Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Indira Putri Nurfadilla

NIM : 11210183000090

KELAS / PRODI : 1C / PGMI

MATA KULIAH : Studi Islam

1. Apa saja prinsip-prinsip politik Islam?


Jawab :
Prinsip-prinsip hukum politik Islam yang telah diuraikan oleh para pakar politik Islam
dalam berbagai referensi prinsip-prinsip siyasah dan penyelenggaraan negara dalam
Alquran dapat tujuh prinsip dasar hukum politik Islam, yaitu :
1) Prinsip Kedaulatan
yakni kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan yang mutlak dan legal
adalah milik Allah. Kedaulatan tersebut dipraktekkan dan diamanahkan
kepada manusia selaku khalifah di muka bumi. Prinsip kedaulatan atau al Hukmiyah
dapat ditemukan dalam QS Yusuf : 40 , QS Al – A’raf : 54 dan QS Al An’am : 57.
Kedaulatan dalam pandangan klasik tidak dapat dipisahkan dari konsep negara.
Tanpa kedaulatan apa yang dinamakan negara itu tidak ada, karena tidak berjiwa.

2) Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan ditemukan dalam QS An Nisa : 58 dan 135 , dan QS As – Syura : 15.
Prinsip keadilan adalah kunci utama penyelenggaraan negara. Keadilan dalam hukum
menghendaki setiap warga negara sama kedudukannya didepan hukum.

3) Prinsip Musyawarah dan Ijma’


Prinsip musyawarah ditemukan dalam QS Al Imran : 159 dan di dalam QS As –
Syura : 38. Syura dan Ijma’adalah proses pengambilan keputusan dalam semua
urusan kemasyarakatan yang dilakukan melalui konsensus dan konsultasi dengan
semua pihak. Kepemimpinan negara dan pemerintahan harus ditegakkan
berdasarkan persetujuan rakyat melalui pemilihan secara adil, jujur, dan
amanah. Sebuah pemerintahan atau sebuah otoritas yang ditegakkan dengan
cara-cara otoriter dan tiran adalah tidak sesuai dengan prinsip Islam.

4) Prinsip Persamaan
Prinsip persamaan ditemukan dalam QS Al –Hujarat : 10 dan 13. Ayat diatas jelas
membuktikan pengakuan Islam terhadap adanya pluralitas dalam sosial budaya
masyarakat. Namun Islam tidak mentolerir paham pluralisme jika yang dimaksud
adalah kebenaran relatifitas seluruh ajaran agama atau semua agama adalah sama.
Warga negara yang non-Muslim—memiliki hak-hak sipil yang sama. Karena negara
ketika itu adalah negara ideologis, maka tokoh-tokoh pengambilan keputusan
yang memiliki posisi kepemimpinan dan otoritas (ulu al-amr), mereka harus
sanggup menjunjung tinggi syari’ah.

5) Prinsip hak dan kewajiban negara dan rakyat


Prinsip hak dan kewajiban negara dan rakyat ditemukan dalam QS An-Nisa : 59 ,
QS At-Taubah : 41 , QS Al-Maidah : 2 dan QS Al-Imran : 110. Semua warga negara
dijamin hak-hak dasar tertentu. Beberapa hak warga negara yang perlu dilindungi
adalah : jaminan terhadap keamanan pribadi, harga diri dan harta benda,
kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat dan berkumpul, hak untuk
mendapatkan pelayanan hukum secara adil tanpa diskriminasi, hak untuk
mendapatkan pendidikan yang layak, pelayanan medis dan kesehatan, serta keamanan
untuk melakukan aktifitas-aktifitas ekonomi.

6) Prinsip amar ma’ruf nahi munkar


Prinsip ini ditemukan dalam QS Al-Imran : 104. Amar ma’ruf nahi munkar adalah
sebuah mekanisme check and balancing dalam sistem politik Islam. Sebegitu
pentingnya amar ma’ruf nahi munkar, Islam bahkan menjadikannya sebagai salah
satu tujuan bernegara sebagaimana QS Al Hajj : 41 yang artinya : “(yaitu) orang-
orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”

Islam tidak mengajarkan sebuah sistem politik tertentu yang baku. Tetapi Islam
sebagai agama yang syumul, melalui kitab suci Al-Quran menekankan prinsip dan
moralitas etika berpolitik dan bernegara, di antaranya adalah amanah, ‘adalah (keadilan),
syura (musyawarah), kebhinekaan, huriyah (kebebasan), kemaslahatan, dan salam
(perdamaian). Islam tidak mendoktrinkan sebuah bentuk formalitas sistem tetapi
menekankan esensi dan substansi dalam sebuah sistem. Dengan kata lain, bukan sebuah
negara berlabel Islam yang dicita-citakan, tetapi sebuah negara yang mengandung nilai-
nilai islami. Di sinilah letak kesempurnaan Islam, sebagaimana disampaikan oleh kaedah,
al-‘ibrah bi al-jawhar la bi al-mazhar.

2. Apa saja prinsip-prinsip ekonomi Islam?


Jawab :
Sistem ekonomi Islam menurut Hasanuzzaman (1986), adalah sebuah ilmu dari aturan
syariat yang bertujuan mencegah terjadinya kecurangan dalam proses mencari
keuntungan dari aktifitas perdagangan guna mencukupi kebutuhan hidup seorang
manusia. Menurut Shidqi, Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang merupakan
tanggapan dari para pemikir Muslim atas tantangan ekonomi yang terjadi pada zamannya.
Pemikiran para cendekiawan Muslim ini merujuk pada panduan yang ada dalam Alquran
dan Hadist sebagai landasan dasarnya.

Dalam pelaksanaannya, Sistem ekonomi Islam memiliki prinsip-prinsip yang


mengedepankan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Prinsip-Prinsip itu sendiri di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Mencegah Kesenjangan Sosial
Hal ini termuat dalam QS An Nur ayat 56, “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah
zakat, dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”

2) Tidak Mengandalkan Keberuntungan


“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya.”…” (QS Al-Baqarah: 219). Kejelasan sebuah transaksi
adalah hal baku dalam agama Islam, sehingga dalam ekonomi Islam, mengandalkan
keberuntungan termasuk hal yang haram karena berdekatan dengan judi.

3) Mencari dan Mengelola Kekayaan Alam


“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al
Jumuah: 10).

4) Tidak Mengandung Unsur Riba


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah: 278).
Islam sangat menentang sistem riba karena dapat menyengsarakan kehidupan si
pemilik hutang. Sehingga unsur riba jelas menjadi hal yang sangat terlarang dalam
sistem ekonomi Islam.

5) Membuat Catatan Transaksi dengan Jelas


“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar” (QS Al Baqarah: 282). Tujuan
dari mencatat transaksi ini adalah mencegah terjadinya konflik antara pembeli dan
penjual.

6) Mengutamakan Keadilan dalam berdagang


“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS Al Isra:
35). Kecurangan jelas menjadi hal yang harus ditiadakan dalam kehidupan
bermasyarakat. Berdasarkan ayat tersebut di atas, keadilan menjadi hal yang sangat
diwajibkan.

Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam


didasarkan atas lima nilai universal yakni : tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah
(kenabian), khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar
inspirasi untuk menyusun teori-teori ekonomi Islam. Berikut nilai – nilai tersebut :

- Prinsip Tauhid
Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki
tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Karena
itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam dan sumber daya serta
manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah. Karena
kepada-Nya manusia akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan, termasuk
aktivitas ekonomi dan bisnis.

- Prinsip ‘Adl (Keadilan)


Islam mendefinisikan adil sebagai tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Implikasi
ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar
keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam. Keadilan
dalam hukum Islam berarti pula keseimbangan antara kewajiban yang harus dipenuhi
oleh manusia (mukallaf) dengan kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban
itu. Di bidang usaha untuk meningkatkan ekonomi, keadilan merupakan “nafas”
dalam menciptakan pemerataan dan kesejahteraan, karena itu harta jangan hanya saja
beredar pada orang kaya, tetapi juga pada mereka yang membutuhkan.

- Nubuwwah (Kenabian)
Karena sifat rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan begitu saja di
dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu diutuslah para Nabi dan Rasul untuk
menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusia tentang bagaimana hidup yang
baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) keasal-muasal
segala sesuatu yaitu Allah.

- Khilafah (Pemerintah)
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah
dibumi artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Nilai ini mendasari
prinsip kehidupan kolektif manusia dalam Islam (siapa memimpin siapa). Fungsi
utamanya adalah untuk menjaga keteraturan interaksi antar kelompok termasuk
dalam bidang ekonomi agar kekacauan dan keributan dapat dihilangkan, atau
dikurangi. Dalam Islam pemerintah memainkan peranan yang kecil tetapi sangat
penting dalam perekonomian. Peran utamanya adalah untuk menjamin perekonomian
agar berjalan sesuai dengan syari’ah, dan untuk memastikan tidak terjadi pelanggaran
terhadap hak-hak manusia. Semua ini dalam kerangka mencapai tujuan-tujuan
syari’ah untuk memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan melindungi
keimanan, jiwa, akal, kehormatan, dan kekayaan manusia.

- Ma’ad (Hasil)
Walaupun seringkali diterjemahkan sebagai kebangkitan tetapi secara harfiah ma’ad
berarti kembali. Dan kita semua akan kembali kepada Allah. Setiap individu memiliki
kesamaan dalam hal harga diri sebagai manusia. Pembedaan tidak bisa diterapkan
berdasarkan warna kulit, ras, kebangsaan, agama, jenis kelamin atau umur. Hak-hak
dan kewajiban- kewajiban eknomik setiap individu disesuaikan dengan kemampuan
yang dimilikinya dan dengan peranan-peranan normatif masing-masing dalam
struktur social.

Al- Qur’an mengemukakan kepada Nabi dengan mengatakan : “ Dan katakanlah


(Muhammad kepada umat Muslim): “Bekerjalah”. “ Nabi juga telah melarang
kaumnya mengemis kecuali dalam keadaan kelaparan. Ibadah yang paling baik
adalah bekerja, dan pada saat yang sama bekerja merupakan hak dan kewajiban.
Kewajiban masyarakat dan badan yang mewakilinya adalah menyediakan
kesempatan-kesempatan kerja kepada para individu.

Anda mungkin juga menyukai