Anda di halaman 1dari 3

Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki perbedaan dengan strategi pembelajaran yang lain.


Perbedaan dari strategi belajar ini dapat dilihat pada proses pembelajaran yang lebih menekankan
pada kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin diwujudkan bukan hanya kemampuan
akademik peserta didik dalam memahami materi pelajaran, akan tetapi juga adanya unsur kerja
sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari
cooperative learning.

Karakteristik atau ciri – ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok.
Kelompok merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap kelompok harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota kelompok haruslah saling memnolong
untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif


Manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi yaitu : fungsi manajemen sebagai
perencanaan pelaksanaan; fungsi manajemen sebagai organisasi; fungsi manajemen sebagai
kontrol.

3. Kemauan untuk bekerja sama


Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok,
oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran
kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang
optimal.

4. Keterampilan bekerja sama


Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran
secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.

Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif


Tidak semua kerja kelompok dapat diklasifikasikan dalam kooperatif learning. Untuk
memperoleh manfaat yang diharapkan dari implementasi pembelajaran kooperatif, Berikut
merupakan lima unsur penting yang harus dibangun dalam aktivitas intruksional sebagaimana
yang dikemukakan oleh Roger & Johnson (Thousand et al., 1994:4), yakni:
a. Saling Ketergantungan Positif (Positif Interdependence)
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa
hingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa
mencapai tujuan mereka. Dalam metode Jigsaw, disarankan jumlah anggota kelompok dibatasi
sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang
berlainan. Keempat anggota ini selanjutnya berkumpul dan bertukar informasi. Kemudian,
pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, maka setiap
anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain dapat berhasil.

b. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Interaction)


Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih kaya dari pada hasil
pemikiran dari satu orang saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada
jumlah hasil masing-masing anggota. Dan kegiatan interaktif tatap muka ini juga akan
berimplikasi pada kecerdasan interpersonal antar sesama anggota atau lawan tatap muka. Proses
ini bisa dipresentasikan dengan kerja kelompok atau pembentukan kelompok kecil untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

c. Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability)


Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola
penilaian dibuat menurut prosedur model Cooperative Learning setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok
adalah persiapan guru dalam menyusun tugas.

d. Ketrampilan Sosial (Sosial skill)


Ketrampilan sosial yang dimaksud di sini adalah ketrampilan dalam berkomunikasi
dalam kelompok. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan
cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan
kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya pembelajar perlu diberitahu
secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana cara
menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut.

e. Evaluasi Proses Kelompok (Group debrieving).


Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada belajar kelompok, melainkan bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini akan memunculkan kecakapan personal (personal skill), yang mencakup
kecakapan mengenai diri (self-awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking
skill).

Johnson, D. W., Johnson, R. T., & Smith, K. A. (2014). Co-operative learning: Improving
university instruction by basing practice on validated theory. Journal on Excellence in College
Teaching, 25(3&4), 85-118.
Johnson, D. W., & Johnson, R. (1992). Positive interdependence: Key to
effective cooperation. In R. Hertz-Lazarowitz & N. Miller (Eds.), Interaction in cooperative groups: The
theoretical anatomy of group learning (pp.
174-199). New York, NY: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai