Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak tunagrahita ringan diberikan pembelajaran keterampilan karena
mereka mengalami kesulitan dalam mempelajari hal-hal akademik. Mereka
diharapkan memiliki suatu keterampilan yang dapat dijadikan bekal untuk
hidupnya, karena itu pendidikan untuk anak tunagrahita di tingkat lanjutan
lebih dititik beratkan pada penguasaan di bidang keterampilan. Dengan
demikian pembelajaran keterampilan menempati kedudukan yang sangat
penting dalam pendidikan anak tunagrahita terutama pada jenjang lanjutan. Hal
ini dimaksudkan untuk memberikan keterampilan yang berguna sebagai bekal
mereka menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.
Belajar keterampilan adalah belajar tentang teori dan praktek, yang
merupakan bagian dari pembekalan life skill kepada siswa. Tujuan
pembelajaran keterampilan salah satunya adalah mengembangkan keterampilan
siswa untuk menghasilkan berbagai produk yang berguna bagi kehidupannya di
masyarakat. Berkaitan dengan itu, guru sebagai perencana dan pelaksana
pembelajaran dituntut untuk mengembangkan program-program pembelajaran
keterampilan yang berorientasi pada kemampuan anak tunagrahita dan
kebutuhan lingkungan.
Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan
pembelajaran keterampilan adalah memilih atau menentukan materi
pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa
mencapai kompetensi. Hal ini di sebabkan oleh kenyataan bahwa dalam
kurikulum hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok.
Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga
menjadi bahan ajar yang lengkap dengan menggunakan media dan metode
yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan guru dapat lebih
meningkatkan kemampuan siswanya dalam setiap mata pelajaran, termasuk
mata pelajaran keterampilan tata rias/kecantikan.
Salah satu masalah dalam pelajaran keterampilan tata rias/kecantikan
pada anak tunagrahita di SLB Negeri Budi Utama Kota Cirebon adalah guru
1
2

mengalami kesulitan dalam menentukan metode dan media yang tepat


sehingga hasilnya kurang optimal dan kurang memuaskan diantaranya proses
pembelajaran memerlukan waktu yang lama, latihan dan bantuan lebih banyak
serta pengajaran yang berulang-ulang. Selain itu dari hasil tes ulangan pertama
didapat nilai yang masih rendah/ kurang dari KKM yang telah di tetapkan.
Untuk itu dibutuhkan program keterampilan tentang tata rias/kecantikan yang
sesuai dengan kemampuan anak.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka penulis ingin mengadakan
penelitian tentang “Peningkatan hasil belajar siswa tunagrahita ringan pada
pembelajaran keterampilan tata rias melalui model pembelajaran analisis tugas
di kelas VIII SLB Negeri Budi Utama Kota Cirebon”.

B. Perumusan Masalah

Beranjak dari latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah


ini sebagai berikut: ”Apakah proses pembelajaran keterampilan tata rias
melalui model pembelajaran analisis tugas di kelas VIII SLB Negeri Budi
Utama Kota Cirebon dapat meningkatkan hasil belajar siswa tunagrahita
ringan?”

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan diatas, penelitian ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
3. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan merias wajah

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Anak
a. Dapat meningkatkan kemampuan anak tunagrahita ringan dalam
keterampilan merias wajah.
b. Dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
3

2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan untuk pihak sekolah yang dijadikan tempat
penelitian di dalam mengambil dan menetapkan suatu kebijakan khususnya
dalam menggunakan program keterampilan merias wajah bagi anak
tunagrahita ringan.
3. Bagi Guru
a. Hasil penulisan ini dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan
proses pembelajaran yang dapat menarik anak sehingga dapat
meningkatkan keterampilan merias wajah.
b. Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian
4. Bagi orang tua
Dapat memberikan informasi kemampuan yang sudah dimiliki oleh anaknya
dalam keterampilan merias wajah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Anak Tunagrahita Ringan


1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
Kelompok ini memiliki IQ antara 50-70, dengan bimbingan dan
pendidikan yang baik, anak tunagrahita ringan pada saatnya akan dapat
memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Salah satu definisi anak
tunagrahita ringan seperti yang dikemukakan oleh para pakar asing yang
tergabung dalam AAMD (American Association of Mentally Deficiency)
dan PP No. 72 Tahun 1991 (alih bahasa oleh Amin, 1995:22) sebagai
berikut :
Anak tunagrahita ringan meskipun kecerdasan dan adaptasi sosialnya
terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk
berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial
dan kemampuan bekerja. Dalam mata pelajaran tingkat sekolah
lanjutan baik SLTPLB dan SMALB, maupun di sekolah biasa
dengna program khusus sesuai berat ringannya ketunagrahitaan yang
disandangnya. IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50 – 70. Dalam
penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri
dalam lingkungan sosial yang lebih luas dan kebanyakan dapat
mandiri dalam masyarakat. Dalam kemampuan bekerja, mereka
dapat melakukan pekerjaan yang semi-skilled dan pekerjaan sosial
sederhana, bahkan sebagian besar dari mereka mandiri seluruhnya
dalam melakukan pekerjaan sebagai orang dewasa.

Mencermati penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa anak


tunagrahita ringan memiliki kemampuan untuk berkembang, yang apabila
memperoleh pendidikan dan latihan secara intensif dan dengan layanan
khusus maka akan mencapai perkembangan secara optimal sehingga
mempu melakukan pekerjaan sederhana yang dapat menghasilkan produk
sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah-tengah
masyarakat, tidak selalu bergantung kepada orang lain.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Karakteristik anak tunagrahita ringan meliputi karakteristik
akademik, fisik, dan lain-lain. Karakteristik anak tunagrahita ringan
menurut Astati (2001:5) adalah:
a. Ciri fisik dan motorik

