Anda di halaman 1dari 19

PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN,

PRINSIP STRATEGI PEMBELAJARAN & STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran MI/SD

Dosen Pengampu : Nur Luthfi Rizqa Herianingtyas, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Ririn Nurlafikasi Dewi (11210183000082)


Laila Hani (11210183000089)
Indira Putri Nurfadilla (11210183000090)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan hikmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar hingga selesai
tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Kami berterima kasih kepada Ibu Nur Luthfi Rizqa Herianingtyas, M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran MI/SD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis berharap dengan disusunnya
makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
demi kemajuan pendidikan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, saya
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan pembaca.

Jakarta, 8 September 2002

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran
A. Manfaat Strategi dalam Proses Pembelajaran
B. Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran
C. Perbedaan antara Strategi, Metode, dan Teknik
2.2 Prinsip Strategi Pembelajaran
2.3 Pengertian Standar Nasional Pendidikan
A. Fungsi Standar Nasional Pendidikan
B. Tujuan Standar Nasional Pendidikan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan unsur terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan.
Apabila terjadi penurunan kualitas pendidikan, maka biasanya yang pertama harus
dievaluasi adalah komponen yang berkaitan dengan pendidikan khususnya guru sebagai
pelaksana pembelajaran.
Pembelajaran merupakan kemampuan dalam mengelola secara operasional dan
efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran sehingga
menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang
berlaku.
Sebagai tenaga profesional, guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran tetapi juga terampil dalam memberikan bantuan dalam memberikan bantuan
dan bimbingan kepada siswa untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Guru juga diharapkan mampu berperan sebagai inovator maupun menjadi agen
pembaharuan, maka guru perlu memiliki wawasan yang memadai mengenai berbagai
inovasi teknologi pendidikan yang pernah dan mungkin dikembangkan pada jenjang
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian strategi pembelajaran dan manfaatnya dalam proses pembelajaran?
2. Apa saja komponen dan prinsip strategi pembelajaran?
3. Apa perbedaan antara strategi, metode, dan teknik
4. Apa pengertian, fungsi dan tujuan Standar Nasional Pendidikan

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian strategi pembelajaran dan manfaatnya dalam proses


pembelajaran.
2. Mengetahui komponen dan prinsip dari strategi pembelajaran.
3. Menjelaskan perbedaan antara strategi, metode dan teknik.
4. Mengetahui pengertian, fungsi dan tujuan Standar Nasional Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ‘siasat’, ‘kiat’, ‘trik’, atau ‘cara’.
Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru
dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.

Didalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of


activities designed to achieves a particular education goal”. Jadi strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Wina Sanjaya istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya,


dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Di dalam konteks
belajar mengajar, strategi berarti pola umum aktivitas guru-peserta didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam
dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan guru- peserta didik di dalam
bermacam-macam peristiwa belajar. Sedangkan kata pembelajaran merupakan
perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis
cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan
oleh guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar
(BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).

Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang
mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003. Menurut undang-undang ini pembelajaran diartikan sebagai pola interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun
dalam Implementasinya, sering kali kata pembelajaran ini diidentikkan dengan kata
mengajar, Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata
dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kata
pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan ”pe” dan akhiran
“an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar,
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Jadi pembelajaran merupakan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau guru dan peserta didik atau siswa
dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu yaitu agar anak memperoleh baik ilmu
pengetahuan, kemahiran atau keterampilan serta sikap atau tabiat yang baik.

A. Manfaat Strategi Dalam Proses Pembelajaran


Made Wena (2014) menjelaskan mengapa perlu penggunaan suatu strategi
dalam proses pembelajaran. Penggunaan strategi dalam proses pembelajaran sangat
perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai
hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah
sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal,
dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun bagi peserta
didik. Bagi guru, strategi dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan bertindak yang
sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi peserta didik, penggunaan strategi
pembelajaran dapat mempermudah proses belajar, karena setiap strategi pembelajara
dirancang untuk mempermudah proses belajar peserta didik.

B. Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran


Dick dan Carey (1996: 184) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi
pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi,
partisipasi peserta didik, tes dan kegiatan lanjutan. Pertama, kegiatan pembelajaran
pendahuluan. Kegiatan pembelajaran pendahuluan memiliki peranan penting dalam
proses pembelajaran. Pada kegiatan ini pendidik diharapkan dapat menarik minat
peserta didik atas materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan
yang disampaikan dengan menarik akan dapat memotivasi peserta didik untuk belajar.
Sebagaimana iklan yang berbunyi: “Kesan pertama begitu menggoda....
selanjutnya terserah anda...”, maka demikian pula dengan peserta didik yang dihadapi
pendidik (guru). Cara guru mempekenalkan materi pelajaran melalui contoh-contoh
ilustrasi tentang kehidupan sehari-hari atau cara guru menyakinkan apa manfaat
mempelajari pokok bahasan tertentu akan sangat mempengaruhi motivasi belajar
peserta didik (Nurani, dkk., 2003: 1.9).

Kegiatan pembelajaran pendahuluan dapat dilakukan melalui teknik- teknik berikut :


1) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dapat dicapai oleh semua
peserta didik diakhir kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan ini, peserta didik
akan mengetahui apa yang harus diingat, dipecahkan, dan diinterpretasi. Di
amping itu, peserta didik terbantu untuk memusatkan strategi belajar kearah hasil
pembelajaran (Al Muchtar, 2007: 2.6). Untuk itu, pendidik hendaknya dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran menggunakan kata-kata dan bahasa yang
mudah dimengerti oleh peserta didik. Pada umumnya, penjelasan dengan
menggunakan ilustrasi kasus yang sering dialami oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan bagi peserta didik yang lebih dewasa dapat
dibacakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
(Nurani, dkk., 2003: 1.9);
2) Lakukan appersepsi, berupa kegiatan yang menghubungkan antara pengetahuan
lama dan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Tunjukkan pada peserta didik
tentang eratnya hubungan antara pengetahuan yang telah mereka miliki dengan
pengetahuan yang akan dipelajari. Kegiatan ini dapat menimbulkan rasa mampu
dan percaya diri sehingga mereka terhindar dari rasa cemas dan takut menemui
kesulitan dan kegagalan (Nurani, dkk., 2003: 1.9-1.10).

Kedua, penyampaian informasi. Dalam kegiatan ini pendidik akan


menetapkan secara pasti informasi, konsep, aturan, dan prinsip-prinsip apa yang perlu
disajikan kepada peserta didik. Di sinilah penjelasan pokok tentang semua materi
pembelajaran. Kesalahan utama yang sering terjadi pada tahap ini adalah menyajikan
informasi terlalu banyak, terutama jika sebagian besar informasi itu tidak relevan
dengan tujuan pembelajaran (Al Muchtar, dkk, 2007: 2.7). Di samping itu, pendidik
harus memahami dengan baik situasi dan kondisi yang dihadapinya. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi, yaitu urutan, ruang lingkup,
dan jenis materi.

a. Urutan penyampaian
Urutan penyampaian materi pelajaran harus menggunakan pola yang tepat. Urutan
materi diberikan berdasarkan tahapan berpikir dari hal-hal yang bersifat kongkret
ke hal-hal yang bersifat abstrak atau dari hal-hal yang sederhana atau mudah
dilakukan ke hal-hal yang lebih kompleks atau sulit dilakukan. Selain itu, perlu
juga diperhatikan apakah suatu materi harus disampaikan secara berurutan atau
boleh melompat-lompat atau dibolak balik, seperti misalnya dari teori ke praktik
atau dari praktik ke teori. Urutan penyampaian informasi yang sistematis akan
memudahkan peserta didik cepat memahami apa yang ingin disampaikan oleh
pendidiknya (Nurani, dkk., 2003: 1.9-1.10);

