Anda di halaman 1dari 21

MODUL 5

Munculnya Akibat dari berubahnya


Permasalahan status gizi masyarakat yang
Gizi baik menjadi status gizi
kurang atau buruk.
Pada proses pertumbuhan dan perkembangan semua
makhluk hidup, dibutuhkan asupan gizi dari setiap
makanan yang dikonsumsinya. Hal ini berarti,
masalah gizi dapat muncul akibat adanya masalah
ketahanan pangan yang terjadi mulai dari rumah
tangga sampai tingkat wilayah atau daerah.

Upaya peningkatan status gizi pada masyarakat


memerlukan kebijakan yang menjamin setiap
anggota masyarakatnya untuk memperoleh makanan
yang cukup jumlahnya serta bermutu baik.
1. Penilaian Satus
Gizi secara
Antropometri

MODUL 5 2. Penilaian Satus


Akan membahas 3 Gizi secara Klinis
Kegiatan Belajar, yaitu & Biokimia

3. Penilaian Satus
Gizi secara Tidak
Langsung melalui
Konsumsi Pangan
Kegiatan Belajar 1
PENILAIAN STATUS GIZI secara
ANTROPOMETRI

Antrhopus artinya
ANTROPOMETRI berasal tubuh dan
dari kata Metros artinya
ukuran

Jadi, Antropometri adalah ukuran dari tubuh manusia.


Bila di tinjau dari sudut pandang gizi maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkatan umur dan
tingkatan gizi (Supariasa dkk 2022; Suhardjo & Riyadi, 1999)
Secara umum, Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan gizi makro. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh,
seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

Menurut Jelliffe (1966), ukuran antropometri lebih banyak


digunakan yaitu Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan atau
Panjang Badan (PB). Lalu ditambah dengan Lingkar Lengan
Atas (LLA) dan Lingkar Kepala (LK)

Tujuan pengukuran Antropometri dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu;


1. Untuk tapis gizi (screening) individu bagi keperluan pemberian
treatment khusus.
2. Untuk memberikan gambaran status gizi masyarakat pada saat
tertentu dan faktor2 yang berkaitan lewat kegiatan survei gizi
3. Untuk memberikan gambaran perubahan status gizi penduduk
dari waktu ke waktu melalui kegiatan pemantauan status gizi.
Syarat yang mendasari
penggunaan antropometri

1. Alat mudah didapat dan digunakan


2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang
dengan mudah dan objektif
3. Pengkuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus
profesional, dapat oleh tenaga lain setelah
mendapat pelatihan
4. Biaya relatif murah
5. Hasilnya mudah disimpulkan, memilikicuttof point,
dan baku rujukan yang sudah pasti
6. Secara ilmiah diakui kebenarannya
A. JENIS PARAMETER
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal
dari tubuh manusia, yaitu umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul,
dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa dkk, 2002).

1. Parameter 2. Parameter 3. Parameter


Umur Berat Badan Tinggi Badan

4. Parameter 5. Parameter 6. Parameter


Lingkar Lingkar Lingkar Dada
Lengan Atas Kepala
B. INDEKS ANTROPOMETRI

Kombinasi dari parameter antrometri disebut indeks antropometri.


Jenis-jenis indeks antropometri yaitu;

1. Indeks Berat 2. Indeks Tinggi 3. Indeks Berat


Badan/ Umur Badan/ Umur Badan/Tinggi
(BB/U) (TB/U) Badan (BB/TB)

4. Indeks Lingkar
Lengan 5. Indeks Masa
Atas/Umur Tubuh (IMT)
(LLA/U)
C. PENENTUAN AMBANG BATAS
(CUTTOFF POINT) dalam
ANTROPOMETRI GIZI

Kombinasi dari parameter antrometri disebut indeks antropometri.


Jenis-jenis indeks antropometri yaitu;

1. Persen terhadap 3. Standar Deviasi


2. Persentil
Median Unit (SD)
Kegiatan Belajar 2
PENILAIAN STATUS GIZI secara KLINIS
& BIOKIMIA

A. PEMERIKSAAN KLINIS

Pemeriksaan Klinis, secara umum meliputi 2 hal, yaitu riwayat


medis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik kita lakukan
terhadap perubahan fisik, meliputi kulit atau jaringan epitel
yaitu jaringan yang membungkus jaringan tubuh seperti
rambut, mata, muka, mulut, lidah, gigi, dan kelenjar tiroid.
Keunggulan dari pemeriksaan klinis;
relatif murah, pemeriksaan tidak memerlukan tenaga
khusus, sederhana, cepat dan mudah diinterprestasikan
serta tidak memerlukan peralatan yang rumit.

Kelemahan dari pemeriksaan klinis; beberapa gejala klinis


tidak mudah dideteksi sehingga memerlukan orang-orang
yang ahli dalam menentukan gejala tersebut, gejala klinis
tidak bersifat spesifik, terutama pada penderita KEP
ringan dan sedang, ada gejala klinis yang bersifat multipel,
gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan
kekurangan zat gizi dan dapat juga terjadi pada saat akan
sembuh, dan adanya variasi dalam gejala klinis yang
timbul.
1. Aspek Medical History (Riwayat Medis) dalam Penilaian
Status Gizi secara Klinis

Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit tersebut;


a. Identitas penderita
b. Lingkungan fisik & sosial budaya
c. Sejarah timbulnya gejala penyakit
d. Sejumlah data tambahan

2. Aspek Pemeriksaan Fisik dalam Penilaian Status Gizi secara


Klinis

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat semua perubahan


pada fisik seseorang yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan gizi. Perubahan-perubahan tersebut meliputi kulit
atau jaringan epitel, yaitu jaringan yang membungkus jaringan
tubuh seperti rambut, mata, lidah, gigi, dan kelenjar tiroid.
3. Penggunaan Pemeriksaan Klinis pada Masalah Gizi Khusus

Dalam mengidentifikasi masalah gizi di Indonesia seperti


a. Kekurangan Energi-Protein (KEP)
b. Anemia Gizi Zat Besi
c. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
d. Kurang Vitamin A
digunakan metode pemeriksaan klinis.
B. PEMERIKSAAN BIOKIMIA

Pemeriksaan Biomika, merupakan penilaian status gizi secara


langsung dan dapat memberikan gambaran tentang kadar zat
besi dalam darah, urin, & orang lain.

Perubahan metabolik tubuh akibat kurangnya konsumsi zat


gizi tertentu dalam tubuh. Melalui pemeriksaan Biokimia, kita
dapat mengenal status zat besi, protein, vitamin (A, D, E, C,
Tiamin, Riboflavin, Niasin, B6, & B12) serta mineral (Iodin,
zink, kalsium, fosfor, magnesium, krom, tembaga, dan
selenium).
Pemeriksaan zat gizi spesifik bertujuan untuk menilai status gizi
ke 4 masalah gizi di Indonesia yang dikaitkan dengan
pemeriksaan laboratorium. Masalah gizi tersebut meliputi
kurang energi protein (KEP) anemia gizi besi (AGB) kurang
vitamin A (KVA) dan gangguan akibat kurang Iodin (GAKI)

Pemeriksaan Biokimia Zat Besi, meliputi ;


a. Penilaian Status Zat Besi
b. Penilaian Status Protein
c. Penilaian Status Vitamin
d. Penilaian Status Mineral
e. Pemeriksaan Biokimia Zat Gizi Spesifik
f. Keunggulan & Kelembagaan Pemeriksaan Biokimia
C. PEMERIKSAAN BIOFISIK

Penilaian status gizi dengan metode Biofisik termasuk penilaian


status gizi secara langsung. Metode ini akan meliputi secara jelas
kemampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur. Tes
perubahan struktur dapat dilihat secara klinis maupun secara
non-klinis. Pemeriksaan Biofisik dapat dilakukan meliputi 3 cara,
yaitu ;

3. Sitologo
1. Uji Radiologi 2. Tes Fungsi (Supariasa, dkk,
2002)
Kegiatan Belajar 3
PENILAIAN STATUS GIZI secara TIDAK
LANGSUNG melalui KONSUMSI PANGAN

A. SURVEI KONSUMSI
PANGAN

Secara umum, survei konsumsi pangan dimaksudkan untuk


mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan
bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah
tangga, & perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap konsumsi pangan tersebut.
Metode Pengukuran pada Survei Konsumsi Pangan, yaitu;
1. Metode Penilaian Satus Gizi melalui Survei Konsumsi
Pangan
2. Metode Kualitatif
3. Metode Kuantitatif
4. Metode Kualitatif & Kuantitatif
5. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan berdasarkan
Sasaran Pengamatan
B. PEMERIKSAAN melalui
STATISTIK VITAL

Indikator statistik vital dapat dijadikan acuan dalam proses


penilaian status gizi pada masayarakat. Beberapa statistik vital
yang berhubungan dengan keadaan kesehatan & gizi, antara
lain;

2. Infeksi yang
1. Angka Kematian 3. Statistik Layanan
Relevan dengan
berdasarkan Umur Kesehatan
Keadaan Gizi
C. FAKTOR EKOLOGI

Secara umum, faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap


munculnya masalah gizi adalah;

2. Konsumsi 3. Pengaruh
1. Keadaan Infeksi
Makanan Budaya

6. Kesehatan &
4. Sosial Ekonomi 5. Produksi Pangan
Pendidikan
KESIMPULAN

Tujuan dari Penilaian Status Gizi, yaitu untuk memantau status


gizi kurang dan atau gizi lebih pada setiap individu maupun
pada masyarakat. Masalah gizi di Indonesia dibagi menjadi 2
yakni masalah gizi Makro & Mikro.
Kekurangan Gizi Makro seperti energi, protein, dan lemak. Dan
kekurangan gizi mikro seperti vitamin & mineral.
Jika individu kekurangan dan atau kelebihan gizi akan
berdampak pada kesehatan individu, maka itu untuk penilaian
status gizi seseorang digunakan metode penilaian secara tidak
langsung yaitu survey konsumsi makanan, statistik vital, &
faktor ekologi. Sedangkan penilaian status gizi secara langsung
yaitu, antropometri, klinis, biokimia, & biofisik. Bentuk
pengukuran penilaian status gizi digunakan parameter seperti
umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala.

Anda mungkin juga menyukai