Disusun oleh:
Yoga Aris Wiguna 2247008
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya sendiri. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya adalah setiap barang yang berfungsi sebagai sarana bagi suatu perusahaan
untuk mencapai tujuannya. Aset sehari-hari suatu perusahaan dapat diklasifikasikan ke
dalam empat kategori: aset keuangan, fisik, manusi, dan teknologi. Laporan keuangan
adalah salah satu faktor terpenting dalam membangun bisnis yang sukses dan tahan lama
karena terkait dengan saham, yang merupakan sarana utama untuk memulai dan
mengembangkan bisnis.Sumber daya fisik merupakan jenis daya yang digunakan untuk
mengukur atribut fisik bisnis, seperti peralatan produksinya. (Manajemen & Hj Nuraeni
GaniMM, n.d.)
Sumber daya manusia adalah sumber daya mendasar dan penting untuk bisnis apa pun,
seperti yang ditunjukkan oleh kompetensi dan kualitas modal manusia karyawan, yang
dapat digunakan untuk menumbuhkan perusahaan dengan cara yang sehat dan etis.
Pengaruh teknologi juga sangat penting dalam pertumbuhan bisnis, karena setiap kemajuan
teknologi dan pengetahuan teknologi akan memudahkan bisnis apa pun untuk beroperasi.
Karena kenyataan bahwa manusia adalah faktor terpenting dalam bisnis, salah satu
komponen kunci dari sumber yang disebutkan di atas adalah manusia.
Sejauh mana bisnis dipengaruhi oleh proses pengembangan sumber daya manusia dapat
ditentukan oleh departemen tertentu dalam perusahaan atau oleh departemen lain sama
sekali.Karena itu, berdasarkan hal tersebut di atas, kami akan mendefinisikan sumber,
fungsi, urgensi, dan implementasi manajemen sumber daya manusia.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengerti dan memahami pengertian manajemen sumber daya manusia
2. Untuk mengerti dan memahami tujuan manajemen sumber daya manusia
3. Untuk mengerti dan memahami peran manajemen sumber daya manusia
4. Untuk mengerti dan memahami identifikasi personal manajemen sumber daya manusia
5. Untuk mengerti dan memahami Perencanaan SDM, Rekruitmen dan Seleksi
6. Untuk mengerti dan memahami Perjanjian Kinerja dalam suber daya manusia
7. Untuk mengerti dan memahami kepemimpinan dalam suber daya manusia
8. Untuk mengerti dan memahami perilaku manusia (human behavior)
1
9. Untuk mengerti dan memahami kekuasaan dalam suber daya manusia
10. Untuk mengerti dan memahami komunikasi dalam organisasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mengembangkan, mempekerjakan, mengevaluasi, dan memperlakukan karyawan
sesuai dengan kuantitas dan kualitas.
Tujuan MSDM terdiri dari delapan tujuan sebagai berikut:
1. Tujuan Organisasi
Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan manajemen sumber daya manusia
(MSDM) untuk berkontribusi pada pencapaian efektivitas organisasi. Bahkan jika
departemen formal sumber daya manusia didirikan untuk membantu manajer,
manajer terus merasa tidak nyaman dengan kondisi kerja karyawan mereka.
Departemen Hak Asasi Manusia membantu manajer dalam menangani hal-hal yang
berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia.
2. Tujuan Fungsional
Dimaksudkan untuk meningkatkan kontribusi departemen ke tingkat yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya manusia menjadi tidak dapat
diabaikan jika manajemen sumber daya manusia memiliki standar yang lebih ketat
daripada kebutuhan organisasi.
3. Tujuan Social
Hal ini bertujuan untuk digunakan secara etis dan bertanggung jawab secara
sosial untuk mengatasi kebutuhan dan kekhawatiran masyarakat umum dengan
meminimalkan efek negatif pada organisasi. Kelalaian pihak organisasi dalam
menggunakan sumberdayanya dapat mengakibatkan kerugian bagi masyarakat.
4. Tujuan Pribadi
Tujuannya adalah untuk membantu karyawan dalam mencapai tujuan mereka,
dengan jumlah tujuan paling sedikit yang dapat memaksimalkan kontribusi setiap
orang kepada organisasi. Tujuan pribadi karyawan harus dipertimbangkan,
termasuk seberapa sering karyawan harus didorong, ditegur, dimutasi, atau
termotivasi untuk meningkatkan produktivitas. Jika tujuan pribadi tidak terpenuhi,
produktivitas dan moral karyawan mungkin menderita, dan karyawan dapat
meninggalkan organisasi.
Dalam hal ini, seorang manajer sumber daya manusia adalah seseorang yang biasanya
dipekerjakan sebagai anggota staf dan bekerja sama dengan manajer lain untuk
membantu mereka dalam menangani berbagai masalah terkait sumber daya manusia.
Dengan begitu, setiap manajer sepenuhnya fokus pada pekerjaan masing-masing
karyawan di setiap unit kerja. Dalam praktiknya, ini mirip dengan tanggung jawab dan
peran pembagian dalam kegiatan pengelolaan operasional SDM terdiri dari manajer
SDM yang memiliki keterampilan manajerial dan manajer lain yang secara teratur
membantu staf anggota unit kerja.
Manajemen SDM harus memiliki sasaran untuk mendukung para pimpinan
yang mengoperasikan departemen-departemen atau unit-unit organisasi dalam
perusahaan. sasaran tersebut adalah:
1. Sumberdaya Manusia Sasaran Manajemen
Manajer dan departemen SDM bekerja keras untuk mencapai tujuan mereka
dengan meminimalkan kesalahan. Tidak hanya aspirasi manajemen puncak harus
dipenuhi, tetapi juga berbagai tantangan dari organisasi, fungsi SDM, masyarakat
umum, dan individu yang terkena dampak harus seimbang. Gagal mencapai tingkat
manajemen sumber daya manusia ini dapat berdampak negatif terhadap karier
karyawan, mengurangi pendapatan mereka, dan bahkan mengancam keberadaan
4
perusahaan. Tantangan ini menegaskan 4 poin yang relatif penting untuk
manajemen SDM dan membantu menyelesaikan masalah umum yang muncul
dalam perusahaan.
a. Sasaran Bisnis
Tujuan dari departemen SDM adalah untuk membantu manajer dalam
mencapai tujuan perusahaan di bidang-bidang berikut: kesadaran SDM, seleksi,
pelatihan, pertumbuhan, kolaborasi, pelatihan karyawan, dan hubungan yang
berhubungan dengan pekerjaan.
b. Sasaran Fungsional
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi departemen SDM
pada tingkat yang sesuai dengan berbagai kebutuhan bisnis, seperti: faktur,
pengumpulan, dan pemeliharaan.
c. Sasaran Sosial
Sasaran Sosial Yang menonjol sosial ini meliputi: profitabilitas bisnis,
kepatuhan terhadap persyaratan hukum, dan hubungan manajemen dengan
karyawan dan masyarakat umum.
d. Sasaran pribadi karyawan
Untuk membantu karyawan dalam mencapai tujuan mereka sendiri,
serta tujuan yang dapat meningkatkan kontribusi setiap orang terhadap
perusahaan
2. Pengelolaan sumber daya manusia.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi, departemen SDM membantu
para pemimpin dalam mengamati, memajukan, memanfaatkan, menilai, dan
memperkuat pekerjaan staf.
a. SDM Kunci aktivitas
Umumnya, bisnis memiliki departemen SDM yang unggul, dan mereka
yang bekerja di departemen ini memiliki anggaran dalam hal jumlah cukup dan
jumlah staf yang memadai.
b. Tanggung jawab atas aktivitas MSDM
Transparansi total mengenai kegiatan manajemen SDM terletak di
masing-masing departemen manajer. Jika manajer di perusahaan tidak memiliki
dukungan semacam ini, maka kegiatan SDM kemungkinan hanya akan
dilakukan sesekali, jika sama sekali.
5
• Meningkatkan keuntungan bisnis.
Untuk mencapai tujuan di atas secara sedikit demi sedikit, tujuan berikut harus
dipenuhi SDM yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral dan dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan perusahaan melalui:
• Seleksi
• Rekrutmen
• Perencanaan Sumberdaya Manusia
• Orientasi tenaga kerja baru, membuat kebijakan & prosedur SDM;
• SDM yang memenuhi syarat keterampilan, keahlian dan pengetahuan yang
sesuai dengan perkembangan melalui pelatihan dan pengembangan karir.
• Menyeleksi jabatan kosong, menyiapkan laporan pekerjaan.
• Memulai pengajaran dengan cara yang etis, memahami pentingnya etika kerja.
• Melaksanakan perencanaan rencana dan pengembangan strategi.
6
perilaku karyawan dan pergantian karyawan, maka akan berdampak buruk bagi
organisasi.
Pendekatan manajemen Sumberdaya Manusia terdiri dari:
1. Manajemen Strategis
2. Manajemen SDM
3. Pendekatan manajemen
4. Pendekatan proaktif
5. Pendekatan sistem
7
Kemampuan untuk membedakan adalah salah satu aspek terpenting dari
sifat manusia, karena kebijaksanaan adalah landasan moralitas. Manusia
sebagai masyarakat primitif mampu menyesuaikan kehidupan sehari-hari
dengan kebutuhannya dan juga dapat mengurangi dampak kehidupan sehari-
hari terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia memanfaatkan sumber
daya duniawi dengan penuh kebijaksanaan di antara mereka. Oleh karena itu,
manusia tidak hanya dipandang sebagai sumber energi; sebaliknya, mereka
pertama-tama dianggap sebagai sumber energi mental, yang sangat penting bagi
kemajuan peradaban manusia.
Pedoman untuk menjelaskan pentingnya dan relevansi MSDM:
1. Sudut Pandang Politik. Perspektif ini merupakan perpanjangan logis dari
gagasan bahwa hak asasi manusia adalah aset paling berharga yang dimiliki
oleh organisasi mana pun, mulai dari tingkat nasional hingga global.
Dampak positif terhadap kinerja dan tujuan organisasi mungkin akan sangat
dipengaruhi oleh SDM yang disiplin, pekerja keras, fleksibel, disiplin,
kreatif, dan berkomitmen terhadap pekerjaannya.
2. Sudut Pandang Perekonomian. bermula dari gagasan bahwa manusia adalah
homo economicus, yaitu spesies yang melakukan kegiatan ekonomi,
menghasilkan barang, dan berfungsi sebagai alat untuk mencapai segala
tujuan.
3. Sudut Pandang Hukum. Perspektif ini memuat gagasan bahwa kebutuhan
sehari-hari manusia harus seimbang antara kewajiban dan kemampuan yang
dimilikinya agar dapat mencapai tujuannya. Apabila kewajiban dan hak
tidak terpenuhi maka dapat timbul konflik antara rekan kerja dengan orang
lain.
4. Sudut Pandangan Sosiokultural. Pandangan ini bersumber dari dua aspek
hakikat manusia, yaitu aktualisasi (beradaan), harkat, dan martabat. Akan
keberadaan dirinya di masyarakat, sikap pengakuan aktualisasi, harkat dan
martabat adalah pengakuan jati dirinya di masyarakat.
5. Sudut Pandang Adminintrasi. Bermula dari keyakinan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu secara bersama-sama dalam suatu organisasi, harus ada
semacam administrasi dalam organisasi tersebut.
6. Sudut Pandang Teknologi. Akibat perkembangan TI yang beitu pesat,
kemampuan belajar manusia terus meningkat, khususnya di bidang TI.
8
3. Pendekatan Sistem Manajemen Sumberdaya Manusia merupakan subsistem
dari sistem organisasi; Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya manusia harus
dievaluasi sehubungan dengan kontribusinya yang signifikan terhadap
organisasi.
4. Proaktif Pendekatan
Manajemen Sumberdaya Manusia harus mampu meningkatkan kontribusinya
kepada karyawan, manajer, dan organisasi melalui teknik pemecahan masalah.
5. Penekanan pada Mekanisme
Bias dikenal dengan konsep faktor produksi atau pendekatan komoditi. Menitik
mekanis terkait dengan mesin-mesin yang mengakurasi faktor produksi.
6. Ketaatan pada Paternalisme
Konsep ini menyatakan bahwa manajer harus dipandang setara dan harus
berhati-hati saat berurusan dengan karyawan.
7. Pendekatan Multidimensi
Kajian ini mencakup aspek politik, ekonomi, hukum, sosial budaya,
administrasi, dan teknologi.
9
2.5.1 Seleksi Sumber Daya Manusia
1. Definisi Seleksi
Seleksi terkait kerja ketiga yang telah tersedia. Sesuai dengan namanya, tujuan proses
seleksi adalah untuk memperoleh pengalaman kerja yang memenuhi standar etika dan memiliki
kualifikasi yang diperlukan berdasarkan uraian tugas yang tersedia atau sesuai kebutuhan
organisasi atau usaha.
2. Faktor Yang Harus Dipertimbangkan dalam Pemilihan
• Penawaran Tenaga Kerja
Semakin banyak kandidat yang melakukan seleksi yang lebih menguntungkan
bagi organisasi dalam hal meningkatkan hasil yang diinginkan
• Etika
Teguh norma, etika perekrut, disiplin pribadi yang tinggi, kejujuran yang tidak
tergoyahkan, karakteristik integritas, serta objektivitas berdasarkan kriteria rasional.
• Struktur internal
Besar kecilnya anggaran menunjukkan jumlah yang harus direkrut.
• Kekurangan Saling Membantu
Ada beberapa hal yang merugikan, seringkali karena warna kulit, daerah asal,
dan stigma sosial. Dengan kata lain, ada kelompok minoritas yang mengalami kesulitan
tertentu.
