Anda di halaman 1dari 13

Makalah CSE-UCLA

EVALUATION MODEL
BAB I
PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Dikehidupan sehari-hari kata evaluasi sangatlah familiar didengar dan bahkan memang tidak semua orang
menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari,
kita jelas mengadakan penilaian dan pengukuran yang berarti ada pengevaluasian di dalamnya. Contoh
besarnya pengevaluasian dilakaukan dalam dunia perindustrian dan lain sebagainya. Tidak luput juga dalam
dunia pendidikan evaluasi tidaklah hal yang asing atau bahkan menjadi sebuah kebutuhan yang diharapkan
dengan adanya pengevaluasian diharapkan untuk kedepannya pendidikan akan menjadi lebih baik.

Pentingnya sebuah pendidikan bagi setiap individu yang mengharuskan dunia pendidikan harus memiliki
sesuatu yang baik dan sempurna untuk memberikan sebuah pendidikan yang diharapkan setiap makhluk hidup.
Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan pasal 57 ayat
(1), yang berbunyi evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akunbilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya peserta
didik, lembaga dan program pendidikan. Jadi bisa ditarik kesimpulan evaluasi adalah sebuah bagian dari
pendidikan untuk bertujuannya untuk membuat pendidikan yang ada semakin sempurna untuk kemajuan
sebuah bangsa khususnya dari dunia pendidikan.

Mungkin diantara kita masihlah mengetahi bahwasannya evaluasi berorientasi terhadap nilai atau hasil dari
sebuah kecapaian. Seperti yang dikatakan oleh Carl H. Witherton dalam bukunya Arifin (2103:4) mengatakan
“an evaluation is a declaration that something has or does not have value”. Hal yang sama pun dikemukanan
oleh Wand dan Brown dalam Arifin (2013:4) mengatakan bahwa evaluasi berarti “refer to the act or process
to determining the value of something”. Dan dalam kedua pendapat diatas mengatakan bahwa didalam sebuah
evaluasi sangatlah pentingnya sebuah nilai. Namun, didalam sebuh evaluasi bukan hanya berkaitan dengan
hasil atau nilai yang didapatkan tapi arti atau makna yang ada didalamnya. Jadi evaluasi adalah suatu proses
untuk menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi arti dan nilai. Sebagaimana menurut Guba
dan Linclon dalam Arifin (2013:4) mengatakan bahwa evaluasi “a process for describing an evaluand and
judging its meri and worth”. Defisini menegaskan bahwa evaluasi berkaitan deng nilai dan arti.
Dalam proses evaluasi banyak model-model evaluasi program ada yang dikategorikan berdasarkan ahli yang
menemukan dan mengembangkannya, serta ada juga yang diberi sebutan sesuai dengan sifat kerjanya.
Menurut Arikunto dan Jabar (2010:40) ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu
model evaluasi program adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael Scriven, Stake dan Glaser. Kaufam dan
Thomas membedakan model evaluasi menejadi delapan yaitu:

1. Goal Oriented Evaluatian Model, Dikembangkan oleh Tyler


2. Goal Free Evaluatian model, dikembangkan oleh Scriven
3. Formatif sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven
4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake
5. Respensive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake
6. SCE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan
7. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam
8. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provous
Seperti yang telah dikemukakan diatas, jadi didalam evaluasi meliki berbagai definisi yaitu sebagai nilai, arti
dan penentuan dalam menentukan sebuah keputusan. Didalam evaluasi ini memiliki berbagai model yang ada
yang biasa digunakan untuk mengevaluasi program. Meskipun diantara berbagai model yang ada berbeda
dengan satu dan yang lainnya namun maksudnya memiliki hal yang sama yaitu melakukan kegiatan
pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang akan di evaluasi, yang tujuannya adalah
menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjutnya dalam suatu program yang
telah ada. Namun dalam makalah ini tidaklah semua model ini akan dibahas, tapi dalam makalah ini akan
membahas tentang SCE-UCLA Evaluation Model.

 Rumusan Masalah
Setelah mengetahui latar belakang dapat diambil kesimpulan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana evaluasi program?