4
5

Keterampilan motorik anak tunagrahita ringan lebih rendah dari anak


normal. Sedangkan tinggi dan berat badan sama.
b. Bahasa dan Penggunaannya
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara, tetapi kurang
dalam perbendaharaan kata. Mereka juga kurang mampu menarik
kesimpulan mengenai apa yang dibicarakannya.
c. Kecerdasan
Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak.
Tetapi mereka masih mampu mempelajari hal-hal yang bersifat
akademik walaupun terbatas. Sebagian dari mereka mencapai usia
kecerdasan yang sama dengan anak normal usia 12 tahun ketika
mencapai usia dewasa. Di samping itu mereka menunjukkan
keterbatasan lingkup perhatian. Di samping itu mereka menunjukkan
keterbatasan lingkup perhatian, mudah terganggu perhatian, hiperaktif,
dan pasif (diam berjam-jam).
d. Sosial
Anak tunagrahita ringan cenderung menarik diri, acuh tak acuh, mudah
bingung. Keadaan seperti ini akan bertambah berat apabila
lingkungannya tidak memberikan reaksi positif. Mereka cenderung
bergabung dengan anak normal yang lebih muda dengan usianya.
e. Kepribadian
Ciri-ciri anak tunagrahita ringan, antara lain: kurang percaya diri,
merasa rendah diri, mudah frustasi. Ciri-ciri ini berkaitan dengan
reaksi orang lain terhadap kondisi mereka karena orang lain mereaksi
berdasarkan pada keterampilan penyesuaian diri dan pola perilakunya.
f. Pekerjaan
Dalam kemampuan bekerja anak tunagrahita ringan dapat melakukan
pekerjaan yang sifatnya semi skilled dan pekerjaan itu bersifat
sederhana. Bahkan diantara mereka dapat mandiri melakukan
pekerjaan, sebagai orang dewasa asal sesuai dengan kemampuannya.

Beberapa karakteristik itulah yang diperlihatkan guru agar dapat


melakukan layanan sesuai dengan kondisi dan potensi anak sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.

B. Keterampilan Vokasional Tata Rias


1. Pengertian Keterampilan Vokasional
Keterampilan merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki
anak tunagrahita ringan dalam mempersiapkan hidupnya di tengah-tengah
masyarakat, dengan memiliki keterampilan anak tunagrahita ringan
diharapkan mempunyai kemampuan untuk mencari nafkah dan mandiri,
sehingga tidak selalu bergantung kepada orang lain. Oleh karena itu
6

pendidikan keterampilan merupakan program pengajaran yang diberikan


melalui latihan-latihan yang terencana, bertahap serta terus menerus.
Adapun pengertian keterampilan menurut Subarnas (2006:1) sebagai
berikut: “Keterampilan merupakan suatu ilmu memberikan kesempatan
kepada anak untuk terlibat di dalam berbagai pengalaman apresiasi dan
berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang
bermanfaat langsung bagi kehidupan anak.”
Sesuai dengan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pengajaran
keterampilan sangat diperlukan oleh anak tunagrahita ringan, karena
dengan latihan yang intensif anak tunagrahita ringan pun dapat melakukan
sampai dengan menghasilkan produk meskipun dengan sedikit
pengawasan dan bimbingan.
Tujuan kurikulum dari pengajaran keterampilan vokasional
(Depdiknas, 2007:1) adalah :
a. Menumbuhkan apresiasi kerja dalam bidang keterampilan kerumah
tanggaan khususnya keterampilan tata rias.
b. Menyiapkan anak agar mampu memilih karir dan mengembangkan
diri
c. Mengembangkan keterampilan untuk menghasilkan produksi
keterampilan yang memiliki nilai jual.
d. Menyiapkan secara dini anak masih dapat memasuki lapangan kerja di
kemudian hari serta membuktikan sikap professional dalam bidang
keterampilan yang ditekuninya.
e. Menyiapkan tenaga kerja tingkat pelaksanaan untuk mengisi dunia
kerja.
f. Mengembangkan kepekaan kreatif melalui berbagai kegiatan
keterampilan.

Jadi keterampilan vokasional diberikan kepada anak tunagrahita


ringan agar anak mampu mandiri hidup ditengah masyarakat dan mampu
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
2. Ruang Lingkup keterampilan Vokasional
Ruang lingkup mata pelajaran keterampilan untuk SMALB
Tunagrahita dapat mengacu kepada program pilihan bagi anak tunarungu,
tunadaksa dan tunalaras, hanya programnya lebih disederhanakan sesuai
kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita ringan. Lebih jelasnya
menurut kurikulum 2006 Departemen Pendidikan Nasional (2006: 151)
7

bahwa: “Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi


merupakan paket pilihan jenis keterampilan vokasional/teknologi
informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi
daerah”.
Berdasarkan kutipan diatas keterampilan dikembangkan oleh
masing-masing sekolah sesuai dengan potensi daerahnya. Ruang
lingkupnya meliputi: keterampilan kerajinan, pemanfaatan teknologi
sederhana dan kewirausahaan. Jenis keterampilan vokasional sederhana
yang akan dikembangkan diserahkan kepada satuan pendidikan sesuai
dengan minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan siswa serta kondisi
satuan pendidikan. Adapun jenis-jenis keterampilan vokasional sederhana:
keterampilan kayu, tanah liat, kerajinan berbahan kertas, bengkel/otomotif,
keterampilan budidaya, keterampilan teknologi komputer, keterampilan
tata busana, keterampilan tata rias, keterampilan tata boga dan
keterampilan pijat.
3. Pentingnya pendidikan keterampilan vokasional bagi anak tunagrahita
Pengajaran keterampilan vokasional sangat diperlukan oleh anak
tunagrahita karena pembelajaran keterampilan mengarah kepada
tercapainya perkembangan potensi yang optimal. Bidang keterampilan
diberikan kepada anak tunagrahita untuk membentuk anak tunagrahita
menjadi mandiri, tidak bergantung pada orang lain dan mempunyai
tanggung jawab.
Dengan latihan yang intensif anak tunagrahita pun dapat melakukan
keterampilan sampai dengan menghasilkan produk meskipun dengan
sedikit pengawasan dan bimbingan.
4. Pembelajaran Keterampilan tata rias
Tata rias wajah atau kosmetik (Make up) adalah kegiatan mengubah
penampilan dari bentuk asli sebenarnya dengan bantuan bahan dan alat
kosmetik. Istilah make up lebih sering ditujukan kepada pengubahan
bentuk wajah, meskipun sebenarnya seluruh tubuh bisa di hias (make up).
Tata rias dalam penelitian ini adalah memakai riasan wajah secara
sederhana, yaitu riasan dasar memakai bedak. Kosmetik dasar wajah yang
8

dimaksud seperti pembersih wajah, penyegar, pelembab, alas bedak, bedak


dan vitamin bibir.
Cara/ langkah-langkah dalam memakai bedak (merias wajah), yaitu:

a. Memasang bando agar rambut tidak menutupi wajah

b. Usapkan pembersih ke wajah di 5 titik lalu pijat wajah dengan gerakan

ke atas hingga rata diwajah

c. Basahi kapas dengan penyegar lalu tepuk-tepuk ke wajah

d. Usapkan pelembab di 5 titik dan ratakan ke seluruh permukaan wajah

tunggu sampai kering

e. Usapkan alas bedak di 5 titik dan ratakan ke seluruh permukaan wajah

tunggu sampai kering

f. Tepuk-tepuk wajah dengan memakai spon bedak yang ada bedaknya

g. Sapulah wajah dengan kuas besar agar bedak rata diseluruh pemukaan

wajah

h. Oleskan vitamin bibir dengan memakai kuas bibir

5. Model Pembelajaran Analisis Tugas


a. Pengertian
Proses belajar anak tunagrahita sangatlah lamban, dikarenakan
mereka mengalami hambatan dalam proses berpikir, maka diperlukan
suatu cara untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam pembelajaran bagi
anak tunagrahita dikenal dengan adanya analisis tugas. Menurut
Suhaeri (2005:53) adalah: “Merinci atau menguraikan tugas menjadi
bagian-bagian yang kecil, selanjutnya dilakukan oleh setiap siswa.”
Analisis tugas disusun berdasarkan kemampuan dan kondisi anak.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis tugas
adalah menganalisis sebuah tugas menjadi langkah-langkah kecil
dengan tujuan agar mudah diikuti oleh siswa. Analisis tugas dalam
penelitian ini adalah tentang cara mandi.
9

2. Tujuan Pembelajaran Analisis Tugas


Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran harus
dirumuskan tujuan. Tujuan analisis tugas menurut Suhaeri (2005:54)
adalah “Agar peserta didik memahami terhadap langkah-langkah dalam
keterampilan/tugas” Tujuan dalam penelitian ini adalah agar anak dapat
memahami tahapan dalam mandi, sehingga dapat dirinci sedetail
mungkin agar terhindar dari kesalahan, sehingga pada akhirnya peseta
didik mengerti cara mandi yang benar.
3. Pentingnya Analisis Tugas bagi Anak Tunagrahita
Analisis tugas merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang
digunakan untuk mengajar anak tuna grahita. Dalam perencanaan
analisa tugas, harus disesuaikan pula dengan tingkat kecerdasan anak
tunagrahita.
Teknik analisis tugas sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita
ringan, di mana anak tunagrahita tidak dapat mempelajari tugas yang
besar-besar sehingga harus dirinci ke tugas yang kecil berdasarkan
perbedaan satu sama lain. Melalui analisis tugas rincian anak
tunagrahita akan mudah untuk mempelajari tugas yang telah dirinci
menjadi bagian-bagian tugas yang kecil.

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah dan teori yang dikemukakan, maka
penulis dapat menentukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pembelajaran
keterampilan tata rias jika dilakukan dengan model pembelajaran analisis
tugas diduga akan meningkatkan hasil belajar siswa, karena lebih
mendahulukan prinsip siswa aktif dan akan dapat lebih melayani kebutuhan
siswa dalam pembelajaran. Adapun tahapan pelaksanaannya secara rinci akan
dijelaskan pada uraian rencana tindakan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif di gunakan dengan harapan dapat menyajikan langsung
hubungan antara penulis dengan responden dalam rangka memecahkan
masalah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Menurut pendapat Bogdan
dan Taylor dalam Moleong (2000:3), bahwa: “Metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik”.
Berdasarkan pada pengertian di atas penulis menggunakan pendekatan
kualitatif yang dianggap paling sesuai dengan permasalahan yang ingin
diteliti. Seperti dikemukakan oleh Moleong (2006:9) sebagai berikut:
Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan, pertama
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda, kedua metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga metode ini lebih peka
dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian tindakan kelas

(Clasroom action researech). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu

penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan

melakukan perubahan-perubahan dari proses sebelumnya yang dirasakan

perlu untuk diperbaiki atas kekurangan-kekurangan sebagai akibat dari hasil

mengajar reflektif.

Sesuai dengan hal tersebut di atas, maka rancangan penelitian tindakan

kelas ini mengacu pada siklus kegiatan yang dimulai dengan rencana,

tindakan, pengamatan, refleksi pengamatan kembali merupakan dasar untuk

suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan.

10
11

B. Rencana Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SLB Negeri Budi Utama
Kota Cirebon, semester ke satu tahun pelajaran 2017-2018. Penelitian
dilakukan secara kolaboratif antara 2 orang guru kelas. Jumlah siswa kelas
VIII terdiri dari 1 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan.
Alasan penulis mengambil 3 orang siswa pada subyek penelitian ini karena
populasi terbatas, memiliki usia tidak jauh beda, memiliki kemampuan
yang sama dan tidak memiliki ketunaan lain. Adapun waktu yang di
gunakan untuk penelitian ini dimulai pada bulan Agustus sampai bulan
Oktober tahun ajaran 2017/2018.
2. Faktor-faktor yang diteliti
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang akan diamati mencakup:
a. Faktor siswa
1) Respon siswa terhadap pembelajaran meliputi:
a) Interaksi antar siswa dan atau dengan guru
b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran untuk setiap 10 menit
2) Daya serap peserta didik terhadap pembelajaran
b. Faktor guru
1) Keterampilan guru dalam praktek merias wajah
2) Keterampilan guru dalam kegiatan tahap pendahuluan
3) Keterampilan guru dalam kegiatan inti
4) Keterampilan guru dalam kegiatan menutup pelajaran
3. Rencana Tindakan
Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Menyiapkan RPP
2) Menetapkan pemetaan fokus atau aspek perilaku yang akan
diamati/observasi
3) Menetapkan teknik pengumpulan data (pedoman observasi)
4) Menentukan observer (pengamat)
5) Menentukan alat bantu yang dibutuhkan untuk observasi (alat rekam)
12

6) Menetapkan cara atau pemetaan kriteria keberhasilan dalam upaya


pemecahan masalah (upaya tindakan)
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru mengkondisikan siswa pada situasi belajar mengajar yang
efektif
2) Guru mengadakan persepsi awal
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4) Guru menjelaskan materi tentang merias wajah
5) Guru mendemonstrasikan alat peraga berupa alat-alat kosmetik
6) Siswa memperhatikan alat peraga yang di perlihatkan oleh guru
c. Tahap Observasi/Pengamatan
1) Merekam setiap kegiatan pembelajaran
2) Mencatat kejadian-kejadian unik yang muncul pada waktu kegiatan
pembelajaran berlangsung
3) Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah
disiapkan
4) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja
siswa (LKS).
d. Refleksi
1) Menelaah kembali kegiatan selama perbaikan pembelajaran
berlangsung dengan melihat catatan dari teman sejawat.
2) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi
mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan
3) Eksperimen hasil kegiatan perbaikan pembelajaran dengan teman
sejawat dan rekan-rekan guru.
4) Meminta pendapat dari teman sejawat, rekan guru, atau kepala
sekolah
5) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
6) Mengkaji ulang langkah-langkah/skemario pembelajaran yang
kurang tepat
13

Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus 1 yang belum
teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah
2) Membuat skenario atau langkah-langkah pembelajaran yang
lebih sistematik
3) Menyiapkan media dan sumber belajar yang relevan dan
bervariasi serta penggunaan lingkungan sekitar sekolah
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada
identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan
alternative pemecahan masalah yang sudah ditentukan.
2) Guru memusatkan perhatian siswa melalui penjelasan dengan
cara tanya jawab
3) Guru menjelaskan tentang cara merias wajah dengan lebih rinci
sesuai dengan tahapan-tahapan pada observasi
4) Guru memperlihatkan alat peraga berupa gambar yang
berhubungan dengan merias wajah
5) Guru juga mendemonstrasikan alat peraga berupa CD yang
berhubungan dengan merias wajah
6) Guru memberi tes akhir
7) Siswa mempraktekkan cara merias wajah sesuai dengan contoh
guru
8) Guru lebih memotivasi dengan memberikan reward
9) Siswa dilibatkan dalam mengambil kesimpulan pada akhir
pembelajaran
c. Pengamatan
1) Menganalisa hasil eksperimen dan evaluasi siswa
2) Mengelompokkan hasil penilaian berdasarkan besar kecilnya
skor
3) Merengking hasil evaluasi siswa
14

d. Refleksi
1) Mencatat kekurangan dalam kegiatan pembelajaran
berdasarkan masukan dan saran dari teman sejawat
2) Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus
II
3) Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan
mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I

C. Analisa Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, prosedur yang digunakan dalam pengumpulan
data, adalah sebagai berikut: Pengamatan, penilaian hasil kerja dalam
bentuk tes dan sikap.
a. Pengamatan difokuskan pada kegiatan siswa pada saat proses
pembelajaran
b. Penilaian hasil kerja digunakan untuk mengetahui daya serap siswa
terhadap materi yang telah diberikan.
c. Analisa hasil tes/ulangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
hasil belajar siswa
2. Tahap Analisa
Pengolahan data terdiri dari:
a. Seleksi data (supaya ketahuan data yang perlu dan tidak perlu)
b. Pengelompokkan data sesuai dengan pemetaan fokus aspek yang diteliti
c. Menyajikan data secara narasi
d. Penafsiran atau analisa data agar data dapat berbicara dan memberikan
makna
e. Menyimpulkan hasil
f. Memberi rekomendasi untuk refleksi
15

D. Indikator Kinerja
Kriteria keberhasilan belajar siswa sebagai berikut:
1. Presentasi tingkat keberhasilan belajar siswa dalam penguasaan praktek
merias wajah
a. Nilai 85 – 100 = Baik Sekali (BS)
b. Nilai 75 – 84 = Baik (B)
c. Nilai 65 – 74 = Cukup (S)
d. Nilai 55 – 64 = Kurang (K)
e. Nilai 45 – 54 = Kurang Sekali (KS)
2. Presentasi tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
a. Nilai 80% > Sangat aktip
b. Nilai 70% -79% lebih aktip
c. Nilai 60% -69% aktip
d. Nilai 59 % < Kurang aktip
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal


Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar
secara konvensional. Guru cenderung menstranfer ilmu pada siswa, sehingga
siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan.
Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran
tampak kaku, berdampak pada nilai yang diperoleh siswa kelas VIII pada
mata pelajaran keterampilan tata rias sebelum siklus I (pra siklus) seperti
pada Tabel 1. Sebagian siswa belum mencapai ketuntasan belajar minimal
dalam mempelajari pokok bahasan tersebut. Hal ini diindikasikan pada
capaian nilai hasil belajar di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)
sebesar 65.
Tabel 1
Kriteria Nilai Tes
No Rentang Nilai Lambang huruf Arti Lambang
1 85 – 100 A Sangat baik
2 75 – 84 B Baik
3 65 – 74 C Cukup
4 55 – 64 D Kurang
5 45 – 54 E Sangat kurang

Tabel 2
Nilai Rekapitulasi Nilai Tes Pra Siklus
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Pn 60 Kurang
2 Sn 60 Kurang
3 Es 65 Cukup
Jumlah 185
Nilai rata-rata 61 Kurang

16
17

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2, diketahui bahwa tidak ada


siswa yang mendapat nilai sangat baik (kisaran nilai 84 – 100), tidak ada siswa
yang mendapat nilai baik (kisaran nilai 75 – 84), 1 siswa yang mendapat nilai
cukup (33,3 %) dan 2 siswa yang mendapat nilai kurang (66,7 %), dan 1 siswa
yang mendapat nilai sangat kurang (16,7 %).
Dari hasil tersebut diketahui bahwa sebanyak 66,7% atau sebanyak 2
orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar atau memiliki nilai dibawah
nilai KKM sebesar 65. Hanya 33,3% atau sebanyak 1 siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar.

B. Hasil Pengamatan
Setelah melaksanakan penelitian dan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan kaidah PTK diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Komentar
Nomor Absen Keterangan
Siklus I Siklus II
1 D B Terdapat peningkatan
2 D C aktivitas siswa dari siklus
3 C B 1 ke siklus 2
Sangat baik (A)
Baik (B) 2 orang
Cukup (C) 1 orang 1 orang
Kurang (D) 2 orang

Aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan


yang diharapkan. Siswa lebih aktif, semangat dan tertarik dalam mempelajari
keterampilan tata rias wajah.
18

Tabel 4

Hasil Pengamatan Aktvitas Guru


No Jenis Kegiatan Waktu Penggunaan
1 Keterampilan dalam mengelola kelas 5 menit
2 Melaksanakan proses pembelajaran 25 menit
3 Mencatat Pelajaran 5 menit
4 Melaksanakan tes 5 menit
5 Menganalisis/ mengoreksi hasil evaluasi 5 menit
Penggunaan waktu efektif sehingga mengarahkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran.

Setelah dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya nilai yang


diperoleh siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 5
Nilai Hasil Evaluasi Siswa

Nilai
No Nama Siswa Keterangan
Siklus I Siklus II
1 Pn 60 70
2 Sn 70 75
3 Es 70 80
Jumlah Nilai 205 225
Rata-rata kelas 68,3 73
Prosentase 66,6% 75%

Berdasarkan tabel 5 diatas, pada hasil tes siklus 1 menunjukkan bahwa


dari 3 siswa, ada yang mendapat nilai 70 ada 2 siswa, dan yang mendapat nilai
60 ada 1 orang. Sehingga dari 3 orang siswa semuanya yang melebihi nilai
KKM ada 2 orang. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 66,6 dan ketuntasan
nya sebesar 50 %.
Pada hasil tes siklus 2, menunjukkan bahwa dari 3 orang siswa ada 1
siswa yang mendapat nilai 70, Siswa yang mendapat nilai 75 ada 1 orang,
19

siswa yang mendapat nilai 80 ada 1 orang. Sehingga dari 3 orang siswa sudah
mencapai ketuntasan belajar. Terlihat pada grafik dibawah ini perbandingan
nilai hasil evaluasi pada siklus 1 dan siklus 2.

Grafik Nilai Hasil Evaluasi Siswa

76%
74%
72%
70%
68% 75%

66%
64% 67%

62%
Siklus 1 Siklus 2

Dibawah ini merupakan tabel ketuntasan, nilai rata-rata Pra siklus,


Siklus I, dan Siklus II.
Tabel 6
Nilai rata-rata Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
Jumlah Siswa Rata-rata
No Uraian
Tuntas Belum Tuntas Nilai
1 Kondisi Awal 1 2 61
(Pra Siklus)
2 Siklus I 2 1 66,7
3 Siklus II 3 75

Berdasarkan nilai rata-rata pra siklus, siklus 1, dan siklus 2


menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan tata rias wajah telah
mengalami peningkatan baik dalam hal nilai yang diperoleh siswa, ketuntasan
belajar, maupun nilai rata-rata kelas.
20

C. Refleksi
Hasil evaluasi yang diperoleh oleh siswa dari siklus 1 sampai dengan
siklus 2 menunjukkan perbaikan sudah berjalan.

Tabel 7
Data refleksi dari hasil evaluasi
No Refleksi Siklus I Refleksi Siklus II
Siswa yang sudah mencapai Semua Siswa sudah mencapai
ketuntasan belajar ada 2 orang ketuntasan belajar (100%)
(75%), dan siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar
ada 1 orang (sekitar 25 %)
Nilai rata-rata hasil tes siklus 1 Nilai rata-rata hasil tes siklus 2
sebesar 66,6 sebesar 75. Sehingga terdapat
peningkatan hasil belajar yang
signifikan.

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan peningkatan hasil belajar


siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Nilai rata-rata pada siklus 1 sebesar 66,6
sedangkan nilai rata-rata pada siklus 2 sebesar 75.

D. Pembahasan Tiap Siklus


Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa dengan praktek
merias wajah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
keterampilan tata rias. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai
berikut:
a. Siklus 1
Proses pembelajaran pada siklus 1 sudah menunjukkan adanya
perubahan meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan
belajar mengajar. Siswa sangat senang ketika guru memperlihatkan alat
peraga berupa alat-alat kosmetika yang relevan dengan materi tata rias.
Sehingga siswa yang pada awalnya sering merasa jenuh pada saat belajar,
langsung bersemangat dan tertarik mengikuti pelajaran.
21

Perolehan nilai pada siklus 1 hanya mencapai rata-rata 66,6


sehingga hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menunjukkan adanya
peningkatan dibandingkan dengan pra siklus yang hanya mencapai nilai
rata-rata sebesar 61. Pada siklus 1 ini, dari 3 orang siswa ada 2 siswa yang
sudah mencapai ketuntasan belajar, dan 1 siswa lainnya belum mencapai
nilai ketuntasan belajar. Kriterian ketuntasan minimal atau yang disebut
dengan KKM sebesar 65.
b. Siklus 2
Perkembangan positif juga ditemukan setelah melakukan perbaikan
pada siklus II. Siswa semakin memahami materi tata rias dengan sudah
terampilnya praktek menggunakan alat kosmetika. Hampir semua siswa
lebih aktif, kreatif, dan lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran. Pada
siklus ini, siswa lebih paham dan mengerti macam-macam tata rias.
Perolehan nilai pada siklus 2 meningkat dengan rata-rata sebesar 75
telah menunjukkan skor positif dan perkembangan yang signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan praktek merias wajah dapat meningkatkan
keterampilan tata rias. Pada siklus ini, semua siswa sudah mencapai
ketuntasan belajar.
Hasil antara siklus I dengan siklus II terdapat peningkatan secara
signifikan yang ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar. Dari hasil tes akhir siklus II ternyata lebih baik
dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I.
Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan disajikan pada tabel dibawah
ini.
Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II ada
peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar
maupun hasil perolehan nilai rata-rata kelas. Dari sebanyak 3 siswa
semuanya mencapai ketuntasan belajar. Hal ini memang karena siswa
tersebut harus mendapatkan pelayanan dan penangan yang ekstra diluar
jam pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berikut ini penulis akan mengemukakan kesimpulan serta saran bagi pihak-
pihak terkait.
A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilakukan


dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran analisis tugas dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan tata rias
wajah di kelas VIII SLB Negeri Budi Utama Kota Cirebon tahun pelajaran
2017/2018 Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar
sebanyak 2 orang siswa. Sedangkan pada akhir siklus II, semua siswa
mencapai ketuntasan belajar.
Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 66,7 sedangkan nilai rata-
rata kelas pada siklus II sebesar 75. Ini menunjukkan adanya peningkatan
nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II. Sedangkan ketuntasan belajar
siswa pada siklus I mencapai 75% dan pada siklus II mencapai 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa meningkat jika dibandingkan
dengan kondisi awal.
Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar
secara konvensional. Guru cenderung menstranfer ilmu pada siswa, sehingga
siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan. Melihat kondisi
pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku, sehingga
hasil nilai sebelum siklus I hanya mencapai nilai rata-rata 61.
Setelah diadakan siklus I pada praktek merias wajah, aktivitas siswa
pada saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Siswa
lebih aktif, semangat dan tertarik dalam mempelajari tata rias wajah, sehingga
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

22
23

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Perlakuan tindakan kelas yang diwujudkan dalam tahap-tahap perbaikan
hendaknya menjadi bagian yang22
tak terpisahkan dari kegiatan analisis para
guru.
2. Hasil PTK agar disosialisasikan secara terbuka melalui forum guru agar
permasalahan pembelajaran yang diobservasi dapat menjadi acuan pelaku
PTK berikutnya.
3. Guna meningkatkan pemahaman terhadap PTK, perlu adanya pelatihan
atau diklat sebagai wujud tanggung jawab pemerintah dalam upaya
meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia para pendidik
24

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. 1995. OrtoPedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Tenaga Guru

Astati, 2001. Persiapan Pekerjaan Penyandang Tunagrahita, Bandung CV


Pendawa.

Depdiknas, 2007. Pedoman Pelaksanaan Mata Pelajaran Keterampilan


Vokasional / Teknologi Informasi dan Komunikasi Bagi Siswa
Tunagrahita Sedang di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Pendidikan Khusus Ringan (C).


Tunagrahita Sedang (C1). Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Gunadi, R.B. 2008. Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Jurusan Pendidikan


Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

Moleong, L.J. 2000/2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Rosdakarya.

Subana, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Bandung. : CV. Alfabeta.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB C. (2006) Dirjen PSLB


Jakarta.

Subarnas.2006. Manajemen Keterampilan. UPT.Penerbitan dan Percetakan


UNS:Surakarta

Sumarsono, Sonny.2010.Tata Rias.Graha Ilmu: Yogyakarta

Suhaeri, HN. 2005. Program Khusus. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Soemantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
Aditama

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga PTK ini dapat diselesaikan meskipun dalam bentuk
yang sangat sederhana.
Penelitian Tindakan Kelas berjudul “Peningkatan hasil belajar siswa
tunagrahita ringan pada pembelajaran keterampilan tata rias melalui model
pembelajaran analisis tugas di kelas VIII SLB Negeri Budi Utama Kota
Cirebon "yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan pangkat,
bahan masukan untuk pihak sekolah dalam mengambil dan menetapkan suatu
kebijakan khususnya dalam menggunakan program keterampilan, Sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun program dengan memberikan layanan
pembelajaran bagi anak tunagrahita khususnya dalam pembelajaran keterampilan.
Penulis menyadari keterbatasan materi pada karya tulis ini yaitu masih
terdapatnya kekurangan-kekurangan di dalamnya. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun dari pembaca senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan
karya tulis ini selanjutnya.
Akhirnya penulis mengharapkan kiranya tulisan ini dapat berguna bagi
perkembangan dan kemajuan pendidikan di masa-masa yang akan datang.
Semoga Allah memberikan rahmat kepada kita semua, Amin ya Rabbal Alamin.

Cirebon, Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Anak Tunagrahita Ringan .......................................................... 4
B. Keterampilan .............................................................................. 5
C. Hipotesis Tindakan..................................................................... 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................ 10
B. Rencana Penelitian ..................................................................... 11
C. Analisis Data .............................................................................. 14
D. Indikator Kinerja ........................................................................ 15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal ............................................................. 16
B. Hasil Pengamatan ....................................................................... 17
C. Refleksi ...................................................................................... 20
D. Pembahasan Tiap Siklus ............................................................ 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 22
B. Saran ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
ABSTRAK
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA
RINGAN PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ANALISIS TUGAS DI
KELAS VIII SLB NEGERI BUDI UTAMA KOTA CIREBON

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam bidang akademis, tetapi


mereka masih memiliki potensi untuk dikembangkan dalam bidang
lainnya, salah satunya dalam bidang keterampilan. Bidang keterampilan
diberikan kepada anak tunagrahita untuk membentuk anak tunagrahita
menjadi mandiri, tidak bergantung pada orang lain dan mempunyai
tanggung jawab. Kebutuhan keterampilan hidup yang dibutuhkan anak
tunagrahita sangat luas, salah satunya Keterampilan tata rias. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauhmana peningkatan hasil belajar siswa
tunagrahita ringan pada pembelajaran keterampilan tata rias melalui model
pembelajaran analisis tugas di kelas VIII SLB Negeri Budi Utama Kota
Cirebon. Dalam penelitian ini penulis menggunakan PTK dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, tes, dan dokumentasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa
dengan melalui model pembelajaran analisis tugas hasil belajar
keterampilan tata rias pada anak tunagrahita ringan kelas VIII meningkat.
Hal ini dilihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 66,7
sedangkan nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 75. Ini menunjukkan
adanya peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II.
Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 75% dan pada
siklus II mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar
siswa meningkat jika dibandingkan dengan kondisi awal. Melihat hasil
penelitian, peneliti mencoba memberikan rekomendasi agar Hasil PTK
disosialisasikan secara terbuka melalui forum guru agar permasalahan
pembelajaran yang diobservasi dapat menjadi acuan pelaku PTK
berikutnya
Kata Kunci: Hasil belajar, Merias wajah, Tunagrahita Ringan

iv
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA
RINGAN PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ANALISIS TUGAS DI
KELAS VIII SLB NEGERI BUDI UTAMA KOTA CIREBON

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Kenaikan Pangkat


di lingkungan Dinas Provinsi Jawa Barat

Disusun oleh :

IKE RUNIKE HARUN, MM.Pd


NIP.196710 17200801 2 002

SLB NEGERI BUDI UTAMA KOTA CIREBON

Jalan Melati Kesambi Baru, Telp (0231) 245269 Cirebon 43134


Tahun 2018
IDENTITAS PENULIS

1. Nama Lengkap : Ike Runike Harun, S.Pd, M.MPd


2. NIP : 196710172008012002
3. Jabatan Fungsional : Guru kelas VIII SMPLB-C
4. Pangkat dan Golongan : Penata muda/III a
5. Masa Kerja sebagai Guru : 10 Tahun 03 bulan
6. Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 17 oktober 1967
7. Jenis Kelamin : Perempuan
8. Agama : Islam
9. Pendidikan Terakhir : Magister Manajemen Pendidikan
10. Sekolah : SLB Negeri Budi Utama
11. Alamat Sekolah : JL. Melati Kesambi Baru, Kota Cirebon
12. Telp/fax. Sekolah : (0231) 245269
13. Status Perkawinan : Menikah
14. Alamat Rumah a. Desa : Girinata Rt 01/03
b. Kecamatan : Dukupuntang
c. Kabupaten : Cirebon
d. Provinsi : Jawa Barat
15. Telp. Rumah a. Rumah :-
b. HP : 085324095894

*) Coret yang tidak perlu

Cirebon, Januari 2018.


