Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

OLEH :

SARTIA RAHMAN

NIM. G2U122015

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan

terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Kendari, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………… i


KATA PENGANTAR………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
………………………………………………………
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kepemimpinan Transaksional……………………………. 6
1. Pengertian Kepemimpinan Transaksional 6
……………………...
2. Kelemahan Gaya Kepemimpinan Transaksional 7
………………
3. Unsur-Unsur Kepemimpinan …………………………………… 9
4. Indikator Gaya Kepemimpinan Transaksional ……………….. 9
2.2 Konsep Kepemimpinan Transformasional………………………... 12
1. Dasar Teori Kepemimpinan Transformasional………………... 12
2. Definisi Kepemimpinan Transformasional……………………. 13
3. Pengukuran kepemimpinan transformasional…………………. 16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 17

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemimpin dalam suatu organisasi harus mempunyai visi dan misi yang jelas

sehingga organisasi itu akan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Visi

dan misi akan menjadi pegangan dan pedoman bagi pemimpin dalam menjalankan

program kerjanya bersama dengan bawahannya. Pemimpin harus memiliki keberanian

dan tekat serta yakin bahwa apa yang mereka lakukan dapat merubah keadaan.

Keberanian dan nekat adalah modal utama dan yang paling penting, tekat yang

dimaksud adalah tekat dalam mencari trobosan-trobosan baru.

Seorang pemimpin harus bisa menjadi komunikator yang baik dengan bawahan,

atasan, rekan kerja dan sebagainya sehingga dengan komunikasi yang terjalin dengan

baik akan melahirkan suasana kerja yang kondusif. Keberadaan pemimpin dalam

perspektif organisasi terutama organisasi sector publik atau organisasi pemerintahan

tidak hanya ditujukan untuk efektifitas dan efisiensi, namun juga bergerak pada konsep

akuntabilitas, demokras, partisipasi dan transparansi. Hal ini dilakukan untuk memacu

setiap negara dalam konteks organisasi agar mengimplementasikan kriteria tersebut

untuk mencapai Good Governance. Pada konteks organisasi sektor publik harus

memiliki pemimpin yang baik (Maatuku, 2018).

Kepemimpinan terdapat hubungan antara manusia, yaitu hubungan

mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para

pengikut/bawahan karena dipengaruhi oleh kiwibawaan pemimpin. Para pengikut

1
terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya, dan bangkitlah secara spontan rasa

ketaan pada pemimpin.

Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam

manajemen sumber daya manusia peran pemimpin sangat berpengaruh terhadap kinerja

para pegawai baik dari segi kedisiplinan pada pegawainya dan faktor yang lainnya.

Peran pemimpin sangat penting dalam membantu orang yang dipimpinnya untuk

memperoleh hasil yang di inginkan. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk

mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Definisi

kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan

organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk

memperbaiki kelompok dan budayanya.gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap

yang elok, gerak-gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik Nasir,

(2020). Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk

mempengaruhi bawahan sasaran tercapai atau gaya kepemimpinan adalah pola perilaku

dan strategi yang disukai dan sering di terapkan seorang pemimpian. Gaya

kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan

bawahannya.

Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang membantu organisasi

mencapai sasaran sekarang dengan lebih efesien, seperti dengan menghubungkan

kepuasan kerja pada penilaian reward dan memastikan bahwa pekerja mempunyai

sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Gaya kepemimpinan

transaksional juga dikenal sebagai kepemimpinan manajerial yang berfokus pada peran

2
pengawasan, organisasi, dan kinerja kelompok. Gaya kepemimpinan transaksional

adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin mendorong kepatuhan pengikutnya

melalui dua faktor yaitu imbalan dan hukuman. Para pemimpin dengan gaya

kepemimpinan transaksional bekerja dengan cara memperhatikan kerja karyawan untuk

menemukan kesalahan dan penyimpangan. Jenis kepemimpinan ini sangat efektif dalam

situasi krisis dan darurat.

Kepemimpinan transaksional lebih mengarah kepada pemimpin yang

menekankan pemberian penghargaan kepada bawahan dan pengontrolan pekerjaan

bawahnnya dan mengarahkan mereka pada tujuan yang telah ditetapkan demi

memperjelas peran serta tuntutan tugasKepemimpinan transaksional adalah model

kepemimpinan dimana seorang pemimpin lebih cenderung memberikan arahan pada

bawahannya, dan memberi insentif serta hukuman pada kinerja mereka serta menitik

beratkan terhadap perilaku untuk membimbing pengikutnya.

Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi mempunyai peranan yang sangat

penting yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan suatu organisasi. Organisasi

tanpa kepemimpinan seorang atasan (manajer) tidak mampu merubah input sumber

daya menjadi keunggulan kompetetif. Oleh karenaitu, sangat jelas bahwa gaya

kepemimpinan atasan (manajer) memiliki hubungan yang sangat erat untuk

pengembangan suatu organisasi.

Kepemimpinan transformasional merupakan model kepemimpinan bagi seorang

pemimpin yang cenderung memberi motivasi kepada bawahan untuk bekerja lebih baik

dan menitikberatkan pada perilaku membantu transformasi antara individu dengan

3
organisasiKepemimpinan transformasional di definisikan sebagai kemampuan untuk

mendorong pengikut melakukan perubahan, meningkatkan kemampuan yang dipimpin.

Selanjutnya pemimpin transformasional membawa pemahaman manajamen baru dan

asli dengan tugas mengelola sumber daya menggunakan fitur-fitur khusus dan dengan

demikian mampu meningkatkan kinerja organisasi

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dibahas mengenai kepemimpinan

secara umum serta dampaknya kepada organisasi, maka kami hendak membuat makalah

mengenai gaya kepemimpinan kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan

transformasional.

1.2 Rumusan Masalah

Diketahui dari latar belakang yang dibahas mengenai kepemimpinan serta

pentingnya seorang pemimpin untuk organisasi maka rumusan masalah dalam kajian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan transaksional

2. Bagaimana kepemimpinan transformasional

1.3 Tujuan Penelitian

Diketahui dari latar belakang yang dibahas mengenai kepemimpinan serta

pentingnya seorang pemimpin untuk organisasi dan rumusan masalah yang akan dikaji

maka tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Kepemimpinan transaksional

2. Kepemimpinan transformasional

4
1.4 Manfaat Penelitian

Kajian yang akan dilakukan akan menyangkut mengenai konsep kepemimpinan

transaksional dan kepemimpinan transformasional maka dari ini sangat diharapkan akan

menambah pengetahuan mengenai kepemimpinan secara umum dan spesifik pada ruang

lingkup kajian ini.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kepemimpinan Transaksional

1. Pengertian Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang

melibatkan suatu proses pertukaran yang menyebabkan bawahan mendapat imbalan

serta membantu bawahannya mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan untuk

memenuhi hasil yang diharapkan seperti kualitas pengeluaran yang baik, penjualan atau

pelayanan yang lebih dari karyawan, serta mengurangi biaya produksi (Sagala, 2018).

Membantu bawahannya dalam mengidentifikasi yang harus dilakukan pemimpin

membawa bawahannya kepada kesadaran tentang konsep diri serta harga diri dari

bawahannya tersebut. Seorang pemimpin yang menggunakan kepemimpinan

transaksional membantu karyawannya dalam meningkatkan motivasi untuk mencapai

hasil yang diinginkan dengan dua cara, pertama yaitu seorang pemimpin mengenali apa

yang harus dilakukan bawahan untuk mencapai hasil yang sudah direncanakan setelah

itu pemimpin mengklarifikasi peran bawahannya kemudian bawahan akan merasa

percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan yang membutuhkan perannya. Yang kedua

adalah pemimpin mengklarifikasi bagaimana pemenuhan kebutuhan dari bawahan akan

tertukar dengan penetapan peran untuk mencapai hasil yang sudah disepakati.

Kepemimpinan transaksional dapat melibatkan nilai- nilai, tetapi nilai-nilai

tersebut relevan dengan proses pertukaran seperti kejujuran, tanggung jawab, dan timbal

6
balik. Pemimpin transaksional membantu para pengikut mengidentifikasi apa yang

harus dilakukan, dalam identifikasi tersebut pemimpin harus mempertimbangkan apa

yang harus dilakukan, dalam identifikasi tersebut pemimpin harumempertimbangkan

konsep diri, dan self esteem dari bawahan. Sedangkan Kepemimpinan transaksional

sebagai suatu kepemimpinan yang mendapatkan motivasi para bawahannya dengan

menyerukan ketertarikan mereka sendiri (Awaru, 2015).

Perilaku kepemimpinan terfokus pada hasil dari tugas dan hubungan dari pekerja

yang baik dalam pertukaran untuk penghargaan yang diinginkan. Kesimpulan dari

beberapa definisi tersebut adalah gaya kepemimpinan transaksional merupakan gaya

kepemimpinan dimana pemimpin diharapkan mampu menyesuaikan dirinya sesuai

dengan harapan dari karyawan agar karyawan merasa dibutuhkan karena adanya

hubungan yang kooperatif antara keduanya.

2. Kelemahan Gaya Kepemimpinan Transaksional

Adapun kelemahan gaya kepemimpinan transaksional kelemahan kepemimpinan

transaksional (Assingkily dan Mesiono, 2019), yaitu:

a. Pemimpin transaksional hanya tertarik dengan prosedur dalam menentukan untuk

mencapai tujuan organisasi. Dalam pikiran mereka hanya dalam bentuk membuat

peraturan “boleh” atau “tidak boleh” saja. Bentuk “tidak boleh” malah biasanya

lebih banyak daripada “boleh”. Ini disebabkan karena selalu menafsirkan tentang

prosedur dan peraturan organisasi dengan melakukan penafsiran serta pandangan

yang sempit dan kaku.

7
b. Pemimpin transaksional mengambil jalan mudah dan pintas untuk menjalankan

tugas sewaktu membuat keputusan. Golongan pimpinan tidak mau berusaha

mengambil inisiatif yang lebih, untuk mencari jalan keluar dalam menyelesaikan

suatu masalah secara kreatif dan inovasi. Malah sebaliknya, bawahan yang

menghadapi masalah, dianggap sebagai beban organisasi, dan pemimpinnya tidak

mau mendengar segala permasalahan yang ada serta mencoba mencari jalan

keluarnya. Prinsip yang dipegang oleh pemimpin “Transaksional” adalah, masalah

bawahan merupakan masalah pribadi bawahan itu sendiri dan tidak boleh dicampur

adukkan dengan masalah organisasi.

c. Aspek komunikasi, Pemimpin Transaksional lebih tertarik dengan menggunakan

memo atau tidak mau berhadapan dengan bawahan secara langsung untuk

mewujudkan komunikasi tatap muka. Masalah-masalah yang harus diselesaikan

melalui pembicaraan tatap muka disalurkan melalui memo mereka berpendapat

bahwa, melalui memo lebih berhasil untuk memperlihatkan suatu ketegasan dalam

masalah-masalah yang dihadapi organisasi.

d. Kepemimpinan Transaksional ini juga lebih memperlihatkan efektivitas suatu

peraturan dan disiplin daripada menggunakan pendekatan pribadi karena, mereka

lebih cenderung untuk bersikap otoriter, apabila menjalankan tugasnya. Mereka juga

jarang mau berkomunikasi dengan bawahan seolah-olah ada suatu gap atau suatu

jurang pemisah antara pemimpin dengan bawahan dan ini secara tidak langsung

akan mematikan kreativitas dan jalinan keakraban diantara bawahan dan pimpinan

8
3. Unsur-Unsur Kepemimpinan

Terdapat tiga unsur dari gaya kepemimpinan transaksional, (Margaretta, 2020)

yaitu :

a. Unsur kerja sama antara pengikut dan pemimpin yang bersifat kontraktual.

b. Unsur prestasi yang terukur.

c. Unsur reward atau upah yang dipertukarkan dengan loyalitas. Pola kepemimpinan

ini akan berjalan dengan baik apabila ketiga unsur diatas terpenuhi sekaligus

memuaskan kedua belah pihak

4. Indikator Gaya Kepemimpinan Transaksional

Indikator – indikator yang mempengaruhi gaya kepemimpinan transaksional,

(Italiani, 2013) yaitu :

a. Imbalan kontingen (Contingent Reward) Faktor ini berarti bahwa bawahan

memperoleh pengarahan dari pemimpin mengenai prosedur pelaksanaan tugas dan

target-target yang harus mencapai. Bawahan akan menerima ketidakseimbangan

dari pemimpin sesuai dengan kemampuannya dalam mematuhi prosedur tugas dan

keberhasilan mencapai target – target yang telah ditentukan.

b. Manajemen eksepsi Aktif (Active Management by Exception) Faktor ini

menjelaskan tingkah laku pemimpin yang selalu melakukan pengawasan secara

langsung terhadap bawahannya. Pengawasan terarah yang dimaksud adalah

mengawasi proses pelaksanaan tugas bawahan secara langsung. Hal ini bertujuan

9
untuk mengantisipasi dan meminimalkan tingkat kesalahan yang timbul selama

proses kerja berlangsung. Seorang pemimpin transaksional tidak segan menghitung

dan menilai langsung kinerja bawahan meskipun proses kerja belum selesai.

Tindakan tersebut dimaksud agar bawahan mampun bekerja sesuai dengan standar

dan prosedur kerja yang telah ditetapkan

c. Manajemen eksepsi pasif (Manajemen Pasif Dengan Pengecualian) Seorang

pemimpin transaksional akan memberikan peringatan dan sanksi kepada

bawahannya apabila terjadi kesalahan dalam proses yang dilakukan oleh bawahan

yang bersangkutan. Namun apabila proses kerja yang dilakukan masih berjalan

sesuai standard an prosedur, maka pimpinan transaksional tidak memberikan

evaluasi apapun kepada bawahan.

Kepemimpinan transaksional digambarkan sebagai kepemimpinan yang

memberikan penjelasan tentang apa yang menjadi tanggung jawab atau tugas bawahan

serta imbalan yang dapat mereka harapkan jika standar yang ditentukan tercapai.

Menurut Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang membimbing atau memotivasi

para pengikut mereka pada arah tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas

peran dan tugas mereka (Budiwibowo, 2016). Gaya kepemimpinan ini, terbuka dalam

hal membagikan informasi dan tanggung jawab kepada bawahan. Meskipun

keterbukaan ini merupakan komponen yang penting dalam menjalankan suatu

organisasi, namun kepemimpinan ini tidak cukup untuk menerangkan usaha tambahan

dan motivasi kerja bawahan, apa yang sebetulnya dapat digali seorang pemimpin dari

pegawainya. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang

10
pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk

mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung

memfokuskan diri padapenyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar

bawahan melakukan tanggung jawab mereka, para pemimpin transaksional sangat

mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya.

Dalam kepemimpinan transaksional pemimpin dan pengikut bertindak sebagai pelaku

tawar–menawar dalam suatu proses pertukaran yang melibatkan imbalan dan hukuman.

Ide utama pendekatan transaksional adalah adanya satu pertukaran, pemimpin kuantitas

kerja yang semakin banyak membuat pegawai bekerja dengan baik menginginkan apa

yang dimiliki pengikut dan sebagai balasan pemimpin akan memberikan apa yang

diinginkan oleh pengikut. Dengan demikian, pemimpin transaksional memotivasi

bawahan untuk bertindak sesuai dengan yang diharapkan melalui penetapan imbalan

dan hukuman.

Kepemimpinan transaksional, hubungan antara pemimpin dengan bawahan

didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya. Karakteristik

kepemimpinan transaksional adalah contingent reward dan management by-exception.

Pada contingent reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah

dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini

dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun pujian untuk bawahan terhadap

upaya-upayanya. Faktor-faktor pembentuk gaya kepemimpinan transaksional menunjuk

pada hal- hal yang dilakukan pemimpin dalam penerapannya.

11
Suatu gaya kepemimpinan memiliki faktor-faktor yang menunjukkan gaya

seorang pemimpin dalam memotivasi bawahannya. Upaya memotivasi bawahan agar

menjadi efektif dilakukan dengan mempengaruhi bawahan agar bertindak sesuai dengan

waktu dan saling kooperatif untuk mencapai tujuan. Faktor-faktor yang berupa imbalan

kontingen (contingent reward), manajemen eksepsi aktif (active management by

exception), dan manajemen eksepsi pasif (passive management by exception). Faktor-

faktor pembentuk gaya kepemimpinan transaksional tersebut digunakan pemimpin

untuk memotivasi dan mengarahkan bawahan agar dapat mencapai tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan. Bawahan yang berhasil dalam meyelesaikan pekerjaannya

dengan baik akan memperoleh imbalan yang sesuai. Sebaliknya bawahan yang gagal

dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik akan memperoleh sanksi agar dapat bekerja

lebih baik dan meningkatkan mutu kerjanya.

2.2 Konsep Kepemimpinan Transformasional

1. Dasar Teori Kepemimpinan Transformasional

Teori dalam kepemimpinan diantaranya yaitu teori genetika merupakan teori

kepemimpinan pertama yang dapat menjelaskan tentang sejarah awal kepemimpinan.

Teori ini menyatakan bahwa kepemimpinan itu adalah bersifat genetika. Adapun

keunggulan pendekatan genetika ini yaitu memberikan penjelasan tentang asal- muasal

kepemimpinan dari awal mula waktu dan Teori sifat dimana dijelaskan bahwa

pemimpin memiliki karakteristik atau ciri kepribadian tertentu yang dapat diidentifikasi

yang berkontribusi pada kepemimpinan (Adiwilaga, 2018).

12
Teori sifat sebenarnya adalah pengelompokan teori kolektif yang mencoba

menjelaskan atau menggambarkan kepemimpinan melalui serangkaian karakteristik

atau sifat kepribadian yang serupa. Teori ini mencoba untuk mengidentifikasi

karakteristik fisik, mental, dan kepribadian tertentu yang terkait dengan keberhasilan

kepemimpinan dan menghubungkan sifat-sifat tersebut dengan kriteria keberhasilan

tertentu (Tun Huseno, 2021).

2. Definisi Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan adalah proses formal atau informal yang berakar kontekstual dan

mempengaruhi tujuan yang terjadi antara seorang pemimpin dan pengikut, kelompok

pengikut, atau lembaga. Ilmu kepemimpinan adalah studi sistematis tentang proses ini

dan hasilnya, serta bagaimana proses ini bergantung pada sifat dan perilaku pemimpin,

kesimpulan pengamat tentang karakteristik pemimpin, dan atribusi pengamat yang

dibuat mengenai hasil entitas yang dipimpin (Triyono, 2019).

Kepemimpinan transformasional awalnya diciptakan oleh James Downton

dalam sebuah makalah tahun 1973 tentang kepemimpinan pemberontak, James

MacGregor Burns yang membawa istilah tersebut ke bahasa yang lebih luas dalam studi

klasiknya tentang kepemimpinan politik dalam buku 1978 yang berjudul

Kepemimpinan, kemudian Burns membuat perbedaan penting antara kepemimpinan

transaksional, yang menurutnya adalah cara sebagian besar politisi memimpin pengikut

mereka berdasarkan pertukaran timbal balik yang mengarah pada kepuasan kepentingan

pribadi pemimpin dan pengikut; dan 'kepemimpinan transformasional, yang

dipraktikkan oleh para pemimpin politik yang mampu melibatkan pengikut mereka

13
tidak hanya untuk mencapai sesuatu yang penting tetapi juga untuk 'meningkatkan

moral' mereka. Pemimpin transformasional mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

pengikut 'untuk naik ke tingkat motivasi dan moralitas yang lebih tinggi (Dewi dan

Widanaputra, 2020).

Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana pemimpin dan

pengikut berusaha untuk memajukan satu sama lain untuk mencapai tingkat motivasi

dan etika tertinggi. Kepemimpinan transformasional adalah tentang efek transformatif

di dalam organisasi, mempromosikan kepentingan pemimpin dan pengikut idealnya

dengan efek yang baik bagi masyarakat pada umumnya, tetapi lebih fokus pada

kebaikan untuk kelompok dalam itu sendiri (Syadzili, 2019).