2. Bagaimana ciri pada CSE-UCLA evaluation model?

 Manfaat Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan maka dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang evaluasi program


2. Untuk mengetahui ciri pada CSE-UCLA evaluation model

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Evaluasi Program

Sebelum masuk lebih jauh kedalam pembahasan yang akan di jelaskan sebelumnya ada 3 hal yang digunakan
dan disepakati pemakaiannya tentang evaluasi program, yaitu (1) evaluasi (evaluation), (2) pengukuran
(measurement), (3) penilaian (assessmendt). Menurut Arifin (2013:5) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mementukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu keputusan.
Dan Seperti yang dikatakan ahli diatas evaluasi selalu mengandung sebuah proses, proses evaluasi harus tepat
terhadap tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa prilaku. Karena tidak semua perilaku bisa
dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama, maka evaluasi menjadi salah satu hal yang sulit dan menantang
dan itu harus disadari khususnya bagi evaluator.
Dalam evaluasi pendidikan meskipun kini memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian
evaluasi pendidikan selalu diakitkan dengan prestasi sebuah belajar. Definisi ini pertaman kali di kembangkan
oleh Ralph Tyler dalam bukunya Arikunto (2012:5) Menurutnya “evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk mengetahui sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah
tercapai”. Tapi evaluasi memiliki yang lebih luah lagi bukan hanya sekedar ingin mengetahi keberhasilan
sebuah proses namun menjadikan evaluasi ini menjadikan sebuah keputusan, seperti menurut ahli yaitu
Cronbach dan Stufflebeam dalam Arikunto (2012:5) mengatakan bahwasannya “proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat sebuah keputusan”.

1. Metode Penentuan Obyek Evaluasi


Evaluasi program sebagai penelitian harus memiliki metode dalam menentukan objek evaluasi. Adapun
pendekatan dasar yang dapat dilakukan dalam

penentuan objek evaluasi seperti yang dikatakan oleh Fitzpatrick dkk (2003: 173) adalah sebagai berikut, 1)
Dokumen deskriptif. Perlu membaca dokumen yang
berhubungan denga evaluasi untuk mendapat informasi yang sah, 2) Wawancara.

Wawancara dapat dilakukan kepada beberapa individu yamg sudah paham atau

mengetahui program yang akan dievaluasi, dan 3) observasi. Pengamatan secara

langsung bagaimana proses implementasi program tersebut.

Ketiga metode tersebut harus saling mendukung satu sama lainnya. Jika ada

perbedaan hasil antara pengamatan dengan temuan dalam dokumen, maka perlu

dilakukan klarifikasi melalui wawancara. Atau sebaliknya, jika hasil wawancara dan

analisis dokumen tidak sinkron dengan implementasi di lapangan, maka dapat

diklarifikasi dari hasil.

2. Kaitan Antara Penelitian Dan Evaluasi Program


Dilihat dari tujuan yang ada yaitu bahwa pelaksanaan ingin mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi
program dapat ikatakan merupakan salah satu bentuk daro penelitian, yaitu penelitian evaluative. Kaerena itu
dalam pembicaraaan evaluasi program, pelaksana berfikir dan menentukan langkah sebagaimana
melaksanakan penelitian. Menurut Arikunto dan Jabar (2010:7) mengatakan perbedaan yang mencolok antara
penelitian dengan evaluasi program adalah sebagai berikut

 dalam kegiatan penelitian, penliti ingin mengetahui gambaran tentang sesuatu kemudian hasilnya
dideskripsikanm sedangkan dalam evaluasi program, pelaksanaan ingin mengetahui seberapa tinggi mutu
atau kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program, setelah data yang terkumpul dibandingkan dengan
kriteria atau setandar tertentu.

