Anda di halaman 1dari 214

Tugas

Minggu, 19 April 2015


MAKALAH KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses
pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau
tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia dapat menjadi salah satu patron
bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dia lakukan dapat
mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya
mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran
dan demikian pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang
telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang
dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran.
Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar
meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep
dasar evaluasi pembelajaran. Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu
melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan
pengukuran dan penilaian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian evaluasi pembelajaran?
2. Bagaimana kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan?
3. Apa syarat umum evaluasi?
4. Bagaimana evaluasi hasil belajar?
5. Bagaimana evaluasi pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evaluasi Pembelajaran


Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Evaluation yang artinya penilaian.
Evaluasi memiliki banyak arti yang berbeda, menurut Wang dan Brown dalam buku yang
berjudul Essentials of Educational Evaluation , dikatakan bahwa Evaluation refer to the act or
process to determining the value of something, artinya evaluasi adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka
evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan.
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu
tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu
objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran
adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras
sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan
menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui
kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka
terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat
kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation). Kegiatan
pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
2.2 Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana di dalamnya terjadi
proses membudayakan dan memberadabkan manusia. Transformasi dalam proses pendidikan
adalah proses untuk membudayakan dan memberadabkan siswa. Unsur-unsur transformasi
proses pendidikan, meliputi :
1) Pendidik dan personal lainnya
2) Isi pendidikan
3) Teknik
4) Sistem evaluasi
5) Sarana pendidikan, dan
6) Sistem administrasi.
Keluaran dalam proses pendidikan adalah siswa yang semakin berbudaya dan beradab
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Umpan balik dalam proses pendidikan adalah segala
informasi yang berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses.

2.3 Syarat-Syarat Umum Evaluasi


Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi dalam
proses pendidikan terurai berikut ini:

1. Kesahihan
Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat diartikan sebagai ketepatan
evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Dapat diterjemahkan pula sebagai
kelayakan interpretasi terhadap hasil dari suatu instrument evaluasi atau tes, dan tidak terhadap
instrument itu sendiri (Gronlund, 1985:57). Kesahihan juga dapat dikatakan lebih menekankan
pada hasil/ perolehan evaluasi, bukan pada kegiatan evaluasinya.
Kesahihan instrument evaluasi diperoleh melalui hasil pengalaman. Dari dua cara
tersebut, diperoleh empat macam kesahihan yang terdiri dari:
kesahihan isi (content validation)
kepentingan konstruksi (construction validity)
kesahihan ada sekarang (concurrent validity), dan
kesahihan prediksi (prediction validity) (Arikunto, 1990:64).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesahihan hasil evaluasi meliputi:

Faktor instrumen evaluasi itu sendiri

Faktor-faktor administrasi evaluasi dan penskoran juga merupakan faktor-faktor yang


mempunyai suatu pengaruh yang menganggu kesahihan interpretasi hasil evaluasi

Faktor-faktor dalam respons-respons siswa merupakan faktor-faktor yang lebih banyak


mempengaruhi kesahihan daripada faktor yang ada instrumental evaluasi atau
pengadministrasiannya.

2. Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat
kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat (Arikunto,
1990:81). Keterandalan menunjukan kepada konsistensi (keajegan) pengukuran yakni
bagaimanakah keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu
ke pengukuran yang lain. Juga berhubungan erat dengan kesahihan, karena keterandalan
menyediakan (Arikunto, 1990: 81; Gronlund, 1985:87). Tidak selalu menjamin bahwa hasil
evaluasi yang andal (reliable) akan selalu menjawab bahawa hasil evaluasi sahih (valid).
Untuk memperjelas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan akan
diuraikan berikut ini:
1) Panjang tes (length of test)
Tes ini dilakukan dengan tidak banyak menebak, maka keterandalan hasil evaluasi semakin
tinggi
2) Sebaran skor (spread of scores)
Karena koefisien keterlandan yang lebih besar dihasilkan pada saat orang perorang tetap pada
posisi yang relative sama dalam satu kelompok dari satu pengujian ke pengujian lainnya, itu
berarti selisih yang dimungkinkan dari perubahan posisi dalam kelompok juga menyumbang
memperbesar koefisien keterandalan
3) Tingkat kesulitan tes (difficulty of tes)
Tes acuan norma (norm reference test). Tingkat kesulitan tes yang ideal untuk meningkatkan
koefisien keterandalan adalah tes yang menghasilkan sebaran skor berbentuk atau kurva normal
4) Objektivitas (objectivity)
Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh
siswa satu dengan siswa yang lain) memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes
Uraian faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan yang disadur dari Groundlund (1985 :
100-104) mencakup juga faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan yang dikemukakan oleh
Arikunto.
3. Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yanga da pada
instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/memperoleh
hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan
instrument evaluasi meliputi:
1) Kemudahan mengadministrasi
2) Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi
3) Kemudahan menskor
4) Kemudahan interpretasi dan aplikasi
5) Tersedianya bentuk instrument evaluasi yang ekuivalen

2.4 Evaluasi Hasil Belajar


1. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa
setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian
ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol. Apabila tujuan utamanya
kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan
ditujukan untuk berbagai keperluan.
Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk
keperluan berikut ini:

Untuk diagnostic dan pengembangan

Untuk seleksi
Untuk kenaikan kelas

Untuk penempatan.

2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar


Ranah tujuan pendidikan adalah berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik
(Davies, 1986:97; Jarolimek dan Foster, 1981:1981; 148). Taksonomi tujuan ranah kognitif
dikemukakan oleh Bloom (1956), merupakan hal yang amat penting diketahui oleh guru sebelum
melaksanakan evaluasi. Ranah afektif dari taksonomi tujuan pendidikan dikemukakan pada
tahun 1964 oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia. Taksonomi tujuan pendidikan ranah
psikomotorik dikemukakan oleh Harrow pada tahun 1972.
3. Prosedur Evaluasi Hasil Belajar
Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita mendapatkan bahwa hasil belajar
merupakan suatu proses yang sistematis. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing
tahapan prosedur evaluasi hasil belajar.
1) Persiapan
Pada tahapan persiapan ini terdapat tiga kegiatan yang harus dilakukan evaluator, yakni :
Menetapkan pertimbangan dan keputusan yang dibutuhkan
Menggambarkan informasi yang dibutuhkan, dan
Menetapkan informasi yang sudah tersedia
2) Penyusunan Insrumen Evaluasi
Berikut ini akan diuraikan prosedur penyusunan alat penilaian secara garis besar.
Prosedur yang perlu ditempuh untuk menyusun alat penilaian tes adalah sebagai berikut:
Menentukan bentuk tes yang akan disusun, bentuk tes ada dua yakni tes objektif dan tes esai (tes
subjektif)
Membuat kisi-kisi butir soal, terdiri dari ruang lingkup isi pelajaran, proposi jumlah item dan
tiap-tiap sub-isi pelajaran, aspek intelekttual, dan bentuk soal
Menulis butir soal, yakni kegiatan yang dilaksanakan evaluator setelah membuat kisi-kisi soal.
3) Pelaksanaan Pengukuran
Pelaksanaan pengukuran untuk teknik tes maupun teknik non tes hampir sama, oleh
karena itu akan diuraikan pelaksanaan secara umum. Adapun prosedur pelaksanaan pengukuran
adalah sebagai berikut:
Persiapan tempat pelaksanaan pengukuran, yakni suatu kegiatan untuk mempersiapkan ruangan
yang memenuhi syarat-syarat pelaksanaan pengukuran yang meliputi syarat penerangan, luas
ruangan, dan tingkat kebisingan
Melancarkan pengukuran
Menata dan mengadministrasikan lembar soal dan lembar jawaban siswa untuk memudahkan
penskoran.
4) Pengolahan Hasil penilaian
Kegiatan mengolah data yang berhasil dikumpulkan melalui kegiatan penilaian inilah
yang disebut kegiatan pengolahan hasil penilaian. Prosedur pelaksanaan pengolahan hasil
penilaian adalah sebagai berikut :
Menskor, yakni kegiatan memberikan skor pada hasil penilaian yang dapat dicapai oleh
responden (siswa)
Mengubah skor mentah menjadi skor standar
Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai.
5) Penafsiran Hasil Penilaian
Penafsiran terhadap hasil penilaian individual dapat kita bedakan menjadi dua, yakni
penafsiran yang bersifat individual dan penafsiran yang bersifat klasikan (Nurkancana, 1986:
113). Penafsiran hasil penilaian yang bersifat individual yakni penafsiran terhadap
keadaan/kondisi seorang siswa berdasarkan perolehan penilaian hasil belajarnya.
Ada tiga jenis penafsiran penilaian hasil belajar yang bersifat individual, yakni :
Penafsiran tentang tingkat kesiapan, yakni tentang kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran
yang berikutnya untuk naik kelas atau untuk lulus
Penafsiran tentang kelemahan individual yakni tentang kelemahan seorang siswa pada subtes
tertentu, pada suatau mata pelajaran atau keseluruhan mata pelajaran
Penafsiran tentang kemajuan belajar individual yakni tentang kemajuan seoarang siswa pada satu
periode pembelajaran atau pada satu periode kelas atau pada satu periode sekolah.
Adapun penafsiran yang bersifat klasikal terdiri dari :
Penafsiran tentang kelemahan-kelemahan kelas
Penafsiran tentang prestasi kelas
Penafsiran tentang perbandingan anatarkelas
Penafsiran tentang susunan kelas.
6) Pelaporan dan Penggunaan Hasil Evaluasi
Pelaporan ini dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada semua pihak yang
terlibat dalam pembelajaran secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak yang perlu
memperoleh laporan tentang hasil belajar siswa adalah seperti siswa, guru yang mengajar, guru
lain, petugas lain di sekolah, orang tua siswa, dan pemakai lulusan (Arikunto, 1990:289). Secara
umum dapat ditandai bahwa penggunaan hasil evaluasi meliputi:
a) Untuk menentukan kenaikan kelas atau kelulusan seoarang siswa yang terlibat dalam evaluasi
hasil belajar tersebut
b) Untuk mengadakan diagnosis dan remedial terhadap siswa yang membutuhkan
c) Untuk menentukan perlu tidaknya suatu penyajian isi pelajaran/ sub-isi pelajaran ternteu diulang
d) Untuk menentukan pengelompokkan dan penempatan dan penempatan pada siswa
e) Untuk membuat laporan hasil belajar

2.5 Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau
manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran. Pembahasan
evaluasi pembelajaran dalam uraian berikut ini akan dibatasi pada fungsi dan tujuan evaluasi
pembelajaran, sasaran evaluasi pembelajaran, dan prosedur evaluasi pembelajaran.

1. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran.


Sejumlah informasi atau data yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran inilah yang
kemudian difungsikan dan ditujukan untuk pengembangan pembelajaran dan akreditasi.
1) Fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran untuk pengembangan.
Fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran untuk pengembangan pembelajaran
dilaksanakan apabila hasil kegiatan evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar
pengembangan pembelajaran.
2) Fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran untuk akreditasi
Pengertian akreditasi sebagai suatu penilaian yang dilakukan oleh pemerintah terhadap
sekolah swasta untuk menentukan peringkat pengakuan pemerintah pengakuan pemerintah
terhadap sekolah tersebut (Arikunto, 1990 : 186). Juga dapat diartikan sebagai suatu proses
dengan mana suatu program atau institusi (lembaga) diakui sebagai badan yang sesuai dengan
beberapa standar yang telah disetujui (Scravia B. Anderson dalam Arikunto, 1990 : 186).
Ada berbagai aspek yang dinilai dalam menentukan akreditasi suatu lembaga pendidikan,
salah satu aspek/komponen yang dinilai sebagai pembelajaran.
2. Sasaran Evaluasi Pembelajaran
Sasaran evaluasi pembelajaran adalah aspek-aspek yang terkandung dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian sasaran evaluasi pembelajaran meliputi tujuan pengajaran,
unsur dinamis pembelajaran, pelaksanan pembelajaran, dan kurikulum.
a) Tujuan pembelajaran
Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tujuan pengajaran adalah penjabaran tujuan
pengajaran, rumusan tujuan pengajaran, dan unsure-unsur-unsur tujuan pengajaran.
Penjabaran dimulai dari tujuan pengajaran tertinggi sampai tujuan pengajaran yang terendah
seringkali disebut hieraki tujuan. Tujuan pengajaran yang tertinggi adalah tujuan pendidikan
nasional. Tujuan kelembagaan, tujuan kurikuler, tujuan umum pengajaran, dan terakhir tujuan
khusus pengajaran, semakin kebawah semakin rinci unsur-unsur yang ada dirumusan tersebut.
b) Unsur dinamis pembelajaran
Yang dimaksud dengan unsur dinamis pembelajaran adalah sumber belajar atau
komponen sistem instruksional yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar
meliputi: pesan orang, bahan, alat, teknik, dan latar (AECT, 1986 : 2).
Sumber-sumber belajar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang (by
design) yakni sumber belajar yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen
pembelajaran untuk memberikan kemudahan /fasilitas belajar yang terarah dan bersifat normal,
dan sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization) yakni sumber belajar yang tidak secara
khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan diterapkan, dan
digunakan untuk keperluan belajar (AECT, 1986 : 9).
Sumber belajar disebut unsur dinamis pembelajaran karena setiap perubahan yang terjadi
pada salah satu sumber belajar akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada kegiatan
pembelajaran. Pesan dapat diartikan sebagai informasi yang disampaikan oleh sumber belajar
atau komponen sistem instruksional yang lain dan berbentuk gagasan, fakta, ,makna dan data
(AECT, 1986:195).
Orang sebagai sumber belajar adalah orang bertindak sebagai penyimpanan dan atau
penyalur pesan (AECT, 1986 : 10). Bahan adalah barang-barang (lazim disebut perangkat lunak)
yang biasanya berisikan pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan, kadang-
kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian (AECT, 1986 : 10). Alat merupakan
barang-barang (lazim disebut perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang
terdapat dalam bahan (AECT, 1986 : 10). Teknik adalah prosedur atau langkah-langkah tertentu
dalam menggunakan bahan, alat, tata tempat, dan orang untuk menyampaikan pesan (AECT,
1986 : 10) Latar merupakan sumber belajar berupa lingkungan tempat pesan diterima oleh siswa
( AECT, 1986 : 10).
Adanya interaksi antara sumber sebagai unsur dinamis pembelajaran dengan siswa akan
mewujudkan pelaksanaan pembelajaran.
c) Pelaksanaan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran diartikan sebagai interaksi antara sumber belajar dengan
siswa. Sasarn evaluasi pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran secara lebih terperinci
diantaranya adalah:
Kesesuaian pesan dengan tujuan pengajaran
Kesesuaian sekuensi penyajian pesan kepada siswa
Kesesuaian bahan dan alat dengan pesan dan tujuan pengajaran
Kemampuan guru menggunakan bahan dan alat dalam pembelajaran
Kemampuan guru menggunakan teknik pembelajaran
Kesesuaian teknik pembelajaran dengan pesan dan tujuan pengajaran
Interaksi siswa dengan siswa lain
Interaksi guru dengan siswa.
d) Kurikulum
Kurikulum dipandang sebagai rencana tertulis yakni seperangkat komponen
pembelajaran yang diuraikan secara tertulis pada bahan tercetak atau buku. Kurikulum sebagai
sasaran evaluasi pembelajaran akan meliputi:

Tersedianya dan sekaligus kelengkapan komponen kurikulum


Pemahaman terhadap prinsip-prinsip pengembangan dan pelaksanaan kurikulum

Pemahaman terhadap tujuan kelembagaan atau tujuan institusional sekolah

Pemahaman terhadap strukur program kurikulum

Pemahaman terhadap GBPP

Pemahaman terhadap teknik pembelajaran

Pemahaman terhadap sistem evaluasi

Pemahaman terhadap pembinaan guru

Pemahaman terhadap bimbingan siswa.

3. Prosedur Evaluasi Pembelajaran


Bahwa evaluator dalam evaluasi pembelajaran adalah suatu tim yang mempunyai peran
penting dalam memberikan informasi mengenai keberhasilan pembelajaran (Arikunto, 1988:7)
yang berhak menjadi evaluator adalah orang-orang yang telah memenuhi berbagai pesyaratan
yang ditentukan. Adapun lima tahapan prosedur evaluasi pembelajaran sebagai berikut:
a) Penyusunan Rancangan
Desain evaluasi pembelajaran berisi hal-hal yang sama dengan yang tertera dalam desain
penelitian yakni meliputi latar belakang, problematika, tujuan evaluasi, populasi, dan sampel,
instrument dan sumber data serta teknik analisis data (Arikunto, 1988 : 44). Ada beberapa
langkah-langkah kegiatannya:

1. Menyusun latar belakang yang berisikan dasar pemikiran dan atau rasional penyelenggara
evaluasi

2. Problematika berisikan rumusan permasalahan/problematika yang akan dicari


jawabannya baik secara umum maupun terperinci
3. Tujuan evaluasi merupakan rumusan yang sesuai dengan problematika evaluasi
pembelajaran

4. Populasi dan sampel

5. Instrumen

6. Teknik analisis data

b) Penyusunan Instrumen.
Menurut Arikunto (1988 : 88-89) langkah-langkah penyusunan instrumen adalah:
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun
Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis yang akan digunakan
untuk mengukur bagian variebel yang bersangkutan
Membuat butir-butir instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi
Menyunting instrument evaluasi pembelajaran.
c) Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dapat diterapkan berbagai teknik pengumpulan data
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kuesioner yakni seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada seseorang untuk
mengungkap pendapat, keadaan, kesan yang ada pada diri orang tersebut maupun diluar dirinya
(Arikunto, 1988 : 53)
2. Wawancara yakni suatu teknik pengumpulan data yang menuntut adanya pertemuan langsung
atau komunikasi langsung antara evaluator dengan sumber data.
3. Pengamatan yakni teknik pengumpulan data melalui kegiatan mengamati yang dilakukan oleh
evaluator terhadap kegiatan pembelajaran.
4. Studi kasus yakni teknik pengumpulan data berdasarkan kasus-kasus yang ada dan
didokumentasikan.
d) Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan secara individual dan berkelompok. Apabila data diolah
dan dianalisis secara individual maka hasilnya menunjuk kepada seseorang atau suatu keadaan.
Sedangkan pengolahan dan penganalisisan secara kelompok , hasilnyta menunjuk kepada suatu
bagian data atau keseluruhan.
e) Penyusunan Laporan
Dalam laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok berikut:
Tujuan evaluasi, yakni didahului dengan latar belakang dan alasan dilaksanakannya evaluasi
Problematika berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dicari jawabnya melalui pengetahuan
evaluasi pembelajaran
Lingkup dan metodologi evaluasi pembelajaran yang dicantumkan di sini adalah unsur-unsur
yang dinilai dan hubungan antarvariabel, metode pengumpulan data, instrument pengumpulan
data, teknik analisis data
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran
Hasil evaluasi pembelajaran yakni berisi tujuan pengajaran, tolak ukur, data diperoleh, dan
dilengkapi dengan sejumlah informasi yang mendorong penemuan evaluasi pembelajaran
sehingga dengan mudah pembuat keputusan dapat memahami tingkat keberhasilan pembelajaran
(Arikunto, 1988: 117-118).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh guru selama
proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa, selain untuk
mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya memperhatikan konsep
dasar evaluasi yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsep dasar evaluasi yang
harus dikuasai oleh pendidik (guru) ataupun calon pendidik (calon guru) adalah pengertian dasar
tentang evaluasi, tujuan evaluasi, karakteristik evaluasi, teknik- teknik evaluasi, dan terakhir
macam-macam alat evaluasi yang telah diuraikan di atas. Tanpa mengetahui konsep dasar
evaluasi seorang pendidik (guru) tidak akan dapat menyusun suatu alat evaluasi. Untuk itu
diperlukan pemahaman yang mendasar tentang konsep dasar evaluasi.

3.2 Saran
Dari pembahasan diatas, maka menandakan bahwa evaluasi pembelajaran tidak hanya
dapat dilakukan oleh seorang guru sendirian, namun semua guru. Untuk itu, pemahaman tentang
konsep dasar evaluasi dan pembalajaran sangat diperlukan oleg guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang baik, efektif, dan efisisien.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR


Filed under: PENDIDIKAN Tinggalkan komentar
November 5, 2011

EVALUASI HASIL BELAJAR


A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan
nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek
(Davies, 1981:3). Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1).
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3).
Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum
dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan,
keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun dosen.
Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang
berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi
pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran
yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam
rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik
dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang
dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.
Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah
tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan
motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi
secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan demikian mengevaluasi di sini adalah
menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang telah
dirumuskan atau belum.
Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh
pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian
evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan,
dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud di
sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran
keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang
dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara
kualitatif.

Evaluasi hasil belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes
dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap
butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu
yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-
test. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar secara klasik
tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang
peserta didik.
Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada
peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta
jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Tes,
pengukuran, dan penilaian berguna untuk: seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan
balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta
pengembangan ilmu.
1. Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi hasil belajar siswa adalah penguasaan kompetensi. Dalam hal ini kompetensi
diartikan sebagai:
1) Seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
tertentu (SK. Mendiknas No. 045/U/2002).
2) Kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan,
keterampilan dan perilaku.
3) Integrasi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang direfleksikan dalam perilaku.
Mengacu pengertian kompetensi tersebut, maka hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif,
psikomotorik dan afektif yang harus dikuasai oleh setiap siswa setelah pembelajaran berlangsung
sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru.
2. Tahapan Evaluasi
Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain
evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi serta tindak lanjut.
a. Menentukan Tujuan
Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap
siswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran. Kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa mencakup koginitif, psikomotorik, dan afektif.
b. Menentukan Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan
keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran yang
harus dikuasai siswa) dan course content (materi sajian yang dipelajari siswa untuk mencapai
kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan
kompetensi oleh siswa.
c. Penyusunan Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi
judgeman dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk objektif atau uraian, sedang
non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuisioner. Tes objektif dapat berbentuk
jawaban singkat, benar salah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi: bisaa,
hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik, dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang
juga disebut dengan tes subjektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan
terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau non-tes, guru harus mengacu pada
pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non-tes agar instrumen yang
disusun memenuhi syarat instrumen yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu
valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya).
d. Pengumpulan Data atau Informasi
Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan
instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara objektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang
sahih dan dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.
Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran
untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud guru dan siswa
memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar.
e. Analisis dan Interpretasi
Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul.
Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan
kompetensi, sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil
belajar siswa. Analisis dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan
penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas
dan/atau pekerjaan siswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau
informasi serta dilaksanakan secara objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus
mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang
digunakan.
f. Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai
rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri.
Tindaklanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan
keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya
peningkatan mutu pembelajaran. Tindaklanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran
menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi tujuan,
proses, dan instrumen evaluasi hasil belajar.
ANALISIS INSTRUMEN
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur
hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian
(uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah,
unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara,
angket, dan pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik penting
dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar
tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa
instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan
butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam
penulisan butir soal dsb.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk
mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid
(tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil
penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya,
seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara
lain:

Validitas
Reliabilitas
Objectivitas
Pratikabilitas
Ekomonis
Taraf Kesukaran
Daya Pembeda
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang
dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya
diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji
validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung
dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari si
evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa
dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah
kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan
evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau dua
kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi.
Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis
mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan
yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap mudah
terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban.
Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal
tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi usaha
memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak memiliki
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi indeks
kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan proporsi.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara
audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai (berkemampuan
rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Indeks
Diskriminasi.

JENIS INSTRUMEN PEMBELAJARAN


Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak
didik. Instumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan non-tes yang lebih
lanjut akan dipaparkan dibawah ini.
A. Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas,
uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni
bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek
atau melengkapi.
1. Tes Uraian (tes subjektif)
Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang hasil belajar
yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab
dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan,
dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata
dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya tes objektif.
Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai
dari tingkat SD sampai di perguruan tinggi. Namun ada semacam kecenderungan dikalangan
para pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil
belajar, terutama di perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi yang
salahsatu diantaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif.
Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat penggunaan tes
objektif yang berlebihan.
Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbisaa dengan tes objektif yang
memungkinkan mereka main tebak jawaban manakalah mereka menghadapi kesulitan dalam
menjawabnya.
Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan tes uraian di perguruan tinggi akhi -akhir ini
dengan harapan dapat meningkatkan kembali kualitas pendidikan di perguruan tinggi. Harus
diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama
dalam hal meningkatkan kemampuan belajar dikalangan peserta didik. Hal ini karena melalui tes
para peserta didik dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis -intesis-
evaluasi, baik secara lisan maupun secara tulisan.
Dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian antara lain adalah:
a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;
b. Dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan bail dan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;
c. Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis dan
sistematis;
d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);
e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sihingga tanpa memakan waktu
yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.
Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah:
a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan
yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui
sejumlah pertanyaan.
b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun
dalam cara memeriksanya.
c. Tes ini bisaanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya
memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.

Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur.
1. Uraian bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri.
Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya,
pertanyaan bentuk uraian bebas tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas
dan intensitas.
b. Pengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak
satupun jawaban yang pasti.
c. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau
dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi, sulit menentukan
kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
2. Uraian terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah
diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan dilhat dari segi:
a. ruang lingkupnya,
b. sudut pandang menjawabnya,
c. indikator indikatornya.
3. Uraian berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal esai. Soal
berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas
memberikan jawaban.
2. Tes objektif
Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni:
a. Bentuk jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata,
bilangan, kalimat atau simbol. Ada dua bentuk jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan
langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung.
b. Bentuk soal benar salah
Bentuk soal benar-salah addalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan dimana
sebagian dari pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah. Pada umumnya bentuk ini
dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.
c. Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang paralel yang berada dalam
satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan sebelah
kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih
banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul
dengan hanya menebak.
d. Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling
tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
Stem : pertanyaan/pernyataan yang berisi masalah yang akan dinyatakan.
Option : sejumlah pilihan atau alternatif jawaban.
Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat.
Distractor : jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.

NON-TES SEBAGAI ALAT PENILAIAN HASIL DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR


Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi dapat juga dinilai olah alat-alat
non-tes atau bukan tes. Berikut ini dijelaskan alat-alat non tes:
1. Wawancara dan Kuisioner
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari siswa
dengan melakukan Tanya jawab sepihak. Kelebihan wawancara adalah bisa kontak langsung
dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan jawaban lebih bebas dan mendalam. Wawancara
dapat direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui wawancara, data bisa
diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan
dijelaskan lagi, begitupun dengan jawaban yang belun jelas. Ada dua jenis wawancara, yakni
wawancara terstruktur dan wawanncara bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan
jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban
yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.
Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas
mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun
kita harus bekerjakeras dalam menganalisisnya sebab jawabannya bisa beraneka ragam.
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara.
a. Tahap awal wawancara di mana bertujuan untuk mengondisikan situasi seperti suasana
keakraban.
b. Penggunaan pertanyaan dimana pertanyan diajukan secara bertahap dan sistematis
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
c. Pencataan hasil wawancara di mana dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara,dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
2. Tentukan aspek-aspek yang akan di ungkap dari wawancara tersebut.
3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan.
b. Kuisioner
Kuisioner adalah suatu tekhnik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis
mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik dari siswa. Kelebihan kuisioner
dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat waktu tenaga dan biaya. Kelemahannya ialah
jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan
siswa berpura-pura. Cara penyampain kuesiner ada yang langsung di bagikan kepada siswa yang
telah diisi lalu di kumpulkan lagi. Alternatif jawaban yang ada dalam kuisiner bisa juga
ditransformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data interval. Caranya
adalah dengan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan kriteria tertentu.
2. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur sikap , nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai
sesuatu dengan kriteria yang ditentukan.
a. Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui
pernyataan perilaku individu pada suatu titik yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai
rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah, bisa dalam bentuk huruf atau angka.
Hal yang penting diperhatikan dalam skala penilaian adalah kriteria skala nilai, yakni penjelasan
operasional untuk setiap alternatif jawaban. Adanya kriteria yang jelas akan mempermudah
pemberian penilaian. Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses,
misalnya proses mengajar pada guru, siswa, atau hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti
keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan masalah. Skala penilaian dalam
pelaksanaannya dapat digunakan oleh dua orang penilai atau lebih dalam menilai subjek yang
sama. Maksudnya agar diperoleh hasil penilaian yang objektif mengenai perilaku subjek yang
dinilai.
b. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa
kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang dating kepada dirinya.
Ada tiga komponen sikap yakni:
1. Kognitif, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang
dihadapinya.
2. Afektif, berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.
3. Psikomotor, berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah
pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh karena itu,
pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Salah satu skala yang sering digunakan adalah Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-
pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan
sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skor yang
diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang
jelas, skor untuk pernyataan positif atau negatif adalah kebalikannya.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Ada tiga jenis observasi, yakni:
1. Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang
terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
2. Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan menggunakan alat
seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
3. Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara pengamat harus
melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok
yang diamati, sehingga pengamat bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri
seperti inddividu yang sedang diamatinya.
Observasi untuk menulai proses belajar mengajar dapat dilakasanakan oleh guru di kelas pada
saat siswa melakukan kegaitan belajar. Untuk itu gurutidak perlu terlalu formal memperhatikan
perilaku siswa, tetapi ia mencatat secara teratur gejaka dan perilaku yang ditunjukkan oleh setiap
siswa.
4. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang
mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus anak nakal, anak yang tidak bisa
bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal dalam belajar, dan lain lain. Kasus tersebut
dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya
mengungkapkan semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai
aspek yang mempengaruhi dirinya. Penekanan yang utama dalam studi kasus adalah mengapa
individu melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan
pengaruhnya terhadap lingkungan. Datanya bisaa diperoleh berbagai sumbar seperti orang tua,
teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya. Kelebihan studi kasus adalah bahwa subjek
dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahannya sesuai dengan sifat
studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang
bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain.

KESIMPULAN

Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan
susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya.Evaluasi pendidikan merupakan proses yang
sistematis dalam Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan
maupun dari norma kelompok serta Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang
memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. Dalam evaluasi
pembelajaran terdapat dua bagian penting yaitu sasaran evaluasi dan tahapan evaluasi.
Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain
evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi serta tindak lanjut.
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur
hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian
(uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah,
unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara,
angket, dan pengamatan (observasi).
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara
lain:Validitas, Reliabilitas, Objectivitas, Pratikabilitas, Ekomonis, Taraf Kesukaran, dan daya
pembeda.
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.

INSTRUMEN OBSERVASI KELAS

Nama Guru : . Mata Pelajaran :


. Tanggal : .
Sekolah : . Alamat :
.

I. Persiapan

ASPEK YANG DIAMATI

SKOR

KET

01
02

03

04

05

1. Program tahunan. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan pembagian alokasi
waktu selama satu tahun pelajaran sesuai dengan minggu efektif belajar.

2. Program semester. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, pembagian alokasi


waktu, dan rincian penyajian pada minggu-minggu tertentu selama satu semester sesuai dengan
minggu efektif belajar.

3. Silabus. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, Indikator,


Penilaian, Alokasi waktu, dan Sumber belajar.

4. KKM untuk KD yang dibahas. Kriteria Ketuntasan Minimum untuk Kompetensi Dasar yang
sedang dibahas > 75 dan sesuai dengan aturan perhitungan criteria tersebut, dan ditulis pada
kolom keterangan nilai KKMnya.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Memuat tujuan dan kegiatan pembelajaran yang


sistematis dan logis, serta melibatkan siswa secara aktif untuk mencapai tujuan
pembelajaran/indikator/KD,materi pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

6. Buku nilai. berisi nilai-nilai siswa untuk semua penilaian yang telah dilaksanakan, baik untuk
pengetahuan, praktik, maupun sikap.

