Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU

GOAL ORIENTED EVALUATION MODEL

RIFKI WAHYU F

5161211018

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS


HUMANIORA, PENDIDIKAN & PARIWISATA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi program
pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam
pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi tersebut sejalan pula dengan
intrumen penilaian guru. Salah satu instrument penilaian guru tersebut adalah melakukan
evaluasi pembelajaran. Sebelum melakukan evaluasi penting bagi guru untuk mengetahui
konsep dasar dalam evaluasi dalam pembelajaran agar tidak salah dalam pelaksanaannya.
Dalam evaluasi banyak hal yang berbeda tetapi sebenarnya sangat berkaitan antara satu
dan lainnya. Beberapa hal tersebut adalah penilaian, pengukuran, dan tes. Hal tersebut
sebenarnya berbeda tetapi terkadang masih rancu antara yang satu denga lainnya. Dalam
penilaian ada dua hal yaitu penilaian kualitatif dan penilaian kuantitatif. Dalam penilaian
kuantitatif dapat menggunakan pengukuran dan tes yang bentuknya bisa berupa uraian atau
bentuk objektif. Sedangkan pada penilaian kualitatif dapat menggunakan non-pengukuran
dan non-tes. Evaluasi kualitatif ini bisa berupa pengamatan maupun wawancara.
Terdapat banyak model dalam evaluasi pembelajan salah satu model yang sering
digunakan adalah Goal Oriented Evaluation Model. Goal Oriented Evaluation Model atau
dalam bahasa Indonesia disebut Evaluasi yang berorintasi tujuan. Tujuan ini bisa berupa
tujuan umum dan tujuan khusus. Evaluasi ini dikembangkan dari tujuan umum dan tujuan
khusus tersebut. Setelah itu dibuat bentuk pengukuran dan tes yang cocok untuk digunakan.
Model dapat diartikan sebagai acuan yang menjadi dasar atau rujukan dari hal tertentu
atau juga dapat diartikan sebagai gambaran sederhana yang dapat menjelaskan objek, sistem
atau suatu konsep. Sedangkan evaluasi adalah suatu prosesyang sistematis dan berkelanjutan
untuk menentukan kualitas (nilai/arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kiteria
tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Jadi Model Evaluasi adalah Acuan atau dasar
untuk menentukan kualitas dari sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam
rangka pembuatan keputusan.
Dari latar belakang di atas sudah jelas bahwa evaluasi sangatlah penting bagi seorang
guru untuk menentukan kualtas dari pembelajaran, tetapi bentuk evaluasi khususnya Goal
Oriented Evaluation Model masih banyak belum diketahui oleh guru-guru, untuk itu penulis
membuat makalah yang berjudul “Goal Oriented Evaluation Model
B.  Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui konsep dasar evaluasi
2.      Untuk mengetahui bentuk goal oriented evaluation model
3.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan goal oriented evaluation model?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Evaluasi

Kata evaluasi  berasal  dari  bahasa inggris  ‘’evaluation ‘’  yang berarti penilaian atau
penaksiran. Evaluasi adalah proses penilaian, penilaian ini bisa menjadi  netral,  positif  atau 
negatif  atau  merupakan  gabungan  dari  keduanya.
Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam
hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Menurut Worthen dan Sanders dalam Djunaidi (2010) evaluasi adalah mencari sesuatu
yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu
program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal
baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang.
Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang
dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.
Menurut stufflebeam dalam worthen dan sanders dalam Djunaidi (2010) evaluasi
adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging
decision alternatives. Dalam evaluasi ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu :
adanya sebuah proses (process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating),
penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan
(decision alternatives).
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa orang
diatas, kita dapat menarik benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah
proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah
program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai
oleh program tersebut.
Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan
efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan inoutnya sedangkan efisiensi
adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses
Dalam evaluasi terdapat perbedaan yang mendasar dengan penelitian meskipun secara
prinsip, antara kedua kegiatan ini memiliki metode yang sama. Perbedaan tersebut terletak
pada tujuan pelaksanaannya. Jika penelitian bertujuan untuk membuktikan sesuatu
(prove) maka evaluasi bertujuan untuk mengembangkan (improve).
Terkadang, penelitian dan evaluasi juga digabung menjadi satu frase, penelitian evaluasi.
Sebagaimana disampaikan oleh Sudharsono dalam Djunaidi (2008) penelitian evaluasi
mengandung makna pengumpulan informasi tentang hasil yang telah dicapai oleh sebuah
program yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan metodologi ilmiah
sehingga darinya dapat dihasilkan data yang akurat dan obyektif.
Apabila beberapa pendapat di atas dapat diaplikasikan dalam konteks pendidikan  maka 
evaluasi  dapat  dikatakan  sebagai  serangkaian  upaya  atau langkah-langkah  strategis  untuk 
mengambil  keputusan  dinamisyang  ditujukan pada pembuatan standar proses pembelajaran
atau pengajaran. Proses ini dapat terdiri dari : 1) Mengumpulkan data yang tepat, 2)
Mempertimbangkan data dengan tolak ukur tertentu, 3) Membuat keputusan berdasarkan data
dengan tindakan-tindakan yang relevan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi sifatnya luas, evaluasi
dapat dilakukan meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan kualitatif. Dimana melaksanakan
pengukuran terhadap suatu kinerja, dalam hal ini lebih bersifat  mengukur kuantitas daripada
kerja sedangkan penilaian menunjuk pada segi kualitas, jadi evaluasi berkaitan dengan
keduanya yaitu pengukuran dan penilaian dimana pengukuran yang sifatnya kuantitatif dan
penilaian bersifat kualitatif.  
Evaluasi adalah salah satu tahap yang sangat pentig yang harus dialui oleh seorang
guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat
dijadikan feed-back/ balikan bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program
dan kegiatan pembelajaran. Disekolah ada beberapa istilah ulangan harian, ulangan akhir
semester, tes tulis, tes praktik, ujian akhir semester, ujia blok dan sebagainya. Istilah-istilah ini
pada dasarnya adalah bagian dari sistem evaluasi itu sendiri.
Menurut Arikunto dan Jabar (2014:48) ada tiga bentukprogram, 1) program
pemrosesan, adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input)
menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau keluaran (output). 2) program layanan, adalah
sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga
merasa puas sesuai dengan tujuan program. 3) program umum, tidak seperti dua program
sebelumnya program ini tidak tampak ada yang menjadi ciri utamanya. Program umum
memiliki komponen atau faktor-faktor penting, tetapi tidak ada yang dominan. Jadi
antara input, output  dan layanan tidak tampak jelas ketiganya saling berhubungan sehingga
disebut program umum.

B. Tes, Pengukuran, Penilaian

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan
penilaian (test, measurement, and assessment) . Tes merupakan salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung , yaitu melalui respons
alat seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Mardapi, 1999:2).7 Tes merupakan salah
satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi
karakteristik sutu obyek . Obyek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat,
maupun motivasi. Responds peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan yang menggambar kan
kemampuan dalam bidang tertentu. Pengembangan instumen dari tes yang merupakan
bagian tersempit dari evaluasi.
Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by which
informatioan about the attributes or characteristics of thing are determinied and
differentiated (Oriondo dan Antonio, 1998:2).8 Guilford dalam Griffin dan Nix (1991:3)9
mendifinisikan pengukuran dengan assigning numbers to, or quantifying, things according
to a set of rules. Sementara itu Ebel dan Frisbie (1986:14) 10 berpendapat bahwa
pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau
karakteristiknya menurut aturan tertentu.
Hal senada dikemukan oleh Allen dan Yen dalam Mardapi (2000:1)11 mendefinisikan
pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan
keadaan individu. Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau
penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan
tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes. Guru dapat mengukur
karakteristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan pengamatan , rating
scale atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.
Penilaian ( assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. The Task
Group on Assessment and Testing (TGAT) mendeskripsikan asesmen sebagai semua cara
yang digunakan untuk menilai unjuk kerja (performance) individu atau kelompok (Griffin
dan Nix , 1991:3) 12 . Pophamn (1995:3)13 mendifinisikan asesmen dalam konteks
pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status sisw berkenaan
dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer dan Ewel dalam Stark dan Thomas
(1994:46) 14 mengemukakan assessment is processes that provide information about
individual students, about curricula or programs, about institutions, or about entire
systems of institutions.
Assessment sebagai proses yang menyediakan informasi tentang individu siswa,
tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan
dengan sistem institusi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
assessment atau penilaian merupakan kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes.

