Anda di halaman 1dari 20

FAKTA, KONSEP DAN GENERALISASI DALAM IPS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


KONSEP DASAR IPS

Disusun Oleh:
Jasmin Luay ( 11210183000092 )
Indira Putri Nurfadilla ( 11210183000090 )
Aprilia Aisyah Astusi ( 11210183000077 )
Nur Aisyah ( 11210183000068 )

Dosen Pengampu:
Takiddin M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Fakta, Konsep dan
Generalisasi dalam IPS”. Terima kasih pula kami ucapkan kepada dosen pembimbing, Bapak
Takiddin, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep
Dasar IPS, Semester I Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullahh Jakarta. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak ketidaksempurnaan, maka kami mengharapkan ide-ide, masukan, dan kritikan
dari para pembaca. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
pribadi dan semua orang yang membacanya. Dan mudah-mudahan dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada para pembaca.

Jakarta, 25 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Fakta..........................................................................................................................2
B. Konsep.......................................................................................................................3
C. Generalisasi...............................................................................................................6
D. Makna dan keterkaitan antara Konsep dan Generalisasi.........................................12
E. Hubungan Fakta, Konsep dan Generalisasi.............................................................16
BAB III PENUTUP...........................................................................................................19
A. Kesimpulan..............................................................................................................19
B. Saran........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu-ilmu sosial mengkaji perilaku manusia yang berlangsung dalam proses
kehidupan sehari-hari dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berperilaku seperti apa
yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri yang
memiliki skop materi dan metodologi tertentu, batang tubuhm atau struktur ilmu pengetahuan
(body of knowledge atau structure of knowledge) tentang suatu bidang kajian. Setiap ilmu
sosial seperti sejarahm geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi, psikologi sosial, ilmu
politik dan pemerintahan, memandang manusia dari sudut pandangnya masing-masing dan
menggunakan metode kerja yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya.
Struktur Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terdiri dari fakta, konsep, generalisasi dan
teori. Pemanfaatan fakta, konsep, generalisasi dan teori dalam pengajaran IPS bukanlah suatu
hal yang baru. Namun dalam proses belajar mengajar seringkali penggunaan istilah ini
kurang tepat bahkan para siswa sering bingung apa yang dimaksud dengan fakta, konsep,
generalisasi dan teori tersebut. Hal ini disebabkan pengetahuan tentang fakta, konsep,
generalisasi tersebut bersifat abstrak, oleh sebab itu bagian ini akan membahas struktur IPS
yang terdiri dari fakta, konsep, generalisasi dan teori.
Jacob Bronowski menjelaskan bahwa ilmu adalah aktivitas menyusun fakta-fakta
yang diketahui dalam kelompok-kelompok di bawah konsep-konsep umum, dan konsep-
konsep itu dinilai berdasarkan pernyataan dari tindakan-tindakan yang kita dasarkan padanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa batang tubuh ilmu strukturnya, mencakup fakta,
konsep, generalisasi dan teori.1

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menarik rumusan masalah: “Apa itu
fakta, konsep dan generalisasi dalam IPS?”

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu fakta, konsep dan
generalisasi dalam IPS.

1
Muhammad Kaulan Karima, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial: Pengantar dan Konsep Dasar, (Medan, Perdana
Publishing, 2019) hal 147.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. FAKTA
Fakta adalah informasi data yang ada atau terjadi dalam kehidupan dan dikumpulkan
oleh para ahli sosial terjamin bentuk kebenarannya. Fakta merupakan salah satu materi yang
dikaji dalam IPS. Dengan fakta-fakta yang ada kita dapat menyimpulkan sesuatu atau
beberapa pristiwa yang pernah terjadi. Fakta merupakan titik awal untuk membentuk suatu
konsep. Dari beberapa konsep yang saling berkaitan kita dapat membentuk suatu generalisasi.
Fakta, konsep dan generalisasi merupakan bahan kajian dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang
harus dipahami siswa.2
Kemudian dlm istilah lain, Fakta adalah kejadian atau suatu hal yang sifatnya berdiri
sendiri yang berkaitan dengan manusia, misalnya banjir, tradisi budaya, dan orang yang
memproklamasikan kemerdekaan. Di sekitar kita ada jutaan fakta. Fakta-fakta tersebut perlu
diketahui dan dipahami sebagai bahan untuk melakukan analisis. Fakta yang sama bisa
menghasilkan makna yang berbeda, kerena setiap manusia memiliki persepsi sendiri. Fakta
disiplin ilmu sejarah: nama pelaku, tempat peristiwa, tanggal, bulan, dan tahun kejadian.
Fakta geografi: nama daerah, letak daerah, pantai, datar atau daerah pegunungan, bagaimana
tingkat kesuburan tanahnya, dan lain-lain.3
Untuk mendefenisikan fakta sesungguhnya tidaklah semudah yang sering kita
bayangkan. Masih terdapat berbagai pendapat dan tafsiran yang cukup melelahkan. Apa
sesungguhnya fakta itu?
1. Sesuatu yang digunakan untuk mengacu pada situasi tertentu atau khusus.
2. Sesuatu hal yang dikenal sebagai yang benar-benar ada dan terjadi, terutama
dinyatakan dengan bukti yang benar-benar terjadi.
3. Suatu penegasan, pernyataan atau informasi yang berisi atau berarti mengandung
sesutu yang memiliki kenyataan objektif, dalam arti luas dalah sesuatu yang
ditampilkan dengan benar atau salah dengan karena memiliki realitas objektif

2
Sunarti Dian, Pembelajaran IPS Terpadu (Jakarta Timur, Pustaka Zahra, 2015) hal 16.
3
Muhammad Kaulan Karima dkk, Op.cit.

2
Tentunya tidak semua pernyataaan di atas relevan dengan pembahasan kita sekarang
ini, oleh karena itu kita seleksi. Suatu hal yang menarik dari pernyataan diatas bahwa fakta
itu sifatnya khusus maupun ataupun terbatas, tidak bersifat general atau umum yang tidak
terbatas. Selain itu menunjukkan suatu sifat yang nyata, yang ditampilkan dengan benar-
benar ada, terjadi karena memiliki realitas objektif.
Fakta harus dirumuskan atas dasar sistem kerangka berpikir tertentu. Fenomena yang
sama akan menghasilkan fakta yang berbeda, apabila kerangka berpikir yang dipergunakan
berbeda. Fakta harus merupakan rumusan yang tajam, tertentu, tidak mengandung pernyataan
dan memiliki bukti sendiri. Maka dari itu seoran peneliti dari Amerika James A Brank
menyatakan bahwa fakta adalah kejadian berbagai hal atau pristiwa tertentu yang pada
gilirannya menjadi data merah atau pengamatan dari ahli ilmuan-ilmuan sosial.
Sebagai contoh para sejarawan memperoleh fakta-fakta itu dari dokumen, inskripsi
dan ilmu-ilmu bantu sejarah lainnya. Seperti arkeologi, epigrafi, numismatik, dan kronologi.
Disinilah para sejarawan harus pandai menyeleksi terhadap apa yang dijadikan fakta tersebut.
Dengan demikian, sejarawan yang lebih menentukan untuk berbicara dengan alasan-alasan
tetentu untuk menjadikan suatu cerita sejarah, tentang seorang tokoh, peristiwa, benar tidak
berbuat sesuatu atas fakta yang ia koleksi sendiri. Namun, tidak berarti sejarawan itu menjadi
diktator dan mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran.
Hubungan sejarawan maupun ahli ilmu sosial dengan fakta pada hakikatnya setaraf,
menurut Carli barat memberi dan meneima, keduanya saling membutuhkan. Mengikat fakta
itu pun memerlukan suatu penafsiran yang lebih maju oleh sejarawan maupun ilmu-ilmu
sosial menyuaratkan fakta agar dapat bercerita dalam koridor yang memiliki retifitas objektif,
namun tidak rigid, tidak mati. Dan tetappada artinya. Demikian juga sejarawan dan para ahli
ilmu sosial lainnya, jika tidak ada fakta maka hanya karya-karyanya tidak berguna “tidak
berakar sia-sia”4

B. KONSEP
1. Pengertian Konsep Dalam IPS
Konsep menunjuk pada suatu abstraksi, penggambaran dari sesuatu yang konkret
maupun abstrak dapat berbentuk pengertian, definisi ataupun gambaran mental, atribut
esensial yang relatif sama. Hasil dari pengabstraksian itu dapat disederhanakan dengan
cara menyebutnya dengan memberi nama pada konsep tsb “nama konsep”. Konsep yaitu
suatu ide yang menggambarkan hubungan antara dua atau lebih fakta seperti konsep
4
Nadir dkk, Pengantar Ilmu Sosial (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010) hal 50-51.

3
“kebutuhan manusia” yang berkaitan dengan berbagai hal, misalnya pakaian, makanan,
keselamatan, pendidikan, dll.
Konsep dasar pengetahuan (social studies) adalah ilmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Pengertian ini, kemudian dibakukan dalam
United States of Education’s Standards Terminology for Curriculum and Instruction
bahwa, studi ilmu-ilmu sosial berisi aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu
politik, sosiologi, antropologi, psikologi dan geografi yang dipilih sebagai bahan kajian
dalam pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.
Konsep merupakan abstraksi atau pengertian abstrak, karena merupakan ide
tentang sesuatu (benda, peristiwa, hal-hal) yang ada dalam pikiran. Ia mengandung
pengertian dan penafsiran (bukan berwujud fakta konkrit). Konsep membantu kita dalam
mengadakan pembedaan, penggolongan atau penggabungan fakta disekeliling kita.5