3. Bagian dari Proses Seleksi
a. Terima surat lamaran
b. Ujian
c. Wawancara
d. Periksa latar belakang dan surat referensi
e. Menilai tingkat kesehatan
f. Wawancara kedua dengan ketua langsung
g. Keputusan lamaran
4. Proses Seleksi
Penilaian pendidikan tetapi mencakup aspek yang lebih luas, yaitu input/komponen,
proses, produk, dan program pendidikan. Tidak semata-mata mata penilaian hasil belajar.
Untuk dapat membandingkan aspek-aspek tersebut dengan komponen-komponen yang
relevan, maka instrumen penilaian pendidikan perlu dikaitkan dengan tujuan dan dipastikan
untuk masing-masing aspek tersebut. Instrumen evaluasi skala besar dapat diklasifikasikan
menjadi dua kategori: tes dan non-tes. Perbedaan teori tes dan non-tes bergantung pada jenis
pinjaman yang diberikan. Dalam sebuah ujian, yang ada hanyalah kemungkinan benar atau
salah; namun, dalam non-tes, tidak ada kemungkinan benar atau salah; semuanya tergantung
pada perilaku individu.
Selanjutnya akan disajikan pembahasan lebih mendalam mengenai tes sebagai alat penilaian
hasil belajar.
2.6 Perjanjian Kinerja
10
Untuk memulai suatu usaha dan mencapai hasil yang diinginkan, yaitu agar perusahaan
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, maka perusahaan harus mempunyai
keterlibatan. Langkah pertama dalam proses pengelolaan keterlibatan adalah penyesuaian
jadwal kerja. Fokus utama bab ini adalah pada tujuan dan jalur psikologis (Gruman & Saks,
2011).
11
3. Mempertahankan fokus pada tujuan dan beradaptasi dengan tujuan dan rutinitas yang
diperlukan.
Mereka juga mencatat bahwa proses ini merupakan modifikasi dari proses
manajemen proses kerja yang menekankan pada tujuan individu (sebagai landasan
tujuan organisasi) dan tugas sehari-hari yang diperlukan untuk mencapainya.
12
d. Persepsi Selektif adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang suatu
subjek, dimana subjek tersebut menemui berbagai kontradiksi dan
ketidaksesuaian akibat hipotesis awal yang kita pegang.
2.7 Kepemimpinan
Sumber daya kemanusiaan yang terpilih tidak terpisah dari peran pemimpin masing-
masing pemimpin memiliki gayanya dalam kepemimpinan. Namun demikian, ketika
tekanan teman sebaya ini dikaitkan dengan tekanan teman sebaya yang diberikan padanya,
kita dapat dengan mudah mengidentifikasi tanda-tanda tekanan teman sebaya sebagai
indikatornya. serta standar yang telah ditetapkan oleh Ahli untuk perilaku yang tepat dalam
kepemimpinan.
13
• Sebagian besar karyawan tidak bersikap ambivalen atau egois.
• Karyawan lebih suka dibenamkan, disentuh, dan lebih dipersiapkan.
• Karyawan yang lebih percaya diri dan tidak mudah menerima kritik mengatur.
Untuk itu pegawai perlu dievaluasi, dikonsultasikan, dan dibimbing agar organisasi
dapat mencapai tujuannya. Tipe pemimpinan Otoriter adalah Teori X. Teori tersebut
menyatakan bahwa :
• Karyawan rata-rata rajin bekerja.
• Karyawan dapat menunjukkan tanggung jawab.
• Karyawan terus-menerus berusaha untuk mencapai tujuan organisasi dan
mengembangkan diri untuk mencapai tujuan.
Tipe kepemimpinan Teori Y adalah Demokratis. Teori Human Behavior (perilaku
manusia), sesungguhnya didasarkan pada anggapan bahwa orang mempunyai tanggung
jawab, potensi, dan mau bekerja. Persoalannya adalah bagaimana mendorong semua
potensi yang ada pada setiap individu tersebut, olehnya itu perlu adanya motivasi.
2.9 Kekuasaan
Setiap orang memiliki kekuasaan dan keagungan (Russel, 1938), dimana segala
kesenangan hanya dapat diungkapkan melalui kekuasaan (Nietzelsche, 1923). karena
kekuasaan seseorang menjadi koruptor, dimana rasa takut dapat menyebabkan seseorang
enggan mengambil keputusan (Sennet, 1980), dan karena kecenderungan masyarakat untuk
sombong, mereka lebih cenderung melakukan kesalahan dan kekeliruan yang sebagian
besar, jangan menakuti orang lain (Niebuhr, 1949).
Dengan kekuasaan membuat orang memiliki wewenang untuk melakukan sesuatu
didalam kelompok yang mengakui kekuasaan tersebut, baik didalam kelompok atau
organisasi sosial dan politik kemasyarakatan serta kelompok usaha bisnis. Kekuasaan itu
memberi seseorang legitimasi untuk bertindak, dengan alasan pengamanan kepentingan
kelompok, terkadang tidak dapat dibedakan dengan manajemen modern, definisi
kekuasaan ini sudah mulai dipilih secara detail dan transparan, untuk mengukur hasil
sesuatu kekuasaan yang harus dipertanggung jawabkan kepada pemberi kuasa, apakah
kekuasaan dipergunakan sesuai dengan maksudnya atau tidak. Pertanggung jawaban
(accountability) yang transparan maksudnya adalah pertanggungjawaban pemegang
kekuasaan supaya dapat dilegitimasi oleh khalayak masyarakat dan kelompok yang ada,
apakah sudah sesuai azas manfaat (utilities) dan azas kepentingan public (public walfare).
Pengertiannya bahwa pemegang kekuasan menurut manajemen modern bukan hanya
bertanggung jawab secara material, tetapi juga bertanggung jawab secara moral etika
(ethic).
Berdasarkan teori organisasi dinyatakan, ada bentuk kekuasaan yang ada didalam suatu
bentuk struktur organisasi, antara lain kekuasaan paksaan (coersive power), kekuasaan
imbalan (reward power), kekuasaan yang legitimet (legitimate power), kekuasaan yang
direkomendasi (refference power), dan kekuasaan karena keahlian (expert power), serta
kekuasaan perwakilan (representatife power). Selanjutnya kekuasaan dapat dilihat
berdasarkan jalur hirakhi, seperti kekuasaan atas dan kebawah (vertical power), serta
kesamping (lateral and diagonal power).
1. Kekuasaan Paksaan (Coersive Power)
Kekuasaan paksaan pada dasarnya merupakan usaha atasan terhadap bawahannya
untuk melaksanakan usaha menyelesaikan pekerjaan. Mereka akan dihukum dan dibuat
14
frustasi apabila tidak meyelesaikan pekerjaanya. Sebagai iliustrasi suatu karyawan
perusahaan akan merasa takut dan bersalah apabila terlambat masuk bekerja, jika
ketentuan aturan tentang disiplin kerja menyatakan demikian, maka setiap karyawan
yang datang terlambat tidak akan dibayar uang makan dan pengganti biaya transport.
Setiap kali datang bekerja, karyawan yang datang terlambat akan ketakutan apabila
melihat bagian personalia berdiri di depan pencatat absen. Dengan demikian, karyawan
tersebut akan berusaha hadir tepat waktu ditempat kerja, akibat paksaan oleh aturan dan
disiplin tersebut. Kekuasaan paksaan ini dapat dipergunakan pada kondisi dimana
karyawan belum memiliki tingkat kognisi yang memadai. Apabila kognisi karyawan
semakin baik peningkatannya, maka efeksi atau perasaan sudah dapat
mempertimbangkan sikap yang akan menjadi gambaran perilakunya, kondisi ini dapat
dilakukan apabila ada program pendidikan dan pelatihan.
2. Kekuasaan Imbalan (Reward Power)
Kekuasaan karena pemberian imbalan merupakan dasar bagi pengikut
(bawahan) yang mempengaruhi kapasitas kerja mereka sesuai dengan besarnya imbalan
yang diterima. Imbalan dapat membuat kepuasaan bawahan untuk beberapa pemenuhan
kebutuhan. Sebagai contoh, seseorang pekerja digaji sebesar lima ratus ribu rupiah
untuk memproduksi 1000 unit barang, ternyata dapat dilakukan dengan baik. Kemudian
pekerja tersebut dijanjikan tambahan insentif sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah
lagi, tetapi harus dapat menambah produksi sebesar 750 unit barang lagi, dan ternyata
masih dapat terselesaikan dengan baik. Pada akhirnya, pekerja dijanjikan tambahan
sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah lagi untuk tambahan produksi barang sebesar
750 unit barang, terakhir ini masih dapat dipenuhinya, tetapi sudah dengan daya yang
paling maksimal. Apabila ditotal dengan imblan sebesar satu juta rupiah dapat
memproduksi 2500 unit barang, sedang apabila hanya dibayar lima ratus ribu rupiah
dia hanya dapat memproduksi 1000 unit barang saja, tetapi belum dalam kondisi
kapasitas yang maksimal.
Dengan demikian, kekuasaan dengan imbalan dapat mempengaruhi orang untuk mengikuti
perintah atasannya, apabila dapat imbalan meningkat, maka kekuasaan yang dimiliki atasan
kadarnya lebih kuat dan sangat berpengaruh sebagai akibat dimana peningkatan imbalan
ini dapat membuat tingkat kepuasan meningkat untuk sementara. Pengaruh dari kekuasaan
berdasarkan paksaan dan pemberian imbalan memiliki landasan berdasarkan proses yang
dipengaruhinya. Maksudnya, bahwa kekuasaan tersebut dapat terbentuk apabila
mempunyai tingkat kebutuhan yang dapat mempengaruhi tuntutan pekerja, sehingga
pengakuan atas kekuasaan karena paksaan dan imbalan dapat terjadi. Semakin tinggi
paksaan yang dilakukan, maka kuantitas dan kualitas imbalan juga akan semakin besar.
Sebaliknya, apabila unsur paksaan tidak terlalu kuat, biasanya akan diikuti imbalan yang
tidak terlalu menjanjikan.
3. Kekuasaan Dilegitimasi (Legitimate Power)
Seorang raja dipatuhi karena dia adalah raja, dimana dia dapat meyakinkan rakyatnya
bahwa dia dikatakan untuk menjalankan perintah Tuhan, seperti Raja Mesir; karena dia
percaya kepada Tuhan (Friederich, 1958). Selanjutnya; “ Biarkan setiap orang
menyebut dirinya telah mendapat kekuasaan, dan tidak akan mendapat kekuatan tanpa
penobatan dari Tuhan” (Roma 13 ayat 1). Falsafah-falsafah tersebut diatas
menggambarkan bahwa kekuasaan harus direspons oleh pihak pengikutnya, apabila
tidak ada respons dari pengikutnya, maka kekuasaan itu dikatakan hampa atau tanpa
15
wibawa. Seorang prajurit akan merespons posisi komandan karena pangkatnya lebih
tinggi. Pada sistem tradisional, seorang pengikut akan selalu merespons pimpinannya
(Peabdy, 1964).
4. Kekuasaan Referensi
Pengaruh yang didasari atas rekomendasi dari kepercayaan yang tersembunyi didalam
diri seorang pemimpin besar disebut sebagai “Kharisma” (Weber, 1964). Sebagai
contoh, Napoleon Bonaparte atau Joan of Arc merupakan pemimpin yang kharismatik
yang diakui oleh pengikutnya serta merupakan pemberian Tuhan. Kepemimpinan
terbentuk karena bentuk kepribadian yang ditampilkannya dapat memberi gambaran
pada pengikutnya tentang pemenuhan pengharapan pengikutnya. Penampilan bukan
kenyataan, bahwa kekuasaan pemimpin yang kharismatik adalah hubungan dan
perilaku dengan performa. Kemampuan untuk mencapai sukses, dan dapat mengatasi
kelemahan dan kegagalan yang berkelanjutan adalah bukan mistik, tetapi merupakan
bentuk rekomendasi dari kekuasaan yang sudah mulai memudar (Mintzberg, 1984).
Kharisma dapat membentuk penampilan yang menciptakan performa bagi seorang
pemimpin di dalam mengatasi kegagalan dan kelemahan yang dimilki.
5. Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Gambaran dari para manajer yang berskala internasional adalah dapat membuat strategi
yang istimewa untuk mengatasi pengaruh-pengaruh yang sangat dominan terhadap
setiap permasalahan. Dengan pendekatan pada pengaruh, diikuti dengan respons yang
menyebabkan sangat diyakini seorang pemimpin, akan dapat diketahui apa yang akan
dikatakan; seberapa besar penyebab yang mempengaruhi dibanding kemampuan yang
dimiliki untuk mengetahui pengaruh itu (Albanese, 1973).
6. Kekuasaan Perwakilan (Representative Power)
Merupakan kekuasaan yang diperoleh karena pemegang kekuasaan tersebut dipercaya
kelompok sebagai delegasi untuk menyelesaikan tuntutan dan harapan pengikutnya.
Pendelegasian kekuasaan pimpinan kelompok dimungkinkan sepanjang bawahan
mengetahui batas kemampuan pimpinan yang dilegitimasi. Sebaliknya, apabila
bawahan sudah mengetahui kemampuan dari pimpinan itu tidak layak untuk menerima
delegasi kekuasaan, maka kelompok atau pengikut akan menarik kepercayaan dan tidak
lagi mengakui kekuasaan pemimpin tersebut.
16
Secara umum, proses pengumpulan informasi antar batalyon organisasi terjadi.
Kualitas komunikasi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya.
Akan selalu ada konflik dan/atau hal-hal yang terkesan tidak pada tempatnya dalam
suatu organisasi.
Menurut Brennan (dalam Effendy 2009:122), “komunikasi internal mengacu
pada pertukaran gagasan antara pengurus dan pegawai dalam suatu organisasi atau
lembaga yang mengakibatkan organisasi menjadi lebih panjang dengan struktur
organisasi yang lebih kaku dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal dalam
suatu organisasi. organisasi yang menghasilkan kerja terus-menerus (manajemen).”
Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa komunikasi internal
adalah pertukaran informasi antar individu. Komunikasi akan berjalan dengan baik jika
terdapat peningkatan pemahaman. Komunikasi yang baik terutama didasarkan pada
pertukaran informasi antara satu pihak dengan pihak lain, sehingga apa pun yang
disampaikan dapat dipahami, ditegaskan, dan dilaksanakan. Pekerjaan akan menjadi
simpang siur dan kacau sehingga tujuan organisasi kemungkinan besar tidak akan
tercapai sebagaimana perlunya komunikasi yang baik. Dengan demikian, melalui
komunikasi, seseorang dapat memperoleh berita dan informasi sesuai dengan apa yang
disebutkan dalam perumpamaan atau cerita tersebut agar orang lain dapat mengambil
pelajaran darinya.
Keberhasilan suatu perusahaan dapat diukur dari peningkatan produktivitas
karyawan dalam bekerja. Produktivitas adalah jumlah total hasil yang dihasilkan
selama jangka waktu tertentu dalam bekerja. Peningkatan produktivitas ditambahi oleh
karyawan cara kerja di penisahaan ini. Salah satu faktor utama yang berkontribusi
terhadap pertumbuhan produktivitas adalah memiliki tingkat penilaian yang baik dan
selalu menikmati pekerjaan yang ditawarkan. Melaksanakan tugas sesuai
kebutuhannya, memahami tugas dengan baik, dan lain sebagainya.
Sebagaimana dikemukakan Effendy (2009:122), “dua jenis komunikasi, yaitu
komunikasi vertikal dan horizontal, mentransformasikan komunikasi internal.” Untuk
lebih jelasnya akan dibahas berikut ini:
A. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal disebut juga komunikasi ke bawah dari atas dan komunikasi
ke atas dari bawah merupakan komunikasi lalu lintas dua arah yang terjadi ketika
orang berkomunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Dalam komunikasi real-time, pemimpin memberikan instruksi, dukungan,
informasi, dan hal-hal lain kepada penerimanya. Pada pimpinan, bawahan
memberikan laporan, saran, pengaduan, dan lain-lain. Atasan dan bawahan
berkomunikasi sebagai keinginan mereka (perilaku komunikasi yang diantisipasi).
Misalnya menanyakan pertanyaan yang relevan, membicarakan maksud seseorang
secara terbuka, jujur, terupdate, yang diharapkan oleh atasan atau bawahan, dari
dirinya sendiri atau dari orang lain.
Berdasarkan pengertian komunikasi vertikal, di atas maka komunikasi internal terdiri
dari dua arah yaitu:
1. Komunikasi ke bawah
Komunikasi diprakarsai oleh manajemen organisasi tingkat atas dan kemudian
ke bawah melewati rantai perintah. Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat
dalam suatu kelompok atau organisasi ke suatu tingkat yang lebih. Kegunaan dari
17
komunikasi ini memberikan penetapan tujuan, memberikan instruksi pekerjaan,
menginformasikan kebijakan dan prosedur pada bawahan, menunjukkan masalah
yang memerlukan perhatian dan mengemukakan umpan balik terhadap kinerja.
Flippo (dalam Mangkunegara 2008:152) Mengemukakan komunikasi yang
digunakan atasan kepada bawahan adalah “perintah berantai, buletin dinding dan
poster, majalah perusahaan, surat kepada pegawai, buku pedoman pegawai, rak
informasi, sistem pegeras suara, laporan tahunan, pertemuan kelompok atau
bagian.”
2. Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas proses penyampaian gagasan, perasaan dan pandangan
pegawai tingkat bawah kepada atasannya dalam organisasi. Ironisnya, meskipun
dianggap penting, komunikasi ke atas tidak selalu dianjurkan oleh manajemen.
Salah satu alasannya adalah karena suara yang didengar atasan dari bawahannya
tidak selalu menyenangkan atau menyanjung atasan. Komunikasi ke atas lebih
jarang terjadi jika ada hambatan psikologis antara atasan dan bawahan. Menurut
Gemmil (dalam Tubbs 1996:183) menyatakan tiga hambatan psikologis utama yang
mempengaruhi komunikasi ke atas yaitu:
• Jika bawahan percaya bahwa pengungkapan perasaan, opini, atau kesukaran
mengakibatkan atasan menutup atau menghindarkan pencapaian tujuan
pribadinya, bawahan akan menyembunyikan atau membelokannya.
• Semakin sering atasan memberi ganjaran atas pengungkapan perasaan,
opini, dan kesulitan oleh bawahan, semakin besar keinginan bawahan
mengungkapkannya.
• Semakin sering atasan mau mengungkapkan perasaan, opini, dan kesukaran
kepada bawahannya dan atasannya, semakin besar pula kemungkinan
keterbukaan dari pihak bawahan.
B. Komunikasi baik horizontal ataupun lateral
Komunikasi horizontal mengacu pada komunikasi antarpribadi, seperti antara
rekan kerja atau manajer dan manajer. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang
lebih formal, komunikasi horizontal sering kali terjadi secara informal. Mereka
berkomunikasi satu sama lain bukan pada jam kerja, melainkan pada saat istirahat,
saat bekerja di rumah, atau pada jam kerja.
Dalam situasi komunikasi yang padat seperti ini, keputusan dibuat dengan cepat
dan jelas, dan mereka sering mendiskusikan masalah yang mempengaruhi
pekerjaan mereka atau menghambat pekerjaan mereka.
Menurut Goldhaber (dalam Tubbs 1996:186), terdapat tiga fungsi komunikasi
horizontal dalam satu organisasi, yaitu:
1. Koordinasi petugas
kepala departemen bertemu setiap enam bulan untuk membahas
kontribusi masing-masing departemen terhadap tujuan sistem.
2. Pemecahan masalah
Karyawan di suatu departemen bekerja sama untuk mendiskusikan cara
meminimalkan pemborosan; mereka dapat menerapkan teknik curah pendapat.
3. Berbagi informasi
Untuk mendapatkan data baru, anggota departemen yang satu harus
berkolaborasi dengan anggota departemen lain.
18
4. Penyelesaian konflik
anggota departemen cepat mendiskusikan konflik di dalam atau antar
departemen
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran SDM sangat lah penting dalam manajer sumber daya manusia. Peran penting dalam
keberhasilan organisasi mereka. Martabat manusia yang dijunjung tinggi dengan integritas
dapat menjadi aset yang berharga. Mengadopsi Teknolog Kemajuan teknologi mempunyai
dampak yang signifikan terhadap evolusi pengelolaan SDM. Pemanfaatan teknologi,
seperti sistem informasi SDM, dapat meningkatkan produktivitas dan akurasi dalam
pengolahan data karyawan. Pentingnya pelatihan karyawan Pelatihan karyawan tidak
hanya berfokus pada peningkatan kemampuan teknis tetapi juga pada soft skill seperti kerja
tim, komunikasi, dan kepemimpinan. Keseimbangan Kehidupan Kerja dan Kehidupan
Pribadi. Organisasi yang secara efektif mengelola ketegangan antara kehidupan kerja dan
kehidupan pribadi secara konsisten akan menghasilkan karyawan yang lebih produktif dan
kooperatif. Diversitas dan Kesadaran Diri. Pengakuan terhadap keberagaman serta aspirasi
karyawan serta kebutuhan dan kebutuhan dapat menciptakan lingkungan kerja yang
berkelanjutan.
3.2 Saran
Ada beberapa hal yang harus ditingkatkan untuk kemajuan sumber daya manusia
1. Penerapan Integrasi Sistem Manajemen SDM: Penerapan integrasi sistem manajemen
SDM dapat membantu entri data karyawan, evaluasi kinerja, dan pertumbuhan
karyawan.
2. Pengembangan Keterampilan Manajerial: Menyelenggarakan sesi pelatihan terstruktur
untuk meningkatkan keterampilan manajerial karyawan, seperti delegasi, komunikasi
efektif, dan resolusi konflik.
3. Meningkatkan Keseimbangan antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi: Memberikan
kebijakan yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi,
seperti jadwal kerja yang fleksibel dan tunjangan untuk kerja lembur jika
memungkinkan.
4. Mendorong Keterlibatan Karyawan: Mendirimkan budaya organisasi yang
memberikan ruang untuk umpan balik konstruktif, partisipasi, dan keterlibatan
karyawan.
5. Meningkatkan Kesadaran akan Kebutuhan dan Aspirasi Sendiri: Menyelenggarakan
lokakarya atau pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran akan kebutuhan dan
aspirasi diri sendiri dalam konteks karier.
20
DAFTAR PUSTAKA
Manajemen, P., & Hj Nuraeni GaniMM, D. (n.d.). MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA.
Achmad S. Rukky, Meningkatkan SDM yang berkualitas, 2003
21