Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt., yang telah memberikan hidayah serta
rahmatnya kepada kita dan kesempatan pada kami sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik.

Tak lupa, rasa terima kasih kami ucapkan kepada orang-orang yang memberi kami
dukungan dalam pembuatan makalah ini, baik kepada ibu Laila Khusnah, M. Pd, selaku dosen
pembimbing, orang tua kami, teman-teman dan orang-orang yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu.

Makalah ini kami buat dengan harapan dapat memberi pengenalan kepada mahasiswa-
mahasiswi baru tentang mata kuliah Etika Profesi Keguruan. Kami berharap dengan
dibuatnya makalah ini mahasiswa-mahasiswi baru dapat mempelajari dan memahami mata
kuliah ini. Serta dapat bermanfaat bagi kepentingan-kepentingan lain. Isi dari makalah ini
merupakan gabungan dari beberapa sumber yang kami kumpulkan menjadi satu serta
pemikiran kami selaku mahasiswa.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kesalahan, untuk itu
kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk pembuatan
makalah selanjutnya.

Jember, November 2019

Penulis

Etika Profesi Keguruan| 1


DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................1

Daftar Isi........................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................3

1.1 Latar belakang..........................................................................................3


1.2 Rumusan masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................5

2.1 Teori kepribadian menurut Freud............................................................5


2.2 Teori kepribadian menurut Skinner.........................................................8
2.3 Teori kepribadian menurut Abraham Maslow..........................................9

BAB III : PENUTUP....................................................................................12

Kesimpulan...................................................................................................12

Daftar Pustaka...............................................................................................13

Etika Profesi Keguruan| 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak lahirnya psikologi, kepribadian selalu menjadi salah satu topic yang penting.
Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhya, yang hanya dapat
dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian. Teori psikologi kepribadian melahirkan
konsep-konsep seperti dinamika-dinamika pola tingkah laku.1

Teori psikologi kepribadian bersikap deskriptif dalam wujud penggambaran tingkah laku
secara sistematis agar mudah difahami, karena tidak ada tingkah laku yang terjadi begitu saja
tanpa alasan, pasti ada factor-faktor yang menyebabkan. Dan factor-faktor tersebut harus
diletakkan dalam suatu kerangka saling berhubungan agar menjadi bermakna.

Kepribadian adalah ranah kajian psikologi seperti pemahaman tingkah laku, fikiran,
perasaan dan kegiatan manusia. Teori psikologi kepribadian itu mempelajari individu secara
spesifik seperti siapa dia, apa yang dimilikinya serta apa yang dikerjakannya.

Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu
kesatuan dan tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsinya. Memahami kepribadian berarti
memahami manusia seutuhnya. Tapi para ahli kepribadian meyakini paradigma yang berbeda-
beda tentang kepribadian.

1
Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press. 2004),1-3

Etika Profesi Keguruan| 3


1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan beberapa rumusana masalah sebagai beikut :
1. Bagaimana teori kepribadian menurut Freud?

2. Bagaimana teori kepribadian menurut Skinner?

3. Bagaimana teori kepribadian menurut Abraham Maslow?

1.3 Tujuan Masalah


Dari rumusan masalah di atas tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Tentang teori kepribadian menurut Freud.

2. Untuk Mengetahui Tentang teori kepribadian menurut Skinner.

3. Untuk Mengetahui Tentang teori kepribadian menurut Abraham Maslow

Etika Profesi Keguruan| 4


BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Riwayat Singkat Sigmund Freud

Sigmund freud, bapak psikonalis itu dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 mei 1856
dan meninggal di London pada tanggal 23 september 1939. Selama hampir 80 tahun Freud
tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan Austria. Sebagai anak
muda Freud bercita-cita ingin menjadi ahli ilmu pengetahuan dan keinginan itu pada tahun
1873 masuk fakultas kedokteran Universitas Wina, dan tamat pada tahun 1881. Sebenarnya
Freud tidak bermaksud melakukan praktek dokter, tetapi karena keadaan yang memaksa
(kurangnya fasilitas bagi orang-orang yahudi, makin besarnya tanggungan keluarga) maka dia
melakukan praktek. Di dalam praktek ini ternyata dia mendapat kepuasan karena mendapat
kesempatan untuk melakukan research dan menulis, sehingga jiwa penyelidikannya tidak
tertekan.2

1.2 Teori kepribadian menurut Freud.

Menurut freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu :

1. Das Es (the id), yaitu aspek biologis

Das Es dalam bahasa inggris the Id disebut juga oleh Freud System der Unbewussten.
Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang orisinil di dalam kepribadian,
dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh.

FREUD menyebutnya juga realita psykhis yang sebenar-benarnya, oleh karena das Es
itu merupakan dunia batin atau dunia subjektif. Das Es berisikan hal-hal yang dibawa sejak
lahir (unsur-unsur biologis), termasuk instink-instink. Das Es merupakan reservoir energi
psikis yang menggerakkan Das Ich dan Das Ueber Ich. Energi psikis dalam das Es itu dapat
meningkat oleh karena perangsang, baik perangsang dari dalam maupun dari luar. Apabila
energi itu meningkat, maka lalu menimbulkan tegangan dan menimbulkan pengalaman tidak
enak (tidak menyenangkan) yang oleh Das Es tidak dapat dibiarkan, karena itu apabila energi
meningkat, yang berarti ada tegangan, segeralah das Es mereduksikan energi itu untuk
menghilangkan rasa tidak menyenangkan itu. Jadi yang menjadi pedoman dalam berfungsinya
das Es yaitu menghindarkan diri dari sesuatu yang tidak menyenangkan dan mengejar

2
Sumardi, Suryabrata. 2012. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada), 122-124
Etika Profesi Keguruan| 5
keenakan. Pedoman ini disebut Freud “prinsip kenikmatan” atau “prinsip keenakan”. Untuk
menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan itu das Es mempunyai dua cara
yaitu :

a. Refleks dan reaksi-reaksi otomatis seperti misalnya bersin, berkedip, dan


sebagainya
b. Proses primer, seperti misalnya orang lapar membayangkan makanan
Akan tetapi jelas bahwa cara “ada” yang demikian itu tidak memnuhi kebutuhan.
Orang yang lapar tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan makanan.
Karena itu perlulah (merupakan keharusan kodrati) adanya sistem lain yang
menghubungkan pribadi dengan dunia objektif. Sistem yang demikian ialah das
Ich

2. Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis

Das Ich dalam bahasa inggris the Ego disebut juga sistem derBewussten
Verbewussten. Aspek ini adalah aspek psikologis dari pada kepribadian dan timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realitas).
Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya,
ini berarti bahwa organisme garus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan
kenyataan tentang makanan. Disinilah letak perbedaan yang pokok antara das Es dan das Ich,
yaitu kalau das Es itu hanya mengenal duniaa subjektif (dunia batin) maka das Ich dapat
membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada diluar batin (duniia
objektif, dunia realita).

Di dalam fungsinya, das Ich berpegang pada “prinsip kenyataan” atau prinsip realita”
dan bereaksi dengan proses sekunder. Tujuan realitas prinsip itu ialah mencari objek yang
tepat (serasi), untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme. Proses sekunder
itu ada lah proses berfikir realitis, dengan mempergunaan proses sekunder das Ich
merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya (biasanya dengan
suatu tindakan) untuk mengetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak.

Misalnya orang lapar merencanakan dimana ia dapat makanan, lalu pergi ke tempat
tersebut untuk mengathui apakah rencana tersebut berhasil (cocok dengan realta) atau tidak.
Das Ich dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif dari pada kepribadian, oleh karena das
Ich ini mengontrol jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat

Etika Profesi Keguruan| 6


dipenuhi serta cara-cara memenuhinya, serta memilih objek-objek yang dapat memenuhi
kebutuhan, di dalam menjalakankan fungsi ini seringkali das Ich harus mempersatukan
pertentangan-pertentangan antara das Es dan das Ueber Ich dan dunia luar. Namun haruslah
selalu diingat, bahwa das Ich adalah derivat dari das Es dan timbul untuk kepentingan
kemajuan das Es dan bukan untuk merintanginya, peran utamanya ialah menjadi perantara
antara kebutuhan-kebutuhan instintik dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya
organisme.

3. Das Ueber Ich (The super ego), yaitu aspek sosiologis

Das Ueber Ich adalah aspek sosiologis daripada kepribadian, merupakan wakil dari
nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat bagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-
anaknya, yang dimasukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan. Das Ueber Ich
lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan. Karena itu das Ueber Ich dapat pula
dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian. Fungsinya yang pokok adalah
menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan
demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.

Das Ueber Ich diinternalisasikan dalam perkembangan anak sebagai responden


terhadap hadiah dan hukuman yang diberikan oleh orang tua (dan pendidik-pendidik yang
lain). Dengan maksud untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman anak mengatur
tingkah lakunya sesuai dengan garis-garis yang dikehendaki oleh orang tuanya. Apapun juga
yang dikatakannya tidak baik dan bersifat menghukum akan cenderung untuk menjadi “zon
scientia” anak, apapun juga yang disetujui dan membawa hadiah cenderung untuk Ich ideal
anak. Mekanisme yang menyatukan sistem tersebut kepada pribadi disebut introveksi. Jadi da
Ueber Ich itu berisikan dua hal, ialah “conscientiea” dan Ich-ideal. Conscientia menghukum
orang dengan memberikan rasa dosa, sedangkan Ich ideal menghadiahi orang dengan rasa
bangga akan dirinya. Dengan terbentukna das Ueber Ich ini maka kontrol terhadap tingkah
laku yang dulunya dilakukan oleh orang tuanya menjadi dilakukan oleh pribadi sendiri, moral
yang dulunya heteronom lalu menjadi otonom.

Adapun fungsi pokok daripada das Ueber Ich itu dapat kita lihat dalam hubungan
dengan ketiga aspek dari kepribadian yaitu :

1. Merintangi impuls-impuls das Es, terutama impuls-impuls sexual dan agresif yang
pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat

Etika Profesi Keguruan| 7


2. Mendorong das Ich untuk lebih mengejar hal-hal yang irrealistis daripada yang
realistis
3. Mengejar kesempurnaan
jadi das Ueber Ich itu cenderung untuk menentang baik das Ich maupun das Es dan
membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.
Demikianlah struktur kepribadian menurut FREUD terdiri atas tiga aspek. Dalam
keadaan biasa tiga sistem itu bekerja sama dengan diatur oleh das Ich, kepribadian
berfungsi sebagai kesatuan.3

2.1 Riwayat Singkat Skinner.

Burrhus frederic skinner dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1904 di squehanna,


pennsylvania, amerika serikat. Ayahnya adalah seorang pengacara. Skinner mengenang masa
kanak-kanaknya sebagai kehidupan yang penuh kehangatan namun cukup ketat dalam
disiplin. Sebagai anak yang kreatif, skinner kecil banyak menghabiskan waktunya untuk
merancang dan membuat berbagai alat permainan seperti gerobak, sumpit, layang-layang, dan
model-model pesawat terbang, dikemudian hari kreativitas masa kanak-kanak ini oleh skinner
dilanjutkan dengan menciptakan berbagai alat percobaan sehubungan dengan penyelidikan-
penyelidikan mengeni tingkah laku.

2.2 Teori kepribadian menurut Skinner.

1. Tentang Otonomi Manusia

Skinner menolak seluruh penguraian tingkah laku yang didasarkan pada keberadaan
agen hipotesis yang terdapat dan menentukan diri manusia seperti self, ego dan sebagainya.
Menurut Skinner mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemikiran
animisme. Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia
yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah laku.
Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada pengetahuan kita, dan dengan
sendirinya akan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi apabila kita mengetahui lebih
banyak tentang tingkah laku. Skinner berpendapat bahwa kita tidak perlu mencoba untuk
menemukan apa itu kepribadian, keadaan jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran
atau prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman
mengenai tingkah laku manusia.

3
Agus, Sujanto. 2009. Psikologi Kepribadian Ed. 1 Cet. 13. ( Jakarta: Bumi Aksara), 59-62
Etika Profesi Keguruan| 8
2. Penolakan atas penguraian fisiologis-genetik
Skinner tidak percaya bahwa jawaban akhir dari pertanyaan-pertanyaan psikologi akan
bisa ditemukan dalam laboratorium ahli fisiologi. Penolakan Skinner atas penguraian atau
konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar berlandaskan alasan
bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah laku.
3. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku

Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa
diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Menurut
Skinner, ilmu pengetauan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak
berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data yang bertujuan untuk
meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajri (dalam psikologi Skinner, fenomena
yang dipelajari adalah tingkah laku).
4. Kepribadian menurut perspektif behviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan
tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat
kedudukan atau suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara
bersama menghasilkan akibat atau tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi tentang kepribadian ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari
kaitan antara tingkah laku organism dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.4

3.1 Riwayat Singkat Abraham Maslow.

Maslow dilahirkan pada tahun 1908 di Brooklyn, New York. Dia anak sulung dari
tujuh bersaudara. Pada waktu maslow berusia 14 tahun , orang tuannya berimigrasi dari rusia
menuju Amerika Serikat. Dalam perjalanan hidupnya, maslow berkembang dalam iklim
keluarga yang kurang menyenangkan. Dia merasa tidak bahagia dan terisolasi, karena orang
tuanya tidak memberikan kasih sayang, ayahnya bersikap dingin dan tidak akrab, dan sering
tidak ada dirumah dalam waktu yang cukup lama. Ibunya seorang yang sangat percaya akan
tahyul yang sering menghukum maslow gara-gara salah kecil saja dia membenci, menolak,
dan lebih mencintai saudaranya dari pada mencintai maslow.

4
Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian.(Bandung : PT ERESCO),70-77

Etika Profesi Keguruan| 9


3.2 Teori kepribadian menurut Abraham Maslow.

a. Individu sebagai Kesatuan Terpadu

Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu


dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivsi
individu seutuhnya bukan bagian darinya.

b. Hirarki Kebutuhan

Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia


menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang
berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi
mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia
sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar


untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan,
minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara.

2) Kebutuhan akan rasa aman

Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan


Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini
menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan,
kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur,
ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya.

3) Kebutuhan sosial

Etika Profesi Keguruan| 10


Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang
mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih
sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku.

4) Kebutuhan akan penghargaan

Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan


secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan
harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal)
menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan,
ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik.

5) Kebutuhan kognitif

Secara alamiah manusia memiliki hasrat ingin tahu ( memperoleh


pengetahuan, atau pemahaman tentangsesuatu). Hasrat ini mulai berkembang
sejak akhir usia bayi dan awal masa anak, yang diekspresikan sebagai rasa ingin
tahunya dalam bentuk pengajuan pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri
maupun lingkungan.

6) Kebutuhan estetika

Kebutuhan estetika (order and beauty) merupakan ciri orang yang sehat
mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan
kreativitasnya dalam bidang seni (lukis, rupa, patung, dan grafis), arsitektur, tata
busana dan tata rias.

7) Kebutuhan akan aktualisasi diri

Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya.


Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan
kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai aktualisasi diri.5

5
Syamsu Yusuf. 2008. Teori Kepribadian Cetakan Kedua. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),153-160
Etika Profesi Keguruan| 11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarka uraian pembahasan, dapat disimpulkan beberapa poin penting, antara lain :
1. Teori kepribadian Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok, yaitu
aspek biologis, aspek psikologis, dan aspek sosiologis.
2. Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa
diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan.
3. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia terdiri atas kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta, kebutuhan akan
rasa memiliki dan dimiliki (kasih sayang), kebutuhan penghargaan, kebutuhan
kognitif, kebutuhan estetika dan kebutuhan akan rasa aktualisasi diri.

Etika Profesi Keguruan| 12


DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung : PT ERESCO.

Sujanto, Agus. 2009. Psikologi Kepribadian Ed. 1 Cet. 13. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata, Sumardi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.

Yusuf, Syamsu. 2008. Teori Kepribadian Cetakan Kedua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Etika Profesi Keguruan| 13


ANALISIS KRITIS ARTIKEL

1. Identitas

Reza, alwin. 2017. Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Harapan Terhadap Penyesuaian
Diri Anak Didik Pemasyarakatan. Vol. 1, No. 1, April: hlm 67-82

2. Tujuan Penulisnya.

Tujuan penulisan artikel ini untukmenguji peran harapan dalam memediasi pengaruh
tipe kepribadian thebigfive terhadap penyesuaian diri anak atau siswa.

3. Fakta-fakta Unik.

a) Ketika seorang individu berhadapan dengan hukum dan harus dibina di lembaga
Pemasyarakatan, maka hal tersebut dapat menjadi konflik yang menyebabkan
gangguan psikologis seperti stres, cemas ataupun frustrasi (Cooke,
Baldwin&Howison, 1990:60).

b) Siswa Hidup di penjara berarti kehilangan kontak personal dengan keluarga dan
teman, serta kehilangan kebebasan untuk melakukan pekerjaan yang diinginkan.
Bagi mereka, ini menjadi beban tersendiri.

c) Itzhaky (2008) mengemukakan bahwa kemampuan penyesuaian diri seorang individu

dibangun oleh sumber eksternal dan internal.

d) Dijelaskan oleh McCrae& Costa (2006) bahwa pada manusia terdapat unsur inti yang
dapat berubah karena pengalaman (objective biography) dan adanya karakteristik
adaptasi.

4. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dimunculkan.

a) ketika seorang individu mengalami suatu permasalahapakah permasalahan tersebut


dapat mempengaruhi kepribadiannya ?

b) Apakah faktor yang membangunkepribadian seorang anak atau siswa ?

c) Bagaimana mengatasi tipe kepribadian yang berbeda dalam lembaga pemasrakatan ?

Etika Profesi Keguruan| 14


5. Refleksi:

 Artikel ini memberikan wawasan tentang pengaruh tipe kepribadian anak dan
membagun harapan terhadap penyesuaian diri anak didik pemasrakat, sehingga
menciptakan kepribadian yang lebih baik.

Etika Profesi Keguruan| 15

Anda mungkin juga menyukai