 Dalam kegiatan penelitian peneliti dituntun oleh rumusan masalah karena ingin mengetahui jawaban dari
penelitiannya, sedangkan dalam evaluasi program pelaksana ingin mengetahui tingkat kecapaian tujuan
program, dan apabila tujuan belum tercapai bagaimana ditentukan, pelaksanaa ingin mengetahui di mana
letak kekurangan itu dan apa sebabnya.
Seperti uraian Blaine R. Worten dan James R. Sanders dalam Murzyanah (2011:12) mengatakan evaluasi
program merupakan proses deskripsi, pengumpulan data dan penyampaian informasi kepada pengambil
keputusan yang akan dipakai untuk pertimbangan apakah program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan.
Adapun perbedaan evaluasi dengan penelitian umumnya terletak pada hasilnya. Hasil evaluasi adalah
keputusan, sedangkan hasil penelitian adalah kesimpulan. Berikut ini akan diuraikan dalam bentuk tabel
perbedaan antara evaluasi dengan penelitian secara umum.:

3. Ciri dan Persyaratan Evaluasi Program


Sejalan dengan pengertian yang terkandung didalamnya, maka evaluasi evaluatif memiliki. Menurut Arikunto
dan Jabar (2010:8) mengatakan bahwa ciri-ciri dan persyaratan sebegai berikut: 1) Proses kegiatan penelitian
tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya, 2) Dalam melaksanakan
evaluasi, peneliti harus berfikir secara sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah suatu
kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama yang lain dalam
menunjang keberhasilan kenerja objek yang dievaluasi. 3) Agar mengetahui secara rinci kondisi dari objek
yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang kedudukannya sebagi factor penentu bagi
keberhasilan program, 4) Menggunakan standar, kriteria atau tolok ukur sebagai perbandingan dalam
menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan, 5) Kesimpulan atau
hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program
yang telah ditentukan, 6)Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk
mengetahui bagian mana yang dariprogram tersebut yang belum terlaksana, 7) Standar, kriteria dan tolok ukur
diterapkan pada indicator, yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat cermat diamati dan diketahui
letak kelemahan dari proses kegiatan, 8) Dari hasil penelitian harus dapat di susun sebuah rekomendasi secara
rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan sebagai tindak lanjut secara tepat.

4. Kaitan Antara Tujuan Dengan Tujuan Evaluasi Program


Untuk mempermudah mengidentifikasikan tujuan dari evaluasi program, kita harus memperhatikan unsur-
unsur dalam kegiatan atau pengharapannya. Ada tiga unsur yang tiga unsur penting yang perlu diperhatikan
atau penggarapan suatu kegiatan yaitu: (1) what yang artinya apa yang diharapkan, (2) who yang artinya siapa
yang menghara, dan (3) how artinya bagaimana mengharapkan. Dengan memfokuskan perhatian pada ketiga
unsur kegiatan tersebut paling sedikit dapat diidentifikasi adanya tiga komponen kegiatan yaitu tujuan,
pelaksanaan kegiatan, dan posedur atau teknik pelaksanaan.
Menurut Sukardi (2012:9) menyebutkan ada enam tujuan evaluasi yang dalam kaitanya dengan belajar
mengajar. Berikut tujuan yang dimaksud sebagai berikut: 1) Menilai ketercapaian tujuan, 2) Mengukur
macam-macam aspek belajar yang bervariasi, 3) Sebagai sarana untuk mengetahui apa yang siswa telah
ketahui, 4) Memotivasi belajar siswa, 5) Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling, 6)
Menjadi hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.

Tujuan evaluasi program seperti yang duraikan oleh Roswati (2008:66-67) adalah sebagai berikut: 1)
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu program di masa depan, 2) penundaan
pengambilan keputusan, 3) penggeseran tanggung jawab, 4) pembenaran/justifikasi program, 5) memenuhi
kebutuhan akreditasi, 6) laporan akutansi untuk pendanaan, 7) menjawab atas permintaan pemberi tugas,
informasi yang diperlukan, 8) membantu staf mengembangkan program, 9) mempelajari dampak/akibat yang
tidak sesuai dengan rencana, 10) mengadakan usaha perbaikan bagi program yang sedang berjalan, 11) menilai
manfaat dari program yang sedang berjalan, 12) memberikan masukan bagi program baru.

