Anda di halaman 1dari 55

Model Pembelajaran

Kooperatif
KELOMPOK 6 / 2019C
Kelompok 6
1. Moh. Ilham Romadhoni (19030174060)
2. Rafika Annisa’elya Izzati (19030174078)
3. Audrey Putri Berliana (19030174079)
4. Windy Irma Safitri (19030174081)
Table of Contents
01. 02. 03. 04.
Landasan Teoritis dan
Konsep Model Karakteristik Model Unsur-Unsur Model
Empiris Model
Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Pembelajaran
Kooperatif
Kooperatif Kooperatif

05. 06. 07. 08.


Karakteristik Materi Langkah- Tipe-Tipe Model Kelebihan dan
Model Pembelajaran Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Kekurangan Model
Kooperatif Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif
01.
Konsep Model
Pembelajaran Kooperatif
Pengertian secara
umum
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan model pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya pada umumnya
terdiri dari empat hingga lima orang siswa dengan
struktur kelompok bersifat heterogen untuk
bekerjasama dalam mencapai tujuan.
Pengertian menurut para ahli
1. Slavin (2005: 4-8) Cooperative Learning merujuk pada berbagai macam model
pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik
yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi
pelajaran.
2. Kelough & Kelough dalam Kasihani (2009: 16) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran secara
berkelompok, siswa belajar bersama dan saling membantu dalam menyelesaikan
tugas dengan penekanan pada saling support di antara anggota kelompok, karena
keberhasilan belajar siswa tergantung pada keberhasilan kelompoknya.
Pengertian menurut para ahli
3. Abdulhak dalam Rusman (2010: 203) menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga
dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri dan
mereka juga dapat menjalin interaksi yang lebih luas, yaitu inteaksi antar siswa dan
siswa dengan guru atau yang dikenal dengan istilah multiple way traffic
comunication.
4. Tom V. Savage (1987:217) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah
suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
5. Menurut Johnson dalam B. Santoso Cooperative Learning adalah kegiatan belajar
mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk
sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun
kelompok.
Tujuan dari pembelajaran
kooperatif

Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengerjakan kepada siswa


keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Dalam pembelajaran kooperatif tidak
hanya mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan
tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan
dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
Konsep utama belajar
kooperatif

Menurut Slavin (2008) pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan kecil siswa yang
bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab atas kelompoknya. Konsep utama
dari belajar kooperatif adalah:
1. Pengahargaan kelompok (yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang
ditentukan).
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada
belajar individual semua anggota kelompok.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses (artinya bahwa siswa telah membantu
kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri).
Mengapa
Pembelajaran
Kooperatif itu perlu?
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik
Menurut Slavin

Slavin mengatakan bahwa “Siswa sering tidak menghargai teman-temannya


yang berprestasi secara akademis, sementara mereka menghargai teman-teman
mereka yang berprestasi dalam olahraga. Ini karena kesuksesan olahraga
membawa manfaat bagi kelompok (tim, sekolah, kota), sedangkan kesuksesan
akademis hanya menguntungkan individu. Faktanya, dalam kelas yang
menggunakan penilaian pada kurva atau penilaian kompetitif atau sistem
insentif apa pun, kesuksesan setiap individu mengurangi peluang bahwa
individu lain akan berhasil”
Hasil Penelitian
Slavin (1995)

1. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar


siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan
sikap toleransi, dan menhargai pendapat orang lain.

2. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir


kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
pengalaman.
Landasan Teoritis dan
Empiris Model
Pembelajaran Kooperatif

02.
Landasan Teoritis
Dukungan teoritis untuk pembelajaran kooperatif dan berbasis masalah bersandar
pada ide-ide yang terkait dengan ruang kelas yang demokratis, pandangan
konstruktivis tentang pengajaran dan pembelajaran, dan teori yang membantu
menjelaskan hubungan antarkelompok. Dua gagasan besar yang dikemukakan
oleh Lev Vygotsky dan Jean Piaget telah mempengaruhi pengembangan dan
implementasi pembelajaran kooperatif dan berbasis masalah, diantaranya:
a. Peserta didik merupakan peserta yang aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
b. Interaksi dalam lingkungan sosial, termasuk ruang kelas, sangat
mempengaruhi proses konstruksi dan bagaimana orang menciptakan makna
dari pengalaman.
Jean Piaget

Piaget menegaskan bahwa anak-anak pada dasarnya ingin tahu, dan mereka
terus-menerus berusaha untuk memahami dunia di sekitar mereka. Rasa ingin
tahu ini, menurut Piaget, memotivasi mereka untuk secara aktif membangun
representasi dalam benaknya tentang lingkungan yang mereka alami. Saat
mereka tumbuh dewasa dan memperoleh lebih banyak bahasa dan kapasitas
memori, representasi mental mereka tentang dunia menjadi lebih rumit dan
abstrak. Namun, pada semua tahap perkembangan, kebutuhan anak-anak
untuk memahami lingkungannya memotivasi mereka untuk menyelidiki dan
membangun teori yang membantu menjelaskannya.
Jean Piaget

Kaitan teori belajar Jean Piaget dengan pembelajaran kooperatif ialah


proses pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir siswa dan
bukan sekedar pada hasil, pengenalan dan pengakuan terhadap anak atas
keterlibatan dalam proses pembelajaran dan penerimaan perbedaan individu
dalam kemajuan perkembangan. Selain itu pembelajaran kooperatif juga
mengutamakan siswa berinisiatif untuk menemukan konsep dengan caranya
sendiri.
Lev Vigotsky
Pembelajaran kooperatif mendapat dukungan dari Vygotsky, tokoh teori
kontruktivisme. Berkaitan dengan pembelajaran Vygotsky mengemukakan empat
prinsip. Keempat prinsip tersebut adalah :
 Pembelajaran Sosial
Pada prinsip ini pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran
kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi
bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.
 ZPD
Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri,
tetapi dapat menyelesaikan masalah tersebut setelah mendapat bantuan oranga
dewasa atau temannya
Lev Vygotsky
 Masa Magang Kognitif
Masa magang kognitif merupakan suatu proses yang menjadikan siswa
sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi
dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa atau teman yang lebih
pandai.
 Pembelajaran Termediasi
Vygotsky menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang
kompleks, sulit dan realistis, kemudian diberi bantuan secukupnya dalam
memecahkan masalah siswa.
Lev Vygotsy

Kaitan teori belajar Vygotsky dengan pembelajaran kooperatif siswa belajar


melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap untuk
menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan secara mandiri. Siswa
bekerja dalam kelompok dan saling mendiskusikan hasil pekerjaan mereka
dengan teman sekelompok, sehingga kesulitan yang dihadapi dapat
diselesaikan bersama-sama.
Landasan Empiris
Slavin

Studi awal: Peneliti memilih 504 peserta didik dari kelas tiga, empat, dan lima
dan mengajar matematika menggunakan salah satu dari tiga metode:
1) instruksi yang berorasi kooperatif.
2) skenario instruksional khusus materi,
3) Kelas tradisional menggunakan kelompok kecil dan buku teks kelas (buku
pelajaran).
Studi kedua: Dalam studi kedua, populasi termasuk 375 peserta didik di kelas
tiga, kelas empat, dan lima yang menggunakan metodologi pengajaran yang sama
ditemukan di studi satu, dengan pengecualian bahwa studi kedua hanya
membandingkan Instruksi yang berorasi kooperatif dengan kelas tradisional.
Kelompok yang menggunakan instruksi yang berorasi kooperatif menggunakan
Team Assisted Individualization (TAI).
John Dewey

Pada tahun 1916, John Dewey menulis buku berjudul Demokrasi dan Pendidikan.
Konsep pendidikan Dewey adalah bahwa kelas harus mencerminkan masyarakat
yang lebih luas dan menjadi laboratorium untuk pembelajaran kehidupan nyata.
Pedagogi Dewey mengharuskan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang
bercirikan prosedur demokratis dan proses ilmiah.
Tanggung jawab utama mereka adalah untuk melibatkan siswa dalam
penyelidikan masalah sosial dan interpersonal yang penting. Prosedur kelas khusus
yang dijelaskan oleh Dewey (dan pengikut zaman akhir) menekankan kelompok
kecil siswa pemecahan masalah yang mencari jawaban mereka sendiri dan
mempelajari prinsip demokrasi melalui interaksi sehari-hari satu sama lain.
Herbert Thelen
Bertahun-tahun setelah pekerjaan awal Dewey, Herbert Thelen (1954-1960)
mengembangkan prosedur yang lebih tepat untuk membantu siswa bekerja dalam
kelompok. Seperti Dewey, Thelen berpendapat bahwa ruang kelas harus menjadi
laboratorium atau miniatur demokrasi untuk tujuan studi dan penyelidikan masalah
sosial dan interpersonal yang penting.
Untuk Dewey dan Thelen, penggunaan kerja kelompok kooperatif melampaui
improvisasi dalam belajar akademik. Perilaku dan proses kerja sama dianggap dasar
bagi usaha manusia — landasan di mana komunitas demokratis yang kuat dapat
dibangun dan dipertahankan. Cara logis untuk mencapai tujuan pendidikan yang
penting ini, mereka percaya, adalah dengan menyusun kelas dan kegiatan belajar
siswa sehingga mereka mencontohkan hasil yang diinginkan.
Karakteristik Model
Pembelajaran Kooperatif

03.
Karakteristik
1. Pembelajaran secara tim

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif

3. Kemauan untuk bekerja sama

4. Keterampilan bekerja sama


04.
Unsur-Unsur Model
Pembelajaran Kooperatif
Unsur-Unsur
Menurut Roger dan David Johnson (Lei, 2008) ada lima unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
2. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)
3. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotive Interaction)
4. Partisipasi dan Komuniksi (Interpersonal Skill)
5. Evaluasi Proses Kelompok (Group Processing)
05.
Karakteristik Materi
Model Pembelajaran
Kooperatif
Karakteristik Materi

Materi yang cocok untuk model pembelajaran kooperatif adalah materi


yang bersifat teoritis dan problematik. Seperti contoh mengonstruksi
definisi bangun datar, mengonstruksi definisi bangun ruang,
menemukan kembali konsep kesebagunan dan kekongruenan,
menemukan kembali rumus luas dan keliling.
Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Kooperatif

06.
Langkah-Langkah
  Fase Kegiatan Guru
(Present goals and set)
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
siswa siap belajar.
siswa
(Present Information)
Fase 2 Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal.
Menyajikan informasi
Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara
(Organize students into learning teams)
Fase 3 pembentukan tim belajar dan membantu kelompok
Mengorganisir siswa ke dalam tim–tim belajar
melakukan transisi yang efisien.
(Assist team work and studeny) Membantu tim–tim belajar selama siswa mengerjakan
Fase 4
Membantu kerja tim dan belajar tugasnya.
Menguji pengtahuan siswa mengenai berbagai materi
(Test on the materials)
Fase 5 pembelajaran atau kelompok kelompok mempresentasikan
Mengevaluasi
hasil kerjanya.
(Provide recognition) Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan
Fase 6
Memberikan pengakuan atau penghargaan prestasi individu maupun kelompok.
Tipe-Tipe Model
Pembelajaran
Kooperatif

O7.
1. Tipe Student Team Achievement Division
(STAD)

Tipe ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Univesitas


John Hopkin. Menurut Slavin (2007) tipe STAD (Student Team Achievement
Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak
diteliti. Dalam tipe ini siswa berkesempatan untuk berkolaborasi dan elaborasi,
bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu,
berdiskusi bahkan bertanya pada guru jika mereka mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran. Ini sangat penting, karena dapat menumbuhkan
kreatifitas siswa dalam mencari solusi pemecahan masalah dalam kegiatan
pembelajaran.
1. Tipe Student Team Achievement Division
(STAD)
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD :
1. Penyampaian tujuan dan motivasi
2. Pembagian kelompok
3. Presentasi guru
4. Kegiatan belajar dalam tim
5. Kuis (Evaluasi)
6. Penghargaan prestasi tim
2. Tipe Jigsaw
Tipe ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya
di Universitas Texas. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mengambil pola
cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan
bersama. Pada dasarnya, dalam tipe ini guru membagi satuan informasi yang
besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi
siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari ±4 orang siswa
sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
2. Tipe Jigsaw
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang tugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ subbab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiapanggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan
tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup.
3. Tipe Investigasi Kelompok (Group
Investigasi)

Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael


Sharan. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan
menggunakan tekni kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu
sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih
subtopik dari keseluruan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan,
kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap
kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh
kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.
3. Tipe Investigasi Kelompok (Group
Investigasi)

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok :


1. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa.
2. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
3. Mengajak setiap siswa untuk berpatisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang
disepakati.
4. Tipe Make a Match
(Membuat Pasangan)

Tipe Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari tipe
dalam pembelajaran kooperatif. Tipe ini dikembangkan oleh Lorna Curran
(1994). Salah satu keuntungan tipe ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Penerapan tipe ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
4. Tipe Make a Match
(Membuat Pasangan)

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match :


1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisikan beberapa konsep/topik yang cocok
untuk sesi review (satu sisi kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
2. Setiap siswa mendapat satu kartu memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu
soal/kartu jawaban).
4. Siswa dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
5. Setelah satu babak kartu dikocok laagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian seterusnya.
6. Kesimpulan.
5. Tipe TGT (Teams Games
Tournaments)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru
menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing.
Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.
Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang
diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk
memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum menganjukan pertanyaan
tersebut kepada guru.
5. Tipe TGT (Teams Games
Tournaments)
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT :
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah
tahapan :
1. Tahap penyajian kelas (class precentation).
2. Belajar dalam kelompok (teams).
3. Permainan (games).
4. Pertandingan (tournament).
5. Penghargaan kelompok (team recognition).
6. Tipe Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan (Shlomo Sharan, 2009) bahwa
terdapat enam komponen utama di dalam Pembelajaran Kooperatif tipe
Pendekatan Struktural, yaitu :
1. Srtuktur dan Konstruk yang Berkaitan
2. Prinsip-perinsip Dasar
3. Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas
4. Kolompok
5. Tata Kelola
6. Keterampilan sosial
7. Tipe Think Pair Share

Tipe ini awalnya dikembangkan oleh Frank Lyman (1985) dan rekan-
rekannya di University of Maryland, merupakan cara yang efektif untuk
mengubah pola wacana di dalam kelas. Ini menantang asumsi bahwa semua
bacaan atau diskusi perlu diadakan dalam pengaturan seluruh kelompok,
dan itu memiliki prosedur bawaan untuk memberi siswa lebih banyak
waktu untuk berpikir dan menanggapi dan untuk membantu satu sama lain.
7. Tipe Think Pair Share

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share :


• Langkah 1 — Berpikir: Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang
terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk meluangkan waktu sejenak
untuk memikirkan jawaban atau masalah itu sendiri. Siswa perlu diajari
bahwa berbicara bukanlah bagian dari waktu berpikir.
• Langkah 2 — Menyandingkan: Selanjutnya, guru meminta siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka miliki memikirkan tentang.
Interaksi selama periode ini dapat berupa berbagi jawaban jika pertanyaan
telah diajukan atau berbagi ide jika masalah tertentu teridentifikasi. Biasanya,
guru memberi waktu tidak lebih dari empat atau lima menit untuk
berpasangan.
7. Tipe Think Pair Share

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share :


- Langkah 3 — Berbagi: Pada langkah terakhir, guru meminta pasangan
untuk membagikan apa yang mereka miliki telah dibicarakan dengan
seluruh kelas. Efektif untuk hanya berkeliling ruangan dari pasangan ke
pasangan dan teruskan sampai sekitar seperempat atau setengah dari
pasangan memiliki kesempatan untuk melaporkan.
8. Tipe Numbered Heads
Together

Numbered Heads Together adalah tipe yang


dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam review materi yang
dibahas pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman
mereka tentang konten pelajaran.
8. Tipe Numbered Heads
Together

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together :


- Langkah 1 — Penomoran: Guru membagi siswa menjadi tim dengan tiga
hingga lima anggota dan minta nomornya agar setiap siswa dalam tim
memiliki nomor yang berbeda antara 1 dan 5.
- Langkah 2 — Mempertanyakan: Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan bisa berbeda-beda. Mereka bisa menjadi sangat spesifik dan dalam
bentuk pertanyaan, seperti "Berapa banyak negara bagian di Persatuan?" Atau
bisa juga berupa arahan, seperti "Pastikan semua orang tahu ibu kota negara
bagian yang berbatasan dengan Samudra Pasifik".
8. Tipe Numbered Heads
Together

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads


Together :
- Langkah 3 — Bersama: Para siswa menyatukan kepala mereka untuk
mencari tahu dan membuatnya pasti semua orang tahu jawabannya.
Langkah 4 — Menjawab: Guru memanggil nomor dan siswa dari
setiap kelompok dengan nomor itu mengangkat tangan mereka dan
memberikan jawaban kepada seluruh kelas.
Kelebihan dan Kekurangan
Model Pembelajaran
Kooperatif

08.
Kelebihan
 Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
 Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
 Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
 Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar.
Kelebihan
 Suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik
sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
 Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
 Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir.
Kekurangan

 Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang


perlu waktu.
 Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada
hasil kerja kelompok.
 Keberhasilan kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat
tercapai hanya dengan satu kali penerapan strategi ini.
Kekurangan

 Ciri utama kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena
itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran
langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa apa yang
seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
 Walaupun kemauan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat untuk
siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan
kepada kemampuan secara individual.
 Oleh karena idealnya melalui kooperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa
juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai
kedua hal itu dalam kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai