Anda di halaman 1dari 24

ETIKA WIRAUSAHAWAN

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


EDUPRENEURSHIP

Dosen Pengampu

Tri Harjawati, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh Kelompok 8 :

Nasywa Kamila Adzani 11210183000072


Risa Lailatul Quraniyah 11210183000083
Indira Putri Nurfadilla 11210183000090
Kelas 3C

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam beserta keluarga dan sahabatnya hingga pada umatnya
sampai akhir zaman.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Tri Harjawati, S.Pd.,
M.Si . selaku dosen pengampun mata kuliah Edupreneurship pada prodi PGMI UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tugas ini kepada pemakalah. Pemakalah berharap
dengan disusunnya makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis
maupun pembaca demi kemajuan pendidikan.

Judul makalah ini ialah mengenai “Etika Wirausahawan”. Adapun tujuan penulisan
makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah edupreneurship. Penulis berharap
agar makalah yang telah penulis susun ini dapat mudah dipahami oleh siapapun yang
membacanya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala
bentuk kritikan yang bersifat membangun dan saran-saran yang dapat memberikan manfaat bagi
makalah ini. Akhir kata, pemakalah mengucapkan terimakasih.

Sawangan, 12 September 2022

2
DAFTAR ISI
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian Etika..................................................................................................................................6
B. Tujuan dan Manfaat Etika Usaha........................................................................................................7
C. Prinsip dan Manfaat Kewirausahaan...................................................................................................8
D. Manfaat Kewirausahaan....................................................................................................................11
E. Etika Wirausahawan..........................................................................................................................14
F. Pelanggaran Etika Bisnis...................................................................................................................18
G. Etika bisnis dalam perspektif islam...................................................................................................20
BAB III......................................................................................................................................................23
PENUTUP.................................................................................................................................................23
Kesimpulan............................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran wirausahawan dalam menjalankan usahanya sangat berperan penting dalam
meningkatkan perekonomian. Selain dapat meningkatkan produtifitas nasional, manfaat lain dari
wirausaha yaitu menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sehingga dapat mengurangi
pengangguran, meningkatkan pendapatan, dan pada skala makro dapat mengurangi kemiskinan.
Menciptakan teknologi baru, produk, dan jasa baru juga merupakan peran wirausaha dalam hal
pengembangan kreativitas dan inovasi.

Etika wirausaha merupakan ilmu mengenai bagaimana tata cara seorang pengusaha
dalam berperilaku didalam suatu usahanya tersebut. Banyak seorang wirausaha mengabikan
betapa pentingnya etika didalam mendirikan sutu bisnis, karena mereka berfikir dengan
kemampuan yang mereka miliki serta modal yang sangat besar suatu usaha dengan mudahnya
didirikan.

Seorang wirausahawan dalam menjalankan usahanya bertujuan memperoleh laba/profit


yang sebesar-besarnya dengan biaya produksi tertentu untuk mengembangkan usahanya. Namun,
dalam hal profit oriented bukan berarti mengabaikan sistem nilai dalam berwirausaha. Sistem
nilai/moral tersebut berhubungan erat dengan good will perusahaan khususnya
kepercayaan/loyalitas konsumen, mitra kerja, organisasi usaha itu sendiri, dan pesaing, serta
masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya
harus memperhatikan etika wirausaha yang erat kaitannya dengan etika bisnis.

Menjelaskan Etika Wirausahawan

1) Pengertian Etika

2) Tujuan dan Manfaat

3) Fungsi dan Prinsip Berwirausaha

4
4) Etika Wirausahawan

5) Pelanggaran Etika Bisnis

6) Etika Bisnis dalam Perspektif Islam

B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian dari etika?

2. apa tujuan dan manfaat dari etika ?

3. Bagaimana Fungsi dan Prinsip Berwirausaha ?

4. bagaimana etika wirausahawan dalam berbisnis ?

5. Apa saja pelanggaran etika bisnis ?

6. Bagaimana etika bisnis dalam perspektif islam ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian etika.

2. Mengetahui tujuan dan manfaat dari etika.

3. Mengetahui fungsi dan prinsip berwirausaha.

4. Mengetahui etika wirausahawan dalam berbisnis.

5. Mengetahui pelanggaran etika bisnis.

6. Mengetahui etika bisnis dalam perspektif islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Menurut Bertens (2001) secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos.
Dalam bentuk tunggal ethos bermakna tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak kata etika yaitu: ta-etha
berarti adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya
istilah etika.1

Secara umum etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku
yang diterima masyarakat sebagai ”baik atau buruk Sedangkan penentuan baik dan buruk adalah
suatu masalah selalu berubah. Perubahan penentuan baik atau buruk tersebut dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi serta perubahan jaman serta perkembangan teknologi. Sebagai contoh: dulu
mengundang rapat etikanya dengan mengirimkan surat kepada setiap peserta rapat ke rumah
masing-masing atau ke kantornya. Berkembangnya teknologi, maka undangan rapat tidak perlu
diserahkan satu persatu ke setiap peserta, namun sudah bisa dikatakan etis cukup lewat email,
atau bahkan hanya menggunakan pesan singkat (SMS, BBM dan lain-lain). Bahkan permohonan
ijin tidak hadir kuliah oleh mahasiswa saat ini seringkali diberitahukan lewat sms, bukan
menggunakan surat ijin secara tertulis.2

Dalam arti luas, etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku atau prilaku
manusia dengan masyarakat. Tingkah laku itu perlu diatur agar tidak melanggar norma-norma
atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Hal ini disebabkan norma-norma atau kebiasaan
masyarakat di setiap daerah atau negara berbeda-beda (Kasmir, 2006).

Demikian juga halnya dalam berwirausaha juga memiliki etika berupa aturan-aturan sehingga
kegiatan usaha tersebut tidak melanggar aturan (agama, norma atapun aturan pemerintah) dan
memperoleh simpati dari berbagai pihak. Dalam dunia usaha, semua pihak tidak mengharapkan

1
Ananda, Rusydi. Tien Rafida. 2016. Pengantar KEWIRAUSAHAAN. Medan: PERDANA PUBLISHING.
2
Munawaroh, Munijati. Hasnah Rimiyati. Fajarwati. 2016. KEWIRAUSAHAAN Untuk Program Sastra 1. Yogyakarta: LP3M
UMY

6
memperoleh perlakuan tidak jujur dari sesamanya. Praktek tipu-menipu, manipulasi, mark up
dan sebagainya tidak akan terjadi jika dilandasi etika yang dijunjung tinggi.

Etika merupakan pedoman moral dalam kehidupan manusia yang akan membimbing manusia
untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh. Oleh karena itu dalam berbisnis, etika harus ditegakkan. Jika dalam bisnis tidak lagi
memperhatikan etika, maka perusahaan itu cepat atau lambat, pasti akan menuju kepada
kehancurannya.

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat. Etika usaha bisnis terkait dengan hubungan kepercayaan antara
pelaku usaha untuk bertindak secara etis dalam berbagai aktivitas usaha/bisnisnya sehingga
melaluinya terbangun harmonisasi dalam berusaha/berbisnis.3

B. Tujuan dan Manfaat Etika Usaha


Etika merupakan pedoman untuk mendapatkan hidup yang bernilai atau bermartabat, di
samping itu etika juga terkait dengan petunjuk-petunjuk tindakan-tindakan apa yang benar dan
apa yang salah. Hal ini tentunya juga menjadi pedoman dan petunjuk bagi seorang entrepreneur.
Etika yang mengikat pada diri entrepreneur, bertujuan dan bermanfaat sebagai berikut:

1. Untuk persahabatan dan pergaulan.


Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau pihak-pihak lain
yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah menjadi persahabatan dan menambah
luasnya pergaulan. Jika entrepreneur, karyawan, pelanggan dan masyarakat menjadi
akrab dan terbina hubungan yang harmonis maka diiharapkan segala urusan akan menjadi
lebih mudah dan lancar.
2. Menyenangkan orang lain.
Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika ingin dihormati, maka
harus menghormati orang lain. Menyenangkan orang lain berarti membuat orang menjadi
suka dan puas terhadap pelayanan yang diterimanya. Jika pelanggan merasa senang dan
puas atas pelayanan yang diberikan tentunya diharapkan mereka akan mengulanginya
kembali suatu waktu.
3
Ananda, Rusydi. Tien Rafida. 2016. Pengantar KEWIRAUSAHAAN. Medan: PERDANA PUBLISHING.

7
3. Membujuk pelangan.
Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang seorang calon
pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara dapat dilakukan
perusahaan untuk membujuk calon pelanggan. Salah satu caranya adalah melalui etika
yang ditunjukkan seluruh karyawan perusahaan/organisasi melalui prilaku, tutur kata
yang sopan, mau mendengarkan keluhan pelanggan, berempati dan sebagainya.
4. Mempertahankan pelanggan.
Mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit daripada mencari pelanggan. Melalui
pelayanan etika maka diharapkan pelanggan dapat dipertahankan karena mereka sudah
merasa puas atau layanan yang diberikan atau diterimanya.
5. Membina dan menjaga hubungan
Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari adanya
perbedaan paham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam suasana akrab. Dengan etika
berhubungan yang lebih baik dan akrab pun dapat terwujud.4

C. Prinsip dan Manfaat Kewirausahaan


1. Prinsip Kewirausahaan
Prinsip-Prinsip kewirausahaan yang paling penting adalah Berani atau keluar dari
Rasa takut akan gagal.makna berani disini adalah tindakan dimana kita harus bisa
mengambil sikap atas peluang-peluang yang muncul dalam hidup ini terutama peluang
untuk mendirikan usaha.Seorang wirausahawan tidak mengenal tingkat pendidikan tapi
mengenal pada tingkat seseorang berani mengambil Resiko.Walaupun pendidikan itu
penting tapi perannya disini justru adalah pada tingkatan keberanian akan usaha yang akan
kita buat.Pendidikan disini berguna pada tingkat keahlian dari bidang usaha yang akan
kita dirikan tapi hal tersebut bukan lah jadi prinsip dasar dalam membangung usaha tapi
keberanian kita lah yang dapat menjadi prinsip dasar dalam membangun usaha.

Disamping itu untuk menjadi wirausahawan kita juga dituntut untuk berfikir
optimis atas peluang dan segala usaha yang kita lakukan,karena dengan begitu semangat
dan kemauan yang keras juga ketekunan kita akan menciptakan usaha kita yang maju dan

4
Ananda, Rusydi. Tien Rafida. 2016. Pengantar KEWIRAUSAHAAN. Medan: PERDANA PUBLISHING.

8
terus berkembang.Juga disamping itu kita harus berfikir alternatif dimana dengan berfikir
alternatif kita menciptakan suatu Ide dan strategy dari dan atas usaha yang akan kita
lakukan untuk usaha kita.
Primsip-prinsip entrepreneurship menurut Dhidiek D. Machyudin, yaitu:
1. Harus optimis
2. Ambisius
3. Dapat membaca peluang pasar
4. Sabar
5. Jangan putus asa
6. Jangan takut gagal.
7. Kegagalan pertama dan kedua itu biasa, anggaplah kegagalan adalah kesuksesan
yang tertunda

Ada pula prinsip entrepreneurship yang diungkapkan oleh Khafidhul Ulum. Ada tujuh
prinsip yang diberikan, diantaranya:
1. Passion (semangat)
2. Independent (mandiri)
3. Marketing sensitivity (peka terhadap pasar)
4. Creative and innovative (kreatif dan inovatif)
5. Calculated risk taker (mengambil resiko dengan penuh perhitungan)
6. Persistent (pantang menyerah)
7. High ethical standard (berdasar standar etika)

Jadi, apabila kedua pendapat tersebut digabungkan ada 12 prinsip dalam berwirausaha
yaitu:
1. Jangan takut gagal.
Banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha dianalogkan dengan impian
seseorang untuk dapat berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya berenang sudah
bertumpuk,sudah dikuasai dengan baik dan literatur-literatur sudah lengkap, tidak ada
gunanya kalau tidak di ikuti menyebur ke dalam air (praktek berenanga) demikian halnya
untuk berusaha, tidak ada gunanaya berteori kalau tidak terjun langsung, sehingga

9
mengalami (berpengalaman), dan sekalilagi jangan takut gagal sebab kegagalan adalah
kesuksesan yang tertunda.
2. Penuh semangat
Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi pembisnis atau perwirausahaan bukanlah
tujuannya melainkan lebih kepada proses dan perjalanannya.
3. Kreativ dan Inovativ.
Kreativitas dan Inovasi adalah modal bagi seorang pengusaha. Seorang wirausaha tidak
boleh berhenti dalam berkreativitan dan berinovasi dalam segala hal.
4. Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko.
Resiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita menghindra dari resiko yang
satu, tetapi menemui bentuk resiko lainnya. Namun yang harus diperhitungkan adalah
perhitugkan deangan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu, terutama yang tingkat
resikonya tinggi.
5. Sabar, ulet dan tekun.
Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusa adalah kesabaran dan keytekunan.
Saban dan tekun meskipun harus menghadapi berbagai bentuk permasalahan, percobaan,
dan kendala bahkan diremehkan oleh orang lain.
6. Harus optimis.
Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan, sebab kata optimis
nerupakan sebuah prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga apapun usaha
yang kita lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita laksanakan akan sukses.
7. Abisius.
Demikian juga prinsip ambisius seorang wirausahawan harus berambisi, apapun jenis
usaha yang akan dilakukannya.
8. Pantang menyerah atau jangan putus asa.
Prinsip pantang menyerah adalah bagian yang harus dilakukan kapanpun waktunya.
9. Peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasar.
Prinsip peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasa radalah prinsip mutlak yang
harus dilakukan oleh wirausahawan, baik pasar ditingkat lokal, regional, maupun
internasional. Peluang pasar sekecil apapun harus di identifikasi dengan baik, sehingga
dapat mengambil peluang pasar tersebut dengan baik.

10
10. Berbisnis dengan standar etika.
Prinsip bahwa setiap pebisnis harus senantiasa memegang secara baik tentang standar
etika yang berlaku secara universal.
11. Mandiri.
Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam banyak
hal adalah kunci penting agar kita dapat menghindarkan ketergantungan dari pikak-pikak
atau para pemangku kepentingan atas usaha kita.
12. Jujur.
Menurut Pytagoras, kejujuran adalah mata uang yang akan laku dimana-mana. Jadi, jujur
kepada pemasok dan pelanggan atau kepada seluh pemangku kepentingan perusahaan
adalah prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam berusaha.\
13. Peduli lingkungan.
Seorang pengusaha harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sehingga haruas turut
serta menjaga kelestarian lingkungan tempat usahanya.
Dan yang terakhir dalam prinsip kewirausahaan adalah membangun Relasi dan
network dengan sesama wirausahawan karena dengan begitu proses pembelajaran dan
pengetahuan akan kewirausahawan kita akan berkembang. Semakin banyaknya network
atau relasi juga akan menciptakan peluang-peluang kita dalam mengembangkan dan
mencapai usaha yang baik.usaha yang baik dan maju disini bukan berarti rasa puas dan
rasa nyaman yang telah kita dapatkan,karena dengan rasa puas dan nyaman tersebut justru
nantinya akan menurunkan semangat dan optimalisasi dalam kita meningkatkan usaha
kita.

D. Manfaat Kewirausahaan
Dari beerapa penelitian mengedintifikasi bahwa pemilik bisnis mikro, kecil, atau
percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak uang,
dan lebih membanggakan daripada bekerja di suatu perusahaan besar. Sebelum
mendirikan usaha, setiap calon wirausaha sebaiknya mempertimbangkan
manfaatkepemilikikan bisnis mikro, kecil atau menengah.
Thomas W Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan adalah sebagai
berikut:

11
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
Memiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi pebisnis untuk
mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis akan mencoba memenangkan hidup mereka dan
memungkinkan mereka untuk memanfaatkan bisnisnya guna untuk untuk mewujudkan
cita-citanya.

2. Memberi peluang melakukan perubahan.


Semakin banyak bisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat menagkap peluang
untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat penting. Mungkin
berupa penyediaan perumahan sederhana yang sehat dan layak pakai, dan mendirikan daur
ulang limbah untuk melestarikan sumber daya alam yang terbatas, pebisnis kini
menemukan cara untuk mengombinasikan wujud kepedulian mereka terhadap berbagai
masalah ekonomi dengan sosial dengan harapan untuk menjalani hidup yang lebih baik.

3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.


Banyak orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan seringkali membosanka,
kurang menantang dan tidak ada daya tarik. Hal ini tentu tidak berlaku bagi seorang
wirausahawan, bagi mereka tidak banyak perbedaan antara bekerja atau menyalurkan hobi
atau bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang dimiliki oleh wirausahawan
merupakan alat untuk menyatakan aktualisasidiri. Keberhasilan mereka adalah suatu hal
yang ditentukan oleh kreativitas, antusias, inovasi, dan visi mereka sendiri. Memiliki
usaha atau perusahaan sendiri memberikan kekuasaan kepada mereka, kebangkitan
spiritual dan mampu mengikuti minat atau hobinya sendiri.

4. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan.


Walaupun pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausahawan, keuntungan
berwirausahawan merupakan faktor motivasi yang penting untuk mendirikan usaha
sendiri, kebanyakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya raya, tetapi kebanyakan diantara
mereka yang menang menjadi berkecukupan. Hampir 75% yang termasuk dalam daftar
orang terkaya (Majalah Forbes) merupakan wirausahawan generasi pertama. Menurut

12
hasil penelitian, Thomas stanley dan William Danko, pemilik perusahaan sendiri
mencapai 2/3dari jutawan Amerika serika. “Orang-orang yang bekerja memiliki
perusahaan sendiri empat kali lebih besar untuk menjadi jutawan daripada orang-orang
yang bekerja untuk orang lain (karyawan perusahaan lain).

5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakan dan mendapatkan


pengakuan atas usahanya.
Pengusaha atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga masyarakat yang paling
dihormati dan dipercaya. Kesepakatan bisnis berdasarkan kepercayaan dan saling
merhormati adalah ciri pengusaha kecil.Pemilik menyukai kepercayaan dan pengakuan
yang diterima dari pelanggan yang telah dilayani dengan setia selam bertahun-tahun.
Peran penting yang dimainkan dalam sistem bisnis dilingkungan setempat serta kesadaran
bahwa kerja memilki dampak nyata dalam melancarkan fungsi sosial dan ekonomi
nasional adalah merupakan imbalan bagi manajer perusaan kecil.

6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa
senang dalam mengerjakan.
Hal yang didasarkan oleh pengusaha kecil atau pemilik perusahaan kecil adalah bahwa
kegiatan usaha mereka sesungguhnya bukan kerja. Kebanyakan kewierausahawan yang
berhasil memilih masuk dalam bisnis tertententu, sebab mereka tertarik dan mrenyukai
pekerjaan tersebut. Mereka menyalurkan hobi atau kegemaran mereka menjadi pekerjaan
mereka dan mereka senang bahwa mereka melakukannya. Wirausahawan harus
mengikutu nasihat Harvey McKey. Menurut McKey: “Carilah dan dirikan usaha yang
anda sukai dan anda tidak akan penrnah terpaksa harus bekerja sehari pun dalam hidup
anda” Hal ini yang menjadi penghargaan terbesar bagi pebisnis/wirausahawan bukan
tujuannya, melainkan lebih kepada proses atau perjalanannya.

Manfaat yang akan diperoleh jika menjadi seorang wirausaha antara lain sebagai berikut:
1. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.
b. Memberi contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun, dan punya kepribadian
unggul yang pantas diteladani.

13
c. Berusaha mendidik para karyawannya menjadi orang yang mandiri, disiplin, tekun,
dan jujur dalam menghadapi pekerjaan.
d. Berusaha mendidik masyarakat agar hidup secara efisian, tidak berfoya-foya, dan
tidak boros.
e. Sebagai sumber penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
f. Pelaksana pembangunan bangsa dan negara.
g. Meningkatkan kepribadian dan martabat/harga diri.
h. Memajukan keuangan.
i. Melaksanakan persaingan yang sehat dan wajar.

Dengan beberapa manfaat berkewirausahaan tersebut diatas jelas bahwa menjadi


usahawan lebih memiliki berbagai kebebasan yang tidak mungkin diperoleh jika
seseorang menjadi karyawan atau menjadi orang gajian atau menjadi pekerja bagi para
pemilik perusahaan.

E. Etika Wirausahawan
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan (costum) atau
karakter (character) (Faisal Badroen, 2006). Etika dapat didefinisikan sebagai suatu studi
mengenai sesuatu yang benar dan salah serta pilihan moral yang dapat dilakukan seseorang.
Keputusan etika merupakan suatu hal yang benar mengenai perilaku standar. Etika bisnis
kadang-kadang disebut pula etika manajemen, yaitu penerapan standar moral kedalam
kegiatan bisnis. WF. Schoell menyatakan bahwa: Business Ethics is a system of “oughts” a
collection of principles and rules of conduct based on beliefs about what is right and wrong
business behavior. Behavior that conforms to these principles is ethical (Schoell dalam Alma
2011).

Menurut Kasmir (2008) etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya.
Tata cara pada masing-masing masyarakat tidaklah sama dan beragam bentuk. Hal ini
disebabkan beragamnya budaya kehidupan masyarakat yang berasal dari berbagai wilayah.
Tata cara ini diperlukan dalam berbagai sendi kehidupan manusia agar terbina hubungan
harmonis, saling menghargai

14
satu sama lainnya.5

Etika pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan
menghindari apa yang tidak benar. Etika wirausaha adalah suatu kode etik perilaku aktor
berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan
dan memecahkan persoalan. Etika
wirausaha sangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan dalam
membuat keputusan dan memecahkan persoalan organisasi. Etika wirausaha dapat diartikan
sebagai adat sopan santun, adat kebiasaan dan aturanaturan yang berlaku di lingkungan
kewirausahaan. Oleh karena itu, seorang wirausaha harus memiliki :
1) Budi pekerti yang baik.
2) Rasa sopan santun di dalam segi kegiatan kewirausahaan.
3) takrama di dalam segala tindakan dan perbuatan waktu berwirausaha.
4) Memiliki tanggung jawab pada usahanya.
5) Bersikap jujur dan benar sesuai dengan profesi usahanya.

Etika merupakan suatu studi mengenai hal yang benar dan yang salah dan pilihan
moral yang dilakukan seseorang. Sedangkan keputusan etika adalah suatu hal yang benar
mengenai perilaku standar. Etika bisnis mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang
yang menginvestasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai, saingan dan
sebagainya. Orang-orang bisnis diharapkan bertindak etis dalam berbagai aktivitasnya di
masayarakat.6 Pandangan tentang etika wirausaha, beberapa indikator yang bias dipakai untuk
menyatakan apakah seseorang atau suatu perusahaan telah melaksanakan etika bisnis dalam
kegiatan usahanya antara lain adalah sebagai berikut: Indikator ekonomi; indikator peraturan
khusus yang berlaku; indicator hukum; indikator ajaran agama; indikator budaya dan
indikator etik dari masing-masing pelaku bisnis.7

5
Kewirausahaan Teori, ‘Kewirausahaan (Teori Dan Praktek).’, September, 2021
6
Abdullah and Helmarini.
7
Jeklin

15
a. Indikator Etika wirausaha menurut ekonomi yaitu apabila perusahaan atau pebisnis sudah
melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa
merugikan orang lain.
b. Indikator etika wirausaha menurut peraturan khusus yang berlaku yaitu apabila seorang
pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis
mematuhi aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
c. Indikator etika wirausaha menurut hukum yaitu Seseorang atau suatu perusahaan dikatakan
sudah melakukan etika bisnis jika pelaku bisnis mematuhi segala norma hukum yang berlaku
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
d. Indikator etika wirausaha berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika
bilamana dalam pelaksanaan bisn isnya senantiasa merujuk kepada nilai- nilai ajaran agama
yang dianutnya.
e. Indikator etika wirausaha berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi
nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan
suatu bangsa.
f. Indikator etika wirausaha menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing
pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.

Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas dari
kehidupan keseharian kita. Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam wirausaha
sesungguhnya adalah implementasi dari prinsip etika pada umumnya.

Prinsip Otonomi, Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi
kewajibannya dalam dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja
norma dan nilai moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa
hal itu baik, karena semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak.
Dalam kaitan ini salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para
pelanggan, diantaranya adalah:
a. Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan tuntutan
mereka;

16
b. Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasuk pelayanan yang
tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
c. Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan pelanggan,
demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga kelangsungannyadan ditingkatkan
terhadap produk dan jasa perusahaan;
d. Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan, memasarkan dan
mengiklankan produk.

Prinsip Keadilan, Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggung
jawabkan. Keadilan berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah
satu teori mengenai keadilan yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah:

Keadilan legal, Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat
dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yangsama sesuai dengan
hukum yang berlaku. Secara khusus dalam wirausaha, keadilan legal menuntut agar Negara
bersikap netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan
bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku secara
sama bagi semua pelaku bisnis.

Keadilan komunitatif, Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang
satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga
negara, dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku
sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang
terlibat.

Keadilan distributif, Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi
yang merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan ini
berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam
perusahaan yang juga adil dan baik. Prinsip Saling Menguntungkan Prinsip ini menuntut agar

17
semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia bisnis,
prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win solution.8

Menurut Kasmir (2008) Tujuan dari etika wirausaha adalah sebagai berikut:

1. Untuk persahabatan dan pergaulan Etika itu dapat meningkatkan rasa keakraban dengan
karyawan, pelanggan atau pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Menyenangkan orang lain Dengan sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang
mulia. Jika ingin dihormati, maka hormatilah orang lain.
3. Membujuk pelanggan Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri (khas), kadang
calon pelanggan perlu untuk dibujuk agar mau jadi pelanggan. Dan berbagai cara dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk membujuk calon pelanggan. Salah satu caranya adalaha
dengan menunjukkan etika seluruh karyawan perusahaan.
4. Mempertahankan pelanggan Ada suatu anggapan bahwa mempertahankan pelanggan
jauh lebih sulit daripada mencari pelanggan. Anggapan ini tidak seluruhnya benar, justru
mempertahankan pelanggan lebih mudah karena mereka sudah merasakan produk atau
layanan yang diberikan. Artinya bahwa pelanggan sudah mengenal lebih dulu melalui
pelayanan etika seluruh karyawan, pelanggan lama dapat dipertahankan karena mereka sudah
puas atas layanan yang telah diberikan.
5. Membina dan menjaga hubungan Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap
dipertahankan dan dibina. Hindarilah adanya perbedaan atau konflik. Ciptakan hubungan
yang dalam suasana akrab. Dengan etika maka hubungan yang lebih dan akrab akan terwujud.

F. Pelanggaran Etika Bisnis


Perkembangan media sosial membawa perubahan yang signifikan bagi para pelaku
usaha. Dahulu, dampak pelanggaran etika bisnis hanya menyebar di lingkungan sekitar
perusahaan. Namun, di era digital ini dampaknya bisa lebih luas, bahkan sampai ke tingkat
global.
Dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2015, pengguna aktif media
sosial telah mencapai 79 juta orang. Di sinilah para pelaku usaha berinovasi untuk gencar

18
melakukan promosi melalui media sosial dan menjadikannya lahan untuk update produk
terbaru dari usaha mereka. Beberapa di antaranya sudah dikenal berkat pengelolaan yang baik
di media sosial.
Namun kenyataannya memanfaatkan media sosial untuk mengelola bisnis bukannya
tanpa kesalahan. Masih banyak pengguna yang belum dapat mengelola bisnis dengan etika
yang baik. Efek yang ditimbulkan adalah kesan konsumen atau calon konsumen dalam
melihat atau me-review produk yang ditawarkan.
Berikut beberapa pelanggaran etika bisnis dalam mengelola usaha di era digital, di antaranya :
1. Mencuri ide bisnis
Salah satu pelanggaran kelas berat yang dilakukan oleh pesaing bisnis adalah mencuri
ide bisnis. Tentunya risiko yang ditanggung akan sangat memberatkan apabila pemegang hak
Rahasia Dagang menggugat perbuatan ini. Pelaku pencuri ide bisnis dapat dijerat sanksi
pidana sesuai Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang, yaitu : “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang
pihak lain atau melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau Pasal 14
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun danatau denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).”

2. Penipuan
Esensi terpenting dalam usaha atau dagang adalah kejujuran dalam transaksi. Dalam
banyak kasus transaksi secara online, penjual tidak transparan kepada konsumen. Dalam hal
ini penjual tidak jujur terhadap kondisi barang, tidak memberikan hak kepada konsumen
sepenuhnya atas produk yang telah dibeli. Hal ini tentu sangat mengecewakan bagi pihak
konsumen, dan konsumen dapat melakukan pengembalian barang atau berujung pada
complain konsumen yang berpengaruh pada rating toko (jika toko tersebut online).

3. Melakukan Tag Secara Acak


Selain spamming dalam bentuk komentar, seringkali para pelaku bisnis juga
melakukan hal seperti men-tag calon konsumen secara acak. Melakukan tag memang
membuat orang yang Anda tag menjadi melihat apa yang Anda jual. Namun, bukannya
membeli mereka mungkin bisa saja menjadi merasa terganggu dan yang terjadi sebaliknya,

19
yaitu mereka menghilangkan Anda dari daftar teman di sosial medianya. Tentunya Anda tidak
ingin kehilangan calon pelanggan karena tindakan ini, bukan? Jika Anda ingin agar post Anda
dilihat oleh calon konsumen, cobalah untuk menggunakan cara lain seperti fb ads, instagram
ads, atau metode lainnya dibandingkan dengan cara ini.

4. Menggunakan Foto Produk Orang Lain


Apa jadinya jika produk yang dibeli secara online ternyata tidak sama dengan
fotonya?Pasti sangat mengecewakan, bukan?Biasanya hal ini seringkali terjadi karena para
pelaku bisnis menggunakan foto produk orang lain untuk diposting di sosial medianya.
Akibatnya, barang yang sampai kepada pelanggan sudah pasti akan berbeda. Hindari
melakukan hal ini jika Anda tidak ingin kehilangan pelanggan secara sekejap. Pahamilah
bahwa kelangsungan suatu bisnis dipengaruhi oleh banyaknya pelanggan yang melakukan
pembelian lebih dari sekali. Selalu utamakan kejujuran saat berbisnis, khususnya untuk urusan
kualitas jika memang ingin bisnis Anda terus bertumbuh semakin besar.

5. Tidak Aktif dan Tidak Kreatif


Agar tidak menyesal di masa depan, Salah satu syarat bisnis untuk berkembang adalah
kreatifitas dan aktifitas yang dimiliki. Sebuah bisnis akan berkembang jika selalu ada inovasi
yang dilakukan di dalamnya. Cobalah untuk terus kreatif dan aktif dalam bisnis Anda. Jika
dalam media sosial, Anda harus menciptakan konten-konten yang menarik dan tidak
monoton.

G. Etika bisnis dalam perspektif islam


Etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai
Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah
diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai etik, moral, susila atau akhlak adalah nilai-
nilai yang mendorong manusia menjadi pribadi yang utuh. Seperti kejujuran, kebenaran,
keadilan, kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini dilaksanakan akan
menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya. Setiap orang boleh punya seperangkat
pengetahuan tentang nilai, tetapi pengetahuan yang mengarahkan dan mengendalikan perilaku
orang Islam hanya ada dua yaitu Al-Quran dan hadis sebagai sumber segala nilai dan pedoman
dalam setiap sendi kehidupan, termasuk dalam bisnis.