5. Kriteria Dalam evaluasi program


Dalam istilah kriteria dalam pendidikan dikenal dengan kata tolok ukur atau standar. Dari nama yang
digunakan tersebut dapat segera dipahami bahwa kriteria, tolok ukur, standar adalah sesuatu yang digunakan
sebagai patokan atau batal minimal untuk sesuatu yang diukur. Mengapa perlu keriteria harus ada menurut
Arikunto dan Jabar 2010:32) mengatakan karena keriteria atau tolok ukur dibuat oleh evaluator terdiri dari
beberapa orang yang memerlukan kesepakatan di dalam menilai.

Selain alasan itu enam poin memberikan penjelasan yang luas yaitu sebagai berikut: 1) Dengan adanya keritria
atau tolok ukur, evaluator lebih mantap dalam melakukan penilaian terhadap objek yang akan di nilai karena
ada patokan yang akan diikuti, 2) Keriteria atau tolok ukur yang sudah dibuat dapat diguakan untuk menjawab
atau mempertanggung jawabkan hasil penilaian yang sudah dilakukan, jika ada yang yang akan menelusuri
lebih jauh atau ingin mengkaji ulang, 3) Keriteria atau tolok ukur dapat mengekang masuknya unsur subjektif
yang ada pada diri penilai, 4) Dengan adanya keriteria atau tolok ukur makan akan sama meski dilakukan
dalam waktu yang berbeda dan dlam kondisi fisik peneli yang berbeda pula, 5) Keriteria atau tolok ukur
memberikan arahan kepada evaluator apabila banyaknya evaluator lebih dari satu orang.

6. Manfaat darai evaluasi program


Roswati (2008:66) memaparkan tentang manfaat dari evaluasi program: 1) memberikan masukan apakah suatu
program dihentikan atau diteruskan, 2) memberitahukan prosedur mana yang perlu diperbaiki, 3)
memberitahukan stategi, atau teknik yang perlu dihilangkan/diganti, 4) memberikan masukan apakah program
yang sama dapat diterapkan di tempat lain, 5) memberikan masukan dana harus dialokasikan ke mana, 6)
memberikan masukan apakah teori/pendekatan tentang program dapat diterima/ditolak.

2.2 CSE-UCLA Evaluation Model


Seperti halnya model yang lain model ini dikembangkan oleh ahli yaitu Alkin, model ini cukup sering
digunakan dalam pengevaluasian yang mempunyai ciri dan perbedaan tersendiri. CSE-UCLA Evaluatiaon
Model merupakan singkatan dari CSE singkatan dari center for the study of evaluation, sedangkan UCLA
merupakan singkatan dari University of California in los angeles. Menurut Arikunto dan Jabar (2010:44)
mengatkan ciri dari CSE-UCLA Evaluatiaon Model adalah “adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi
yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak.
Needs Program Formative Summative
Assessment Planning Evaluation Evaluation

(1) (2) (3) (4)

1 2 3 4

Fernandes dalam Arikunto dan Jabar (2010: 44) mengatakan tentang CSE-UCLA dibagi menjadi empat tahap
seperti pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Tahap-Tahap Evaluasi Model CSE-UCLA

Keterangan :

 CSE model: Needs Assessment


Dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah

Pertanyaan yang diajukan: (1) Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keberadaan
program, (2) Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan keberadaan program, (3) Tujuan jangka
panjang apakah yang dapat dicapai melalui program ini

 CSE model: Program Plening


Dalam tahap kedua ini evaluator mengumpulakan data yang terkait langsung dengan pembelajaran dan
mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah di identifikasi pada tahap kesatu. Dalam tahap perencanaan
ini program pembelajaran dievaluasi dengan cermat untuk mengetahui apakah rencana pembelajaran telah
disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini tidak lepas dari tujuan yang telah
dirumuskan.

 CSE model: Formative Evaluation


Dalam tahap ketiga ini evaluator memusatkan perhatian pada keterlaksanaan program. Dengan demikian
evaluator diharapkan betul-betul terlibat dalam pengembangan program karena harus mengumpulkan data dan
informasi dari program pengembang.

 CSE model: Summative Evaluation


Dalam tahap keempat ini yaitu evaluasi sumativ, para evaluator diharapkan dapat mengumpulkan semua data
tentang hasil dan dampak dari program, melalui evaluasi sumatif ini, diharpakan diketahui apakah tujuan yang
dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan jika belum dicari bagian mana yang belum dan penyebabnya.