b. Ruang lingkup materi yang disampaikan


Besar kecilnya materi yang disampaikan atau ruang lingkup materi sangat
bergantung pada karakteristik peserta didik dan jenis materi yang dipelajari.
Umumnya ruang lingkup materi sudah tergambar pada saat menentukan tujuan
pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran berisi muatan tentang fakta maka
ruang lingkupnya lebih kecil dibandingkan dengan tujuan pembelajaran yang
berisi muatan tentang suatu prosedur. Yang perlu diperhatikan pendidik dalam
memperkirakan besar kecilnya materi adalah penerapan teori Gestalt. Teori
tersebut menyebutkan bagian-bagian kecil merupakan satu kesatuan yang
bermakna apabila dipelajari secara keseluruhan dan keseluruhan tidaklah berarti
tanpa bagian-bagian kecil tadi.

c. Materi yang akan disampaikan


Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi berbentuk
pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-
langkah, prosedur, keadaan, dan syarat-syarat tertentu), dan sikap (berisi pendapat,
ide, saran, atau tanggapan) (Kemp, 1977). Merill (1977: 37) membedakan isi
pelajaran menjadi empat jenis, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Dalam
isi pelajaran ini terlihat masing-masing jenis pelajaran sudah pasti memerlukan
strategi penyampaian yang berbeda-beda. Karena itu, dalam menentukan strategi
pembelajaran pendidik harus terlebih dahulu memahami jenis materi pelajaran
yang akan disampaikan agar diperoleh strategi pembelajaran yang sesuai.
Ketiga, partisipasi peserta didik. Partisipasi peserta didik sangat penting dalam
proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik
secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan (Nurani, dkk., 2003: 1.11). Terdapat beberapa
hal penting yang terkait dengan partisipasi peserta didik.

a. Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi
tentang suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Agar materi tersebut benar-
benar terinternalisasi (relatif mantap dan menetap dalam diri mereka) maka
kegiatan selanjutnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk
berlatih atau mempraktikkan pengetahuan, sikap, keterampilan tersebut;
b. Umpan balik. Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai
hasil belajarnya, maka pendidik memberikan umpan balik terhadap hasil belajar
tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh pendidik, peserta didik akan
segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka
lakukan itu benar/salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
Umpan balik dapat berupa penguatan positif dan penguatan negatif. Melalui
penguatan positif (baik, bagus, tepat sekali, dan sebagainya), diharapkan perilaku
tersebut akan terus dipelihara atau ditunjukkan oleh peserta didik. Sebaliknya
melalui penguatan negatif (kurang tepat, salah, perlu disempurnakan dan
sebagainya), diharapkan perilaku tersebut akan dihilangkan oleh peserta didik
(Nurani, dkk, 2003: 1.11)

Keempat, tes. Ada dua jenis tes atau penilaian yang biasa dilakukan oleh
kebanyakan pendidik, yaitu pretest dan posttest (Al Muchtar, 2007: 2.8). Secara
umum tes digunakan oleh pendidik untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran
khusus telah tercapai atau belum dan apakah pengetahuan, keterampilan dan sikap
telah benar-benar dimiliki peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes biasanya
dilaksanakan diakhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui berbagai
proses pembelajaran, yaitu penjelasan tujuan diawal kegiatan pembelajaran,
penyampaian informasi berupa materi pembelajaran. Di samping itu, pelaksanaan tes
juga dilakukan setelah peserta didik melakukan latihan atau praktik (Nurani, dkk.,
2003: 1.12).
Kelima, kegiatan lanjutan. Kegiatan lanjutan atau follow up, secara prinsip ada
hubungannya dengan hasil tes yang telah dilakukan. Karena egiatan lanjutan
esensinya adalah untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik (Winaputra, 2001:
3.43). Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan hasil
belajar peserta didik antara lain adalah sebagai berikut.

1) Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah;


2) Menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik;
3) Membaca materi pelajaran tertentu;
4) Memberikan motivasi dan bimbingan belajar.

C. Perbedaan antara Strategi, Metode, dan Teknik


Pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan berbagai
istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau
pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Istilah strategi, metode, atau teknik sering digunakan secara bergantian, walaupun
pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Teknik pembelajaran sering kali disamakan artinya dengan metode pembelajaran.
Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan
kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai.

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang


dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajran lebih bersifat procedural, yaitu berisi tahapan tertentu,
sedangkan Teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan
perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi
mereka menggunakan teknik yang berbeda. Apabila dikaji kembali, definisi strategi
pembelajaran yang dikemukakan oleh berbagai ahli sebagaimana telah diuraikan
terdahulu, maka jelas disebutkan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung
penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan perkataan lain, strategi pembelajaran mengandung
arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya metode/prosedur dan Teknik
pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar
untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.
Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber
belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode
pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak
dari penentuan tujuan, yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode
yang relevan selama proses pembelajaran berlansung.

2.2 Prinsip Strategi Pembelajaran


Pada saat menggunakan strategi pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang
harus menjadi perhatian pendidik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Ada beberapa prinsip strategi pembelajaran yang dapat diikuti, yaitu:
1. Interaktif
Prinsip interaktif ini mempunyai makna bahwa seorang pengajar tidak hanya sekedar
menyampaikan pengetahuannya saja ke peserta didik. Akan tetapi hendaknya
jadikanlah mengajar sebagai proses untuk mengatur lingkungan yang dapat
merangsang peserta didik agar mempunyai keinginan untuk belajar. Oleh karena itu
proses pembelajaran harus menjadi proses interaksi yang baik antara pendidik dan
peserta didik, antara sesama pendidik maupun peserta didik dengan lingkungannya.
Dengan demikian kemampuan peserta didik akan berkembang baik secara mental-
spiritual, intelektual, emosional, sosial dan fisik.

2. Inspiratif
Prinsip inspiratif ini mempunyai makna bahwa proses pembelajaran harus dapat
membuat peserta didik menjadi ingin untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Saat
proses pembelajaran pendidik harus membuka peluang yang seluas-luasnya agar
peserta didik dapat melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pembelajarannya.
Peserta didik harus dimotivasi agar dapat mengembangkan inspirasinya sendiri,
sehingga pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya dapat dikembangkan
sehingga bermakna, dan kontekstual.
3. Menyenangkan
Prinsip menyenangkan ini bermakna bahwa proses pembelajaran harus dapat
mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Hal ini dapat terjadi jika proses
pembelajaran tidak menegangkan dan manakutkan, tetapi justru menyenangkan,
menggembirakan bagi peserta didik.

4. Menantang
Prinsip menantang ini lebih bermakna ke arah yang positif. Proses pembelajaran harus
menjadikan peserta didik tertantang untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Oleh karena itu keterampilan aplikatif dan keterampilan bersosial harus ditumbuhkan
dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu dengan kegiatan percobaan, berpikir
secara intuitif, dan analitis. Peserta didik harus dilatih untuk belajar berpikir learning
how to learn' dan belajar melakukan sesuatu learning how to do'.

5. Motivasi
Prinsip motivasi merupakan dorongan yang dapat membuat peserta didik dapat
bertindak melakukan sesuatu. atau Terkait dengan proses pembelajaran, pendidik
mempunyai peran yang penting dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
Oleh sebab itu, pendidik harus mempunyai pengalaman materi sehingga dapat
menunjukkan pentingnya pendalaman materi bagi kehidupan peserta didik di
kemudian hari. Dalam melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar yang efektif
memang mudah, namun tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan. Seorang
guru wajib mempunyai sejumlah strategi yang dapat digunakan agar dapat mencapai
tujuan belajar dan mengajar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Sanjaya (2006: 129-131), ada empat prinsip umum yang harus
diperhatikan pendidik dalam penggunaan strategi pembelajaran, yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran, tujuan merupakan komponen yang utama. Segala
aktivitas pendidik dan peserta didik, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan, karena keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat dilihat dari
keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

2. Aktivitas
Belajar bukan hanya menghafal sejumlah fakta atau informasi, tapi juga berbuat,
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu,
strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik, baik aktivitas
fisik, maupun aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

3. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun
pendidik mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin
dicapai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik. Pendidik yang berhasil adalah
apabila ia menangani 40 orang peserta didik seluruhnya berhasil mencapai tujuan; dan
sebaliknya dikatakan pendidik yang tidak berhasil manakala dia menangani 40 orang
peserta didik 35 tidak berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

4. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta
didik. Dengan demikian, mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan
kognitif saja, tetapi juga mengembangkan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh kepribadian
peserta didik yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik secara terintegrasi.