20
Di antara nilai-nilai etika ekonomi Islam yang terangkum dalam ajaran filsafat ekonomi
Islam adalah terdapat dua prinsip pokok, yaitu sebagai berikut. Pertama adalah tauhid. Prinsip
tauhid ini mengajarkan manusia tentang bagaimana mengakui keesaan Allaha sehingga terdapat
suatu konsekuensi bahwa keyakinan terhadap segala sesuatu hendaknya berawal dan berakhir
hanya kepada Allah Swt. Keyakinan yang demikian dapat mengantar seorang muslim untuk
menyatakan bahwa “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah semata-mata
demi Allah, Tuhan seru sekalian alam”. Prinsip ini kemudian menghasilkan kesatuan-kesatuan
sinergis dan saling terkait dalam kerangka tauhid. Tauhid diumpamakan seperti beredarnya
planet-planet dalam tata surya yang mengelilingi matahari. Kesatuan-kesatuan dalam ajaran
tauhid hendaknya berimplikasi kepada kesatuan manusia dengan Tuhan dan kesatuan manusia
dengan manusia serta kesatuan manusia dengan alam sekitarnya.

Kedua, prinsip keseimbangan mengajarkan manusia tentang bagaimana meyakini segala


sesuatu yang diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi. Hal ini dapat dipahami dari
Alquran yang telah menjelaskan bahwa “Engkau tidak menemukan sedikit pun
ketidakseimbangan dalam ciptaan Yang Maha Pengasih. Ulang-ulanglah mengamati apakah
engkau melihat sedikit ketimpangan” (QS 67: 3). Prinsip ini menuntut manusia bukan saja hidup
seimbang, serasi, dan selaras dengan dirinya sendiri, tetapi juga menuntun manusia untuk
mengimplementasikan ketiga aspek tersebut dalam kehidupan.

Prinsip tauhid mengantarkan manusia dalam kegiatan ekonomi untuk meyakini bahwa
harta benda yang berada dalam genggamannya adalah milik Allah Swt. Keberhasilan para
pengusaha bukan hanya disebabkan oleh hasil usahanya sendiri, tetapi terdapat partsisipasi orang
lain. Tauhid yang akan menghasilkan keyakinan pada manusia bagi kesatuan dunia dan akhirat.
Tauhid dapat pula mengantarkan seorang pengusaha untuk tidak mengejar keuntungan materi
semata-mata, tetapi juga mendapat keberkahan dan keuntungan yang lebih kekal.

Oleh karena itu, seorang pengusaha dipandu untuk menghindari segala bentuk eksploitasi
terhadap sesama manusia. Dari sini dapat dimengerti mengapa Islam melarang segala praktek
riba dan pencurian, tetapi juga penipuan yang terselubung. Bahkan, Islam melarang kegiatan

21
bisnis hingga pada menawarkan barang pada di saat konsumen menerima tawaran yang sama
dari orang lain.9

9
Novita Sa’adatul Hidayah, “Persaingan Bisnis Pedagang Pasar Ganefo Mranggen Demak Dalam Tinjauan Etika
Bisnis Islam”, Skripsi, UIN Walisongo, Semarang, 2015

22
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Etika yang
mengikat pada diri entrepreneur, bertujuan dan bermanfaat untuk persahabatan dan pergaulan,
menyenangkan orang lain, membujuk pelangan, mempertahankan pelanggan serta membina dan
menjaga hubungan.

Prinsip-prinsip entrepreneurship menurut Dhidiek D. Machyudin, yaitu harus optimis,


ambisius, dapat membaca peluang pasar, sabar, jangan putus asa, jangan takut gagal, kegagalan
pertama dan kedua itu biasa, anggaplah kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Seorang
wirausaha harus memiliki budi pekerti yang baik, rasa sopan santun di dalam segi kegiatan
kewirausahaan, takrama di dalam segala tindakan dan perbuatan waktu berwirausaha, memiliki
tanggung jawab pada usahanya serta bersikap jujur dan benar sesuai dengan profesi usahanya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi. Tien Rafida. 2016. Pengantar KEWIRAUSAHAAN. Medan: PERDANA


PUBLISHING.

Munawaroh, Munijati. Hasnah Rimiyati. Fajarwati. 2016. KEWIRAUSAHAAN Untuk


Program Sastra 1. Yogyakarta: LP3M UMY

Firmansyah, Anang, and Anita Roosmawarni, Kewirausahaan (Dasar Dan Konsep,


Buku, 2019

Jeklin, Andrew, ‘KEWIRAUSAHAAN (Dasar Dan Konsep)’, July, 2016, 1–23 Teori,
Kewirausahaan, ‘Kewirausahaan (Teori Dan Praktek).’, September, 2021

Novita Sa’adatul Hidayah, “Persaingan Bisnis Pedagang Pasar Ganefo Mranggen


Demak Dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Skripsi, UIN Walisongo, Semarang, 2015

24

Anda mungkin juga menyukai