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang
dicapai , desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan,
pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan
tersebut di atas, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mengambil keputusan.
Sementara itu National Study Committee on Evaluation dalam Stark dan Thomas
(1994:12) 15 menyatakan bahwa evaluation is the process of ascertaining the decision of
concern, seleting appropriate information , and colleting and analyzing information in
order to report summary data useful to decision makers in selecting among alternatives .
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, penggumpulan, analisis dan
penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta
penyusunan program selanjutnya. Hal ini dipertegas oleh Griffin dan Nix (1991:3) 16
menyatakan: Pengukuran,penilaian dan evaluasi bersifat hierakhis. Evaluasi di dahului
dengan penilaian
(assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan
sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian (assessment)
merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan
evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku. Brikerhoff dalam Mardapi
(2000) 17 menjelas kan bahwa evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana
tujuan pendidikan dapat tercapai

Lebih lanjut Brikenhoff dalam Mardapi (2000) 18 mengemukakan dalam pelaksanaan


Evaluasi terdapat tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu:(1) focusing the evaluation
(penentuan fokus yang akan dievaluasi), (2) designing the evaluation (penyusunandesain
evaluasi), (3) colleting information (pengumpulan informasi), (4) analyzing and
interpreting (analisa dan interpretasi informasi), (5) reporting information (pembuatan
laporan), (6) managing evaluation (pengelolaan evaluasi), dan (7) evaluating evaluation
(evaluasi untuk evaluasi). Ber dasarkan pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam
melakukan evaluasi, evaluator pada tahap awal harus menentukan focus yang akan
dievaluasi dan desain yang akan digunakan.
Hal ini berarti harus ada kejelasan apa yang akan dievaluasi yang secara implisit
menekankan adanya tujuan evaluasi, serta adanya perencanaan bagaimana melaksnakan
evaluasi. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data, menganalisis dan membuat
interpretasi terhadap data yang terkumpul serta membuat laporan. Selain dari pada itu, yang
telah dilakukan dalam melaksanakan evaluasi dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan
dalam melaksanakan evaluasi secara keseluruhan.
Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif
tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program,
dampak dengan hasil yang dicapai . efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang
difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah
dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu juga dipergunakan untuk kepentingan
penyusunan program berikutnya maupun penyususnan kebijakan yang terkait dengan
program. Bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan
ada
yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu
program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering
digunakan di tingkat kelas. Khususnya untuk mengetahui pencapaian belajar siswa.
Pencapaian belajar ini bukan hanya yang bersifat kognitif saja, tetapi juga mencakup semua
potensi yang ada pada siswa. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di
kelas dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah guru (Mardapi, 2000:2).19
C. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis,
berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan
kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan
pertimbangan dam kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggung jawaban guru dalam
melaksanakan pembelajaran, sedangkan penilaian hasil belajar adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar peserta didik.

D.  Model Evaluasi
Dalam menentukan apakah sebuah model tepat bagi suatu jenis program,
maka perlu dianalisis masing-masing
pihak yang akan dipasangkan. Dalam hal ini yang dipasangkan adalah  program  dengan  jeni
snya  dan  model  evaluasi.Ada
banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu
program. Meskipun antara  satu  dengan  yang 
lainnya  berbeda,  namun  maksudnya  sama  yaitumelakukan kegiatan pengumpulan data ata
u informasi yangberkenaan dengan
objek yangdievaluasi,yangtujuannya menyediakan bahan bagi pengambil
keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program. Model-Model Evaluasi tersebut
antara lain adalah:
1.    Goal Oriented Evaluation Model

2.    Goal Free Evaluation Model

3.    Formatif-Sumatif Evaluation Model

4.    Countenance Evaluation Model

5.    CSE-UCLA Evaluation Model

6.    CIPP Evaluation Model

7.    Discrepancy Model

Akan tetapi dalam pembahasan ini tidak akan dibahas semua model tersebut, pembahasan ini
akan berfokus pada goal oriented evaluation model
1.Goal Oriented Evaluation Model
Model Goal  Oriented Evaluation,  adalahmodel evaluasi yang dikemukakan
oleh Tyler, yaitu goal oriented evaluation atau evaluasi yang berorientasi pada
tujuan,  yaitu  sebuah  model  evaluasi   yang menekankan  peninjauan  pada
tujuan sejak awal kegiatan dan berlangsung secara berkesinambungan. Model evaluasi yang
berorietasi pada tujuan cocok diterapkan untuk mengevaluasi program yang jenisnya
pemrosesan dalam bentuk pembelajaran. Peninjauan atas keterlaksanaan tujuan, dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan.
Dalam pembelajaran kita mengenal adanya tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus. Model evaluasi ini menggunakan kedua tujuan tersebut sebagai kriteria
untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran untuk
mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Model ini dianggap lebih praktis
karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yag dapat diukur. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang logis antara kegiatan, hasil dan
prosedur pengukuran hasil. Tujuan model ini adalah membantu guru merumuskan tujuan dan
menjelaskan hubungan antara tujuan dengan kegiatan. Jika rumusan tujuan pembelajaran 
dapat diobeservasi (observable) dan dapat diukur (measurable), maka kegiatan evaluasi
pembelajaran akan menjadi praktis dan simple. Di samping itu, model ini dapat membantu
guru menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan  proses pencapaian
tujuan. Instrument yang digunakan bergantung pada tujuan yang ingin diukur, hasil evaluasi
akan menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan program pembelajaran berdasarkan kriteria
program khusus. Kelebihan  model ini terletak pada hubungan antara tujuan dengan kegiatan
dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam program pembelajaran.

1. Kelebihan dan Kekurangan Goal Oriented Evaluation Model

Kelebihan utama dari pendekatan evaluasi berorientasi tujuan adalah kelugasannya. Menurut
Catatannana (2010) kelebihan dari model ini adalah:
1.        Model ini mudah dimengerti,
2.        mudah diikuti,
3.        mudah diterapkan dan juga
4.        mudah disetujui untuk diteliti oleh direktur program.
Model ini telah menstimulasi pengembangan teknik, prosedur pengukuran dan
instrumen untuk berkembang. Literatur mengenai pendekatan ini pun berlimpah, ide kreatif
dan model-model baru yang lahir dari pendekatan inipun banyak bermunculan. Dengan
pendekatan ini pemilik program bisa melihat lebih jelas hasil pencapaian dari suatu program
sehingga bisa menilai dan menimbang suatu program.
Meski memiliki banyak kelebihan model ini juga mempunyai banyak kekurangan
dalam pelaksanaannya , ada beberapa kritik yang muncul mengenai pendekaan berorientasi
tujuan ini, seperti yang diungkapkan oleh fitzpatrick, sanders dan worthen dalam catatannana
(2010) sebagai berikut
1.      kurangnya komponen evaluasi yang riil, lebih menekankan mengukur tujuan pencapaian
daripada keberhargaan tujuan itu sendiri

2.      kekurangan standar untuk mempertimbangkan kesenjangan yang penting antara hasil


observasi dengan level kinerja

3.      mengabaikan nilai dari tujuan itu sendiri

4.      mengabaikan alternatif penting dalam mempertimbangkan perencanaan program

5.      melupakan konteks mengenai objek evaluasi dilaksanakan

6.      mengabaikan hasil penting yang diperoleh yang tidak diungkapakan dalam tujuan

7.      meninggalkan bukti informasi program yang tidak menggambarkan tujuan program


8.      menghasilkan pendekatan yang linier dan kurang fleksibel

D.    Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran


           Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan dipengaruhi pulaoleh keberhasilan
evaluator dalam melaksanakan prosedur evaluasi . prosedur yang dimaksud adalah langkah-
langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi. Dalam literatur evaluasi
banyak dijumpai prosedur evaluasi sesuai dengan pandangannya masing-masing . namun
sekalipun ada perbedaan langkah. Bukankah sesuatu yang prinsip karena prosedur intinya
hampir sama. Menurut Arifin (88:2013) prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran
terdiri sebagai berikut:
1.      Perencanaan evaluasi
2.      Pelaksanaan Evaluasi dan Monitoring
3.      Pengolahan Data dan Analisis
4.      Pelaporan Hasil Evaluasi
5.      Pemanfaatan hasil evaluasi
Keberhasilan sebuah evaluasi program bergantung pada evaluatornya, dan disini yang
bertindak sebagai evaluator adalah guru. Guru yang melaksanakan proses pembelajaran
dalam suatu bidang studi/mata pelajaran atau tim khusus yang dibentuk untuk melakukan
evaluasi program pembelajaran secara keseluruhan. Tanggung jawab tersebut dapat
ditunjukkan dengan melaksanakan prosedur evaluasi yang baik, dapat dipertanggung
jawabkan dan bermakna bagi semua pihak.

Pengembangan Instrumen.
Instrumen adalah alat untuk merekam informasi yang dibutuhkan dalam rangka pengumpulan
data. Salah satu persyaratan seorang evaluator adalah harus mampu membuat atau menyusun
berbagai jenis instrument yang diperlukan untuk menjaring data.
Pada dasarnya instrumen yang digunakan di dalam riset dasar atau riset terapan dapat
digunakan dalam evaluasi. Seorang evaluator harus mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan dalam mengembangkan instrumen. Jenis instrumen ada banyak, yaitu:

1) Kuesioner.
yaitu pertanyaan tetulis yang harus dijawab oleh responden secara tertulis.
Kuesioner dapat dikirim kepada responden melalui kurir, surat,atau e-mail yang dijawab
juga melalui e-mail. Kuesioner harus dikembangkan secara sistematis agar valid dan
reliabel, agar dapat mengukur variabel yang akan diukur secara tepat. Adapun Langkah
Langkah yang diambil untuk mengembangkan instrumen kuesioner, adalah: (1) Menentukan
informasi yang diperlu kan. (2)Telaah literatur; (3) Menentukan teori; (4) Mengembangkan
dimensin dan indikator variabel; (5) Mengembangkan indikator; (6) Menentukan siapa
responden kuesioner; (7) Mengembangkan butir kuesioner, menjadi minimal 3 butir
kuesioner, sebab kuesioner harus diuji coba, jika satu butir kuesioner dinyatakan tidak valid,
masih ada butir lainnya yang mewakili indikator. Jenis kuesioner ada dua macam,yaitu yang
petama kuesioner tertutup (terstruktur) yaitu kuesioner yang alternatif jawabannya sudah
tersedia.Dan yang kedua kuesioner terbuka (tidak terstruktur), yaitu kuesioner yang tidak
menyediakan jawaban, sehingga responden bisa menjawab secara bebas. Untuk kuesioner
tertutup (terstruktur), penskoran menggunakan skala pengukuran.yaitu skala likert, skala
Guttman, skala perbedaan semantik, rating scale , dan Thurstone scale, serta Bogardus social
distance scale.
2) Tes.
Instrumen tes digunakan jika evaluator bermaksud mengumpulkan informasi mengenai
status pengetahuan atau perubahan status pengetahuan untuk waktu tertentu. Misalnya tes
tdipergunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran mata pelajaran tertentu dengan menggunakan metode
pembelajaran tertetu. Pengembangan instrumen tes dimulai dengan penelusuran teori
mengenai variabel, pengembangan dimensi dan indicator variabel yang akan dijaring melalui
tes. Misalnya evaluator ingin mengetahui pengaruh hasil belajar bahasa Inggris siswa sekolah
Menengah Atas setelah gurunya dilatih dalam proyek pelatihan guru bahasa Inggris. Untuk
itu perlu dikembangkan tes hasil belajar Bahasa Inggris untuk mengukur prestasi balajar
Bahasa Inggris siswa sebelum dan sesudah gurunya diberikan pelatihan Bahasa Inggris.
Untuk mengembangkan tes hasil belajar Bahasa Inggris perlu dipelajari kurikulum Bahasa
Inggris khususnya satuan pembelajaran Bahasa Inggris, dari setiap pokok bahasan dan materi
Bahasa Inggris dibuat butir-butir tes.

3) Observasi.
Observasi merupakan teknik menjaring data, dimana peneliti merupakan instrument. Data
yang dijaring observer meoliputi data primer mengenai berbagai proses sesuatu yang
sedang terjadi atau perilaku atau interaksi sosial yang sedang terjadi dari awal sampai
akhir secara holistik . Di dalam observasi terdapat dua jenis, yaitu: participant observation
(observasi partisipan) dan Non participant ( observasi non partisipan).

4) Wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung antara interview – pewawancara- dengan
interviewer – orang yang diwawancarai, melalui media tertentu,yaitu:
(a) Temu muka secara langsung antara interviewer atau pewawancara dengan interviewi
(b) Menggunakan teolepon atau wawancara langsung .
(c) Menggunakan telecomference communication system.
Wawancara ada dua jenis, yaitu wawancara terbuka ( open ended interview) dan wawancara
terstruktur (structural interview). Wawancara terbuka adalah wawancara yang jawabannnya
terserah kepada interviewer (responden). Dia akan menjawab sesuai yang dianggap benar
dengan bahasannya sendiri. Kelemahannya dari wawancara ini adalah jawabannya beragam
karena jumlah interviewi nya banyak, sehingga menyulitkan dalam pengolahan data.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pilihan atau alternatif jawabannya sudah
disediakan oleh interviewer . Kelemahan jenis wawancara ini adalah
jawaban interviewi tidak bebas dan kurang rinci.
D. Desain program pembelajaran
Ada empat elemen yang harus dipersiapkan seorang guru atau dosen delam mendesain satu
pelajaran atau mata kuliah, yaitu (1) Elemen materi-materi perkuliahan; (2) Elemen
kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar; (3) Elemen strategi pembelajaran
atau metode pembelajaran dan (4)Elemen evaluasi pembelajaran.
Ke empat elemen itu memiliki karakter yang bersifat holistik,serasi, sekata, dan senada.
Meskipun wujud tiap-tiap elemen berbeda, tetapi hakikatnya adalah sama. Untuk
mendesain materi pembelajaran, langkah pertama sebelum seorang guru atau dosen
memulai mendesain materi-materi perkuliahan dalam bentuk apapun , Ia seharusnya mulai
mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan
mata pelajaran yang akan diampuh
BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
1. Pendidikan diberbagai Negara dipandang sebagai sarana utama untuk memecahkan
berbagai permasalahan sosial, dan untuk beberapa masalah tertentu kesejahteraan bangsa
dibebankan ke pundak Sekolah dan Universitas.
2. Rendahnya mutu pendidikan saat ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
siswa, pengelola sekolah ( Kepala Sekolah, guru/dosen, siswa, lingkungan) , proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan dosen.
3. Untuk mendorong agar mutu pendidikan meningkat, maka perlu dilakukan
perbaikanperbaikan
disegala bidang dan diakui bahwa pendidikan sebagai suatu bidang profesi
mem bawa sejumlah konsekwensi logis, perlunya seseorang menjalani profesi sebagai
pendidik ( guru ataupun dosen) .
4. Evaluasi program pendidikan dapat mendorong siswa untuk lebih giat lagi belajar secara
terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses
pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas
manajemen sekolah.
5. Untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran tidak cukup hanya berdasarkan
pada penilaian hasil belajar siswa saja, tetapi perlu menjangkau terhadap desain program
pembelajaran dan juga pengembangan instrumen evaluasi pendidikan.
6. Penilaian terhadap desain pembelajaran meliputi berbagai aspek,yaitu aspek kompetensi
yang dikembangkan , strategi pembelajaran dan isi dari program.
Daftar Pustaka

Arikanto Suharsimi, Abd Jabar Cepi Safrudin, M.Pd .2009. Evaluasi Prgram Pendi dikan:
Pedoman teoriti praktis bagi mahasiswa dan praktek pendidikan, edisi kedua, penerbit
Bumi Aksara.
DL.Stufflembeam. 2003. The CIPP model for evaluation , The article presented at the 2003
annual conference of the Oregon program evaluators network (OPEN) 3 Oktober 2003
Diambil pada tanggal 25 September 2005.
Makmun. A.S.2003 Psikologi Kependidikan Perangkat SistemPengajaram, Bandung:Remaja
Rosdakarya .
Munthe, Bermawi,2009. Desain Pembelajaran, Pustaka Insan Madani.
Mardapi,Djemari 1999 Pengukuran,penilaian dan evaluasi.Makalah pada penataran evaluasi
pembelajaran matematik SLTP untuk guru inti matematik di MGMP SLTP tanggal 8-
23 Nopember 1999 di PPPG Matematik Yogyakarta.
Suhartoyo. Edy 2005, Pengalaman peningkatan mutu pendidikan melalui pengembangan
budaya sekolah di SMA I Kasihan Bantul. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Pening katan Mutu Pendidikan melalui pengembangan Budaya Sekolah, tanggal .
P.Griffin dan. P.Nix 2005 ducational Assessment and Reporting,k Sydney: Harcout Brace
Javanovich Publisir, Inc.
Yusuf Farida Tayibuapis 2000 Evaluasi program , Jakarta: Rineka Cipta..
Oriondo L.L & Antonio., E.MD . 1998 Evaluating educational outcomes (Test,measurement
and evaluation). Florantino St,Rex Printing Company.
WJ.Pophan 1995 Class Room assessment.Boston : Allyn & Bacon,J.S.Stark, & A. Thomas,
1994 Assessment and program evaluation.

Anda mungkin juga menyukai