Keempat prinsip tersebut sejalan dengan peraturan pemerintah No. 32 tahun 2013,
yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satu satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

2.3 Pengertian Standar Nasional Pendidikan


Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang istilah standar nasional
pendidikan, maka terlebih dahulu dikemukakan pengertianya secara Bahasa, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Standar”, diberi arti “ukuran tertentu yang dipakai
sebagai patokan”. Nasional adalah bersifat kebangsaan, berkenaan atau berasal dari
bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa. Ki Hajar Dewantara sang tokoh pendidikan
nasional berpendapat bahwa pendidikan yaitu usaha yang dilakukan dengan penuh
keinsyafan yang ditunjukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Pasal 1 Ayat 1), dan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2). Jadi Standar nasional pendidikan
adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia."

Standar nasional pendidikan (SNP) seharusnya dirumuskan secara kolaburatif,


bukan hanya oleh DEPDIKNAS, artinya, masyarakat umum juga perlu ikut serta dalam
pembentukan PP tentang SNP sebagai bentuk kepedulian sistem pendidikan adalah suatu
kontruksi ide dan konsep yang dapat di kontruksi mulai dari tujuan pendidikan nasional
dan tujuan pembelajaran pada setiap jenjang Pendidikan.

Selain itu kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pen dan
ahiran an yang berati perbuatan, hal, cara, yang berkenaan dengan mendidik,
pengetahuan tentang mendidik dan berarti pula pemeliharaan, latihan-latihan, yang
meliputi lahir dan batin. Sedang dalam pengertian yang lazim digunakan pengertian
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik aspek
rohaniyah maupun jasmaniyah serta berlangsung setahap demi setahap.
Pendidikan dalam makna yang umum dapat diberi arti sebagai komunikasi
terorganisasi dan berkelanjutan yang disusun untuk menumbuhkan kegiatan belajar.
Sedang pendidikan menurut undang-undang dasar Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang sisitem pendidikan nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Adapun Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sisitem
pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia jadi standar
nasional pendidikan adalah batas minimal tentang sisitem pendidikan bagi
penyelenggara pendidikan bisa melakukan suatu proses pendidikan diseluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa sistem pendidikan indonesia


diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan
peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat. Sebagaimana terungkap dalam UU No.20
tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, "Pendidikan nasional
bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah
air".

A. Fungsi Standar Nasional Pendidikan


Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu. Dengan demikian, dalam pendidikan standar pendidikan ini
menjadi sumber dan acuan penyelenggaraan pendidikan untuk mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu." Fungsi lainnya adalah sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
1) Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu
2) Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global.
B. Tujuan Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan juga bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan
secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global. untuk penjaminan dan pengendalian mutu
pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi
dan sertifikasi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1) Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat
secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".

2) Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai
berikut:
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

3) Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau
mata pelajaran.

4) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah
mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali
pertemuan.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau
guru dan peserta didik atau siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu yaitu agar
anak memperoleh baik ilmu pengetahuan, kemahiran atau keterampilan serta sikap atau tabiat
yang baik.

Komponen strategi pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan,


penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes dan kegiatan lanjutan. Ada beberapa
prinsip strategi pembelajaran, diantaranya yaitu interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang dan motivasi.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan,
"Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan
tanah air".

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka
Setia.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Intreraksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.

Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan.


Jakarta: Prenada.

Sutikno, Sobri. 2021. Strategi Pembelajaran. Indramayu: CV Adanu Abimata.

Akrim. 2022. Buku Ajar Strategi Pembelajaran. Medan: Umsu Press.

Egok, Asep Sukenda. 2019. Profesi Kependidikan. Semarang: CV Pilar Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai