Anda di halaman 1dari 6

Kegiatan Belajar 2.

Perkembangan Bahasa, Sosial, Moral dan Sikap


A. Perkembangan Bahasa
Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa
tangis. Melalui bahasa tersebut seorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan
keinginannya sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani,
terutama yang bertalian dengan proses bicara. Komunikasi tersebut makin meningkat dan
meluas. Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena itu,
perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata.
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode, yaitu: periode periode prelinguistik (0-1
tahun) dan linguistik (1 -5 tahun). Mulai periode linguistik inilah anak mengucapkan
kata-kata yang pertama. Periode linguistic terbagi dalam tiga fase besar yaitu:
1. Fase Satu Kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan 1 kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks
baik yang berupa keinginan perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas.
Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda setelah
beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase Lebih dari Satu Kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah
dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-
kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan
objek tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata muncullah kalimat dengan tiga
kata diikuti oleh empat kata dan seterusnya. 
3. Fase Ketiga adalah Fase Diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai 5
tahun keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat dalam
berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi
anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya terutama
dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata
ganti orang saya untuk menyebut dirinya mampu mempergunakan kata dalam bentuk
jamak awalan akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan.
Jenis –jenis bahasa
a. Bahasa tubuh
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa salah satu jenis basa adalah bahasa
tubuh. Bahasa tubuh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan
mempergunakan bagian-bagian dari tubuh yaitu, melalui gerak isyarat, ekspresi
wajah, sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa
tubuh. Bahasa tubuh merupakan ungkapan komunikasi anak yang paling nyata
karena merupakan ekspresi perasaan serta keinginan mereka terhadap orang lain.
Melalui bahasa tubuh anak, orangtua dapat mempelajari apakah anaknya
menangis karena lapar, sakit kesepian atau bosan pada waktu tertentu. 
b. Bicara
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak
masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh
dapat terpenuhi kebutuhannya, namun hal tersebut kurang mengerti apa yang
dimaksud oleh anak. Bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi, akan
tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuan yaitu seperti: sebagai pemuas
kebutuhan dan keinginan, sebagai alat untuk menarik perhatian orang, sebagai alat
untuk membina hubungan sosial, sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri,
untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain dan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. 

c. Potensi Anak Berbicara didukung oleh beberapa hal:


1. Kematangan alat bicara
Kemampuan berbicara juga dipengaruhi oleh kematangan alat-alat bicara,
seperti tenggorokan langit-langit lebar rongga mulut dan lain-lain. Alat-alat
tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempurna dan dapat
membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik sebagai permulaan
berbicara.

2. Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak sangat bergantung pada pertumbuhan dan kematangan
otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimulai sejak anak berusia 12-18 bulan
yang disebut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah
anak betul-betul sudah siap untuk belajar bicara yang sesungguhnya. 
3. Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
Anak membutuhkan suatu modal tertentu agar dapat melafalkan kata dengan
cepat tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi
suatu kalimat yang berarti. Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain
misalkan orang tua. Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah
memperoleh model sebagaimana yang disebutkan di atas. Dengan sendirinya
potensi anak tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
4. Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang mendapat latihan keterampilan berbicara akan timbul
prustasi dan bahkan seringkali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh
orang tua atau lingkungannya. Pada gilirannya anak kurang memperoleh
motivasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya disebut anak ini lamban
bicaranya.
5. Motivasi untuk belajar dan berlatih
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi
anak untuk memenuhi kebutuhannya untuk mengembangkan potensi anak.
Itulah sebabnya orang tua harus selalu berusaha untuk memotivasi anak untuk
berbicara dan jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan. 
6. Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat penting untuk mengembangkan potensinya maka
dari itu hendaknya orangtua harus memberikan contoh atau menjadi model
bagi anak. Bimbingan hendaknya selalu dilakukan secara terus menerus dan
konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan
orang lain. 
d. Gangguan dalam perkembangan berbicara
Beberapa kendala yang sering dialami dalam belajar berbicara, yaitu:
1. Anak cengeng
2. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain

B. Perkembangan Sosial, Moral Dan Sikap


1. Perkembangan Sosial
Peranan orang tua dalam perkembangan sosial anak sangat penting, terutama dalam
mengembangkan keterampilan bergaul bagi anak. Oleh karena itu selain memberi
anak kepercayaan dan kesempatan orang tua juga diharapkan dapat memberi
penguatan melalui pemberian ganjaran atau hadiah pada saat anak berperilaku positif.
Sebaliknya orang tua juga berkewajiban memberikan hukuman kepada anak Apabila
anak bertingkah laku negatif atau melakukan berbagai kesalahan. Dengan adanya
tindakan yang konkret dan pasti dari orang tua anak akan dapat berkembang dengan
baik dan menjadi makhluk sosial yang bertanggungjawab dan sehat serta bermanfaat
bagi masyarakat bangsa dan negara.
Lebih lanjut masalah ganjaran dan hukuman yang diberikan oleh orang tua terhadap
anaknya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Ganjaran atau hadiah
Ganjaran atau hadiah adalah berbagai bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap
suatu prestasi yang telah dicapai oleh seseorang atau kelompok anak dalam
aktivitas tertentu. Umumnya Hadiah atau ganjaran diberikan setelah anak
mencapai prestasi atau menghasilkan sesuatu yang dapat dibanggakan baik oleh
teman guru orangtua maupun diri sendiri. 
Fungsi hadiah:
 Memiliki nilai pendidikan
 Memberikan motivasi pada anak
 Memperkuat perilaku
b. Hukuman
Hukuman merupakan sanksi fisik maupun psikis terhadap suatu kesalahan atau
pelanggaran yang dilakukan oleh anak dengan sengaja. Dalam hubungan ini sukar
menentukan suatu kesalahan yang dibuat oleh anak kecil apakah secara sengaja
ataupun tidak. Kesukaran tersebut disebabkan oleh belum adanya pemahaman
pada anak terhadap moral..
Fungsi hukuman:
 Fungsi restriktif, berarti bahwa pengulangan perilaku yang tidak diharapkan
dalam masyarakat tidak akan terjadi lagi, sebab apabila seorang anak pernah
membuat kesalahan dan menerima hukuman maka diharapkan bahwa pada
kesempatan lain ia tidak akan berbuat serupa .
 Hukuman sebagai fungsi pendidikan
 Hukuman sebagai penguat motivasi
2. Perkembangan Moral dan Sikap
Pada awal masa kanak-kanak biasanya anak-anak mengidentifikasi dirinya dengan ibu
atau ayahnya atau orang lain di dekatnya sedangkan pada masa selanjutnya Sesuai
dengan perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai mengidentifikasi
dirinya dengan tokoh-tokoh pahlawan-pahlawan himpunan masyarakat atau orang-
orang yang berprestasi dalam bidang olahraga dan sebagainya. Sejalan dengan
tambahan usia biasanya anak mulai memberontak pada disiplin yang diterapkan di
rumah atau di sekolah. Berikut beberapa proses pembentukan perilaku moral dan
sikap anak:
a. Imitasi
Imitasi berarti peniruan sikap, cara pandang, serta tingkah laku orang lain yang
dilakukan dengan sengaja oleh anak. Pada umumnya anak mulai mengadakan
imitasi atau peniruan sejak usia 3 tahun yaitu meniru perilaku orang lain yang ada
disekitarnya. Seringkali anak tidak hanya meniru perilaku, misalnya kan gerak
tubuh, rasa senang atau tidak senang, sikap orang tua terhadap agama, politik,
tetapi juga ekspresi orang lain terhadap sesuatu.

b. Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang karena
pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan
orang tersebut. Suatu nilai norma atau sikap semacam ini selalu dianggap benar.
Begitu nilai, norma atau sikap tersebut terinternalisasi pada diri anak sukar untuk
diubah dan menetap dalam waktu yang cukup lama. 
c. Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan
sosialnya, minat, sikap dan keputusan-keputusan yang diambil selalu berdasarkan
perasaan pemikiran dan pengalamannya sendiri. Orang-orang yang kecenderungan
introvert biasanya bersifat diam dan kurang bergaul bahkan seakan-akan tidak
memerlukan bantuan orang lain karena kebutuhannya dapat dipenuhi sendiri.
Sebaliknya ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan
perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat sikap dan keputusan-keputusan
yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang
terjadi di luar dirinya. Orang yang memiliki kecenderungan ekstrovert biasanya
mudah bergaul ramah aktif dan banyak berinisiatif serta banyak temannya.
d. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan
orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan pada anak
pengertian kemandirian seringkali dikaitkan dengan kemampuan anak untuk
melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang
dewasa. Dasar kemandirian adalah adanya rasa percaya diri seseorang untuk
menghadapi sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada anak rasa
percaya diri selalu berkembang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman
serta bimbingan dari orang dewasa terlebih dahulu seperti orang tua, kakak dan
orang sekitarnya. 

e. Ketergantungan
Anak-anak pada usia 6 sampai 12 tahun masih sangat bergantung kepada orang
tua atau orang dewasa lain yang tinggal satu rumah dengannya. Akan tetapi
seiring bertambahnya usia dan perkembangan jasmani dan rohani ketergantungan
tersebut makin berkurang dan timbul rasa ingin mandiri.
f. Bakat
Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan
tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuatu seperti tingkat
kecakapan pengetahuan dan keterampilan khusus yang seringkali melebihi orang
lain. Bakat terdapat semenjak masa kanak-kanak. Menurut ilmu pengetahuan
terdapat dua jenis bakat yang dimiliki dan dapat dikembangkan yaitu: 
1) Bakat yang bertalian dengan kemahiran atau kemampuan mengenai suatu
bidang pekerjaan khusus, seperti orang berbakat dagang, menulis atau
menyusun karangan dan sebagainya. Bakat semacam ini disebut vocational
aptitude.
2) Bakat yang diperlukan untuk berhasil dalam tipe pendidikan tertentu atau
pendidikan khusus, misalnya bakat melihat ruang dimensi yang diperlukan
oleh seorang arsitek. Bakat semacam ini disebut juga scholastic aptitude.
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi tampilnya bakat anak yaitu faktor
motivasi, faktor nilai, dan konsep diri. 

Anda mungkin juga menyukai