Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TAFSIR

Q.S An-Nisa: 125, Q.S. Asy-Syuraa : 13,


Q.S. Al-a’raf: 172

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir
Dosen Pengempu: Sobikhul Muayyat, M. Ag

Disusun oleh :

1. Dzaky Alwinsyah Akbar (43010200162)


2. Muhammad Fathurokhim (43010200163)

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


IAIN SALATIGA 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkah dan
rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Berikut ini kami
menyampaikan sebuah makalah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Tafsir,
semoga dibuatnya makalah ini dapat membantu menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa selalu memberikan ridhonya untuk segala usaha kami. Melalui kata pengantar
ini penulis terlebih dahulu untuk meminta maaf apabila dalam makalah terdapat kekurangan baik
isi maupun penulisan.

Terima kasih,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita sebagai manusia pasti pernah merasakan kebingungan dengan apa yang kita lakukan.
Dan bahkan terkadang bimbang dalam keputusan apa yang harus diperbuat. Maka dari itu
kita sebagai manusia harus memiliki panutan untuk menjalani hidup agar senantiasa tetap
berada pada hal-hal yang benar. Panutan yang harus kita miliki yaitu adalah sebuah agama.
Seperti yang telah dijelaskan pada Q.S An-Nisa: 125, Asy-Syuraa: 13 dan Al-a’raf: 172

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsir surat An-Nisa: 125?
2. Bagaimana tafsir surat Asy-Syuraa: 13?
3. Bagaimana tafsir surat Al-A’raf: 172?

C. Tujuan
1 Mengetahui tafsir surat An-nisa: 125
2 Mengetahui tafsir surat Asy-Syuraa: 13
3 Mengetahui tafsir surat Al-A’raf : 172
BAB II

PEMBAHASAN

1 Tafsir Surat An-Nisa 125

2ۗ 2‫ ا‬2ً‫ف‬2‫ ي‬2ِ‫ ن‬2‫ح‬2َ 2‫ َم‬2‫ ي‬2‫ ِه‬2‫ ا‬2‫ر‬2َ 2‫ ْب‬2ِ‫ إ‬2َ‫ ة‬2َّ‫ ل‬2‫ ِم‬2‫ َع‬2َ‫ ب‬2َّ‫ت‬2‫ ا‬2‫و‬2َ 2‫ن‬2ٌ 2‫س‬2ِ 2‫ح‬2ْ 2‫ ُم‬2‫ َو‬2ُ‫ ه‬2‫ َو‬2ِ ‫ هَّلِل‬2ُ‫ ه‬2َ‫ ه‬2‫ج‬2ْ 2‫ َو‬2‫ َم‬2َ‫ ل‬2‫ ْس‬2َ‫ أ‬2‫ن‬2ْ 2‫ َّم‬2‫ ِم‬2‫ ا‬2ً‫ن‬2‫ ي‬2‫ ِد‬2‫ن‬2ُ 2‫ َس‬2‫ح‬2ْ 2َ‫ أ‬2‫ن‬2ْ 2‫ َم‬2‫َو‬
‫اًل‬2‫ ي‬2ِ‫ ل‬2‫خ‬2َ 2‫ َم‬2‫ ي‬2‫ ِه‬2‫ ا‬2‫ر‬2َ 2‫ ْب‬2ِ‫ إ‬2ُ ‫ هَّللا‬2‫ َذ‬2‫ َخ‬2َّ‫ت‬2‫ ا‬2‫َو‬
Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah
diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya).

1. Tafsir Jalalayn

(Dan siapakah) maksudnya tidak seorang pun (yang lebih baik agamanya daripada orang
yang menyerahkan dirinya) artinya ia tunduk dan ikhlas dalam beramal (karena Allah,
sedangkan dia berbuat kebaikan) bertauhid (serta mengikuti agama Ibrahim) yang sesuai
dengan agama Islam (yang lurus) menjadi hal, arti asalnya jalan condong, maksudnya
condong kepada agama yang lurus dan meninggalkan agama lainnya. (Dan Allah mengambil
Ibrahim sebagai kesayangan-Nya) yang disayangi-Nya secara tulus dan murni.

2. Tafsir Quraish Shihab

Sesungguhnya dasar berbuat baik adalah keyakinan yang benar. Sikap beragama yang
paling baik adalah ikhlas bribadah hanya kepada Allah. Wajah, pikiran dan jiwa hanya
diarahkan kepada Allah semata. Tidak ada yang diharapkan selain perkenan-Nya. Orang yang
berbuat demikian, pikirannya akan benar hingga dapat mengetahui misi para rasul. Selain itu,
termasuk sikap beragama yang baik juga, adalah mengerjakan perbuatan-perbuatan baik
secara terus menerus, dengan mengikuti ajaran Nabi Ibrâhîm a. s., bapak para nabi. Agama
yang dibawanya adalah agama yang berasal dari Allah, yaitu agama yang memiliki semangat
pencarian kebenaran. Pada diri Ibrâhîm terdapat titik temu agama antara umat Islam, Yahudi
dan Nasrani. Oleh karena itu, ikutilah agamanya. Sesungguhnya Allah telah memuliakan
Ibrâhîm dengan menamakannya sebagai khalîl (kesayangan).
2 Tafsir Surat Asy-Syuraa 13

‫ص ْينَا بِ ٖ ٓه اِب ْٰر ِه ْي َم َو ُموْ ٰسى‬ ْٓ ‫صى بِ ٖه نُوْ حًا َّوالَّ ِذ‬
َّ ‫ي اَوْ َح ْينَٓا اِلَ ْيكَ َو َما َو‬ ّ ٰ ‫َش َر َع لَ ُك ْم ِّمنَ ال ِّد ْي ِن َما َو‬
‫َو ِعي ٰ ْٓسى اَ ْن اَقِ ْي ُموا ال ِّد ْينَ َواَل تَتَفَ َّرقُوْ ا فِ ْي ۗ ِه َكب َُر َعلَى ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َما تَ ْد ُعوْ هُ ْم اِلَ ْي ۗ ِه هّٰللَا ُ يَجْ تَبِ ْٓي اِلَ ْي ِه‬
ُ‫ي اِلَ ْي ِه َم ْن يُّنِي ْۗب‬
ْٓ ‫َم ْن يَّ َش ۤا ُء َويَ ْه ِد‬
Artinya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

1. Tafsir Jalalain

(Dia telah mensyariatkan bagi kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh) dia adalah nabi pertama yang membawa syariat (yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu,
"Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya.") inilah ajaran yang
telah disyariatkan dan yang telah diwasiatkan serta yang telah diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw. yaitu ajaran Tauhid. (Amat berat) amat besarlah (bagi orang-orang musyrik
agama yang kamu seru mereka kepadanya) yakni ajaran tauhid (Allah menarik kepada agama
itu) kepada ajaran tauhid (orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada agama-
Nya orang yang kembali kepada-Nya) orang yang mau menerima untuk berbuat taat kepada-
Nya.

2. Tafsir Ibnu Katsir

Disebutkanlah rasul pertama sesudah Adam a.s. yaitu Nuh a.s. dan rasul yang terakhir,
yaitu Nabi Muhammad Saw. Kemudian disebutkan sesudahnya rasul-rasul yang bergelar ulul
'azmi; mereka adalah Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam. Ayat ini menyebutkan semua
rasul ulul 'azmi yang lima orang sebagaimana yang disebutkan dalam suatu ayat dan surat Al-
Ahzab melalui firman-Nya:

َ ‫} َوإِ ْذ أَخَ ْذنَا ِمنَ النَّبِيِّينَ ِميثَاقَهُ ْم َو ِم ْن‬


ٍ ُ‫ك َو ِم ْن ن‬
{‫وح َوإِب َْرا ِهي َم َو ُمو َسى َو ِعي َسى اب ِْن َمرْ يَ َم‬
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari
Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam. (Al-Ahzab: 7)
Dan di dalam hadis disebutkan seperti berikut:

ٍ ‫"نَحْ ُن َم ْع َش َر اأْل َ ْنبِيَا ِء أَوْ اَل ُد َعاَّل‬


ِ ‫ت ِدينُنَا َو‬
"‫اح ٌد‬
Kami para nabi adalah saudara yang berbeda-beda ibu, tetapi agama kami satu.

Dengan kata lain, kesamaan yang ada di antara mereka ialah menyembah Allah semata, tiada
sekutu bagi-Nya, sekalipun syariat dan tuntunannya berbeda-beda. Seperti yang disebutkan
dalam firman-Nya:

{‫}لِ ُكلٍّ َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا‬


Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (Al-Maidah:
48)

Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

{‫}أَ ْن أَقِي ُموا ال ِّدينَ َوال تَتَفَ َّرقُوا فِي ِه‬


Tegakkanlah agamamu dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (Asy-Syura: 13)

Allah Swt. memerintahkan kepada semua nabi untuk rukun dan bersatu, serta melarang
mereka berpecah belah dan berlainan pendapat.

Firman Allah Swt.:

{‫} َكب َُر َعلَى ْال ُم ْش ِر ِكينَ َما تَ ْد ُعوهُ ْم إِلَ ْي ِه‬
Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. (Asy-Syura:
13)

Yakni amat berat bagi mereka dan mereka antipati terhadap ajaran tauhid yang engkau
serukan kepada mereka, hai Muhammad. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:

{ ُ‫}هَّللا ُ يَجْ تَبِي إِلَ ْي ِه َم ْن يَ َشا ُء َويَ ْه ِدي إِلَ ْي ِه َم ْن يُنِيب‬


Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Asy-Syura: 13)

Dialah yang menentukan hidayah bagi siapa yang berhak menerimanya. Dia pula yang
menetapkan kesesatan atas orang yang lebih memilih jalan kesesatan daripada jalan petunjuk.
3 Tafsir Surat Al-A’raf 172

ُ ‫ُور ِه ْم ُذرِّ يَّتَهُ ْم َوأَ ْشهَ َدهُ ْم َعلَ ٰى أَ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَس‬


ۛ ‫ْت بِ َربِّ ُك ْم ۖ قَالُوا بَلَ ٰى‬ ِ ‫َوإِ ْذ أَخَ َذ َربُّكَ ِم ْن بَنِي آ َد َم ِم ْن ظُه‬
َ‫َش ِه ْدنَا ۛ أَ ْن تَقُولُوا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة إِنَّا ُكنَّا ع َْن ٰهَ َذا غَافِلِين‬
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)",

1. Tafsir Jalalain

(Dan) ingatlah (ketika) sewaktu (Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka) menjadi badal isytimal dari lafal sebelumnya dengan mengulangi huruf jar
(yaitu anak cucu mereka) maksudnya Dia mengeluarkan sebagian mereka dari tulang sulbi
sebagian lainnya yang berasal dari sulbi Nabi Adam secara turun-temurun, sebagaimana
sekarang mereka beranak-pinak mirip dengan jagung di daerah Nu`man sewaktu hari
Arafah/musim jagung. Allah menetapkan kepada mereka bukti-bukti yang menunjukkan
ketuhanan-Nya serta Dia memberinya akal (dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka) seraya berfirman, ("Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul.)
Engkau adalah Tuhan kami (kami menjadi saksi.") yang demikian itu. Kesaksian itu supaya
(tidak) jangan (kamu mengatakan) dengan memakai ya dan ta pada dua tempat, yakni orang-
orang kafir (di hari kiamat kelak, "Sesungguhnya kami terhadap hal-hal ini) yakni keesaan
Tuhan (adalah orang-orang yang lalai.") kami tidak mengetahuinya.

2. Tafsir Quraish Shihab

Pada ayat ini Allah menjelaskan kepada umat manusia mengenai keesaan-Nya melalui
bukti-bukti yang terdapat di alam raya, setelah sebelumnya dijelaskan melalui perantaraan
para rasul dan kitab-kitab suci- Nya. Allah berfirman, "Ingatkanlah manusia, wahai Nabi, saat
Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi-sulbi anak-anak Adam, keturunannya yang melahirkan
generasi-generasi selanjutnya. Kemudian Dia memberi mereka bukti-bukti ketuhanan melalui
alam raya ciptaan-Nya, sehingga--dengan adanya bukti-bukti itu--secara fitrah akal dan hati
nurani mereka mengetahui dan mengakui kemahaesaan Tuhan. Karena begitu banyak dan
jelasnya bukti-bukti keesaan Tuhan di alam raya ini, seakan-akan mereka dihadapi oleh satu
pertanyaan yang tak dapat dibantah, 'Bukankah Aku Tuhan kalian?' Mereka menjawab, 'Betul,
Engkau adalah Tuhan yang diri kami sendiri mempersaksikan-Mu. ' Dengan demikian,
pengetahuan mereka akan bukti-bukti tersebut menjadi suatu bentuk penegasan dan, dalam
waktu yang sama, pengakuan akan kemahaesaan Tuhan. Hal itu kami lakukan agar di hari
kiamat nanti mereka tak lagi beralasan dengan mengatakan, 'Sesungguhnya kami tidak tahu
apa-apa mengenai keesaan Tuhan ini.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Surat An-nisa ayat 125 menjelaskan bahwa tiada orang yang beragamanya lebih baik dari
pada orang yang berserah diri kepada Allah Swt.
2. Surat Asy-Syura ayat 13 menjelaskan bahwa orang-orang musyrik sangat sulit utuk kembali
ke jalan yang baik dikarenakan Allah Swt memberi petunjuk kepada orang yang berserah diri
kepada-Nya
3. Surat Al-A’raf ayat 172 menjelaskan bahwa manusia memiliki kewajiban berketuhanan
hanya kepada Allah semata, dan manusia diamanahi untuk menjaga fitrah tersebut dari
kelalaian yang akan menyesatkan.

B. Saran
Demikian apa yang dapat disampaikan dari kelompok kami. Kami menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kami dengan senang hati menerima
kritik maupun saran yang dapat membangun bagi kami untuk kedepannya, sehingga kami dapat
menuju hal yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, Muhammad Quraish. 2013. Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati

Katsir, Ismail. 1923. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir.

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-araf-ayat-172-174.html

https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-125

Anda mungkin juga menyukai