Anda di halaman 1dari 21

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 5


2.1. Landasan Teori .................................................................................................. 5
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan ........................................................................ 5
2.1.2. Perbedaan Kepemimpinan dengan Manajemen ...................................... 7
2.1.3. Gaya Kepemimpinan................................................................................. 8
2.1.4. Variabel Kepemimpinan ............................................................................ 10
2.1.5. Tipe-Tipe Kepemimpinan ......................................................................... 11
2.1.6. Ciri-Ciri Kepemimpinan ............................................................................ 15
2.1.7. Kualitas Kepemimpinan ........................................................................... 16
2.1.8. Syarat-Syarat Kepemimpinan .................................................................. 17
2.1.9. Keterampilan Pemimpinan ....................................................................... 19
2.2. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 19
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ....................................................................... 20
2.4 Hipotesis ............................................................................................................ 20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Agar aktivitas manajemen berjalan dengan baik, perusahaan harus memiliki
karyawan yang berpengetahuan dan berketerampilan tinggi serta usaha untuk mengelola
perusahaan seoptimal mungkin sehingga kinerja karyawan meningkat.
Sonny Sumarsono (2003, h 4), Sumber Daya Manusia atau human recources
mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan
dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan
oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian
kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha
kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai
kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan atau masyarakat.
Pendapat ahli selanjutnya ialah berdasarkan Tadjuddin Noer Effendi (1995, h 3), beliau
berpendapat bahwa sumber daya manusia adalah segala hal yang menyangkut dimensi,
kualitas atau jumlah karakertistik, dan persebaran atau penduduk. Walaupun upaya untuk
menyatukan pengertian pengembangan sumber daya manusia telah banyak dilakukan oleh
para ahli, masih saja terdapat beberapa pendapat yang berbeda mengenai pengertian dari
pengembangan sumber daya manusia ini. Hal ini tidak tertutup kemungkinan atas
ketidaksamaan arti dari pengembangan sumber daya muncul sebagai akibat faktor
perbedaan setiap negara mempunyai pengertian yang disesuaikan dengan kepentingan dan
keadaan di setiap Negara masing- masing.
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan
tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan
sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya (Hersey and Blanchard, 1993).
Kinerja karyawan mempunyai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan yang tepat akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berprestasi. Sukses

1
tidaknya karyawan dalam prestasi kerja dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
atasannya (Regina, 2010).
Gaya kepemimpinan menjadi faktor pertama dalam meningkatkan kinerja secara
berkelanjutan. Pada proses ini pemimpin mempunyai peran yang besar dalam menentukan
pelaksanaan organisasi suatu perusahaan. Seorang pemimpin dituntut untuk memberikan
arahan yang jelas terhadap visi dan misi organisasi tersebut, dan mampu menjalankan
organisasi dengan baik agar hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
oleh perusahaan.
Selain faktor dari kepemimpinan, faktor lain adalah motivasi yang diberikan kepada
pegawai. Motivasi dapat mendorong seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaan
secara optimal sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh seorang pemimpin dalam
menciptakan suasana kerja yang kondusif dalam perusahaan. Daya dorongan tersebut
adalah motivasi.
Susanty (2012) dan Erza (2011) menyebutkan motivasi kerja berpengaruh positif
terhadap disiplin kerja, gaya kepemimpinan berpengaruh positif secara signifikan terhadap
disiplin kerja, dan disiplin tersebut berpengaruh positif secara signifikan kinerja. Motivasi
kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap suatu organisasi dalam perusahaan, seperti
yang telah diungkapkan oleh Hasibuan (2011), bahwa motivasi dapat meningkatkan
produktivitas, kedisplinan, dan dapat mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan
terhadap tugas-tugasnya.
Selain faktor gaya kepemimpinan dan moltivasi kerja, faktor lain yang berpengaruh
terhadap kinerja adalah disiplin kerja. Menurut Veitzal Rivai ( 2004:444 ) mengungkapkan
bahwa Kedisiplinan adalah suatu alat yang digunakan oleh para menajer untuk
berkomunikasi dengan para karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang
menaati semua peraturan perusahaan dan norma sosial yang berlaku.
Gaya kepemimpinan menjadi salah satu pendorong dalam meningkatkan kinerja
pegawai. Karena seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk
mengelola bawahannya. Di sisi lain aspek motivasi kerja juga menjadi aspek yang penting
dalam kinerja pegawai, dimana dalam jaman globalisasi sekarang ini tentunya kebutuhan
setiap pegawaikan semakin bertambah seiring perkembangan jaman. Kinerja pegawai juga
sangat bergantung kepada sejauh mana disiplin yang telah dilakukan oleh karyawan.
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas dan melihat pentingnya gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan harapan pegawai, motivasi kerja dan disiplin kerja

2
dalam menentukan keberhasilan kinerja pegawai, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan”

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah gaya kepemimpinan partisipatif berpengaruh terhadap kinerja pegawai?
2. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
3. Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai?

1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan
adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai.
2. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai.
3. Untuk menganalisi pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai.

1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Sebagai refrensi dan bahan pertimbangan khususnya untuk pengembangan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya meningkatkan kinerja pegawai.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi perusahaan dalam meningkatkan
kinerja pegawai dan menentukan kebijakan secara tepat guna mencapai
produktivitas kerja perusahaan.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dengan refrensi
bacaan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan topic yang
sejenis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik
maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga
menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan
di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.

Menurut Wahjosumidjo (2005: 17) kepemimpinan di terjemahkan kedalam


istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola, interaksi,
hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif,
dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh. Miftah Thoha (2010:9)
kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni
memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan
oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Menurut C. Turney (1992) dalam
Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu
group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan
sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik
manajemen.

George R. Terry (Miftah Thoha, 2010:5) mengartikan bahwa Kepemimpinan


adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku - pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

A. Dale Timple (2000: 58) mengartikan Kepemimpinan adalah proses pengaruh


sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam

4
usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan seorang
pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari sebuah organisasi.
Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat berpengaruh bagi nama besar organisasi.

Menurut Sudarwan Danim (2004: 56) kepemimpinan adalah setiap perbuatan


yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya
untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori
memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut sebagai
pemimpin. Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan
segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Secara sederhana pemimpin yang
baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya
mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

Menurut Kartini Kartono (2003: 48) mengemukakan kepemimpinan sebagai


berikut:

Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi situasi khusus. Sebab
dalam satu kelompok yang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, dan punya tujuan serta
peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya itu merupakan
fungsi dari situasi khusus tadi. Jelasnya sifat-sifat utama dari pemimpin dan
kepemimpinannya harus sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya, juga bersangkutan,
serta cocok- pas dengan situasi dan zamannya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara


seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tententu
sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang
pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam

5
menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul
kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain,
efektif atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana kemampuannya
dalam mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan
kondisi organisasi tersebut.

2. Perbedaan Kepemimpinan dengan Menejemen

Pada hakekatnya kepemimpinan mempunyai pengertian yang agak luas


dibandingkan dengan menejemen. Menejemen merupakan jenis pemikiran yang khusus
dari kepemimpinan di dalam usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan
kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai tujuan organisasi atau kelompok,
dan bisa saja sama atau selaras atau tidak selaras dengan tujuan organisasi.

Menurut Miftah Thoha (2010:8) menejemen adalah sebuah proses pencapaian


organisasi lewat usaha orang-orang lain. Dalam menejemen terdapat suatu aturan dan
tata krama tertentu, sehingga kepemimpinan dalam menejemen akan diatur sesuai
ketentuan yang berlaku. Seseorang yang mengatur menejemen biasa disebut menejer.
Menejer menduduki jabatan sruktural melalui seleksi dan periode masa jabatan yang
sudah diatur dalam organisasi.

Menurut Sudarwan Danim (2004: 56) kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam kepemimpinan tidak
dibatasi oleh aturan-aturan dan tata krama dalam suatu organisasi. Kepemimpinan
bisa terjadi dimana saja, asalkan orang tersebut dapat menunjukkan kemampuannya
dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu. Seseorang yang bisa mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu
bisa di sebut dengan pemimpin.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan seorang menejer dapat saja berperilaku sebagai
seorang pemimpin, asalkan dia mampu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menjabat sebagai menejer jika
ingin mempengaruhi orang lain. Jadi seorang pemimpin belum tentu menejer, tetapi
seorang menejer bisa saja berperilaku sebagai pemimpin.

6
3. Gaya Kepemimpinan

Menurut Mifta Thoha (2010: 49) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku
yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Macam-macam gaya kepemimpinan antara lain :

a. Gaya Kepemimpinan Otokratik


Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) kata otokratik diartikan sebagai
tindakan menurut kemauan sendiri, setiap produk pemikiran dipandang benar,
keras kepala, atau rasa aku yang keberterimaannya pada khalayak bersifat
dipaksakan. Kepemimpinan otokratik disebut juga kepemimpinan otoriter.

Mifta Thoha (2010: 49) mengartikan kepemimpinan otokratis sebagai


gayayang didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. Jadi
kepemimpinan otokratik adalah kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang
pemimpin dengan sikapnya yang menang sendiri, tertutup terhadap saran dari
orang lain dan memiliki idealisme tinggi.

Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) pemimpin otokratik


memiliki ciri-ciri antara lain:

1. Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pemimpin.


2. Bawahan, oleh pemimpin hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh
memberikan ide-ide baru.
3. Bekerja dengan disiplin tinggi, belajar keras, dan tidak kenal lelah.
4. Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah sifatnya hanya
penawar saja.
5. Memiliki kepercayaan yang rendah terhadap bawahan dan kalaupun
kepercayaan diberikan, didalam dirinya penuh ketidak percayaan.
6. Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah.
7. Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) kepemimpinan demokratis bertolak
dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan-tujuan yang

7
bermutu tercapai.Mifta Thoha (2010: 50) mengatakan gaya kepemimpinan
demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para pengikut
dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Menurut Sudarwan Danim (2004: 76) pemimpin demokratis memiliki


ciri-ciri antara lain:

1. Beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama personalia


organisasi itu.
2. Bawahan, oleh pemimpin dianggap sebagai komponen pelaksana secara
integral harus diberi tugas dan tanggung jawab.
3. Disiplin akan tetapi tidak kaku dan memecahkan masalah secara bersama.
4. Kepercayaan tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan tanggung jawab
pengawasan
5. Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah.

c. Gaya Kepemimpinan Permisif

Menurut Sudarwan Danim (2004: 76) pemimpin permisif


merupakan pemimpin yang tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya
serba boleh. Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahannya, sehingga
bawahan tidak mempunyai pegangan yang kuat terhadap suatu permasalahan.
Pemimpin yang permisif cenderung tidak konsisten terhadap apa yang dilakukan.

Menurut Sudarwan Danim (2004: 77) pemimpin permisif memiliki ciri-ciri


antara lain:

1. Tidak ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri sendiri.
2. Mengiyakan semua saran.
3. Lambat dalam membuat keputusan.
4. Banyak “mengambil muka” kepada bawahan.
5. Ramah dan tidak menyakiti bawahan.
Dari pendapat di atasdapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukkan pemimpin dan
diketahui oleh pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi orang lain.
Gaya kepemimpinan antara lain gaya kepemimpinan otokratik, gaya
kepemimpinan demokratis, dan gaya kepemimpinan permisif. Jika dikaitkan

8
dengan Kepala Sekolah, maka Kepala Sekolah dapat menggunakan gaya
kepemimpinan tersebut dalam mempengaruhi guru maupun karyawan yang ada di
sekolah yang dipimpinnya. Namun gaya kepemimpinan yang tepat untuk
memotivasi kepala sekolah adalah gaya kepemimpinan demokratis. Hal ini
sesuai pendapat.Mifta Thoha (2010: 50) yang mengatakan gaya kepemimpinan
demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para pengikut
dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan gaya
demokrasi Kepala sekolah secara tidak langsung memotivasi guru agar
berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam kegiatan sekolah.

4. Variabel Kepemimpinan

Menurut Sudarmo dan Sudita dalam Sunyoto (2013: 35-36)kepemimpinan terdapat


lima variabel, yaitu:

a. Cara Berkomunikasi
Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan untuk itu
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar. Karena
dengan komunikasi yang baik dan lancar, tentu hal ini akan memudahkan bagi
bawahannya untuk menangkap apa yang dikehendaki oleh seorang pemimpin.
b. Pemberian Motivasi
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi yang
baik dan lancar tentu saja juga harus mempunyai kemampuan untuk memberikan
dorongan-dorongan atau motivasi kepada bawahannya. Perhatian seorang
pemimpin akan sangat berarti bagi bawahan, bahwa dari segi penghargaan
ataupun pengakuan sangat memberikan makna yang sangat tinggi bagi karyawan
atau bawahan.
c. Kemampuan Memimpin
Tidak setiap pemimpin mampun memimpin, karena yang berkenaan dengan
bakat seseorang untuk mempunyai kemampuan memimpin adalah berbeda-
beda. Hal ini dapat terlihat dalam gaya kepemimpinannya, apakah mempunyai
gaya kepemimpinan otokratik, partisipatif, ataubebas kendali.
d. Pengambilan Keputusan
Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta dan
peraturan yang berlaku di perusahaan serta keputusan yangdiambil tersebut

9
mampu memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik bahkan
mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan dari perusahaan.
e. Kekuasaan yang Positif
Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan
walaupun dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja harus
memberikan rasa aman bagi karyawan (bawahan) yang bekerja.

5. Tipe-Tipe Kepemimpinan

Menurut pendapat Siagian (2009: 74-83) ada lima tipe kepemimpinan yang ada
pada diri seorang pemimpin, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tipe Otoriter
Merupakan tipe seorang pemimpin yang tergolong sebagai orang yang
otoriter memiliki ciri-ciri yang pada umumnya negatif. Ciri-cirinya
sebagai berikut:
- Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan
organisasi hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan
organisasi adalah identik. Dengan demikian, yang
bersangkutan memandang dan memperlakukan organisasi sebagai
miliknya.
- Kegemarannya yang suka menonjolkan diri sebagai penguasa
tunggal dalam organisasi dan tidak dapat menerima adanya
orang lain dalam organisasi yang potensial menyaingi dirinya.
- Pemimpin yang otoriter biasanya dihinggapi sikap gila
kehormatan dan menggemari berbagai upacara atau
seremoni yang menggambarkan kehebatannya.
- Tujuan pribadinya sama dengan tujuan organisasi. Ciri ini
merupakan “konsekuensi” dari tiga ciri yang disebut terdahulu.
Dengan ciri ini timbul persepsi kuat dalam dirinya bahwa para
anggota organisasi mengabdi kepadanya.
- Karena pengabdian para karyawan dianggap sebagai pengabdian
yang sifatnya pribadi, loyalitas karyawan merupakan tuntutan
yang sangat kuat. Demikian kuatnya sehingga mengalahkan kriteria

10
kekayaan yang lain seperti kinerja, kejujuran, serta penerapan
norma-norma, moral dan etika.
- Pemimpin yang otoriter menentukan dan menerapkan
disiplin organisasi yang keras dan menjalankannya dengan sikap
yang kaku. Dalam suasana kerja seperti itu tidak ada
kesempatan bagi para bawahan untuk bertanya apalagi untuk
mengajukan pendapat atau saran.
- Seorang pemimpin yang otoriter biasanya menyadari bahwa
gaya kepemimpinannya itu hanya efektif jika yang
bersangkutan menerapkan pengendalian atau pengawasan yang
ketat. Karena itu, pemimpin yang demikian selalu berupaya
untuk menciptakan instrumen pengawasan sedemikian rupa
sehingga dasar ketaatan para bawahan bukan kesadaran, melainkan
ketakutan.
b. Tipe Paternalistik
Pengalaman para praktisi dan penelitian para ahli menunjukkan bahwa
banyak pejabat pemimpin dalam berbagai jenis oraganisasi termasuk
organisasi bisnis tergolong pada tipeini. Berbagai ciri-ciri yang menonjol
adalah sebagai berikut:
- Penonjolan keberadaanya sebagai simbol organisasi.
Seorang pemimpin yang paternalistik senang untuk menonjolkan
diri.
- Sering menonjolkan sikap paling mengetahui. Karena itu, dalam
praktik tidak jarang menunjukkan gaya“menggurui” dan, bahwa
para bawahannya harus melaksanakan apa yang diajarkannya
itu. Dengan kata lain, dengan ciri ini, seorang pemimpin tidak
membuka pintu atau memberikan kesempatan bagi para
karyawannya untuk menujukkan kreativitas dan inovasinya.
- Memperlakukan para karyawan sebagai orang-orang yang
belum dewasa, bahwa seolah-olah mereka masih anak-anak.
Seorang pemimpin yang tergolong dalam tipe paternalistik
tidak akan mendorong kemandirian para karyawannya karena
tidak ingin mereka berbuat kesalahan yang pada akhirnya akan
berakibat pada kerugian bagi organisasi.

11
- Sifat melindungi. Bersifat melindungi yang memiliki arti negatif
yaitu sikap seorang pemimpin yang tidak mendorong para
karyawannya untuk mengambil risiko karena takut akan timbul
dampak negatif bagi organisasi.
- Sentralisasi pengambilan keputusan. Artinya, pemimpinlah
yang menjadi pusat pengambilan keputusan, pelimpahan
wewenang untuk mengambil keputusan pada tingkat yang
lebih rendah dalam organisasi tidak akan terjadi.
- Melakukan pegawasan yang ketat.
c. Tipe Laissez Faire
Tipe ini ditandai oleh ciri-ciri yang mungkin dapat dikatakan “aneh” dan sulit
membayangkan situasi organisasional dimana tipe ini dapat digunakan secara
efektif. Ciri-ciri yang menonjol ialah:
- Gaya santai yang berangkat dari pandangan bahwa organisasi
tidak menghadapi masalah yang serius dan kalaupun ada, selalu
dapat ditemukan penyelesaiannya.
- Pemimpin tipe ini tidak senang mengambil risiko.
- Tipe ini gemar melimpahkan wewenang kepada para karyawan
dan lebih menyenangi situasi bahwa para karyawan yang
mengambil keputusan dan keberadaannya dalam organisasi lebih
bersifat suportif.
- Enggan mengenakan sanksi-sanksi yang keras terhadap
para karyawannya yang menampilkan perilaku menyimpang,
tetapi sebaliknya senang “mengobral pujian”.
- Memperlakukan karyawan sebagai rekan dan karena itu
hubungan yang bersifat hierarkis tidak disenanginya.
- Keserasian dalam interaksi organisasional dipandang sebagai
etos yang perlu dipertahankan.
d. Tipe Demokratik
Tidak sedikit orang yang mendambakan atasan yang tergolong sebagai
pemimpin yang demokratik. Bahkan ada pendapat yang mengatakan
bahwa tipe inilah yang ideal. Ciri-cirinya antara lain:

12
- Mengakui harkat dan martabat manusia. Dengan demikian,
berupaya untuk selalu memperlakukan para bawahan dengan
cara-cara yang manusiawi.
- Menerima pendapat yang mengatakan bahwa sumber daya
manusia merupakan unsur yang paling strategik dalam
organisasi meskipun sumber daya dan dana lainnya tetap diakui
sebagai sumber yang penting, seperti uang atau modal, mesin,
materi, metode kerja, waktu dan informasi yang kesemuanya
hanya bermakna apabila diolah dan digunakan oleh manusia,
misalnyamenjadi produk untuk dipasarkan kepada para konsumen
yang memerlukannya.
- Para karyawannya adalah insan dengan jati diri yang khas dan
karena itu harus diperlakukan dengan mempertimbangkan
kekhasannya itu.
- Pemimpin yang demokratik tangguh membaca situasi yang
dihadapi dan dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya
dengan situasi tersebut.
- Gaya kepemimpinan yang demokratik rela dan mau
melimpahkan wewenang pengambilan keputusan kepada
para karyawannya sedemikian rupa tanpa kehilangan kendali
organisasional, dan tetap bertangung jawab atas tindakan para
karyawannya itu.
- Mendorong para karyawannya untuk mengembangkan
kreativitas mereka.
- Tidak ragu untuk membiarkan para karyawannya mengambil
risiko dengan catatan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh telah diperhitungkan dengan matang.
- Pemimpin yang demokratik bersifat mendidik dan membina,
dalam hal bawahan berbuat kesalahan dan tidak serta-merta
bersifat menghukum.
e. Tipe Kharismatik
Ciri utama pemimpin tipe kharismatik yaitu bahwa ia mempunyai daya
tarik kuat bagi orang lain sehingga orang lain itu bersedia mengikutinya

13
tanpa selalu bisa menjelaskan apa penyebab kesediaan itu. Ciri-
ciripemimpin dengna tipe kharismatik adalah sebagai berikut :
- Percaya diri yang besar, yang mempunyai arti para pemimpin
yang kharismatik memiliki keyakinan yang mendalam
tentang kemampuannya, baik dalam arti berpikir maupun bertindak.
- Mempunyai visi. Seperti dimaklumi, visi adalah rumusan
tentang masa depan yang diinginkan bagi organisasi yang
berperan selaku memberi arah yang akan ditempuh di masa depan
dan pedoman untuk bergerak.
- Kemampuan untuk mengartikulasikan visi. Dalam dunia
manajemen bahwa visi dinyatakan oleh pemimpin harus
menjadi milik setiap orang dalam organisasi. Hal itu dilakukan
melalui proses sosialisasi yang sistematik sehingga terjadi
internalisasi dalam diri apra anggota organisasi dan
dengan demikian siap dan mampu
mengaktualisasikannnya dalam kehidupan sehari-hari.
- Keyakinan yang kuat tentang tepatnya visi yang
dinyatakannya kepada para bawahan. Seorang pemimpin
yang kharismatik dipersepsikan sebagai seorang yang bersedia.

6. Ciri-Ciri Kepemimpinan

Seorang pemimpin paling sedikit harus memimpin bawahan untuk mencapai


tujuan organisasi, mampu menangani hubungan antar karyawan, mempunyai
interaksi antarpersonel yang baik, mempunyai kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri
dengan keadaan.

Menurut Samsudin (2009: 293-294), ada beberapa sifat pemimpin yang berguna dan
dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

- Keinginan untuk Menerima Tanggung Jawab


Seorang pemimpin yang menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan
berarti bersedia bertanggung jawab pada pimpinannya atas segala yang dilakukan
bawahannya
- Kemampuan untuk “Perceptive”

14
Perceptiveadalah menunjukkan kemampuan untuk mengamati atau
menemukan kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan harus
mengenal tujuan organisasi sehingga ia dapat bekerja untuk membantu
mencapai tujuan tersebut.
- Kemampuan Bersikap Objectif
Objectivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau
merupakan perluasan dari kemampuan persepsi. Objektivitas
membantupimpinan untuk meminimumkan faktor-faktor emosional dan
pribadi yang mungkin mengaburkan realitas.
- Kemampuan untuk Menentukan Prioritas
Kemampuan ini sangat diperlukan karena pada kenyataannya masalah-masalah
yang harus dipecahkan bukan datang satu per satu, melainkan datang bersamaan
dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
- Kemampuan untuk Berkomunikasi
Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan
bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemberian perintah dan penyampaian
informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai.

7. Kualitas Kepemimpinan

Menurut Rivai (2009: 823) ada beberapa kualitas kepemimpinan yang mungkin
dapat diusahakan dalam penyeleksian manajer-manajer dan dikembangkan dalam
mempersiapkan manajer bagi pelaksanaan tugas masa depan. Para pemimpin lazimnya
berbeda dalam hal:

- Menentang status quo yaitu mereka dengan rasa ingin tahu yang besar, berani,
terang-terangan, dan bertindak untuk mengubah yang sudah dilakukan.
- Terinspirasi visi yang tersebar yaitu mereka meneriakkan misi, visi, seperangkat
sasaran yang tepat, dan berkelakuan dengan cara yang konsisten bersama
karyawan.
- Membantu yang lain mengambil tindakan yaitu merka memberikan bimbingan
dan sumber serta pekerjaan ke arah pemberian wewenang yang lain untuk
bertindak menurut cara mereka sendiri.
- Menanggulangi kerancuan, ketidakpastian dan kompleksitas yaitu mereka
bertindak secara menyenangkan dalam organisasi yang fleksibel dan berubah.

15
- Sungguh-sungguh perhatian terhadap orang-orang yaitu mereka sensitive pada
orang-orang, mereka mendengarkannya, memberi mereka perhatian, dan menjaga
agar mereka termotivasi.
- Menyadari diri sendiri yaitu mereka tahu kekuatan dan keterbatasan mereka
sendiri dan memiliki tingkat kerendahan hati yang mendorong untuk belajar
terus.

8. Syarat-Syarat Kepemimpinan

Menurut Hamalik (2007: 170-172) untuk menjadi seorang pemimpin haruslah


memenuhi beberapa syarat, yaitu diantaranya:

A. Karakteristik Manajemen
Manajer adalah pemimpin dalam suatu organisasi. Dia harus
mampu melaksanakan pekerjaannya dan menggerakkan semua sumber
yang tersedia guna mencapai tujuan organisasinya. Tugasnya sebagai
manajer atau pemimpin pada gilirannya mempersyaratkan karakteristik
tertentu yang harus terpenuhi adalah:
- Memiliki kondisi badan yang sehat.
- Memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas.
- Memiliki keyakinan, bahwa organisasi yang dipimpinnya akan
berhasil mencapai tujuannya.
- Memiliki pemahaman yang jelas tentang hakikat dankeunikan
tujuan organisasi.
- Memiliki daya kerja dan antusias yang besar atas pekerjaannya.
- Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
- Memiliki sikap yang objektif dan rasional.
- Memiliki sikap dan tindakan yang adil dalam
memperlakukan bawahan.
- Menguasai prinsip-prinsip hubungan antarmanusiawi.
- Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
- Memiliki kemampuan bertindak sebagai penasihat atau pembimbing
bagi bawahan dan rekan kerjanya.
- Memiliki gambaran yang menyeluruh terhadap semua aspek
kegiatan organisasi

16
B. Tingkah Laku Kepemimpinan

Tingkah laku kepemimpinan tentunya dapat dipelajari asalkan


manajer bersangkutan mau belajar. Pemimpin yang efektif perlu
mempelajari kebutuhan kelompok dalam situasi tertentu dan bersikap
luwes, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada,
disamping perlunya kerjasama dengan anggota kelompok dalam
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang penting.

C. Kepemimpinan dan Pembuatan Keputusan


Pembuatan keputusan terdiri dari dua alternatif, yakni alternatif
pembuatan keputusan masalah-masalah pribadi dan alternatif pembuatan
keputusan masalah kelompok. Alterntif pertama dilkakukan dengan cara
membuat keputusan berdasarkan informasi yang dimiliki sendiri, atau
berdasarkan informasi dari bawahan, atau menyebarkan masalah kepada
bawahan untuk memperoleh gagasan dan saran atau menyebarkan
masalah kepada seorang bawahan, lalu bersama-sama menganalisis dan
membuat keputusan atau mendelegasikan masalah kepada seorang
bawahan sambil melengkapinya dengan informasi yang serasi dan
memberinya tanggung jawab untuk memecahkan masalah.
Alternatif kedua, yakni masalah pokok diselesaikan dengan cara
memecahkan masalah sendiri atau memperoleh informasi dari bawahan
dan pemimpin yang memecahkannya, atau membagi masalah kepada
bawahan secara individual untuk memperoleh gagasan dan saran, atau
membagi masalah tersebut melalui pertemuan kelompok untuk
memperoleh gagasan dan saran, atau membagai masalah tersebut kepada satu
kelompok dan bersama pemimpin mencapai kesepakatan dalam
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.

9. Keterampilan Pemimpin

Menurut Sunyoto (2013: 39) para pemimpin menggunakan jenis


keterampilan yang berbeda yaitu:

a. Keterampilan Teknis (Technical Skill)

17
Keterampilan ini mengacu pada pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam
salah satu jenis proses atau teknik. Keterampilan ini merupakan ciri yang
menonjol dari prestasi kerja pada tingkat operasional, tetapi pada saat pegawai
dipromosikan pada tanggung jawab kepemimpinan, keterampilan teknis secara
proporsional menjadi kurang penting.
b. Keterampilan Manusiawi (Human Skill)
Keterampilan manusiawi adalah kemampuan bekerja secara efektif dengan
orang-orang dan membina kerja tim. Setiap pemimpin pada semua tingkat
organisasi memerlukan keterampilan manusiawi yang efektif. Ini merupakan
bagain penting dari perilaku pemimpin.
c. Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill)
Keterampilan konseptual adalah kemampuan untuk berpikir dan kaitannya
dengan model, kerangka, hubungan yang luas seperti rencana jangka panjang.
Keterampilan ini menjadi semakin penting dalam pekerjaan manajerial yang
lebih tinggi. Keterampilan konseptual berurusan dengan gagasan, sedangkan
keterampilan manusiawi berfokus pada orang dan keterampilan teknis pada benda.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dirangkum dalam
bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Rangkuman Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Hasil


Penelitian
1. Yan-Hong Leadership, China, Dengan meningkatnya
Yao Ying- Work Stress Transformational, level kepemimpinan
Ying Fan And leadership, Work transaksional, manajer
Yong-Xing Employee stress, akan lebih
Guo Yuan Li Behavior Transactional memperhatikan hasil
leadearship, kerja karyawan dan
Employee bawahannya cenderung
negative behavior, lebih peduli tentang
Open leadership penghargaan akhir.
2. Carmen Supervisory Servant Menunjukkan bahwa

18
Otero-Neira, Servant leadership, pengalaman kerja, usia,
Concepcion Leadership Perceived dan jenis kelamin
Varela-Neira, And organizational memiliki signifikan
Belen Bande Employee’s support, berpengaruh pada kinerja
Work Role Organizational anggota organisasi.
Performance identification,
Work role
performance

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

Yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah:

Kepemimpinan (X)

 Kemampuan Analitis Kinerja (Y)


 Keterampilan
 Kuantitas
Berkomunikasi
 Kualitas
 Keberanian
 Ketepatan Waktu
 Kemampuan Mendengar
 Ketegasan

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dari kerangka pemikiran yang dikemukakan maka


dapatdiajukan hipotesis penelitian bahwa kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada perusahaan.

19

Anda mungkin juga menyukai