2.3 Ketepatan Penentuan Model Evaluasi

Dari kata diatas yaitu ketepatan penentuan model evaluasi. Dari makna kata ketepatan mengadung arti yang
menjadikan dua yang dipautkan. Tepat yang berarti cocok, jika tautan antara dua hal yang ditautkan cukup
baik, erat berarti bahwa ada ketepatan tautan antara dua hal yang ditautkan tersebut. Ketepatan penentuan
model evaluasi program mengandung makna bahwa ada harapan keeratan tautan antara evaluasi program
dengna program yang dievaluasi. Menurut Arikunto dan Jabar (2010:48) mengatakan bahwasannya program
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, (1) program pemrosesan, (2) program layanan, (3) program umum Berikut
penjabaran tentang tiga aspek tersebut:

 Program Pemrosesan
Yang dimaksud dengan program pemrosesan disini adalah program yang kegiatan pokoknya dilakukan
mengubah bahan mentah yang terus menjadikan bahan jadi sebagai hasil proses atau keluaran. Dalam model
CSE-UCLA untuk program pemrosesan sudah dijelaskan pada pengertian diatas bahwasannya evaluasi dalam
model ini mengacu pada empat tahapan proses, yaitu perencaan, proses, formatif dan sumatif. Agar tidak
mengurangi penjelasan pembahasan diatas jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi model SCE-UCLA sesuai
digunakan untuk mengevaluasi program pemrosesan.
 Program Layanan
Yang dimaksud dengan program layanan adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas dengan tujuan program yang terlah sesuai. Dalam model CSE-
UCLA mengarahkan atau berorientasi pada empat komponen yang ada karena merupakan dan menunjukan
suatu proses evaluasi. Telah dijelaskan diatas dalam kajian tersebut yang kesimpulannya evaluasi merupakan
sebuah proses sehingga dapat dianalogikan bahwasannya Dalam model CSE-UCLA tepat serta cocok
digunakan untuk mengevaluasi program layanan.

 Program Umum
Dari kedua program sebelumnya merupakan jenis program yang memiliki kekhukusan. Mati hidupnya
program sangtlah tergantung pada kualitas pemuasan program lain, atau puas dan tidaknya pelanggan.program
yang tidak memiliki kekhususan termasuk dalam klasifikasi program umum namun sebagaimana program lain,
program tersebut memiliki komponen yang berperan penting dalam menukseskan program. Evaluasi yang
dilakukan oleh evaluator terhadap program tersebut ditujukan kepada setiap kompenen yang secara rinci
diuraikan menjadikan indikator. Dari hasil analisisis ketepatan penggunaan model untuk program jenis
pemrosesan dan layanan terbukti bahwa semua model evaluasi dapat digunakan untuk mengevaluasi semua
jenis program, baik pemrosesan maupun layanan.

BAB III
PEMBAHASAN

 Pemaparan data
Dalam pemaparan data ini diperoleh dua hasil evalusi yang menggunakan model SCE-UCLA yaitu dari:

1. Dewa Gede Hendra Divayana, Evaluasi Pemanfaatan E-Learning Menggunakan Model CSE-UCLA dari
Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha
Dalam penelitian ini peneliti menemukan adanya beberapa permasalahan, diantaranya: (1) perencanaan
pembelajaran berbasis e-learning yang masih belum optimal; (2) kemampuan mahasiswa dan dosen yang
belum optimal dalam memanfaatkan fasilitas e-learning dalam proses pembelajaran; (3) sarana pendukung
penyelenggaraan e-learning yang masih belum optimal; (4) keberadaan e-learning yang belum tersosialisasi
dengan baik.
Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan tersebut, perlu adanya suatu rekomendasi solusi pemecahan yang
diberikan kepada pemegang atau pemangku kebijakan yang ada di lingkungan Universitas Teknologi
Indonesia, sehingga nantinya pemanfaatan e-learning di Universitas Teknologi Indonesia dapat lebih
disempurnakan dan dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Rekomendasi yang
baik dapat diterjadikan melalui adanya proses evaluasi yang baik dan dijalankan sesuai dengan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan dengan mengacu pada komponen evaluasi, sehingga dapat ditemukan kendala-kendala
yang memang benar-benar perlu disempurnakan atau diperbaiki.

2. Siska Andriani, Evaluasi CSE-UCLA Pada Studi Proses Pembelajaran Matematika dari IAIN Raden Intan
Lampung
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui Pelaksanaan standar proses yang terjadi di lapangan belum
terlihat keterlaksanaannya. Tujuan penelitian ini yaitu memperoleh deskripsi keterlaksanaan standar proses
pada proses pembelajaran matematika menggunakan analisis CSE-UCLA di SMP Negeri Satu Atap Lerep.
Peneiliti tergugah untuk mengevaluasi kerena mengetahui bahwa Menurunnya peringkat Indonesia tersebut
khususnya dalam bidang pendidikan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sekolah-sekolah Indonesia
belum dapat bersaing dalam tataran global.

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini yaitu: (1) bagaimanakah implementasi standar proses dalam
pembelajaran matematika di SMP Negeri Satu Atap Lerep, (2) bagaimanakah proses pembelajaran matematika
di SMP Negeri Satu Atap Lerep dianalisis dengan model evaluasi CSE-UCLA, (3) apakah faktor pendukung
dan penghambat dalam mencapai standar proses yang ideal pada pembelajaran matematika di SMP Negeri
Satu Atap Lerep.

Tujuan penelitian ini memperoleh deskripsi tentang pencapaian standar proses pembelajaran matematika,
memperoleh deskripsi tentang proses pembelajaran matematika yang dianalisis dengan model evaluasi CSE-
UCLA, mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pencapaian standar proses pembelajaran
matematika.

 Hasil Analisis data


1. Dewa Gede Hendra Divayana yang bejudul Evaluasi Pemanfaatan E-Learning Menggunakan Model CSE-
UCLA dari Fakultas Teknik Dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha.
Penelitian yang dilakukan sangatlah detail dan mejaslakannya, jadi peneliti memaparkan segala data yang
dimilki, sehingga sangat memudahkan pembaca untuk mengetahui permasalahan yang ada. Tahapan yang
dilakukan evaluator dalam penelitian ini sudah mengikuti tahapan dalam SCE-UCLA evaluation
model. Bahkan dalam penelitian ini menjelaskan aspek apa saja yang diukur pada aspek assesment (tahap
awal) hingga akhir kesimpulannya. Untuk lebih mengetahui dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Jika dilihat kembali dari standar penentu kualitas dan hasil evaluasi pemanfaatan e-learning terjadi persentase
peningkatan kualitas pemanfaatan e-learning yang ditinjau dari komponen system assessment yaitu sebesar
0,67%, persentase peningkatan kualitas pemanfaatan e-learning yang ditinjau dari komponen program
planning yaitu sebesar 0,16%, persentase peningkatan kualitas pemanfaatan e-learning yang ditinjau dari
komponen program implementation yaitu sebesar 0,15%, persentase peningkatan kualitas pemanfaatan e-
learning yang ditinjau dari komponen program improvement yaitu sebesar 0,90%, dan persentase peningkatan
kualitas pemanfaatan e-learning yang ditinjau dari komponen program certification yaitu sebesar 0,91%.

2. Siska Andriani yang berjudul Evaluasi CSE-UCLA Pada Studi Proses Pembelajaran Matematika dari
IAIN Raden Intan
Triangulasi dilakukan untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi dan penelitian yang didapatkan,
melalui triangulasi peneliti telah melakukan pengecekan data temuan yaitu membandingkan dengan berbagai
sumber data dan metode. Cara ini baik untuk mengurangi bias yang melekat pada suatu metode dan
memudahkan melihat keluasan penjelasan yang dikemukakan. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Peneliti menggunakan triangulasi metode yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi dalam mencari keabsahan data mengenai proses pembelajaran matematika di SMP
Negeri Satu Atap Lerep. Uji transferability mengenai proses pembelajaran matematika dilakukan peneliti
dengan memberikan uraian rinci, sistematis, jelas, dan dapat dipercaya dalam membuat laporan penelitian hasil
perolehan data pada proses pembelajaran matematika di SMP Negeri Satu Atap Lerep.
Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit kebergantungan terhadap keseluruhan proses penelitian
yang telah dilakukan peneliti. Uji confirmability merupakan pengujian hasil penelitian yang dikaitkan pada
proses penelitian yang dilakukan peneliti. Bila hasil penelitian merupakan fungsi proses penelitian, maka
penelitian ini memenuhi uji confirmability Uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga
pengujian confirmability dilakukan bersamaan dengan uji dependability.
Untuk penelitian yang kedua ini tidak memaparkan hasil dari evaluasi yang ada sehingga data yang didapat
tidak dijelaskan. Sehingga pembaca belum terlalu mengerti bagaimana prosesdur yang dilakukan, meskipun
evaluator sudah melakukan dengan berbagai tahapan yang ada yaiu tahapan yang sudah dijlaskan diatas. dan
pada model uji yang digunakan cukup berbeda dengan kompenen-kompenen yang ada pada SCE-UCLA model
evaluation.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam SCE-UCLA model evaluasi memilik keuntungan yang lebih dibandingkan dengan model evaluasi yang
lainnya. Kerena dalam model ini cukup menjelaskan keuntungnyaan sehingga dari model ini dapat mengetahu
kesalahan apa yang timbul dari hal yang tidak berjalan tersebut.sangatlah rinci kegiatan yang menggunakan
model ini karena model ini memiliki 4 tahapan yang setiapa tahapan mempunyai peran. Peran setiap tahapan
ini sangat efektif sekali dalam proses evaluasi sehingga didalam kegiatan atau proses yang dilakukan
sangatlah detail prosesnya.

Evaluasi program diartikan sebagai proses pencarian informasi, penemuan informasi dan penetapan informasi
yang dipaparkan secara sistematis tentang perencanaan, nilai, tujuan, manfaat, efektifitas dan kesesuaian
sesuatu dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan evaluasi program adalah untuk memberikan
rekomendasi sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan atas program yang dilaksanakan.
Manfaatnya adalah adanya keputusan yang tepat sesuai dengan hasil evaluasi. Evaluasi program harusnya
sesuatu yang familiar di lingkunan sekolah dan lembaga pemdidikan lainnya.

4.2 Saran
Lembaga pendidikan sudah seharusnya mengadakan evaluasi rutin disetiap program yang dilaksanakannya.
Evaluasi yang dimaksud bukan hanya sekedar penilaian, tetapi evaluasi program secara menyeluruh. Evaluasi
tersebut berguna untuk menentukan apakah program layak diteruskan, direvisi atau menghentikan program
karena dianggap sudah tidak bermanfaat. Evaluasi juga akan mengukur ketercapaian setiap program yang
sudah dilaksanakan. Evaluasi bisa diterapkan di dalam proses pembelajaran dalam kelas, evaluasi kebijakan,
evaluasi proses, evaluasi dampak, atau evaluasi untuk pengembangan.

DARTAR PUSTAKA
Andriani, S. 2015. Evaluasi CSE-UCLA pada Studi Proses Pembelajaran Matematika. IAIN Raden Intan
Lampung: Aljabar Pendidikan matematika
Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, S. dan Jabar. C,S, A. 2010. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teorotis Praktis Bagi
Mahasiswadan Praktis Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arifin, Z. 2013. Evaluasi Pembelajran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Divayana, D, G H. 2017. Evaluasi Pemanfaatan E-Learning Menggunakan Model Cse-Ucla. Universitas
Pendidikan Ganesha. Cakrawala Pendidikan
Fitzpatrick, Jody, Christie, Christina dan Mark, Melvin M. 2009. Evaluation in Action: Interviews With Expert
Evaluators. California: Sage Publications.
Muzayanah. 2011. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Prodi Teknologi Pendidikan UNJ.
Roswati. 2008. Evaluasi Program/Proyek (Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan), Jurnal
Pendidikan Penabur-No.11/Tahun ke-7/Desember
2008. http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%206471%20Evaluasi%20Program.pdf. Diambil 12 oktober
2017.
Sukardi. 2014. Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai