Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt., yang telah memberikan hidayah serta
rahmatnya kepada kita dan kesempatan pada kami sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik.
Tak lupa, rasa terima kasih kami ucapkan kepada orang-orang yang memberi kami
dukungan dalam pembuatan makalah ini, baik kepada ibu Laila Khusnah, M. Pd, selaku dosen
pembimbing, orang tua kami, teman-teman dan orang-orang yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu.
Makalah ini kami buat dengan harapan dapat memberi pengenalan kepada mahasiswa-
mahasiswi baru tentang mata kuliah Etika Profesi Keguruan. Kami berharap dengan
dibuatnya makalah ini mahasiswa-mahasiswi baru dapat mempelajari dan memahami mata
kuliah ini. Serta dapat bermanfaat bagi kepentingan-kepentingan lain. Isi dari makalah ini
merupakan gabungan dari beberapa sumber yang kami kumpulkan menjadi satu serta
pemikiran kami selaku mahasiswa.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kesalahan, untuk itu
kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk pembuatan
makalah selanjutnya.
Penulis
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................5
Kesimpulan...................................................................................................12
Daftar Pustaka...............................................................................................13
Sejak lahirnya psikologi, kepribadian selalu menjadi salah satu topic yang penting.
Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhya, yang hanya dapat
dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian. Teori psikologi kepribadian melahirkan
konsep-konsep seperti dinamika-dinamika pola tingkah laku.1
Teori psikologi kepribadian bersikap deskriptif dalam wujud penggambaran tingkah laku
secara sistematis agar mudah difahami, karena tidak ada tingkah laku yang terjadi begitu saja
tanpa alasan, pasti ada factor-faktor yang menyebabkan. Dan factor-faktor tersebut harus
diletakkan dalam suatu kerangka saling berhubungan agar menjadi bermakna.
Kepribadian adalah ranah kajian psikologi seperti pemahaman tingkah laku, fikiran,
perasaan dan kegiatan manusia. Teori psikologi kepribadian itu mempelajari individu secara
spesifik seperti siapa dia, apa yang dimilikinya serta apa yang dikerjakannya.
Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu
kesatuan dan tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsinya. Memahami kepribadian berarti
memahami manusia seutuhnya. Tapi para ahli kepribadian meyakini paradigma yang berbeda-
beda tentang kepribadian.
1
Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press. 2004),1-3
Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan beberapa rumusana masalah sebagai beikut :
1. Bagaimana teori kepribadian menurut Freud?
PEMBAHASAN
Sigmund freud, bapak psikonalis itu dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 mei 1856
dan meninggal di London pada tanggal 23 september 1939. Selama hampir 80 tahun Freud
tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan Austria. Sebagai anak
muda Freud bercita-cita ingin menjadi ahli ilmu pengetahuan dan keinginan itu pada tahun
1873 masuk fakultas kedokteran Universitas Wina, dan tamat pada tahun 1881. Sebenarnya
Freud tidak bermaksud melakukan praktek dokter, tetapi karena keadaan yang memaksa
(kurangnya fasilitas bagi orang-orang yahudi, makin besarnya tanggungan keluarga) maka dia
melakukan praktek. Di dalam praktek ini ternyata dia mendapat kepuasan karena mendapat
kesempatan untuk melakukan research dan menulis, sehingga jiwa penyelidikannya tidak
tertekan.2
Menurut freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu :
Das Es dalam bahasa inggris the Id disebut juga oleh Freud System der Unbewussten.
Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang orisinil di dalam kepribadian,
dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh.
FREUD menyebutnya juga realita psykhis yang sebenar-benarnya, oleh karena das Es
itu merupakan dunia batin atau dunia subjektif. Das Es berisikan hal-hal yang dibawa sejak
lahir (unsur-unsur biologis), termasuk instink-instink. Das Es merupakan reservoir energi
psikis yang menggerakkan Das Ich dan Das Ueber Ich. Energi psikis dalam das Es itu dapat
meningkat oleh karena perangsang, baik perangsang dari dalam maupun dari luar. Apabila
energi itu meningkat, maka lalu menimbulkan tegangan dan menimbulkan pengalaman tidak
enak (tidak menyenangkan) yang oleh Das Es tidak dapat dibiarkan, karena itu apabila energi
meningkat, yang berarti ada tegangan, segeralah das Es mereduksikan energi itu untuk
menghilangkan rasa tidak menyenangkan itu. Jadi yang menjadi pedoman dalam berfungsinya
das Es yaitu menghindarkan diri dari sesuatu yang tidak menyenangkan dan mengejar
2
Sumardi, Suryabrata. 2012. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada), 122-124
Etika Profesi Keguruan| 5
keenakan. Pedoman ini disebut Freud “prinsip kenikmatan” atau “prinsip keenakan”. Untuk
menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan itu das Es mempunyai dua cara
yaitu :
Das Ich dalam bahasa inggris the Ego disebut juga sistem derBewussten
Verbewussten. Aspek ini adalah aspek psikologis dari pada kepribadian dan timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realitas).
Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya,
ini berarti bahwa organisme garus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan
kenyataan tentang makanan. Disinilah letak perbedaan yang pokok antara das Es dan das Ich,
yaitu kalau das Es itu hanya mengenal duniaa subjektif (dunia batin) maka das Ich dapat
membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada diluar batin (duniia
objektif, dunia realita).
Di dalam fungsinya, das Ich berpegang pada “prinsip kenyataan” atau prinsip realita”
dan bereaksi dengan proses sekunder. Tujuan realitas prinsip itu ialah mencari objek yang
tepat (serasi), untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme. Proses sekunder
itu ada lah proses berfikir realitis, dengan mempergunaan proses sekunder das Ich
merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya (biasanya dengan
suatu tindakan) untuk mengetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak.
Misalnya orang lapar merencanakan dimana ia dapat makanan, lalu pergi ke tempat
tersebut untuk mengathui apakah rencana tersebut berhasil (cocok dengan realta) atau tidak.
Das Ich dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif dari pada kepribadian, oleh karena das
Ich ini mengontrol jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat
Das Ueber Ich adalah aspek sosiologis daripada kepribadian, merupakan wakil dari
nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat bagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-
anaknya, yang dimasukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan. Das Ueber Ich
lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan. Karena itu das Ueber Ich dapat pula
dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian. Fungsinya yang pokok adalah
menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan
demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Adapun fungsi pokok daripada das Ueber Ich itu dapat kita lihat dalam hubungan
dengan ketiga aspek dari kepribadian yaitu :
1. Merintangi impuls-impuls das Es, terutama impuls-impuls sexual dan agresif yang
pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat
Skinner menolak seluruh penguraian tingkah laku yang didasarkan pada keberadaan
agen hipotesis yang terdapat dan menentukan diri manusia seperti self, ego dan sebagainya.
Menurut Skinner mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemikiran
animisme. Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia
yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah laku.
Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada pengetahuan kita, dan dengan
sendirinya akan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi apabila kita mengetahui lebih
banyak tentang tingkah laku. Skinner berpendapat bahwa kita tidak perlu mencoba untuk
menemukan apa itu kepribadian, keadaan jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran
atau prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman
mengenai tingkah laku manusia.
3
Agus, Sujanto. 2009. Psikologi Kepribadian Ed. 1 Cet. 13. ( Jakarta: Bumi Aksara), 59-62
Etika Profesi Keguruan| 8
2. Penolakan atas penguraian fisiologis-genetik
Skinner tidak percaya bahwa jawaban akhir dari pertanyaan-pertanyaan psikologi akan
bisa ditemukan dalam laboratorium ahli fisiologi. Penolakan Skinner atas penguraian atau
konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar berlandaskan alasan
bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah laku.
3. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa
diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Menurut
Skinner, ilmu pengetauan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak
berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data yang bertujuan untuk
meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajri (dalam psikologi Skinner, fenomena
yang dipelajari adalah tingkah laku).
4. Kepribadian menurut perspektif behviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan
tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat
kedudukan atau suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara
bersama menghasilkan akibat atau tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi tentang kepribadian ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari
kaitan antara tingkah laku organism dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.4
Maslow dilahirkan pada tahun 1908 di Brooklyn, New York. Dia anak sulung dari
tujuh bersaudara. Pada waktu maslow berusia 14 tahun , orang tuannya berimigrasi dari rusia
menuju Amerika Serikat. Dalam perjalanan hidupnya, maslow berkembang dalam iklim
keluarga yang kurang menyenangkan. Dia merasa tidak bahagia dan terisolasi, karena orang
tuanya tidak memberikan kasih sayang, ayahnya bersikap dingin dan tidak akrab, dan sering
tidak ada dirumah dalam waktu yang cukup lama. Ibunya seorang yang sangat percaya akan
tahyul yang sering menghukum maslow gara-gara salah kecil saja dia membenci, menolak,
dan lebih mencintai saudaranya dari pada mencintai maslow.
4
Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian.(Bandung : PT ERESCO),70-77
b. Hirarki Kebutuhan
1) Kebutuhan fisiologis
3) Kebutuhan sosial
5) Kebutuhan kognitif
6) Kebutuhan estetika
Kebutuhan estetika (order and beauty) merupakan ciri orang yang sehat
mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan
kreativitasnya dalam bidang seni (lukis, rupa, patung, dan grafis), arsitektur, tata
busana dan tata rias.
5
Syamsu Yusuf. 2008. Teori Kepribadian Cetakan Kedua. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),153-160
Etika Profesi Keguruan| 11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarka uraian pembahasan, dapat disimpulkan beberapa poin penting, antara lain :
1. Teori kepribadian Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok, yaitu
aspek biologis, aspek psikologis, dan aspek sosiologis.
2. Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa
diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan.
3. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia terdiri atas kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta, kebutuhan akan
rasa memiliki dan dimiliki (kasih sayang), kebutuhan penghargaan, kebutuhan
kognitif, kebutuhan estetika dan kebutuhan akan rasa aktualisasi diri.
Sujanto, Agus. 2009. Psikologi Kepribadian Ed. 1 Cet. 13. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, Syamsu. 2008. Teori Kepribadian Cetakan Kedua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
1. Identitas
Reza, alwin. 2017. Pengaruh Tipe Kepribadian Dan Harapan Terhadap Penyesuaian
Diri Anak Didik Pemasyarakatan. Vol. 1, No. 1, April: hlm 67-82
2. Tujuan Penulisnya.
Tujuan penulisan artikel ini untukmenguji peran harapan dalam memediasi pengaruh
tipe kepribadian thebigfive terhadap penyesuaian diri anak atau siswa.
3. Fakta-fakta Unik.
a) Ketika seorang individu berhadapan dengan hukum dan harus dibina di lembaga
Pemasyarakatan, maka hal tersebut dapat menjadi konflik yang menyebabkan
gangguan psikologis seperti stres, cemas ataupun frustrasi (Cooke,
Baldwin&Howison, 1990:60).
b) Siswa Hidup di penjara berarti kehilangan kontak personal dengan keluarga dan
teman, serta kehilangan kebebasan untuk melakukan pekerjaan yang diinginkan.
Bagi mereka, ini menjadi beban tersendiri.
d) Dijelaskan oleh McCrae& Costa (2006) bahwa pada manusia terdapat unsur inti yang
dapat berubah karena pengalaman (objective biography) dan adanya karakteristik
adaptasi.
Artikel ini memberikan wawasan tentang pengaruh tipe kepribadian anak dan
membagun harapan terhadap penyesuaian diri anak didik pemasrakat, sehingga
menciptakan kepribadian yang lebih baik.