Kepemimpinan transformasional dalam beberapa hal merupakan perluasan dari

kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional menekankan pada transaksi

atau pertukaran yang terjadi di antara para pemimpin, rekan kerja, dan pengikut.

Pertukaran ini didasarkan pada diskusi pemimpin dengan orang lain apa yang

diperlukan dan menentukan kondisi dan penghargaan yang akan diterima orang lain jika

mereka memenuhi persyaratan tersebut. Kepemimpinan transformasional,

bagaimanapun, mengangkat kepemimpinan ke tingkat berikutnya. Kepemimpinan

transformasional melibatkan pengikut yang menginspirasi untuk berkomitmen pada visi

dan tujuan bersama untuk sebuah organisasi atau unit, menantang mereka untuk menjadi

pemecah masalah yang inovatif, dan mengembangkan kapasitas kepemimpinan

pengikut melalui pembinaan, pendampingan, dan penyediaan tantangan dan dukungan.

14
McCloskey, (2015) menerangkan kepemimpinan transformasional sebagai

proses menciptakan, mempertahankan dan meningkatkan kemitraan pemimpin-

pengikut, pengikut-pemimpin dan pemimpin-pemimpin dalam mengejar visi bersama,

sesuai dengan nilai-nilai bersama dan atas nama komunitas di mana para pemimpin dan

pengikut bersama-sama melayani. Dalam konteks proses pelayanan dan kemitraan ini,

baik pemimpin maupun pengikut, dan akhirnya seluruh masyarakat mengalami

peningkatan tingkat kesesuaian dengan etos, visi dan nilai-nilai masyarakat.

Terdapat empat faktor kepemimpinan transformasional menurut Northouse (2013),

yaitu:

1. Pengaruh Ideal atau Karisma Pengaruh ideal atau karisma mendeskripsikan

pemimpin yang bertindak sebagai teladan yang kuat bagi bawahan. Bawahan

menjadikan pemimpin sebagai contoh dalam perusahaan. Pemimpin sangat

dihargai dan dipercaya oleh bawahannya. Pemimpin memberi bawahan visi dan

pemahaman akan misi. Pada intinya, faktor ini mendeskripsikan individu khusus

yang ingin membuat orang lain mengikuti visi yang diutarakannya.

2. Motivasi yang Menginspirasi Faktor ini menggambarkan pemimpin yang

mengomunukasikan harapan tinggi kepada bawahan, menginspirasi melalui

motivasi dan menjadi bagian dalam visi bersama dalam perusahaan. Pada

praktiknya, pemimpin menggunakan simbol dan daya tarik emosional untuk

memfokuskan bawahan untuk melakukan lebih dari yang dilakukan sebelumnya

untuk kepentingan pribadi bawahan.

15
3. Rangsangan Intelektual Faktor ini mencakup kepemimpinan yang merangsang

bawahan untuk bersikap kreatif dan inovatif serta mendorong keyakinan dan

value yang dimiliki bawahan masing-masing. Jenis kepemimpinan ini

mendukung bawahan ketika berhadapan dengan masalah dan mengembangkan

cara inovatif dalam penyelesaiannya.

4. Pertimbangan yang Diadaptasi Faktor ini mewakili pemimpin yang memberikan

iklim yang mendukung, di mana pemimpin mendengarkan kebutuhan masing-

masing bawahan.Pemimpin bertindak sebagai pelatih dan penasihat dan secara

bersamaan mancoba untuk membantu bawahan untuk mewujudkan

keinginannya

3. Pengukuran kepemimpinan transformasional

Indikator dari kepemimpinan transformasional, (Morkevičiūtė dan

Endriulaitienė, 2020) adalah sebagai berikut:

1. Articulating a vision adalah mengidentifikasi peluang baru untuk unitnya dan

mengembangkan, mengartikulasikan, dan menginspirasi orang lain dengan visinya

tentang masa depan

2. Providing an appropriate model adalah semangat dari pihak pemimpin yang

memberi contoh bagi karyawan untuk diikuti yang konsisten dengan nilai-nilai yang

dianut pemimpin

3. Fostering the acceptance of group goals adalah semangat di pihak pemimpin yang

bertujuan untuk mempromosikan kerja sama di antara karyawan dan membuat

mereka bekerja sama menuju tujuan bersama.

16
4. High performance expectations adalah semangat yang menunjukkan harapan

pemimpin untuk keunggulan, kualitas, dan/atau kinerja tinggi di pihak pengikut.

5. Individualized support adalah sikap dari pihak pemimpin yang menunjukkan bahwa

dia menghormati pengikut dan memperhatikan perasaan dan kebutuhan pribadi

mereka.

6. Intellectual stimulation adalah perilaku dari pihak pemimpin yang menantang

pengikut untuk memeriksa kembali beberapa asumsi mereka tentang pekerjaan

mereka dan memikirkan kembali bagaimana hal itu dapat dilakukan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun penjelasan mengenai kesimpulan pada bab sebelumnya telah dijelaskan,

sehingga dapat ditarik kesimpulan seagai berikut:

1. Kepemimpinan transaksional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan

suatu proses pertukaran yang menyebabkan bawahan mendapat imbalan serta

membantu bawahannya mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan untuk

memenuhi hasil yang diharapkan seperti kualitas pengeluaran yang baik, penjualan

atau pelayanan yang lebih dari karyawan, serta mengurangi biaya produksi

2. Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana pemimpin dan

pengikut berusaha untuk memajukan satu sama lain untuk mencapai tingkat

motivasi dan etika tertinggi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, R. (2018). Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia: Teori dan Prakteknya.


Deepublish.
Assingkily, M. S., & Mesiono, M. (2019). Karakteristik Kepemimpinan
Transformasional di Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Relevansinya dengan Visi
Pendidikan Abad 21. MANAGERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(1),
147-168.
Awaru, O. T. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional dan
Transformasional Terhadap Kinerja Guru SMA di Kabupaten Sinjai. Jurnal
Ad'ministrare, 2(1), 27-35.
Budiwibowo, S. (2016). Pengaruh gaya kepemimpinan transaksional, transformasional
dan disiplin kerja terhadap kinerja guru (karyawan) di kota Madiun. Premiere
Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 4(02).
Dewi, N. K. C. K., & Widanaputra, A. G. P. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Motivasi Kerja Pada Perilaku Etis Manajer Koperasi. E-
Jurnal Akuntansi, 30(7), 1712-1724.
Italiani, F. A. (2013). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan
Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Departemen Sdm Pt. Semen Gresik
(Persero) Tbk. BISMA (Bisnis dan Manajemen), 6(1), 11-18.
Maatuku, F. (2018). Merenungkan Suatu Kepemimpinan Yang Efektif Dan
Implementasinya Dalam Organisasi. Tangkoleh Putai, 15(1), 29-56.
Margaretta, D. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan transformasional, gaya
kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan situasional terhadap
kinerja pegawai kantor camat Medan Baru.
McCloskey, M. W. (2015). What is transformational leadership. People Bethel
Education [Accessed: March 10, 2016] Available at: http://people. bethel.
edu/pferris/otcommon/TransformationalLeadership. pdf.

18
Morkevičiūtė, M., & Endriulaitienė, A. (2020). Explaining work motivation through
perceived transformational leadership: what to expect in a sample of female
employees?. Gender in Management: An International Journal, 35(6), 585-599.
Nasir, M. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional, Budaya Organisasi Dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai. Celebes Equilibrum Journal,
1(02), 1-11.
Northouse, P. G. (2013). Leadership: theory and practice. New Delhi: Sage.

Sagala, H. S., (2018). Pendekatan & Model Kepemimpinan. Prenada Media.


Syadzili, M. F. R. (2019). Polarisasi tahapan kepemimpinan transformatif pendidikan
Islam. Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 55-81.
Triyono, U. (2019). Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan:(Formal, Non
Formal, dan Informal). Deepublish.
Tun Huseno, S. E. (2021). Kinerja Pegawai: Tinjauan dari Dimensi Kepemimpinan,
Misi Organisasi, Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja. Media Nusa Creative
(MNC Publishing).

19

Anda mungkin juga menyukai