2. Konsep-Konsep dalam IPS


Komponen-komponen ilmu sosial terdapat banyak sekali konsep-konsep, antara lain:
a. Konsep-konsep ilmu sejarah mengenal beberapa konsep, seperti migrasi,
feudalisme, imperialisme, rasionalisme, sosialisme, perang, liberalisme,
perdamaian, perjanjian, persetujuan, persekutuan, candi, area, uang kuno,
perdagangan, pahlawan, dan sebagainya.
b. Konsep-konsep ilmu ekonomi mengenal beberapa konsep, seperti tukar menukar,
uang, pasar, bursa, liberalisme, kapitalisme, imperialisme, koperasi, pajak, cukai,
untung, rugi, harga, industri, produksi, distribusi, konsumen, pabrik, pengusaha,
pendapatan, kerja, tenaga, jasa, dan sebagainya.
c. Konsep-konsep ilmu geografi mengenal beberapa konsep, seperti tanah, udara, air,
sungai, gunung, antariksa, flora, fauna, laut, gempa, sumber alat, kependudukan,
desa, kota, dan sebagainya.
d. Konsep-konsep ilmu antropologi mengenal beberapa konsep, seperti kebudayaan,
peradaban, kepercayaan, folklore, survival, adat, tradisi, induk bangsa (ras),
bahasa, sistem kekerabatan, sistem mata pencaharian, kesenian, magis, upacara,
religi, dan sebagainya.
e. Konsep-konsep sosiologi mengenal beberapa konsep, seperti norma sosial, kerja
sama sosial, kelompok sosial, organisasi sosial, status sosial, desa kota, urbanisasi,
persaingan, kerja sama, dan sebagainya.
5
Widjajanti Mulyono Santoso, Ilmu Sosial (Jakarta, Pustaka Obor Indonesia, 2014) hal 10-11.

4
f. Konsep-konsep psikologi sosial mengenal beberapa konsep, seperti norma perilaku
sosial, interaksi sosial, prilaku politik, budaya masyarakat, perilaku menyimpang,
dan sebagainya.6

Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan
mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok dari suatu benda, gagasan atau
peristiwa. Misalnya, kita mengatakan binatang klasifikasi dari jenis-jenis makhluk yang
disebutkan diatas. Jika kita menyebutkan kata “keluarga” maka kedalam konsep keluarga itu
termasuk bapak, ibu, anak-anak, saudara, dan sebagainya.
Untuk lebih menjelaskan pengertian tentang konsep, berikut ini dikemukakan
beberapa sifatnya.
a. Konsep itu bersifat abstrak. Ia merupakan gambaran mental tentang benda, peristiwa,
atau kegiatan. Misalnya, kita mendengar kata “kelompok”, kita bisa membayangkan
apa kelompok itu.
b. Konsep itu merupakan “kumpulan” dari benda-benda yang memiliki karakteristik
kualitas secara umum.
c. Konsep itu bersifat personal, pemahaman orang tentang konsep “kelompok” misalnya
mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain.
d. Konsep dipelajari melalui pengalaman dengan belajar.
e. Konsep bukan persoalan arti kata, seperti didalam kamus. Kamus memiliki makna
lain yang lebih luas.7

Kesalahan konsep bisa terjadi manakala adanya penghilangan atau penambahan dari
hal-hal yang esensial, sehingga terjadi kekeliruan. Dengan demikian dalam pembelajaran
jenis konsep dikembangkan oleh pengetahuan yang berhubungan dengan fakta mencakup
semua data khususnya yang terdiri dari kejadian, objek, orang atau gejala yang dapat
dirasakan. Fakta adalah tingkat yang paling rendah dari suatu abstraksi, suatu fakta
merupakan keadaan faktual dan dapat diterima sebagaimana adanya. Konsep merupakan
suatu pernyataan atau frase yang berguna dalam mengklasifikasikan fakta, kejadian, atau ide
berdasarkan karakteristik yang umum.
Dengan demikian, konsep adalah suatu pengertian yang disimpulkan dari sekumpulan
data yang memiliki ciri-ciri yang sama. Dapat dikatakan konsep merupakan abstrak dari suatu

6
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2013) hal 57.
7
Sunarti Dian, Op.cit (hal 20-21)

5
kejadian atau hal-hal yang memiliki ciri-ciri yang sama atau ide tentang sesuatu di dalam
pikiran. Makin abstrak suatu konsep, makin besar kemampuan mengumpulkan fakta yang
lebih spesifik, dan makin tidak abstrak yang berada di bawahnya. Bentuk geografi adalah
merupakan konsep, yang berada di bawahnya antara lain: sungai, danau, pegunungan, tebing,
lautan dan lain sebagainya.8 Ilmu Pengetahuan Sosial kaya akan konsep-konsep IPS, dalam
memahami konsep IPS tentu mengetahui terlebih dahulu konsep IPS itu sendiri. Menurut
Kamus Bahasa Indonesia kata “paham” mengandung makna pengertian; pengetahuan
banyak, sedangkan “pemahaman” adalah proses, perbuatan, cara memahami atau
memahamkan.
Fakta yang ada di dalam masyarakat dan lingkungannya. Fakta-faktanya di
lingkungan masyarakat, salah satu contohnya konsep ilmu-ilmu sosial sebagai berikut: Ilmu
Ekonomi; kelangkaan sumber-sumber kebutuhan hidup, Politik; kekuasaan dan kekuatan,
Ekologi; interaksi kehidupan dan lingkungan, Sosiologi; masyarakat, Antropologi;
kebudayaan, Psikologi; kejiwaan, Sejarah; waktu dan Geografi; ruang.  Setiap cabang ilmu
sosial mengembangkan konsep dasar serta generalisasi masing-masing yang sesuai. 9

C. GENERALISASI
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena
individual (khusus) menuju simpulan umum yang mengikat seutuh fenomena sejenis dangan
fenomena individual yang diselidiki. Dengan kata lain, generalisasi merupakan hubungan
antara dua atau lebih konsep, nisalnya hubungan antara konsep “uang, kebutuhan, dan
keinginan”. Generalisasi menunjukkan hubungan sebab akibat antara konsep satu dengan
konsep yang lain.10

Dalam ilmu sosial terdapat sejumlah keterampilan yang dapat diklasifikasikan


menjadi keterampilan berfikir, keterampilan teknis dan keterampilan sosial. Sejumlah
keterampilan berfikir yang penting dalam ilmu sosial diantaranya adalah menarik
kesimpulan, membuat generalisasi, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Keterampilan teknis yang berhubungan dengan generalisasi, dapat diwujudkan
melalui penggunaan berbagai media dan alat bantu dalam mencari dan menyajikan informasi.

8
Ibid., hal 23.
9
Ibid., hal 35.
10
Mundiri, Dasar-Dasar Pendidikan Sosial (Bandung, Gramedia Pustaka, 2012) hal 141.

6
Keterampilan sosial bekaitan dengan kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia,
misalnya berinteraksi dan berkomunikasi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
lingkup tertentu.11

1. Jenis-Jenis Generalisasi
a. Generalisasi sempurna, yakni generalisasi yang menempatkan seluruh fenomena
yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Misalnya, setelah kita memperhatikan
jumlah hari pada setiap bulan pada tahun Masehi kemudian menyimpulkan bahwa:
Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31 hari. Dalam penyimpulan
ini, keseluruhan fenomena, yaitu jumlah hari pada setiap bulan, kita selidiki tanpa
ada yang kita tinggalkan. Generalisasi semacam ini memberikan simpulan yang kuat
dan tidak dapat diserang, tetapi tidak praktis dan tidak ekonomis.12
b. Generalisasi tidak sempurna. Generalisasi berdasarkan sebagian fenomena yang
dilakukan untuk mendapatkan simpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang
belum diselidiki. Misalnya, setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia kita
menemukan bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong. Atas dasar
temuan ini, kita menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka
bergotong-royong. Penyimpulan ini termasuk ke dalam jenis generalisasi tidak
sempurna.13

11
Waluyo dan Suwardi, Ilmu Pendidikan Sosial (Yogyakarta,PT Gramedia 2014) hal 28.
12
Muhammad Kaulan Karima dkk, Op.cit., hal 155.
13
Ibid., hal 155 – 156.

7
Rochiati dalam  Jarotimec, mengungkapkan adanya empat jenis generalisasi,
yaitu:
a. Generalisasi Deskriptif.
Contoh: Pada umumnya pusat-pusat kerajaan terletak di tepi sungai.
b. Generalisasi Sebab Akibat.
Contoh: Di dalam revolusi, apabila golongan ekstrem berhasil merebut
kekuasaan maka akan berlangsung pementahan teror.
c. Generalisasi Acuan Nilai.
Contoh: Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah
d. Generalisasi Prinsip Universal.
Contoh: Kapasitas sebuah bangsa untuk memodelisasikan diri tergantung pada
potensi sumber daya alamnya, kualitas manusianya dan orientasi nilai para pelaku
sejarahnya.

2. Ciri-Ciri Generalisasi
a. Menunjukan hubungan dua konsep atau lebih.
b. Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukan pada keseluruhan
kelas dan bukannya bagian atau contoh.
c. Adanya tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari sekedar konsep.
d. Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan
hanya berdasarkan pengamatan semata.
e. Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan
validasi artinya diuji berdasarkan bukti-bukti yang pasti dengan menggunakan
system penalaaran dan equity.
f. Tetap satu kesatuan penting.

3. Perbedaan Antara Konsep Dan Generalisasi 


a. Generalisasi adalah dasar-dasar atau aturan-aturan yang dituangkan dalam kalimat
yang kompleks. Konsep adalah suatu kesatuan atribut berkaitan.
b. Generalisasi memiliki tesis yang menunjukan sesuatu tentang subjek kalimat. Konsep
tidak memiliki tesis.
c. Generalisasi bersifat objektif dan impersonal/tidak satu/umum. Konsep amat subjektif
dan personal yang memiliki konotatif yang berbeda antara orang yang satu dengan
orang yang lain.
8
d. Generalisasi memiliki aplikasi yang universal. Konsep hanya terbatas pada orang-
orang tertentu.14

Hubungan  antar dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara emperis dinamakan
generalisasi. Oleh karena itu  generalisasi dapat berbentuk proposisi, hipotesis, inferens,
kesimpulan, pemahaman, atau prinsip.15
Ilmu pengetahuan tidak akan terbentuk secara teoritis apabila tidak didukung oleh
generalisasi, maka sudah tentu materi ilmu pengetahuan sosial tidak terbentuk sesuai dengan
struktur ilmu yang ada. Peranan generalisasi dalam IPS sudah diawali sejak pengumpulan
fakta atau data, membentuk suatu konsep dan akhirnya membuat suatu generalisasi. Dengan
demikian antara fakta, konsep, dan generalisasi merupakan suatu rangkaian keseluruhan
(sistem) yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam rangka membentuk suatu teori
ilmu pengetahuan termasuk IPS Konsep dan  generalisasi memegang peranan penting dalam
mengajar IPS.
Pada tingkat SD lebih ditekankan pada pemahaman konsep, dan pada  tingkat
sekolah menengah ke atas lebih ditekankan kepada generalisasi. Untuk membentuk konsep
pada diri anak tidaklah mudah. Konsep  dapat dipelajari dengan efektif dengan
mengemukakan sejumlah contoh yang positif. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa
konsep efektif diajarkan jika sejumlah contoh positif dikemukakan, sehingga dapat dibentuk
karakteristik dari konsep yang di ajarkan, diikuti dengan contoh negatif yang
menggambarkan karakteristik yang membedakannya.16

D. MAKNA DAN KETERKAITAN ANTARA FAKTA, KONSEP DAN GENERALISASI


Pengertian Fakta adalah kenyataan yang ada di sekitar manusia yang tidak terbatas
jumlahnya sesuai dengan kemampuan daya jangkau indera manusia. Fakta merupakan
ramuan dari pemikiran atau bahan dasar pembentuk konsep. Fakta adalah informasi atau data
yang ada/terjadi dalam kehidupan yang jaminan kebenarannya sangat tergantung kepada
bukti yang ditampilkan dan penyampainya. Kredibilitas, tingkat kepercayaan, kondisi panca
indera dan track record dari yang bersangkutan mempengaruhi kebenaran dari fakta yang
disampaikan. Manusia yang memiliki gangguan penglihatan memiliki derajat kepercayaan
rendah ketika menyampaikan suatu informasi yang diperoleh dari melihat dibandingkan

14
Dadang Supardan, Op.cit hal 64-65
15
Sapriya, Pendidikan IPS (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011) hal 16.
16
Ibid., hal 18.

9
dengan yang penglihatannya sehat. Fakta mempunyai kekuatan menjelaskan yang terbatas
pada waktu dan tempat. Fakta merujuk pada suasana yang khusus dan keberlakuan yang
terbatas (kurang berlaku umum). Fakta-fakta seperti peristiwa Gunung Krakatau meletus,
rumah terbakar, banjir di Jakarta adalah contoh fakta yang tidak jelas, karena belum
disampaikan waktu dan tempatnya.
Fakta yang benar harus tersampaikan dengan jelas peristiwanya, kapan, dimana, dan
pelakunya. Oleh karena itu disebut terbatas. Kategori dari fakta adalah obyek, peristiwa,
proses dan sebagainya yang bisa dijangkau oleh panca indera baik secara langsung maupun
dengan bantuan alat. Ciri khas fakta adalah tidak berulang-ulang, tidak lebih daripada apa
yang dapat dijangkau oleh panca indera. Contoh fakta suatu benda yang sedang melayang
tertiup angin, buah lombok yang berwarna kuning kemerahan, Presiden sedang pidato,
mahasiswa demo di depan kantor walikota, pertandingan sepakbola di stadion GBK Jakarta,
dan sebagainya. Suatu fakta adalah keadaan faktual (yang sebenarnya) dan harus diterima apa
adanya, fakta tidak memiliki konotasi nilai. Fraenkel menyatakan bahwa fakta adalah suatu
yang betul-betul ada atau sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Fakta meliputi semua
aktivitas individu, peristiwa, lokasi tempat, obyek, dan peraturan tentang prosedur tertentu.17
Oleh karena itu jumlah fakta tidak terbatas, sebanyak obyek, peristiwa atau proses
yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian disimpulkan bahwa
fakta mempunyai ciri-ciri: (1) bersifat khas, (2) bersifat konkrit, dan (3) tidak berulang-ulang.
Maka dari itu fakta bersifat lepas, tidak terikat dengan fakta lain secara logis. Konsep adalah
kesan indrawi yang mempunyai makna tertentu, memiliki kesatuan atribut yang berkaitan
dengan simbol tentang objek, peristiwa atau proses dan yang diberi label dalam wujud kata,
tanda, gerak badan dan angka. Contoh konsep: melayang, demo, pidato, pertandingan,
lombok, merah, sepakbola dan sebagainya. Konsep secara sederhana adalah penamaan
(pemberian label) untuk sesuatu yang membantu seseorang mengenal, mengerti dan
memahami sesuatu hal tersebut. Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan
sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan
masalah.
Contoh, jika kita menemukan informasi misalnya: ada sebuah benda kotak yang
cukup besar, benda itu terbuat dari besi atau logam lain, ada rodanya, digerakkan dengan
mesin, berjalan di jalan raya, digunakan untuk mengangkut manusia atau barang; dengan
kemampuan mental manusia, informasi atau fakta tersebut disederhanakan dengan memberi

17
N Rochmadi, “Fakta, Konsep, Generalisasi IPS”, Jurnal Memahami Keterkaitan Ilmu-Ilmu Sosial (20 November
2012) hal 2.

10
label atau nama “mobil”. Konsep menurut Moore adalah “sesuatu yang tersimpan dalam
pikiran-suatu pemikiran, suatu ide atau suatu gagasan”. Sedangkan Parker menyatakan bahwa
“konsep adalah gagasan-gagasan tentang sesuatu, konsep adalah suatu gagasan yang ada
melalui contoh-contohnya”. Konsep adalah sekelompok fakta atau data yang memiliki ciri-
ciri yang sama dan dapat dimasukkan ke dalam satu nama label. Lebih jelas lagi, konsep
adalah suatu abstraksi mengenai suatu kelompok benda atau stimulasi yang mempunyai
persamaan karakteristik.
Hasil dan abstraksi tersebut dinamakan konsep. Dengan demikian namalah yang
membedakan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Contoh sebuah konsep dalam
kehidupan sehari-hari adalah buku. Setiap kali orang menyebut buku maka dalam pikiran
terdapat gambaran abstrak tentang apa yang dinamakan buku. Selanjutnya kita akan selalu
dapat menunjukkan mana yang dimaksudkan buku dan mana yang dimaksudkan majalah.
Buku dan majalah terdiri atas lembaranlembaran halaman kertas, namun isi dari masing-
masing serta karakteristiknya berbeda.
Jadi konsep itu mempunyai tingkatan-tingkatan, yang membedakan tingkatan suatu
konsep dengan konsep lainnya adalah derajat abstraksi yang dimilikinya. Hal yang
membedakan derajat abstraksi suatu konsep dengan lainnya adalah karakteristik utama
konsep yang disebut atribut. Atribut adalah sifat yang membedakan suatu konsep, sehingga
menimbulkan bermacam-macam konsep. 18
Setiap konsep mempunyai atribut dan tidak selalu sama jumlah dan kualitasnya.
Makin tinggi tingkat abstraksi suatu konsep, makin berkurang jumlah atributnya, sehingga
ada semacam perbandingan terbalik atau korelasi negatif. Atribut suatu konsep mempunyai
nilai, nilai ini mempunyai daya pembeda seperti atribut. Suatu atribut yang sama apabila
mempunyai nilai-nilai yang berbeda menyebabkan kita dapat membedakan adanya konsep
yang berlainan.
Peranan nilai atribut ini sangat terasa apabila kita akan membedakan dua konsep yang
mempunyai kedudukan yang sejajar. Sebagai contoh kita akan membedakan antara laki-laki
dan perempuan dengan atribut yang kita pergunakan sama yaitu bentuk fisik, suara, dan alat
kelamin. Ketiga atribut ini kita kenakan baik kepada konsep laki-laki maupun konsep wanita.
Kita dapat membedakan antara laki-laki dan perempuan karena atributnya berbeda. 19
Konsep dinyatakan dalam sejumlah bentuk: konkrit atau abstrak; luas atau sempit;
satu kata atau frase. Konsep konkrit misalnya yang berkaitan dengan tempat, objek, lembaga,

18
Mundiri, Op. cit., hal 57-60.
19
N Rochmadi, Op. cit., hal 3-4.

11
atau kejadian seperti: manusia, gunung, pulau, lautan, daratan, rumah, negara, pantai politik,
barang konsumsi, produsen, pabrik, gempa bumi, kemarau, dan sebagainya. Sedangkan
konsep abstrak, misalnya: demokrasi, toleransi, adaptasi, kejujuran, kesetiaan, kebudayaan,
kemerdekaan, keadilan, kebebasan, saling ketergantungan, tanggung jawab, kerja sama, hak,
kesamaan, pertentangan, sistem hukum, dan sebagainya.
Konsep selain bersifat abstrak, ada juga yang bersifat konkrit (fisik), artinya mudah
dilihat, didengar dan dipahami. Konsep sungai, jalan, jembatan, makan, mandi, tas, pensil
adalah contoh dari konsep yang bersifat konkrit, sedangkan konsep yang bersifat abstrak
seperti demokrasi, persatuan, kerakyatan, ramah, santun dan sebagainya. Konsep bukanlah
suatu yang bersifat verbalisasi/tidak spesifik, konsep merupakan kesadaran mental yang
bersifat internal yang mempengaruhi perilaku. Artinya perilaku seseorang sering dipengaruhi
oleh kemampuan dalam memahami suatu konsep. Pemahaman yang salah bisa
mengakibatkan munculnya perilaku tertentu yang dapat berakibat tidak baik dan
menyengsarakan bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.
Karakteristik tersebut menjadikan manusia tidak bisa sesuka hatinya memberi label,
konsep, atas suatu fakta. Karena berbagai fakta yang ada di permukaan bumi sudah memiliki
sebutan, kecuali sebutan dengan deskripsi dan fakta yang baru. Selain itu, karakteristik
tersebut menjadikan manusia tidak bisa gegabah menyebut suatu fakta dengan konsep
tertentu. Maksudnya, suatu obyek atau peristiwa tidak bisa gegabah disebut sebagai konsep
tertentu, kalau tidak dipahami terlebih dahulu bagaimana deskripsi dari konsep tersebut yang
telah disepakati bersama. Contoh: konsep demokrasi otoriter atau demokrasi terpimpin,
bilamana dipahami deskripsi dari konsep tersebut, maka tidak ada yang namanya demokrasi
otoriter atau demokrasi terpimpin, karena dalam demokrasi terkandung deskripsi adanya
kebebasan dan keberpihakan pada rakyat bukan pada pemimpin.
Di dalam ilmu-ilmu sosial sering ditemukan adanya suatu konsep dengan deskripsi
yang banyak dan beragam, berbeda dengan ilmu alam yang cenderung seragam deskripsi atas
suatu konsep. Kondisi tersebut adalah wajar, karena konsep-konsep dalam ilmu sosial sering
bersifat abstrak dan berkaitan dengan perilaku manusia. 20
Namun demikian, tidak berarti boleh sesukanya memberi label suatu fakta menjadi
suatu konsep dengan deskripsi tertentu. Tetapi juga tidak berarti tidak boleh memberi label
tertentu atas suatu fakta sebagai suatu konsep baru dengan deskripsi yang baru pula.
Generalisasi adalah suatu pernyataan yang menjelaskan hubungan dari beberapa konsep atau
rangkaian atau hubungan antar konsep-konsep.
20
Fakih Samlawi dkk, Op. cit., hal 27 – 28.

12
Pernyataan tersebut diakui kebenarannya berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Generalisasi dapat berbentuk proposisi, hipotesis, inferens, kesimpulan, pemahaman, atau
prinsip. Contoh generalisasi “suatu proses produksi dipengaruhi oleh tanah, tenaga kerja,
modal dan alat”. Pernyataan tersebut menjelaskan adanya hubungan antara konsep tanah,
tenaga kerja, modal dan alat dalam suatu proses produksi. Suatu generalisasi memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Menunjukkan hubungan dua konsep atau lebih
b. Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan path keseluruhan kelas
dan bukannya bagian atau contoh
c. Adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari sekedar konsep
d. Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya
berdasarkan pengamatan semata
e. Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan validasi,
artinya diuji berdasarkan bukti-bukti yang pasti dengan menggunakan sistem penalaran
dan equity
f. Bukan sekedar pernyataan yang diverbalkan atau penegasan pernyataan, akan tetapi
satu kesatuan pengertian dan berdasar bukti.21

Dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran IPS
tidak hanya cukup dengan mengembangkan kemampuan kognitif tingkat rendah seperti
transfer fakta, konsep, teori saja, akan tetapi proses pembelajaran IPS harus dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik secara terpadu baik ranah kognitif, afektif dan
keterampilan, termasuk didalamnya keterampilan sosial yang saat ini merupakan kemampuan
yang dituntut untuk dikuasai dalam rangka menghadapi era globalisasi, sehingga peserta
didik dapat ikut berpartisipasi secara aktif dan positif dalam kehidupan masyarakat lokal,
nasional maupun global.22

D. HUBUNGAN FAKTA, KONSEP, DAN GENERALISASI

21
Ibid, hal 29-30.
22
Ginanjar, Asep. 2018. Penguatan Peran IPS dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik. Jurnal
Pendidikan IPS. Vol. 1 No. 1.

13
Fakta merupakan salah satu bahan kajian yang amat penting dalam mata pelajaran
IPS. Dengan kata lain bahwa fakta merupakan salah satu materi yang dikaji dalam IPS.
Dengan fakta-fakta yang ada kita dapat menyimpulkan sesuatu atau beberapa peristiwa yang
pernah terjadi. Fakta merupakan titik awal untuk membentuk suatu konsep. Dari beberapa
konsep yang saling berkaitan kita dapat membentuk suatu generalisasi. Fakta, konsep, dan
generalisasi merupakan bahan kajian dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang harus dipahami.23
Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi alasan untuk
menolak teori yang ada dan bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam rumusan
teori yang sudah ada. Di lain pihak, teori dapat merangkum fakta dalam bentuk generalisasi
dan prinsip-prinsip agar fakta lebih mudah dapat dipahami. Pentingnya fakta dalam struktur
susunan ilmu pengetahuan karena fakta dapat membentuk suatu konsep dan generalisasi.
Menurut Savage dan Anstrong, mengatakan bahwa: “konsep tidak dapat dipelajari
dalam kekosongan, melainkan dicapai dalam suatu proses yang melibatkan fakta-fakta yang
khusus”. Dari beberapa fakta yang khusus dan saling berkaitan satu sama lain, maka dapat
membentuk suatu konsep atau pengertian.
Hubungan yang erat antara fakta dan konsep dapat dilihat dari ilustrasi berikut ini:
Sebagai contoh: Seorang anak berasal dari keluarga yang kurang mampu, sejak duduk di
bangku Sekolah Dasar sudah berjuang keras menyelesaikan studinya.Waktu di SD ia pernh
berjualan es untuk menambah uang jajan yang diberikan oleh orang tuanya yang tidak
memenuhi kebutuhan sekolahnya. Di SLTP ia berjualan Koran, dan di SLTA ia pernah
bekerja di suatu percetakan buku sehabis pulang sekolah. Sampai di Perguruan Tinggi ia
bekerja di sebuah pesahaan garment. Semua pekerjaan ia lakukan dengan serius dan tekun
sehingga dapat meyelesaikan studinya sampai menjadi seorang sarjana24
Fakta tersebut di atas tampak saling berkaitan dan membentuk suatu gagasan atau
konsep tentang cita-cita. Suat cita-cita tidak dapat tercapai tanpa adanya perjuangan dan
pengorbanan. Siapapun yang ingin menggapai cita-citanya ia harus berjuang dan berkorban
apakah itu pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan. Sebenarnya dari ilustrasi di atas
terdapat tiga konsep perjuangan, pengorbanan,  dan cita-cita. Atau dengan kata lain suatu
cita-cita akan tercapai bila disertai perjuangan dan pengorbanan

Dari contoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa fakta yang saling
berkaitan dapat membentuk suatu konsep.

23
Widjajanti Mulyono Santoso, Op. cit., hal 44.
24
Ibid., hal 46.

14
Hubungan antara konsep dan generalisasi dapat dilihat dari pernyataan Savage dan
Amstrong  berikut: “ketika angka pengangguran di suatu negara meningkat, maka kejahatan
dan criminal pun meningkat pula”.
Dari generalisasi tersebut di atas terdapat beberapa konsep, yaitu: konsep
pengangguran, konsep negara, konsep kejahatan, dan konsep kriminal. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa generalisasi merupakan hubungan dari beberapa konsep.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa fakta, konsep, dan generalisasi
merupakan bahan kajian atau materi utama yang dipelajari dalam ilmu pengetahua sosial dan
ilmu-ilmu sosial, sehingga dari ketiga unsur tersebut akan lahir teori-teori ilmu pengetahuan
yang perlu dipelajari dan dikaji oleh siswa di dalam proses pembelajaran.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fakta merupakan suatu informasi atau data yang ada atau yang pernah terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan dikumpulkan serta dikaji oleh para ahli ilmu sosial untuk
menjamin kebenarannya.
Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan
alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah.
Generalisasi berasal dari kata “general” yang berarti umum atau menyeluruh. Oleh
karena itu generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan secara umum dari suatu gejala
atau informasi yang kita terima yang didukung oleh data dan fakta yang ada.
Fakta, konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian atau materi utama yang
dipelajari dalam ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial, sehingga dari ketiga unsur
tersebut akan lahir teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari dan dikaji oleh siswa di
dalam proses pembelajaran.

A. PENUTUP
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan di
dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh sebab itu selaku penyusun makalah ini
menerima kritik dan saran agar untuk pembuatan makalah kami ke depan menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

16
DAFTAR PUSTAKA

Utomo, Eko Praseto. 2018. Internalisasi Nilai Karakter Gotong Royong Dalam
Pembelajaran IPS. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS Volume 3, No.2, 2018,
ISSN 2503-5307
Utami, Prihma Sinta, dan Abdul Gafur. 2015. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS. Jurnal
Pendidikan IPS. Volume 2, No 1 (97-103)
Ginanjar, Asep. 2018. Penguatan Peran IPS dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial
Peserta Didik. Jurnal Pendidikan IPS. VOL. 1 NO. 1.
Dian, Sunarti. 2015. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial Terpadu. Jakarta Timur: Pustaka
Zahra.
Husan dkk. 2011. Pendidikan IPS. Jakarta: Dediknas.
Karima, Muhammad Kaulan dkk. 2019. Ilmu Pengetahuan Sosial Pengantar dan Konsep
Dasar. Medan: Perdana Publishing.
Mundiri. 2012. Ilmu Pengantar Sosial. Bandung: Gramedia Pustaka.
Rochmadi, N. 2012. Fakta, Konsep, Generalisasi IPS. Jurnal Memahami Keterkaitan Ilmu-
Ilmu Sosial.
Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT Gravindo.
Santoso, Widjajanti Mulyono. 2014. Ilmu Sosial. Jakarta: Pustaka Obor.
Sapriya. 2011. Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial. Bandung: PT Remaja Roldakarya.
Supardan, Dadang. 2010. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suwardi Waluyo. 2014. Ilmu Pendidikan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

17

Anda mungkin juga menyukai