Kelompok 3
Amelia Sulistiawati ( Pm 02.221.1002)
Annisa Safitra (Pm 02.221.1003)
Een (Pm 02.221.1022)
Hilal Hamdi (Pm 02.221.1037)
Neneng Padilah ( Pm 02.221.1071)
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya . Sholawat serta salam tidak lupa kita junjungkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW , tauladan sejati sampai akhir zaman, sehingga penulis dapat menyelesaiakan makalah
yang berjudul “STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS MI/SD“ dengan baik tanpa adanya suatu
halangan yang berarti.
Terselesaikannya penulisan atau penyusunan makalah ini adalah berkat dukungan dari
semua pihak,untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada segenap pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian makalah ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan.
Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan penulis .
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1
(Mansyur, 1991: 6)
Roestiyah, N. K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Senjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudrajat, A. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran.
Tersedia:http://smacepiring wordpress [12 September 2008]
a. Tahap persiapan
(1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran adalah proses yang
bertujuan, oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang
harus dipersiapkan guru, yaitu tentang apa yang harus dikuasai siswa setelah kegiatan
pembelajaran dengan ceramah berakhir.
(2) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. Keberhasilan suatu
ceramah sangat tergantung kepada tingkat penguasaan guru tentang materi yang akan
diceramahkan.
Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang akan
disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dipersiapkan dengan ilustrasi-
ilustrasi yang relevan untuk memperjelas informasi yang akan disampaikan.
(3) Mempersiapkan alat Bantu. Alat Bantu sangat diperlukan untuk
menghindari kesalahan persepsi siswa. Alat Bantu tersebut misalnya dengan
mempersiapkan transparansi atau media grafis lainnya untuk meningkatkan
kualitas ceramah.
2. Metode Diskusi
Yang dimaksud dengan metode diskusi adalah cara belajar atau mengajar yang
melakukan kegiatan tukar pikiran antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan
siswa sebagai peserta diskusi. Berikutnya, Trowbridge dan Bybee (1990) menyatakan
bahwa diskusi adalah bertukar informasi dan ide-ide di antara anggota kelompok atau
kelas. Kelompok bisa kecil (dengan anggota sekitar 2 orang) atau sedang (sekitar 8
orang). Dengan demikian, metode diskusi dalam pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah baik dalam kelompok kecil,
kelompok sedang, maupun kelompok besar dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu yang dibicarakannya.
3. Metode Simulasi
Metode simulasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan terlibat dalam suatu kejadian yang sedang dibicarakan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, simulasi dimaknai sebagai metode pelatihan yang
meragakan sesuatu dibentuk tiruan yang mirip dengan keadaan sesungguhnya
(Depdikbud, 1995). Metode simulasi juga dapat diartikan sebagai bentuk metode
praktik yang sifatnya untuk pengembangan keterampilan mental maupun fisik/teknis
siswa. Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau
ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang
sesungguhnya. Sebagai metode pembelajaran, simulasi dapat diartikan sebagai cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami
tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu, seperti belajar tentang gerhana
bulan dan belajar tentang atom.
4. Metode Demontrasi
Tujuan demonstrasi adalah untuk memberikan kesempatan pada siswa
untuk melihat suatu fenomena atau peristiwa lain yang tidak mungkin
bisa diamati langsung. Demonstrasi dapat digunakan untuk
membelajarkan konsep atau keterampilan secara langsung, atau untuk
menyiapkan siswa bekerja di laboratorium.
Pengertian-pengertian lain adalah:
(1) demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan
cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu;
(2) demonstrasi merupakan praktik yang diperagakan kepada peserta;
(3) demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan
(pemodelan) yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam
topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
7. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar yang mengajak siswa untuk
melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati proses serta menuliskan
hasil percobaan, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi
oleh guru.
Pelaksanaan Metode Eksperimen
a. Tahap Pendahuluan Metode Eksperimen
Sebelum eksperimen dilakukan guru harus sudah bisa memastikan bahwa
semua alat dan bahan yang digunakan untuk percobaan sudah siap
dioperasikan. Setiap siswa secara individu atau kelompok harus benar-benar
sudah siap tentang apa yang akan dilakukan dalam percobaan, utamanya
petunjuk untuk melakukan percobaan. Sebelum percobaan dilakukan, siswa
diberi kesempatan untuk mengontrol kondisi alat dan bahan yang akan
digunakan untuk percobaan. Jika percobaan dilakukan di laboratorium, siswa
harus mematuhui tata tertib yang ada di laboratorium.
b. Tahap Penyajian Metode Eksperimen
Pada tahap penyajian, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu
a. Metode ini hendaknya digunakan utuk melatih hal-hal yang bersifat motorik;
b. Sebelum alatihan dimulai siswa hendaknya diberi pelatihan yang mendalam tentang
apa yang akan dilatihkannya dan kompetensi apa saja yang harus dikuasi
c. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diaknosis. Kalau pada latihan
pertama siswa tidak berhasil, maka guru harus mengadakan perbaikan, lalu
penyempurnaan;
d. Latihan harus menarik minat dan menyenangkan, serta menjauhkan dari hal-hal yang
bersifat keterpaksaan;
e. Sifat latihan, yang pertama bersifat ketepatan kemudian kecepatan, yang keduanya
harus dimiliki oleh siswa;
b. Tahap Pembimbingan:
BAB III
3
Indrawati. (2005). Implementasi Model Observasi dan Simulasi (OBSIM) untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengajar Awal Mahasiswa Pendidikan Guru Fisika Sekolah Menengah. Program Pascasarjana. Universitas
Pendidikan Indonesia
LAN. (2005). Pedoman Microteaching. Jakarta: UNJ.
Usman, U. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada empat keterampilan mengajar pokok (inti) dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, yaitu: keterampilan membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan,
keterampilan variasi, dan keterampilan menutup pelajaran. Keterampilan membuka
pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar utamanya pada kegiatan pendahuluan untuk menciptakan kondisi awal
(precondition) bagi siswa agar mental maupun perhatian mereka terpusat pada hal-hal
yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek positif terhadap
kegiatan belajarnya. Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan
yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu
dengan yang lainnya. Keterampilan mengadakan variasi dalam kegiatan belajar mengajar
dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pembelajaran yang bisa dilakukan dengan
memvariasikan gaya mengajar, media dan bahan, dan pola interaksi dan kegiatan siswa.
Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri
pelajaran atau kegiatan belajar mengajar yang terdiri atas kegiatan meninjau kembali
penguasaan inti pelajaran, mengevaluasi penguasaan materi siswa, dan memberikan
tindak lanjut.
Ada keterampilan guru atau calon guru dalam pendampingan belajar siswa, yaitu:
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil adalah strategi guru yang memungkinkan siswa dapat menguasai
suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi
kesempatan siswa untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif.
Keterampilan pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan yang diciptakan oleh
seorang guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang positif, mengembangkan
hubungan interpersonal, iklim sosio-emosional, serta mengembangkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif sehingga kondisi belajar terpelihara
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat, A. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran.
Tersedia:http://smacepiring wordpress [12 September 2008]
Indrawati. (2005). Implementasi Model Observasi dan Simulasi (OBSIM) untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengajar Awal Mahasiswa Pendidikan Guru Fisika Sekolah Menengah. Program
Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia