2. Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak sangat bergantung pada pertumbuhan dan kematangan
otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimulai sejak anak berusia 12-18 bulan
yang disebut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah
anak betul-betul sudah siap untuk belajar bicara yang sesungguhnya.
3. Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
Anak membutuhkan suatu modal tertentu agar dapat melafalkan kata dengan
cepat tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi
suatu kalimat yang berarti. Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain
misalkan orang tua. Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah
memperoleh model sebagaimana yang disebutkan di atas. Dengan sendirinya
potensi anak tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
4. Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang mendapat latihan keterampilan berbicara akan timbul
prustasi dan bahkan seringkali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh
orang tua atau lingkungannya. Pada gilirannya anak kurang memperoleh
motivasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya disebut anak ini lamban
bicaranya.
5. Motivasi untuk belajar dan berlatih
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi
anak untuk memenuhi kebutuhannya untuk mengembangkan potensi anak.
Itulah sebabnya orang tua harus selalu berusaha untuk memotivasi anak untuk
berbicara dan jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.
6. Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat penting untuk mengembangkan potensinya maka
dari itu hendaknya orangtua harus memberikan contoh atau menjadi model
bagi anak. Bimbingan hendaknya selalu dilakukan secara terus menerus dan
konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan
orang lain.
d. Gangguan dalam perkembangan berbicara
Beberapa kendala yang sering dialami dalam belajar berbicara, yaitu:
1. Anak cengeng
2. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain
b. Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang karena
pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan
orang tersebut. Suatu nilai norma atau sikap semacam ini selalu dianggap benar.
Begitu nilai, norma atau sikap tersebut terinternalisasi pada diri anak sukar untuk
diubah dan menetap dalam waktu yang cukup lama.
c. Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan
sosialnya, minat, sikap dan keputusan-keputusan yang diambil selalu berdasarkan
perasaan pemikiran dan pengalamannya sendiri. Orang-orang yang kecenderungan
introvert biasanya bersifat diam dan kurang bergaul bahkan seakan-akan tidak
memerlukan bantuan orang lain karena kebutuhannya dapat dipenuhi sendiri.
Sebaliknya ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan
perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat sikap dan keputusan-keputusan
yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang
terjadi di luar dirinya. Orang yang memiliki kecenderungan ekstrovert biasanya
mudah bergaul ramah aktif dan banyak berinisiatif serta banyak temannya.
d. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan
orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan pada anak
pengertian kemandirian seringkali dikaitkan dengan kemampuan anak untuk
melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang
dewasa. Dasar kemandirian adalah adanya rasa percaya diri seseorang untuk
menghadapi sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada anak rasa
percaya diri selalu berkembang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman
serta bimbingan dari orang dewasa terlebih dahulu seperti orang tua, kakak dan
orang sekitarnya.
e. Ketergantungan
Anak-anak pada usia 6 sampai 12 tahun masih sangat bergantung kepada orang
tua atau orang dewasa lain yang tinggal satu rumah dengannya. Akan tetapi
seiring bertambahnya usia dan perkembangan jasmani dan rohani ketergantungan
tersebut makin berkurang dan timbul rasa ingin mandiri.
f. Bakat
Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan
tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuatu seperti tingkat
kecakapan pengetahuan dan keterampilan khusus yang seringkali melebihi orang
lain. Bakat terdapat semenjak masa kanak-kanak. Menurut ilmu pengetahuan
terdapat dua jenis bakat yang dimiliki dan dapat dikembangkan yaitu:
1) Bakat yang bertalian dengan kemahiran atau kemampuan mengenai suatu
bidang pekerjaan khusus, seperti orang berbakat dagang, menulis atau
menyusun karangan dan sebagainya. Bakat semacam ini disebut vocational
aptitude.
2) Bakat yang diperlukan untuk berhasil dalam tipe pendidikan tertentu atau
pendidikan khusus, misalnya bakat melihat ruang dimensi yang diperlukan
oleh seorang arsitek. Bakat semacam ini disebut juga scholastic aptitude.
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi tampilnya bakat anak yaitu faktor
motivasi, faktor nilai, dan konsep diri.