II. Kegiatan Pembelajaran

ASPEK YANG DIAMATI


SKOR

KET

01
02
03
04
05

A. Pendahuluan

1. Kesiapan alat bantu dan media pembelajaran (Sumber Belajar)


Menyiapkan sumber belajar yang diperlukan secara lengkap

2. Motivasi

a. Mengawali pelajaran dengan ceria

b. Menunjukkan kegunaan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dibahas dalam kehidupan sehari-
hari atau hubungannya dengan mata pelajaran yang lain,

c. Memberi permasalahan yang menantang sehingga membangkitkan keinginan siswa untuk


memecahkannya

3. Apersepsi.

Mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang lalu yang berhubungan dengan materi
yang akan dibahas.

4. Kejelasan Kompetensi Dasar/ Indikator.

Menyampaikan baik lisan maupun tertulis KD/Indikator yang harus dikuasai siswa setelah
selesai pembelajaran.

5. Kesiapan bahan ajar (Sumber Belajar.

Menyiapkan bahan ajar, baik berupa buku teks, modul, kaset/cd pembelajaran, dsb.

B. Kegiatan Pokok

1. Penguasaan Materi

a. Mantap, percaya diri, dan tidak ragu-ragu dalam menyajikan pembelajaran.

b. Pertanyaan-pertanyaan siswa dijawab dengan tepat.

c. Kebenaran konsep-konsep yang disampaikan.

2. Pengelolaan kelas.

a. Terdapat kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi dengan guru

b. Terdapat kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi antar teman

c. Terdapat kemudahan bagi siswa bahan ajar, dan alat-alat pembelajaran ( Sumber Belajar)

3. Pengelolaan waktu.
a. Menggunakan waktu sesuai alokasi yang disediakan.

b. Waktu yang tersedia lebih banyak digunakan untuk kegiatan siswa dibandingkan dengan
kegiatan guru

4. Metode/pendekatan Pembelajaran

a. Menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa

b. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan secara tertib dan sistematis

c. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode yang bervariasi.

5. Penggunaan alat bantu/ media pembelajaran

Terampil, efektif, dan efisien dalam menggunakan alat bantu/ media pembelajaran (Sumber
Belajar) yang telah disiapkan

6. Peran guru sebagai fasilitator

a. Memberi kesempatan/ memfasilitasi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan dalam upaya
pencapaian indikator/kompetensi dasar.

b. Selalu siap membantu siswa bila diperlukan.

7. Teknik bertanya.

a. Mengajukan pertanyaan kepada semua siswa,

b. memberi waktu tunggu bagi siswa untuk berpikir

c. Menghindari jawaban serentak dengan menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab

d. Dalam menanggapi pertanyaan/ jawaban siswa, sikap guru menunjukkan sabar mendengarkan
sampai selesai (tidak memotong pertanyaan/ jawaban siswa),

e. Tidak mencemooh siswa walaupun pertanyaan/jawaban siswa kurang tepat, dan tidak langsung
menyalahkan pendapat siswa

f. Memberi penghargaan pada pertanyaan yang berbobot/ jawaban yang tepat

8. Penggunaan papan tulis

a. Menuliskan hal-hal yang segera dihapus, dan yang tidak dihapus sampai akhir pembelajaran,

b. Menulis pokok-pokok penting saja


c. Teknik menulis tidak membelakangi siswa.

9. Interaksi guru peserta didik

Hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran tampak akrab dan saling menghormati

10. Interaksi antar peserta didik

Hubungan antar siswa dalam pembelajaran tampak akrab dan saling menghormati

11. Aktivitas peserta didik

Seluruh siswa aktif melaksanakan berbagai kegiatan pembelajaran

12. Sikap dan minat peserta didik dalam


Pembelajaran

a. Jumlah siswa yang hadir > 95 %

b. Sebagian besar ( > 75%) siswa membawa buku pelajaran yang relevan.

c. Sebagian besar (>75%) siswa tampak mencatat

13. Pencapaian KD/ Indikator

Pertanyaan-pertanyaan guru yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran/indikator/KD, baik


yang disampaikan selama pembelajaran maupun di akhir pembelajaran, sebagian besar ( > 75%)
dapat dijawab oleh siswa dengan baik.

C. Penutup

1. Rangkuman

Siswa membuat rangkuman dibimbing oleh guru

Total

Malang,
Observer

Tentang iklan-iklan ini

Terkait
Tabelkan pembeda evaluasi, asesmen/penilaian, dan penelitian berdasarkan batasan, proses, dan
hasilnyadalam "PENDIDIKAN"

PERBEDAAN PENGUKURAN, ASISSMEN, DAN EVALUASIdalam "PENDIDIKAN"

APA PENDAPAT GURU TENTANG DEFINISI EVALUASI??dalam "PENDIDIKAN"

Comments RSS feed

Tinggalkan Balasan

Apr
26

Evaluasi Pembelajaran = Instrumen Tes


KONSTRUKSI INSTRUMEN EVALUASI :
TES DAN BENTUKNYA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Drs. Abdul Rohman, M.Ag
Disusun Oleh:
KELOMPOK II
Nur Azizah (113111136)
Nur Syifafatul Aimmah (113111137)
Siti Zubaidah (113111143)
Vika Tsani Arifah (113111167)
Waras Sriyanti (113111168)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 4C


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I. PENDAHULUAN
Di dunia ini tidak ada dua individu yang sama persis, baik dari segi fisik maupun
psikisnya. Hal ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas segala ciptaan-
Nya dan agar kita semua berbakti kepada-Nya. Adanya perbedaan individual, tentu akan
turut serta menentukan berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya, sehingga akan berakibat pula adanya perbedaan prestasi kerja
maupun prestasi belajarnya. Maka perlu diciptakannya alat untuk mendiagnosis atau
mengukur keadaan individu, agar dapat mengetahui adanya perbedaan antar individu
tersebut.1[1]
Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah
satunya adalah tes. Tes banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik
dalam bidang kognitif, seperti: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.2[2]
Oleh karena itu, dalam makalah ini kita akan mencoba untuk mengulas sedikit
tentang konstruksi instrumen evaluasi yang meliputi tes dan bentuknya.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Apa definisi dari tes?
B. Bagaimana langkah-langkah pengembangan instrument evaluasi dan menyusun tes?
C. Apa sajakah fungsi tes itu?
D. Apa sajakah bentuk-bentuk tes?
E. Sebutkan pengembangan instrumen evaluasi jenis tes!

III. PEMBAHASAN
A. Definisi Tes
Secara harfiah, kata tes berasal dari bahasa Perancis Kuno, yaitu testum
dengan arti: piring yang digunakan untuk menyisihkan atau memilih logam-logam mulia
dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya.3[3]
Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan tes, ujian atau percobaan. Dalam bahasa Arab: Imtihan (
). Secara istilah test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka

1[1] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali


Pers, 2011), hlm. 65.

2[2] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2012), hlm. 117.

3[3] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2012), hlm. 117.
pengukuran dan penilaian. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul
Psychological Testing (tes) adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif
sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological
Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah
laku dua orang atau lebih. Sedang menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau
serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan
maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain. 4[4]
Sax (1980: 13) mendefinisikan tes sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas yang
digunakan untuk mendapatkan umpan balik sistematis yang dianggap mencerminkan trait
atau atribut pendidikan atau psikologi. Selanjutnya bahwa Sax juga menekankan bahwa
tes, berisi tugas-tugas yang disusun untuk menghasilkan pengamatan sistematis mengenai
suat sifat (trait).5[5]
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.6[6]
B. Langkah-langkah Penyusunan Tes dan Pengembangan Instrumen Evaluasi
Dalam penyusunan tes diperlukan langkah-langkah yang harus diikuti secara
sistematis, sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Langkah-langkah tersebut,
sebagai berikut:
1. Menentukan atau merumuskan tujuan tes.
2. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar yang akan diukur dengan tes.

4[4] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali


Pers, 2011), hlm. 66-67.

5[5] Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2008), hlm. 40.

6[6] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2012), hlm. 118.
3. Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik, yang merupakan tingkah
laku yang dapat diamati dan sesuai dengan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
4. Merinci bahan atau mata pelajaran yang akan diukur dengan tes.
5. Menyiapkan tabel spesifikasi.
6. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.7[7]
Dalam mengembangkan instrumen, Tuckman (1978:210-116) telah menunjukan
langkah-langkah yang dapat diikuti yaitu dengan menunjukan tujuan dan variabel yang
akan diukur, menentukan indikator, menulis butir-butir instrumen, serta menguji coba
dan mengevaluasi instrumen.
Menurut Suryabrata, pengembangan spesifikasi instrumen tes, dilakukan dengan
menentukan tujuan-tujuan umum serta persyaratan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih
tipe-tipe soal, menentukan taraf kesukaran soal, menentukan cara mengkompilasikan soal-
soal dalam bentuk akhirnya, dan menyiapkan penulisan soal dan penelaah soal.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa langkah-langkah pengembangan
instrumen pada dasarnya meliputi: perencanaan, persiapan, uji coba, dan penilaian hasil
ukuran.8[8]
Disamping itu baik buruknya evaluasi ada ditangan evaluator, yaitu guru yang
melaksanakan proses pembelajaran dalam suatu bidang studi atau tim khusus yang
dibentuk untuk melakukan evaluasi. Artinya guru harus bertanggungjawab juga dalam
pelaksanaan evaluasi.9[9]
C. Fungsi Tes
Kita mengenal bermacam-macam fungsi tes sesuai dengan tujuannya masing-
masing, yaitu:

7[7]Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,


(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988), hlm. 41-42.

8[8] Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2008), hlm. 41.

9[9] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2012), hlm. 88.
1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik
setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan
dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah
dapat dicapai.10[10]
3. Sebagai alat untuk menentukan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis
program pendidikan tertentu (placement test).
4. Sebagai alat untuk mencari umpan balik (feed-back) guna memperbaiki proses belajar-
mengajar bagi guru maupun siswa (test formatif).
5. Sebagai alat untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa, seperti latar belakang
psikologis, fisik, dan lingkungan sosial-ekonomi siswa.11[11]
D. Bentuk-Bentuk Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan,
tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
1. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau
kemajuan belajar peserta didik, dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
a. Tes seleksi (al-Imtihan al-Intikhabiy = ) , sering dikenal dengan istilah Ujian
Saringan atau Ujian Masuk. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon
siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong
paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Tes seleksi dapat dilaksanakan
secara lisan, secara tertulis, dengan tes perbuatan, dan dapat pula dilaksanakan dengan
mengkombinasikan ketiga jenis tes tersebut secara serempak.
b. Tes awal (al-Imtihan al-Mabdaiy =) , sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes
ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan
pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Isi atau
materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang seharusnya
10[10] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2011), hlm. 67.

11[11] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,


(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988), hlm. 33.
sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran diberikan kepada
mereka.
c. Tes akhir (al-Imtihan al-Nihaiy = ) , sering dikenal dengan istilah post-test. Tes
ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang
tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Isi
atau materi tes akhir adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah
diajarkan kepada para peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama
dengan naskah tes awal.
d. Tes diagnostik (al-Imtihan al-Fahshiy = ) . Tes ini dilaksanakan untuk
menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam
suatu mata pelajaran tertentu. Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada
umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya sulit dipahami siswa. Tes
ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari
ketiganya.
e. Tes formatif (al-Imtihan al-Yaumiy = ) , sering dikenal dengan istilah
Ulangan Harian. Tes ini adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui,
sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk (sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu. Tes formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program
pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan
berakhir atau dapat diselesaikan. Materi tes ini pada umumnya ditekankan pada bahan-
bahan pelajaran yang telah diajarkan, baik termasuk kategori mudah maupun yang
termasuk kategori sukar.
f. Tes sumatif (Imtihan al-Nisf al-Sanawiy = ) , sering dikenal dengan istilah
Ulangan Umum atau Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA). Tes ini adalah tes hasil
belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai
diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal
yang sama. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu.
2. Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap, dibedakan menjadi lima
golongan, yaitu:
a. Tes intelegensi (intellegency test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkapkan atau
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
b. Tes kemampuan (aptitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkapkan
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
c. Tes sikap (attitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkap predisposisi atau
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
d. Tes kepribadian (personality test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkapciri-ciri
khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
e. Tes hasil belajar atau tes pencapaian (achievement test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk
mengungkap tingkat pencapaian prestasi belajar.12[12]
3. Penggolongan tes berdasarkan obyek yang dites:
a. Tes individual (individual test), yaitu suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan
waktu yang cukup panjang (untuk waktu yang sama penguji hanya dapat mengetes
seorang calon).
b. Tes kelompok (group test), yaitu tes yang dilakukan terhadap beberapa murid dalam
waktu yang sama.13[13]
4. Penggolongan tes berdasarkan waktu yang disediakan bagi teste untuk menyelesaikan tes.
a. Power test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat teste untuk menyelesaikan tes
tersebut tidak di batasi.
b. Speed test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut di batasi. 14[14]

12[12] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali


Pers, 2011), hlm. 68-73.

13[13] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: UIN-Maliki Pers, 2010), hlm.


60.

14[14] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali


Pers, 2011), hlm. 74.
5. Penggolongan tes berdasarkan bentuk responnya (sifatnya).
a. Tes Verbal (Verbal test), yaitu tes yang menggunakan bahasa (ungkapan kata atau kalimat)
sebagai alat untuk melaksanakan tes. Tes verbal terdiri dari: tes lisan (oral test) dan tes
tulisan (written test).
b. Tes Non Verbal (Nonverbal test), yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa (ungkapan
kata atau kalimat) sebagai alat untuk melaksanakan tes, tetapi menggunakan tindakan
tertentu berupa gambar, memberikan tugas dan sebagainya.15[15]
6. Penggolongan tes berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya.
a. Tes tertulis (pencil and paper test), yaitu tes di mana tester dalam mengajukan pertanyaan
dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban juga secara tertulis.
b. Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes di mana tester dalam mengajukan
pertanyaan dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawaban secara lisan juga.16[16]
E. Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes
Pada umumnya, tes yang digunakan di sekolah-sekolah adalah achievement test yang
dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1. Pengembangan Tes Bentuk Uraian
Pengembangan tes bentuk uraian dapat digunakan untuk mengukur kegiatan belajar
yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Tes bentuk uraian disebut juga penilaian subjektif
karena sering juga dipengaruhi oleh subjektivitas guru. Dilihat dari bentuk luas-sempitnya
materi yang ditanyakan dapat dibagi menjadi:
a. Uraian Terbatas
Dalam menjawab, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai
batasannya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka macam, tetapi tetap
harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sisitematika jawaban sesuai dengan
batas-batas yang ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.

15[15] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: UIN-Maliki Pers, 2010), hlm.


57-58.

16[16] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali


Pers, 2011), hlm. 75.
Contoh: Jelaskan bagaimana prosedur dan prinsip-prinsip tes hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam!17[17]
b. Uraian Bebas
Dalam hal ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematis
sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuanya.
Namun demikian, guru harus mempunyai patokan dalam mengoreksi.
Contoh: Bagaimana perkembangan sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada masa ini,
jelaskan dengan singkat!
2. Pengembangan Tes Bentuk Objektif
Tes objektif sering disebut dengan tes dikotomi, karena jawabanya antara benar dan
salah dan skornya antara satu dan nol. Disebut tes objektif karena penilainya yang
objektif. Siapapun yang mengoreksi tes objektif hasilnya akan sama karena kunci
jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih
jawaban benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan
jawaban singkat dan melengkapi pertanyaan dan pernyataan yang belum sempurna. Tes
objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak
begitu tinggi. Tes jenis ini ada beberapa bentuk:
a. Benar atau salah (true false, or yes-No)
Bentuk tes benar atau salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta menjawab
pertanyaan sesuai dengan petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi tes ini adalah
untuk mengukur kemampuan siswa untuk membedakan antara mana yang fakta dan
mana yang pendapat. supaya soal dapat berfungsi dengan baik materi yang hendak
ditanyakan hendaknya bersifat homogen. Contoh: bentuk soal yang hanya memberi tanda
silang (X).
B-S : Nikmat yang dberikan Allah wajib disyukuri SEBAB puasa diakhiri tanggal 1 Syawal.18[18]

17[17] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,


(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 70.

18[18] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2012), hlm. 135-137.
Kelebihannya adalah: dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang
lebih luas, mudah penyusunannya dan dilaksanakan, mudah diskor, dapat dinilai secara
cepat dan objektif dan merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil
belajar langsung terutama yang berkaitan dengan ingatan. Adapun kelemahannya adalah:
ada kecenderungan peserta didik menjawab coba-coba (menebak jawaban), pada
umumnya mempunyai derajat validitas dan reabilitas yang rendah, dalam penyusunan tes
memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama, sering terjadi kekaburan, terbatas
mengukur aspek pengetahuan saja.19[19]
b. Pilihan Ganda (Multiple-Choice).
Soal tes pilihan ganda dapat digunakan mengukur hasil belajar yang lebih kompleks
dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban.
Ada beberapa jenis bentuk tes pilihan ganda, yaitu:
1) Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar.
2) Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yyang digunakan untuk melihat
kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dan alasan
(sebab-akibat).
3) Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang benar, tetapi disediakn satu kemungkinan jawaban yang salah.
4) Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang kesemuanya benar,
tetapi ada satu jawaban yang paling benar.
5) Variasi yang tidak lengkap, yaitu yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang
belum lengkap.
Kelebihanya antara lain: cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat,
efektif. Kemungkinan peserta didik menjawab terkaan dapat dikurangi, dapat digunakan
untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berbagai aspek kognitif, dapat digunakan
berulang-ulang. Adapun kelemahanya adalah: tidak dapat mengukur kemampuan verbal

19[19] S.Eko Putro Widoyoko, Evaluasi program Pembelajaran,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 51-53.
dan pemecahan masalah, penyusunan soal membutuhkan waktu yang sangat lama, sukar
menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen, logis, dan berfungsi.
c. Menjodohkan
Bentuk tes menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang
keduanya dikumpulkan dalam dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri
menunjukkan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
Jumlah pillihan jawaban dibuat lebih banyak dari pada persoalan. Bentuk soal
menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi informasi. Contoh:
Bagian A Bagian B
1) Buku ..... 1.

2) Pensil ..... 2.
Kelebihannya adalah: soal bentuk menjodohkan antara lain, relatif mudah disusun,
penskoranya mudah, dapat digunakan untuk menilai teori dan penemuanya, sebab-akibat,
istilah dan definisi. Adapun kelemahannya adalah: ada kecenderungan untuk menekankan
ingatan saja, kurang baik digunakan untuk menilai pengertian.

d. Jawaban Singkat (Short Answer) dan Melengkapi (Completion).


Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau
dengan angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk ini
biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan, dengan kata lain soal tersebut berupa
kalimat tanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase, nama, tempat,
nama tokoh, lambang, dll.
Contoh: Apa rukun Islam yang pertama?
Kebaikanya antara lain, relatif mudah disusun, sangat baik untuk menilai
kemampuan peserta didik dalam hal fakta, prinsip dan terminologi. Menuntut peserta
didik mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas, pemerikasaan lembar
jawaban dapat dilakukan dengan objektif. Kelemahanya antara lain, hanya berkenaan
pada hal mengingat saja, jika titik jawaban terlalu banyak pada soal melengkapi peserta
didik sering terkecoh, dalam memeriksa lembar jawaban dibutuhkan waktu yang sangat
lama.
3. Pengembangan Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan.
Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan
pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes lisan dapat berbentuk sebagai berikut:
a. Seorang guru menilai seorang peserta didik.
b. Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
c. Sekelompok guru menilai seorang peserta didik.
d. Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.
Kebaikan tes lisan antara lain, dapat mengetahui langsung kemampuan peserta
didik, tidak perlu menyusun soal-soal, kemungkinan peserta didik menerka-nerka dan
berspekulasi dapat dihindari. Kelemahanya adalah memakan waktu yang cukup banyak,
sering muncul penilaian subjektivitas.

4. Pengembangan Tes Perbuatan (Perfomance Test)


Tes perbuatan atau tes praktek adalah tes yang menuntut peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan lebih jauh. Stigins (1994) mengemukakan tes tindakan
adalah suatu bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk melakukan kegiatan khusus
dibawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat
keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemonstrasikan. Misalnya, coba
praktekan bagaimana cara berwudlu yang baik dan benar.
Tes bentuk ini banyak digunakan hampir setiap mata pelajaran, seperti pendidikan
agama Islam, olahraga, kesenian, dan sebagianya. Adapun kelebihan tes tindakan
diantaranya, satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar
dalam bidang ketrampilan, sangat baik digunakan dalam pencocokan antara pengetahuan
dan teori, dalam prosesnya tidak mungkin peserta didik dapat menyontek, guru dapat
mengenal karakteristik peserta didik. Adapun kelemahanya adalah, memakan waktu yang
lama, dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar, cepat membosankan,
mempunyai syarat-syarat pendukung waktu, biaya, alat dan tempat. 20[20]

20[20] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2012), hlm. 138-151.
IV. PENUTUP
A. Simpulan
Dalam dunia evaluasi pendidikan, tes adalah cara pengukuran dan penilaian di
bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas baik berupa pertanyaan atau
perintah, sehingga menghasilkan nilai yang melambangkan prestasi peserta didik.
Langkah-langkah pengembangan instrumen evaluasi, meliputi: perencanaan,
persiapan, uji coba, dan penilaian hasil ukuran. Sedanglan langkah-langkah menyusun tes,
terdapat beberapa tahapan, antara lain: merumuskan tujuan tes, mengidentifikasi hasil
belajar yang akan diukur dengan tes itu, menandai hasil belajar yang spesifik, merinci
mata pelajaran yang akan diukur dengan tes itu, menyiakan tabel spesfikasi dan
menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Fungsi tes, antara lain: sebagai alat pengukur terhadap peserta didik, sebagai alat
pengukur keberhasilan program pengajaran, untuk penentuan penempatan siswa dalam
suatu jenjang, untuk mencari umpan balik, untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar
siswa
Bentuk-bentuk tes, antara lain:
1. berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan: tes seleksi, tes awal, tes
akhir, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
2. berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap: tes intelegensi, tes kemampuan, tes sikap,
tes kepribadian, dan tes hasil belajar
3. berdasarkan obyek yang dites: tes individual, dan tes kelompok
4. berdasarkan waktu yang disediakan bagi teste untuk menyelesaikan tes: power test, dan
speed test
5. berdasarkan bentuk sifatnya: tes verbal, dan tes non verbal
6. berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya: tes tertulis,
dan tes lisan.
Pengembangan instrumen evaluasi jenis tes, terbagi dalam empat golongan, yaitu:
tes bentuk uraian, tes bentuk objektif, pengembangan tes lisan dan pengembangan tes
perbuatan.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan tentang instrumen evaluasi yang meliputi tes dan bentuk-bentuknya. Kami
sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan Anda. Kami
mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan baik dalam segi tulisan,
tanda baca, maupun kesalahan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.


Lubis, Mawardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyadi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Malang: UIN-Maliki Pers.
Purwanto, Ngalim. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Widoyoko, S.Eko Putro. 2009. Evaluasi program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Diposkan 26th April 2013 oleh Nur Syifafatul


0

Tambahkan komentar

Kumpulan Makalah

Klasik
Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

1.

Aug

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN


BUDI PEKERTI KELAS VIII SMP
SEMESTER 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

KELAS VIII SMP SEMESTER 1

Disusun Gu na Me menuhi Tugas


Mata Kuliah: Micro Teaching

Dosen Pen ga m p u : Drs. H. Mustopa, M. Ag

Disusun Oleh:

Kelompok 3

NUR SYIFAFATUL AIMMAH

113111137

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 6D

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2014

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMP Negeri 28 Semarang

Kelas/Semester : VIII / I

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Materi Pokok : Perilaku Menghindari Minuman Keras, Judi, dan


Pertengkaran

Alokasi Waktu : 1 X 15 menit

A. Kompetensi Inti:

(KI-3) Me maha mi dan m e nerapkan pen getahuan (faktual,


konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa in gin tahun ya
tentan g il mu pen getahuan, teknolo gi, seni, buda ya terkait
feno mena dan kejadian ta mpak m ata;

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian:

3.3 Memahami makna Q.S. al-Maidah (5): 90-91 dan 32 serta hadits
terkait.
Indikator :

3.3.1 Mampu menjelaskan makna isi kandungan surah al-


Maidah (5): 90-91 dan 32 serta hadits terkait

C. Tujuan Pembelajaran:

Melalui kegiatan mengamati, menanya, mendiskusikan,


menyimpulkan dan mengomunikasikan, peserta didik diharapkan
mampu: Menjelaskan makna isi kandungan surah al-Maidah (5): 90-
91 dan 32 serta hadits tentang perilaku menghindari minuman
keras, judi, dan pertengkaran dengan benar.

D. Materi Pembelajaran:

Mari kita simak dan baca ayat al-Quran tentang perilaku


menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran berikut ini.

1. Ayat-ayat al-Quran
a. Q.S. al-Maidah ayat 90-91.

pkr't t%!$# (#qYtB#u $yJR) Js:$#$


yJ9$#ur >$|RF{$#ur Ns9F{$#ur _ `iB
@yJt `s9$# nq7^tG_$$s N3=ys9
tbqs=? $yJR) `s9$# br& y
%q N3uZt/ nouryy9$# u!$t79$#ur
Ks:$# yJ9$#ur N.tur `t . !$#
`tur o4qn=9$# ( @ygs LRr& tbqktJZB

b. Q.S. al-Maidah ayat 32.

`B @_r& y79s $oY;tF2 4n?t _t/ @u )


mRr& `tB @tFs% $GtR t/ CtR rr& 7$|s
F{$# $yJRr'x6s @tFs% }$Z9$# $YJy_ `tBur
$yd$umr& !$uKRr'x6s $umr& }$Y9$# $YJy_ 4
s)s9ur Og?u!$y_ $uZ= MuZit79$$/ OO
b) #ZWx. OgYiB yt/ 9s F{$#
cqJs9

2. Terjemahan
a. Mengartikan Q.S. Al-Maidah (5) ayat 90-91
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian
di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu,
dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah : 90-91)

b. Mengartikan Q.S. Al-Maidah (5) ayat 32:


Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi
Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka
seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan
Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka
Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan
dimuka bumi. (Q.S. Al-Maidah : 32)

3. Kandungan ayat
a. Kandungan Q.S. Al-Maidah : 90-91
Al-Quran surah Al-Maidah (5): 90-91 turun pada masa
permulaan Islam, dengan menyebutkan bahwa empat
perbuatan yaitu, minum khamar, berjudi, mempersembahkan
kurban kepada patung dan mengundi nasib dengan
menggunakan alat yang menyerupai anak panah itu
merupakan dosa besar. Sehingga sebagian dari kaum
muslimin telah meninggalkan kebiasaan minum khamar.
Alasan mengapa Allah mengharamkan meminum khamar dan
berjudi bagi orang-orang mukmin, yaitu: pertama karena
dengan perbuatan tersebut setan ingin menimbulkan
permusuhan, dan rasa saling membenci diantara sesama
manusia. kedua karena akan melalaikan mereka dari
mengingat Allah dan sholat.
Hal ini sesuai sabda Nabi SAW:












Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab
dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Aisyah berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah di tanya
mengenai bit'i (minuman keras yang terbuat dari madu), lalu
beliau bersabda: "Setiap minuman yang dapat memabukkan
hukumnya haram." (HR. Bukhari)

b. Kandungan Q.S. Al-Maidah : 32


Hikmah surah Al-Maidah [5]: 32, bahwa hukum qishas
sebenarnya bukan hanya untuk orang-orang yang membunuh
atau menghilangkan nyawa orang lain saja, akan tetapi
seharusnya hukum qishas juga dapat dilakukan bagi orang-
orang yang membuat kerusakan ekosistem atau lingkungan.
Sungguh orang-orang yang bertindak bijak pada lingkungan,
senantiasa melindungi dan menanam pohon untuk
penghijauan. Allah SWT sangat menghargai orang-orang yang
menjaga dan memelihara lingkungannya dengan penghargaan
yang setingginya.

E. Metode Pembelajaran
1. Reading Guide

2. Ceramah

F. Media, Alat, dan Sumber Belajar

1. LCD Proyektor

2. Tafsir al-Quran dan kitab hadits

3. Buku PAI pegangan siswa SMP kelas VIII

G. Kegiatan Pembelajaran

Pertem Wakt
Kegiatan
uan u
Pertemu 1. Pendahuluan 3
an a. Memberi salam dan memulai pelajaran dengan menit
Pertama mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa
bersama.
b. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang
harus dicapai.
c. Menanyakan materi yang pernah diajarkan
sebelumnya yang terkait dengan materi ajar hari
ini (Appersepsi).
2. Kegiatan Inti 10
a. Mengamati menit
1) Peserta didik bersama-sama membaca Q.S. al-
Maidah (5): 90-91 dan 32.
2) Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
yang berkaitan dengan perilaku menghindari
minuman keras, judi, dan pertengkaran.
b. Menanya
Peserta didik dengan dibantu motivasi dari guru
mengajukan pertanyaan tentang perilaku
menghindari minuman keras, judi, dan
pertengkaran.
c. Menalar
Menganalisis terjemahan dan kandungan Q.S. al-
Maidah (5): 90-91 dan 32 serta hadits terkait.
d. Mengasosiasi
Setelah peserta didik memahami materi yang
disampaikan guru selanjutnya menganalisis materi
Q.S. al-Maidah (5): 90-91 dan 32 serta hadits
terkait dan dibuat rangkuman tertulis.

e. Mengomunikasikan:
1) Peserta didik menanggapi pertanyaan tentang
perilaku menghindari minuman keras, judi, dan
pertengkaran.
2) Peserta didik menyusun kesimpulan
3. 3. Penutup 2
a. Guru memberikan penguatan terhadap materi. menit
b. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari
pada pertemuan berikutnya dan menyampaikan
tugas mandiri terstruktur.
c. Menutup pembelajaran dengan hamdalah,
kemudian doa kafarotul majlis dan salam.

H. Penilaian hasil Pembelajaran


1. Evaluasi Kognitif
a. Teknik Penilaian : Tes Tulis
b. Bentuk Instrumen : Lembar penilaian tes tulis
c. Lampiran Instrumen Penilaian (Tugas Rumah)
Isilah tabel berikut ini dengan benar!

N Soal
o Sko
1. Kunci jawaban r
Artikan kosa kata/potongan
nila
QS. al-Maidah ayat 90
i
pkr't t%!$#$
Hai orang-orang yang beriman
(#qYtB#u
yJR) Js:$#$ Sesungguhnya (meminum)
yJ9$#ur >$| khamar, berjudi, (berkorban
RF{$#ur Ns9F{$#ur untuk) berhala, mengundi nasib
6
_ `iB @yJt `s dengan panah, adalah Termasuk
9$# .perbuatan syaitan
nq7^tG_$$s Maka jauhilah perbuatan-
?N3=ys9 tbqs= perbuatan itu agar kamu
.mendapat keberuntungan
2. Carilah kosa kata / potongan
Q.S.al-Maidah ayat: 91 yang Kunci jawaban
! artinya berikut ini
Sesungguhnya syaitan itu
yJR) `s9$#$
bermaksud hendak
br& y%q N3uZt/
menimbulkan permusuhan
nouryy9$# u!
dan kebencian di antara
$t79$#ur Ks:$#
kamu lantaran (meminum) 8
yJ9$#ur
,khamar dan berjudi itu
dan menghalangi kamu dari
N.tur `t . !$#
mengingat Allah dan
) `tur o4qn=9$#
;sembahyang
Maka berhentilah kamu (dari
@ygs LRr& tbqktJZB
.mengerjakan pekerjaan itu)
3. Terjemahkanlah potongan Oleh karena itu Kami tetapkan 6
Q.S. al-Maidah ayat: 32 (suatu hukum) bagi Bani Israil,
berikut ini! bahwa: Barangsiapa yang
B @_r& y79s $oY;tF2` membunuh seorang manusia,
4n?t _t/ @u ) bukan karena orang itu
mRr& `tB @tFs% (membunuh) orang lain, atau
$GtR t/ CtR rr& bukan karena membuat
7$|s F{$# kerusakan dimuka bumi, Maka
$yJRr'x6s @tFs% } seakan-akan Dia telah
$Z9$# $YJy_ `tBur
membunuh manusia seluruhnya.
$yd$umr& !$uKRr'x6s
dan Barangsiapa yang
$umr& }$Y9$# $YJy_ memelihara kehidupan seorang
4 s)s9ur Og?u!$y_manusia, Maka seolah-olah Dia
$uZ= MuZit79$$/ telah memelihara kehidupan
OO b) #ZWx.manusia semuanya. dan
OgYiB yt/ 9s Sesungguhnya telah datang
F{$# cqJs9
kepada mereka Rasul-rasul Kami

dengan (membawa) keterangan-
keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-
sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan
dimuka bumi.
4. Jelaskan asbabun nuzul QS. Ayat ini turun pada masa
al-Maidah ayat 90! permulaan Islam, ketika iman
kaum muslimin belum begitu
kuat, untuk dapat meninggalkan
apa yang telah menjadi
kegemaran dan kebiasaan
mereka, yang sebenarnya tidak
dibolehkan oleh agama Islam.
Maka setelah turunnya ayat ini, 10
sebagian dari kaum muslimin
telah meninggalkan kebiasaan
minum khamar, karena ayat
tersebut telah menyebutkan
bahwa perbuatan itu merupakan
dosa besar. Tetapi sebagian
masih melanjutkan kebiasaan
minum khamar.


5 Sebutkan hadits beserta 10


terjemahannya yang
berhubungan degan

menghindari minuman khamr.










Artinya: Telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Yusuf
telah mengabarkan kepada kami
Malik dari Ibnu Syihab dari Abu
Salamah bin Abdurrahman
bahwa Aisyah berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pernah di tanya
mengenai bit'i (minuman keras
yang terbuat dari madu), lalu
beliau bersabda: "Setiap
minuman yang dapat
memabukkan hukumnya
haram." (HR. Bukhari)

Catatan :

1) Skor maksimum = 40

Skor perolehan

Nilai = X 100

Skor Maksimal

40

Nilai siswa = ---------- x 100 = 100

40

2) Keterangan nilai
< 75 = kurang,
75 80 = cukup,
81 90 = baik,
91 100 = baik sekali.
2. Evaluasi Afektif

Format Penilaian Rangkuman Tertulis


Struktur
Indikator Nilai
Laporan
Isi A. Peta Konsep 4
B. Mendeskripsikan isi 4
materi 4
C. Analisis peserta didik
Jumlah 12

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:

Sangat sesuai 4
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1

Skor perolehan (12)

Nilai = X 100 =

100

Skor Maksimal (12)

Diposkan 7th August 2015 oleh Nur Syifafatul

Tambahkan komentar

2.

Aug

7
SESUATU YANG MEMABUKKAN
(KHAMR, EKSTASI, MORVIN, SABU-
SABU)

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Fiqh Jinayah

Dosen Pengampu : Ali Muchtar, Lc.

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Sofwafin Hidayah (113111086)


Amry Muhammad (113111101)

Mailisy Syarifah (113111122)

Nur Syifafatul Aimmah (113111137)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 6C

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2014

I. PENDAHULUAN

Orang-orang Arab pada zaman jahiliyah sangat menyukai minuman khamr dan
kecanduan terhadapnya. Namun setelah Islam datang, diterapkan metode pendidikan
yang bijaksana dengan mengharamkan khamr secara bertahap sesuai perkembangan
mereka. Selanjutnya Allah Swt. menurunkan ayat yang melarangnya secara total
dalam surat al-Maidah ayat 90-91.21[1]

Meminum sesuatu yang memabukkan bukanlah merupakan suatu kejadian


sederhana yang bersifat mandiri, namun efeknya akan merugikan banyak pihak
meliputi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Meminum-minuman yang
memabukkan (khamr) dinilai sebagai perilaku setan, hukumnya haram dan sebagian

21[1] Yusuf Qardhawi, Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2008), hlm. 75-76
dari dosa besar. Hal ini karena minuman yang memabukkan dapat menghilangkan
kesadaran atau akal. Padahal akal bagi manusia merupakan unsur yang sangat
penting, maka wajib dijaga dengan sebaik-baiknya.

Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan mengulas beberapa hal mengenai
definisi, dasar (hujjah), had, dan pentingnya menjaga diri dari minuman yang
diharamkan dalam agama Islam.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana definisi tentang minuman-minuman yang telah diharamkan dalam


agama Islam?

B. Sebutkan dasar (hujjah) yang berupa wahyu ilahi atau perkataan para sahabat,
tabiin dan ulama?

C. Apakah had bagi peminum minuman yang telah diharamkan dalam Islam?

D. Bagaimana pentingnya menjaga diri dari minum-minuman yang telah di


haramkan dalam syariat agama Islam?

III. PEMBAHASAN

A. Definisi Minuman-Minuman Yang Diharamkan Dalam Agama Islam

Lafazh khamr berarti minuman hasil perasan dari anggur apabila didiamkan
dan diberi ragi. Khamr merupakan semua minuman yang memabukkan baik
berasal dari perasan kurma, anggur atau lainnya, yang dibiarkan sampai timbul zat
memabukkan.22[2] Khamr dalam bahasa Arab menutup, kemudian dijadikan

22[2] Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shanani, Subulus Salam Syarah Bulughul
Maram, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2013), hlm. 389.
nama bagi segala yang memabukkan dan menutup serta menghalangi akal dari
berfikir sehat. Khamr menurut bahasa AlQuran adalah minuman yang terbuat
dari biji-bijian atau buah-buahan yang melalui proses begitu rupa sehingga dapat
mencapai kadar minuman yang memabukkan. Jadi, Khamr adalah segala apa pun
yang memabukkan.

Menurut para fuqaha, khamr adalah cairan yang memabukkan, yang terbuat
dari buah-buahan seperti anggur, kurma yang berasal dari biji-bijian seperti
gandum dan yang berasal dari manisan seperti madu, atau hasil atas sesuatu yang
mentah, baik diberi nama klasik atau nama modern. Untuk memahami makna
minuman memabukkan dan jenisnya dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
86 Tahun 1997 yang memberi pengertian minuman keras (minuman
memabukkan) adalah semua jenis minuman yang beralkohol tetapi bukan obat,
dan mempunyai kadar alkohol yang berbeda-beda. Dalam hukum Islam, minuman
memabukkan tidak hanya terbatas pada zat benda cair saja, tetapi termasuk pula
benda padat yang pada intinya apa saja yang memabukkan itulah khamr.23[3]

Segala minuman yang memabukkan diharamkan dari manapun asalnya. Baik


dari buah-buahan, seperti buah anggur, kurma matang sebelum menjadi tamar dan
buah tin; dari biji-bijian, seperti biji gandum dan jawawut; dari madu mapun dari
binatang, seperti susu kuda. Apa pun jenisnya dan dari apa pun dibuatnya, jika
memabukkan atau mengacaukan akal, maka semuanya diharamkan.
Pengharamannya karena zatnya (khamr itu sendiri), baik diminum sedikit ataupun
banyak.24[4] Jadi, dalam bentuk apapun segala sesuatu yang memabukkan
diharamkan oleh Allah Swt. dan Rasulullah Saw.

Zat yang digolongkan sejenis minuman memabukkan adalah narkoba.


Narkoba adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan obat yang

23[3] Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 78-79.

24[4] Taqiyuddin bin Taimiyah, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, (Surabaya: Dunia
Ilmu Offset, 1997), hlm. 103.
berbahaya. Zat ini digolongkan sejenis minuman khamr, termasuk juga zat yang
memabukkan dan haram status hukumnya dikonsumsi oleh manusia. Narkoba
dapat melemahkan, membius, dan merusak akal serta anggota tubuh manusia
lainnya.

Pada Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, dijelaskan


bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997, psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Adapun
psikotropika adalah salah satu obat yang sering disalahgunakan penggunaannya,
terbuat dari sejenis tumbuhan atau bahan kimia yang dapat mempengaruhi fungsi
akal, yaitu lumpuh dan hilang ingatan, seperti orang mabuk dan menggelepar.

Obat obatan yang berbahaya dan terlarang untuk dikonsumsi, yaitu:

1. Narkoba natural (alami) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti: ganja,


opium, koka, alkot, dan lain-lain.

2. Narkoba semi sintesis, yaitu yang dimodifikasi dari bahan-bahan alami yang
diproses secara kimiawi supaya memberikan pengaruh lebih kuat, seperti:
morfin, kokain, dan sebagainya.

3. Narkoba sintesis, yaitu pil-pil yang terbuat dari bahan kimia murni.25[5]

B. Dasar atau Hujjah

25[5] Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 79-80.
Berkaitan dengan pengharaman khamr dan segala yang memabukkan telah
ditetapkan secara lengkap, baik dalam al-Quran dan al-Sunnah. Pengharaman
khamr secara total (mutlak) terdapat dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 90
sebagai berikut:26[6]

pkr't t%!$# (#qYtB#u $yJR) Js:$


$# yJ9$#ur >$|RF{$#ur Ns9F{$#ur
_ `iB @yJt `s9$# nq7^tG_$$s
N3=ys9 tbqs=?

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar (arak), berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-
Maidah : 90)27[7]

Pengharamannya juga dikuatkan dalam hadits Rasulullah saw. yang berbunyi


sebagai berikut:












( )
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mutsanna dan
Muhammad bin Hatim keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya
-yaitu Al Qatthan- dari Ubaidullah telah mengabarkan kepada kami Nafi' dari
Ibnu Umar dia berkata -dan saya tidak mengetahuinya kecuali dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam-, beliau bersabda: "Setiap yang memabukkan
adalah khamer dan setiap khamer adalah haram." (Riwayat Muslim)28[8]

26[6] Rokhmadi, Reformulasi Hukum Pidana Islam: Studi tentang Formulasi Sanksi
Hukum Pidana Islam, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2009), hlm. 32.

27[7] Kementerian Urusan Agama Islam, Al-Quran dan Terjemahnya, (Saudi Arabia:
Mujamma Al-Malik Fahd Li Thibaat Al Mush-haf Asy Syarif, 1422 H), hlm. 176.
Tiap-tiap minuman yang memabukkan, jika diminum banyak ataupun sedikit
tetap haram, walaupun yang sedikit itu tidak sampai memabukkan. Sabda
Rasulullah saw.:













Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan
kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Daud bin Bakr bin Abu Al Furat dari
Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bin Abdullah ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesuatu yang memabukkan, maka
banyak dan sedikitnya adalah haram." (Riwayat Nasai dan Abu Dawud)

Nabi tidak hanya mengharamkan minum khamr, sedikit atau banyak, tetapi
beliau juga mengharamkan memperjualbelikan khamr, meskipun terhadap orang
non Muslim. Oleh karena itu Rasulullah Saw. bersabda:


















Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sa'id bin Yazid
bin Ibrahim At Tustari telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim dari Syabib
saya mendengar Anas bin Malik, atau telah menceritakan kepadaku Anas bin
Malik dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat sepuluh
perkara dalam khamer; "Orang yang memerasnya, yang minta diperaskan, alat
untuk memeras, orang yang membawanya, orang yang minta dibawakan,
penjualnya, orang yang dibelikan, yang menuangkannya, yang minta
28[8] Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shanani, Subulus Salam Syarah Bulughul
Maram, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2013), hlm. 402.
menuangkannya." Beliau menyebutkan hingga sepuluh perkara dari permisalan
ini." (Riwayat Ibnu Majah)29[9]

Bukan saja meminum, tetapi suatu makanan yang menghilangkan akal,


seperti candu dan lain-lainnya, hukumnya juga haram karena termasuk dalam arti
memabukkan. Firman Allah Swt.:30[10]

tur Ogs9 Mt6h9$# Phptur@ ...


Ogn=t y]t6y9$# ....

Artinya: ... Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk .... (Al-Araf : 157)31[11]

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud dan


Muhammad bin Isa di antara yang lain. Mereka berkata; telah menceritakan
kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Nafi' dari Ibnu Umar ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap sesuatu yang
memabukkan adalah khamer, dan setiap yang memabukkan adalah haram.

29[9] Yusuf Qardhawi, Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2008), hlm. 78.

30[10] Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), hlm.
439-440.

31[11] Kementerian Urusan Agama Islam, Al-Quran dan Terjemahnya, (Saudi


Arabia: Mujamma Al-Malik Fahd Li Thibaat Al Mush-haf Asy Syarif, 1422 H), hlm.
246.
Barangsiapa meninggal dalam keadaan minum khamer dan menyukainya maka
ia tidak akan meminumnya pada Hari Kiamat." (Riwayat Abu Daud)
















Artinya: Telah menceritakan kepada kami Malik bin Abdul Wahid Abu
Ghassan telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ia berkata; aku membacakan
riwayat kepada Al Fudlail bin Maisarah dari Abu Hariz bahwa Amir
menceritakan kepadanya, bahwa An Nu'man bin Basyir berkata, "Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya khamer
terbuat dari perasan, anggur, kurma, biji gandum, jewawut, dan jagung. Dan aku
melarang kalian dari segala sesuatu yang memabukkan." (Riwayat Abu Daud)32
[12]

C. Had Bagi Peminum Minuman Yang Diharamkan Dalam Islam

Had adalah pelarangan pengerjaan apa yang dilarang Allah swt., dan
diperintahkan untuk dijauhi (tidak didekati). Orang yang terkena had khamr
disyaratkan, yaitu: seorang muslim, berakal, baligh, dewasa, meminum khamr
dengan sukarela, mampu membedakan mana yang benar dan mana yang buruk,
serta mengetahui haramnya khamr (minuman keras), sehat dan tidak sakit. Had
khamr tidak akan gugur dari orang yang sakit, tetapi pelaksanaannya ditunda
hingga sembuh. Jika ia telah sembuh maka had khamr dilaksanakan
terhadapnya.33[13]
32[12] Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Lengkap Bulughul Maram, (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2009), hlm. 576.

33[13] Asadulloh Al Faruq, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam, (Tk: Ghalia
Indonesia, 2009), hlm. 24.
Had peminum khamr ditegakkan apabila ada saksi atau pengakuan sendiri.
Tetapi apabila tercium bau khamr atau terlihat muntahannya saja, dan sejenisnya,
maka menurut qil, ia tidak di jatuhi had, karena masih ada keragu-raguan dengan
meminum sesuatu yang tidak termasuk khamr atau memang ia tidak mengetahui
keharamannya atau karena ada kemungkinan ia dipaksa orang lain. Namun
menurut pendapat lain, orang seperti ini dikenai had jika ia diketahui mabuk.34[14]
Sanksi hukuman bagi peminum minuman yang memabukkan dapat dilihat dari
dua aspek, antara lain:

1. Sanksi hukum dari aspek hukum Islam

Had bagi peminum khamr telah ditetapkan oleh Sunnah Rasulullah SAW
dan ijma Muslimin. Dan beliau melakukan cambukan pada peminum khamr
tidak hanya sekali. Demikian juga yang dilakukan khulafaur rasyidin dan kaum
Muslimin sesudah mereka.35[15] Orang yang meminum minuman keras wajib
didera empat puluh kali apabila ada saksi dua orang laki-laki atau dia mengaku
sendiri.36[16] Sabda Rasulullah saw.:









( )
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna
dan Muhammad bin Basyar keduanya berkata; telah menceritakan kepada

34[14] Taqiyuddin bin Taimiyah, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, (Surabaya: Dunia
Ilmu Offset, 1997), hlm. 105.

35[15] Taqiyuddin bin Taimiyah, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, (Surabaya: Dunia
Ilmu Offset, 1997), hlm. 102.

36[16] Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), hlm.
440.
kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia
berkata; aku pernah mendengar Qatadah menceritakan dari Anas bin Malik,
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah dihadapkan seorang laki-laki
yang terbukti meminum khamer, lalu beliau menderanya dengan dua pelepah
kurma sebanyak empat puluh kali, hal itu juga dilakukan oleh Abu Bakar.
(Riwayat Muslim)37[17]

Para jumhur ulama berpendapat bahwa hukuman meminum khamr dalam


syariat Islam adalah termasuk hukuman hudud. Maksudnya bahwa hukuman
meminum khamr yang telah ditetapkan itu merupakan ketentuan Syari.
Menurutnya penetapan hukuman hudud berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah,
meskipun pada kenyataannya dalam al-Quran tidak disebutkan hukumnya
secara eksplisit bagi peminum khamr. Mengenai ketentuan hukumannya
disebutkan dalam al-Sunnah, sebagaimana kasus pada masa khalifah Ali bin
Abi Thalib yang menghukum al-Walid bin Uqbah dengan empat puluh kali
pukulan.

Para fuqaha berbeda pendapat mengenai ketentuan hukuman haddnya,


antara lain:

a. Mazhab Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa hukuman


khamr adalah 80 kali pukulan berdasarkan ijma sahabat.

b. Mazhab Syafiiyyah, Zhahiriyah dan Zaidiyah berpendapat bahwa hukuman


khamr adalah 40 kali pukulan sebagaimana dipraktekkan oleh Rasulullah
Saw. dan Abu Bakar.

Perbedaan pendapat mengenai jumlah pukulan bagi peminum khamr di


kalangan ulama mazhab, pada kenyataannya bersumber dari adanya perbedaan
pendapat di kalangan para sahabat.38[18]

37[17] Imam Taqiyuddin Abubakar bin Muhammad Alhusaini, Kifayatul Akhyar,


(Surabaya: Bina Iman, 2007), hlm. 386.

38[18] Rokhmadi, Reformulasi Hukum Pidana Islam: Studi tentang Formulasi Sanksi
Hukum Pidana Islam, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2009), hlm. 33-34.
2. Sanksi hukum dari aspek peraturan perundang-undangan

Minuman khamr dan obat-obatan terlarang sudah menjadi masalah


nasional yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan
masyarakat. Pemerintah Republik Indonesia dalam menyikapi masalah
tersebut, berupaya melakukan pemberantasan jalur perdagangan, peredaran,
dan penggunaan minuman memabukkan. Upaya meningkatkan pengawasan
pengamanan terhadap minuman yang memabukkan dalam masyarakat, pihak
pemerintah telah mengeluarkan peraturan Menteri Kesehatan No.
86/Men.Kes/IV/1997 tentang minuman Memabukkan. Dalam KUHP
memberikan sanksi atas peminum khamr hanya jika sampai mabuk dan
mengganggu ketertiban umum, yakni kurungan tiga hari hingga paling lama
tiga bulan (Pasal 536). Untuk orang yang menyiapkan atau menjual khamr,
sanksi hukuman kurungan paling lama tiga minggu (Pasal 537), apalagi jika
yang diberi minuman adalah anak di bawah umur 16 tahun (Pasal 538 dan
539).39[19]

D. Pentingnya Menjaga Diri Dari Minum - Minuman Yang Diharamkan Dalam


Syariat Islam

Khamr itu sangat berbahaya dalam kehidupan manusia, sebab khamr adalah
pangkal (induk) dari semua perbuatan keji. Bahaya khamr bagi akal, fisik, agama
dan dunia manusia, juga bahaya terhadap keluarga, masyarakat, dan bangsa, baik
spiritual, material, maupun moral. Tidak ada bahaya yang lebih berat bagi
manusia melebihi bahaya yang ditimbulkan oleh khamr. Bahaya sosial yang
ditimbulkan, antara lain dapat memutuskan hubungan, menimbulkan permusuhan
dan kebencian, Bahaya ruhaniahnya antara lain dapat menghalangi peminumnya

39[19] Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 101-
102.
dari melaksanakan kewajiban agamanya seperti dzikir kepada Allah Saw dan
menunaikan shalat.40[20]

Khamr mengandung zat kimia alkohol yang akan merusak kesehatan


manusia. Semakin tinggi kandungan kadar alkohol minuman memabukkan, maka
semakin tinggi pula pengaruh terhadap kesehatan. Sebaliknya meskipun minuman
memabukkan mempunyai kadar alkohol rendah tetapi dikonsumsi secara terus-
menerus sampai mencapai jumlah besar yang beredar dalam tubuh, maka
berakibat mempengaruhi kesehatan manusia.

Bahaya minuman memabukkan terhadap kesehatan manusia, yaitu:

1. Dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk memproduksi glukosa dari lemak


dan protein, dapat menyebabkan pingsan.

2. Dosis yang dibutuhkan harus lebih tinggi, sampai orang yang meminumnya
menjadi betul-betul mabuk, sempoyongan, dan tidak sadarkan diri.

3. Alkohol yang over dosis dan tidak sempat dioksidasikan akan menumpuk pada
jaringan darah, sehingga menjadi racun dalam tubuh.

4. Alkohol akan mengurangi selera makan, merusak selaput lendir lambung,


berakibat pencernaan makanan tidak sempurna dan akan menyebabkan
kekurangan vitamin, khususnya kekurangan vitamin ABCDE dan kekurangan
protein.

5. Alkohol akan merusak sel-sel hati, terganggu dan akan menjadi penimbunan
lemak dalam tubuh.

6. Alkohol mempengaruhi kerja otak, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada


sek-sel otak dan susunan saraf sentral.41[21]

40[20] Yusuf Qardhawi, Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2008), hlm. 75-76.
Disamping itu juga sesuatu yang memabukkan dapat melumpuhkan badan,
melemahkan syaraf, menurunkan kesehatan, dapat mengganggu kejernihan jiwa,
menghancurkan akhlak, meruntuhkan iradah (kemauan atau kesadaran), dan
melemahkan perasaan untuk melaksanakan kewajiban, yang menjadikan
peminumnya sebagai alat untuk meracuni masyarakat. Selain itu juga dapat
menghabiskan harta dan merobohkan rumah tangga, karena untuk membelinya
harus merogoh uang yang banyak.42[22]

IV. PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan dalam makalah Sesuatu Yang Memabukkan (Minum


Khamr, Ekstasi, Morvin, dan Sabu-Sabu) dapat disimpulkan bahwa khamr
berarti minuman hasil perasan dari anggur apabila didiamkan dan diberi ragi jika
dibiarkan dapat timbul zat memabukkan (segala yang memabukkan).

Dasar (hujjah) pengharaman khamr dan segala yang memabukkan telah


ditetapkan secara lengkap, baik dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 90 dan
hadits Rasulullah Saw.

Orang yang terkena had khamr disyaratkan, yaitu: seorang muslim, berakal,
baligh, dewasa, meminum khamr dengan sukarela, mampu membedakan mana
yang benar dan mana yang buruk, serta mengetahui haramnya khamr (minuman
keras), sehat dan tidak sakit. Had bagi peminum khamr yaitu 80 kali pukulan
berdasarkan ijma sahabat dan 40 kali pukulan sebagaimana dipraktekkan oleh
Rasulullah Saw.

41[21] Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 87-
89.

42[22] Yusuf Qardhawi, Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2008), hlm. 83.
Pentingnya menjaga diri dari bahaya minuman yang diharamkan dalam
syariat Islam, yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan
bangsa, baik spiritual, material, maupun moral.

B. Saran

Demikianlah makalah ini pemakalah sajikan, semoga dapat bermanfaat dan menjadi
tambahan ilmu pengetahuan tentang diharamkannya sesuatu lain yang memabukkan.
Pemakalah sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan.
Pemakalah mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan baik dalam segi
tulisan, tanda baca, maupun kesalahan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Imam Taqiyuddin bin Muhammad Alhusaini. 2007. Kifayatul Akhyar.


Surabaya: Bina Iman.

Al Faruq, Asadulloh. 2009. Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam. Tk: Ghalia
Indonesia.

Al-Asqalani, Al-Hafizh Ibnu Hajar. 2009. Terjemah Lengkap Bulughul Maram. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana.

Ali, Zainuddin. 2009. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Ash-Shanani, Muhammad bin Ismail Al-Amir. 2013. Subulus Salam Syarah Bulughul
Maram. Jakarta: Darus Sunnah Press.
Kementerian Urusan Agama Islam. 1422 H. Al-Quran dan Terjemahnya. Saudi Arabia:
Mujamma Al-Malik Fahd Li Thibaat Al Mush-haf Asy Syarif.

Qardhawi, Yusuf. 2008. Terjemahan Al-Halal wal Haram fil Islam. Jakarta: Robbani
Press.

Rasjid, Sulaiman. 2012. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Rokhmadi. 2009. Reformulasi Hukum Pidana Islam : Studi Tentang Formulasi Sanksi
Hukum Pidana Islam. Semarang: RaSAIL Media Group.

Taqiyuddin bin Taimiyah. 1997. Kebijakan Politik Nabi SAW. Surabaya: Dunia Ilmu
Offset.
Diposkan 7th August 2015 oleh Nur Syifafatul

Tambahkan komentar

3.

Aug

MASA DEPAN KEBUDAYAAN DAN


KEBANGKITAN ISLAM

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Perkembangan Pemikiran Islam

Dosen Pengampu : Ahmad Muthohar, M.Ag


Disusun Oleh:

Kelompok 11, PAI 6C

Nur Syifafatul Aimmah (113111137)

Tahta Alfina Zain (113111146)

Yuliana (113111152)

Ahmad Thohir Khaulani (113111154)

Vika Tsani Arifah (113111167)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG
2014

I. PENDAHULUAN

Era globalisasi telah menyeret umat Islam untuk bersaing dalam percaturan
dunia. Berhadapan dengan wajah barat, maka umat Islam dengan segala keadaannya
yang masih tertidur harus mengakui bahwa dunia Islam masih berada jauh tertinggal
di belakang dunia Barat. Sehingga ada kecenderungan umat Islam untuk menjadi
umat yang eksklusif dan inklusif.

Hal tersebut membawa dua dampak bagi masyarakat Islam, yaitu positif dan
negatif. Pada masa ini dunia Barat dipandang sebagai kiblat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kebudayaannya juga dipandang lebih relevan dan pantas
untuk diterapkan suatu bangsa. Sementara itu Islam yang diturunkan dari belahan
Timur dipandang sudah ketinggalan zaman dan tidak relevan lagi.

Pada dasarnya kemajuan dunia Barat disebabkan mereka mempelajari karya-


karya yang dihasilkan oleh ilmuan-ilmuan Islam seperti: Ibnu Rusyd, Al Farabi, Ibn
Sina, dan banyak lagi yang lainnya. Namun, mengapa sekarang menjadi terbalik,
Islam yang justru menjadi tertinggal. Dengan bercermin kepada sejarah yang
mencatat betapa gemilangnya masa kejayaan Islam di masa silam. Maka, pada abad
inilah saatnya umat Islam harus memperbarui paradigma pemikirannya, untuk
mewujudkan kembali kejayaan Islam. Maka perlu adanya rekonstruksi di seluruh
aspek kehidupan. Dari sinilah muncul beberapa gagasan seputar pemikiran yang
dapat membangkitkan Islam kembali di masa depan.

Gerakan kebangkitan Islam adalah kecaman terhadap kemandegan muslim.


Gerakan ini juga sebagaimana diungkap Khursid Ahmad (1987:285), merupakan
pengungkapan kembali iman di dada dan dimensi ini banyak diabaikan dalam tulisan
Barat. Mereka sering beranggapan bahwa hal ini sekedar pengaturan kembali
masalah politik dan sosial. Sebenarnya kebangkitan Islam mulanya adalah
kebangkitan kembali dan penguatan iman, sekaligus membangun kembali moral dan
watak sang individu.43[1] Untuk mengetahui lebih banyak tentang beberapa
pemikiran yang berhubungan dengan hal di atas guna memecahkan masalah yang
ada untuk menyongsong kebangkitan Islam kembali. Maka, pemakalah akan sedikit
memaparkan tentang masa depan kebudayaan dan kebangkitan Islam.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana sejarah tonggak kebangkitan kembali umat Islam (abad 15 H) dengan


merefleksi masa lampau?

B. Bagaimana usaha umat Islam untuk membangun peradaban masa depan?

C. Bagaimana kasus yang terjadi di Indonesia?

III. PEMBAHASAN

43[1]Aden Widjan, dkk, Pemikiran & Peradaban Islam, (Yogyakarta: Safiria Insani
Press, 2007), hlm 58.
A. Sejarah tonggak kebangkitan kembali umat Islam (abad 15 H) dengan
merefleksi masa lampau

Mengutip pernyataan Ir. Soekarno jangan lupakan sejarah, maka untuk


membangun Islam dimasa depan, umat Islam wajib merefleksi serta
merenungkan catatan yang diukir umat Islam sejak masa perintisan, kejayaan,
kemunduran dan stagnansi yang saat ini masih dialami oleh umat Islam.
Setelah Islam mengalami kejayaan kemudian tibalah gilirannya, mengalami
kemunduran. Bagi sejarah ada masa rintisan, ada masa pertumbuhan dan
perkembangan, ada masa kejayaan, ada masa kemunduran bahkan kehancuran.
Terkait dengan perjalanan dan pengalaman Islam, yang mengherankan mengapa
kemunduran Islam ini sangat berlangsung lama? Menurut penilaian Bazmee
Anshori yang menegaskan bahwa orang-orang Islam selama berabad-abad
dahulu telah menutup pintu ijtihad, sehingga mengakibatkan stagnisasi dan tidak
memiliki dinamisme.

Pada masa pertengahan telah berkembang taqlid buta dikalangan umat


Islam.44[2] Umat Islam tidak lagi menggunakan pemikiranya untuk melakukan
ijtihad sebagaimana pemikir-pemikir sebelumnya untuk menggali sumber yang
asli kepada Al Quran dan Hadits nabi, praktek bermahdzab dan bidah telah
subur.45[3] Itulah gambaran pemikiran umat Islam masa lalu yang telah
berkembang hingga sekarang. Dari gambaran tersebut kita dapat mencoba
mengganti pemikiran tersebut dengan terbukanya pintu Ijtihad.

44[2] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm..
112.

45[3] Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Pembaharuan dalam Dunia
Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 6
Sikap pasif dan apatis ini berlangsung beratus-ratus tahun mendera umat
Islam mengakibatkan kelumpuhan kreativitas yang disertai sikap pasrah kepada
Allah SWT (jabariyah). Keadaan ini makin parah saat mereka diperlakukan
sebagai warga jajahan bagi bangsa-bangsa Barat. Sebagai warga jajahan, mental
mereka diperbudak secara paksa, sementara mereka tidak memiliki SDM yang
kuat untuk memberikan perlawanan yang seimbang.46[4]
Dengan merefleksi beberapa sebab yang menjadikan Islam tertinggal, maka
Islam perlu menjadikan kejayaan-kejayan di masa silam sebagai tonggak
kebangkitan untuk membangun Islam di masa depan dalam berbagai aspek
kehidupan.

Seperti politik yang di jalankan oleh Nabi SAW yaitu politik nilai, Politik
di sini tidak sekadar berkaitan dengan hasrat kuasa, tetapi juga dalam makna
yang lebih luas meliputi dengan institusi budaya, sosial, agama, bahkan
pengetahuan.47[5] Sedangkan dibidang militer, kekuatan militer yang disusun
Umayah untuk melakukan ekspansi-ekspansi perluasan wilayah hingga ke Barat.
Dibidang ilmu pengetahuan dan budaya, Abbasiyah menorehkan sejarah menjadi
kiblat ilmu pengetahuan dan budaya.

B. Usaha - usaha umat Islam untuk membangun peradaban masa depan

Kemajuan suatu peradaban dalam sejarah umat manusia tidak mungkin


terwujud apabila peradaban tersebut menutup diri dan tidak mau berinteraksi
dengan peradaban yang lain. Islam hadir sebagai sebuah peradaban yang unggul
pada masa jayanya, juga diyakini merupakan buah dari keterbukaan Islam untuk

46[4] Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 50-52.

47[5]Asep Salahuddin,
http://regional.kompas.com/read/2013/01/23/01522330/Maulid.Politik.-Kenabian , di
unduh pada hari Kamis, 19 Juni 2014 pada pukul 11.44 WIB.
menerima berbagai peradaban lain yang ada di luar Islam dan kemudian
menyelaraskan diri dengan ajaran Islam.48[6]

Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin


dari bangsa Eropa dalam berbagai bidang kehidupan ini, telah timbul mulai abad
ke- 11 H/17 M. Inilah yang membuka mata kaum muslimin akan kelemahan dan
keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbul berbagai macam usaha
pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, untuk mengejar ketinggalan dan
keterbelakangan mereka, termasuk usaha di bidang pendidikan.49[7]

Kalau pada awal abad ke-19 M kita menyaksikan bahwa agama hampir saja
tercampur oleh kemajuan ilmu pengetahuan sehingga seolah agama harus
ditinggalkan dan tidak lagi relevan untuk dianut, maka dalam mengakhiri abad
ke-20 dan menyongsong abad ke-21 ini tampaknya agama mendapatkan tempat
kembali untuk ditoleh oleh para ilmuwan. Agama ternyata memang memiliki
ruang dalam ilmu pengetahuan. Agama dihadirkan bahkan dijelaskan melalui
perkembangan ilmu pengetahuan. Sistem keimanan dijelaskan dan dihadirkan
sebagai satu kesatuan organik dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
dibutuhkan oleh agama sebagai sarana aktualisasi doktrin-doktrinnya, sedangkan
agama dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan sebagai petunjuk agar tidak
menyesatkan dan menakutkan umat manusia yang membuatnya, melainkan agar
menjadikan umat manusia bisa memperoleh hidup secara lebih baik, tenang,
damai, dan meyejukkan.50[8]

48[6]Aden Widjan, dkk, Pemikiran & Peradaban Islam, (Yogyakarta: Safiria Insani
Press, 2007), hlm 65.

49[7] Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), hlm. 115-116.

50[8] Sholihan, Muhammad Arkoun dan Kritik Nalar Islam, (Semarang: Walisongo
Press, 2009), hlm. 113-114.
Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Bapak A. Muthohar, bahwa agama
dan filsafat-lah yang menjadi pijakan pemikiran untuk membangun Islam di
masa depan.

Kekacauan yang dialami dunia ini menyangkut kekacauan politik, militer,


ekonomi, kultural, psikologis, intelektual dan sosial. Semua kekacauan ini masih
mengendap di kerak dunia Islam dan sejauh ini belum ada tindakan yang
berhasil mencairkannya.51[9]

1. Bidang pendidikan

Langkah langkah untuk membangun masa depan, yaitu dengan


menghilangkan adanya politik pendidikan yang terhegemoni oleh barat,
dengan cara yaitu:

a. Membangun kembali paradigma pendidikan dengan kembali belajar


pada para penemu muslim. Misalnya: mengenai teori evolusi telah
dirintis secara berurutan oleh penemu muslim mulai Al-Jahizh, Ibnu
Miskawaih, sampai Muhammad Jalaluddin Rumi. Intisari evolusi M.
Jalaluddin Rumi adalah Aku mati sebagai mineral dan menjadi
tumbuhan, aku mati sebagai tumbuhan dan bangkit sebagai hewan, aku
mati sebagai hewan dan menjadi manusia. Mengapa aku harus takut
ketika maut menjemput sekali lagi aku akan mati sebagai manusia agar
dapat mengarungi dan berada diantara para malaikat. Bahkan dari
sinipun aku masih harus berangkat. Segala sesuatu pasti akan musnah
kecuali wajah Tuhan.

b. Memberikan apresiasi Islam terhadap ilmu pengetahuan. Islam


menyamakan dirinya dengan ilmu pengetahuan dan menjadikannya
sebagai syarat Ibadah. Dalam Islam ilmu disebut sebagai kunci
kesuksesan dunia akhirat, akal sebagai alat pengetahuan mendapat
51[9] Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 59.
perhatian dalam Islam untuk dikembangkan dan difasilitasi. Islam
menolak taqlid buta, kurafat serta angan-angan.52[10]

2. Bidang ekonomi

Pemimpin negara muslim harus mempersiapkan strategi untuk


meningkatkan perekonomiannya melalui upaya rekayasa. Mereka harus
mencetak para pengusaha baik skala domestik maupun internasional. Dunia
Islam perlu memikirkan pemerataan kekuatan perekonomian, melalui
kerjasama antara pengusaha muslim. Disamping itu perlu ada tindakan
antisipatif dalam menghadapi dan menyiasati kemungkinan-kemungkinan
gelombang perekonomian di masa depan.

Pemimpin negara muslim harus mempersiapkan strategi untuk


meningkatkan perekonomiannya melalui upaya rekayasa. Mereka harus
mencetak para pengusaha baik skala domestik maupun internasional. Dunia
Islam perlu memikirkan pemerataan kekuatan perekonomian, melalui
kerjasama antara pengusaha muslim. Disamping itu perlu ada tindakan
antisipatif dalam menghadapi dan menyiasati kemungkinan-kemungkinan
gelombang perekonomian di masa depan.53[11]

3. Bidang politik

Para pemimpin bersama masyarakat di negara muslim, hendaknya


bekerjasama membangun pola perpolitikan yang sehat. Hal ini tercermin
dalam bentuk ekspresi mereka untuk saling memahami dan mentoleransi,
mengedepankan kepentingan negara, bertindak serta berfikir objektif dan
rasional, dan ekspresinya dalam bentuk lainnya.

52[10] Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 18-34.

53[11] Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 284-285.
Pada bagian lain negara muslim perlu menghindari pikiran atau tindakan
yang mencerminkan nasionalisme sempit, sikap arogan, perasaan superior,
dan menjunjung tinggi konsep patriotisme serta konsep demokrasi yang
sehat dan dewasa.

Disamping itu umat Islam sebaiknya membangun kekuatan militer yang


tangguh untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. Dengan pengertian
lain motiv membangun militer bukanlah bertujuan untuk ovensif melainkan
devensif dari serangan-serangan.

4. Bidang Sosial dan Budaya

Kebudayaan sebagai sumber nilai tidak bisa terpisahkan dari agama


sebagai ajaran yang diyakini dapat mengatur kehidupan manusia. Budaya
merupakan bagian integral dari agama dan agama bisa menghasilkan
budaya. 54[12]
Perkembangan umat Islam sejak masa paling awal hingga saat ini
diwarnai oleh pertikaian-pertikaian dimulai dari pemilihan siapa pengganti
nabi telah menimbulkan benih pertikaian, hal ini masih berlangsung hingga
masa modern seperti Iraq melawan Iran, Iraq menyerang Kwait, dan Arab
Saudi mengundang Amerika Serikat untuk menyerang Iraq. Lantaran
petikaian ini, sampai sekarang Islam belum memiliki pemimpin
Internasional yang ditaati bersama.
Untuk mengatasi berbagai pertikaian tersebut, kita harus membangun
budaya dialogis, bukan sekedar suasana dialogis. Budaya dialogis
dimaksudkan supaya kecenderungan untuk menyelesaikan segala macam
pertikaian, perbedaan pandangan, seharusnya melalui kebiasaan berdialog.
Jadi, orientasi waktunya diharapkan bersifat Permanen sehingga bersifat
Prefentif dan Kuratif dalam menyelesaikan masalah. Budaya dialog

54[12]M. Dawam Rahardjo, dkk, Pembaharuan Pemikiran Islam Indonesia, (Jakarta:


KEMI, 2011), hlm. 227.
digunakan untuk membangun kedamaian semesta secara hakiki meliputi
lintas agama, bahasa, dan negara.55[13]
Untuk dapat mewujudkan harapan-harapan besar terhadap agama Islam,
maka menggunakan sebuah corak keberagamaan yang inklusif, dialogis, dan
intelektualistik. Dalam era globalisasi, yang berkat teknologi dan
transportasi membuat umat manusia hidup dalam sebuah desa buwana,
manusia akan semakin intim dan mendalam me-ngenal satu sama lain, tetapi
sekaligus juga lebih mudah terbawa kepada penghadapan dan konfrontasi
langsung. Maka dari itu sangat diperlukan sikap-sikap saling pengertian,
dengan kemungkinan mencari dan menemukan titik kesamaan.56[14]

Keberagamaan Islam yang dialogis dapat diwujudkan apabila umat


Islam tidak telalu menekankan pada truth claim. Terdapat beberapa macam
bentuk dialog, yaitu:

a. Dialog internal antara sesama umat Islam

b. Dialog eksternal antara umat Islam dengan umat beragama lain,

c. Dialog antara Islam dengan berbagai perkembangan ilmu pengetahuan


dan budaya kontemporer

d. Dialog antara umat Islam dengan berbagai persoalan aktual yang


menyangkut umat Islam sendiri maupun umat manusia pada umumnya.

Dengan keberagamaan semacam ini diharapkan umat Islam dapat


menjawab tantangan zaman dan dapat memberikan sumbangannya bagi

55[13] Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 59.

56[14] Sholihan, Muhammad Arkoun dan Kritik Nalar Islam, (Semarang: Walisongo
Press, 2009), hlm. 118.
peradaban masa depan umat manusia yang cenderung pluralistik dan
globalistik.57[15]

C. Kasus di Indonesia

Pemikiran Islam di Indonesia mempunyai tradisi yang cukup beragam,


yaitu ada tradisi yang diinspirasikan oleh pemikiran dari Barat dan ada tradisi
pemikiran Islam yang berkembang di dalam tradisi luar Barat dalam bentuk
pesantren atau tradisi yang terkait dengan sejarah intelektual di Timur Tengah.
Indonesia mencoba memperbaiki beberapa aspek kehidupan sebagai sumbangsih
adanya semangat kebangkitan Islam

1. Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah akar yang digunakan untuk menopang


sebuah kebangkitan. Dengan cara merevivalisasi khasanah keilmuan masa
lalu, kurikulum 2013 hadir di Indonesia dengan wajah baru dengan adanya
hidden curriculum yang menyisipkan aspek spiritual dan sosial di segala
mata pelajaran.

2. Bidang Politik

Dalam kancah dunia perpolitikan Indonesia yang bercorak demokrasi


melahirkan adanya banyak partai (multi partai) yang digunakan masyarakat
sebagai penyalur aspirasi rakyat untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

3. Bidang Ekonomi

Menengok kondisi Indonesia saat ini yang dapat dikatakan menurun


dibandingkan lima tahun lalu, serta kekhawatiran akan kondisi masa depan,

57[15] Sholihan, Muhammad Arkoun dan Kritik Nalar Islam, (Semarang: Walisongo
Press, 2009), hlm. 126-128.
maka perancangan sistematis pembangunan menjadi sangat penting untuk
dilakukan. Semenjak GBHN dihapuskan, negara Indonesia mengalami
kebingungan arah pembangunan sebab saat ini Indonesia hanya bergantung
pada RJP.

Untuk menekan neraca ekonomi di Indonesia, oleh karena itu, jalan


satu-satunya yang diambil oleh Gubernur BI adalah dengan menekan pola
konsumsi masyarakat yang kebanyakan merupakan konsumsi barang-barang
impor. Cara pertama adalah dengan menaikkan Pajak Penghasilan atas
impor sebagaimana secara eksplisit.58[16]

4. Bidang Sosial dan Budaya

Keterkaitan antara agama dan budaya terejawantah dalam praktek


keberagamaan dalam konteks ruang dan waktu. Agama sebagai ajaran
universal dan budaya sebagai konteks lokal selalu berdialog melahirkan
kearifan-kearifan dalam berbagai kehidupan termasuk dalam relasi jender.
Tradisi kesetaraan akan penampakan bahwa pola relasi jender merupakan
semangat lokal tanpa meninggalkan spirit Islam.59[17] Misalnya: wanita
diberikan ruang gerak bebas untuk mengembangkan potensinya ikut serta
dalam membangun kemajuan Indonesia.

Jadi, apabila Indonesia ingin mengambil peran dalam kemajuan Islam


maka perlu memperhatikan seluruh komponen sistem skala nasional yang
disisipi nilai-nilai Islam.

58[16] Dewi wiwik, http://m.kompasiana.com/post/read/631625/1/sekilas-ekonomi-


indonesia-2014.html. di unduh pada hari Kamis, 19 Juni 2014 pada pukul 14.04 WIB.

59[17] M. Dawam Rahardjo, dkk, Pembaharuan Pemikiran Islam Indonesia, (Jakarta:


KEMI, 2011), hlm. 227-228.
IV. PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan dalam makalah Kebudayaan dan Kebangkitan Islam


Masa Depan dapat disimpulkan bahwa kemunduran Islam bermula dari
berkembangnya taqlid buta dikalangan umat Islam dan tidak lagi menggunakan
pemikiranya untuk melakukan ijtihad.

Usaha untuk membangkitkan kebudayaan masa depan, dalam berbagai


sektor diantaranya: bidang pendidikan (dengan membangun kembali paradigma
pendidikan dengan kembali belajar pada para penemu muslim dan memberikan
apresiasi Islam terhadap ilmu pengetahuan), bidang ekonomi (dengan
mempersiapkan strategi untuk meningkatkan perekonomiannya melalui upaya
rekayasa), bidang politik (dengan bekerjasama membangun pola perpolitikan
yang sehat) dan Sosial serta Budaya (dengan membangun budaya dialogis).

Banyak kasus yang terjadi di Indonesia dalam beberapa sektor yang menjadi
agen perubahan masa depan, yaitu: Bidang Pendidikan, Ekonomi, Sosial dan
Budaya dengan cara Islamisasi di semua sektor.

B. Saran

Demikianlah makalah ini pemakalah sajikan untuk pembelajaran


bersama, semoga dapat bermanfaat dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan
tentang Masa depan kebudayaan dan kebangkitan Islam. Pemakalah sarankan
agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan. Pemakalah
mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan baik dalam segi
tulisan, tanda baca, maupun kesalahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Asep Salahuddin.
http://regional.kompas.com/read/2013/01/23/01522330/Maulid-.Politik.Kenabian,
di unduh pada hari Kamis, 19 Juni 2014 pada pukul 11.44 WIB.

Asmuni, Yusran. 1996. Pengantar Studi Pemikiran dan Pembaharuan dalam Dunia
Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Qomar, Mujamil. 2012. Merintis Kejayaan Islam Kedua. Yogyakarta: Teras.

Rahardjo, M. Dawam, dkk. 2011. Pembaharuan Pemikiran Islam Indonesia. Jakarta:


KEMI.

Sholihan. 2009. Muhammad Arkoun dan Kritik Nalar Islam. Semarang: Walisongo Press.
Widjan, Aden, dkk. 2007. Pemikiran & Peradaban Islam. Yogyakarta: Safiria Insani
Press.

Wiwik, Dewi. http://m.kompasiana.com/post/read/631625/1/sekilas-ekonomi-indonesia-


2014.html. di unduh pada hari Kamis, 19 Juni 2014 pada pukul 14.04 WIB.

Zuhairini, dkk. 1986. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.

Zuhairini, dkk. 1995. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Diposkan 7th August 2015 oleh Nur Syifafatul

Tambahkan komentar

4.

Aug

ITIBAR SANAD

ITIBAR SANAD
MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Naqd Al - Hadits

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M.A.

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Nur Syifafatul Aimmah(113111137)

Syahris Shidiq (113111145)

Wiwit Wardatul Fuadah (113111151)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 6D

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2014

I. PENDAHULUAN

Para sahabat Nabi SAW dan tabiin tidak pernah saling meragukan dalam
menerima hadits yang dituturkan oleh sahabat sesudah wafatnya beliau. Tetapi
keadaan ini berubah setelah adanya fitnah. Setelah saat itu, sikap para ulama dari
kalangan sahabat dan tabiin bersikap hati-hati dalam penuturan hadits dan tidak
menerima kecuali yang diketahui bagaimana jalan penuturan dan para tokoh penutur
(rawi), kecuali jika mereka merasa mantap dengan tingkat kehandalan dan
kejujurannya.60[1]

Di dalam kegiatan penelitian hadits, langkah ke-2 yang harus ditempuh adalah
dengan mencatat dan menghimpun seluruh sanad hadits untuk melakukan itibar.
Dalam kegiatan itibar untuk seluruh sanad hadits yang akan diteliti, sangat
diperlukan adanya pembuatan skema. Pembuatan skema dilakukan dengan tujuan
untuk mempermudah proses penelitian sanad hadits, dengan cara pembeberan
seluruh jalur sanad pada sebuah hadits. Hal ini untuk mengukur sejauh mana
tingkatan hadits tersebut, ditinjau dari segi kuantitas perawinya. Oleh karena itu
makalah ini akan mengulas beberapa hal mengenai pengertian itibar sanad, teknik
dan praktek pembuatan skema sanad.

60[1] Musthafa Al-SibaI, Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hlm. 56.
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Itibar Al Sanad

Kata al-itibar ( )merupakan masdar dari kata ( itabaro). Menurut


bahasa, arti al-itibar adalah peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud
untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis. Menurut istilah ilmu hadits, al-
itibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadits tertentu,
yang hadits itu pada bagian sanad-nya tampak hanya terdapat seorang periwayat
saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat
diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad
dari sanad hadits dimaksud.61[2]

Sanad secara bahasa berarti al-mutamad (), yaitu yang diperpegangi


(kuat) atau bisa dijadikan pegangan atau dapat juga diartikan:





Yaitu sesuatu yang terangkat (tinggi) dari tanah.

Secara terminologis, definisi sanad ialah:










Sanad adalah jalannya matan, yaitu silsilah para perawi yang
memindahkan (meriwayatkan) matan dari sumbernya yang pertama.62[3]

61[2] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 51.

62[3] Sohari Sahrani,Ulumul Hadits, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 129-130.
Kata Sanad menurut bahasa adalah sandaran, atau sesuatu yang kita
jadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena hadis besandar kepadanya. Yang
berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti al-isnad
(menyandarkan, mengembalikan ke asal, dan mengangkat), al-musnid (hadits
yang disandarkan atau diisnadkan oleh seseorang), dan al-musnad (nama bagi
hadis marfu dan muttashil).63[4] Menurut Istilah ahli hadits, sanad ialah jalan
yang menyampaikan kita kepada matan hadits.64[5]
Dalam istilah ilmu hadits, itibar al-sanad didefinisikan sebagai:
menyertakan jalur atau sanad-sanad hadits tertentu yang tampak hanya
diketahui satu rawi saja, agar diketahui apakah ada rawi lainnya dalam riwayat
hadits tersebut baik ia meriwayatkan secara lafdhi atau maknawi, dalam jalur itu
sendiri atau dari jalur sahabat yang lain, ataukah tidak ditemukan sama sekali
dalam riwayat tersebut jalur lain yang meriwayatkan baik secara lafdhi maupun
maknawi.65[6]

Dalam studi hadits persoalan sanad dan matan merupakan dua unsur
penting yang menentukan keberadaan dan kualitas suatu hadits sebagai sumber
otoritas ajaran Nabi Muhammad SAW. Kedua unsur itu begitu penting artinya,
dan antara satu dengan yang lain saling berkaitan erat, sehingga kekosongan
salah satunya akan berpengaruh, dan bahkan merusak eksistensi dan kualitas
suatu hadits. Karenanya, seperti disebutkan, suatu berita yang tidak memiliki
sanad tidak dapat disebut hadits; demikian sebaliknya matan yang sangat
memerlukan keberadaan sanad.

63[4] Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
hlm.45-46.

64[5] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 147.

65[6] A. Hasan Asyari UlamaI, Melacak Hadis Nabi SAW : Cara Cepat Mencari Hadis
dari Manual Hingga Digital, (Semarang: RaSAIL, 2006), hlm. 20-21.
Karena suatu sumber berurusan dengan sanad dan matan, di samping juga
persoalan detailnya seperti : dari siapa sesungguhnya hadits diterima, siapa yang
membawanya sehingga terhubung kepada Nabi Muhammad SAW; juga keaslian
sumber (sanad serta matan) yang telah dibawanya. Hadits yang asli diterima dari
Nabi Muhammad SAW, dengan mata rantai periwayat dan materi yang diterima
secara meyakinkan merupakan maksud utama studi, sedang yang tidak asli
menjadi jelas ketidakasliannya.66[7]

Dengan dilakukannya al-itibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh


jalur sanad hadits yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya dan
metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang
bersangkutan. Jadi kegunaan al-itibar adalah untuk mengetahui keadaan sanad
hadits seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung (corroboration)
berupa periwayat yang berstatus mutabi atau syahid. Melalui al-itibar dapat
diketahui apakah sanad hadits yang diteliti memiliki mutabi dan syahid ataukah
tidak.67[8]

B. Teknik Pembuatan Skema Sanad

Tujuan dari langkah Itibar al-sanad adalah untuk mengetahui ada atau tidak
adanya pendukung (Corroboration) baik yang berstatus Muttabi ataupun
Syahid. Mutabi: Periwayat yang berstatus pendukung bukan dari kalangan
sahabat sedangkan Syahid: Periwayat yang berstatus pendukung berkedudukan
sebagai sahabat Nabi. Guna memudahkan proses pembacaan terhadap jaringan
para rawi dari hadits yang sedang diteliti, disusunlah skema sanad dari masing-

66[7] M. Erfan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan al-Sunnah, (Jakarta:Kencana,


2003), hlm. 174.

67[8] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 52.
masing mukharrij, kemudian dilakukan penggabungan dari seluruh jalur sanad (9
jalur dari 6 mukharrij).

Untuk pembuatan skema sanad ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain:

1. Proses penyusunan diawali dari mukharrij hingga Nabi SAW.

2. Setiap tingkatan diberi kode.

3. Pembuatan skema diawali secara tunggal, baru dilakukan penggabungan.

4. Pembuatan jalur seluruh sanad secara jelas (garisnya jelas).

5. Nama-nama periwayat dalam keseluruhan jalur sanad harus cermat.

6. Shighat tahammul wa ada al-hadits ditempatkan disebelah garis.

7. Dilakukan pengecekan ulang setelah selesai penyusunan.68[9]

Untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan al-itibar,


diperlukan pembuatan skema untuk seluruh sanad bagi hadits yang akan diteliti.
Dalam pembuatan skema, ada tiga hal penting, yakni:

1. Jalur seluruh sanad; artinya dalam melukiskan jalur-jalur sanad, garis-


garisnya harus jelas sehingga dapat dibedakan antara sanad yang satu dan
jalur sanad yang lainnya.

2. Nama-nama periwayat untuk seluruh sanad; artinya nama-nama periwayat


yang dicantumkan dalam skema sanad harus cermat sehingga tidak
mengalami kesulitan ketika dilakukan penelitian melalui kitab-kitab rijal
terhadap masing-masing periwayat. Meliputi seluruh nama, mulai dari

68[9] A. Hasan Asyari UlamaI, Melacak Hadis Nabi SAW : Cara Cepat Mencari Hadis
dari Manual Hingga Digital, (Semarang: RaSAIL, 2006), hlm. 21.
periwayat pertama, yakni sahabat Nabi yang mengemukakan hadits, sampai
mukharrij-nya, misalnya al-Bukhari atau Muslim.

3. Metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat; sebab


metode yang dipergunakan oleh masing-masing perawi itu beragam, sehingga
pencantuman kode-kode periwayatan hadis dalam skema harus dilakukan
secara cermat dan hati-hati.69[10]

C. Praktek Pembuatan Skema Sanad

1. Contoh untuk sanad dari seorang mukharrij

Contohnya hadits yang berbunyi atau yang semakna


dengan itu. Dalam melakukan penelitian hadis ini, yang harus dilakukan lebih
dahulu adalah melacaknya dari berbagai macam kitab koleksi para kolektor
hadis, diantaranya adalah pada kitab-kitab sebagai berikut:

a. Muslim dalam Shahih Muslim, Juz 1 halaman 69.


b. Abu Daud dalam Sunan Abi Daud, Juz I, halaman 297, dan Juz IV,
halaman 123.
c. At-Turmuzi dalam Sunan al-Turmudzi, Juz III, halaman 317-318.
d. An-NasaI dalam Sunan Al-Nasai, Juz VIII, halaman 111-112.
e. Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah, Juz I, halaman 406 dan Juz II,
halaman 1330.
f. Ahmad bin Hambal dalam Musnad Ahmad, Juz III, halaman10, 20, 49, 52-
53 dan 92.70[11]
Berikut ini dikemukakan riwayat hadits yang mukharrij-nya Muslim:

69[10] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 52-53.

70[11] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 54.

.. ,

.




,
: .
: . .

: . : .

.

:


[12] ) )
71

(Imam Muslim berkata) telah menyampaikan berita kepada kami


(dengan metode as-sama) Abu Bakar bin Abi Syaibah (yang dia menyatakan
bahwa) Waki telah menyampaikan berita kepada kami (dengan metode as-
sama, berita itu berasal) dari Sufyan. Dan (Imam Muslim juga berkata
bahwa) telah menyampaiakn berita kepada kami (dengan metode as-sama)
Muhammad bin Jafar telah menyampaikan berita kepada kami (dengan
metode as-sama, yang berita itu berasal) dari Syubah. Keduanya (yakni
Sufyan dan Syubah menerima berita) dari Qais bin Muslim (yang berita itu
berasal) dari Tariq bin Syihab. Dan (lafal) hadits ini (berdasarkan riwayat
melalui sanad) Abu Bakar (bin Abi Syaibah, yakni bahwa Tariq bin Syihab)
berkata: orang yang mula-mula memulai dengan khutbah pada hari raya
sebelum shalat ialah Marwan (bin Hakam). Maka seseorang berdiri dan
berkata: Shalat (harus dilaksanakan) sebelum khutbah. Orang tadi berkata
lagi: telah ditingggalkan apa yang seharusnya dilakukan. Abu Said (al-
Khudri) menyatakan: adapun masalah (shalat dan khutbah hari raya) ini
sesungguhnya telah ada ketetapan padanya. Saya telah mendengar
Rasulullah bersabda: Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran,
maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; bila tidak mampu
(mengubah dengan tangan) maka (hendaklah mengubahnya) dengan
lisannya, dan bila tidak mampu juga (mengubah dengan lisannya) maka
(hendaklah mengubahnya) dengan hatinya. Dan yang demukian itu selemah-
lemahnya iman.

Kutipan riwayat hadits di atas diawali dengan , yang menyatakan kata


itu adalah Imam Muslim, yakni Muslim bin Hajjaj al-Qusyaeri al-Naisaburi
(wafat 261 H / 875 M), penyusun kitab Shahih Muslim. Karena Muslim

71[12] Thobi Ali Nufqhah, Shahih Muslim Juz I, (Bandung: Syirkah Al-Maarif Li ThabI
Wan Nasyr, tt), hlm. 69.
sebagai mukharijul hadits, maka beliau dalam hal ini berkedudukan sebagai
periwayat terakhir untuk hadits yang dikutip.
Dalam mengemukakan riwayat, Imam Muslim menyandarkan riwayatnya
kepada dua periwayat sebelumnya, yakni Abu Bakar bin Abi Syaibah dan
Muhammad bin al-Musanna. Kedua periwayat tersebut dalam ilmu hadits
disebut sebagai sanad pertama. Dengan demikian, maka sanad terakhir untuk
riwayat hadits di atas adalah Abu Said al-Khudri, karena beliau sebagai
sahabat Nabi yang berstatus sebagai pihak pertama yang menyampaikan
riwayat hadits tersebut. Berikut ini urutan periwayatan dan sanad untuk hadits
di atas:

Nama Periwayat Urutan sebagai Urutan sebagai


Periwayat Sanad
1. Abu Said Periwayat I Sanad VI
2. Tariq bin Syihab Periwayat II Sanad V
3. Qais bin Muslim Periwayat III Sanad IV
4. Sufyan Periwayat IV Sanad III
5. Syubah Periwayat IV Sanad III
6. Waqi Periwayat V Sanad II
7. Muhammad bin Jafar Periwayat V Sanad II
8. Abu Bakr bin Abi Syaibah Periwayat VI Sanad I
9. Muhamamad bin al-Musanna Periwayat VI Sanad I
10. Muslim Periwayat VII (Mukharrijul hadits)
Dari daftar nama di atas tampak jelas bahwa periwayat yang keempat
sampai dengan keenam atau sanad pertama sampai ketiga, masing-masing dua
orang, sedangkan mulai periwayat pertama sampai dengan ketiga, atau sanad
keempat sampai dengan sanad terakhir (keenam), masing-masing hanya
seorang diri. Garis skema mulai bercabang setelah melalui Qais bin Muslim.
Selain kedua sanad, masih ada sebuah sanad Muslim melalui Abu Kuraib
Muhammad bin al-Ala; bunyi matan-nya hanya dinyatakan sebagai sama
dengan hadits yang ber-sanad Syubah dan Sufyan di atas. Dari uraian di atas
maka dapatlah dikemukakan skema sanad hadits riwayat Muslim tentang
mengatasi kemungkaran sebagai berikut:

Untuk memberikan gambaran bandingan tentang skema sanad Muslim,


berikut ini dikemukakan kutipan riwayat hadits yang semakna yang
diriwayatkan oleh at-Turmuzi yang termuat dalam Sunan at-Turmuzi, Juz III,
halaman 317-318:





:
. : .


: :
.
:

.





) )


:

....

Lafal matn hadits riwayat at-Turmuzi terdapat perbedaan sedikit bila dibandingkan
dengan lafal matn riwayat Muslim. Perbedaan itu terjadi karena dalam periwayatan
hadits, terjadi adanya periwayatan makna. Gambar skema sanad hadis riwayat at-
Turmuzi tentang mengatasi kemungkaran sebagai berikut:
2. Contoh untuk sanad dari sejumlah mukharrij
Dalam rangka al-Itibar untuk semua sanad hadits yang telah di-takhrij dibuat
skemanya, maka seluruh skema sanad dari seluruh mukharrij di gabung
menjadi satu skema.
Dengan memperhatikan skema tersebut, terlihat posisi masing-masing
periwayat dan lambang-lambang periwayatan yang digunakan mudah dikenali
dengan baik.72[13]

III. PENUTUP

A. Simpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan


Itibar al-sanad berarti menyertakan sanad-sanad hadits tertentu yang tampak
hanya diketahui satu rawi, untuk mengetahui rawi lainnya dalam riwayat hadits
tersebut baik ia meriwayatkan secara lafdhi atau maknawi. Fungsi al-itibar
adalah untuk mengetahui keadaan sanad hadits seluruhnya dari ada atau tidak
adanya pendukung. Melalui al-itibar dapat diketahui sanad hadits yang diteliti
memiliki mutabi dan syahid ataukah tidak.

Teknik pembuatan skema sanad, ada tiga hal penting yakni: jalur seluruh
sanad; nama-nama periwayat untuk seluruh sanad; dan metode periwayatan
yang digunakan oleh masing-masing periwayat. Contoh pembuatan skema hadits
ada dua yaitu contoh untuk sanad dari seorang mukharrij dan contoh untuk sanad
dari sejumlah mukharrij.

B. Saran

72[13] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), hlm. 56-63.
Demikianlah makalah ini pemakalah sajikan, semoga dapat bermanfaat dan
menjadi tambahan ilmu pengetahuan tentang Itibar al-Sanad. Pemakalah
sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan.
Pemakalah mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan baik
dalam segi tulisan, tanda baca, maupun kesalahan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-SibaI, Musthafa. 1993. Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2002. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Ismail, M. Syuhudi. 1992. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang.

Nufqhah, Thobi Ali. tt. Shahih Muslim Juz I. Bandung: Syirkah Al-Maarif Li ThabI
Wan Nasyr.

Sahrani, Sohari. 2010. Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia.

Soebahar, M. Erfan. 2003. Menguak Fakta Keabsahan al-Sunnah. Jakarta:Kencana.

Suparta, Munzier. 2003. Ilmu Hadis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

UlamaI, A. Hasan Asyari. 2006. Melacak Hadis Nabi SAW : Cara Cepat Mencari
Hadis dari Manual Hingga Digital. Semarang: RaSAIL.
!!!!!Mari praktek membuat skema sanad









) (
BIODATA PEMAKALAH

Nama: Nur

Syifafatul Aimmah
NIM : 113111137
Jurusan : PAI
TTL : Kendal, 24 Februari 1992
Pend. : MI Ianatusshibyan (2004)
: MTs NU Nurul Huda (2007)
: MA NU Nurul Huda (2010)
: IAIN Walisongo Semarang
Alamat :Tegalirik Mangkangkulon RT01/V Tugu,
Semarang
No. telp : 089670575542
Email : na_czifa24@yahoo.com &
nsa_syifa24@yahoo.co.id
Bloger : http://czifa24.blogspot.com/

Nama :

Syahris Shidiq
NIM : 113111145
Jurusan : PAI
TTL : Demak, 12 November 1992
Pend. : MI Nahdlatusy Syubban Sayung
: MTs Nahdlatusy Syubban Sayung
: SMA N 3 Demak
: IAIN Walisongo Semarang

Alamat : Purwosari Rt.02 Rw.05 Sayung Demak

No.Telp : 085842269692

E-mail : syahrishidiq@yahoo.co.id
Nama :

Wiwit Wardatul Fuaddah

NIM : 113111151

Jurusan : PAI (Pendidikan Agama Islam)

TTL : Tegal, 28 Desember 1992

Pend. : TK Masitoh Bojong

: SD Negeri Buniwah 2

: MTs N Model Babakan Lebaksiu Tegal

: SMA Negeri 3 Slawi Tegal

Alamat : Jl. Buniwah-Bojong, Tegal

No Telp : 085640163495

E Mail : wiwit_wF22@yahoo.com

Facebook : wiwweet bubbygirl

Diposkan 7th August 2015 oleh Nur Syifafatul


0

Tambahkan komentar

5.

Aug

Proposal Penelitian

PENANAMAN NILAI - NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEJAK DINI

DI KB KHODIJAH 01 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Pelajaran : Metodologi Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu : Agus Sutiyono, M.Ag., M.Pd


Disusun oleh :

NUR SYIFAFATUL AIMMAH

NIM : 113111137

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2014

PROPOSAL PENELITIAN

Judul : PENANAMAN NILAI - NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEJAK


DINI DI KB KHODIJAH 01 SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2014/2015
Penulis : Nur Syifafatul Aimmah
NIM : 113111137
Program Studi : Pendidikan Agama Islam

A. Latar Belakang Masalah


Di zaman globalisasi yang penuh dengan tantangan ini, nampaknya pendidikan
semakin berat dengan adanya tuntutan masyarakat modern yang semakin komplek.
Dampaknya pendidik harus mengikuti laju perkembangan zaman yang semakin
kreatif dan dinamis, namun tetap mempertahankan nilai-nilai Islami. Penanaman
nilai-nilai pendidikan agama Islam sangat diperlukan untuk anak sejak usia dini.
Dengan pandangan semakin maraknya kenakalan remaja, pergaulan bebas,
pengonsumsian barang-barang haram, sex bebas dan rusaknya moral bangsa ini
menjadikan keprihatinan yang sangat mendalam. Oleh karena itu, agar tidak semakin
tertinggal, terpuruk dan tergerus oleh zaman, pendidik perlu menanamkan nilai-nilai
pendidikan agama Islam sejak dini agar keimanan anak menjadi kuat dan kokoh.
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan Islami yang mempunyai
karakteristik dan sifat keislaman, yakni pendidikan yang didirikan dan
dikembangkan di atas dasar ajaran agama Islam. 73[1] Dari semua agama di dunia,
Islam merupakan satu-satunya agama samawi yang benar dan diridhai oleh Allah
SWT, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup manusia hingga akhir zaman. Sebagai
agama yang diharapkan menjadi tuntunan hidup, Islam telah sempurna dan
mencakup segala yang dibutuhkan oleh manusia.74[2]
Islam menyatakan bahwa manusia lahir di dunia membawa pembawaan yang
disebut fitrah. Fitrah ini berisi potensi untuk berkembang berupa keyakinan
beragama, perilaku untuk menjadi baik ataupun buruk yang kesemuanya harus
dikembangkan agar ia tumbuh secara wajar sebagai hamba Allah SWT. Di samping
keturunan Islam juga menekankan kepada pendidikan dan usaha diri manusia untuk
mencapai pertumbuhan yang optimal. Dengan demikian menurut Islam
perkembangan kehidupan manusia ditentukan oleh pembawaan, lingkungan dan

73[1] Muhammad As Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,


2011), hlm. 10.

74[2] Agus Susanto, Islam Itu Sangat Ilmiah : Mengungkap Fakta-Fakta Ilmiah dalam
Ajaran-Ajaran Islam, (Jogjakarta: Najah, 2012), hlm. 14.
usaha manusia itu sendiri dalam mengusahakan perkembangannya.75[3] Seiring
dengan konsep tersebut, penyelenggaraan pendidikan pada usia dini sangat
diperlukan untuk membentuk potensi yang telah ada dapat tumbuh secara optimal.
Pendidik diharapkan dapat lebih kreatif serta dinamis dalam menyikapi
perkembangan pendidikan zaman sekarang.
Imam Al-ghazali berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan membawa fitrah
yang seimbang dan sehat. Kedua orangtuanyalah yang memberikan agama kepada
mereka. Demikian pula anak dapat terpengaruh dan mempelajari sifat-sifat yang
buruk dari lingkungan yang dihidupinya, dari corak hidup yang memberikan peranan
kepadanya dan dari kebiasaan yang dilakukannya.76[4]



:





)
( )

[5] (
77

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW, bersabda, tidak ada
seorang anakpun yang dilahirkan, kecuali yang keadaan fitrah (keimanan
terhadap tauhid), orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang yahudi atau
nasrani atau majusi, sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang
sempurna. Apakah kau melihatnya buntung? kemudian Abu Hurairah membacakan
ayat-ayat suci ini: (tetaplah atas) fithrah Allah yang menciptakan fithrah manusia
menurut fithrah itu. (hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama

75[3] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm.
113-114.

76[4] Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembang Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2008), hlm. 10.

77[5] Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul latif Al-Zubaidi, Sahih Bukhori Jilid 1,
(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1994), hlm. 154.
yang benar (Diriwayatkan oleh Muhammad bin Ismail Al-Bukhori dalam kitab
Janaiz)78[6]

Hadits tersebut menjelaskan tentang seorang anak dilahirkan dalam keadaan


fitrah kemudian tergantung orang tuanya yang menjadi penentu masa depan
mereka.79[7] Anak merupakan amanah yang diberikan Allah kepada orang tua dan
kewajiban orang tua adalah menjaga keselamatan anak baik lahir maupun batin.
Sebagai bentuk tanggung jawab orang tua dalam mengemban amanah dari Allah
dengan memberikan anak pendidikan dan pengajaran yang dapat mengantarkan pada
keselamatan dunia Akhirat.80[8] Dengan demikian, orang tua berkewajiban untuk
membekali sang anak dengan pendidikan serta pengajaran yang sesuai dengan
syariat Islam.
Dalam setiap keluarga memiliki keinginan bahwa seorang anak yang Allah
SWT titipkan dapat tumbuh kembang menjadi anak yang pandai, cerdas, rajin, baik,
berakhlaqul karimah, beriman serta bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa. Tidak
ada keluarga yang mengharapkan anak tersebut tumbuh menjadi anak yang nakal,
jahat, memiliki akhlaq tercela dan jauh dari nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Harapan yang baik itu dapat terwujud dengan kesadaran bahwa begitu pentingnya
sebuah pendidikan agama Islam bagi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu,
tanggung jawab orang tua untuk mendidik, memberi contoh yang baik serta
mengarahkan anak untuk mengenyam pendidikan agama sehingga menjadi generasi
Islami yang berpotensi, bermartabat serta berakhlaq.
Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan
pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan yang pertama (masa
anak) dari umur 0 sampai 12 tahun. Seorang anak yang pada masa anak itu tidak
mendapat pendidikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan,

78[6] Imam Az-Zabidi, Mukhtashor Shohih Al-Bukhori, (Bandung: Mizan, 2001), hlm.
273.

79[7] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadits, (Bandung: Sinar Baru,
1993), hlm. 670.

80[8] Musa Kasim, 40 Hadits Telaah Hadits-Hadits Mistis dan Akhlak. Terj. Syarh Al-Arbain
Haditsan, (Bandung: Mizan Media Utama, 2004), hlm. 208.
maka nanti setelah dewasa ia akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama.
Seyogianya agama masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan pertumbuhan
pribadinya, yaitu sejak lahir, bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan.
Hubungan anak dengan orang tua, juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan
agama anak.81[9]
Jadi, tahapan awal untuk menumbukan sikap, perilaku, keyakinan serta pribadi
beragama dalam masa perkembangan anak dengan usaha menanamkan nilai-nilai
pendidikan agama Islam sejak dini pada anak usia dini. Pola pengasuhan.
pembimbingan, pendidikan serta hubungan orangtua dengan anak sangat
mempengaruhi masa dewasa sang anak.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk beragama.
Namun, keberagamaan memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang
secara benar. Untuk itu, anak memerlukan tuntunan dan bimbingan sejalan dengan
tahap perkembangan yang mereka alami.82[10]
Memahami konsep keagamaan berarti memahami sifat agama pada anak. Ide
keagamaan pada anak hampir sepenuhnya autoritarius, maksunya konsep keagamaan
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka. Orang tua mempunyai pengaruh
terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang di miliki. Dengan demikian,
ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka
yang dipelajari dari para orang tua maupun guru mereka.83[11]
Dalam fase kanak-kanak ini, merupakan saat yang tepat untuk menanamkan
nilai keagamaan. Anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang
telah ia saksikan ketika berhubungan dengan orang disekelilingnya. Dalam
pergaulan inilah ia mulai mengenal Tuhan melalui ucapan dan tingkah laku orang
disekelilingnya. Anak pada usia ini belum mempunyai pemahaman dalam
melaksanakan ajaran Islam, tetapi di sinilah peran orang tua dalam memperkenalkan

81[9] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 58-60.

82[10] Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2008), hlm. 53.

83[11] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm.
70.
dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan agama sekalipun sifatnya hanya
meniru.84[12]
Oleh sebab itu, pengondisian lingkungan, keluarga serta masyarakat sekitar
harus terarah pada dukungan positif demi terwujudnya lingkungan yang agamis.
Dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini pada anak usia
dini, seorang pendidik harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan
keagamaannya. Selain itu, dalam hal ini peran orang tua dan keluarga sangat besar
dalam membantu terwujudnya penanaman nilai-nilai pendidikan agama pada sang
anak. Karena keluarga adalah ruang lingkup pertama yang di jumpai sang anak untuk
memperoleh pengetahuan, pemahaman serta mengenal lingkungan sekitar.
Alm. Prof. DR. Achmadi, M. Ag, Guru Besar IAIN Walisongo Semarang
menegaskan bahwa seorang guru pendidikan agama Islam dituntut pertanggungan
jawab dalam mendidik dan mengembangkan kepribadian anak sehingga mampu
menghadirkan manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri iman dan takwa, berbudi
luhur sesuai ajaran Islami.85[13]
Dalam konteks penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam di sekolah, guru
merupakan orang yang paling dekat dengan siswa setelah kedua orang tuanya. Guru
merupakan teladan yang paling ideal bagi seorang anak, karena dengan mudah
perilaku mereka dapat mempengaruhi siswanya hingga tingkat yang lebih luas dari
pada yang dapat dilakukan oleh orang lain. Dalam proses pembelajaran pada anak
usia dini masih ditemukan gejala rendahnya penanaman nilai-nilai pendidikan agama
Islam. Padahal bekal untuk membentengi anak dari pengaruh luar yang dapat
merusak moral adalah dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan agama sejak dini.
Oleh sebab itu, nilai-nilai pendidikan agama Islam perlu ditanamkan sejak dini
dengan optimal. Dengan harapan penerus bangsa kelak menjadi generasi yang
memiliki bekal ilmu yang berkualitas serta iman yang kuat dan kokoh.

84[12] Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustakan Rizki Putra,
2012), hlm. 30.

85[13] Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya


Media, 2002), hlm. 90.
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul dari benak peneliti ingin meneliti
tentang Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Sejak Dini Di KB
Khodijah 01 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada penanaman nilai-nilai
pendidikan agama Islam sejak dini. Oleh sebab itu, masalah tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perkembangan keagamaan siswa KB Khodijah 01 Semarang tahun


pelajaran 2014/2015 setelah ditanamkannya nilai-nilai pendidikan agama Islam?

2. Apakah dengan penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini di Khodijah 01
Semarang tahun pelajaran 2014/2015 dapat memperkokoh keimanan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan dari adanya
penelitian penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini adalah:

a. Untuk mengembangkan keagamaan siswa KB Khodijah 01 Semarang tahun


pelajaran 2014/2015 dengan penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam.
b. Untuk memperkokoh keimanan melalui penanaman nilai-nilai pendidikan
agama Islam sejak dini di KB Khodijah 01 Semarang tahun pelajaran
2014/2015.

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini di KB


Khodijah 01 Semarang tahun pelajaran 2014/2015, diharapkan dapat dipetik beberapa
manfaat antara lain:
a. Bagi penulis: sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam
menanamkan pendidikan agama Islam sejak dini pada anak sebagai calon guru.
b. Bagi siswa: dapat dijadikan sebagai motivasi memahami nilai-nilai pendidikan
agama Islam untuk memperkokoh keimanan dan ketaqwaan anak.
c. Bagi guru-guru KB Khodijah 01 khususnya: dapat menjadi bahan dasar dalam
menyusun rencana pembelajaran kedepan yang sesuai untuk memperkokoh
keimanan dan ketaqwaan anak.
d. Bagi sekolah: dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu,
bahan laporan atau pedoman mengambil kebijakan tentang penanaman nilai-
nilai pendidikan agama Islam dalam proses pembelajaran.
e. Bagi masyarakat : sebagai sumbangan pemikiran ilmiah yang dapat membantu
mengurangi dampak adanya kenakalan remaja yang mencemaskan masyarakat.

D. Kajian Pustaka
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada hasil penelitian
yang ada tentang penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sudah ada, namun
untuk penelitian yang menitik beratkan pada penanaman keagamaan anak sejak dini
belum ada yang mengkajinya. Beberapa dasar rujukan dalam penelitian ini antara
lain:
Skripsi Andriyani NIM. 084001115 STAIN Jember yang berjudul Peranan
Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak di
Desa Buduan Kecamatan Suboh Kabupaten Situbondo Tahun 2004. Skripsi tersebut
membahas tentang peranan keluarga di Desa Buduab Kecamatan, yang memiliki
perhatian dan peran cukuplah besar terhadap pendidikan Islam. Hal ini dibuktikan
dengan adanya bentuk arahan, motivasi, serta latihan-latihan yang dilakukan oleh
orang tua terhadap anak-anaknya secara telaten dan sabar.
Thesis Abu Hasan Agus R. NIM. 09261008 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang berjudul Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia
Dini Melalui Metode Bercerita Di Taman Kanak-Kanak Bina Anaprasa Nurul Jadid
Paiton Probolinggo. Thesis tersebut membahas tentang proses pendidikan pada TK
Bina Anaprasa Nurul Jadid yang menggunakan metode bercerita menjadi fokus bagi
peneliti untuk dijadikan obyek penelitian, dengan melihat perkembangan anak didik.
Skripsi Faridlatunnikmah yang berjudul Upaya Guru Dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak Penyandang Autis Di Sekolah Autis
River Kids Malang. Skripsi tersebut membahas tentang upaya seorang guru dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak penyandang autis di
sekolah autis River Kids Malang. Untuk mengetahui problematika dan kendala guru
dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Skripsi Eko Wiyono NIM. 01470727 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijogo
Yogyakarta 2008 yang berjudul Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Siswa TKIT
Baitussalam 2 Cangkringan Sleman. Skripsi tersebut membahas tentang tujuan
menumbuhkembangkan rasa agama anak secara optimal sehingga terbentuk perilaku
dan kemampuan dasar sesuai tahapan perkembangannya sehingga nantinya memiliki
kesiapan dan memasuki usia berikutnya.
Dari keempat penelitian tersebut, menurut saya belum ada yang menekankan
pada penanaman nilai-nilai keagamaan sejak dini sebagai bekal untuk meningkatkan
ketaqwaan sehingga anak mempunyai keimanan yang kuat dan kokoh. Oleh sebab
itu signifikansinya ingin peniliti temukan. Dalam penelitian ini anak diajak untuk
mengetahui dan memahami tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam sebagai
landasan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di era globalisasi ini.
Disamping itu anak juga diajak untuk belajar sambil bermain dengan nuansa Islami
dengan bahasa serta tutur kata yang berakhlakul karimah.

E. Kajian Teori
1. Definisi Penanaman Nilai - Nilai

Penanaman merupakan sebuah upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk


mengembangkan dan memajukan. Sedangkan nilai adalah sifat - sifat atau hal hal yang
penting dan berguna bagi hidup manusia.86[14] Sebuah nilai itu praktis, efektif dalam
jiwa, tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat. 87[15] Nilai
merupakan sebuah kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan. 88[16]
Jadi, nilai dapat berarti sebagai suatu yang abstrak, yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia sebagai penyemangat. Maka dari itu, dengan ditanamkannya nilai-nilai
86[14] W.JS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999), hlm. 677.

87[15] Muhaimin dan Abdul Mujid, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda
Karya, 1993), hlm. 110.
pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan agar keimanan anak menjadi
kuat dan kokoh.

2. Hakikat Pendidikan Agama Islam

Kata pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan Islam yaitu agama universal yang Allah perintahkan kepada seluruh manusia
dan imani Rosul-Rosulnya. Sebagaimana menurut Drs. Ahmad D. Marimba, bahwa
pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 89
[17]

Menurut Mortimer J. Adler, pendidikan adalah proses dengan mana semua


kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi
oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana
yang secara artistic dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau
dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik. Menurut
Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Touny al-Syaebani, Pendidikan Islam diartikan sebagai
usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan.

Hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan


pengertian Pendidikan Islam adalah Sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan
jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Hasil Rumusan Kongres se-
Dunia ke-II tentang Pendidikan Islam, melalui seminar tentang Konsepsi dan Kurikulum
88[16] Titus, M.S. Persoalan-Persoalan Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm.
122.

89[17] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 9.
Pendidikan Islam taun 1980, dinyatakan bahwa: Pendidikan Islam ditujukan untuk
mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui
latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan, dan pancaindra. Oleh karena
itu, Pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehiduan manusia, baik
spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya, bahasanya, baik
secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan
dan ke arah pencapaian kesempurnaan hidup.90[18]

Pendidikan Agama Islam, secara umum sama dengan pendidikan Islam, namun
dalam konteks UUSPN berarti mata pelajaran atau bidang studi agama Islam, sebagai
salah satu kurikulum wajib bagi peserta didik muslim.91[19] Pendidikan Agama Islam
atau bisa disebut sebagai pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya At Tarbiyatul Al
Islamiyah. Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang
diberikan seseorang kepada seseorang yang lainnya agar lebih berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran agama Islam.92[20]

Seluruh umat manusia wajib mengetahui tentang pendidikan agama Islam secara
keseluruhan, dengan tujuan untuk memantapkan keimanan dan ketaatan dalam
melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Sebagaimana dasar dari pendidikan
Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadits maka harus ada pemahaman yang universal di atas
kedua pilar ini yang dibangun sebagai konsep dasar pendidikan Islam. 93[21] Jadi,
pendidikan agama Islam merupakan sebuah usaha sadar dan terencana untuk

90[18] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010), hlm. 13-18.

91[19] Ahmad Ludjito, dkk, Guru Besar Bicara : Mengembangkan Keilmuan


Pendidikan Islam, (Semarang: Ra SAIL, 2010), hlm. 9-10.

92[20] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 32.

93[21] Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:


Rineka Cipta, 2009), hlm. 7.
mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran tentang agama Islam secara
Universal.

3. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam

Nilai-nilai pendidikan agama Islam merupakan suatu hal yang melekat pada
pendidikan yang dijadikan sebagai landasan atau dasar untuk mencapai sebuah tujuan
hidup manusia yaitu beribadah kepada Allah SWT. Nilai-nilai pendidikan agama Islam
ini sangat penting sekali, makanya perlu untuk ditanamkan mulai sejak dini pada anak
karena merupakan waktu yang sangat tepat dalam perkembangan anak.

Materi pendidikan yang harus ditanamkan pada saat ini, yaitu:

a. Pedidikan keimanan
Pendidikan keimanan merupakan pendidikan pertama dan utama yang
diberikan kepada anak sebelum pendidikan yang lain. Pendidikan ini
diharapkan dapat melandasi sikap tingkah laku dan kepribadiannya.
b. Pendidikan akhlakul karimah
Pendidikan akhlaq merupakan modal yang sangat penting dalam hidup
dan kehidupan. Akhlaq itu ruang lingkupnya amat sangat luas, mencakup
hubungan antar individu, individu dengan lingkungan, individu dengan sang
pencipta, bahkan individu dengan segala yang maujud.
c. Pendidikan ibadah
Pendidikan ini memiliki posisi yang amat penting bagi pendidikan anak.
Sehubungan dengan hal ini rasulullah memerintahkan kepada orangtua unttuk
mengajari anaknya mendirikan shalat apabila telah berumur 7 tahun, apabila
berumur 10 tahun meninggalkan shalat, maka supaya dipukul.
d. Pendidikan masyarakat
Pendidikan masyarakat merupakan hubungan anak dengan teman sebaya,
hubungan anak dengan yang lebih besar, hubungan anak dengan adiknya yang
masih kecil, hubungan dia dengan tetangga, bahkan hubungan dia dengan
manusia lain sebagai warga negara.

Adapun teknik pembinaannya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:


a. Pembiasaan.
b. Pembentukan pengertian, sikap dan minat.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk membimbing anak usia dini, yaitu:

a. Menjadi contoh (suri tauladan)


b. Pemberian tugas
c. Memberikan latihan kepada anak untuk melakukan ibadah, berakhlakul
karimah, sehingga mereka senang dan cinta dengan perbuatan tersebut.
d. Memberikan penjelasan, keterangan tentang sesuatu yang berkenaan dengan
ibadah dan perbuatan yang lain.
e. Bercerita tantang tokoh-tokoh yang berakhlak mulia dan pantas ditauladani.94
[22]

4. Hakikat Anak Usia Dini

Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1,


disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang
usia 0-6 tahun. Menurut kajian rumpun ilmu PAUD dan penyelengggaraannya, di
beberapa negara PAUD dilaksanakan sejak 0-8 tahun.

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), inteligensi (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak.95[23]

5. Definisi Pendidikan Anak Usia Dini

94[22] Nur Uhbiyati, Long Life Education, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm.
56-59.

95[23] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,


2012), hlm. 18-19.
Kata pendidikan merupakan terjemahan dari education, berasal dari kata dasar
educate yang bahasa Latinnya ialah educo. Educo berarti mengembangkan dari dalam;
mendidik; melaksanakan hukum kegunaan.96[24]

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah taman kehidupan bagi anak-anak.
Menjadikan hidup lebih baik, mengaitkan pelajaran dengan realitas merupakan
keniscayaan yang mesti dialami oleh anak-anak di PAUD. Pengalaman ini akan
menjadikan keberadaan anak di PAUD sungguh bermakna bagi tumbuh kembangnya kini
dan kehidupan di masa depan.97[25]

6. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Sejak Dini

Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan. Pada masa
ini, anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa.
Anak belum memiliki pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkungannya.
Dengan kata lain, orangtua maupun pendidik akan lebih mudah mengarahkan anak
menjadi lebih baik.

Perlakuan dan pendidikan di waktu kecil akan berpengaruh ketika dewasa nanti.
Imam Ghazali mengatakan bahwa seorang anak tergantung kepada orangtua dan anak
didiknya. Sebab, sejak awal hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang
amat berharga, sederhana, dan bersih dari gambaran apa pun. Jika seorang anak
menerima ajaran atau kebiasaan baik, anak akan menjadi baik. Sebaliknya, kalau anak
menerima ajaran dan kebiasaan jelek, anak akan menjadi jelek pula. 98[26] Sejalan dengan
hal itu, pendidikan agama Islam perlu untuk ditanamkan sejak dini untuk membentengi
96[24] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), hlm. 63

97[25] Nusa Putra & Ninin Dwilestari, Penelitian Kualitatif: Pendidikan Anak Usia
Dini, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 37.
keimanan dan ketaqwaan umat Islam agar kokoh dan kuat mulai dari akarnya. Karena,
pendidikan keagamaan pada masa kecil dapat berpengaruh pada keimanan ketika dewasa
nantinya.

F. Kerangka Berpikir
Dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam yang murni sesuai
dengan tuntunan syariat Islam diharapkan perkembangan keagamaan siswa KB
Khodijah 01 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 semakin meningkat, sehingga
benteng keimanan anak didik semakin kokoh dan kuat.
Penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sangat diperlukan dalam
memperbaiki moral dan bangsa ini. Untuk memberantas adanya kenakalan remaja
yang semakin marak dan firusnya telah menyebar ke berbagai pelajar Indonesia.
Maka untuk menanggulanginya diperlukan pendidikan keagamaan sejak dini.
Pada usia 0-6 tahun, anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh negatif dari
lingkungan luar, oleh sebab itu orangtua maupun pendidik akan lebih mudah
mengarahkan anak menjadi lebih baik. Karena apapun yang di tanamkan pada saat
kecil, maka ketika dewasa nanti tinggal menunggu buahnya saja (hasilnya). Dengan
adanya pengarahan yang baik sesuai dengan syariat Islam, hal itu dapat menjadi
motivasi dan suri tauladan yang baik pula bagi anak didik.
Jika dilakukan adanya penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak
dini di KB khodijah 01 Semarang, maka sikap dan keagamaan anak didik akan lebih
berakhlakul karimah, maka kenakalan remaja yang merabak dikalangan remaja
seperti saat ini akan semakin surut dan dunia masa depan akan jauh lebih baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam
sejak dini di KB Khodijah 01 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 merupakan
suatu proses belajar mengajar dimana didalamnya mempelajari tentang kepercayaan
hati dan pembenarannya terhadap rukun iman serta mempelajari segala tingkah laku
manusia yang tidak dibuat-buat dan perbuatan yang dapat dilihat dari sifatnya yang

98[26] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,


2012), hlm. 61.
tertanama jiwa, jahat ataupun buruknya dengan tujuan agar siswa dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan seseorang secara
sistematis untuk mendapatkan data dengan tujuan menjawab problem tertentu.
1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian kualitatif ini adalah KB Khodijah 01 Kelurahan Mangkangkulon


Kecamatan Tugu Kota Semarang tahun pelajaran 2014/2015, meliputi:

a. Kepala KB Khodijah 01 Semarang sebagai pengelola.


b. Guru kelas KB Khodijah 01 Semarang sebagai pendidik.
c. Tata usaha KB Khodijah 01 Semarang sebagai tenaga kependidikan.
d. Orang tua siswa KB Khodijah 01 Semarang
e. Anak didik KB Khodijah 01 Semarang

2. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat penelitian
Penelitian yang berjudul Penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam
sejak dini di KB Khodijah 01 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 ini akan
dilaksanakan pada kelompok belajar Khodijah 01 Kelurahan Mangkangkulon
Kecamatan Tugu Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah.
b. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun pelajaran 2014/2015
yaitu bulan Juli minggu ke dua tahun 2014.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang dan
jumlah namun juga meliputi objek, benda lain dan seluruh karakteristik atau sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu.99[27] Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari

99[27] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.


117.
populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara tertentu. 100[28] Jadi
sampel adalah keterkaitan, artinya sampel yang diambil harus mewakili populasi.

Pada penelitian ini dilaksanakan di KB Khodijah 01 Semarang, maka KB Khodijah


01 ini merupakan sebuah populasi. Dalam populasi tersebut terdiri dari pendidiknya,
tenaga kependidikannya, peserta didiknya, proses pembelajarannya, materi
pembelajarannya, sarana prasarananya, dan pembiyaaannya.

Sedangkan untuk menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik sampling


nonprobability sampling yaitu sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.101[29] Pada penelitian tentang
penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini pada anak di KB Khodijah 01
Semarang ini, titik tekannya pada penanaman nilai keagamaan sejak dinni pada anak.
Maka sampel sumber datanya adalah seluruh anak yang belajar di KB Khodijah 01
Semarang tahun 2014/2015.

4. Variabel

Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel juga dapat berarti
pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.102[30] Variabel merupakan sebuah
obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ilmiah. Adapun
variabel pada penelitian kualitatif ini merupakan variabel penelitian tunggal yaitu
penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini. Dengan variabel tersebut kita
akan dapat mengetahui perbedaan hasil yang terjadi setelah diterapkan. Jadi, dari variabel
itu nantinya akan ada sebuah variasi hasil yaitu dengan penanaman keagamaan tersebut
apakah akan mempengaruhi tumbuh kembang anak ke arah yang positif ataukah tidak.
100[28] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
cet-8, hlm. 121.

101[29] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.


124.

102[30] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet-8,
hlm. 133.
5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini, peneliti mencari data
langsung dilapangan dengan menggunakan tiga teknik, yaitu:

a. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu teknik pengambilan data dengan jalan
pengambilan keterangan secara tertulis tentang inventarisasi, catatan, transkrip
nilai, notulen rapat, agenda dan sebagainya.103[31] Peneliti mengumpulkan
segala macam bentuk data sumber informasi yang berhubungan dengan
dokumen (baik yang resmi maupun tidak resmi) yang akan diteliti.
Metode ini penulis gunakan untuk menggali data tentang bagaimana
pengaruh adanya penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini
untuk meningkatkan ketaqwaan serta sebagai bekal ilmu yang berkualitas
dengan iman yang kuat dan kokoh melalui data-data tertulis seperti absensi,
nilai tugas, nilai tindakan Islami pada proses pembelajaran di kelas, dan
dokumen berkaitan dengan catatan keagamaan yang dilakukan anak pada
proses pembelajaran.
b. Teknik Pengamatan (Observasi)
Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan
pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. 104[32]
Dalam teknik observasi ini, peneliti mengumpulkan data yang diperoleh lewat
pengamatan langsung dilokasi penelitian, berupa jenis informasi tertentu yang
diperoleh dengan baik. Peneliti mengamati dengan seksama kegiatan belajar
pada kelompok yang akan lebih di fokuskan pada perkembangan
keagamaannya.

6. Instrumen Penelitian

103[31] Ibnu Hajar , Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Jaya, 2000), hlm. 69.

104[32] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2003), hlm. 136.
Instrumen sebagai alat pengumpul data harus benar-benar dirancang dan dibuat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris. Dalam mengkaji hakikat instrumen
penelitian, sebaiknya peneliti memperhitungkan terlebih dahulu jenis data yang
diperlukan dalam penelitian.105[33] Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument
atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Oleh sebab itu peneliti sebagai instrument
harus divalidasi, meliputi: pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan teori
serta wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuki
obyek penelitian.106[34]

Pada penelitian tentang penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini
di KB Khodijah 01 Semarang tahun 2014, instrumen utamanya adalah peneliti. Namun
setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka akan dikembangkan instrumen penelitian
sederhana, dengan harapan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang
telah di temukan melalui observasi dan dokumentasi. Instrumen sederhana tersebut
berupa lembar observasi siswa untuk mengetahui sikap dan tingkah laku anak didik
ketika pembelajaran dan perubahan yang timbul setelah ditanamkannya nilai-nilai
pendidikan agama Islam. Selain itu peneliti juga dapat menggunakan format penilaian
untuk mengetahui perkembangan sikap dan kemampuan anak didik setelah pembelajaran
diterapkan.

H. Kepustakaan
Achmadi. 2002. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Aditya
Media.

Ahmad, Imam Zainuddin bin Abdul latif Al-Zubaidi. 1994. Sahih Bukhori Jilid 1.
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad. 1993. Syarah Mukhtaarul Ahaadits. Bandung: Sinar


Baru.

Arifin, Bambang Syamsul. 2008. Psikologi Agama. Bandung: CV. Pustaka Setia.
105[33] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
cet-8, hlm. 155.

106[34] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.


305.
Arifin, Muzayyin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

As Said, Muhammad. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.


Az-Zabidi, Imam. 2001. Mukhtashor Shohih Al-Bukhori. Bandung: Mizan.
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Daulay, Haidar Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.

Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Hajar , Ibnu. 2000. Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Gramedia


Pustaka Jaya.

Jalaluddin & Ramayulis. 1998. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kasim, Musa. 2004. 40 Hadits Telaah Hadits-Hadits Mistis dan Akhlak. Terj. Syarh
Al-Arbain Haditsan. Bandung: Mizan Media Utama.

Ludjito, Ahmad, dkk. 2010. Guru Besar Bicara : Mengembangkan Keilmuan


Pendidikan Islam. Semarang: Ra SAIL.

M.S, Titus. 1984. Persoalan-Persoalan Filsafat,. Jakarta: Bulan Bintang,.


Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhaimin dan Abdul Mujid. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda
Karya.

Nawawi, Hadari. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Purwadarminta, W.JS. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.
Putra, Nusa & Ninin Dwilestari. 2012. Penelitian Kualitatif: Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Raharjo. 2012. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Semarang: Pustakan Rizki Putra.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Susanto, Agus. 2012. Islam Itu Sangat Ilmiah : Mengungkap Fakta-Fakta Ilmiah
dalam Ajaran-Ajaran Islam. Yogyakarta: Najah.

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Uhbiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam (IPI). Bandung: Pustaka Setia.
Uhbiyati, Nur. 2009. Long Life Education. Semarang: Walisongo Press.
Yusuf, Syamsul. 2008. Psikologi Perkembang Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.

Semarang, 16 Juni 2014


Pengusul,

Nur Syifafatul Aimmah

NIM: 113111137

Diposkan 7th August 2015 oleh Nur Syifafatul

Tambahkan komentar

6.

Aug

HASIL OBSERVASI DI TK PERTIWI 40


(JL. LAUT MANGUNHARJO NO. 22
TUGU SEMARANG)

LAPORAN OBSERVASI
Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Luar Sekolah

Dosen Pengampu : H. Mursid, M.Ag.

Disusun Oleh:

Nur Syifafatul Aimmah(113111137)

Siti Zubaidah (113111143)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 6D

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Adanya TK


Pendidikan di Taman KanakKanak adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Taman Kanak-Kanak merupakan sebuah tempat yang aman dan nyaman
untuk bermain sambil belajar sebagai wahana tumbuh kembang anak. Tujuan
adanya taman kanak-kanak berdasarkan undang-undang sebagai berikut:
1. Pasal 1.14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 :
Membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2. Pasal 28 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 :
Mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik.
3. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990 :
Membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya.

B. Sejarah Berdiri TK Pertiwi 40

Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi 40 adalah TK yang teletak di Jalan Laut


Mangunharjo No. 22 kecamatan Tugu kota Semarang. TK Pertiwi 40 mulai
berdiri pada tahun 1982 M didirikan oleh kelurahan mangunharjo. Karena di
dusun ini belum ada lembaga pendidikan anak usia dini sebagai tempat belajar
anak yang masih berusia 4 sampai 6 tahun, sebagai persiapan sebelum memasuki
jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) sederajat. Pada saat itu para pendidik di
TK Pertiwi merupakan pegawai kelurahan sendiri. Namun, setelah mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun, pendidik sudah mengalami perubahan yaitu
berganti dengan guru-guru yang mampu mengajar di TK.

Pada tahun 1998 M di kota Semarang mengalami pemetaan wilayah,


termasuk kecamatan tugu salah satunya kelurahan mangunharjo. Daerah tersebut
dibagi dua wilayah, sebelah timur jalan diganti nama dengan mangkang wetan
dan yang sebelah barat jalan masih tetap menggunakan nama mangunharjo.
Padahal TK Pertiwi 40 terletak pada timur jalan, namun karena TK Pertiwi 40
adalah milik mangunharjo jadi walaupun letaknya di mangkang wetan tetap
beralamatkan mangunharjo.

TK Pertiwi 40 tetap menjadi milik kelurahan mangunharjo dan dibawah


naungan dharma wanita harapan Ibu kota Semarang. TK Pertiwi 40 mengalami
banyak perkembangan, dari awal berdiri hingga sekarang. Terutama pada bidang
kurikulum, administrasi maupun jumlah peserta didik.

Adapun visi, misi, dan tujuan TK Pertiwi 40 adalah sebagai berikut:

1. Visi TK Pertiwi 40
Terciptanya system pendidikan yang membantu kepribadian anak
berakhlaqul karimah dalam mengembangkan potensi anak sedini mungkin
agar tercetak anak yang kreatif dan mandiri.
2. Misi TK Pertiwi
a. Membentuk kepribadian yang berakhul karimah.
b. Mengembangkan potensi anak sedini mungkin.
c. Mencetak anak berfikir kreatif dan mandiri.
3. Tujuan TK Pertiwi 40
a. Meletakkan dasar nilai-nilai agama dan moral pada anak didik.
b. Mengembangkan potensi anak sedini mungkin sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.
c. Membedakan pengetahuan pada anak untuk menghadapi masa depan.
C. Surat Keputusan Dinas Pendidikan
Surat keputusan dari departemen pendidikan dan kebudayaan provinsi Jawa
Tengah kantor kotamadia Semarang berkaitan dengan izin untuk mendirikan TK
Pertiwi 40 dapat dilihat pada lampiran kedua.

D. Pengurus (Struktur Organisasi)

STRUKTUR ORGANISASI TK PERTIWI 40

KETUA PENYELENGGARA

EKO HARUM D.
BENDAHARA

SRI WURYANTINI, S.Pd


SEKRETARIS

MASIROHTUL KHOIRIYAH
KEBERSIHAN

ZUHRI
KEPALA SEKOLAH

SRI WURYANTINI, S.Pd


GURU KEL A

MASIROHTUL KHOIRIYAH
GURU KEL B

SRI WURYANTINI, S.Pd


GURU PENDAMPING A & B

RIZKA IRAWATI
GURU EKSTRA TARI
BONIYATUN
GURU EKSTRA B. INGGRIS

RIZKA IRAWATI
KETUA KOMITE

KISNOWATI
KEPALA KELURAHAN PENANGGUNG JAWAB

SUBARDI
II. STANDAR PELAKSANAAN TK PERTIWI 40

A. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan TK Pertiwi 40


1. Evaluasi Proses Belajar Mengajar
Evaluasi dan proses belajar mengajar di TK Pertiwi 40 meliputi pada tiga
bentuk, yaitu bentuk evaluasi harian dan tahunan. Evaluasi harian, biasanya
dilaksanakan sehari setelah proses pembelajaran atau pada saat guru
memberikan tugas pada peserta didik di lembar kerja. Evaluasi tahunan yaitu
evaluasi dalam bentuk rapot yang diserahkan pada wali peserta didik setiap
semester sekali.
2. Target yang diharapkan oleh lembaga TK Pertiwi 40 mengenai perkembangan
anak didik. Meliputi aspek:
a. Bidang Pengembangan
1) Bidang Pengembangan Pembiasaan
Dalam pengembangan pembiasaan ini ada beberapa aspek yang perlu
ditekankan, yaitu:
a) Aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, bertujuan untuk
melatih perilaku sehari-hari peserta didik agar dapat berkembang baik
sesuai dengan ajaran agama Islam.
b) Aspek perkembangan sosial, emosional dan kemandirian,
dimaksudkan untuk membina peserta didik dalam kehidupan sosial
berinteraksi dengan sesamanya (teman sebaya) serta masyarakat,
mengendalikan emosi secara wajar dan dapat menolong dirinya
sendiri dalam melatih kecakapan hidup.
2) Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar
Bidang ini meliputi:
a) Berbahasa, bidang ini bertujuan untuk membantu agar peserta didik
dapat mengerti makna dan artinya, sehingga peserta didik bias dan
tahu jika di ajak untuk berkomunikasi dapat melakukannya dengan
baik.
b) Kognitif, aspek ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan peserta
didik dalam berbagai bidang pengambangan.
c) Fisik (motorik), aspek ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
anak dalam bidang berolah raga, meningkatkan keterampilan gerak,
kelincahan dalam mengikuti gerakan-gerakan yang diperintahkan
guru.
b. Muatan Lokal, berupa praktek memasak, kegiatan ini dilakukan agar
peserta didik mengetahui secara runtut bagaimana cara memasak. Biasanya
diarahkan pada masakan yang menjadi cirri khas kota tertentu, misalnya:
kota Semarang, makanan khasnya yaitu lumpia, bandeng presto, wingko,
dll.
c. Pengembangan Diri, Dalam bidang pengembangan diri ini terdapat
beberapa aspek, antara lain menari, main musik dan rebana. Menari, main
musik dan rebana bertujuan untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan bakat dan minat peserta didik agar peserta didik lebih
budaya bangsa.
d. Pengelompokan Anak Didik
Kriteria pengelompokan disesuaikan dengan usia perkembangan anak
usia dini, yaitu,
1) Usia 5 sampai 6 tahun masuk dalam kelompok TK A
2) Usia 6 sampai 7 tahun masuk dalam kelompok TK B
e. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global, di TK Pertiwi ini
belum diterapkan.

B. Standar pendidik dan tenaga kependidikan


1. Jumlah pendidik di TK Pertiwi 40 ada 2, yaitu:

Nama Jabatan Pendidikan Fakultas + Jurusan


Terakhir
Sri Wuryantini, S.Pd Kepala sekolah S1 PG-PAUD Ilmu Pendidikan +
dan Guru kelas PAUD
Masirohtul Khoiriyah, S.Pd Guru kelas S1 PG-PAUD Ilmu Pendidikan +
PAUD

2. Jumlah tenaga kependidikan di TK Pertiwi 40 ada 3, meliputi:


a. Guru Ekstra
b. Administrasi
c. Penjaga Sekolah atau Kebersihan
3. Jumlah anak didik di TK Pertiwi 40 ada 31, daftar peserta didik dapat dilihat
pada lampiran ketiga.

C. Standar Isi, Proses dan Penilaian


1. Bentuk Kurikulum
Kurikulum adalah adalah perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan yang diberikan oleh lembaga penyelenggara pendidikan yang
berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran
dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran
ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud
dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini
dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan
yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Bentuk kurikulum yang dipergunakan dalam TK Pertiwi 40 adalah
Kurikulum KTSP. Kurikulum KTSP pengembangannya diserahkan kepada
sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
2. Bentuk RKH dan RKM
Bentuk RKM ataupun RKH yang digunakan pada TK Pertiwi 40 ini
hampir sama dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam RKH
maupun RKM berisi kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan, dan
berisi tentang apa saja yang dibutuhkan dalam kegiatan bpembelajaran
termasuk didalamnya metode dan media yang akan digunakan.
RKH (Rencana Kegiatan Harian) berisi rancangan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan setiap hari (bersifat harian) dan lebih terperinci.
Sedangkan RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) berisi rancangan (rencana)
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam waktu satu minggu. RKM
lebih bersifat global atau tidak sedetail RKH. Contoh RKM dan RKH TK
Pertiwi 40 dapat dilihat pada lampiran keempat.
3. Proses Belajar Mengajar
Di laksanakan pada hari Senin sampai Sabtu sedangkan hari Minggu
libur. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 sampai 10.00 WIB.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
4.
N JAM MATERI
O
KEGIATAN AWAL:
1 07.30 a. Peserta didik melakukan senam pagi
08.00 b. Peserta didik berbaris, berjabat tangan dengan pendidik, masuk
WIB kelas dengan kaki kanan secara berurutan.
c. Pendidik mengucapkan salam, berdoa bersama-sama
dilanjutkan absensi.
d. Menyanyi, menghafalkan doa-doa, hari, bulan, tanggal dan
tahun bersama-sama.
e. Berbagi pengalaman dari berbagai cerita, tanya jawab, dan
menyanyi/bersyair.
f. Bercakap-cakap dan demonstrasi sesuai dengan tema.
KEGIATAN INTI:
2 08.00 a. Pendidik menerangkan lebih dahulu tentang tugas yang akan
09.00 dikerjakan oleh peserta didik dengan memberi contoh.
WIB b. Setiap hari diisi dengan 3 buku tugas yang berbeda disesuaikan
dengan tema.
c. Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan berdoa dahulu.
d. Pendidik mempersilahkan peserta didik untuk memilih akan
mengerjakan buku yang disenangi peserta didik lebih dahulu.
e. Pendidik menilai hasil pekerjaan peserta didik.
f. Pendidik memasukkan hasil nilai ke dalam buku penilaian dan
rangkuman penilaian.
ISTIRAHAT:
3 09.00 a. Peserta didik diberi kebebasan untuk bermain di luar kelas.
09.30 b. Peserta didik mencuci tangan
WIB c. Kemudian berdoa sebelum makan, bekal dari rumah serta snac
yang disediakan di sekolah.
d. Berdoa sesudah makan.
KEGIATAN AKHIR:
4 09.30 a. Pendidik mengulas kegiatan sehari, berinteraksi kepada peserta
10.00 didik dengan menanyakan yang telah di dapatkan.
WIB b. Pendidik memberi kesan dan pesan kepada peserta didik.
c. Pendidik bercerita tentang suatu hal dengan gembira ria.
d. Doa pulang.
e. Peserta didik berjabat tangan dengan pendidik, kemudian keluar
kelas kaki kiri.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di TK Pertiwi 40 meliputi
TK Bhakti Putra II antara lain:
a. Metode bernyanyi yaitu peserta didik di ajak untuk bernyanyi bersama-masa dengan nyanyian
anak-anak yang mendidik. Dengan bernyanyi semangat mereka mulai timbul dan membuat
mereka enjoy dalam belajar.
b. Metode bercerita yaitu peserta didik di ajak untuk fokus mendengarkan
sebuah cerita yang mendidik dan dapat mengekspresikan jiwa anak-anak.
c. Metode kelompok yaitu peserta didik dikelompokkan pada dua kelompok
A dan B. Masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda, misalnya:
kelompok A mendapat tugas menulis angka, mewarnai, dan menebalkan,
sedang kelompok B mendapat tugas menulis sebuah kata, menggambar dan
menjodohkan. Setelah masing-masing peserta didik menyelesaikan
tugasnya, di akhiri dengan membaca doa.
5. Penekanan pembelajaran (bermain, calistung, dan pembelajaran)
Titik tekan pada pembelajaran TK Pertiwi 40 ini adalah pada titik
bermain dan belajar. Di dalamnya peserta didik di ajak bermain seraya belajar
dan belajar seraya bermain.
6. Evaluasi pembelajarannya (Bentuk Perapotan)
Untuk bentuk penilaian pada rapot menggunakan tingkatan, yaitu:
= baik
= Cukup
= kurang
Bentuk pengisian rapot yang diterapkan di TK Pertiwi 40 merupakan
bentuk perapotan yang diskriptif berupa narasi . Seorang guru melaporkan
hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam pembelajaran dengan bentuk
deskriptif, tidak dengan memberi nilai dengan bentuk skor (angka). Jadi
perapotan pada TK Pertiwi 40 ini berupa diskripsi tentang apa yang telah
dicapai oleh peserta didik, dan tidak menggunakan skor (angka).

D. Sarana pra sarana dan pengelolaannya


1. Sarana dan prasarana pembelajaran

No. Jenis Jumla


h
1 Gedung sekolah 1 unit
2 Kantor kepala sekolah 1
3 Ruang guru 1
4 Ruang kelas 1
5 Meja 14
6 Kursi 32
7 Almari 4
8 Papan tulis 2
9 Rak sepatu dan rak buku 3
10 Kamar mandi 1
11 WC 1
12 Permainan mangkok putar 1
13 Permainan bola dunia 1
14 Jungkitan 1
15 Panjat tali 1
16 Ayunan 1
17 Peluncuran 1

2. Pembiayaan dalam proses pembelajaran


a. Pengelolaan dan Pembiayaan
Pengelolaan sekolah, TK Pertiwi 40 dikelola oleh pengelola yaitu kepala
sekolah dan guru. Pembiayaan meliputi : Bantuan dari wali murid dan SPP
Sekolah.
Pembiayaan mencakup:
1) Biaya operasional, yang digunakan untuk operasional sekolah, untuk
gaji pendidik dan tenaga kependidikan, serta untuk melengkapi bahan
atau peralatan pendidikan habis pakai.
2) Biaya personal, meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh
peserta didik setiap bulannya di TK Pertiwi 40 sebesar Rp. 35.000,00.

b. Izin pendirian dan penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak (TK) Nomor:


043/103.33/DS/97.

III. SIMPULAN

Setelah penulis melakukan observasi di TK Pertiwi 40 dan setelah mencocokan


dengan permendiknas No. 58 Tahun 2009, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran di TK Pertiwi 40 sudah mendekati seperti apa yang
diinginkan atau apa yang dimaksud oleh Permendiknas No. 58 tahun 2009.
Pencapaian tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran di TK Pertiwi 40, melihat
KBM yang dilakukan setiap hari yang di dalamnya mencakup aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. TK Pertiwi 40 masih menggunakan kurikulum lama yaitu KTSP.

Ditinjau dari segi usia peseta didik, belum sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23. Di TK Pertiwi 40 ini, menurut paparan kepala
sekolah bahwa anak berusia 4 tahun belum dianggap kelas A jadi jika dipaksakan
masuk harus menempuh pendidikan TK selama 3 tahun.

Ditinjau dari segi tenaga pendidik, TK Pertiwi 40 sudah memenuhi kriteria yang
ada dalam peraturan pemerintah yaitu Kualifikasi dan kompetensi guru PAUD
berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru beserta
lampirannya. Bagi guru PAUD jalur pendidikan formal (TK, RA dan sederajat) dan
jalur pendidikan nonformal yang belum memenuhi kualifikasi dan kompetensi
tersebut disebut guru pendamping atau pengasuh. Kualifikasi akademik guru
pendamping yaitu memiliki ijazah D-II PGTK yang terakreditasi dan minimal
lulusan SMA dan mendapat sertifikat pelatihan kursus PAUD.
Dengan kepala sekolah lulusan S1 PG-PAUD , guru kelas lulusan S1 PG-
PAUD, tenaga kependidikan lulusan SMP, dan di bidang administrasi lulusan S1
dapat disimpulkan TK Pertiwi 40 dari segi tenaga pendidikan dan tenaga
kependidikan sudah memenuhi kriteria yang ada dalam peraturan pemerintah.
Berikutnya mengenai standar sarana, prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Yang
menjadi kekurangan di TK Pertiwi 40 adalah pada sarana dan prasarananya karena
masih banyak sarana yang rusak sehingga belum bisa maksimal dalam
penggunaannya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Keterangan Kepala Sekolah

Lampiran 2: Surat Keterangan Ijin Mendirikan Taman Kanak-Kanak

Lampiran ke 2: Surat Keterangan Ijin Mendirikan Taman Kanak-Kanak

Lampiran ke 3:

DAFTAR PESERTA DIDIK


TK PERTIWI 40 TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

KELOMPOK : A

N NAMA L/P NISN TEMPAT TANGGAL


O LAHIR LAHIR
1 AHMAD AZRIL PASHA L 1167 SEMARANG 20/08/2007
2 AHMAD KHUSNUL HAKIM L 1205 SEMARANG 15/08/2008
3 CHRISNA PUTRA BAYU L 1204 SEMARANG 06/04/2009
4 DWI ANGGA SETIAWAN L 1105 SEMARANG 09/07/2007
5 FEBBY DHYANARA DIVA P. P 1207 SEMARANG 05/02/2009
6 LITA AULIA SAFITRI P 1192 SEMARANG 01/10/2008
7 M. OBAMA FIRMANSYAH L 1202 SEMARANG 19/09/2008
8 MAULANA ILHAM MUSYADAD L 1198 SEMARANG 12/12/2008
9 NAZRIL RAIHAN ROUF A L 1182 SEMARANG 17/03/2008
10 NOVI RIZKA K P 1189 SEMARANG 11/08/2008
11 NURMA A P 1169 SEMARANG 08/08/2008
12 RISKI NUR AHMADI DANI L 1206 SEMARANG 01/01/2009
13 SAFIRA HASNA AZALEA P 1203 SEMARANG 13/01/2009
14 VINO ANANDA SAPUTRA L 1201 SEMARANG 20/05/2008
15 FATAN ADI NUGROHO L 1208 SEMARANG 02/03/2009

KELOMPOK : B

NO NISN NAMA L/P TEMPAT TANGGAL


LAHIR LAHIR
1 1180 AULIA KUMALASARI P SEMARANG 10/07/2007
2 1193 DEVILIA WAHYU A P SEMARANG 28/02/2007
3 1187 DEWI FORTUNA NUR S P SEMARANG 08/10/2007
4 1165 DINA BUNGSU ELISA P SEMARANG 19/02/2007
5 1183 HANIN HANIFA M P SEMARANG 15/01/2008
6 1200 INDRI OKTAVIANI P SEMARANG 31/10/2007
7 1166 JIBRIL ADAM S L GORONTALO 09/03/2007
8 1191 M LUKMAN HAKIM L SEMARANG 18/06/2008
9 1194 M BIMA DESTA YOS P L LAHAT 25/12/2007
10 1199 MUHAMMAD IMAMUDDIN L SEMARANG 27/11/2007
11 1192 MUHAMMAD MIQDAD A R L SEMARANG 14/02/2008
12 1185 RIZQITRIYA MARISSA P P SEMARANG 27/03/2008
13 1186 SALMA AZALEA ROFIAH P DEMAK 15/12/2007
14 1188 SALWA LILATIFAH N P SEMARANG 20/10/2008
15 1196 M DAVID ALVIN L SEMARANG 01/06/2007
16 1181 BAGUS MAULANA YUSUF L SEMARANG 11/08/2007

Lampiran ke 4: Contoh RKM dan RKH

RANCANGAN KEGIATAN MINGGUAN

Kelompok: B

Semester/ Minggu: II/II

Model Pembelajaran Minat (CRI)

Tema: Rekreasi

Area pasir/ air

Rekreasi: kendaraan di udara/ laut

Area agama:

1. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan


2. Doa wudhu/ berwudhu
3. Doa naik pesawat udara
4. Bercerita cita-cita menjadi pilot
5. Sholat bersama
6. Mentaati peraturan (antri membeli tiket)
Kegiatan di luar kelas/ fisik motorik:
1. Bermain bola dengan kerang
2. Menangkap kantong biji
3. Memantul bola sambil berjalan
4. Menangkap bola tennis
5. Menaiki papan titian tangan direntang
6. Lomba jalan mundur

Area berhitung/ kognitif:


1. Urutan bilangan 1-11
2. Membilang dengan gambar kapal 1-10
3. Urutan bilangan dengan gambar pesawat 1-10
4. Menghubungkan konsep bilangan gambar kapal 8
5. Perbedaan banyak sedikit gambar pesawat/kapal
6. Himpunan gambar pesawat/kapal banyak dan sedikit

Area seni/fisik motorik

1. Membentuk dengan tanah liat


2. Membuat gambar kapal
3. Melibat kapal gandeng
4. Menjahit gambar kapal
5. Menggunting gambar pesawat terbang
6. Mencocok pesawat terbang

Area balok/ fisik motorik/seni

1. Menyusun menara di bandara dengan 10 kubus


2. Membuat kapal dari kotak gelas
3. Membuat kapal dari busa/kotak
4. Membuat perahu dari sabut kelapa
5. Membuat kapal dengan geometri
6. Membuat pesawat dengan geometri

Area bahasa

1. Menirukan suara pesawat


2. 3 urutan kata, pesawat terbang di udara
3. Awal kata sama terbang, terjang
4. Bercerita cita-citaku
5. Berbagi cerita
6. Tanya jawab tentang jenis kendaraan di udara dan di laut

Area musik/ seni

1. Bernyanyi pilot/pesawat terbang


2. Bernyanyi kapal api
3. Membuat alat perkusi dari gelas
aqua
4. Bergerak bebas dengan irama
5. Menari
6. Bernyanyi dengan belira

Area IPA/Kognitif

1. Mencampur warna dengan kertas krep


2. Proses pertumbuhan kacang hijau
3. Balon ditiup dan dilepaskan
4. Kapal kertas diletakkan di air
5. Besi dengan magnit apa yang terjadi
6. Melihat benda kecil dengan kaca pembesar

Area Baca Tulis/Bahasa

1. Posisi: pesawat, kapal


2. Membuat gambar/kata kapal
3. Membuat gambar/kata pesawat terbang
4. Mengelompokkan kata-kata pesawat, kapal
5. Bercerita dengan gambar sendiri
6. Mengurut dan bercerita gambar

RANCANGAN KEGIATAN HARIAN

KELOMPOK :B HARI / TANGGAL : 14-04-2014

TEMA/SUB TEMA : Rekreasi WAKTU : 07.00 10.00 WIB


SEMESTER/MINGGU : II/III/4

INDIKATOR KEGIATAN ALAT/SUMB PENILAIAN PENDIDIKAN


PEMBELAJARA ER BELAJAR PERKEMBANGA NASIONALISME
N N PESERTA KARAKTER
DIDIK BANGSA
&
KEWIRAUSAHAA
N
Alat Hasil
Menceritakan1. Kegiatan awal:
pengalaman atau 30 menit:
kejadian secara - besrbasis, masuk - Kalender, - Percakapan disiplin, re
sederhana dengan kelas,doa, salam. absen komunikatif
runtut (bhs. 23) - Berbasis
Menjawab pengalaman - Percakapan
pertanyaan sederhana dengan bercerita. - Gambar - Unjuk kerja komunikatif
(bhs. 10) - Bercakap-cakap pesawat.
Merayap dan tentang tugas dari - Karet/tali - Hasil karya kerja keras
merangkap dengan profesi.
berbagai variasi - Permainan
(EMK 21) merayap di bawah - Buku paket/
rentangan tali/ krayon
Mewarnai bentuk kuatifitas
karet. - Unjuk kerja
gambar sederhana
2. Kegiatan inti: 30 -Unjuk kerja
dengan rapi (ENH 50)
menit: - Pensil warna
Menyebutkan - Seni: mewarnai
gerakan-gerakan, gambar kapal. - Dakon, kecik
misal jongkok, duduk, - Baca dan tulis: tanggungjawab
berlari, makan. (Bhs. menyebutkan - Percakapan
4) gerakan yang
Mengenal berbagai dibaca oleh - Hasil kegiatan - observasi
macam alat teman. anak, toleransi, di
transportasi angkutan - Matematika: religius
sederhana di darat, memberi tanda
laut dan udara (kog. centang pada - buku cerita
16) gambar alat religius
Bermain bersama transportasi yang
(permainan halma, jalannya di darat.
ular tangga dan - Drama: bermain
sebagainya). (sosem. dakon. komunikatif
15) 3. ISTIRAHAT: 30
Melaksanakan menit
gerakan ibadah secara4. KEGIATAN
beurutan namun AKHIR: 30 religius
belum secara rutin menit
(NAM 7) - Meniukan
gerakan takbir
dalam solat.
- Mengulas
kegiatan sehari-
hari.
- Bercerita
- Berdoa, pulang,
salam.

Mengetahui Semarang, 27 April 2014

Kepala TK Pertiwi 40 Guru Kelas TK B

Sri Wuryantini, S.Pd Masirohtul Khoiriyah, S.Pd


Lampiran ke-5:

FOTO - FOTO TK PERTIWI 40

Perlengkapan yang ada di TK Pertiwi 40

Proses pembelajaran di TK Pertiwi 40

Peserta didik mengerjakan tugas yang di perintahkan oleh ibu guru

Berdoa setelah selesai mengerjakan tugas

Pendidik bercerita Peserta didik mendengarkan cerita

Diposkan 7th August 2015 oleh Nur Syifafatul

Tambahkan komentar

7.

Aug

MENENTUKAN DAN MENYUSUN


INSTRUMEN
ANALISIS BUKU

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Pelajaran : Metodologi Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu : Agus Sutiyono, M.Ag., M.Pd

Disusun oleh : Kelompok 4

Nidaun Ilal Fauziyah (113111134)

Nur Syifafatul Aimmah (113111137)

Siti Zubaidah (113111143)

Slamet Saufi Muttaqin (113111144)

Ulin Nimah (113111148)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 6D

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2014

MENENTUKAN DAN MENYUSUN INSTRUMEN

A. METODE DAN INSTRUMEN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam

mengumpulkan data. Sedangkan instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam
mengumpulkan data.
B. JENIS-JENIS METODE ATAU

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (ALAT EVALUASI)


1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur


keterampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki oleh individu / kelompok.

Macam-macam tes, antara lain:

a. Tes kepribadian

b. Tes bakat

c. Tes inteligensi

d. Tes sikap

e. Tes proyeksi

f. Tes minat

g. Tes prestasi

2. Non Tes, meliputi:


a. Angket atau Kuesioner (Questionnaires)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memperoleh informasi dari responden. Kuesioner dapat dibedakkan atas
beberapa jenis:

1) Dipandang dari cara menjawab, yaitu: Kuesioner terbuka dan Kuesioner


tertutup.

2) Dipandang dari jawaban yang diberikan, yaitu: Kuesioner langsung dan


Kuesioner tidak langsung.

3) Dipandang dari bentuknya, yaitu: Kuesioner pilihan ganda, Isian, Check


list, dan Rating Scale.

b. Interview (Wawancara)

Secara fisik interview dibedakan menjadi dua, yaitu interview terstruktur


dan interview tidak terstruktur.

Ditinjau dari pelaksanaannya, terdiri dari: Interview bebas, Interview


terpimpin, dan Interview bebas terpimpin,.

c. Observasi

Dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu:

1) Observasi non-sistematis, tidak menggunakan instrument pengamatan.


2) Observasi sistematis, menggunakan pedoman sebagai instrument
pengamatan.

d. Skala Bertingkat (Rating) atau Rating Scale, adalah suatu ukuran subjektif
yang dibuat berskala.

e. Dokumentasi, metode dokumentasi dapat dilaksanakan denganpedoman


dokumentasi dan Check list.

C. PENENTUAN METODE DAN INSTRUMEN

Pemilihan metode dan instrumen penelitian sangat ditentukan oleh beberapa hal,
yaitu: objek penelitian, sumber data, waktu, dan dana yang tersedia, jumlah tenaga
peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk mengolah data apabila sudah
terkumpul.

Secara garis besar, pemilihan metode instrumen pengumpulan data dipengaruhi


oleh beberapa hal, anatara lain:

1 Tujuan penelitian

Yang sekaligus menentukan jenis dan macam variabel.

2 Sampel penelitian

Apabila sampelnya besar, angket lebih digunakan dalam penelitian. Disamping


itu hatus diperhatikan keadaan responden, apabila subjeknya petani, maka akan
lebih tepat menggunakan wawancara, dibanding angket.

3 Lokasi

Apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang luas. Akan lebih efektif jika
menggunakan metode kuesioner.

4 Pelaksanaan
Apabila pelaksanaannya cukup banyak sedangkan responden tidak begitu banyak,
maka sangat mungkin menggunakan wawancara atau observasi. Namun jika
keadaannya sebaliknya, maka metode kuesioner lebih tepat

5 Biaya dan waktu

Dengan menggunakan metode observasi peneliti akan mendpatkan hasil yang


lebih baik, namun apabila biaya dan waktu terbatas, maka cukup dengan
menggunakan metode kuesioner.

6 Data

Jika kita ingin mendapatkan data yang lebih mendalam, maka wawancara lebih
tepat.

D. PENGADAAN INSTRUMEN

Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah:

1. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi


variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel
spesifikasi.

2. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan


pedoman wawancara.

3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan surat


pengantar, kuni jawaban, dan lain-lain yang perlu.

4. Uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar.

5. Penganalisisan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran,


dan sebagainya.
6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan
mendasrkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.

E. KEAMPUHAN INSTRUMEN

Instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting


yaitu valid dan reliable.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau


kesahihan suatu instrument. Menurut cara pengujiannya, terbagi menjadi dua:

a. Validitas ekstern
Instrument yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrument
tersebut sesuai dengan data mengenai variabel penelitian yang dimaksud.
b. Validitas intern
Validitas intern dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian
instrument dengan instrument secara keseluruhan. Cara pengujiannya ada dua :
1) Melakukan analisis faktor (anafak)
Analisis faktor dilakukan dengan didhului oleh satu asumsi bahwa
instrument bisa dikatakan valid jika setiap faktor yang membentuk juga
valid. Analis faktor juga dapat dilakukan apabila antara faktor yang satu
dengan faktor yang lain terdapat kesinambungan, atau tumpang tindih.
Analisis faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor
faktor dengan skor total, terlebih dahulu mengetahui kekhususan faktor.
2) Melakukan analisis butir (anabut)
Untuk menguji validitas setiap butir, maka skor-skor yang ada pada
butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total.

2. Reliabilitas

Instrumen tidak baik


Instrumen baik

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah
baik.

Data tidak benar

Kesimpulan tidaksesuai
kenyataan Kesimpulan sesuaikenyataan

Reliabilitas
Ketetapan alat evaluasi dalam mengukur

Ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi

Agar alat evaluasi valid, maka harus reliabel.

