya. Namun setelah Islam datang, diterapkan metode pendidikan
yang bijaksana dengan mengharamkan khamr secara bertahap sesuai perkembangan
mereka. Selanjutnya Allah Swt. menurunkan ayat yang melarangnya secara total
dalam surat al-Maidah ayat 90-91.21[1]
21[1] Yusuf Qardhawi, Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2008), hlm. 75-76
dari dosa besar. Hal ini karena minuman yang memabukkan dapat menghilangkan
kesadaran atau akal. Padahal akal bagi manusia merupakan unsur yang sangat
penting, maka wajib dijaga dengan sebaik-baiknya.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan mengulas beberapa hal mengenai
definisi, dasar (hujjah), had, dan pentingnya menjaga diri dari minuman yang
diharamkan dalam agama Islam.
B. Sebutkan dasar (hujjah) yang berupa wahyu ilahi atau perkataan para sahabat,
tabiin dan ulama?
C. Apakah had bagi peminum minuman yang telah diharamkan dalam Islam?
III. PEMBAHASAN
Lafazh khamr berarti minuman hasil perasan dari anggur apabila didiamkan
dan diberi ragi. Khamr merupakan semua minuman yang memabukkan baik
berasal dari perasan kurma, anggur atau lainnya, yang dibiarkan sampai timbul zat
memabukkan.22[2] Khamr dalam bahasa Arab menutup, kemudian dijadikan
22[2] Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shanani, Subulus Salam Syarah Bulughul
Maram, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2013), hlm. 389.
nama bagi segala yang memabukkan dan menutup serta menghalangi akal dari
berfikir sehat. Khamr menurut bahasa AlQuran adalah minuman yang terbuat
dari biji-bijian atau buah-buahan yang melalui proses begitu rupa sehingga dapat
mencapai kadar minuman yang memabukkan. Jadi, Khamr adalah segala apa pun
yang memabukkan.
Menurut para fuqaha, khamr adalah cairan yang memabukkan, yang terbuat
dari buah-buahan seperti anggur, kurma yang berasal dari biji-bijian seperti
gandum dan yang berasal dari manisan seperti madu, atau hasil atas sesuatu yang
mentah, baik diberi nama klasik atau nama modern. Untuk memahami makna
minuman memabukkan dan jenisnya dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
86 Tahun 1997 yang memberi pengertian minuman keras (minuman
memabukkan) adalah semua jenis minuman yang beralkohol tetapi bukan obat,
dan mempunyai kadar alkohol yang berbeda-beda. Dalam hukum Islam, minuman
memabukkan tidak hanya terbatas pada zat benda cair saja, tetapi termasuk pula
benda padat yang pada intinya apa saja yang memabukkan itulah khamr.23[3]
23[3] Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 78-79.
24[4] Taqiyuddin bin Taimiyah, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, (Surabaya: Dunia
Ilmu Offset, 1997), hlm. 103.
berbahaya. Zat ini digolongkan sejenis minuman khamr, termasuk juga zat yang
memabukkan dan haram status hukumnya dikonsumsi oleh manusia. Narkoba
dapat melemahkan, membius, dan merusak akal serta anggota tubuh manusia
lainnya.
2. Narkoba semi sintesis, yaitu yang dimodifikasi dari bahan-bahan alami yang
diproses secara kimiawi supaya memberikan pengaruh lebih kuat, seperti:
morfin, kokain, dan sebagainya.
3. Narkoba sintesis, yaitu pil-pil yang terbuat dari bahan kimia murni.25[5]
25[5] Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 79-80.
Berkaitan dengan pengharaman khamr dan segala yang memabukkan telah
ditetapkan secara lengkap, baik dalam al-Quran dan al-Sunnah. Pengharaman
khamr secara total (mutlak) terdapat dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 90
sebagai berikut:26[6]
( )
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mutsanna dan
Muhammad bin Hatim keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya
-yaitu Al Qatthan- dari Ubaidullah telah mengabarkan kepada kami Nafi' dari
Ibnu Umar dia berkata -dan saya tidak mengetahuinya kecuali dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam-, beliau bersabda: "Setiap yang memabukkan
adalah khamer dan setiap khamer adalah haram." (Riwayat Muslim)28[8]
26[6] Rokhmadi, Reformulasi Hukum Pidana Islam: Studi tentang Formulasi Sanksi
Hukum Pidana Islam, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2009), hlm. 32.
27[7] Kementerian Urusan Agama Islam, Al-Quran dan Terjemahnya, (Saudi Arabia:
Mujamma Al-Malik Fahd Li Thibaat Al Mush-haf Asy Syarif, 1422 H), hlm. 176.
Tiap-tiap minuman yang memabukkan, jika diminum banyak ataupun sedikit
tetap haram, walaupun yang sedikit itu tidak sampai memabukkan. Sabda
Rasulullah saw.:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan
kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Daud bin Bakr bin Abu Al Furat dari
Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bin Abdullah ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesuatu yang memabukkan, maka
banyak dan sedikitnya adalah haram." (Riwayat Nasai dan Abu Dawud)
Nabi tidak hanya mengharamkan minum khamr, sedikit atau banyak, tetapi
beliau juga mengharamkan memperjualbelikan khamr, meskipun terhadap orang
non Muslim. Oleh karena itu Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sa'id bin Yazid
bin Ibrahim At Tustari telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim dari Syabib
saya mendengar Anas bin Malik, atau telah menceritakan kepadaku Anas bin
Malik dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat sepuluh
perkara dalam khamer; "Orang yang memerasnya, yang minta diperaskan, alat
untuk memeras, orang yang membawanya, orang yang minta dibawakan,
penjualnya, orang yang dibelikan, yang menuangkannya, yang minta
28[8] Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shanani, Subulus Salam Syarah Bulughul
Maram, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2013), hlm. 402.
menuangkannya." Beliau menyebutkan hingga sepuluh perkara dari permisalan
ini." (Riwayat Ibnu Majah)29[9]
Artinya: ... Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk .... (Al-Araf : 157)31[11]
29[9] Yusuf Qardhawi, Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2008), hlm. 78.
30[10] Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), hlm.
439-440.
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Malik bin Abdul Wahid Abu
Ghassan telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ia berkata; aku membacakan
riwayat kepada Al Fudlail bin Maisarah dari Abu Hariz bahwa Amir
menceritakan kepadanya, bahwa An Nu'man bin Basyir berkata, "Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya khamer
terbuat dari perasan, anggur, kurma, biji gandum, jewawut, dan jagung. Dan aku
melarang kalian dari segala sesuatu yang memabukkan." (Riwayat Abu Daud)32
[12]
Had adalah pelarangan pengerjaan apa yang dilarang Allah swt., dan
diperintahkan untuk dijauhi (tidak didekati). Orang yang terkena had khamr
disyaratkan, yaitu: seorang muslim, berakal, baligh, dewasa, meminum khamr
dengan sukarela, mampu membedakan mana yang benar dan mana yang buruk,
serta mengetahui haramnya khamr (minuman keras), sehat dan tidak sakit. Had
khamr tidak akan gugur dari orang yang sakit, tetapi pelaksanaannya ditunda
hingga sembuh. Jika ia telah sembuh maka had khamr dilaksanakan
terhadapnya.33[13]
32[12] Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Lengkap Bulughul Maram, (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2009), hlm. 576.
33[13] Asadulloh Al Faruq, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam, (Tk: Ghalia
Indonesia, 2009), hlm. 24.
Had peminum khamr ditegakkan apabila ada saksi atau pengakuan sendiri.
Tetapi apabila tercium bau khamr atau terlihat muntahannya saja, dan sejenisnya,
maka menurut qil, ia tidak di jatuhi had, karena masih ada keragu-raguan dengan
meminum sesuatu yang tidak termasuk khamr atau memang ia tidak mengetahui
keharamannya atau karena ada kemungkinan ia dipaksa orang lain. Namun
menurut pendapat lain, orang seperti ini dikenai had jika ia diketahui mabuk.34[14]
Sanksi hukuman bagi peminum minuman yang memabukkan dapat dilihat dari
dua aspek, antara lain:
Had bagi peminum khamr telah ditetapkan oleh Sunnah Rasulullah SAW
dan ijma Muslimin. Dan beliau melakukan cambukan pada peminum khamr
tidak hanya sekali. Demikian juga yang dilakukan khulafaur rasyidin dan kaum
Muslimin sesudah mereka.35[15] Orang yang meminum minuman keras wajib
didera empat puluh kali apabila ada saksi dua orang laki-laki atau dia mengaku
sendiri.36[16] Sabda Rasulullah saw.:
( )
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna
dan Muhammad bin Basyar keduanya berkata; telah menceritakan kepada
34[14] Taqiyuddin bin Taimiyah, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, (Surabaya: Dunia
Ilmu Offset, 1997), hlm. 105.
35[15] Taqiyuddin bin Taimiyah, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, (Surabaya: Dunia
Ilmu Offset, 1997), hlm. 102.
36[16] Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), hlm.
440.
kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia
berkata; aku pernah mendengar Qatadah menceritakan dari Anas bin Malik,
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah dihadapkan seorang laki-laki
yang terbukti meminum khamer, lalu beliau menderanya dengan dua pelepah
kurma sebanyak empat puluh kali, hal itu juga dilakukan oleh Abu Bakar.
(Riwayat Muslim)37[17]
38[18] Rokhmadi, Reformulasi Hukum Pidana Islam: Studi tentang Formulasi Sanksi
Hukum Pidana Islam, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2009), hlm. 33-34.
2. Sanksi hukum dari aspek peraturan perundang-undangan
Khamr itu sangat berbahaya dalam kehidupan manusia, sebab khamr adalah
pangkal (induk) dari semua perbuatan keji. Bahaya khamr bagi akal, fisik, agama
dan dunia manusia, juga bahaya terhadap keluarga, masyarakat, dan bangsa, baik
spiritual, material, maupun moral. Tidak ada bahaya yang lebih berat bagi
manusia melebihi bahaya yang ditimbulkan oleh khamr. Bahaya sosial yang
ditimbulkan, antara lain dapat memutuskan hubungan, menimbulkan permusuhan
dan kebencian, Bahaya ruhaniahnya antara lain dapat menghalangi peminumnya
39[19] Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 101-
102.
dari melaksanakan kewajiban agamanya seperti dzikir kepada Allah Saw dan
menunaikan shalat.40[20]
2. Dosis yang dibutuhkan harus lebih tinggi, sampai orang yang meminumnya
menjadi betul-betul mabuk, sempoyongan, dan tidak sadarkan diri.
3. Alkohol yang over dosis dan tidak sempat dioksidasikan akan menumpuk pada
jaringan darah, sehingga menjadi racun dalam tubuh.
5. Alkohol akan merusak sel-sel hati, terganggu dan akan menjadi penimbunan
lemak dalam tubuh.
40[20] Yusuf Qardhawi, Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2008), hlm. 75-76.
Disamping itu juga sesuatu yang memabukkan dapat melumpuhkan badan,
melemahkan syaraf, menurunkan kesehatan, dapat mengganggu kejernihan jiwa,
menghancurkan akhlak, meruntuhkan iradah (kemauan atau kesadaran), dan
melemahkan perasaan untuk melaksanakan kewajiban, yang menjadikan
peminumnya sebagai alat untuk meracuni masyarakat. Selain itu juga dapat
menghabiskan harta dan merobohkan rumah tangga, karena untuk membelinya
harus merogoh uang yang banyak.42[22]
IV. PENUTUP
A. Simpulan
Orang yang terkena had khamr disyaratkan, yaitu: seorang muslim, berakal,
baligh, dewasa, meminum khamr dengan sukarela, mampu membedakan mana
yang benar dan mana yang buruk, serta mengetahui haramnya khamr (minuman
keras), sehat dan tidak sakit. Had bagi peminum khamr yaitu 80 kali pukulan
berdasarkan ijma sahabat dan 40 kali pukulan sebagaimana dipraktekkan oleh
Rasulullah Saw.
41[21] Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 87-
89.
42[22] Yusuf Qardhawi, Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2008), hlm. 83.
Pentingnya menjaga diri dari bahaya minuman yang diharamkan dalam
syariat Islam, yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan
bangsa, baik spiritual, material, maupun moral.
B. Saran
Demikianlah makalah ini pemakalah sajikan, semoga dapat bermanfaat dan menjadi
tambahan ilmu pengetahuan tentang diharamkannya sesuatu lain yang memabukkan.
Pemakalah sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan.
Pemakalah mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan baik dalam segi
tulisan, tanda baca, maupun kesalahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Faruq, Asadulloh. 2009. Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam. Tk: Ghalia
Indonesia.
Al-Asqalani, Al-Hafizh Ibnu Hajar. 2009. Terjemah Lengkap Bulughul Maram. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana.
Ash-Shanani, Muhammad bin Ismail Al-Amir. 2013. Subulus Salam Syarah Bulughul
Maram. Jakarta: Darus Sunnah Press.
Kementerian Urusan Agama Islam. 1422 H. Al-Quran dan Terjemahnya. Saudi Arabia:
Mujamma Al-Malik Fahd Li Thibaat Al Mush-haf Asy Syarif.
Qardhawi, Yusuf. 2008. Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam. Jakarta: Robbani
Press.
Rokhmadi. 2009. Reformulasi Hukum Pidana Islam : Studi Tentang Formulasi Sanksi
Hukum Pidana Islam. Semarang: RaSAIL Media Group.
Taqiyuddin bin Taimiyah. 1997. Kebijakan Politik Nabi SAW. Surabaya: Dunia Ilmu
Offset.
Diposkan 7th August 2015 oleh Nur Syifafatul
Tambahkan komentar
3.
Aug
MAKALAH
Yuliana (113111152)
SEMARANG
2014
I. PENDAHULUAN
Era globalisasi telah menyeret umat Islam untuk bersaing dalam percaturan
dunia. Berhadapan dengan wajah barat, maka umat Islam dengan segala keadaannya
yang masih tertidur harus mengakui bahwa dunia Islam masih berada jauh tertinggal
di belakang dunia Barat. Sehingga ada kecenderungan umat Islam untuk menjadi
umat yang eksklusif dan inklusif.
Hal tersebut membawa dua dampak bagi masyarakat Islam, yaitu positif dan
negatif. Pada masa ini dunia Barat dipandang sebagai kiblat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kebudayaannya juga dipandang lebih relevan dan pantas
untuk diterapkan suatu bangsa. Sementara itu Islam yang diturunkan dari belahan
Timur dipandang sudah ketinggalan zaman dan tidak relevan lagi.
III. PEMBAHASAN
43[1]Aden Widjan, dkk, Pemikiran & Peradaban Islam, (Yogyakarta: Safiria Insani
Press, 2007), hlm 58.
A. Sejarah tonggak kebangkitan kembali umat Islam (abad 15 H) dengan
merefleksi masa lampau
44[2] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm..
112.
45[3] Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Pembaharuan dalam Dunia
Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 6
Sikap pasif dan apatis ini berlangsung beratus-ratus tahun mendera umat
Islam mengakibatkan kelumpuhan kreativitas yang disertai sikap pasrah kepada
Allah SWT (jabariyah). Keadaan ini makin parah saat mereka diperlakukan
sebagai warga jajahan bagi bangsa-bangsa Barat. Sebagai warga jajahan, mental
mereka diperbudak secara paksa, sementara mereka tidak memiliki SDM yang
kuat untuk memberikan perlawanan yang seimbang.46[4]
Dengan merefleksi beberapa sebab yang menjadikan Islam tertinggal, maka
Islam perlu menjadikan kejayaan-kejayan di masa silam sebagai tonggak
kebangkitan untuk membangun Islam di masa depan dalam berbagai aspek
kehidupan.
Seperti politik yang di jalankan oleh Nabi SAW yaitu politik nilai, Politik
di sini tidak sekadar berkaitan dengan hasrat kuasa, tetapi juga dalam makna
yang lebih luas meliputi dengan institusi budaya, sosial, agama, bahkan
pengetahuan.47[5] Sedangkan dibidang militer, kekuatan militer yang disusun
Umayah untuk melakukan ekspansi-ekspansi perluasan wilayah hingga ke Barat.
Dibidang ilmu pengetahuan dan budaya, Abbasiyah menorehkan sejarah menjadi
kiblat ilmu pengetahuan dan budaya.
46[4] Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 50-52.
47[5]Asep Salahuddin,
http://regional.kompas.com/read/2013/01/23/01522330/Maulid.Politik.-Kenabian , di
unduh pada hari Kamis, 19 Juni 2014 pada pukul 11.44 WIB.
menerima berbagai peradaban lain yang ada di luar Islam dan kemudian
menyelaraskan diri dengan ajaran Islam.48[6]
Kalau pada awal abad ke-19 M kita menyaksikan bahwa agama hampir saja
tercampur oleh kemajuan ilmu pengetahuan sehingga seolah agama harus
ditinggalkan dan tidak lagi relevan untuk dianut, maka dalam mengakhiri abad
ke-20 dan menyongsong abad ke-21 ini tampaknya agama mendapatkan tempat
kembali untuk ditoleh oleh para ilmuwan. Agama ternyata memang memiliki
ruang dalam ilmu pengetahuan. Agama dihadirkan bahkan dijelaskan melalui
perkembangan ilmu pengetahuan. Sistem keimanan dijelaskan dan dihadirkan
sebagai satu kesatuan organik dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
dibutuhkan oleh agama sebagai sarana aktualisasi doktrin-doktrinnya, sedangkan
agama dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan sebagai petunjuk agar tidak
menyesatkan dan menakutkan umat manusia yang membuatnya, melainkan agar
menjadikan umat manusia bisa memperoleh hidup secara lebih baik, tenang,
damai, dan meyejukkan.50[8]
48[6]Aden Widjan, dkk, Pemikiran & Peradaban Islam, (Yogyakarta: Safiria Insani
Press, 2007), hlm 65.
50[8] Sholihan, Muhammad Arkoun dan Kritik Nalar Islam, (Semarang: Walisongo
Press, 2009), hlm. 113-114.
Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Bapak A. Muthohar, bahwa agama
dan filsafat-lah yang menjadi pijakan pemikiran untuk membangun Islam di
masa depan.
1. Bidang pendidikan
2. Bidang ekonomi
3. Bidang politik
52[10] Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 18-34.
53[11] Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 284-285.
