Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran MI/SD
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan hikmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar hingga selesai
tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.
Kami berterima kasih kepada Ibu Nur Luthfi Rizqa Herianingtyas, M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran MI/SD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis berharap dengan disusunnya
makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
demi kemajuan pendidikan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, saya
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran
A. Manfaat Strategi dalam Proses Pembelajaran
B. Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran
C. Perbedaan antara Strategi, Metode, dan Teknik
2.2 Prinsip Strategi Pembelajaran
2.3 Pengertian Standar Nasional Pendidikan
A. Fungsi Standar Nasional Pendidikan
B. Tujuan Standar Nasional Pendidikan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran
Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ‘siasat’, ‘kiat’, ‘trik’, atau ‘cara’.
Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru
dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.
Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang
mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003. Menurut undang-undang ini pembelajaran diartikan sebagai pola interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun
dalam Implementasinya, sering kali kata pembelajaran ini diidentikkan dengan kata
mengajar, Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata
dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kata
pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan ”pe” dan akhiran
“an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar,
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Jadi pembelajaran merupakan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau guru dan peserta didik atau siswa
dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu yaitu agar anak memperoleh baik ilmu
pengetahuan, kemahiran atau keterampilan serta sikap atau tabiat yang baik.
Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun bagi peserta
didik. Bagi guru, strategi dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan bertindak yang
sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi peserta didik, penggunaan strategi
pembelajaran dapat mempermudah proses belajar, karena setiap strategi pembelajara
dirancang untuk mempermudah proses belajar peserta didik.
a. Urutan penyampaian
Urutan penyampaian materi pelajaran harus menggunakan pola yang tepat. Urutan
materi diberikan berdasarkan tahapan berpikir dari hal-hal yang bersifat kongkret
ke hal-hal yang bersifat abstrak atau dari hal-hal yang sederhana atau mudah
dilakukan ke hal-hal yang lebih kompleks atau sulit dilakukan. Selain itu, perlu
juga diperhatikan apakah suatu materi harus disampaikan secara berurutan atau
boleh melompat-lompat atau dibolak balik, seperti misalnya dari teori ke praktik
atau dari praktik ke teori. Urutan penyampaian informasi yang sistematis akan
memudahkan peserta didik cepat memahami apa yang ingin disampaikan oleh
pendidiknya (Nurani, dkk., 2003: 1.9-1.10);
a. Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi
tentang suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Agar materi tersebut benar-
benar terinternalisasi (relatif mantap dan menetap dalam diri mereka) maka
kegiatan selanjutnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk
berlatih atau mempraktikkan pengetahuan, sikap, keterampilan tersebut;
b. Umpan balik. Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai
hasil belajarnya, maka pendidik memberikan umpan balik terhadap hasil belajar
tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh pendidik, peserta didik akan
segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka
lakukan itu benar/salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
Umpan balik dapat berupa penguatan positif dan penguatan negatif. Melalui
penguatan positif (baik, bagus, tepat sekali, dan sebagainya), diharapkan perilaku
tersebut akan terus dipelihara atau ditunjukkan oleh peserta didik. Sebaliknya
melalui penguatan negatif (kurang tepat, salah, perlu disempurnakan dan
sebagainya), diharapkan perilaku tersebut akan dihilangkan oleh peserta didik
(Nurani, dkk, 2003: 1.11)
Keempat, tes. Ada dua jenis tes atau penilaian yang biasa dilakukan oleh
kebanyakan pendidik, yaitu pretest dan posttest (Al Muchtar, 2007: 2.8). Secara
umum tes digunakan oleh pendidik untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran
khusus telah tercapai atau belum dan apakah pengetahuan, keterampilan dan sikap
telah benar-benar dimiliki peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes biasanya
dilaksanakan diakhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui berbagai
proses pembelajaran, yaitu penjelasan tujuan diawal kegiatan pembelajaran,
penyampaian informasi berupa materi pembelajaran. Di samping itu, pelaksanaan tes
juga dilakukan setelah peserta didik melakukan latihan atau praktik (Nurani, dkk.,
2003: 1.12).
Kelima, kegiatan lanjutan. Kegiatan lanjutan atau follow up, secara prinsip ada
hubungannya dengan hasil tes yang telah dilakukan. Karena egiatan lanjutan
esensinya adalah untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik (Winaputra, 2001:
3.43). Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan hasil
belajar peserta didik antara lain adalah sebagai berikut.
2. Inspiratif
Prinsip inspiratif ini mempunyai makna bahwa proses pembelajaran harus dapat
membuat peserta didik menjadi ingin untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Saat
proses pembelajaran pendidik harus membuka peluang yang seluas-luasnya agar
peserta didik dapat melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pembelajarannya.
Peserta didik harus dimotivasi agar dapat mengembangkan inspirasinya sendiri,
sehingga pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya dapat dikembangkan
sehingga bermakna, dan kontekstual.
3. Menyenangkan
Prinsip menyenangkan ini bermakna bahwa proses pembelajaran harus dapat
mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Hal ini dapat terjadi jika proses
pembelajaran tidak menegangkan dan manakutkan, tetapi justru menyenangkan,
menggembirakan bagi peserta didik.
4. Menantang
Prinsip menantang ini lebih bermakna ke arah yang positif. Proses pembelajaran harus
menjadikan peserta didik tertantang untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Oleh karena itu keterampilan aplikatif dan keterampilan bersosial harus ditumbuhkan
dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu dengan kegiatan percobaan, berpikir
secara intuitif, dan analitis. Peserta didik harus dilatih untuk belajar berpikir learning
how to learn' dan belajar melakukan sesuatu learning how to do'.
5. Motivasi
Prinsip motivasi merupakan dorongan yang dapat membuat peserta didik dapat
bertindak melakukan sesuatu. atau Terkait dengan proses pembelajaran, pendidik
mempunyai peran yang penting dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
Oleh sebab itu, pendidik harus mempunyai pengalaman materi sehingga dapat
menunjukkan pentingnya pendalaman materi bagi kehidupan peserta didik di
kemudian hari. Dalam melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar yang efektif
memang mudah, namun tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan. Seorang
guru wajib mempunyai sejumlah strategi yang dapat digunakan agar dapat mencapai
tujuan belajar dan mengajar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Sanjaya (2006: 129-131), ada empat prinsip umum yang harus
diperhatikan pendidik dalam penggunaan strategi pembelajaran, yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran, tujuan merupakan komponen yang utama. Segala
aktivitas pendidik dan peserta didik, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan, karena keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat dilihat dari
keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
2. Aktivitas
Belajar bukan hanya menghafal sejumlah fakta atau informasi, tapi juga berbuat,
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu,
strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik, baik aktivitas
fisik, maupun aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
3. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun
pendidik mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin
dicapai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik. Pendidik yang berhasil adalah
apabila ia menangani 40 orang peserta didik seluruhnya berhasil mencapai tujuan; dan
sebaliknya dikatakan pendidik yang tidak berhasil manakala dia menangani 40 orang
peserta didik 35 tidak berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
4. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta
didik. Dengan demikian, mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan
kognitif saja, tetapi juga mengembangkan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh kepribadian
peserta didik yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik secara terintegrasi.
Keempat prinsip tersebut sejalan dengan peraturan pemerintah No. 32 tahun 2013,
yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satu satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Pasal 1 Ayat 1), dan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2). Jadi Standar nasional pendidikan
adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia."
Selain itu kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pen dan
ahiran an yang berati perbuatan, hal, cara, yang berkenaan dengan mendidik,
pengetahuan tentang mendidik dan berarti pula pemeliharaan, latihan-latihan, yang
meliputi lahir dan batin. Sedang dalam pengertian yang lazim digunakan pengertian
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik aspek
rohaniyah maupun jasmaniyah serta berlangsung setahap demi setahap.
Pendidikan dalam makna yang umum dapat diberi arti sebagai komunikasi
terorganisasi dan berkelanjutan yang disusun untuk menumbuhkan kegiatan belajar.
Sedang pendidikan menurut undang-undang dasar Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang sisitem pendidikan nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Adapun Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sisitem
pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia jadi standar
nasional pendidikan adalah batas minimal tentang sisitem pendidikan bagi
penyelenggara pendidikan bisa melakukan suatu proses pendidikan diseluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai
berikut:
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
3) Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau
mata pelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau
guru dan peserta didik atau siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu yaitu agar
anak memperoleh baik ilmu pengetahuan, kemahiran atau keterampilan serta sikap atau tabiat
yang baik.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan,
"Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan
tanah air".
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka
Setia.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Intreraksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.