Anda di halaman 1dari 16

SEMINAR SDM

ETIKA, KEBERLANJUTAN, KERAGAMAN, DAN INKLUSI


Makalah Yang Ditulis Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Seminar
Manajemen Sumber Daya Manusia

Disusun oleh :

Kelompok 7

Riza Ghani 2010111201

Muhammad Alfarobi 2010111205

Muhammad Radja Vito Ramadhan 2010111204

Yosafat Kharisma Mahatma Gani 2010111222

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada kelompok kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Manajemen Sumber
Daya Manusia dan untuk mengetahui materi mengenai Etika, Keberlanjutan, Keragaman, dan
Inklusi. Kami berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca,
khususnya bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Faisal Marzuki, M. Pd, selaku dosen
pengampu mata kuliah Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia atas tugas yang telah
diberikan yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami serta bimbingannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Jakarta, 13 November 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Definisi Etika....................................................................................................................3
2.2 Faktor Dalam Kode Etik...................................................................................................4
2.2.1 Menciptakan dan Memelihara Organisasi Etis………………..……………...
……..4
2.2.2 Manajer Menghadapi Pertanyaan Etis……...………………..……………………..5
2.2.3 Diskriminasi Terbalik……………….……...………………..……………………..6
2.2.4 Keanekaragaman dan Inklusi Tenaga Kerja..………………..……………………..6
2.2.5 Keragaman Demografis………………….....………………..……………………..6
2.2.6 Manfaat Tenaga Kerja yang Beragaman dan Inklusif…...…..……………………..7
2.2.7 Inovasi dan Kreativitas……………...……...………………..……………………..7
2.2.8 Tantangan Keanekaragaman dan Inklusi…..………………..……………………....8
2.3 Konsep Pekerjaan yang Setara, Tindakan Afirmatif, Keragaman, Inklusi.......................8
2.3.1 Kesempatan Kerja yang Setara dan Tindakan Afirmatif….....……………………..8
2.4 Kasus Bisnis untuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan..................................................9
2.5 Meninjau Konsep Keberlanjutan Dalam Konteks Bisni.................................................10
BAB III PENUTUP......................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pekerjaan, selain kemampuan dan pengetahuan, etika merupakan salah satu
hal yang juga dipenting untuk dimiliki oleh setiap karyawan dan semua sdm yang ada di
perusahaan. Etika mencerminkan bagaimana seseorang berperilaku dalam kesehariannya dan
juga dapat menentukan pandangan dari orang lain mengenai dirinya. Di negara kita, etika
merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi karena negara kita mempunyai keberagaman yang
banyak.
Diversity/Keberagaman dapat ditemukan di banyak tempat kerja dan organisasi dalam
negeri dan global, dan manajer di tempat-tempat kerja tentunya mencari cara untuk menghargai
dan mengembangkan keberagaman itu. Namun, sebelum kita melihat apa yang diperlukan untuk
mengelola keberagaman, pertama kita harus tahu apa keberagaman di tempat kerja dan mengapa
hal itu penting.
Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak
keragaman dimana masyarakatnya berasal dari latar belakang berbagai pendidikan, agama, suku,
bahasa, budaya dan tradisi. Hal ini tentunya mempengaruhi nilai dan pola pikir setiap individu
dari berbagai latar belakang tersebut. Perusahaan yang memiliki karyawan dengan keragaman ini
akan semakin kompleks lagi apabila perusahaan itu merupakan perusahaan multinasional,
dimana masuknya pemodal atau investor luar negeri menjadi salah satu pembawa masuknya
tenaga kerja asing, yang pada akhirnya menjadi sebuah potensi bertambahnya keragaman dalam
sebuah perusahaan, dalam artian positif maupun negatif.
Penerapan manajemen keragaman (diversity) di Indonesia dipandang sangat perlu, selain
disebabkan oleh semakin banyaknya perusahaan multinasional yang ada di Indonesia, juga
disebabkan oleh keragaman yang berasal dari Indonesia sendiri. Dengan dikelolanya dengan baik
keragaman yang ada di Indonesia, diharapkan dapat mencegah konflik dan memaksimalkan
keunggulan-keunggulan yang dapat diperoleh dari keragaman sumber daya manusia yang
ada(Anam et al., 2021).
Pengelolaan keragaman dalam mencegah konflik dapat dikatakan sebagai tindakan
inklusi yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan baiknya mengetahui perbedaan latar
belakang dan karakteristik yang dimiliki oleh setiap karyawannya untuk mencegah terjadinya
konflik. Oleh karena itu, etika, keberlanjutan, dan keragaman dapat dibarengi dengan adanya
suatu inkklusi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa istilah etika dengan menyatakan unsur-unsur umum dari definisi?
2. Apa saja faktor yang diperlukan dalam kode etik yang baik?
3. Bagaimana konsep kesempatan kerja yang setara, tindakan afirmatif, keragaman, dan inklusi?
4. Bagaimana “kasus bisnis” untuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)?
5. Bagaimana konsep keberlanjutan dalam konteks bisnis?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan memahami istilah etika dengan menyatakan unsur-unsur umum dari
definisi
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang diperlukan dalam kode etik yang baik
3. Untuk mengetahui dan memahami konsep kesempatan kerja yang setara, tindakan afirmatif,
keragaman, dan inklusi
4. Untuk mengetahui dan memahami “kasus bisnis” untuk tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR)
5. Untuk mengetahui dan memahami konsep keberlanjutan dalam konteks bisnis

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan penulisan di atas, kami sebagai penulis berharap agar isi dari makalah
ini dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Akademik
Pada penulisan makalah ini akan mengupas lebih dalam materi Etika, Keberlanjutan,
Keragaman, dan Inklusi dalam manajemen sumber daya manusia di perusahaan. Perlunya
memperhatikan etika dalam menghadapi keberagaman menjadi hal penting dalam suatu
perusahaan. Dengan adanya materi ini, manfaat akademik bagi khususnya sebagai
mahasiswa dapat mempersiapkan diri dan membekalkan diri dalam mengahadapi
keberagaman di tempat kerja nanti.
Bagi pihak pembaca lain, diharapkan penulisan makalah ini dapat menjadi acuan
penulisan selanjutnya sehingga pengetahuan dalam disiplin ilmu manajemen sumber daya
manusia dapat berkembang dan memberi kontribusi yang positif untuk berbagai pihak.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa kontribusi
pemikiran terkait Etika, Keberlanjutan, Keragaman, dan Inklusi. Dengan ini, tidak akan
terjadinya kriminalisasi ras atau sebagainya di lingkungan kerja.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika
Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani ethos yang artinya tampak dari suatu
kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi perspektif objeknya adalah perbuatan, sikap, atau
tindakan manusia. Pengertian etika secara khusus adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu
individu dalam lingkungan pergaulannya yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah laku
yang dianggap benar(Baiti et al., 2020).
Sedangkan pengertian etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara
yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan
tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu
di dalam bermasyarakat.
Etika adalah gagasan menilai kebenaran atau kebaikan tindakan sosial berdasarkan tradisi
yang dimiliki oleh individu dan kelompok. [1] Etika terbentuk melalui proses filosofis,
menjadikannya bagian dari filsafat. [2] Moralitas adalah hal utama yang membuat etika. [3]
Etika hanya mengatur bagaimana manusia bertindak dan tidak mempertimbangkan kondisi
fisiknya. [4] Ruang lingkup etika meliputi kajian dan penerapan konsep benar, salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.
Berikut ini adalah penjabaran secara singkat mengenai pengertian etika dari beberapa
ahli, yaitu :.
 Aristoteles
Aristoteles merupakan seorang filsuf asal Yunani dan murid dari Plato berpendapat
dengan membagi etika menjadi 2 pengertian, yakni Terminius Technicus dan Manner and
Cutom. Terminius Technicus merupakan etika sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
problema tingkah laku atau perbuatan individu (manusia), sedangkan Manner and Cutom
merupakan pengkajian etika berkaitan dengan tata cara dan adat yang melekat dalam diri
individu, serta terkait dengan baik dan buruknya tingkah laku, perbuatan, ataupun perilaku
individu tersebut.

 W. J. S. Poerwadarminta
Wilfridus. J. S Poerwadarminta merupakan salah satu tokoh sastra Indonesia,
mengemukakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan terkait perbuatan dan perilaku manusia
dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya yang ditentukan oleh manusia pula.

 Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja


Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja merupakan salah satu tokoh pendidikan di Indonesia,
memberikan definisi bahwa etika adalah suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan, dan juga
pijakan pada suatu perilaku atau perbuatan manusia.

3
 Louis O. Kattsoff
Kattsoff memberikan pandangan bahwa etika pada hakikatnya lebih cenderung berkaitan
dengan asas-asas pembenaran dalam relasi tingkah laku antar manusia.

 H. A Mustafa
H. A. Mustafa mengemukakan pengertian etika adalah ilmu yang menelaah suatu tingkah
laku atau perbuatan manusia dari segi baik dan buruknya dengan memperhatikan perilaku
manusia tersebut sejauh yang diketahui oleh akal pikiran manusia.

2.2 Faktor yang Diperlukan Dalam Kode Etik


Setiap budaya mendorong hidup secara etis. Tindakan etis adalah mematuhi kode etik.
Nilai adalah ide dasar kita tentang benar dan salah atau baik dan buruk. Budaya dan masyarakat
kita membentuk nilai-nilai. Meskipun cita-cita berbeda dari budaya ke budaya, konsepsi baik dan
salah ada di setiap budaya. Tujuan utama dari kode etika adalah untuk mendefinisikan tentang
perusahaan dan membuatnya jelas bahwa perusahaan didasarkan pada kejujuran dan keadilan.
Nilai-nilai diterapkan secara mendasar melalui prinsip-prinsip. Untuk membuat
serangkaian aktivitas yang dianggap etis, penting untuk menerapkan prinsip pada keadaan
tertentu. Salah satu ilustrasinya adalah menjunjung tinggi integritas moral. Ini jelas didasarkan
pada penggunaan prinsip kejujuran dan integritas. Memperlakukan semua karyawan dengan adil
adalah ilustrasi lain yang sejalan dengan nilai kesetaraan.
Kode etik harus mendapat dukungan dari manajemen, dan terutama manajemen puncak,
agar berjalan secara efektif. Manajer dan karyawan akan mengikuti jika manajer senior tidak
memperhatikan kode etik. Selain itu, kita harus mempromosikan pelaporan aktivitas tidak etis
untuk membantu manajemen. Kode tersebut harus berisi prosedur dan aturan pintu terbuka yang
mengizinkan pelaporan masalah etika secara anonim. Prosedur ini membantu manajemen dalam
menegakkan dan memelihara kode etik di perusahaan(Kelananingrum, 2017).

2.2.1 Menciptakan dan Memelihara Organisasi Etis


Kode etik adalah titik awal yang baik untuk menjaga etika perusahaan, manajer
juga harus bertindak secara etis saat mereka memimpin. Tetapi apakah keputusan (etis)
yang tepat biasanya yang paling jelas? Sayangnya, tidak sesederhana itu. Orang-orang
yang berinteraksi dengan kita terus memberi kita kesempatan untuk bertindak tidak etis
dengan memberi kita keuntungan pribadi yang menguntungkan kita tetapi tidak

4
menguntungkan perusahaan, seperti dengan memberi kita hadiah. Kita perlu melihat apa
yang dapat dilakukan manajer berdasarkan wewenang, tanggung jawab, dan akuntabilitas
untuk memahami apa yang harus dilakukan manajer dalam keadaan seperti itu.
Otoritas
Kemampuan untuk mengeluarkan perintah, menegakkan kepatuhan, membuat
keputusan, dan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi dikenal
sebagai otoritas. Dengan adanya otoritas, manajer memiliki kekuatan untuk
menginstruksikan bawahan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana
menggunakan sumber daya organisasi.
Tanggung jawab

2.2.2 Manajer Menghadapi Pertanyaan Etis di Keseharian


Untuk menghindari perilaku yang tidak etis, kita harus terus menerapkan prinsip-
prinsip otoritas, tanggung jawab, dan akuntabilitas. Dengan melakukan ini, kita akan
mendapatkan rasa hormat dari rekan kerja kita dan kepercayaan dari organisasi.
Penggunaan yang tepat dari aset perusahaan serta apa yang dianggap sebagai
penyelewengan harus dipahami. Beberapa masalah etika paling umum yang dihadapi
manajer dan perusahaan sebagai berikut
Penyuapan
Suap adalah pembayaran yang dilakukan dengan maksud membujuk seseorang
untuk mengambil tindakan yang akan menguntungkan satu pihak atau organisasi dengan
mengorbankan pihak lain atau pembuat keputusan lainnya.
Korupsi Pembayaran kepada Pejabat Pemerintah
Jenis pembayaran ini dimaksudkan untuk memungkinkan bisnis menghindari
pengawasan pemerintah atas operasi mereka atau untuk mendukung aktivitas perusahaan
yang diinginkan, seperti pembangunan pabrik baru di lokasi yang berpengaruh terhadap
lingkungan.
Keputusan manajerial dapat berdampak pada siapa yang dipekerjakan, dipecat,
atau dipromosikan serta pada gaji dan kondisi kerja. Pilihan-pilihan ini kemudian
berdampak pada turnover, absensi, dan produktivitas di dalam perusahaan (Ciptaining,
2017).

5
2.2.3 Diskriminasi Terbalik
Keputusan Bakke v. California tahun 1978 adalah dasar untuk konsep
diskriminasi terbalik, yaitu diskriminasi terhadap anggota kelompok mayoritas oleh suatu
organisasi, umumnya akibat kebijakan tindakan afirmatif dalam suatu organisasi.
Ada sejumlah tindakan afirmatif baru-baru ini keputusan di pengadilan federal.
Misalnya, Mahkamah Agung memerintahkan pengadilan yang lebih rendah untuk
mempertimbangkan kembali rencana penerimaan "sadar ras" di universitas-universitas
negeri Texas, dan itu juga menjunjung tinggi dukungan pemilih larangan tindakan
afirmatif di universitas Michigan.

2.2.4 Keanekaragaman dan Inklusi dalam Tenaga Kerja


Keanekaragaman hanyalah adanya perbedaan—dalam HRM, ia berhubungan
dengan berbagai jenis orang dalam suatu organisasi. Inklusi adalah praktik untuk
memastikan bahwa semua karyawan merasa mereka termasuk sebagai anggota organisasi
yang berharga. Keragaman dan menciptakan inklusi memberikan peluang, tetapi pada
saat yang sama, meningkatkan keragaman dalam angkatan kerja juga merupakan salah
satu masalah SDM dan organisasi yang paling menantang saat ini. Jadi, mari kita bahas
mengapa banyak organisasi menghargai kera

2.2.5 Keragaman Demografis


Amerika Serikat memiliki keragaman budaya di rumah sebagai negara yang
dihuni oleh imigran. Dengan popularitas pendidikan Amerika dan potensi pendapatan
yang lebih tinggi, Anda kemungkinan besar akan berinteraksi dengan orang-orang di
kampus dan di tempat kerja dari negara lain. Menurut Biro Sensus A.S.,60 populasi A.S.
terus tumbuh perlahan, dengan sekitar 328 juta orang pada tahun 2018, dan itu
berkembang pesat. Populasi Kaukasia menurun, karena ada lebih banyak kematian
daripada kelahiran. Pertumbuhan populasi berasal dari minoritas, dan Hispanik sekarang
menjadi kelompok minoritas terbesar. Hari ini, kelahiran minoritas sekarang menjadi
mayoritas. Sekitar tahun 2040, kurang dari setengah dari total populasi AS akan menjadi
Kaukasia. Pada tahun 2060, bule diperkirakan 43% dari populasi, dan satu dari tiga orang
(33%) akan menjadi Hispanik. Apa arti pergeseran ini bagi organisasi? Ini berarti

6
keragaman karyawan akan terus tumbuh dan kita harus menjadi lebih baik dalam
mengelola keragaman itu daripada sebelumnya.

2.2.6 Manfaat Tenaga Kerja yang Beragam dan Inklusif


Keragaman membantu meningkatkan penjualan, pendapatan, dan laba—dengan
kata lain, merangkul keragaman dan inklusi menciptakan peluang bisnis. Jika karyawan
tidak merasa dilibatkan, mereka umumnya tidak akan menempatkan nilai tinggi pada
keanggotaan organisasi dan tidak akan seproduktif mereka yang melakukannya. Ada
bukti bahwa perusahaan yang memperhatikan keragaman dan inklusi memperoleh
manfaat nyata dari karyawan dan pelanggan mereka, termasuk yang berikut:
a. Penghematan biaya karena perputaran yang lebih rendah, ketidakhadiran, dan
peningkatan produktivitas
b. Peningkatan tenaga kerja yang mengisi kekurangan tenaga terampil saat ini 1069
c. Memenangkan kompetisi untuk bakat yang beragam dengan menjadi lebih menarik
bagi wanita, kelompok minoritas, dan anggota tenaga kerja yang beragam
d. Peningkatan pelanggan karena memiliki karyawan yang beragam dengan kepekaan
budaya terhadap basis pelanggan yang beragam
e. Peningkatan citra perusahaan

2.2.7 Inovasi dan Kreativitas


Selain lima manfaat dari beragam tenaga kerja yang dibahas yang cenderung
berfokus pada operasi bisnis saat ini, keragaman juga mempengaruhi kemampuan untuk
mengembangkan produk dan proses yang kreatif dan berinovasi. Banyak bukti
menunjukkan bahwa keragaman membantu tim dan organisasi berkinerja lebih baik
dalam hal kreativitas, inovasi, pendapatan, dan keuntungan. Kreativitas adalah
kemampuan dasar untuk berpikir dengan cara yang unik dan berbeda dan menerapkan
proses berpikir tersebut pada masalah yang ada, dan inovasi adalah tindakan menciptakan
proses atau produk yang bermanfaat berdasarkan proses berpikir kreatif. Menjadi kreatif
dan menerapkan ide-ide tersebut untuk meningkatkan cara kerja proses bisnis untuk
meningkatkan produktivitas dan dengan menawarkan produk baru melalui inovasi
menghasilkan peningkatan pendapatan dan keuntungan(Budiharjo et al., 2017).

7
Sebuah kelompok yang beragam melihat masalah akan menganalisis masalah dari
arah yang berbeda dan dengan cara yang berbeda, dan akan menemukan lebih banyak
aspek masalah daripada satu orang atau kelompok kerja yang lebih homogen.
Kemampuan ini, yang disebut pemikiran divergen, diperlukan untuk menghasilkan solusi
kreatif untuk suatu masalah. Berpikir divergen adalah kemampuan untuk menemukan
banyak kemungkinan solusi untuk masalah tertentu, termasuk solusi unik yang belum
teruji.

2.2.8 Tantangan Keanekaragaman dan Inklusi


Beberapa hal dapat menyebabkan keragaman memecah organisasi alih-alih
membiarkannya menjadi lebih baik dan lebih kreatif. Masalah pertama adalah konflik.
Konflik hanyalah tindakan menentang yang lain. Konflik terjadi dalam interaksi antar
individu. Ada banyak alasan untuk konflik, tetapi biasanya lebih besar ketika orang
berbeda secara signifikan satu sama lain, yang berarti bahwa jika kita menciptakan tenaga
kerja yang lebih beragam, ada kemungkinan lebih besar untuk lebih banyak konflik.
Masalah besar kedua adalah kekompakan kelompokan (Ronal & Hotlin, 2019).
Kekompakan adalah suatu maksud dan keinginan anggota kelompok untuk tetap bersatu
dalam tindakannya. Dalam organisasi, kita telah belajar bahwa agar kelompok kerja
menjadi sebaik mungkin, kelompok harus menjadi kohesif. Para anggota harus belajar
untuk ingin menjadi bagian dari kelompok dan ingin berinteraksi dengan anggota
kelompok lainnya agar kelompok dapat tampil pada tingkat yang tinggi. Namun, semakin
banyak keragaman yang ada di dalam kelompok, semakin sulit untuk menciptakan
kekompakan yang diperlukan untuk kinerja tinggi. Jadi, kelompok yang lebih beragam
cenderung kurang kohesif—tidak selalu, tetapi sebagai aturan umum.

2.3 Konsep Pekerjaan yang Setara, Tindakan Afirmatif, Keragaman, dan Inklusi

2.3.1 Kesempatan Kerja yang Setara dan Afirmatif Tindakan


Kesempatan Kerja yang Setara Commission (EEOC) memberlakukan undang-
undang dan peraturan ketenagakerjaan federal dan negara bagian. Semua organisasi harus
mematuhi undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan. Namun, tindakan afirmatif,
dan inisiatif keragaman dan inklusi umumnya bersifat sukarela, karena kita membahas
perbedaannya di bagian ini.

8
Kesempatan kerja yang sama (EEO) adalah istilah yang berhubungan dengan
serangkaian undang-undang dan peraturan yang diberlakukan di tingkat pemerintah
federal dan negara bagian selama 45 tahun terakhir. Dengan demikian, seperti yang telah
dibahas, EEO sangat spesifik dan didefinisikan secara sempit dalam undang-undang
federal dan negara bagian. Di sisi lain, tindakan afirmatif diciptakan pada 1960-an
melalui serangkaian kebijakan di tingkat presiden dan legislatif di Amerika Serikat.
Tindakan afirmatif, kecuali dalam beberapa keadaan, tidak mempunyai akibat hukum.
Oleh karena itu, tindakan afirmatif adalah konsep yang jauh lebih luas
berdasarkan kebijakan dan perintah eksekutif (perintah dari presiden) untuk membantu
kelompok yang dilindungi secara hukum. Rencana aksi afirmatif telah meningkatkan
jumlah perempuan dan minoritas di beberapa pekerjaan dan kemajuan dalam manajemen
dan dengan demikian membantu mempromosikan keragaman di tempat kerja.

2.4 Deskripsi "Kasus Bisnis" untuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Dalam dekade terakhir, khususnya, penelitian empiris telah membawa bukti hasil terukur
dari inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) kepada perusahaan serta pemangku
kepentingan mereka. Perusahaan memiliki berbagai alasan untuk memperhatikan CSR. Laporan
ini mendokumentasikan beberapa keuntungan dasar yang potensial: mengurangi biaya dan risiko,
memperoleh keunggulan kompetitif, mengembangkan dan mempertahankan legitimasi dan
modal reputasi, dan mencapai hasil yang saling menguntungkan melalui penciptaan nilai yang
sinergis.
Istilah "tanggung jawab sosial perusahaan" masih banyak digunakan meskipun konsep
terkait, seperti keberlanjutan, kewarganegaraan perusahaan, etika bisnis, manajemen pemangku
kepentingan, tanggung jawab perusahaan, dan kinerja sosial perusahaan, berlomba-lomba untuk
menggantikannya. Dengan cara yang berbeda, ekspresi ini mengacu pada ansambel kebijakan,
praktik, investasi, dan hasil nyata yang diterapkan dan dicapai oleh perusahaan bisnis dalam
mengejar kepentingan pemangku kepentingannya(Hamonangan et al., 2020).
Ada banyak jenis tanggung jawab sosial perusahaan dan CSR mungkin terlihat berbeda
untuk setiap organisasi, namun tujuan akhirnya selalu sama: Berbuat baik dengan berbuat baik.
Perusahaan yang menganut tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan untuk mempertahankan
profitabilitas sekaligus mendukung tujuan yang lebih besar. Alih-alih hanya berfokus pada
menghasilkan keuntungan, atau keuntungan, perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial
memperhatikan triple bottom line, yang mempertimbangkan dampak keputusan bisnis terhadap
keuntungan, manusia, dan planet ini.
Sebagai salah satu perusahaan paling terkemuka di dunia, Lego bertujuan tidak hanya
membantu anak-anak berkembang melalui permainan kreatif, tetapi juga memelihara planet yang
sehat.

9
Lego adalah perusahaan mainan pertama dan satu-satunya yang dinobatkan sebagai Mitra
Penyelamat Iklim Dana Margasatwa Dunia, menandai janjinya untuk mengurangi dampak
karbonnya. Dan komitmennya terhadap keberlanjutan melampaui kemitraannya. Pada tahun
2030, pembuat mainan berencana untuk menggunakan bahan ramah lingkungan untuk
memproduksi semua produk dan kemasan intinya—dan telah mengambil langkah penting untuk
mencapai tujuan tersebut.
Selama tahun 2013 dan 2014, Lego menyusutkan ukuran kotaknya sebesar 14 persen,
menghemat sekitar 7.000 ton karton. Kemudian, pada tahun 2018, perusahaan memperkenalkan
150 potongan tumbuhan yang terbuat dari tebu yang bersumber secara berkelanjutan —
terobosan dari plastik berbahan dasar minyak bumi yang biasanya digunakan untuk
memproduksi blok bangunan khas perusahaan. Perusahaan juga baru-baru ini berkomitmen
untuk menghapus semua kemasan plastik sekali pakai dari bahannya pada tahun 2025, di antara
inisiatif lainnya.
Seiring dengan perubahan ini, pembuat mainan tersebut telah berkomitmen untuk
menginvestasikan $164 juta ke dalam Pusat Bahan Berkelanjutan, tempat para peneliti
bereksperimen dengan bahan berbasis bio yang dapat diimplementasikan ke dalam proses
produksi.
Melalui semua inisiatif ini, Lego sedang dalam perjalanan untuk mengatasi tantangan
lingkungan yang mendesak dan melanjutkan misinya untuk membantu membangun masa depan
yang lebih berkelanjutan.

2.5 Meninjau Konsep Keberlanjutan Dalam Konteks Bisnis


Dalam bisnis, keberlanjutan mengacu pada melakukan bisnis tanpa berdampak negatif
terhadap lingkungan, komunitas, atau masyarakat secara keseluruhan. Keberlanjutan dalam
bisnis umumnya membahas dua kategori utama:
● Efek bisnis terhadap lingkungan
● Pengaruh bisnis terhadap masyarakat

Tujuan dari strategi bisnis yang berkelanjutan adalah untuk membuat dampak positif
pada setidaknya salah satu area tersebut. Ketika perusahaan gagal memikul tanggung jawab, hal
sebaliknya dapat terjadi, yang mengarah ke masalah seperti degradasi lingkungan,
ketidaksetaraan, dan ketidakadilan sosial.
Bisnis yang berkelanjutan mempertimbangkan beragam faktor lingkungan, ekonomi, dan
sosial saat membuat keputusan bisnis. Organisasi-organisasi ini memantau dampak operasi
mereka untuk memastikan bahwa keuntungan jangka pendek tidak berubah menjadi kewajiban
jangka panjang.
Banyak organisasi sukses berpartisipasi dalam praktik bisnis yang berkelanjutan, namun
tidak ada dua strategi yang persis sama.

10
Strategi bisnis yang berkelanjutan unik untuk setiap organisasi karena mereka terkait dengan
tujuan bisnis yang lebih besar dan nilai-nilai organisasi. Misalnya, keberlanjutan dalam bisnis
dapat berarti:
● Menggunakan bahan yang berkelanjutan dalam proses manufaktur
● Mengoptimalkan rantai pasokan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
● Mengandalkan sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik
● Mensponsori dana pendidikan untuk pemuda di komunitas lokal

Selain membantu mengekang tantangan global, keberlanjutan dapat mendorong


kesuksesan bisnis. Beberapa investor saat ini menggunakan metrik lingkungan, sosial, dan tata
kelola (ESG) untuk menganalisis dampak etis dan praktik keberlanjutan organisasi. Investor
memeriksa faktor-faktor seperti jejak karbon perusahaan, penggunaan air, upaya pengembangan
masyarakat, dan keanekaragaman dewan.
Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan peringkat ESG yang tinggi memiliki
biaya utang dan ekuitas yang lebih rendah, dan inisiatif keberlanjutan dapat membantu
meningkatkan kinerja keuangan sambil mendorong dukungan publik. Menurut McKinsey, faktor
pendorong terkuat untuk menerapkan pola pikir berkelanjutan di tahun 2017 adalah
menyelaraskan dengan tujuan, misi, atau nilai perusahaan; membangun, memelihara, atau
meningkatkan reputasi; memenuhi harapan pelanggan; dan mengembangkan peluang
pertumbuhan baru.
Tumpang tindih antara kemajuan sosial dan lingkungan dan keuntungan finansial disebut
peluang nilai bersama. Dengan kata lain, "berbuat baik" dapat berdampak langsung pada
kemampuan perusahaan Anda untuk "berhasil dengan baik". Karena peluang ini, jelas mengapa
banyak bisnis mengadopsi praktik ini. Cari tahu bagaimana membuat bisnis Anda lebih
berkelanjutan dengan mengikuti empat langkah ini untuk menyelaraskan strategi dan misi Anda
untuk menciptakan nilai bersama.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika memiliki berbagai definisi menurut berbagai ahli, akan tetapi dari definisi-definisi
yang bermacam macam mereka memiliki kesamaan yaitu tentang perilaku manusia yang bersifat
tingkah laku baik maupun buruk yang melekat pada seorang manusia, oleh karena itu etika dapat
menjadi suatu tolak ukur atas integritas seseorang, apalagi jika mereka berada di suatu Position
of Power dimana mereka dapat memiliki resiko untuk melakukan tindakan-tindakan yang
merugikan perusahaan secara keseluruhan
Kejujuran dan juga keadilan bagi seluruh anggota merupakan esensi dari suatu
perusahaan dengan adanya penerapan terhadap prinsip tersebut kita bisa dapat mengidentifikasi
apakah suatu perbuatan baik atau buruk secara etis. Bagi para petinggi perusahaan yang ada di
dalam Position of power ini sangat diharapkan memberikan contoh yang baik terhadap para
karyawan dibawahnya karena jika tidak suatu perusahaan akan diisi oleh orang orang yang
mengutamakan kepentingan kepentingannya sendiri dibandingkan kepentingan bersama
perusaaan
Kesetaraan kesempatan kerja diatur di dalam beberapa peraturan dan juga regulasi-
regulasi federal yang harus dipatuhi kesempatan kerja yang setara atau EEO merupakan istilah
terkait sejumlah peraturan dan undang-undang. Setiap individu memiliki kesempatan kerja yang
sama meskipun banyak sekali perbedaan antara setiap manusia upaya dalam mengatasi
keragaman ini dilakukan melalui tindakan afirmatif yang merupakan perintah eksekutif untuk
membantu kelompok yang dilindungi secara legal. Hal ini telah membantu banyak wanita dan
minoritas dalam mendapatkan posisi di dalam suatu lowongan pekerjaan.
Perusaahaan juga diwajibkan untuk menerapkan dan mengelola CSR atautanggung jawab
sosial perusahaan, dalam konsep ini perusahaan memliki tanggung jawab terhadap kepentingan
masyarakat dan pengutamaan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

3.2 Saran
Manajer di bidang HRM diharapkan dapat menerapkan etika yang baik terhadap seluruh
anggota perusahaan demi memelihara keragaman inklusi dan keberlanjutan yang dapat menjadi
titik pembeda perusahaan sehingga memiliki nama yang baik dibandingkan perusahaan lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anam, C., Hastuti, T., & Rosyanti, D. M. (2021). Komponen – Komponen Inclusive Leadership
Pada Sektor Pendidikan Dan Organisasi in Society 5.0. Equilibrium : Jurnal Ilmiah
Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 10(2), 146–150.
https://doi.org/10.35906/je001.v10i2.822
Baiti, K. N., Djumali, D., & Kustiyah, E. (2020). Produktivitas Kerja Karyawan Ditinjau dari
Motivasi, Disiplin Kerja dan Lingkungan pada PT. Iskandar Indah Printing Textile
Surakarta. Jurnal Ilmiah Edunomika, 4(01), 69–87. https://doi.org/10.29040/jie.v4i01.812
Budiharjo, H. P., Lengkong, V. P. ., & Lucky O.H Datulong. (2017). Pengaruh Keselamatan
Kerja, Kesehatan Kerja, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada Pt.
Air Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 5(3),
4145–4154.
Ciptaining, D. ayu. (2017). Yolume 10 Nc : Jurnal Ilmu Administrasi, 10.
Hamonangan, D., Marzuki, F., & Surbakti, L. P. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja, Beban
Kerja, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Bnn Jakarta Timur Selama
Pandemi Covid-19. Prosiding Biema, 1(1), 1059–1076.
Kelananingrum, H. (2017). Analisis Upaya Manajemen Dalam Pembentukan Budaya
Keselamatan Di Sebuah Rumah Sakit Di Kota Semarang.
Ronal, S. D., & Hotlin, S. (2019). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada
PT Super Setia Sagita Medan. Jurnal Ilmiah Socio Secretum, 9(2), 273–281.
https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/socio/article/view/413/406

13

Anda mungkin juga menyukai