Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Induvidu Mata Kuliah Leadership
Dosen Pengampu : Ir. Masjraul Hidajat,MM
Disusun Oleh :
Felix Juan Arnold Parasian (20B505021043)
S1 MTD A 2020
i
DAFTAR ISI
ii
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 25
3.2 Saran ...................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 26
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengawasannya dan pengaruh yang dipancarkan kepada orang-orang atau pihak-
pihak-pihak yang berhubungan dengannya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
adalah:
1. Untuk memahami dan mengetahui makna dan arti dari kepemimpinan itu
sendiri baik berdasarkan teori umum maupun menurut para ahli.
2. Dapat memahami dan menganalisis unsur unsur, sifat, karakteristik,
kekuasaan, Tugas dan Fungsi, Tipe, dan ciri ciri dalam kepemimpinan
3. Mengetahui dan Melakukan Implementasi Kepemimpinan Hasta Brata
4. Mengetahui Gaya kepemimpinan di era saat ini untuk menjawab Tantangan
Global
5. Mengetahui dan mendalami makna kepemimpinan melalui evolusi teori
kepemimpinan, model kepemimpinan pengambilan keputusan normative,
2
teori kepemimpinan baru dan perbedaan dari kepemimpinan transaksional
dan transformasional
1.4 Manfaat
Manfaat merupakan proses hasil dari tercapainya tujuan, maka dari itu tujuan
tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Diharapkan bahwa penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat menunjang ilmu Manajemen dan
dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dibangku perkuliahan
khususnya tentang Kepemimpinan dengan kenyataan yang ada dilapangan dalam
rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara teoritis.
2. Secara Praktis
Diharapkan bahwa hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi,
masukan dan evaluasi bagi pihak untuk memahami makna kepemimpinan serta
dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan berogranisasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Elsenhower). William G. Scott (1962) Pengertian kepemimpinan adalah proses
memengaruhi kegiatan yang diselenggarakan dalam kelompok, dalam upaya mereka
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Rauch dan Behling (1984) Pengertian
kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir
terhadap pencapaian tujuan. Fiedler (1967) mengatakan teori kepemimpinan
merupakan pola hubungan antara individu yang menggunakan wewenang dan
pengaruhnya terhadap kelompok agar bekerjasama untuk mencapai tujuan.
5
1) Ketika kelompok menghadapi suatu masalah
2) Ketika struktur kelompok tidak stabil
3) Ketika kelompok belum cukup matang untuk melaksanakan sesuatu
Empat katagori atau tingkatan Kepemimpinan.
a. Dilahirkan dengan kualitas kepemimpinan.
b. Telah melihat model kepemimpinan sepanjang kehidupan.
c. Telah mempelajari tambahan kepemimpinan melalui latihan.
d. Mempunyai disiplin pribadi untuk pemimpin besar.
Pemimpin terkemuka memiliki tiga dari empat kualitas ini. Sedangkan pemimpin
hasil belajar hanya memiliki ketiga kualitas point. b,c dan d.
6
2.5 Karakteristik Pemimpin
Gambar 2. 1
Kompetensi Pemimpin
7
Mencakup proses berfikir logis, rasional, kreatif, probleim solving dalam
pengambilan keputusan)
E= Penyesuaian diri (unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri
berdasarkan karakteristik pribadi pelaku dgn tugas penampilan kinerjanya)
F= Komponen Sikap, nilai, kepribadian (Prasyarat fundamental bagi terwujudnya
kinerja secara keseluruhan)
8
memberi promosi, atau memberi pujian. Namun, kekuasaan tipe ini akan melemah
apabila reward yang diberikan tidak memiliki nilai kepuasan yang cukup bagi
orang lain.
Contoh pemimpin yang menerapkan reward power adalah Sundar Pichai yang
memberikan banyak reward bagi karyawan google.
3. Legitimate Power
Bentuk kekuasaan ini adalah kekuasaan yang Sah.
Pemimpin yang menggunakan legitimate power akan dipatuhi oleh anggotanya.
Contoh : Manajer di suatu perusahaan. Seorang yang diangkat menjadi manager,
maka manager tersebut mempunyai kekuasaan yang sah
4. Referent Power
Bentuk kekuasaan ini adalah tentang manajemen yang didasarkan pada
kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi karyawan melalui rasa
hormat, kekaguman, pengaruh, atau mengidentifikasi dengan pemimpin.
Pemimpin yang memiliki kekuasaan ini sering dilihat sebagai panutan yang
dikagumi, sering memberikan apresiasi, dan berpengaruh kuat dalam kelompok
karena kepribadiannya.
We can conclude our list of examples of referent power with another prominent
figure, like Elon Musk. Unlike Bill Gates or Steve Jobs, Elon consistently makes
bold statements and because of that is a more controversial figure.
5. Expert Power
Bentuk kekuasaan ini didasarkan pada pengetahuan yang mendalam.
Para pemimpin ini seringkali sangat cerdas dan percaya pada kekuatan keahlian
untuk memenuhi peran dan tanggung jawab organisasi.
Anggota menghargai pemimpin karena kecakapannya dalam suatu hal tertentu.
Contoh pemimpin yang menggunakan expert power adalah Bill Gates, pendiri
Microsoft yang terkenal dengan kecerdasannya.
9
2.7 Tugas dan Fungsi Pemimpin
Tugas Utama Seorang Pemimpin
1. Mengatur Situasi
2. Mengendalikan kegiatan kelompok
3. Menjadi juru bicara kelompok
Fungsi Pemimpin
1. Pelaksana
2. Perencana
3. Penyusun kebijakan
4. Tenaga akhli
5. Wakil kelompok keluar/eksekutif
6. Pengawas dan pengendali interaksi dalam kelompok
7. Pelerai dalam sengketa
8. Penengah
9. Sumber keteladanan
10. Lambang (simbol) suatu kelompok
11. Penanggung jawab anggota kelompok
12. Tokoh orang tua
13. Kambing hitam
14. Pencipta ideologi kelompok
10
3. Gaya Participating (peran serta), Kepemimpinan yg melakukan tindakan secara
koopratif dg anggota lainnya.
4. Gaya Delegating, Kepemimpinan yang banyak memberikan wewenang kepada
bawahan untuk melaksanakan tugas kepemimpinannya.
Dilihat dari Prilaku Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Direktif, pemimpin yang senantiasa memberikan arahan kepada
bawahannya.
2. Kepemimpinan Suportif, pemimpin yang cenderung bersahabat dan senantiasa
memberikan dorongna kepada bawahannya.
3. Kepemimpinan Partisipatif, pemimpin yang bekerjasama dengan bawahan dalam
melaksanakan tugasnya.
4. Kepemimpinan yang berorientasi prestasi, pemimpin senantiasa menetapkan
sasaran yang menantang bawahan untuk bersama-sama mencapai sasarannya.
11
4. U l e t
5. Katalistis
6. Berdedikasi dan komit
12
Gubug penceng atau bintang yang berbentuk gubug miring pasti berada di arah
selatan agak ke barat. Sedangkan bintang-bintang yang lain bisa memberi petunjuk
tentang musim. Walau bintang-bintang itu kadang tertutup oleh mendung, namun
mendung pasti akan tersaput angin.
4. Kadya Samirana (Seperti angin atau udara)
Tidak ada kehidupan yang tidak memerlukan udara. Udara yang bergerak menjadi
angin. Samirana adalah angin yang sepoi-sepoi, yang menyejukkan suasana.
Suasana yang gerah akan musnah dihembus oleh angin sepoi-sepoi. Udara akan
mengisi di setiap relung yang kosong. Tiada tempat yang tidak terisi oleh udara.
Tidak harus diawaki sendiri, namun bisa juga melalui nayaka praja atau perangkat
pemerintahan yang hadir di setiap pemerintahan, bahkan di jajaran yang paling
rendah sekalipun. Seorang pemimpin harus bisa menjamin bahwa tidak ada seorang
pun anggota yang tidak terlayani.
5. Kadya Tirta (Seperti Air)
Ada beberapa watak air yang bisa menjadi contoh bagi seorang pemimpin. Air
memiliki sifat yang menghidupi apapun makhluk hidup di bumi ini dan sangat
dibutuhkan oleh manusia. Air yang murni akan bening dan tak berasa. Air akan
mengalir ke tempat yang lebih rendah, namun air juga mampu merembes ke tempat
yang lebih tinggi. Seorang pemimpin senantiasa dibutuhkan oleh rakyat.
Seorangpemimpin juga harus senantiasa seperti air yang bening, memiliki watak
yang suci murni, tulus, jujur dan apa adanya serta rendah hati bagai air yang tak
berasa. Seperti air yang mengalir ke tempat yang lebih rendah, demikianlah seorang
pemimpin harus mau turun ke bawah, tidak hanya duduk di menara gading. Ia harus
menyelami kehidupan rakyatnya yang paling bawah sekalipun. Ia mesti tenang,
sabar dan cermat dalam menghadapi setiap persoalan. Ia berbicara seperlunya dan
tak perlu berkeluh kesah. Air juga mampu meresap ke dalam celah-celah yang
sempit sekalipun. Demikian pula seorang pemimpin harus teliti dan cermat sampai
ke persoalan yang kecil sekalipun. Air juga mampu larut dalam berbagai macam
benda lain.
13
6. Kadya Samodra (Seperti lautan)
Lautan yang sangat luas yang mampu menampung apapun yang mengalir dari
seluruh sungai dari daratan. Laut juga menampung seluruh kehidupan ikan laut dari
berbagai macam jenis. Demikianlah hendaknya, seorang pemimpin harus berhati
lapang dan luas. Ia harus mampu menampung segala keluh kesah dan permasalahan
rakyatnya. Ia mesti berwatak sabar dan sareh, bahkan ketika harus menghadapi
‘protes dan demo’ dari rakyatnya sendiri. Ada ungkapan; hatinya seluas samudra.
Berbagai jenis ikan hidup di samudra. Demikian pula hendaknya, seorang pemimpin
adalah tempat ngindung kawula yang nunut mulya – ikut menikmati kehidupan
mulia. Bahkan seluruh negeri itu haruslah tempat yang nyaman dan aman bagi
segala golongan, suku, ras dan kepercayaan.
7. Kadya Dahana (Seperti Api)
Watak api adalah hangat atau panas, tegas, lugas, tuntas dan tidak pandang bulu.
Demikian pula hendaknya seorang pemimpin, ia harus bisa mematangkan masakan.
Permasalahan tidak ada yang mentah atau menggantung, harus bisa dituntaskan oleh
pemimpin, sehingga tidak berlarut-larut. Seorang pemimpin atau seorang raja juga
harus mampu menghangatkan suasana yang beku dan kaku, sehingga tercipta gairah
dan optimisme yang penuh harapan. Seorang pemimpin tidak boleh plin-plan. Ada
ungkapan sabda pandhita ratu datan kena wola-wali, yang berarti bahwa setiap kata
yang terucap oleh seorang raja/pemimpin harus dipikirkan secara matang tidak
boleh berubah-ubah, karena setiap sabda dari seorang raja/pemimpin adalah
titah/keputusan. Tidak boleh berlaku pepatah esuk tempe sore dhele, artinya
omongannya tidak boleh mencla-mencle atau berubah-ubah. Seorang pemimpin
tidak mengenal kata ”gagal” atau “menyerah” sebelum mengerahkan segala
kemampuan yang ada. Watak api juga tidak pandang bulu, ia akan membakar
apapun yang bisa terbakar. Demikianlah hendaknya seorang pemimpin. Ia tidak
akan pandang bulu dan pilih kasih.
8. Kadya Bantala (Seperti Bumi)
14
Demikianlah hendaknya seorang pemimpin. Seorang pemimpin juga berkewajiban
mensejahterakan warganya. Seperti tanah yang rela dibajak dan dicangkul,
demikian pula seorang pemimpin harus rela berkorban demi kepentingan rakyatnya.
Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat adalah pilihan utama bagi seorang
pemimpin. Namun demikian, pemimpin sebijak dan sesakti apapun, ia tak akan
mampu mengelak dari kodrat.
15
daya ingat, intuisi, dan daya persuasif yang lebih unggul dan tidak dimiliki oleh
orang lain.
2. Pendekatan Prilaku Pemimpin
Sampai dengan akhir tahun dekade 1 940an, tampak kegagalan pendekatan
karakteristik untuk mempelajari kepemimpinan, dan sejak saat itu para peneliti
mengadopsi fokus baru dalam kegiatannya sepanjang dekade tahun 1950an.
Para peneliti mulai konsentrasi pada perilaku pemimpin sebagai variabel
penjelasan (explanatory variable). Pendekatan ini membandingkan antara
perilaku pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif.
16
2. Decision Acceptance
Decision acceptance adalah penting bila keputusan memiliki implikasi bagi
motivasi keda bawahan dan bila keputusan akan diimplementasikan oleh bawahan.
Beberapa keputusan tidak perlu persetujuan kelompok untuk dapat sukses dalam
mengiimplementasikan (misalnya, keputusan mengenai apa warna karpet yang
akan digunakan pada lantai kantor), sedangkan yang lain harus dapat
diterima/disetujui oleh anggota kelompok untuk sukses dalam pelaksanaannya
(misalnya, penelitian strategi untuk meningkatkan penjualan).
3. Decision Fimeliness
Decision fmeliness adalah penting untuk dipertimbangkan kapan saja ada
keterbatasan waktu dalam pengambilan keputusan. Contoh, beberapa keputusan
dapat dibuat pada pertimbangan kelompok kerja (misalnya, apakah yang perlu
diubah berkaitan dengan laporan sekretaris), sedangkan yang lain dapat menuntut
segera adanya tindakan (misalnya, apakah untuk memperkenalkan produk baru
dilakukan dalam kuartal berikutnya)
2.14 Teori Kepemimpinan Baru
Menurut Steers (1996), kerangka karakteristik pemimpin, perilaku pemimpin,
dan contigency, atau teori-teori kepemimpinan tersebut telah mendapatkan kritikan
yang serius. Hal ini, termasuk sebagian besar teori-teori kepemimpinan lainnya yang
secara konsep dan metodologinya sangat kurang, dan semuanya secara empiris sangat
kurang mendapatkan dukungan yang konsisten. Bahkan, setelah Iebih dari setengah
abad para peneliti ilmiah tetap tidak menemukan kesepakatan berkenaan dengan
konsep umum dan keseluruhan proses kepemimpinan. Meskipun demikian, karena
pentingnya kepemimpinan bagi organisasi untuk menanggulangi peningkatan
pergolakan lingkungan yang terjadi, para peneliti tetap berusaha keras untuk
menciptakan pendekatan yang mantap. Munculnya pendekatan baru pada
kepemimpinan merepresentasikan pergeseran paradigma dan pendekatan transaksional
ke pendekatan pertukaran pemimpin-anggota (leader member exchange/LMX),
karismatik, dan transformasional.
17
1. Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota
Setelah pendekatan karakteristik dan perilaku gagal sebagai teori untuk memahami
kompleksitas kepemimpinan, perhatian beralih pada aspek situasional
kepemimpinan. Para peneliti memandang situasi sebagai variabel yang dapat
dimasukkan dalam karaktenstik dan perilaku pemimpin untuk menjadikannya
efektif didalam kelompok kerjanya atau di dalam konteks organisasional. Beberapa
pendekatan contingency pada kepemimpinan dapat diidentifkasikan. Tiga
diantaranya adalah sebagai berikut : (1) Fiedler’s contingency model, (2) House’s
path-goal theory, dan (3) Vroom, Yetton, and Jago’s normative decision model of
leadership.
2. Teori Kepemimpinan Kharismatik
Karisma dalam pengertian bahasa Yunani adalah divinely inspired gift, seperti
kemampuan untuk melakukan keajaiban (Steers, Porter, and Bigly, 1996). Weber
(1947), menggunakan pengertian tersebut untuk menggambarkan kekuatan atau
pengaruh yang mendasari persepsi bawahan bahwa seorang pemimpin diberkahi
dengan kualitas kepribadian yang istimewa. Dua diantara teori-teori kepemimpinan
karismatik adalah teori kepemimpinan karismatik House (1977), dan teori
kepemimpinan karismatik Conger and Kanungo (1987).
18
2.15.1 Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan
yang berlandaskan pada adanya pertukaran atau adanya tawar menawar antara
pemimpin dan bawahan, serta ditetapkan dengan jelas peran dan tugasnya.
Kepemimpinan transaksional aktif menekankan pemberian penghargaan
kepada bawahan untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, secara
proaktif seorang pemimpin memerlukan informasi untuk menentukan apa yang saat ini
dibutuhkan bawahannya, dan pemimpin harus membantu mengarahkan bawahannya
pada peran dan tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkannya
melalui penetapan tujuan yang jelas, penjelasan keterkaitan antara kinerja
penghargaan, serta memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan
bawahan pada tugasnya.
2.15.2 Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transaksional aktif menekankan pemberian penghargaan
kepada bawahan untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, secara
proaktif seorang pemimpin memerlukan informasi untuk menentukan apa yang saat ini
dibutuhkan bawahannya, dan pemimpin harus membantu mengarahkan bawahannya
pada peran dan tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkannya
melalui penetapan tujuan yang jelas, penjelasan keterkaitan antara kinerja
penghargaan, serta memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan
bawahan pada tugasnya memperhatikan keprihatinan dan kebutuhan pengembangan
diri pengikut, menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami pengikut untuk
mengeluarkan upaya ekstra untuk mencapai tujuan kelompok.
19
penting daripada kepentingan mereka sendiri demi misi dan visi organisasi atau
kelompok. Dengan mengembangkan kepercayaan diri, keefektifan diri dan harga diri
bawahan, diharapkan pemimpin mempunyai pengaruh yang kuat pada tingkat
identifkasi, motivasi dan pencapaian tujuan pengikut.
Gambar 2. 2
Perbedaan Transaksional dan Transformasional
20
Tim adalah jenis kelompok khusus. Tim adalah sekelompok individu
yang berbagi tujuan bersama dan tanggung jawab untuk mencapainya.Tim
berorientasi pada tugas kelompok kerja; mereka dapat berevolusi atau diangkat,
baik secara formal maupun informal (yang akan dibahas lebih lanjut pada
bagian berikut). Tim berusaha untuk mencapai hal yang positif kerjasama antar
anggotanya. Tim yang sukses akan bekerja dengan baik satu sama lain,
mencapai tujuan yang ditetapkan, dan setiap anggota akan memiliki perasaan
harga diri. Yang sukses tim juga akan adaptif, fleksibel, dan mampu menangani
konflik yang muncul.
Membangun tim yang kohesif adalah faktor utama keberhasilan setiap
perusahaan perhotelan. Tim yang kohesif berkomunikasi dengan baik satu sama
lain dan memiliki norma, kesatuan. Kohesi ini akan menghasilkan tim yang
bekerja dengan baik dan cocok bersama dengan baik. Ketika anggota tim cocok
bersama, ada lebih banyak peluang tim akan mencapai kinerja puncaknya. Jika
sebuah tim kurang kohesi, kinerja akan terhambat karena kelompok tidak akan
memiliki rasa persatuan. Untuk membangun tim yang kohesif, tujuan dan
sasaran perlu ditetapkan. Bagaimana sebuah tim dapat berjuang untuk kohesi
jika mereka tidak tahu apa tujuan mereka? Melalui interaksi yang erat satu sama
lain, tim akan mempelajari kekuatan dan kelemahan satu sama lain
(sebagaimana disebutkan di atas) dan cara kerja masing-masing anggota.
Interaksi dan komunikasi di antara anggota tim pada akhirnya akan mengarah
pada norma kelompok, rasa hormat, kepercayaan, dan persatuan. Dalam
industri restoran, setiap orang memiliki tujuan dan sasaran yang sama: Mari
buat perubahan ini semulus dan seefisien mungkin, dan bersenang-senang
sambil melakukannya. Juga lebih mudah untuk memberikan umpan balik
negatif ketika ada tujuan yang disepakati. Sama seperti ada kekuatan luar biasa
dalam tim yang kuat, ada bencana yang menunggu untuk terjadi di lingkungan
tim yang lemah. Tim yang kuat dapat mencapai dan mencapai hasil yang tidak
pernah dapat mereka capai dengan bekerja secara mandiri. Sayangnya, tim yang
21
kuat tidak terjadi secara kebetulan. Dibutuhkan kesadaran manajemen, fokus
dan usaha. Bagaimana cara merekrut anggota terbaik?
1. Ingatlah tujuan proyek dan kriteria pemilihan yang disebutkan di atas.
2. Identifikasi orang-orang yang relevan dalam organisasi atau unit mitra.
3. Lakukan kontak informal dengan mereka yang telah diidentifikasi, serta
dengan siapa saja yang mengenal mereka untuk melihat apakah mereka
memenuhi kriteria. Sertakan minat mereka dalam proyek dan waktu
yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan proyek.
4. Putuskan apakah dia orang yang tepat dengan informasi awal yang
Anda miliki.
5. Undang orang tersebut untuk bergabung dengan tim.
Tim adalah entitas yang hidup dan dinamis. Itu bisa berkembang dari
awal ke fase dewasa, terlepas dari sifat tim atau tugas yang harus dilakukannya.
Model Tuckman (2) mengusulkan tipikal berikut fase dalam pengembangan
tim:
1. Forming: Ini adalah masa orientasi awal. Tim tidak yakin tentang apa
yang seharusnya dilakukan, anggota belum saling mengenal dengan baik
atau belum mengenal cara kerja team leader dan lainnya fungsi anggota.
Tahap ini selesai ketika para anggota mulai melihat diri mereka sebagai
bagian dari kelompok.
2. Storming: Ini adalah periode pemilahan di mana anggota mulai
menemukan tempat mereka sebagai anggota tim. Anggota tim sekarang
merasa lebih nyaman memberikan pendapat mereka dan menantang
pemimpin tim wewenang dan rekomendasi. Beberapa anggota mungkin
menjadi tidak puas dan tidak hanya menantang tugas tim dan bagaimana
ini akan dilakukan, tetapi juga peran dan gaya kepemimpinan pemimpin.
Ini adalah awal dari konflik intragroup.
22
3. Norming: Anggota tim mulai menggunakan pengalaman masa lalu
mereka untuk memecahkan masalah dan tarikan mereka bersama sebagai
kelompok yang kohesif. Proses ini harus menghasilkan tim yang
menetapkan prosedur untuk menangani konflik, keputusan, dan metode
untuk menyelesaikan proyek tim.
4. Performing: Pada fase ini tim telah mencapai keharmonisan,
mendefinisikan tugasnya, mengerjakannya hubungan, dan telah mulai
membuahkan hasil. Kepemimpinan disediakan oleh anggota tim terbaik
cocok untuk tugas yang dihadapi. Anggota telah belajar bagaimana
bekerja sama, mengelola konflik dan berkontribusi sumber daya mereka
untuk memenuhi tujuan tim.
5. Dissolving or reorientating: Tim dibubarkan ketika tim telah
menyelesaikan proyek. Mungkin diorientasikan kembali untuk
melanjutkan fase berikutnya dari proyek.
Efektivitas tim ditentukan oleh tiga kriteria.
• Pertama, output produktif tim memenuhi atau melebihi standar
kuantitas dan kualitas.
• Kedua, anggota tim menyadari kepuasan kebutuhan pribadi
mereka.
• Ketiga, anggota tim tetap berkomitmen untuk bekerja sama.
23
3. Sumber daya: Waktu, anggaran, fasilitas komputer, alat pendidikan dan
dukungan administratif.
Menciptakan tim yang sukses bergantung pada penciptaan budaya untuk
sukses. Kami tahu bahwa tim harus memiliki semangat untuk visi, misi,
dan tujuan perusahaan, tetapi supervisor perlu memberikan pedoman
yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh siapa, kapan, di mana,
dan sumber daya apa yang diperlukan.
Tentu didalam tim terdapat leader yang mampu mengkoordinasi
anggota timnya untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa tanggung jawab
leader yaitu
1. Tetapkan tugas yang jelas untuk setiap anggota
2. Secara teratur meninjau dan memantau kemajuan pekerjaan
3. Pastikan bahwa tim memenuhi tenggat waktu
4. Diskusikan dan sepakati jadwal kegiatan utama dengan tim
5. Memotivasi anggota tim
6. Selesaikan konflik
7. Memberi bimbingan bila diperlukan
8. Membantu anggota untuk mengatasi hambatan
9. Secara teratur menilai kinerja tim menggunakan daftar periksa
Dan didalam team sendiri agar berjalan efektif dan efisien menganut
norma norma yang harus dipatuhi. Norma adalah standar perilaku yang dapat
diterima dalam suatu kelompok yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok.
Mereka memberi tahu anggota apa yang harus atau tidak boleh mereka lakukan
tergantung pada keadaan. Di lingkungan kerja, norma yang paling penting
berhubungan dengan proses yang berkaitan dengan kinerja. Semua anggota
harus terbiasa dengan norma-norma ini dan diharapkan untuk mengikutinya.
Merupakan ide yang bagus untuk menyepakati norma-norma dan
memasukkannya ke dalam piagam tim.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila
ia mempunyai pengikut atau bawahan. Bawahan pemimpin ini dapat diperintahkan
untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjsasakan sesuatu dalam mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu.. Beberapa pendapat yang
menganggap kepemimpinan adalah sebagai seni dan ilmu atau proses untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai kelompok, Sehingga kepemimpinan adalah
kemampuan mendorong sejumlah orang atau kelompok agar mau bekerja sama
dalam melaksanakan kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
Seorang pemimpin tentu harus memiliki kemampuan untuk memandu
anggotanya. Selain itu, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi sekaligus
meyakinkan sekelompok orang atau seseorang. Ketika pemimpin dan anggotanya
sudah berada di jalur yang sama, maka apa yang ditargetkan akan lebih mudah
dicapai. Begitupun dengan timnya harus Teamwork dan profesionalitas dalam
bekerja serta mematuhi norma (Standar Prilaku) yang dianut dan diterima oleh
anggota kelompok lainnya.
3.2 Saran
Kepemimpinan yang baik tidak harus terpaku pada apa yang sudah ditentukan,
kunci keberhasilan seorang pemimpin hanyalah menjaga kepercayaan pengikut dan
menggunakan kekuasaan tersebut dengan sebenar dan sebaiknya. Jadi hendaklah
kita yang merupakan calon pemimpin dimanapun berada menggunakan hati, pikiran
dan segala usaha untuk memajukan apa yang kita pimpin, mencapat tujuan dan cita
cita yang sudah dibentuk dan bukan untuk kepentingan pribadi semata melainkan
kepentingan tim dan banyak orang.
25
DAFTAR PUSTAKA
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hendri. Model-model Teori Kepemimpinan.
http//teorionline.wodpress.com/. Diakses pada 28 September 2014.
Daft, Richard L. 208. The Leadership Experience. Ohio: Thomson Learning
Education.
Istianto, Bambang. 2009. Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan
Publik. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Lussier, Robert N. and Christopher F. Achua. 2010. Leadership: Theory, Application,
and Skill Development. Ohio: South-Western Cengage Learning.
Masaong, Kadim & Arfan A. Tilomi. 2011. Kepemimpinan Berbasis Multiple
Intelligence: Sinergi Kecerdasan Intelektual, Emosi, dan Spiritual untuk Meraih
Kesuksesan yang Gemilang. Bandung: Alfabeta.
Northouse, Peter G. 2010. Leadership: Theory and Practice. California: SAGE
Publication.
Rivai, Veithzal. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: dari
Teori dan Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P. 2003. Essentials of Organization Behavior. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Sedarmayanti. 2008. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV.
Mandar Maju.
Wursanto. 2002. Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Yukl, Gary. 2009. Leadership in Organizations. Delhi: Dorling Kindersley.
26