Penulis,

Ike Runike Harun, S.Pd M.MPd


Nip. 196710172008012002
PERNYATAAN OTENTITAS PENELITIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian ini yang berjudul:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA RINGAN


PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA RIAS MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN ANALISIS TUGAS DI KELAS VIII SLB
NEGERI BUDI UTAMA KOTA CIREBON

Beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas perhatian ini, saya siap menaggung resiko atau sangsi maupun yang

di jatuhkan kepada saya berdasarkan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian

hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dan ada klaim

terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, Januari 2018

Ike Runike Harun, S.Pd M.MPd


Nip. 196710172008012002
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Tulis : PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA


RINGAN PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA
RIAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ANALISIS TUGAS
DI KELAS VIII SLB NEGERI BUDI UTAMA KOTA CIREBON

Identitas Penulis :
1. Nama : Ike Runike Harun, S.Pd M.MPd
2. NIP : 196710172008012002
3. Pangkat : Penata/ III. C
4. Masa Kerja : 14 Tahun 11 Bulan
5. Unit Kerja : SLB N Budi Utama Kota Cirebon
6. Alamat : Jl. Melati Kesambi Baru

Jumlah anggota peneliti : 1 (Satu) Orang


Lama Penelitian : 3 (Lima) Bulan

Petugas Perpustakaan Cirebon, Januari 2018


SLB N Budi Utama Peneliti

( Wantilah, S.Pd ) (Ike Runike Harun, S.Pd M.MPd)


Nip. 196902021994032007 NIP. 1970090720080120005

Mengetahui.
Kepala SLB N Budi Utama
Kota Cirebon

ELIS KUSDINAR, S.Pd.M.M.Pd


NIP.19650823198610 2 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Keterampilan tata rias


Kelas/semester : VIII/I
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Pertemuan : kesatu

A. Standar Kompetensi

- Mempraktekkan Keterampilan tata rias

B. Kompetensi Dasar

- Mempraktekkan cara merias wajah untuk Make -Up sehari-hari

C. Indikator
- Menunjukkan pembersih wajah
- Menyebutkan penyegar wajah
- Menunjukkan pelembab
- Menyebutkan alas bedak
- Menyebutkan bedak
- Menyebutkan spon
- Menyebutkan kapas
- Memakai handbody
- Menyebutkan pemerah pipi
- Menyebutkan pensil alis
- Menyebutkan lipgloss/lipstik

D.Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung, siswa mampu :
- Mengenal bahan untuk merias wajah
- Mengenal alat untuk merias wajah
- Melakukan praktek merias wajah
- Memelihara hasil rias
- Memelihara bahan
- Memelihara alat
E. Materi Ajar

- Tata rias sederhana (Make -Up sehari-hari)

F. Pendekatan, Strategi, Metode Pembelajaran

Ceramah, penugasan, latihan, demontrasi, dan tanya jawab.

G.Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan 1
a. Kegiatan awal
1) Mengkondisikan Siswa
2) Apersepsi dengan Melakukan tanya jawab tentang kebiasaan merias
wajah yang dilakukan peserta didik dan peralatan yang digunakan
b. Kegiatan inti
1) Dengan metode ceramah guru menjelaskan tentang nama bahan dan
alat untuk tata rias wajah
2) Siswa melakukan pengamatan untuk melihat alat dan bahan rias
wajah
3) Melalui metode penugasan siswa melaporkan hasil pengamatan
tentang nama alat tata rias wajah
4) Guru melatih siswa mempraktekkan cara merias wajah pada boneka
5) Guru dan siswa melakukan tanya jawab
6) Guru m`emberikan reward kepada siswa yang dapat menjawab
pertanyaan guru
c. Kegiatan akhir
1) Memberi tugas kepada siswa
2) Menyimpulkan pelajaran
3) Tindak lanjut

2. Pertemuan 2
a. Kegiatan awal
1) Guru mempersiapkan alat
2) Absensi
3) Apersepsi
b. Kegiatan inti
1) Melalui metode ceramah guru menjelaskan tentang cara merias wajah
2) Guru memberi penugasan agar siswa mempraktekkan cara merias wajah
pada wajahnya sendiri
3) Guru memberi contoh cara merias wajah
4) Siswa melakukan cara merias wajah pada temannya
c. Kegiatan akhir
1) Siswa mencatat tugas dari guru
2) Tindak lanjut
H. Alat, Sumber dan Media

> Alat/ media : alat kosmetik, gambar riasan wajah, CD untuk merias wajah

> Sumber :

1. Suharno.2008. Manajemen Kewirausahaan. UPT.Penerbitan dan


Percetakan UNS:Surakarta
2. Sumarsono,Sonny.2010. Keterampilan tata rias Graha Ilmu:
Yogyakarta
3. Pengembangan guru

I. Penilaian

Bentuk : Tes perbuatan


Jenis : Kinerja
Lembar Penilaian
Nama : .......................................
Kelas : .......................................
Materi pokok : .......................................
Tanggal : .......................................

Materi Skor
No 1 2 3 4
1. Menunjukkan nama alat-alat untuk merias wajah
2. Menyebutkan nama alat-alat untuk merias wajah
3. Menunjukkan nama bahan untuk merias wajah
4. Menyebutkan nama bahan untuk merias wajah
5. Mempraktikkan tata cara merias wajah pada
boneka
8. Mempraktikkan tata cara merias wajah pada diri
sendiri
9. Mempraktikkan tatacara merias wajah pada teman

Rubrik Penilaian
Skor 4 = jika dapat melakukan dengan benar tanpa bimbingan
Skor 3 = jika dapat melakukan dengan benar dan sedikit bimbingan
Skor 2 = jika dapat melakukan dengan benar tetapi banyak bimbingan
Skor 1 = tidak dapat melakukan

Menceritakan kegiatan
Kemampuan
No Aspek yang dianalisa Mampu Keterangan
Tidak
Mampu dengan
mampu
bantuan
1. Menceritakan alat- alat untuk
untuk merias wajah
Menceritakan bahan-bahan
2.
untuk merias wajah
Menceritakan cara merias
3.
wajah
Menceritakan cara
4. memelihara hasil riasan
wajah
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU
SIKLUS 1

Mata Pelajaran : Keterampilan tata rias wajah


Materi Pokok : merias wajah
Kelas/ Semester : VIII/ I
Hari/ Tanggal : Senin, 28 Agustus 2017
No Aktivitas Guru Selama KBM Ya Tidak
Kegiatan Awal
1 Menyampaikan tujuan pembelajaran √
2 Memberikan motivasi melalui tanya jawab √
3 Melakukan apersepsi √
Kegiatan Inti
4 Menjelaskan materi pelajaran √
5 Menggunakan alat peraga berupa gambar merias √
wajah
6 Mempraktekkan cara merias wajah √
7 Memotivasi dan membimbing siswa dalam merias √
wajah
8 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk √
bertanya
Kegiatan Penutup
9 Melaksanakan evaluasi √
10 Menyimpulkan materi yang diajarkan √

Majalengka, Januari 2018

Peneliti Observer

IKE RUNIKE HARUN, M.M.Pd


NIP.196710 17200801 2 002
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU
SIKLUS II

Mata Pelajaran : Keterampilan tata rias wajah


Materi Pokok : merias wajah
Kelas/ Semester : VIII/ I
Hari/ Tanggal : Senin, 4 September 2017

No Aktiviatas Guru Selama KBM Ya Tidak


Kegiatan Awal
1 Menyampaikan tujuan pembelajaran √
2 Memberikan motivasi melalui tanya jawab √
3 Melakukan apersepsi √
Kegiatan Inti
4 Menunjukkan cara merias wajah pada CD √
5 Menjelaskan cara merias wajah dari CD √
6 Mengajak siswa untuk merias wajah √
7 Memberikan pertanyaan kepada siswa yang √
berhubungan dengan merias wajah
8 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk √
bertanya
Kegiatan Penutup
9 Melaksanakan evaluasi √
10 Menyimpulkan materi yang diajarkan √

Majalengka, Januari 2018

Peneliti Observer

IKE RUNIKE HARUN, M.M.Pd


NIP.196710 17200801 2 002
LEMBAR OBSERVASI SISWA
SIKLUS 1

Mata Pelajaran : Keterampilan tata rias wajah


Materi Pokok : merias wajah
Kelas/ Semester : VIII/ I
Hari/ Tanggal : Senin, 28 Agustus 2017

Petunjuk pengisian :
Amatilah aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk ditempat yang
memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati.
2. Pengamat melakukan pengamatan aktivitas siswa, kemudian 10 detik
berikutnya pengamat menulis kode kategori pengamatan.
3. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian
pada baris dan kolom yang tersedia.
4. Jika siswa melakukan kegiatan tersebut berilah tanda centang (√),
sedangkan apabila siswa tidak melakukan kegiatan tersebut maka berilah
tanda strip ( − )
5. Pengamatan dilakukan sejak proses belajar mengajar berlangsung.

Aktivitas siswa selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)


1. Siswa antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
2. Siswa memperhatikan alat peraga yang diperlihatkan oleh guru
3. Siswa mengamati alat peraga
4. Siswa menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh guru
5. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
LEMBAR OBSERVASI SISWA
SIKLUS I

Mata Pelajaran : Keterampilan tata rias wajah


Materi Pokok : merias wajah
Kelas/ Semester : XI/ I
Hari/ Tanggal : Senin, 28 Agustus 2017

Aktivitas Siswa Selama KBM


No Nama Siswa
1 2 3 4 5
1 PN √ √ √ − −
2 SN √ √ − − −
3 ES − √ − − −

Peneliti Observer

IKE RUNIKE HARUN, M.M.Pd


NIP.196710 17200801 2 002
LEMBAR OBSERVASI SISWA
SIKLUS II

Mata Pelajaran : Keterampilan tata rias wajah


Materi Pokok : Merias wajah
Kelas/ Semester : VIII/ I
Hari/ Tanggal : Senin, 8 Januari 2018

Petunjuk pengisian :
Amatilah aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk ditempat yang
memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati.
2. Pengamat melakukan pengamatan aktivitas siswa, kemudian 30 detik
berikutnya pengamat menulis kode kategori pengamatan.
3. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian
pada baris dan kolom yang tersedia.
4. Jika siswa melakukan kegiatan tersebut berilah tanda centang (√),
sedangkan apabila siswa tidak melakukan kegiatan tersebut maka berilah
tanda strip ( − )
5. Pengamatan dilakukan sejak proses belajar mengajar berlangsung.

Aktivitas siswa selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)


1. Siswa antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
2. Siswa tertarik dan aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar
3. Siswa bersemangat ketika guru memperlihatkan alat peraga yang
sebenarnya
4. Siswa menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh guru
5. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
LEMBAR OBSERVASI SISWA
SIKLUS II

Mata Pelajaran : Keterampilan tata rias wajah


Materi Pokok : merias wajah
Kelas/ Semester : XI/ I
Hari/ Tanggal : Senin, 8 Januari 2018

Aktivitas Siswa Selama KBM


No Nama Siswa
1 2 3 4 5
1 PN √ √ √ − −
2 SN √ √ − − √
3 ES √ √ √ − −

Majalengka, Januari 2018

Peneliti Observer

IKE RUNIKE HARUN, M.M.Pd


NIP.196710 17200801 2 002
LEMBAR NILAI HASIL EVALUASI SISWA
SIKLUS I

No Nama Siswa Hasil Belajar Siklus I Keterangan


1 PN 60
2 SN 70
3 ES 70

Majalengka, Januari 2018

Peneliti Observer

IKE RUNIKE HARUN, M.M.Pd


NIP.196710 17200801 2 002
LEMBAR NILAI HASIL EVALUASI SISWA
SIKLUS II

No Nama Siswa Hasil Belajar Siklus Keterangan


II
1 PN 70
2 SN 75
3 ES 80

Majalengka, Januari 2018

Peneliti Observer

IKE RUNIKE HARUN, M.M.Pd


NIP.196710 17200801 2 002

Anda mungkin juga menyukai