Tetapi, reliabel saja tidak cukup

Penentu keputusan

Koefisien Reliabilitas

Cara memperoleh Reliabilitas :

Ada banyak cara atau rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas, berikut
kami rangkumkan dalam beberapa rumus :
a. Rumus Spearman Brown

b. Rumus Pearson

c. Rumus Rulon

d. Rumus Spearman (rho)

e. Rumus Kuder-Richardson
Keterangan :
r: koefisien reliabilitas (pendekatan)
b: banyaknya soal
DB: deviasi baku
t: perbandingan (rasio) siswa yang untuk soal tertentu jawabannya benar
s: perbandingan (rasio) siswa yang untuk soal tertentu jawabannya salah, jadi,
untuk soal tertentu itu s = 1 - L

H: rata-rata hitung

f. Rumus Alpha

F. KEKELIRUAN DALAM MENGUJI INSTRUMEN


Tidak sedikit mahasiswa yang keliru menguji keterandalan instrumen.
Kekeliruannya berpangkal dari kesalahan menyamakan instrumen angket dengan
berprestasi belajar. Dalam menguji keterandalan soal tes, peneliti menghitung taraf
kesukaran dan daya pembeda. Kedua perhitungan tersebut didasarkan atas asumsi
bahwa kemampuan intelektual responden tergambar kurva normal.
Bertitik tolak dari asumsi kurva normal tersebut, maka jika sebuah tes yang
digunakan untuk mengukurnya baik, tentu hasil pengukurannya juga tergambar
dalam kurva normal, atau setidak-tidaknya terdapat variabilitas jawaban. Antara
jawaban yang berbeda itulah diperoleh indeks taraf kesukaran dan daya pembeda.
Angket adalah instrumen untuk mengetahui pendapat atau fakta, bukan
pengukur kemampuan. Oleh karena itu jawaban dari responden tidak harus
bervariasi. Tidak jelak instrumennya jika jawaban responden 4 semua atau 3 semua
dan seterusnya.
Contoh: bagaimana tingkat kesenangan Anda tentang musik berirama dangdut?
Jawab:

4 = sangat senang
3 = senang
2 = cukup
1 = kurang senang
0 = tidak senang
Apakah salah jika semua orang memilih angka 4?

G. PENYEDIAAN TOLOK UKUR

Merupakan langkah yang sangat penting bagi seorang peneliti, tetapi belum
lazim dilakukan. Pada umumnya sehabis selesai melakukan uji coba instrumen
dan mengolah datanya, peneliti sudah merasa tenang dan menganggap bahwa
langkah selanjutnya tinggal mengumpulkan data, kemudian diolah. Tolak ukur
atau kriteria penilaian data merupakan sesuatu yang penting kedudukannya, dan
harus disiapkan sebelum peneliti bertolak mengumpulkan data lapangan.

Manfaat tolak ukur:

1. Untuk menyamakan ukuran bagi pengumpul data agar tidak banyak terpengaruh
faktor subjektif.

2. Untuk menjaga kestabilan data yang dikumpulkan dalam waktu yang


berbeda.
3. Untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data agar siapapun dapat
melakukannya.

Diposkan 7th August 2015 oleh Nur Syifafatul

Tambahkan komentar

8.

Aug

PRAKTEK BIMBINGAN
KONSELING
LAPORAN BIMBINGAN KONSELING

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah: Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu: Dr. Widodo Supriyono, M.A.

Disusun Oleh:

Nama : Nur Syifafatul Aimmah

NIM : 113111137

Kelas : PAI 6C

Perkuliahan : Kamis jam ke-3

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO


SEMARANG

2014

I. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses tersebut berlangsung secara
interdependen, saling bergantung satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan dalam
bentuk-bentuk yang murni berdiri sendiri (Kartini Kartono, 1995 : 18).
Pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui setiap harinya memicu munculnya
berbagai permasalahan. Besar kecil permasalahan tersebut tidak dapat dipungkiri
tetap saja mengganggu stabilitas pertumbuhan serta kebahagiaan. Untuk itu
permasalah yang muncul bukan untuk dijauhi, namun permasalah tersebut ada
untuk dihadapi dan dipecahkan.

Bimbingan konseling merupakan sebuah solusi untuk menghadapi semua


persoalan yang ada. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui
usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan potensi-potensinya
demi kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial (Hallen A.,2005: 3). Sedangkan
konseling adalah suatu proses therapi dan penumbuhan di mana individu dibantu
untuk menetapkan tujuan-tujuan, membuat keputusan-keputusan, dan
memecahkan masalah-masalah berkaitan dengan permasalahan pribadi, sosial,
kependidikan, dan karir yang dihadapinya. Khususnya ketika konseli tidak dapat
memecahkan sendiri masalah yang sedang dihadapinya (James C. Hansen et al,
1982: 14).

Tujuan utama dari bimbingan konseling yaitu untuk menolong, menggali dan
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki individu secara optimal,
menolong memecahkan problem-problem, dan mengaktualisasikan serta
mengaplikasikan perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW, baik
secara langsung mapun tak- langsung. Allah SWT berfirman dalam Al-Quranul
karim surar Al-Maidah (5) ayat 2 dan surat Al-Ashr (103) ayat 3 yang berbunyi:
G9$#ur ((qRur$ys?ur n?t h99$# 3uq#)
wur (#qRur$ys? n?t OOM}$# bur9$#ur
4 (#q)?$#ur !$# ( b) !$# x
>$s)9$#

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(QS. Al-Maidah : 2)

q|#uqs?ur d,ys9$$/ (#q|#uqs?ur 99$$/#)


Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat


menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr : 3)

Oleh karena itu dalam laporan bimbingan konseling ini, penulis akan
memaparkan beberapa hal mengenai permasalahan yang bermula dari keluhan
binimbing dan konseli. Khususnya dalam hal berkaitan dengan permasalahan
rehabilitasi fisik dan sosial, pembelajaran, pilihan nilai, karir, kenakalan,
kelincahan, dan lain sebagainya.

II. IDENTITAS PEMBIMBING-KONSELOR

A. DATA PEMBIMBING-KONSELOR

1. Nama : Nur Syifafatul Aimmah (Syifa)

2. TTL : Kendal, 24 Februari 1992

3. Alamat : Tegalirik Mangkangkulon Rt 01/ Rw 05 Tugu


Semarang

4. IQ : - (Belum pernah tes IQ)


5. Potensi / Bakat : Menggambar

6. Riwayat Penyakit : Tipes dan Demam Berdarah

7. Cita cita : Ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain

B. DATA ORANG TUA

1. Data Ayah

a. Nama : Muh Rosail Ali Ghozali

b. TTL : Semarang, 13 April 1964

c. Pendidikan Terakhir : SMA

d. Pekerjaan : Buruh Tani

e. Penghasilan rata-rata / bulan : Rp. 700.000,00

2. Data Ibu

a. Nama : Baroh Masrokhah

b. TTL : Kendal, 11 Maret 1969

c. Pendidikan : SPG

d. Pekerjaan : Buruh Pabrik

e. Penghasilan rata-rata / bulan : Rp. 600.000,00

III. HASIL PROGRAM BIMBINGAN

A. BINIMBING PERTAMA

1. Data Pribadi Binimbing


a. Nama : Muhammad Burhanudin Ali (Burhan)

b. TTL : Semarang, 08 Agustus 2004

c. Alamat :Tegalirik Mangkangkulon Rt 01/ Rw 05 Tugu Semarang

d. IQ : 137,6 (saat taman kanak-kanak)

e. Potensi / Bakat : Bermain musik

f. Masalah : Memiliki potensi dalam bermain musik namun masih


bingun untuk menyalurkannya.

g. Riwayat penyakit :-

h. Cita cita : Ingin menjadi polisi

2. Data Pribadi Orang Tua

a. Data Ayah

1) Nama : Muh Rosail Ali Ghozali

2) TTL : Semarang, 13 April 1964

3) Pendidikan Terakhir : SMA

4) Pekerjaan : Buruh Tani

5) Penghasilan rata-rata / bulan : Rp. 700.000,00

b. Data Ibu

1) Nama : Baroh Masrokhah

2) TTL : Kendal, 11 Maret 1969

3) Pendidikan : SPG

4) Pekerjaan : Buruh Pabrik


5) Penghasilan rata-rata / bulan: Rp. 600.000,00

3. Problem

Muhammad Burhanudin Ali memiliki potensi dalam bermain musik


namun masih bingun untuk menyalurkannya, hingga jika marah sering
memukul-mukul pintu, meja dan lain-lain.

4. Solusi

Dengan masalah yang dihadapi dan bakat yang dimilikinya, saya


memberikan saran untuk mengikuti extra marching band yang ada
disekolahannya. Dengan tujuan untuk mengarahkan agar dek burhan lebih
aktif dan kreatif serta bakat yang dimilikinya dapat terasah dan terarahkan.

5. Hasil Bimbingan

Kemudian, secara kebetulan pada semester II ini extra marching band


di sekolah MI Ianatusshibyan mangkangkulon Tugu Semarang telah
membuka pengrekrutan anggota baru. Dengan saran tersebut, kemudian
adek burhan ikut mendaftar dan alhamdulillah diterima. Setelah itu
marching band menjadi activitas sore hari yang dilakukan adek burhan.
Sejak saat itu, alhamdulillah jarang sekali terdengar suara banting pintu,
memukul meja dan lain-lainnya. Harapannya semoga dengan kegiatan
marching band itu dapat mengembangkan bakat adek Muhammad
burhanudin ali menjadi lebih berkembang lagi.

B. BINIMBING KEDUA

Bimbingan kedua ini termasuk bimbingan kelompok besar yang terdiri


dari 16 anak dengan 1 pembimbing. 16 anak tersebut merupakan santri dan
santriwati kelas 3 Madrasah Diniyah Lailatul Hikmah Wonosari Semarang.

1. Problem
Masalah mereka adalah senang bercerita sendiri-sendiri dikelas, gojek,
menulis curahan hati dikertas, menggoret-oret kertas, dan hal-hal lain. Hal
tersebut sangat mengganggu aktivitas pembelajaran.

2. Solusi

Setelah pembelajaran selesai mereka diajak berdiskusi bersama. Hobi


mereka yang rata-rata sama di buat kesepakatan, yaitu mengadakan hari
dimana hanya digunakan untuk bermain sambil berkarya yaitu diisi dengan
menulis cerita yang dihubungkan dengan pelajaran akhlaq, sehingga dapat
diambil hikmah dan manfaatnya. Dalam kegiatan ini tidak hanya sebatas
menulis, namun setelah itu santri dan santriwati maju didepan
menceritakan ceritanya dengan ekspresi yang unik.

3. Hasil Bimbingan

Respon positif didapatkan, mereka menjadi lebih ceria dan keadaan


kelas lebih kondusif, karena mereka telah membuat kesepakatan
sebelumnya. Mereka semakin terarah, hingga ada yang mulai muncul hoby
menulisnya.

4. Kendalanya

Karena hari dan jamnya belum ada kesepakatan jadi kegiatan tersebut
belum bisa di rutinitaskan, namun sudah pernah berjalan 1 kali yaitu pada
saat hari libur bersama.

IV. HASIL PROGRAM KONSELING

A. KONSELI PERTAMA

1. Data Pribadi Konseli

a. Nama : Miladiah Mufti Nur Habibah (Mila)


b. TTL : Semarang, 15 Agustus 1995

c. Alamat :Tegalirik Mangkangkulon Rt 01/Rw 05 Tugu Semarang

d. IQ :-

e. Potensi / Bakat : Membaca

f. Masalah : Mengalami kesulitan dalam belajar B. Inggris

g. Riwayat penyakit :-

h. Cita cita : Ingin menjadi guru Sains yang dapat mengIslamisasi

2. Data Orang Tua

a. Data Ayah

1) Nama : Muh Rosail Ali Ghozali

2) TTL : Semarang, 13 April 1964

3) Pendidikan : SMA

4) Pekerjaan : Buruh Tani

5) Penghasilan rata-rata / bulan : Rp. 700.000,00

b. Data Ibu

1) Nama : Baroh Masrokhah

2) TTL : Kendal, 11 Maret 1969

3) Pendidikan : Sekolah Pendidikan Guru

4) Pekerjaan : Buruh Pabrik

5) Penghasilan rata-rata / bulan : Rp. 600.000,00


3. Problem

Mengalami kesulitan dalam belajar B. Inggris, serta berkeinginan


untuk bisa mendalami B. Inggris sebagai penunjang ilmu berbahasa.

4. Solusi

Kemudian saya menyarankan kepada adek mila untuk berpuasa untuk


membuka pintu Ilmunya. Yaitu dengan puasa tiga hari pada hari selasa,
rabu dan kamis, dengan niat:

















Ya Allah SWT, saya niat puasa ini untuk membuka pintu ilmu sunnah
karna Allah Taala.

Kemudian juga saya beri tahu doa setelah sholat fardhu sebanyak 2/3
kalil dan kelipatannya. Doanya yaitu:

Ya Allah, Bukakanlah untuk saya pintu-pintu ilmu pengetahuan


dengan hikmah kebijaksanaan-Mu dan taburkanlah untuk saya rahmat-
Mu wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemulyaan.

5. Hasil Konseling

Kemudian adek mila mulai mencoba melakukan puasa 3 hari tersebut.


Alhamdulillah sedikit demi sedikit lebih mudah untuk menyerap ilmu yang
diterimanya dari bangku perkuliahan. Untuk hasil pemahaman B.
Inggrisnya belum begitu kelihatan, namun untuk ilmu mata kuliah lainnya
sudah mulai dirasakan berbeda dengan sebelumnya.

B. KONSELI KEDUA

1. Data Pribadi Konseli

a. Nama : Ahmad Ulul Azmi Firdaus (Azmi)

b. TTL : Semarang, 17 Februari 1996

c. Alamat : Tegalirik Mangkangkulon Rt 01 Rw 05 Tugu Semarang

d. IQ :-

e. Potensi / Bakat : Main Musik

f. Masalah : Nilai matematika kurang memuaskan (jelek) sehingga


menurunkan prestasi

g. Riwayat penyakit : Kulit (gatal-gatal)

h. Cita cita : Ingin menjadi hakim yang adil

2. Data Orang Tua

a. Data Ayah

1) Nama : Ahmad Rubai

2) TTL :-

3) Pendidikan : SMP

4) Pekerjaan : Petani dan hansip kantor DPW

5) Penghasilan rata-rata / bulan : 2.000.000,00


b. Data Ibu

1) Nama : Rokhayatun

2) TTL :-

3) Pendidikan : SD

4) Pekerjaan : Ibu rumah tangga

5) Penghasilan rata-rata / bulan :-

3. Problem

Setelah nilai ujian nasional diumumkan, Ahmad ulul azmi cerita


dengan saya. Dia merasa menyesal dengan hasilnya, karena hasil nilai
matematika yang kurang bagus itu, mengakibatkan nilai rata-ratanya hanya
7,0 padahal nilai pelajaran yang lainnya bagus-bagus.

4. Solusi

Kemudian saya berkata bahwa semua itu tidak perlu untuk disesali
karena hal itu telah terjadi, sekarang hal yang terpenting untuk di fikirkan
adalah lulus tes masuk universitas. Bagaimana caranya yaitu belajar
dengan sungguh-sungguh matematika, karena sesungguhnya matematika
adalah ilmu sehari-hari. Dimanapun kita pasti akan bertemu dengan
matematika. Kemudian, selain belajar sungguh-sungguh saya juga
menyarankan untuk puasa membuka ilmu. Seperti yang telah saya
sarankan kepada adek mila.

5. Hasil Konseling

Ahmad ulul azmi mulai membenahi pola belajar matematika yang


dulu. Pola belajar yang baru ini lebih menarik sehingga lebih memacu
semangat. Untuk puasanya belum mulai dilakukan, karna saya 3 minggu
ini belum sempat berkomunikasi lagi dengannya. Untuk hasilnya belum
begitu merubah, namun sudah ada sedikit perkembangannya.
C. KONSELI KETIGA

1. Data Pribadi Konseli

a. Nama : Masudah (Dah)

b. TTL : Kendal, 21 Juli 1972

c. Alamat : Jl. Randugarut RT 01 Rw 02 Tugu Semarang

d. IQ :-

e. Potensi / Bakat : Marketing

f. Masalah : Sering mengalami kantuk ketika kerja

g. Riwayat penyakit : TBC

h. Cita cita : Ingin menjadi Ibu yang dapat

2. Data Orang Tua

a. Data Ayah

1) Nama : Much Subhi (Alm)

2) TTL : 04 Mei 1935

3) Pendidikan : SD

4) Pekerjaan :-

5) Penghasilan rata-rata / bulan :-

c. Data Ibu

1) Nama : Nuriyah (Alm)


2) TTL : 01 Desember 1939

3) Pendidikan : SD

4) Pekerjaan :-

5) Penghasilan rata-rata / bulan :-

3. Problem
Ibu Masudah sharing kepada saya, bahwa beliau sering mengalami
kantuk yang berat ketika kerja maupun setelah kerja. Namun, jika malam
hari beliau sulit untuk tidur. Jadi, waktu tidur beliau itu mulai jam 12
keatas. Mungkin hal itu yang melatar belakangi kantuk yang sering terjadi
di pagi harinya.
4. Solusi
Beliau mengatasi katuk tersebut dengan meminum kopi, makan
permen, dan lain sebagainya. Namun, hal itu hanya dapat mengusir
kantuknya sesekali saja, namun setelah efeknya hilang kantukpun kembali
datang. Kemudian saya menyarankan kepada beliau untuk menjauhi kopi,
karena kopi kurang baik bagi kesehatan. Beliau saya sarankan pula untuk
memijat-mijat bawah hidung.
5. Hasil Konseling
Alhamdulillah beliau menyambut positif saran tersebut, dan
membiasakan-nya. Efek perkembangannya bagaimana saya belum
mengetahuinya. Karena saya belum bertemu kembali dengan Ibu
Masudah.

V. PENUTUP

A. Simpulan

Dari laporan praktek bimbingan konseling dapat disimpulkan bahwa


permasalahan itu dimiliki oleh setiap individu, begitu juga pemecahannya.
Ada masalah yang bisa dipecahkan sendiri, namun juga ada permasalahan
yang membutuhkan bantuan orang lain dalam penangganannya. Pemecahan
suatu masalah itu tidak semudah membalikan telapak tanggan, ada prosedur
yang harus dilakukan. Ikhtiyar dan doa merupakan kunci utama untuk
menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi. Oleh sebab itu,
bimbingan konseling sangat dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan
yang ada sehingga tidak menjadi beban untuk binimbing-konseli.

B. Saran

Demikian laporan praktek bimbingan konseling yang penulis susun.


Adapun kesalahan dan kekurangan yang ada, penulis mohon maaf. Karena
itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan dalam laporan selanjutnya. Apabila pembaca ingin
mengetahui lebih lanjut tentang pembahasan yang ada dalam laporan ini,
pembaca bisa mempelajari dari beberapa buku tentang bimbingan konseling.
Penulis berharap semoga laporan bimbingan konseling ini bermanfaat bagi
semua yang membacanya. Aamiin
Diposkan 7th August 2015 oleh Nur Syifafatul

Tambahkan komentar

9.

Apr

26

Media Pembelajaran Sederhana

PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN SEDERHANA

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Media Pembelajaran

Dosen Pengampu : Zulaikhah, M.Ag


Disusun Oleh: Kelompok V

Nur Syifafatul Aimmah (113111137)

Puji Santoso (113111138)

Ria Khoiriyyah (113111139)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 4D

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2013

I. PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, media pembelajaran mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidik seharusnya memperhatikan
tentang pemanfaatan media dalam setiap kegiatan pembelajaran, dengan
mempelajari bagaimana cara menetapkan media pembelajaran agar dapat
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Realitanya media pembelajaran sering terabaikan dengan alasan:


terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang
tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Agar proses belajar mengajar mudah,
efisiensi dan konsentrasi belajar meningkat, seorang pendidik harus memilih serta
menggunakan media yang tepat dan berelevansi dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Media pembelajaran tidak harus mahal, dalam kegiatan belajar
mengajar yang dibutuhkan adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Jadi
sesederhana mungkin media pembelajaran dapat dipakai sebagai sarana mencapai
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pemakalah akan menjelaskan tentang
pembuatan media pembelajaran sederhana.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa pengertian media pembelajaran sederhana?

B. Sebutkan apa saja unsur - unsur visual media pembelajaran sederhana?

C. Jelaskan dan sebutkan macam - macam media pembelajaran sederhana?

D. Bagaimana cara pembuatan media pembelajaran sederhana?

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Media Pembelajaran Sederhana

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
artinya tengah, perantara atau pengantar. Menurut Djamarah (1995:136)
media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pembelajaran.107[1]

Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru atau pengajar untuk


membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya.108[2]

Sederhana adalah tidak berlebih-lebihan atau simple.109[3] Media


pembelajaran sederhana merupakan media pembelajaran yang tidak berbasis
teknologi dan dapat dibuat sendiri. Media pembelajaran sederhana identik
dengan hal yang simple yang tidak memerlukan biaya mahal.110[4]

B. Unsur - Unsur Visual Media Pembelajaran Sederhana

Dalam proses pembuatan media pembelajaran sederhana itu harus


diperhatikan unsur-unsur desain tertentu, antara lain:

1. Kesederhanaan

Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen


yang terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit
memindahkan siswa untuk menangkap dan memahami pesan yang
disajikan. Kalimat harus ringkas tetapi padat dan mudah dimengerti.

2. Keterpaduan

107[1] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,


2009), hlm. 3.

108[2] Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan
Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 5.

109[3] http://www.artikata.com/arti-349373-sederhana.html diunduh pada 18


April 2013 pukul 13.19 WIB.

110[4]http://aritmaxx.wordpress.com/2010/03/28/unsur-unsur-visual-media-
sederhana/ diunduh pada 16 April 2013 pukul 19.46 WIB.
Keterpaduan mengacu pada hubungan yang terdapat diantara
elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara
bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu
sehingga membantu pemahaman pesan dan informasi yang
dikandungnya.

3. Penekanan

Konsep yang disajikan memerlukan penekanan terhadap salah


satu unsur yang terpenting, dengan menggunakan ukuran, hubungan-
hubungan perspektif warna atau ruang.

4. Keseimbangan

Bentuk yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan


yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya
simetris.

5. Bentuk

Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan


minat dan perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur
visual dalam penyajian pesan perlu diperhatikan.

6. Garis

Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga


dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan khusus.

7. Tekstur

Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar


atau halus yang dapat digunakan untuk penekanan unsur.

8. Warna
Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan, penekanan,
untuk membangun keterpaduan, mempertinggi tingkat realisme objek,
menunjukkan persamaan dan perbedaan, serta menciptakan respons
emosional tertentu.111[5]

C. Macam - Macam Media Pembelajaran Sederhana

Dilingkungan kita, terdapat banyak benda yang dapat dijadikan


sebagai media pembelajaran sederhana. Hal ini hanya membutuhkan
kreatifitas dari seorang pendidik, untuk mengubah benda tersebut menjadi
media tertentu agar dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

Terdapat beberapa macam media pembelajaran sederhana, yaitu:

1. Gambar

Gambar yang dimaksud disini termasuk foto, lukisan / gambar, dan


sketsa ( gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar
ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin di sampaikan
kepada siswa.

a. Gambar jadi

Gambar jadi dapat diambil dari majalah, brosur, selebaran, dan


lain-lain yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Gambar Garis (sketsa)

Ciri untama dalam membuat gambar garis, yaitu adanya objek,


aksi, atau situasi yang ingin dilukiskan. Dengan gambar garis siswa
akan memahami pembelajaran melalui sketsa gambar.

c. Gambar diam

111[5] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, hlm. 107-113.


Media gambar diam adalah media visual berupa gambar yang
dihasilkan melalui proses fotografi, misalnya: foto, gambar, peta. 112[6]

d. Gambar fotografi

Gambar fotografi diperoleh dari beberapa sumber, misalnya dari


surat kabar, lukisan, kartun, ilustrasi, foto yang diperoleh dari berbagai
sumber tersebut dapat digunakan oleh guru secara efektif dalam
kegiatan belajar mengajar dengan tujuan tertentu.113[7] Terdapat lima
criteria yang harus diperhatikan antara lain:

1) Gambar fotografi itu harus cukup memadai.

2) Gambar-gambar itu harus memenuhi persyaratan artistic yang


bermutu.

3) Gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan


jelas.

4) Validitas gambar, yaitu apakah gambar itu benar atau tidak.

5) Memikat perhatian anak, ini cenderung kepada hal-hal yang


diamatinya, misalnya, binatang, kereta api, kapal terbang dan
sebagainya.114[8]

2. Peta dan Globe

Peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi,


seperti: keadaan permukaan (bumi, daratan, sungai sungai, gunung-
112[6] Azhar Arsyad , Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997),
hlm. 113-147.

113[7] Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009), hlm. 70-71.

114[8] Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Media Pengajaran, hlm. 73-75.
gunung), dan tempat- tempat serta arah dan jarak. Kelebihan lain dari peta
dan globe, dalam kegiatan belajar mengajar adalah:

a. Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah


kepulauan dan lain lain;

b. Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh- pengaruh


geografis;

c. Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan


distribusi penduduk, tumbuh- tumbuhan dan kehidupan hewan, serta
bentuk bumi yang sebenarnya.115[9]

3. Grafik

Sebagai suatu media visual, grafik adalah penggambaran data


berangka, bertitik yang memperlihatkan hubungan timbal balik sehingga
membentuk informasi.116[10] Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan
data kuantitatif secara teliti dan menerangkan perkembangan. 117[11]

Ada beberapa macam grafik, antara lain:

a. Grafik batang, dibuat dengan menggunakan batang sebagai gambaran


kelompok data secara vertical atau horizontal.

b. Grafik garis

Grafik garis digunakan untuk melukiskan kecederungan


kecenderungan dan menghubungkan dua kelompok data, yang di
dasarkan kepada dua skala pada sudut tegak lurus. Misalnya, grafik itu

115[9] Arief Sadiman, dkk., Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 38.

116[10] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar


Baru Algensindo, 2010), hlm. 101.

117[11] Arief , Sadiman, dkk., Media Pendidikan Pengertian, hlm. 40.


dapat menunjukkan hubungan tekanan dan temperatur jika volume gas
di jaga agar tetap konstan.

c. Grafik lingkaran

Grafik lingkaran digunakan untuk menggambarkan informasi


mengenai porsi (alokasi) penggunaan dana yang tersedia. Jumlah
persentase keseluruhan segmen adalah 100%.

d. Grafik gambar

Grafik gambar merupakan bentuk alternatif dari grafik batang


yang digunakan untuk melukiskan nilai. Untuk mempermudah
pemahaman dan menghindari kebingungan, sebaiknya nilai setiap
rangkaian gambar dicantumkan.118[12]

4. Papan Tulis

Papan tulis dan whiteboard merupakan salah satu media penyajian


untuk pembelajaran. Media ini dipakai untuk penyajian tulisan atau sketsa
gambar dengan menggunakan kapur atau spidol.

5. Papan Flanel

Papan flanel merupakan media visual yang efektif untuk


menyajikan pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis
kain flanel ini dapat dilipat dan praktis. Gambar-gambar yang dapat
dipasang dan dilepas dengan mudah, sehingga dapat dipakai berkali-
kali.119[13]

118[12] Azhar Arsyad , Media Pengajaran, hlm. 138-141.

119[13] Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto, hlm. 52-53.


6. Display

Display dapat dibuat sebagai media pembelajaran sederhana


dengan cara pertama, memilih gambar yang sesuai dengan mata pelajaran.
Kedua, gambar-gambar tersebut langsung ditempelkan pada papan
bulletin dengan mengunakan paku payung. 120[14]

7. Relia

Media relia adalah benda nyata, yang tidak harus dihadirkan di


ruang kelas tetapi siswa dapat melihat langsung ke objek, sehingga dapat
memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Contoh: Mempelajari
keanekaragaman mahluk hidup. 121[15]

8. Poster

Poster merupakan penggambaran yang ditujukan sebagai


pemberitahuan, peringatan, maupun menarik perhatian dengan
menyatukan gambar, warna, tulisan, dan kata-kata. Poster yang baik harus
dinamis, menonjolkan kualitas. Poster harus sederhana tidak memerlukan
pemikiran bagi pengamat secara rinci, harus cukup kuat untuk menarik
perhatian, bila tidak, akan hilang kegunaanya.122[16]

9. Bagan (Chart)

Bagan merupakan presentasi berupa gambar grafis yang


menginformasikan hubungan-hubungan. Misalnya: kronologis, jumlah,
dan hierarki. Sebagai media yang baik, bagan haruslah: dapat dimengerti,
sederhana dan lugas, serta mempunyai daya tarik. Terdapat beberapa
macam chart atau bagan, antara lain:

120[14] Arief , Sadiman, dkk., Media Pendidikan Pengertian, hlm. 49.

121[15] Dr. Nana Sudjana & Drs. Ahmad Rivai, Media Pengajaran, hlm. 51.

122[16] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 101.


a. Bagan Pohon ( Tree Chart )

Bagan pohon ibarat sebuah pohon terdiri dari batang, cabang-


cabang, dan ranting-ranting. Sesuai dengan namanya, bagan pohon
dikembangkan dari dasar yang terdiri atas beberapa akar menuju
batang tunggal. Contohnya adalah bagan silsilah.

b. Bagan Chart Klasifikasi digunakan untuk menjelaskan atau


mengelompokkan objek, peristiwa dan taksonomi.

c. Bagan Garis Waktu, mengambarkan hubungan kronologis antara


peristiwa-peristiwa yang terjadi. Garis waktu amat bermanfaat untuk
meringkaskan urutan waktu dari serangkaian peristiwa.

d. Bagan Alir ( Flowchart ) adalah bagan proses yang menunjukkan suatu


urutan, proseddur atau aliran proses.123[17]

10. Herbarium

Herbarium adalah koleksi atau contoh tumbuhan yang telah


dikeringkan atau diawetkan, diklarifikasi, dan direkatkan pada kertas
dengan keterangan tertentu.124[18]

D. Cara Pembuatan Media Pembelajaran Sederhana

Dalam proses pembelajaran, pendidik dapat membuat sendiri media


pembelajaran sederhana yang dapat berupa gambar atau foto. Menurut
Oemar Hamalik (1994:67-68) sebelum membuat media gambar terlebih
dahulu memperhatikan keaslian gambar, kesederhanaan, bentuk item, dan
artistik.

123[17] Arief , Sadiman, dkk., Media Pendidikan Pengertian, hlm. 35-37.

124[18] Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto, hlm.58.


Media gambar sebagai bagian dari media pembelajaran sederhana
sering dipergunakan karena nilai ekonomis dan kepraktisannya. Guru dapat
membuat sendiri media gambar ini atau membeli. Untuk membeli media
gambar yang bagus tentu harganya relatif mahal dibanding membuat sendiri
media gambar tersebut. Media gambar dapat dibuat dengan beragam variasi
pembuatan. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan media
gambar dapat berupa kertas, papan triplek, gabus, dan kain.

Contoh pembuatan media sederhana:

1. Media gambar paling sederhana dapat dilukis sendiri di atas kertas karton
putih ukuran A1 (59,4 cm X 84,1 cm), AD (84,1 cm X 118,9 cm), atau
disesuaikan dengan kebutuhan. Dapat juga gambar yang akan dijadikan
media di fotokopi dahulu sesuai : Ukuran yang dibutuhkan kemudian
ditempel pada papan triplek atau gabus. Satelah selesai agar gambar
tersebut tahan lama dan tidak rusak sebaiknya ditempelkan pada papan
triplek kemudian dilapisi dengan plastik. Berikan warna pada gambar
tersebut agar lebih menarik untuk dilihat. Berikut merupakan contoh
media gambar tentang praktek sholat yang dibuat menggunakan kertas
karton putih dengan papan triplek sebagai dasar gambar.

2. Media visualisasi bagi siswa untuk mengetahui gerakan wudhu dan sholat
secara tertib dan beraturan. Langkah pembuatannya adalah sebagai
berikut:

a. Menyiapakan bahan yang diperlukan yaitu Karton Bekas, Kertas


bekas, Stick Es Cream.

b. Menyiapkan Alat yaitu: Pensil, bolpoin, penggaris, spidol warna, lem,


dan gunting.125[19]

125[19] http://uaksena.com/media-pembelajaran-sederhana-3.html diunduh pada


16 April 2013 pukul 20:22 WIB.
59,4 cm

84,1 cm
Contoh 1

Contoh 2

IV. PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan dalam makalah Pembuatan media pembelajaran


sederhana dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran sederhana
merupakan media yang tidak berbasis teknologi, dapat dibuat sendiri, dan
tidak memerlukan biaya mahal.