Pada bagian lain negara muslim perlu menghindari pikiran atau tindakan
yang mencerminkan nasionalisme sempit, sikap arogan, perasaan superior,
dan menjunjung tinggi konsep patriotisme serta konsep demokrasi yang
sehat dan dewasa.
55[13] Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 59.
56[14] Sholihan, Muhammad Arkoun dan Kritik Nalar Islam, (Semarang: Walisongo
Press, 2009), hlm. 118.
peradaban masa depan umat manusia yang cenderung pluralistik dan
globalistik.57[15]
C. Kasus di Indonesia
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Politik
3. Bidang Ekonomi
57[15] Sholihan, Muhammad Arkoun dan Kritik Nalar Islam, (Semarang: Walisongo
Press, 2009), hlm. 126-128.
maka perancangan sistematis pembangunan menjadi sangat penting untuk
dilakukan. Semenjak GBHN dihapuskan, negara Indonesia mengalami
kebingungan arah pembangunan sebab saat ini Indonesia hanya bergantung
pada RJP.
A. Simpulan
Banyak kasus yang terjadi di Indonesia dalam beberapa sektor yang menjadi
agen perubahan masa depan, yaitu: Bidang Pendidikan, Ekonomi, Sosial dan
Budaya dengan cara Islamisasi di semua sektor.
B. Saran
Asep Salahuddin.
http://regional.kompas.com/read/2013/01/23/01522330/Maulid-.Politik.Kenabian,
di unduh pada hari Kamis, 19 Juni 2014 pada pukul 11.44 WIB.
Asmuni, Yusran. 1996. Pengantar Studi Pemikiran dan Pembaharuan dalam Dunia
Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sholihan. 2009. Muhammad Arkoun dan Kritik Nalar Islam. Semarang: Walisongo Press.
Widjan, Aden, dkk. 2007. Pemikiran & Peradaban Islam. Yogyakarta: Safiria Insani
Press.
Zuhairini, dkk. 1986. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.
Tambahkan komentar
4.
Aug
ITIBAR SANAD
ITIBAR SANAD
MAKALAH
Disusun Oleh:
Kelompok 4
SEMARANG
2014
I. PENDAHULUAN
Para sahabat Nabi SAW dan tabiin tidak pernah saling meragukan dalam
menerima hadits yang dituturkan oleh sahabat sesudah wafatnya beliau. Tetapi
keadaan ini berubah setelah adanya fitnah. Setelah saat itu, sikap para ulama dari
kalangan sahabat dan tabiin bersikap hati-hati dalam penuturan hadits dan tidak
menerima kecuali yang diketahui bagaimana jalan penuturan dan para tokoh penutur
(rawi), kecuali jika mereka merasa mantap dengan tingkat kehandalan dan
kejujurannya.60[1]
Di dalam kegiatan penelitian hadits, langkah ke-2 yang harus ditempuh adalah
dengan mencatat dan menghimpun seluruh sanad hadits untuk melakukan itibar.
Dalam kegiatan itibar untuk seluruh sanad hadits yang akan diteliti, sangat
diperlukan adanya pembuatan skema. Pembuatan skema dilakukan dengan tujuan
untuk mempermudah proses penelitian sanad hadits, dengan cara pembeberan
seluruh jalur sanad pada sebuah hadits. Hal ini untuk mengukur sejauh mana
tingkatan hadits tersebut, ditinjau dari segi kuantitas perawinya. Oleh karena itu
makalah ini akan mengulas beberapa hal mengenai pengertian itibar sanad, teknik
dan praktek pembuatan skema sanad.
60[1] Musthafa Al-SibaI, Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hlm. 56.
II. PEMBAHASAN
Yaitu sesuatu yang terangkat (tinggi) dari tanah.
Sanad adalah jalannya matan, yaitu silsilah para perawi yang
memindahkan (meriwayatkan) matan dari sumbernya yang pertama.62[3]
61[2] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 51.
62[3] Sohari Sahrani,Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 129-130.
Kata Sanad menurut bahasa adalah sandaran, atau sesuatu yang kita
jadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena hadis besandar kepadanya. Yang
berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti al-isnad
(menyandarkan, mengembalikan ke asal, dan mengangkat), al-musnid (hadits
yang disandarkan atau diisnadkan oleh seseorang), dan al-musnad (nama bagi
hadis marfu dan muttashil).63[4] Menurut Istilah ahli hadits, sanad ialah jalan
yang menyampaikan kita kepada matan hadits.64[5]
Dalam istilah ilmu hadits, itibar al-sanad didefinisikan sebagai:
menyertakan jalur atau sanad-sanad hadits tertentu yang tampak hanya
diketahui satu rawi saja, agar diketahui apakah ada rawi lainnya dalam riwayat
hadits tersebut baik ia meriwayatkan secara lafdhi atau maknawi, dalam jalur itu
sendiri atau dari jalur sahabat yang lain, ataukah tidak ditemukan sama sekali
dalam riwayat tersebut jalur lain yang meriwayatkan baik secara lafdhi maupun
maknawi.65[6]
Dalam studi hadits persoalan sanad dan matan merupakan dua unsur
penting yang menentukan keberadaan dan kualitas suatu hadits sebagai sumber
otoritas ajaran Nabi Muhammad SAW. Kedua unsur itu begitu penting artinya,
dan antara satu dengan yang lain saling berkaitan erat, sehingga kekosongan
salah satunya akan berpengaruh, dan bahkan merusak eksistensi dan kualitas
suatu hadits. Karenanya, seperti disebutkan, suatu berita yang tidak memiliki
sanad tidak dapat disebut hadits; demikian sebaliknya matan yang sangat
memerlukan keberadaan sanad.
63[4] Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
hlm.45-46.
64[5] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 147.
65[6] A. Hasan Asyari UlamaI, Melacak Hadis Nabi SAW : Cara Cepat Mencari Hadis
dari Manual Hingga Digital, (Semarang: RaSAIL, 2006), hlm. 20-21.
Karena suatu sumber berurusan dengan sanad dan matan, di samping juga
persoalan detailnya seperti : dari siapa sesungguhnya hadits diterima, siapa yang
membawanya sehingga terhubung kepada Nabi Muhammad SAW; juga keaslian
sumber (sanad serta matan) yang telah dibawanya. Hadits yang asli diterima dari
Nabi Muhammad SAW, dengan mata rantai periwayat dan materi yang diterima
secara meyakinkan merupakan maksud utama studi, sedang yang tidak asli
menjadi jelas ketidakasliannya.66[7]
Tujuan dari langkah Itibar al-sanad adalah untuk mengetahui ada atau tidak
adanya pendukung (Corroboration) baik yang berstatus Muttabi ataupun
Syahid. Mutabi: Periwayat yang berstatus pendukung bukan dari kalangan
sahabat sedangkan Syahid: Periwayat yang berstatus pendukung berkedudukan
sebagai sahabat Nabi. Guna memudahkan proses pembacaan terhadap jaringan
para rawi dari hadits yang sedang diteliti, disusunlah skema sanad dari masing-
67[8] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 52.
masing mukharrij, kemudian dilakukan penggabungan dari seluruh jalur sanad (9
jalur dari 6 mukharrij).
Untuk pembuatan skema sanad ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
68[9] A. Hasan Asyari UlamaI, Melacak Hadis Nabi SAW : Cara Cepat Mencari Hadis
dari Manual Hingga Digital, (Semarang: RaSAIL, 2006), hlm. 21.
periwayat pertama, yakni sahabat Nabi yang mengemukakan hadits, sampai
mukharrij-nya, misalnya al-Bukhari atau Muslim.
69[10] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 52-53.
70[11] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 54.
.. ,
.
,
: .
: . .
: . : .
.
:
[12] ) )
71
71[12] Thobi Ali Nufqhah, Shahih Muslim Juz I, (Bandung: Syirkah Al-Maarif Li ThabI
Wan Nasyr, tt), hlm. 69.
sebagai mukharijul hadits, maka beliau dalam hal ini berkedudukan sebagai
periwayat terakhir untuk hadits yang dikutip.
Dalam mengemukakan riwayat, Imam Muslim menyandarkan riwayatnya
kepada dua periwayat sebelumnya, yakni Abu Bakar bin Abi Syaibah dan
Muhammad bin al-Musanna. Kedua periwayat tersebut dalam ilmu hadits
disebut sebagai sanad pertama. Dengan demikian, maka sanad terakhir untuk
riwayat hadits di atas adalah Abu Said al-Khudri, karena beliau sebagai
sahabat Nabi yang berstatus sebagai pihak pertama yang menyampaikan
riwayat hadits tersebut. Berikut ini urutan periwayatan dan sanad untuk hadits
di atas:
:
. : .
: :
.
:
.
) )
:
....
Lafal matn hadits riwayat at-Turmuzi terdapat perbedaan sedikit bila dibandingkan
dengan lafal matn riwayat Muslim. Perbedaan itu terjadi karena dalam periwayatan
hadits, terjadi adanya periwayatan makna. Gambar skema sanad hadis riwayat at-
Turmuzi tentang mengatasi kemungkaran sebagai berikut:
2. Contoh untuk sanad dari sejumlah mukharrij
Dalam rangka al-Itibar untuk semua sanad hadits yang telah di-takhrij dibuat
skemanya, maka seluruh skema sanad dari seluruh mukharrij di gabung
menjadi satu skema.
Dengan memperhatikan skema tersebut, terlihat posisi masing-masing
periwayat dan lambang-lambang periwayatan yang digunakan mudah dikenali
dengan baik.72[13]
III. PENUTUP
A. Simpulan
Teknik pembuatan skema sanad, ada tiga hal penting yakni: jalur seluruh
sanad; nama-nama periwayat untuk seluruh sanad; dan metode periwayatan
yang digunakan oleh masing-masing periwayat. Contoh pembuatan skema hadits
ada dua yaitu contoh untuk sanad dari seorang mukharrij dan contoh untuk sanad
dari sejumlah mukharrij.
B. Saran
72[13] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 56-63.
Demikianlah makalah ini pemakalah sajikan, semoga dapat bermanfaat dan
menjadi tambahan ilmu pengetahuan tentang Itibar al-Sanad. Pemakalah
sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan.
Pemakalah mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan baik
dalam segi tulisan, tanda baca, maupun kesalahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-SibaI, Musthafa. 1993. Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2002. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Ismail, M. Syuhudi. 1992. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang.
Nufqhah, Thobi Ali. tt. Shahih Muslim Juz I. Bandung: Syirkah Al-Maarif Li ThabI
Wan Nasyr.
UlamaI, A. Hasan Asyari. 2006. Melacak Hadis Nabi SAW : Cara Cepat Mencari
Hadis dari Manual Hingga Digital. Semarang: RaSAIL.
!!!!!Mari praktek membuat skema sanad
) (
BIODATA PEMAKALAH
Nama: Nur
Syifafatul Aimmah
NIM : 113111137
Jurusan : PAI
TTL : Kendal, 24 Februari 1992
Pend. : MI Ianatusshibyan (2004)
: MTs NU Nurul Huda (2007)
: MA NU Nurul Huda (2010)
: IAIN Walisongo Semarang
Alamat :Tegalirik Mangkangkulon RT01/V Tugu,
Semarang
No. telp : 089670575542
Email : na_czifa24@yahoo.com &
nsa_syifa24@yahoo.co.id
Bloger : http://czifa24.blogspot.com/
Nama :
Syahris Shidiq
NIM : 113111145
Jurusan : PAI
TTL : Demak, 12 November 1992
Pend. : MI Nahdlatusy Syubban Sayung
: MTs Nahdlatusy Syubban Sayung
: SMA N 3 Demak
: IAIN Walisongo Semarang
No.Telp : 085842269692
E-mail : syahrishidiq@yahoo.co.id
Nama :
NIM : 113111151
: SD Negeri Buniwah 2
No Telp : 085640163495
E Mail : wiwit_wF22@yahoo.com
Tambahkan komentar
5.
Aug
Proposal Penelitian
PROPOSAL PENELITIAN
NIM : 113111137
SEMARANG
2014
PROPOSAL PENELITIAN
74[2] Agus Susanto, Islam Itu Sangat Ilmiah : Mengungkap Fakta-Fakta Ilmiah dalam
Ajaran-Ajaran Islam, (Jogjakarta: Najah, 2012), hlm. 14.
usaha manusia itu sendiri dalam mengusahakan perkembangannya.75[3] Seiring
dengan konsep tersebut, penyelenggaraan pendidikan pada usia dini sangat
diperlukan untuk membentuk potensi yang telah ada dapat tumbuh secara optimal.
Pendidik diharapkan dapat lebih kreatif serta dinamis dalam menyikapi
perkembangan pendidikan zaman sekarang.
Imam Al-ghazali berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan membawa fitrah
yang seimbang dan sehat. Kedua orangtuanyalah yang memberikan agama kepada
mereka. Demikian pula anak dapat terpengaruh dan mempelajari sifat-sifat yang
buruk dari lingkungan yang dihidupinya, dari corak hidup yang memberikan peranan
kepadanya dan dari kebiasaan yang dilakukannya.76[4]
:
)
( )
[5] (
77
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW, bersabda, tidak ada
seorang anakpun yang dilahirkan, kecuali yang keadaan fitrah (keimanan
terhadap tauhid), orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang yahudi atau
nasrani atau majusi, sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang
sempurna. Apakah kau melihatnya buntung? kemudian Abu Hurairah membacakan
ayat-ayat suci ini: (tetaplah atas) fithrah Allah yang menciptakan fithrah manusia
menurut fithrah itu. (hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama
75[3] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm.
113-114.
76[4] Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembang Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2008), hlm. 10.
77[5] Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul latif Al-Zubaidi, Sahih Bukhori Jilid 1,
(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1994), hlm. 154.
yang benar (Diriwayatkan oleh Muhammad bin Ismail Al-Bukhori dalam kitab
Janaiz)78[6]
78[6] Imam Az-Zabidi, Mukhtashor Shohih Al-Bukhori, (Bandung: Mizan, 2001), hlm.
273.
79[7] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadits, (Bandung: Sinar Baru,
1993), hlm. 670.
80[8] Musa Kasim, 40 Hadits Telaah Hadits-Hadits Mistis dan Akhlak. Terj. Syarh Al-Arbain
Haditsan, (Bandung: Mizan Media Utama, 2004), hlm. 208.
maka nanti setelah dewasa ia akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama.
Seyogianya agama masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan pertumbuhan
pribadinya, yaitu sejak lahir, bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan.
Hubungan anak dengan orang tua, juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan
agama anak.81[9]
Jadi, tahapan awal untuk menumbukan sikap, perilaku, keyakinan serta pribadi
beragama dalam masa perkembangan anak dengan usaha menanamkan nilai-nilai
pendidikan agama Islam sejak dini pada anak usia dini. Pola pengasuhan.
pembimbingan, pendidikan serta hubungan orangtua dengan anak sangat
mempengaruhi masa dewasa sang anak.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk beragama.
Namun, keberagamaan memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang
secara benar. Untuk itu, anak memerlukan tuntunan dan bimbingan sejalan dengan
tahap perkembangan yang mereka alami.82[10]
Memahami konsep keagamaan berarti memahami sifat agama pada anak. Ide
keagamaan pada anak hampir sepenuhnya autoritarius, maksunya konsep keagamaan
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka. Orang tua mempunyai pengaruh
terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang di miliki. Dengan demikian,
ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka
yang dipelajari dari para orang tua maupun guru mereka.83[11]
Dalam fase kanak-kanak ini, merupakan saat yang tepat untuk menanamkan
nilai keagamaan. Anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang
telah ia saksikan ketika berhubungan dengan orang disekelilingnya. Dalam
pergaulan inilah ia mulai mengenal Tuhan melalui ucapan dan tingkah laku orang
disekelilingnya. Anak pada usia ini belum mempunyai pemahaman dalam
melaksanakan ajaran Islam, tetapi di sinilah peran orang tua dalam memperkenalkan
81[9] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 58-60.
82[10] Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2008), hlm. 53.
83[11] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm.
70.
dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan agama sekalipun sifatnya hanya
meniru.84[12]
Oleh sebab itu, pengondisian lingkungan, keluarga serta masyarakat sekitar
harus terarah pada dukungan positif demi terwujudnya lingkungan yang agamis.
Dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini pada anak usia
dini, seorang pendidik harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan
keagamaannya. Selain itu, dalam hal ini peran orang tua dan keluarga sangat besar
dalam membantu terwujudnya penanaman nilai-nilai pendidikan agama pada sang
anak. Karena keluarga adalah ruang lingkup pertama yang di jumpai sang anak untuk
memperoleh pengetahuan, pemahaman serta mengenal lingkungan sekitar.
Alm. Prof. DR. Achmadi, M. Ag, Guru Besar IAIN Walisongo Semarang
menegaskan bahwa seorang guru pendidikan agama Islam dituntut pertanggungan
jawab dalam mendidik dan mengembangkan kepribadian anak sehingga mampu
menghadirkan manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri iman dan takwa, berbudi
luhur sesuai ajaran Islami.85[13]
Dalam konteks penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam di sekolah, guru
merupakan orang yang paling dekat dengan siswa setelah kedua orang tuanya. Guru
merupakan teladan yang paling ideal bagi seorang anak, karena dengan mudah
perilaku mereka dapat mempengaruhi siswanya hingga tingkat yang lebih luas dari
pada yang dapat dilakukan oleh orang lain. Dalam proses pembelajaran pada anak
usia dini masih ditemukan gejala rendahnya penanaman nilai-nilai pendidikan agama
Islam. Padahal bekal untuk membentengi anak dari pengaruh luar yang dapat
merusak moral adalah dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan agama sejak dini.
Oleh sebab itu, nilai-nilai pendidikan agama Islam perlu ditanamkan sejak dini
dengan optimal. Dengan harapan penerus bangsa kelak menjadi generasi yang
memiliki bekal ilmu yang berkualitas serta iman yang kuat dan kokoh.
84[12] Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustakan Rizki Putra,
2012), hlm. 30.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada penanaman nilai-nilai
pendidikan agama Islam sejak dini. Oleh sebab itu, masalah tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
2. Apakah dengan penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini di Khodijah 01
Semarang tahun pelajaran 2014/2015 dapat memperkokoh keimanan?
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan dari adanya
penelitian penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini adalah:
2. Manfaat Penelitian
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada hasil penelitian
yang ada tentang penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sudah ada, namun
untuk penelitian yang menitik beratkan pada penanaman keagamaan anak sejak dini
belum ada yang mengkajinya. Beberapa dasar rujukan dalam penelitian ini antara
lain:
Skripsi Andriyani NIM. 084001115 STAIN Jember yang berjudul Peranan
Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak di
Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo Tahun 2004. Skripsi tersebut
membahas tentang peranan keluarga di Desa Buduab Kecamatan, yang memiliki
perhatian dan peran cukuplah besar terhadap pendidikan Islam. Hal ini dibuktikan
dengan adanya bentuk arahan, motivasi, serta latihan-latihan yang dilakukan oleh
orang tua terhadap anak-anaknya secara telaten dan sabar.
Thesis Abu Hasan Agus R. NIM. 09261008 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang berjudul Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia
Dini Melalui Metode Bercerita Di Taman Kanak-Kanak Bina Anaprasa Nurul Jadid
Paiton Probolinggo. Thesis tersebut membahas tentang proses pendidikan pada TK
Bina Anaprasa Nurul Jadid yang menggunakan metode bercerita menjadi fokus bagi
peneliti untuk dijadikan obyek penelitian, dengan melihat perkembangan anak didik.
Skripsi Faridlatunnikmah yang berjudul Upaya Guru Dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak Penyandang Autis Di Sekolah Autis
River Kids Malang. Skripsi tersebut membahas tentang upaya seorang guru dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak penyandang autis di
sekolah autis River Kids Malang. Untuk mengetahui problematika dan kendala guru
dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Skripsi Eko Wiyono NIM. 01470727 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijogo
Yogyakarta 2008 yang berjudul Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Siswa TKIT
Baitussalam 2 Cangkringan Sleman. Skripsi tersebut membahas tentang tujuan
menumbuhkembangkan rasa agama anak secara optimal sehingga terbentuk perilaku
dan kemampuan dasar sesuai tahapan perkembangannya sehingga nantinya memiliki
kesiapan dan memasuki usia berikutnya.
Dari keempat penelitian tersebut, menurut saya belum ada yang menekankan
pada penanaman nilai-nilai keagamaan sejak dini sebagai bekal untuk meningkatkan
ketaqwaan sehingga anak mempunyai keimanan yang kuat dan kokoh. Oleh sebab
itu signifikansinya ingin peniliti temukan. Dalam penelitian ini anak diajak untuk
mengetahui dan memahami tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam sebagai
landasan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di era globalisasi ini.
Disamping itu anak juga diajak untuk belajar sambil bermain dengan nuansa Islami
dengan bahasa serta tutur kata yang berakhlakul karimah.
E. Kajian Teori
1. Definisi Penanaman Nilai - Nilai
87[15] Muhaimin dan Abdul Mujid, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda
Karya, 1993), hlm. 110.
pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan agar keimanan anak menjadi
kuat dan kokoh.
Kata pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan Islam yaitu agama universal yang Allah perintahkan kepada seluruh manusia
dan imani Rosul-Rosulnya. Sebagaimana menurut Drs. Ahmad D. Marimba, bahwa
pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 89
[17]
89[17] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 9.
Pendidikan Islam taun 1980, dinyatakan bahwa: Pendidikan Islam ditujukan untuk
mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui
latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan, dan pancaindra. Oleh karena
itu, Pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehiduan manusia, baik
spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya, bahasanya, baik
secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan
dan ke arah pencapaian kesempurnaan hidup.90[18]
Pendidikan Agama Islam, secara umum sama dengan pendidikan Islam, namun
dalam konteks UUSPN berarti mata pelajaran atau bidang studi agama Islam, sebagai
salah satu kurikulum wajib bagi peserta didik muslim.91[19] Pendidikan Agama Islam
atau bisa disebut sebagai pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya At Tarbiyatul Al
Islamiyah. Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang
diberikan seseorang kepada seseorang yang lainnya agar lebih berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran agama Islam.92[20]
Seluruh umat manusia wajib mengetahui tentang pendidikan agama Islam secara
keseluruhan, dengan tujuan untuk memantapkan keimanan dan ketaatan dalam
melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Sebagaimana dasar dari pendidikan
Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadits maka harus ada pemahaman yang universal di atas
kedua pilar ini yang dibangun sebagai konsep dasar pendidikan Islam. 93[21] Jadi,
pendidikan agama Islam merupakan sebuah usaha sadar dan terencana untuk
90[18] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010), hlm. 13-18.
92[20] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 32.
Nilai-nilai pendidikan agama Islam merupakan suatu hal yang melekat pada
pendidikan yang dijadikan sebagai landasan atau dasar untuk mencapai sebuah tujuan
hidup manusia yaitu beribadah kepada Allah SWT. Nilai-nilai pendidikan agama Islam
ini sangat penting sekali, makanya perlu untuk ditanamkan mulai sejak dini pada anak
karena merupakan waktu yang sangat tepat dalam perkembangan anak.
a. Pedidikan keimanan
Pendidikan keimanan merupakan pendidikan pertama dan utama yang
diberikan kepada anak sebelum pendidikan yang lain. Pendidikan ini
diharapkan dapat melandasi sikap tingkah laku dan kepribadiannya.
b. Pendidikan akhlakul karimah
Pendidikan akhlaq merupakan modal yang sangat penting dalam hidup
dan kehidupan. Akhlaq itu ruang lingkupnya amat sangat luas, mencakup
hubungan antar individu, individu dengan lingkungan, individu dengan sang
pencipta, bahkan individu dengan segala yang maujud.
c. Pendidikan ibadah
Pendidikan ini memiliki posisi yang amat penting bagi pendidikan anak.
Sehubungan dengan hal ini rasulullah memerintahkan kepada orangtua unttuk
mengajari anaknya mendirikan shalat apabila telah berumur 7 tahun, apabila
berumur 10 tahun meninggalkan shalat, maka supaya dipukul.
d. Pendidikan masyarakat
Pendidikan masyarakat merupakan hubungan anak dengan teman sebaya,
hubungan anak dengan yang lebih besar, hubungan anak dengan adiknya yang
masih kecil, hubungan dia dengan tetangga, bahkan hubungan dia dengan
manusia lain sebagai warga negara.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk membimbing anak usia dini, yaitu:
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), inteligensi (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak.95[23]
94[22] Nur Uhbiyati, Long Life Education, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm.
56-59.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah taman kehidupan bagi anak-anak.
Menjadikan hidup lebih baik, mengaitkan pelajaran dengan realitas merupakan
keniscayaan yang mesti dialami oleh anak-anak di PAUD. Pengalaman ini akan
menjadikan keberadaan anak di PAUD sungguh bermakna bagi tumbuh kembangnya kini
dan kehidupan di masa depan.97[25]
Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan. Pada masa
ini, anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa.
Anak belum memiliki pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkungannya.
Dengan kata lain, orangtua maupun pendidik akan lebih mudah mengarahkan anak
menjadi lebih baik.
Perlakuan dan pendidikan di waktu kecil akan berpengaruh ketika dewasa nanti.
Imam Ghazali mengatakan bahwa seorang anak tergantung kepada orangtua dan anak
didiknya. Sebab, sejak awal hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang
amat berharga, sederhana, dan bersih dari gambaran apa pun. Jika seorang anak
menerima ajaran atau kebiasaan baik, anak akan menjadi baik. Sebaliknya, kalau anak
menerima ajaran dan kebiasaan jelek, anak akan menjadi jelek pula. 98[26] Sejalan dengan
hal itu, pendidikan agama Islam perlu untuk ditanamkan sejak dini untuk membentengi
96[24] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), hlm. 63
97[25] Nusa Putra & Ninin Dwilestari, Penelitian Kualitatif: Pendidikan Anak Usia
Dini, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 37.
keimanan dan ketaqwaan umat Islam agar kokoh dan kuat mulai dari akarnya. Karena,
pendidikan keagamaan pada masa kecil dapat berpengaruh pada keimanan ketika dewasa
nantinya.
F. Kerangka Berpikir
Dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam yang murni sesuai
dengan tuntunan syariat Islam diharapkan perkembangan keagamaan siswa KB
Khodijah 01 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 semakin meningkat, sehingga
benteng keimanan anak didik semakin kokoh dan kuat.
Penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sangat diperlukan dalam
memperbaiki moral dan bangsa ini. Untuk memberantas adanya kenakalan remaja
yang semakin marak dan firusnya telah menyebar ke berbagai pelajar Indonesia.
Maka untuk menanggulanginya diperlukan pendidikan keagamaan sejak dini.
Pada usia 0-6 tahun, anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh negatif dari
lingkungan luar, oleh sebab itu orangtua maupun pendidik akan lebih mudah
mengarahkan anak menjadi lebih baik. Karena apapun yang di tanamkan pada saat
kecil, maka ketika dewasa nanti tinggal menunggu buahnya saja (hasilnya). Dengan
adanya pengarahan yang baik sesuai dengan syariat Islam, hal itu dapat menjadi
motivasi dan suri tauladan yang baik pula bagi anak didik.
Jika dilakukan adanya penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak
dini di KB khodijah 01 Semarang, maka sikap dan keagamaan anak didik akan lebih
berakhlakul karimah, maka kenakalan remaja yang merabak dikalangan remaja
seperti saat ini akan semakin surut dan dunia masa depan akan jauh lebih baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam
sejak dini di KB Khodijah 01 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 merupakan
suatu proses belajar mengajar dimana didalamnya mempelajari tentang kepercayaan
hati dan pembenarannya terhadap rukun iman serta mempelajari segala tingkah laku
manusia yang tidak dibuat-buat dan perbuatan yang dapat dilihat dari sifatnya yang
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan seseorang secara
sistematis untuk mendapatkan data dengan tujuan menjawab problem tertentu.
1. Subjek Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang dan
jumlah namun juga meliputi objek, benda lain dan seluruh karakteristik atau sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu.99[27] Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari
4. Variabel
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel juga dapat berarti
pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.102[30] Variabel merupakan sebuah
obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ilmiah. Adapun
variabel pada penelitian kualitatif ini merupakan variabel penelitian tunggal yaitu
penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini. Dengan variabel tersebut kita
akan dapat mengetahui perbedaan hasil yang terjadi setelah diterapkan. Jadi, dari variabel
itu nantinya akan ada sebuah variasi hasil yaitu dengan penanaman keagamaan tersebut
apakah akan mempengaruhi tumbuh kembang anak ke arah yang positif ataukah tidak.
100[28] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
cet-8, hlm. 121.
102[30] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet-8,
hlm. 133.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini, peneliti mencari data
langsung dilapangan dengan menggunakan tiga teknik, yaitu:
a. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu teknik pengambilan data dengan jalan
pengambilan keterangan secara tertulis tentang inventarisasi, catatan, transkrip
nilai, notulen rapat, agenda dan sebagainya.103[31] Peneliti mengumpulkan
segala macam bentuk data sumber informasi yang berhubungan dengan
dokumen (baik yang resmi maupun tidak resmi) yang akan diteliti.
Metode ini penulis gunakan untuk menggali data tentang bagaimana
pengaruh adanya penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini
untuk meningkatkan ketaqwaan serta sebagai bekal ilmu yang berkualitas
dengan iman yang kuat dan kokoh melalui data-data tertulis seperti absensi,
nilai tugas, nilai tindakan Islami pada proses pembelajaran di kelas, dan
dokumen berkaitan dengan catatan keagamaan yang dilakukan anak pada
proses pembelajaran.
b. Teknik Pengamatan (Observasi)
Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan
pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. 104[32]
Dalam teknik observasi ini, peneliti mengumpulkan data yang diperoleh lewat
pengamatan langsung dilokasi penelitian, berupa jenis informasi tertentu yang
diperoleh dengan baik. Peneliti mengamati dengan seksama kegiatan belajar
pada kelompok yang akan lebih di fokuskan pada perkembangan
keagamaannya.
6. Instrumen Penelitian
103[31] Ibnu Hajar , Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Jaya, 2000), hlm. 69.
104[32] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2003), hlm. 136.
Instrumen sebagai alat pengumpul data harus benar-benar dirancang dan dibuat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris. Dalam mengkaji hakikat instrumen
penelitian, sebaiknya peneliti memperhitungkan terlebih dahulu jenis data yang
diperlukan dalam penelitian.105[33] Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument
atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Oleh sebab itu peneliti sebagai instrument
harus divalidasi, meliputi: pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan teori
serta wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuki
obyek penelitian.106[34]
Pada penelitian tentang penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini
di KB Khodijah 01 Semarang tahun 2014, instrumen utamanya adalah peneliti. Namun
setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka akan dikembangkan instrumen penelitian
sederhana, dengan harapan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang
telah di temukan melalui observasi dan dokumentasi. Instrumen sederhana tersebut
berupa lembar observasi siswa untuk mengetahui sikap dan tingkah laku anak didik
ketika pembelajaran dan perubahan yang timbul setelah ditanamkannya nilai-nilai
pendidikan agama Islam. Selain itu peneliti juga dapat menggunakan format penilaian
untuk mengetahui perkembangan sikap dan kemampuan anak didik setelah pembelajaran
diterapkan.
H. Kepustakaan
Achmadi. 2002. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Aditya
Media.
Ahmad, Imam Zainuddin bin Abdul latif Al-Zubaidi. 1994. Sahih Bukhori Jilid 1.
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Arifin, Bambang Syamsul. 2008. Psikologi Agama. Bandung: CV. Pustaka Setia.
105[33] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
cet-8, hlm. 155.
Jalaluddin & Ramayulis. 1998. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kasim, Musa. 2004. 40 Hadits Telaah Hadits-Hadits Mistis dan Akhlak. Terj. Syarh
Al-Arbain Haditsan. Bandung: Mizan Media Utama.
Nawawi, Hadari. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Raharjo. 2012. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Semarang: Pustakan Rizki Putra.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Susanto, Agus. 2012. Islam Itu Sangat Ilmiah : Mengungkap Fakta-Fakta Ilmiah
dalam Ajaran-Ajaran Islam. Yogyakarta: Najah.
Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Uhbiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam (IPI). Bandung: Pustaka Setia.
Uhbiyati, Nur. 2009. Long Life Education. Semarang: Walisongo Press.
Yusuf, Syamsul. 2008. Psikologi Perkembang Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
NIM: 113111137
Tambahkan komentar
6.
Aug
LAPORAN OBSERVASI
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Disusun Oleh:
SEMARANG
2014
I. PENDAHULUAN
1. Visi TK Pertiwi 40
Terciptanya system pendidikan yang membantu kepribadian anak
berakhlaqul karimah dalam mengembangkan potensi anak sedini mungkin
agar tercetak anak yang kreatif dan mandiri.
2. Misi TK Pertiwi
a. Membentuk kepribadian yang berakhul karimah.
b. Mengembangkan potensi anak sedini mungkin.
c. Mencetak anak berfikir kreatif dan mandiri.
3. Tujuan TK Pertiwi 40
a. Meletakkan dasar nilai-nilai agama dan moral pada anak didik.
b. Mengembangkan potensi anak sedini mungkin sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.
c. Membedakan pengetahuan pada anak untuk menghadapi masa depan.
C. Surat Keputusan Dinas Pendidikan
Surat keputusan dari departemen pendidikan dan kebudayaan provinsi Jawa
Tengah kantor kotamadia Semarang berkaitan dengan izin untuk mendirikan TK
Pertiwi 40 dapat dilihat pada lampiran kedua.
KETUA PENYELENGGARA
EKO HARUM D.
BENDAHARA
MASIROHTUL KHOIRIYAH
KEBERSIHAN
ZUHRI
KEPALA SEKOLAH
MASIROHTUL KHOIRIYAH
GURU KEL B
RIZKA IRAWATI
GURU EKSTRA TARI
BONIYATUN
GURU EKSTRA B. INGGRIS
RIZKA IRAWATI
KETUA KOMITE
KISNOWATI
KEPALA KELURAHAN PENANGGUNG JAWAB
SUBARDI
II. STANDAR PELAKSANAAN TK PERTIWI 40
III. SIMPULAN
Ditinjau dari segi usia peseta didik, belum sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23. Di TK Pertiwi 40 ini, menurut paparan kepala
sekolah bahwa anak berusia 4 tahun belum dianggap kelas A jadi jika dipaksakan
masuk harus menempuh pendidikan TK selama 3 tahun.
Ditinjau dari segi tenaga pendidik, TK Pertiwi 40 sudah memenuhi kriteria yang
ada dalam peraturan pemerintah yaitu Kualifikasi dan kompetensi guru PAUD
berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru beserta
lampirannya. Bagi guru PAUD jalur pendidikan formal (TK, RA dan sederajat) dan
jalur pendidikan nonformal yang belum memenuhi kualifikasi dan kompetensi
tersebut disebut guru pendamping atau pengasuh. Kualifikasi akademik guru
pendamping yaitu memiliki ijazah D-II PGTK yang terakreditasi dan minimal
lulusan SMA dan mendapat sertifikat pelatihan kursus PAUD.
Dengan kepala sekolah lulusan S1 PG-PAUD , guru kelas lulusan S1 PG-
PAUD, tenaga kependidikan lulusan SMP, dan di bidang administrasi lulusan S1
dapat disimpulkan TK Pertiwi 40 dari segi tenaga pendidikan dan tenaga
kependidikan sudah memenuhi kriteria yang ada dalam peraturan pemerintah.
Berikutnya mengenai standar sarana, prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Yang
menjadi kekurangan di TK Pertiwi 40 adalah pada sarana dan prasarananya karena
masih banyak sarana yang rusak sehingga belum bisa maksimal dalam
penggunaannya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran ke 3:
KELOMPOK : A
KELOMPOK : B
Kelompok: B
Tema: Rekreasi
Area agama:
Area bahasa
Area IPA/Kognitif
Tambahkan komentar
7.
Aug
SEMARANG
2014
mengumpulkan data. Sedangkan instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam
mengumpulkan data.
B. JENIS-JENIS METODE ATAU
a. Tes kepribadian
b. Tes bakat
c. Tes inteligensi
d. Tes sikap
e. Tes proyeksi
f. Tes minat
g. Tes prestasi
b. Interview (Wawancara)
c. Observasi
d. Skala Bertingkat (Rating) atau Rating Scale, adalah suatu ukuran subjektif
yang dibuat berskala.
Pemilihan metode dan instrumen penelitian sangat ditentukan oleh beberapa hal,
yaitu: objek penelitian, sumber data, waktu, dan dana yang tersedia, jumlah tenaga
peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk mengolah data apabila sudah
terkumpul.
1 Tujuan penelitian
2 Sampel penelitian
3 Lokasi
Apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang luas. Akan lebih efektif jika
menggunakan metode kuesioner.
4 Pelaksanaan
Apabila pelaksanaannya cukup banyak sedangkan responden tidak begitu banyak,
maka sangat mungkin menggunakan wawancara atau observasi. Namun jika
keadaannya sebaliknya, maka metode kuesioner lebih tepat
6 Data
Jika kita ingin mendapatkan data yang lebih mendalam, maka wawancara lebih
tepat.
D. PENGADAAN INSTRUMEN
E. KEAMPUHAN INSTRUMEN
1. Validitas
a. Validitas ekstern
Instrument yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrument
tersebut sesuai dengan data mengenai variabel penelitian yang dimaksud.
b. Validitas intern
Validitas intern dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian
instrument dengan instrument secara keseluruhan. Cara pengujiannya ada dua :
1) Melakukan analisis faktor (anafak)
Analisis faktor dilakukan dengan didhului oleh satu asumsi bahwa
instrument bisa dikatakan valid jika setiap faktor yang membentuk juga
valid. Analis faktor juga dapat dilakukan apabila antara faktor yang satu
dengan faktor yang lain terdapat kesinambungan, atau tumpang tindih.
Analisis faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor
faktor dengan skor total, terlebih dahulu mengetahui kekhususan faktor.
2) Melakukan analisis butir (anabut)
Untuk menguji validitas setiap butir, maka skor-skor yang ada pada
butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total.
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah
baik.
Kesimpulan tidaksesuai
kenyataan Kesimpulan sesuaikenyataan
Reliabilitas
Ketetapan alat evaluasi dalam mengukur
Penentu keputusan
Koefisien Reliabilitas
Ada banyak cara atau rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas, berikut
kami rangkumkan dalam beberapa rumus :
a. Rumus Spearman Brown
b. Rumus Pearson
c. Rumus Rulon
e. Rumus Kuder-Richardson
Keterangan :
r: koefisien reliabilitas (pendekatan)
b: banyaknya soal
DB: deviasi baku
t: perbandingan (rasio) siswa yang untuk soal tertentu jawabannya benar
s: perbandingan (rasio) siswa yang untuk soal tertentu jawabannya salah, jadi,
untuk soal tertentu itu s = 1 - L
H: rata-rata hitung
f. Rumus Alpha
4 = sangat senang
3 = senang
2 = cukup
1 = kurang senang
0 = tidak senang
Apakah salah jika semua orang memilih angka 4?
Merupakan langkah yang sangat penting bagi seorang peneliti, tetapi belum
lazim dilakukan. Pada umumnya sehabis selesai melakukan uji coba instrumen
dan mengolah datanya, peneliti sudah merasa tenang dan menganggap bahwa
langkah selanjutnya tinggal mengumpulkan data, kemudian diolah. Tolak ukur
atau kriteria penilaian data merupakan sesuatu yang penting kedudukannya, dan
harus disiapkan sebelum peneliti bertolak mengumpulkan data lapangan.
1. Untuk menyamakan ukuran bagi pengumpul data agar tidak banyak terpengaruh
faktor subjektif.
Tambahkan komentar
8.
Aug
PRAKTEK BIMBINGAN
KONSELING
LAPORAN BIMBINGAN KONSELING
Disusun Oleh:
NIM : 113111137
Kelas : PAI 6C
2014
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses tersebut berlangsung secara
interdependen, saling bergantung satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan dalam
bentuk-bentuk yang murni berdiri sendiri (Kartini Kartono, 1995 : 18).
Pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui setiap harinya memicu munculnya
berbagai permasalahan. Besar kecil permasalahan tersebut tidak dapat dipungkiri
tetap saja mengganggu stabilitas pertumbuhan serta kebahagiaan. Untuk itu
permasalah yang muncul bukan untuk dijauhi, namun permasalah tersebut ada
untuk dihadapi dan dipecahkan.
Tujuan utama dari bimbingan konseling yaitu untuk menolong, menggali dan
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki individu secara optimal,
menolong memecahkan problem-problem, dan mengaktualisasikan serta
mengaplikasikan perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW, baik
secara langsung mapun tak- langsung. Allah SWT berfirman dalam Al-Quranul
karim surar Al-Maidah (5) ayat 2 dan surat Al-Ashr (103) ayat 3 yang berbunyi:
G9$#ur ((qRur$ys?ur n?t h99$# 3uq#)
wur (#qRur$ys? n?t OOM}$# bur9$#ur
4 (#q)?$#ur !$# ( b) !$# x
>$s)9$#
Oleh karena itu dalam laporan bimbingan konseling ini, penulis akan
memaparkan beberapa hal mengenai permasalahan yang bermula dari keluhan
binimbing dan konseli. Khususnya dalam hal berkaitan dengan permasalahan
rehabilitasi fisik dan sosial, pembelajaran, pilihan nilai, karir, kenakalan,
kelincahan, dan lain sebagainya.
A. DATA PEMBIMBING-KONSELOR
7. Cita cita : Ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain
1. Data Ayah
2. Data Ibu
c. Pendidikan : SPG
A. BINIMBING PERTAMA
g. Riwayat penyakit :-
a. Data Ayah
b. Data Ibu
3) Pendidikan : SPG
3. Problem
4. Solusi
5. Hasil Bimbingan
B. BINIMBING KEDUA
1. Problem
Masalah mereka adalah senang bercerita sendiri-sendiri dikelas, gojek,
menulis curahan hati dikertas, menggoret-oret kertas, dan hal-hal lain. Hal
tersebut sangat mengganggu aktivitas pembelajaran.
2. Solusi
3. Hasil Bimbingan
4. Kendalanya
Karena hari dan jamnya belum ada kesepakatan jadi kegiatan tersebut
belum bisa di rutinitaskan, namun sudah pernah berjalan 1 kali yaitu pada
saat hari libur bersama.
A. KONSELI PERTAMA
d. IQ :-
g. Riwayat penyakit :-
a. Data Ayah
3) Pendidikan : SMA
b. Data Ibu
4. Solusi
Ya Allah SWT, saya niat puasa ini untuk membuka pintu ilmu sunnah
karna Allah Taala.
Kemudian juga saya beri tahu doa setelah sholat fardhu sebanyak 2/3
kalil dan kelipatannya. Doanya yaitu:
5. Hasil Konseling
B. KONSELI KEDUA
d. IQ :-
a. Data Ayah
2) TTL :-
3) Pendidikan : SMP
1) Nama : Rokhayatun
2) TTL :-
3) Pendidikan : SD
3. Problem
4. Solusi
Kemudian saya berkata bahwa semua itu tidak perlu untuk disesali
karena hal itu telah terjadi, sekarang hal yang terpenting untuk di fikirkan
adalah lulus tes masuk universitas. Bagaimana caranya yaitu belajar
dengan sungguh-sungguh matematika, karena sesungguhnya matematika
adalah ilmu sehari-hari. Dimanapun kita pasti akan bertemu dengan
matematika. Kemudian, selain belajar sungguh-sungguh saya juga
menyarankan untuk puasa membuka ilmu. Seperti yang telah saya
sarankan kepada adek mila.
5. Hasil Konseling
d. IQ :-
a. Data Ayah
3) Pendidikan : SD
4) Pekerjaan :-
c. Data Ibu
3) Pendidikan : SD
4) Pekerjaan :-
3. Problem
Ibu Masudah sharing kepada saya, bahwa beliau sering mengalami
kantuk yang berat ketika kerja maupun setelah kerja. Namun, jika malam
hari beliau sulit untuk tidur. Jadi, waktu tidur beliau itu mulai jam 12
keatas. Mungkin hal itu yang melatar belakangi kantuk yang sering terjadi
di pagi harinya.
4. Solusi
Beliau mengatasi katuk tersebut dengan meminum kopi, makan
permen, dan lain sebagainya. Namun, hal itu hanya dapat mengusir
kantuknya sesekali saja, namun setelah efeknya hilang kantukpun kembali
datang. Kemudian saya menyarankan kepada beliau untuk menjauhi kopi,
karena kopi kurang baik bagi kesehatan. Beliau saya sarankan pula untuk
memijat-mijat bawah hidung.
5. Hasil Konseling
Alhamdulillah beliau menyambut positif saran tersebut, dan
membiasakan-nya. Efek perkembangannya bagaimana saya belum
mengetahuinya. Karena saya belum bertemu kembali dengan Ibu
Masudah.
V. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Tambahkan komentar
9.
Apr
26
MAKALAH
FAKULTAS TARBIYAH
SEMARANG
2013
I. PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, media pembelajaran mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidik seharusnya memperhatikan
tentang pemanfaatan media dalam setiap kegiatan pembelajaran, dengan
mempelajari bagaimana cara menetapkan media pembelajaran agar dapat
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
III. PEMBAHASAN
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
artinya tengah, perantara atau pengantar. Menurut Djamarah (1995:136)
media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pembelajaran.107[1]
1. Kesederhanaan
2. Keterpaduan
108[2] Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan
Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 5.
110[4]http://aritmaxx.wordpress.com/2010/03/28/unsur-unsur-visual-media-
sederhana/ diunduh pada 16 April 2013 pukul 19.46 WIB.
Keterpaduan mengacu pada hubungan yang terdapat diantara
elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara
bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu
sehingga membantu pemahaman pesan dan informasi yang
dikandungnya.
3. Penekanan
4. Keseimbangan
5. Bentuk
6. Garis
7. Tekstur
8. Warna
Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan, penekanan,
untuk membangun keterpaduan, mempertinggi tingkat realisme objek,
menunjukkan persamaan dan perbedaan, serta menciptakan respons
emosional tertentu.111[5]
1. Gambar
a. Gambar jadi
c. Gambar diam
d. Gambar fotografi
113[7] Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), hlm. 70-71.
114[8] Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Media Pengajaran, hlm. 73-75.
gunung), dan tempat- tempat serta arah dan jarak. Kelebihan lain dari peta
dan globe, dalam kegiatan belajar mengajar adalah:
3. Grafik
b. Grafik garis
c. Grafik lingkaran
d. Grafik gambar
4. Papan Tulis
5. Papan Flanel
7. Relia
8. Poster
9. Bagan (Chart)
121[15] Dr. Nana Sudjana & Drs. Ahmad Rivai, Media Pengajaran, hlm. 51.
10. Herbarium
1. Media gambar paling sederhana dapat dilukis sendiri di atas kertas karton
putih ukuran A1 (59,4 cm X 84,1 cm), AD (84,1 cm X 118,9 cm), atau
disesuaikan dengan kebutuhan. Dapat juga gambar yang akan dijadikan
media di fotokopi dahulu sesuai : Ukuran yang dibutuhkan kemudian
ditempel pada papan triplek atau gabus. Satelah selesai agar gambar
tersebut tahan lama dan tidak rusak sebaiknya ditempelkan pada papan
triplek kemudian dilapisi dengan plastik. Berikan warna pada gambar
tersebut agar lebih menarik untuk dilihat. Berikut merupakan contoh
media gambar tentang praktek sholat yang dibuat menggunakan kertas
karton putih dengan papan triplek sebagai dasar gambar.
2. Media visualisasi bagi siswa untuk mengetahui gerakan wudhu dan sholat
secara tertib dan beraturan. Langkah pembuatannya adalah sebagai
berikut:
84,1 cm
Contoh 1
Contoh 2
IV. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Persada.
http://aritmaxx.wordpress.com/2010/03/28/unsur-unsur-visual-
media-sederhana/ diunduh pada 16 April 2013 pukul 19.46
WIB.
http://uaksena.com/media-pembelajaran-sederhana-3.html diunduh
pada 16 April 2013 pukul 20:22 WIB.
Sudjana, Nana & Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
2
Lihat komentar
10.
Apr
26
ISLAM DI IRAK
MAKALAH
Kelompok 6 - PAI 6A
Yuliana (113111152)
Hanifah (113111159)
Masriani (113111161)
FAKULTAS TARBIYAH
SEMARANG
2013
I. PENDAHULUAN
126[1]Ajid Tohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2009), hlm. 168.
Republik Irak adalah sebuah negara di Timur Tengah atau Asia Barat
Daya, yang meliputi sebagian terbesar daerah Mesopotamia serta ujung barat
laut dari Pegunungan Zagros dan bagian timur dari Gurun Suriah. Negara ini
berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi di selatan, Yordania di barat,
Suriah di barat laut, Turki di utara, dan Iran di timur. Irak mempunyai bagian
yang sangat sempit dari garis pantai di Umm Qashr di Teluk Persia. 128[3]
Irak berada tepat dibagian timur wilayah Bulan Sabit Subur, yang
dulu sering disebut daerah Mesopotamia kosa kata Yunani yang berarti
lahan diantara dua sungai, yaitu Sungai Tigris dan Sungai Eufrat. Kedua
sungai ini sangat mempengaruhi kehidupan dan lingkungan penduduk Irak
dari masa ke masa.
Karena posisinya yang terletak antara jazirah Arabia Utara dan jajaran
Gunung Turki serta Iran di sebelah barat daya, daerah ini membentuk
lintasan tanah rendah antara Syiria dan Teluk Persia. Topografi Islam
129[4] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 2, (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), hlm. 239
termasuk ke dalam tiga zona yang berbeda, bagian pegunungan utara disebut
wilayah Kurdistan. Tiga zona tersebut yaitu (1) wilayah tengah antara Tigris
dan Efrat dengan pusat ibukota Baghdad, yang merupakan wilayah paling
mudah mendapat aliran irigasi dan tanah-tanah terolah dengan baik. (2)
wilayah barat, barat daya, dan selatan merupakan daerah gurun yang hampir
keseluruhannya sama sekali gersang. (3) di selatan terdapat daerah rawa yang
luas di sepanjang Shatt al-arab, tempat bergabungnya kedua sungai yaitu
Tigris dan Eufrat, sekitar 160 km di sebelah barat laut Teluk Persia.130[5]
Kini sekitar 70% penduduk Irak adalah orang kota, tentulah mereka
memerlukan pendidikan untuk memenuhi tantangan kehidupan modern.
Sejak tahun 1968 Irak telah diperintah oleh Partai Baath, yang menekankan
sekulerisme dan mengembangkan kesempatan bagi wanita-wanita telah
mencapai kemajuan besar dalam pendidikan.
132[7] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 2,..., hlm. 239.
134[9]http://tarampapam.blogspot.com/2011/03/peradaban-lembah-sungai-
tigris-dan.html, diunduh pada 17 April 2013 pukul 13.52 WIB.
monumental seperti yang terlihat pada zigurat (candi Mesopotamia) yang
terkenal. Bangsa Sumeria juga telah menciptakan kalender akurat yang
pertama dalam daur 60 menit per jam dan 24 jam per hari yang sampai kini
masih tetap dipakai oleh umat manusia di seluruh dunia.
136[11] Muhammad Syafii Antonio & Tim Tazkia, Ensiklopedia Peradaban Islam
Baghdad, (Jakarta: Tazkia Publising, 2012), hlm. 24.
kemudian dikalahkan oleh bangsa Khaldea. Keberhasilan Bangsa Khaldea
tersebut, mengangkat kembali keperkasaan Babilonia. Raja Khaldea yang
terkenal adalah Nebukadnezar. Kejayaan Mesopotamia kuno berakhir ketika
kerajaan Persia dibawah pemerintahan Raja Cyrus pada tahun 539 SM.
Setelah itu, Raja Cyrus menjadikan sebagai provinsi terkaya di Kerajaan
Persia.137[12]
137[12] Muhammad Syafii Antonio & Tim Tazkia, Ensiklopedia Peradaban, ... ,
hlm. 16-17.
akhirnya Mesir dan Babylon pun terlibat perang untuk menguasai timur, di
sepanjang masa pemerintahan Nebukadnezar dan hal inilah yang mendorong
raja Zedekiah dari Israel untuk memberontak. Tetapi ternyata setelah 18
bulan Jerussalem dapat direbut pada 587 SM dan ribuan Yahudi pun di
deportasi ke Babylon dan kuil Solomon diratakan dengan tanah.138[13]
Agama Islam masuk ke wilayah Irak pada tahun 633 M, pada waktu
itu wilayah sebagian daerah Irak dikuasai oleh Persia dan daerah lain
dikuasai oleh Roma. Kemudian Irak ditaklukan tentara Arab Islam (tahun
633-637 M) dengan membawa bahasa Arab dan ajaran Islam ke wilayah itu.
Penaklukan itu berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:
3. Juga pada masa Khalifah Umar bin Khattab, tentara Irak dipimpin oleh
Iyad bin Ganam. Serangan diarahkan ke daerah yang dikuasai oleh bangsa
Romawi. Tentara Islam berhasil menguasai kota-kota penting seperti ar-
Raqqah, Haran, dan ar-Ruha. Kota-kota ini dijadikan markas tentara
Islam, yang kemudian mengadakan serangan ke Armenia dan sekitarnya.
Masa Kerajaan:
139[14] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 2, hlm. 239-
240.
Masa Republik:
Dalam milenium yang paling mutakhir, Irak telah dibagi menjadi lima
daerah budaya: Kurdi di utara yang berpusat di Arbil, Arab Islam Sunni di
tengah sekitar Baghdad, Arab Islam Syi'ah di selatan yang berpusat di Basra,
Assyria, sekelompok orang Kristen, yang tinggal di berbagaikota di utara,
IV. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Antonio, Muhammad Syafii & Tim Tazkia. 2012. Ensiklopedia Peradaban Islam
Baghdad. Jakarta: Tazkia Publising.
Dewan redaksi Ensiklopedi Islam. 2002. Ensiklopedi Islam Jilid 2. Jakarta: PT. Ichtiar
Baru van Hoeve.
http://tarampapam.blogspot.com/2011/03/peradaban-lembah-sungai-tigris-dan.html,
diunduh pada 17 April 2013 pukul 13.52 WIB.
Tohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Tambahkan komentar
Memuat
Template Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.