Unsur-unsur dalam pembuatan media pembelajaran, meliputi:


kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, keseimbangan, bentuk, garis,
tekstur, dan warna.
Terdapat beberapa macam media pembelajaran sederhana, yaitu:
gambar (gambar jadi, gambar garis, gambar diam, dan gambar fotografi),
peta dan globe, grafik (grafik batang, grafik garis, grafik lingkaran, dan
grafik gambar), display, relia, poster, dan chart / bagan (bagan pohon, bagan
chart klasifikasi, bagan garis waktu, dan bagan alir).

Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik dapat membuat sendiri


media sederhana yang memiliki nilai ekonomis dan kepraktisannya, berupa
gambar atau foto.

B. Saran

Demikianlah makalah ini pemakalah buat, semoga dapat menjadi


tambahan ilmu pengetahuan tentang pembuatan media pembelajaran
sederhana dan dapat membantu mengatasi permasalahan dalam pembuatan
media pembelajaran. Pemakalah sarankan agar pembaca mencari referensi
lain untuk menambah wawasan Anda. Pemakalah mohon maaf apabila dalam
makalah ini terdapat kesalahan baik dalam segi tulisan, tanda baca, maupun
kesalahan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

http://aritmaxx.wordpress.com/2010/03/28/unsur-unsur-visual-
media-sederhana/ diunduh pada 16 April 2013 pukul 19.46
WIB.

http://uaksena.com/media-pembelajaran-sederhana-3.html diunduh
pada 16 April 2013 pukul 20:22 WIB.

http://www.artikata.com/arti-349373-sederhana.html diunduh pada


18 April 2013 pukul 13.19 WIB.

Kustandi, Cecep & Bambang Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran


Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sadiman, Arief, dkk. 2002. Media Pendidikan Pengertian,


Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Sudjana, Nana & Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.


Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Diposkan 26th April 2013 oleh Nur Syifafatul

2
Lihat komentar

10.

Apr

26

Geografi Islam-Islam di Irak

ISLAM DI IRAK

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Geografi Islam

Dosen Pengampu : Dr. H. Ruswan, MA.


Disusun Oleh:

Kelompok 6 - PAI 6A

Nidaun Ilal Fauziyah (113111134)

Nur Syifafatul Aimmah (113111137)

Rosi Perti (113111141)

Siti Zubaidah (113111143)

Tahta Alfina Zein (113111146)

Yuliana (113111152)

Hanifah (113111159)

Masriani (113111161)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2013

I. PENDAHULUAN

Negara republik Irak (al-Jumhuriyah al-Irakiyah) dengan Ibukota


Baghdad, berpenduduk pada sensus 1990 dengan populasi penduduk 18.317.000
jiwa. Luas wilayahnya mencapai 435.052 km2 dengan kepadatan penduduk
42,1/km2, bahasa resminya adalah bahasa Arab. Agama Islam 95,8% (Sunni dan
Syiah), Kristen 3,5% dan sedikit Yahudi. Negara yang berada di bagian barat
daya Asia ini, memiliki batas wilayah; di selatan berbatasan dengan Kuwait dan
Arab Saudi, di barat dengan Yordania dan Syria, di utara dengan Turki, dan di
timur dengan Iran.126[1]

Ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Irak; satu di antaranya


berasal dari kota Uruk (Erech) dari masa Kerajaan Sumer. Pendapat lainnya
mengatakan bahwa Irak berasal dari bahasa Aram, yang berarti "tanah sepanjang
tepian sungai." Pendapat lainnya mengatakan bahwa Irak adalah sebuah rujukan
kepada akar pohon palma, karena jumlahnya banyak sekali di negara itu. Secara
historis Irak dikenal sebagai Mesopotamia, yang secara harfiah dalam bahasa
Yunani berarti "di antara sungai-sungai". Tanah ini menjadi tempat kelahiran
peradaban pertama dunia yang dikenal, budaya Sumeria, diikuti dengan budaya
Akkadia, Babilonia dan Asyur yang pengaruhnya meluas ke daerah-daerah
tetangganya sejak sekitar 5000 SM.127[2] Dari sedikit sejarah terbentuknya negara
irak dan letak geografinya tersebut, pemakalah akan menjelaskan tentang
bagaimana Islam di Irak.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana Potensi Geografis Dan Peradaban Irak?

B. Seperti Apa Keadaan Irak Sebelum Islam Masuk?

C. Bagaimana Proses Masuknya Islam Di Irak?

D. Bagaimana Dinamika Kehidupan Irak Setelah Masuknya Islam ?

126[1]Ajid Tohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2009), hlm. 168.

127[2] Iqbal Poel,


http://sejarahperadabanislamdiirak.blogspot.com/2012/06/sejarah-peradaban-
islam-di-irak.html di unduh pada Rabu, 27 Maret 2013, pukul 19.30 WIB
III. PEMBAHASAN

A. Potensi Geografis dan Peradaban Irak

Republik Irak adalah sebuah negara di Timur Tengah atau Asia Barat
Daya, yang meliputi sebagian terbesar daerah Mesopotamia serta ujung barat
laut dari Pegunungan Zagros dan bagian timur dari Gurun Suriah. Negara ini
berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi di selatan, Yordania di barat,
Suriah di barat laut, Turki di utara, dan Iran di timur. Irak mempunyai bagian
yang sangat sempit dari garis pantai di Umm Qashr di Teluk Persia. 128[3]

Ibukota Irak adalah Baghdad dengan luas 435.052 km dan


penduduknya 18.317.000 (pada tahun 1991). Sekitar 80% adalah Arab suku
bangsa lain adalah Kurdi, Turkoman, Persia, Mandean dan Yazid. Bahasa
resminya adalah bahasa Arab, digunakan juga bahasa Turki, Kurdi dan
Persia. Lalu Bahasa Inggris diajarkan di sekolah dan digunakan di dunia
bisnis. Satuan mata uang adalah dinar Irak. Agama 98,5% (Islam) yang
meliputi 95% mayoritas Syiah dan 3,5% penganut Sunni lalu sisanya 3,5%
(Kristen).129[4]

Irak berada tepat dibagian timur wilayah Bulan Sabit Subur, yang
dulu sering disebut daerah Mesopotamia kosa kata Yunani yang berarti
lahan diantara dua sungai, yaitu Sungai Tigris dan Sungai Eufrat. Kedua
sungai ini sangat mempengaruhi kehidupan dan lingkungan penduduk Irak
dari masa ke masa.

Karena posisinya yang terletak antara jazirah Arabia Utara dan jajaran
Gunung Turki serta Iran di sebelah barat daya, daerah ini membentuk
lintasan tanah rendah antara Syiria dan Teluk Persia. Topografi Islam

128[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Irak, di unduh pada 16 April 2013 pukul 10.51


WIB.

129[4] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 2, (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), hlm. 239
termasuk ke dalam tiga zona yang berbeda, bagian pegunungan utara disebut
wilayah Kurdistan. Tiga zona tersebut yaitu (1) wilayah tengah antara Tigris
dan Efrat dengan pusat ibukota Baghdad, yang merupakan wilayah paling
mudah mendapat aliran irigasi dan tanah-tanah terolah dengan baik. (2)
wilayah barat, barat daya, dan selatan merupakan daerah gurun yang hampir
keseluruhannya sama sekali gersang. (3) di selatan terdapat daerah rawa yang
luas di sepanjang Shatt al-arab, tempat bergabungnya kedua sungai yaitu
Tigris dan Eufrat, sekitar 160 km di sebelah barat laut Teluk Persia.130[5]

Negara Irak juga merupakan salah satu negara penghasil minyak


terbesar di dunia, sehingga hal tersebut memberikan tanggung jawab dan
menyeretnya untuk ikut serta dalam berbagai masalah modern. Hal itu
berkaitan erat dengan pengembangan dunia industri di barat.

Kini sekitar 70% penduduk Irak adalah orang kota, tentulah mereka
memerlukan pendidikan untuk memenuhi tantangan kehidupan modern.
Sejak tahun 1968 Irak telah diperintah oleh Partai Baath, yang menekankan
sekulerisme dan mengembangkan kesempatan bagi wanita-wanita telah
mencapai kemajuan besar dalam pendidikan.

Secara demografis, penduduk Irak secara tradisional dibagi ke dalam


pola hidup kota dan kaum (suku). Sebagian besar penduduk kota dan
per-kauman memilih tinggal di kampung-kampung kecil. Kehidupan
sehari-hari mereka bersifat komunal terlihat dari berbagai upacara kehidupan
mereka seperti dalam menggunakan hari-hari libur, pernikahan, dan
penguburan yang biasanya dilakukan di asal kampung mereka. Di kota kecil
kehidupan mereka pun selalu dengan cara menggerombol yang umunya lebih
senang di sekitar masjid-masjid sementara itu, dikota-kota besar mereka
menggerombol di sekitar balai-balai kota.

Beberapa suku pengembara Arab masih ditemukan hidup di bawah


tenda-tenda kulit kambing, meskipun kini kebanyakan tenda dibuat dengan
kanfas sesuai dengan zaman.

130[5] Ajid Thahir, Studi Kawasan Dunia Islam , hlm. 168.


Makanan kurma merupakan makanan pokok khususnya orang-orang
miskin. Kurma merupakan sumber gula, protein dan lemak. Biasanya kurma
dimakan dengan roti yang merupakan juga makanan pokok.131[6]

B. Keadaan Irak Sebelum Islam Masuk

Ribuan tahun sebelum masehi di wilayah Irak telah berdiri beberapa


kerajaan besar yang membangun peradaban dunia paling awal seperti
Sumeria, Akkad, Assyiria, dan Babylonia. Peradaban dunia paling awal
berkembang di daerah Irak, khususnya di lembah Sungai Tigris. 132[7] Dua
kemajuan besar dalam evolusi sejarah peradaban manusia tampaknya telah
dipraktikan sejak dahulu oleh penduduk Irak. Pertanian dimulai sejak tahun
6500 SM di kaki bukit pegunungan di Irak Utara, sedangkan pengembangan
cara menulis telah dimulai oleh bangsa Sumeria. Tulisan-tulisan mereka
didasarkan atas pitrogaf (huruf-huruf paku), abjad itu berkembang menjadi
aksara baku yang disebut cuneiform.133[8]

Bangsa sumeria dalam perkembangannya menganut system


kepercayan polytheisme yakni menyembah banyak dewa. Adapun dewa-
dewa yang mereka sembah antara lain: Dewa Uruk (langit), Eridu (dea air),
Nippur (dewa bumi), Shamash (dewa matahari), dan Dewa Shin (bulan).
Nippur sebagai dewa bumi dipandang sebagai dewa yang tertinggi, oleh
karena itu kota Nippur ditetapkan sebagai kota pusat keagamaan bagi bangsa
sumeria.134[9]

Banyak dari sumbangan Irak kuno dalam sejarah dan kebudayaan


selama zaman Sumeria (4000-2500 SM). Termasuk bangsa Sumeria telah
mengembangkan penggunaan roda, teknik pandai-besi, dan arsitektur candi
131[6] Ajid Thahir, Studi Kawasan Dunia Islam , hlm. 168.

132[7] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 2,..., hlm. 239.

133[8] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam , hlm. 169.

134[9]http://tarampapam.blogspot.com/2011/03/peradaban-lembah-sungai-
tigris-dan.html, diunduh pada 17 April 2013 pukul 13.52 WIB.
monumental seperti yang terlihat pada zigurat (candi Mesopotamia) yang
terkenal. Bangsa Sumeria juga telah menciptakan kalender akurat yang
pertama dalam daur 60 menit per jam dan 24 jam per hari yang sampai kini
masih tetap dipakai oleh umat manusia di seluruh dunia.

Irak adalah daerah pertama tempat didirikannya sebuah kekaisaran,


yaitu selama pemerintahan bangsa Akkadia diikuti oleh kekaisaran
Babylonia.135[10] Babilonia merupakan peradaban tertua didunia yang hingga
kini msih dapat kita jumpai sisa-sisa kejayaannya. Pusat peradabannya
terletak di kota Babilon, berjarak sekitar 97 km arah selatan dari kota
Baghdad. Pendiri peradaban babilonia adalah bangsa Amorit, di
Mesopotamia pada tahun 1894 SM. Setelah mengalahkan orang-orang
akadia, bangsa babilonia menguasai Mesopotamia selama 1000 tahun lebih.

Kota Babilon pada saat itu menjadi pusat perdagangan dan


keagamaan. Raja babilonia yang terbesar adalah Hammurabi, yang
memerintah sekitar 1948 sampai 1905 SM. Dia membuat undang-undang
yang kemudian dikenal dengan Codex Hammurabi. Codex Hamurabi adalah
undang-undang pertama yang dibuat oleh manusia sepanjang sejarah.
Undang-undang tersebut merupakan salah satu warisan peradaban
Mesopotamia yang amat bernilai bagi umat manusia. Codex Hamurabi berisi
kumpulan hukum yang menjamin keadilan bagi seluruh rakyat Babilonia.

Kerajaan Babilonia mengalami kehancuran setelah raja hamurabi


meninggal dunia sekitar tahun 1750 SM. Babilonia di taklukan oleh bangsa
Hittit dari dataran tinggi disebelah utara Babilonia. 136[11] Setelah Babilonia
hancur, bangsa Assyiria menguasai Mesopotamia. Mereka masih termasuk
bangsa Semit. Bangsa Assyiria berhasil membangun kota Assyur dan
Niniveh, dan kota Niniveh dijadikan sebagai pusat pemerintahan.
Pemerintahan bangsa Assyiria bercorak militer dan dijuluki sebagai bangsa
Roma dari Asia. Mereka berhasil membentuk imperium yang besar, hingga
135[10] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam , hlm. 169.

136[11] Muhammad Syafii Antonio & Tim Tazkia, Ensiklopedia Peradaban Islam
Baghdad, (Jakarta: Tazkia Publising, 2012), hlm. 24.
kemudian dikalahkan oleh bangsa Khaldea. Keberhasilan Bangsa Khaldea
tersebut, mengangkat kembali keperkasaan Babilonia. Raja Khaldea yang
terkenal adalah Nebukadnezar. Kejayaan Mesopotamia kuno berakhir ketika
kerajaan Persia dibawah pemerintahan Raja Cyrus pada tahun 539 SM.
Setelah itu, Raja Cyrus menjadikan sebagai provinsi terkaya di Kerajaan
Persia.137[12]

Masa Pemerintahan Nebukadnezar kekaisaran Babylonia.


Nebukadnezar adalah putra tertua Nebopalasar yaitu seseorang yang
merupakan pendiri kerajaan Babylonia Baru. Nebukadnezar pada awalnya
hanya ditugaskan sebagai komandan militer, tetapi pada akhirnya menjadi
raja sesudah ayahnya meninggal dunia. Nebukadnezar ini adalah sosok yang
sangat terampil ketika berperang dan dia juga sangat pandai dalam berpolitik.
Pada masa kekuasaan Nebukadnezar, Babylon merupakan kota terbesar dari
kota yang ada di dunia pada saat itu. Luasnya diperkirakan 1000 hektar
dengan sungai Euprat yang melewati kerajaan.

Kota Babylon yang tadinya hanya berupa reruntuhan, dibangun


kembali menjadi sebuah kota yang indah dan megah dibawah kekuasaan
Nebukadnezar. Pembangunan yang dia lakukan, bukanlah pembangunan
yang cuma-cuma tetapi pembangunan yang dilakukan secara besar-besaran
sampai mengerahkan semua budak yang ada di Babylon pada saat itu,
sehingga Babylon menjadi sebuah kota yang indah dan melegenda. Sebagai
seorang pemimpin yang cakap, Nebukadnezar telah banyak melakukan
perang militer dengan berbagai bangsa salah satunya perang militer di Syiria
dan Phoenicia, memaksakan setoran upeti dari Damaskus, Tyre, dan Sidon.
Dia pun melakukan perang demi terciptanya koloni-koloni seperti yang
terjadi di Asia Kecil, yaitu di daratan Haiti.

Pada tahun 601 SM terlibat pertempuran Besar dengan Mesir dan


pada tahun 599 SM menyerang Arabia. Pada tahun 597 SM menyerang Israel
dan merebut Jerussalem sekaligus menggulingkan raja Jeholakin. Pada

137[12] Muhammad Syafii Antonio & Tim Tazkia, Ensiklopedia Peradaban, ... ,
hlm. 16-17.
akhirnya Mesir dan Babylon pun terlibat perang untuk menguasai timur, di
sepanjang masa pemerintahan Nebukadnezar dan hal inilah yang mendorong
raja Zedekiah dari Israel untuk memberontak. Tetapi ternyata setelah 18
bulan Jerussalem dapat direbut pada 587 SM dan ribuan Yahudi pun di
deportasi ke Babylon dan kuil Solomon diratakan dengan tanah.138[13]

C. Proses Masuknya Islam di Irak

Agama Islam masuk ke wilayah Irak pada tahun 633 M, pada waktu
itu wilayah sebagian daerah Irak dikuasai oleh Persia dan daerah lain
dikuasai oleh Roma. Kemudian Irak ditaklukan tentara Arab Islam (tahun
633-637 M) dengan membawa bahasa Arab dan ajaran Islam ke wilayah itu.
Penaklukan itu berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:

1. Berlangsung pada masa Khalifah abu Bakar as-Siddiq. Tentara Islam


dibawah pimpinan Musanna bin Harisah menaklukan bagian barat Sungai
Eufrat. Kesuksesan ini mendorong Abu Bakar mengirim tentara yang
lebih besar dibawah pimpinan Khalid bin Walid. Ia menyebrang dari utara
dan menguasai kota Hirah. Di sini ia bertemu dengan tentara Persia.
Kemudian ia menguasai pelabuhan al Ubullah di Teluk Arab.

2. Berlangsung pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Serangan diarahkan


ke utara Baghdad, yang disebut Ard as Sawad. Di sini kerajaan Persia
membangun pusat pemerintahan di kota Madain. Pertempuran
berlangsung selama beberapa tahun dan melibatkan banyak panglima
tentara Islam terbaik, antara lain Musanna bin Harisah, Jarir bin Abdullah,
Abu Ubaidah bin Umar as Saqafi, dan Sad bin Abi Waqqas. Panglima
Sad bin Abi Waqqas merupakan panglima yang dianggap paling sukses
dan paling luas daerah taklukannya. Ia berhasil menaklukan seluruh
daerah Ard as Sawad, termasuk daerah yang sekarang disebut Basrah.
Penaklukan kemudian dilanjutkan oleh Syuriah bin Amir dan Utbah bin

138[13] Dinar Siti Jenab, dkk.


http://sukmazaman.blogspot.com/2012/06/perkembangan-kebudayaan-
budaya.html diunduh pada 16 April 2013 pukul 11.59 WIB.
Gazwan atas suku-suku Arab yang bekerja sama dengan bangsa Persia di
utara Irak.

3. Juga pada masa Khalifah Umar bin Khattab, tentara Irak dipimpin oleh
Iyad bin Ganam. Serangan diarahkan ke daerah yang dikuasai oleh bangsa
Romawi. Tentara Islam berhasil menguasai kota-kota penting seperti ar-
Raqqah, Haran, dan ar-Ruha. Kota-kota ini dijadikan markas tentara
Islam, yang kemudian mengadakan serangan ke Armenia dan sekitarnya.

Penyebaran ajaran Islam dipusatkan di kota Basrah dan Kuffah yang


dibangun pada masa Khalifah Umar. Khalifah mengirim Abu Musa al
Asyari ke Basrah dan Abdullah bin Masud ke Kuffah. Ulama-ulama dari
Madinah mulai berdatangan ke dua kota tersebut, dan juga kota lainnya.
Walaupun Khalifah Umar menerapkan kebebasan beragama kepada
penduduk Irak, bahasa Arab dan Islam cepat diterima oleh penduduk,
sehingga penganut Islam menjadi mayoritas.

Pada masa Khalifah Ali bin Abu Thalib, pusat pemerintahan


dipindahkan ke kota Kuffah. Pada masa Dinasti Abbasiyyah, pusat
pemerintahan dipindahkan ke kota Baghdad, kota yang dibangun oleh Abu
Jafar al Mansur. Selama pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Irak khususnya
negara Baghdad menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, perdagangan,
peradaban, dan ilmu pengetahuan di dunia Islam timur. Kejayaan dinasti
Abbasiyah di Irak berakhir setelah Baghdad dihancurkan Hulagu Khan dari
Mongol tahun 1258. Tahun 1401, Irak dikuasai kembali oleh bangsa Mongol
dibawah pimpinan Timur Lenk, kemudian oleh Persia dan pada tahun 1683,
dikuasai oleh Turki Usmani.

Pada tahun 1339H/1920M wilayah Irak di bawah otonomi Inggris.


Dalam Perang Dunia I, Inggris membebaskan Irak dari Turki Usmani, Inggris
mendirikan industri petroleum di Baghdad dan membangun pelabuhan
modern di Basrah. Tahun 1920, Liga Bangsa-Bangsa memberi mandat atas
Irak kepada Inggris. Pada tahun 1921, Inggris membantu para pemimpin Irak
membentuk pemerintahan dengan menobatkan Faishal bin Husein sebagai
raja Irak dan perdana menteri Nuri Said. Kemudia pada tahun 1932, LBB
mengakhiri mandat Inggris atas Irak dan mengakui Irak sebagai negara
merdeka. Setelah itu, pada tahu 1958 kelompok militer mengambil alih
kekuasaan dan menyatakan Irak sebagai negara republik (14 Juli 1958).139
[14]

D. Dinamika Kehidupan Irak Setelah Masuknya Islam

Di Irak telah berdiri sejumlah peradaban kuno klasik, diantaranya


adalah peradaban Sumeriah (3700-2350 SM), kekaisaran Akkadiyah (2350-
2200 SM), kekaisaran Babilonia (1895-1595 SM) yang diserang oleh Al-
Kasyi, kemudian kekaisaran Asyuriah (1153-612 SM). Kemudian Irak
tergabung masuk ke dalam pemerintahan Islamiah, setelah kemenangan besar
Al-Qadisiyah yang dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqash pada tahun 14
H/635 M.

Setelah itu, tentara Islam bertolak menaklukkan kota-kota di Persia.


Maka berakhirlah kekaisaran Persia. Irak kemudian tunduk di bawah raja-
raja Islam (Umayah dan Abbasiyah), lalu datang arus penyerbuan Mongolia
yang membumihanguskan negeri ini pada tahun 656 H/1258 M. Kemudian
dikuasai oleh orang-orang Utsmaniyah pada masa antara tahun 941-1337
H/1534-1918 M. Pada tahun 1339 H/11920 M, wilayah ini berada di bawah
otonomi Inggris. Pada tahun 1339 H/1921 M, Faishal bin Husein dinobatkan
sebagai Raja Irak oleh Inggris dengan perdana menterinya Nuri Said.
Keduanya telah bersama-sama menghadapi revolusi orang-orang Kurdi pada
tahun 1922-1932 M. Irak kemudian memperoleh kemerdekaannya pada
tahun 1531 H/1932 M.140[15]

Berikut ini penguasa-penguasa Irak pada masa kerajaan dan republik:

Masa Kerajaan:

139[14] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 2, hlm. 239-
240.

140[15] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia,


2008), hlm. 280-281).
1. Faishal bin Husein bin Ali Al-hasyimi (1329- 1352 H/ 1921-1933M) :
Raja pertama Irak yang dinobatkan oleh Inggris dan pada masanya Irak
memperoleh kemerdekaan.

2. Ghazi bin Faisal bin Husein (1352-1385 H/ 1939-1985 M) : Meninggal


dalam kecelakaan mobil.

3. Faishal bin Ghazali bin Faishal (1358-1377 H/ 1939-1985 M) : Raja Irak


yang terakhir yang terbunuh dalam revolusi pada tahun 1958 M. Pada
masanya sistem Kerajaan dihapus.

Masa Republik:

4. Abdul Karim Qasim (1377-1382 H/ 1958-1963 M) : Pemimpin revolusi,


presiden Irak pertama yang berkuasa lewat kudeta dan dijatuhkan lewat
kudeta pula dan dihukum mati.

5. Abdussalam Arif (1382-1385 H/ 1963-1966 M) : Meraih kekuasaan


lewat kudeta, masa kekuasaanya penuh dengan kekacauan, dan tewas
dalam kecelakaan pesawat.

6. Abdurrahman Arif (1385-1388 H/ 1966-1968 M) : Pada masa


pemerintahanya urusan pemerintahan terabaikan, dia dijatuhkan oleh
kudeta militer.

7. Amad Hasan Bakar (1388-1399 H/ 1968-1979 M) : Meraih kekuasaan


lewat kudeta, lalu Saddam Husein mencopotnya dari jabatan.

8. Saddam Husein (1399 H/ 1979 M- 9 April 2003) (digulingkan) :


Penguasa diktator yang kejam yang menggiring negerinya ke arah
kehancuran dan kemusnahan.

9. Ghazi Mashal Ajil al-Yawer (28 Juni 2004), Meninggalkan posisi: 6


April 2005.
10. Jalal Talabani (1933 M-6 April 2005) : Pertahanan patriotik union
kudistan. 141[16]

Untuk Agama yang dianut sendiri Irak merupakan Negara yang


mayoritas berkeyakinan Islam dengan komposisi; Islam sebanyak 97% dan
Kristen atau lainnya 3%. Mengenai aliran islam yang dianut terdapat dua
kelompok besar yang mendominasi, yaitu syiah dan Sunni. Syi'ah dan
umumnya Arab dengan sebagian Turkmen dan Kurdi Faili hampir semuanya
adalah pengikut aliran Dua Belas Imam. Sedangkan sunni terdiri dari orang-
orang Arab, Turkmen yang menganut Mazhab Hanafi dan orang-orang Kurdi
yang memeluk Mazhab Syafi'i. Namun untuk proposi dari tiap-tiap aliran
tidak ada angka resmi yang tersedia dari pemerintah, terutama karena
sifatnya yang sangat politis. Namun dari sumber Britannica menyebutkan
kurang lebih bahwa golongan Syi'ah 60% dan Sunni 40%, dan sumber CIA
World Fact Book merilis bahwa Syi'ah 60%-65% dan Sunni 32%-37%.

Orang-orang Sunni menyangkal keras angka-angka ini yang mengacu


ke sumber-sumber Amerika. Mereka mengklaim bahwa banyak laporan atau
sumber hanya mencantumkan Sunni Arab hanya sebagai 'Sunni', dan tidak
memperhitungkan orang-orang Sunni Kurdi dan Sunni Turkmen. Sebagian
berpendapat bahwa Sensus Irak 2003 memperlihatkan bahwa orang-orang
Sunni sedikit lebih banyak. Etnis Assyria (kebanyakan daripadanya adalah
pemeluk Gereja Katolik Khaldea dan Gereja Assyria di Timur) mewakili
sebagian terbesar penduduk Kristen Irak yang cukup besar, bersama-sama
dengan orang Armenia. Pemeluk Bah', Mandeanisme, Shabak, dan Yezidi
juga ada. Kebanyakan orang Kurdi adalah pemeluk Muslim Sunni, meskipun
kaum Kurdi Faili (Feyli) umumnya adalah Syi'ah.

Dalam milenium yang paling mutakhir, Irak telah dibagi menjadi lima
daerah budaya: Kurdi di utara yang berpusat di Arbil, Arab Islam Sunni di
tengah sekitar Baghdad, Arab Islam Syi'ah di selatan yang berpusat di Basra,
Assyria, sekelompok orang Kristen, yang tinggal di berbagaikota di utara,

141[16] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam (Penerjemah: Samson Rahman),


(Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hlm. 280-282.
dan Arab Rawa, sekelompok orang yang berpindah-pindah, yang tinggal di
daerah berawa-rawa di sungai tengah. Pasar dan barter adalah bentung
perdagangan yang lazim mereka lakukan selain itu mereka juga
menggunakan dinar sebagai mata uang resminya.

Selain peradabannya Irak juga dikenal terutama karena alat musik


yang disebut oud (mirip dengan lute) dan rebab; bintang-bintangnya
termasuk Ahmed Mukhtar dan Munir Bashir, seorang Assyria. Hingga
kejatuhan Saddam Hussein, stasiun radio yang paling populer adalah Suara
Pemuda. Stasiun ini memainkan campuran musik rock barat, hip hop dan
musik pop, yang semuanya harus diimpor lewat Yordania karena adanya
sanksi ekonomi internasional. Irak juga memproduksi seorang bintang pop
pan-Arab penting yang hidup di pengasingan yaitu Kazem al Saher, yang
lagu-lagunya mencakup Ladghat E-Hayya, yang dilarang karena kata-
katanya yang terlalu keras.142[17]

IV. PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan dalam makalah Sejarah Islam di Irak dapat


disimpulkan bahwa letak geografis Irak adalah antara jazirah Arabia Utara
dan jajaran Gunung Turki serta Iran di sebelah barat daya. Negara Irak
merupakan penghasil minyak terbesar di dunia serta menyeretnya dalam
masalah modern, berkaitan erat dengan pengembangan dunia industri di
barat.

Sebelum Islam masuk di Irak telah berdiri beberapa peradaban yang


besar disana. Peradaban-peradaban tersebut yaitu Sumeria, Akkadia,
Babilonia, Assyria, dan Babilonia Baru. Setelah itu wilayah Irak dikuasai
oleh bangsa Persia hingga akhirnya Islam datang ke wilayah tersebut.

142[17] http://id.wikipedia.org/wiki/Irak di unduh pada 17 April 2013 pukul 15.30


WIB.
Islam masuk ke Irak pada awal abad ke-7, dengan melalui tiga
tahapan. Pertama pada masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq di bawah
pimpinan Musanna bin Harisah yang menaklukkan bagian barat Sungai
Eufrat. Kedua pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Beliau mengirim
pasukannya ke utara Bagdad dengan melibatkan banyak panglima terbaik
Islam. Dan tahap ketiga juga terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Pasukan Islam dipimpin oleh Iyad bin Ganam. Serangan diarahkan ke daerah
yang dikuasai bangsa Romawi dan mampu merebut beberapa kota penting.

Tentara Islam bertolak menaklukkan kota-kota di Persia. Maka


berakhirlah kekaisaran Persia. Irak kemudian tunduk di bawah raja-raja Islam
(Umayah dan Abbasiyah). Mengenai aliran Islam yang dianut terdapat dua
kelompok besar yang mendominasi, yaitu syiah dan Sunni. Syi'ah dan
umumnya Arab dengan sebagian Turkmen. Sedangkan sunni terdiri dari
orang-orang Arab. Namun untuk proposi dari tiap-tiap aliran tidak ada angka
resmi yang tersedia dari pemerintah, terutama karena sifatnya yang sangat
politis.

B. Saran

Demikianlah makalah ini pemakalah buat, semoga dapat menjadi


tambahan ilmu pengetahuan tentang sejarah islam di Irak. Pemakalah
sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan
Anda. Pemakalah mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan
baik dalam segi tulisan, tanda baca, maupun kesalahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam (Penerjemah: Samson Rahman). Jakarta:


Akbar Media Eka Sarana.

Antonio, Muhammad Syafii & Tim Tazkia. 2012. Ensiklopedia Peradaban Islam
Baghdad. Jakarta: Tazkia Publising.

Dewan redaksi Ensiklopedi Islam. 2002. Ensiklopedi Islam Jilid 2. Jakarta: PT. Ichtiar
Baru van Hoeve.

Dupriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Irak, di unduh pada 16 April 2013 pukul 10.51 WIB.

http://tarampapam.blogspot.com/2011/03/peradaban-lembah-sungai-tigris-dan.html,
diunduh pada 17 April 2013 pukul 13.52 WIB.

Jenab, Dinar Siti dkk. http://sukmazaman.blogspot.com/2012/06/perkembangan-


kebudayaan-budaya.html diunduh pada 16 April 2013 pukul 11.59 WIB.

Poel, Iqbal. http://sejarahperadabanislamdiirak.blogspot.com/2012/06/sejarah-


peradaban-islam-di-irak.html di unduh pada Rabu, 27 Maret 2013, pukul
19.30 WIB.

Tohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Diposkan 26th April 2013 oleh Nur Syifafatul

Tambahkan komentar
Memuat
Template Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai