Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ETIKA BISNIS

PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM BISNIS

DOSEN PEMBIMBING:
Wiwik Pradiana S.E.,MM.

OLEH:
1. Devi Kurnia Putri 190302017
2. Alviona Riska Amelia 190302021
3. Putri Nur Halizah 190302036

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
AKUNTANSI A SORE SEMESTER IV
2020/2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Wiwik
Pradiana S.E.,MM. Pada Mata Kuliah Etika Bisnis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wiwik Pradiana S.E.,MM. Selaku Dosen Mata
Kuliah Etika Bisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Gresik, 17 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
BAB II ISI
2.1 Pengertian Profesi .............................................................................................................. 2
2.2 Bisnis Sebagai Profesi ........................................................................................................ 3
2.3 Pengertian Etika Bisnis dari Berbagai Sumber/Ahli ................................................ 4
2.4 Prinsip-prinsip Etika Bisnis ............................................................................................. 5
2.5 Latar Belakang Adanya Etika Bisnis ............................................................................. 7
2.6 Fungsi dan Tujuan Etika Bisnis ..................................................................................... 8
2.7 Etika Lingkungan Hidup .................................................................................................. 9
2.8 Paradigma Etika Lingkungan ......................................................................................... 11
2.9 Kode Etik di Tempat Kerja .............................................................................................. 12
2.10 Ringkasan Kode Etik ......................................................................................................... 14
2.11 Perbandingan Kode Etik ................................................................................................... 16
2.12 Contoh Mudah Pelaksanaan Etika Bisnis di Indonesia ............................................ 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 19
3.2 Saran ....................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Istilah prinsip dan kode etik dalam bisnis memiliki banyak makna berbeda. Ada yang
menyebutkan bahwa prinsip etika bisnis dalam menjalankan usaha adalah sebuah
keharusan dan mencakup seluruh aspek yang ada di suatu perusahaan. Pada praktiknya
dalam perusahaan, prinsip etika bisnis tersebut akan membentuk nilai, norma, dan
perilaku para pekerja, mulai dari bawahan hingga atasan.

Di dalam teori ekonomi, praktik bisnis harus memiliki etika. Lalu, prinsip etika
seperti apa yang berlaku dalam kegiatan bisnis? Berikut ini adalah beberapa prinsip
etika bisnis yang dimaksud prinsip Otonomi, Prinsip Kejujuran, Prinsip
Keadilan,Prinsip Saling Menguntungkan, Prinsip Loyalitas, dan Prinsip Integritas
Moral.

Kode etik profesi dalam bisnis merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati
oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik pada umumnya termasuk dalam
norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak uk dalam
kategori norma hukum yang didasari kesusilaan.
Kode etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Tujuan kode etik agar profesionalisme
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya.

1.2 Rumusan Masalah

1 Pengertian profesi.
2 Bisnis sebagai profesi.
3 Prinsip-prinsip etika bisnis.
4 Kode etik di tempat kerja.

1
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Profesi

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa


“Profesi yaitu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlihan tertentu.”
“Profesional yaitu sesuatu yang bersangkutan dengan profesi, yang memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya, dan mengharuskan adanya pembayaran
untuk melakukannya.”
“Profesionalisme merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.”

2. Menurut Hidayat Nur Wahid dalam Economics, Business, Accounting Review,


edisi II/ April 2006
“Profesi Adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang, sebuah
„pekerjaan‟ yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni,
sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi dibidang tersebut.
Sedangkan profesionalisme yang memayungi profesi tersebu adalah semangat,
paradigma, tingkah laku, ideologi yang secara intelek meningkatkan kualitas profesi
tersebut.

3. Menurut Kanter (2001):


“Profesi adalah pekerjaan dari kelompok terbatas orang-orang yang memiliki
keahlihan khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lain.

4. Menurut Sonny Keraf (1998)


“Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan
mengandalkan keahlihan dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan
komitmen pribadi (moral) yang mendalam.

5. Menurut Brooks (2004)


“Profesi adalah suatu kombinasi fitur, kewajiban dan hak yang kesemuanya
dibingkai dalam seprangkat nilai-nilai profesional yang umum- nilai nilai yang
menentukan bagaimana keputusan dibuat dan bagaimana tindakan dilaksanakan.

6. Menurut Prof. Dr. Widjojo Nitisastro


Pengertian profesi adalah sebagai berikut:
 Karyanya berarti hasil karya (hasil pekerjaan) dari seseorang profesional.
 Kaidah berarti pedoman, aturan, norma, asas.

Diketahui bahwa defenisi yang diberikan mulai dari yang sangat luas sampai
kedefinisi yang khusus dan terbatas.
a. Defenisi yang sangat luas, profesi disamakan dengan “pekerjaan” diberikan oleh
Hidayat Nur Wahid
b. Defenisi lebih sempit, profesi adalah “pekerjaan yang ditandai oleh pendidikan dan
keterampilan khusus” diwakili oleh pemikiran Kanter dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia.

2
c. Defenisi yang lenih khusus, profesi ditandai oleh tiga unsur penting –pekerjaan,
pendidikan atau keterampilan khusus, dan adanya komitmen moral/nilai-nilai etis
diberikan oleh Widjojo Nitisastro, Sonny Keraf dan Brooks.

Sebenarnya pengertian profesi dimaksudkan sebagai sebutan untuk pekerjaan mulia.


Profesi disebut mulia karena orang yang menyandang profesi seperti ini tidak semata-
mata menggunakan keahlihannya untuk tujuan mencari nafkah (uang), tetapi juga
mempunyai misi sosial dan pekerjaannya berdampak luas bagi masyarakat. Secara lebih
rinci, pengertian profesi dalam konteks ini ditandai dengan ciri-ciri sebgai berikut:
a. Profesi aalah suatu pekerjaan mulia.
b. Untuk menekuni profesi diperlukan pengetahuan, keahlihan, dan keterampilan tinggi.
c. Pengetahuan, keahliahan, dan keteampilan diperoleh melalui pendidikan formal,
pelatiahan dan praktik/ pengalaman langsung,
d. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
e. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
f. Profesi ini mampu memberikan penghasilan bagi penyadang profesi untuk hidup
layak.
g. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan,
menyempurnakan, menegakkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik dintara
anggota profesi tersebut.
h. Ada izin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.

2.2 Bisnis Sebagai Profesi

Bila mengacu kepada pengertian profesi dalam arti luas dimana profesi diartikan
sebagai “pekerjaan penunjang nafkah hidup” maka sudah sangat jelas bahwa semua
aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai profesi. Diketahui bahwa bisnis dapat diartikan
sebagai suatu lembaga atau wadah dimana didalamnya berkumpul banyak orang dari
latar belakang pendidikan dan keahlihan untuk bekerjasama dalam menjalankan aktivitas
produktif dalam rangka memberikan manfaat ekonomi bagi semua pelaku bisnis yang
berkepentingan (stakeholders).

Diperlukan minimal 3 kaidah agar suatu pekerjaan dapat disebut sebagai profesi,
yaitu: pengetahuan/ilmu, keterampilan, dan komitmen moral (etika). Meskipun banyak
yang mendukung pandangan bisnis amoral, namun diyakini bahwa pandangan bisnis
amoral akan makin ditinggalkan karena para pelaku bisnis saat ini dan dimasa mendatng
makin banyak yang menyadari bahwa dalam berbisnis pun diperlukan komitmen moral
yang tinggi. Fakta –fakta yang makin banyak terungkap, membuktikan bahwa suatu
lembaga bisnis yang mengabaikan moralitas, serakah, merugikan masyarakat luas, dan
merusak lingkungan alam banyak yang gulung tikar atau mendapat penolakan dan
perlawanan keras dari masyarakat.

Yang membedakan pekerjaaan biasa dengan profesi adalah pada “dampak” dari
pekerjaan biasa dan profesi tersebut pada masyarakat. Pekerjaan biasa mempunyai
dampak terbatas pada masyarakat, sedangkan profesi berdampak luas pada masyarakat.
Pekerjaan biasa tidak dituntut untuk memiliki ilmu dan keterampilan yang tinggi serta
tidak memerlukan komitmen moral, sedangkan profesi dituntut untuk mempunyai
kualifikasi ilmu dan keterampilan yang tinggi serta komitmen moral yang sangat ketat.

3
Bisnis adalah suatu profesi dan para pelaku bisnis dituntut untuk bekerja secara
profesional. Bisnis dapat dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan defenisi
dan ciri-ciri suatu profesi, yaitu:
a. Profesi adalah pekerjaan dan didalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan
b. Sebagian besar jenis pekerjaan didalam perusahaan-terutama yang dilaksanakan oleh
jajaran manajemen-menuntut pengetahuan dan keterampilan tinggi, baik melalui
pendidikan formal maupun berbagai
c. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat
d. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis karena
pengalaman membuktikan bahwa perilaku para pelaku bisnis menentukan kinerja
perusahaan yang akan berpengaruh besar bagi kehidupan ekonomi masyarakat dan
negara baik secara positif maupun secara negatif.

2.3 Pengertian Etika Bisnis dari Berbagai Sumber/Ahli

Jika diterjemahkan, etika bisnis memiliki beberapa macam pandangan, tergantung


siapa yang mendefinisikan. Yuks simak pendapat ahli dari berbagai sumber berikut.

1. K. Bertens
Menurut K. Bertens etika bisnis sebagai cabang ilmu filsafat. Di sini kamu akan
mempelajari perilaku manusia, bisnis tentang jual beli, tukar menukar dan pasar
memasarkan, yang diharapkan dapat keuntungan. Secara sederhana, etika bisnis
adalah refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis.

2. Budi Saronto
Berbeda dengan pendapat Budi Saronto, yang mendefinisikan etika bisnis diambil
dari kata etika yang merupakan tindakan baik atau buruk, dimana kedua tindakan
tersebut sebagai prinsip tentang moralitas. Etika bisnis sebagai alat bagi pebisnis
untuk menjalankan usaha mereka dilandasi rasa tanggung jawab dan moral.

3. Faisal Badroen
Etika bisnis diambil dari kata etika yang merupakan kesadaran moral yang
memiliki perasaan atau keyakinan akan “benar” dan “tidak” pada sesuatu, dan apa
yang diyakini tersebut harus dipertanggungjawabkan.

4. Menurut Agama
Dari perspektif religius, etika bisnis islam tidak sekedar fokus pada aspek etika
secara parsial saja, tetapi juga dalam pandangan Al-Quran. Dimana perilaku bisnis
yang tidak benar, dapat ditelusuri muara ketidakbaikan atau kebatilannya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etika bisnis sebagai
prinsip dan aturan bagi pelaku bisnis agar tetap bertransaksi, berelasi, dan berkomitmen
dengan tujuan memperoleh keuntungan.

Etika bisnis adalah aturan yang mengatur tentang benar dan salah dalam menjalankan
bisnis. Cakupan dari etika bisnis itu sendiri mencakup banyak aspek dan kegiatan, mulai
dari individu pekerjanya, perusahaan hingga masyarakat selaku konsumen.

4
Memang ketika berbicara etika ditunut pada perilaku dalam menjalankan bisnis.
Sementara dalam menjalankan sebuah bisnis ada banyak cara, mulai dari bisnis online,
syariah dan masih banyak lagi. Adapun fungsi dan tujuan menjalankan etika bisnis, yang
akan disimak di sub bab di bawah.

2.4 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

John Naisbitt dalam bukunya, Global Paradox (1995), telah meramalkan bahwa pada
abad ke-21 akan ada aturan-aturan baru yang menyangkut perilaku (etis) universal dalam
praktik bisnis. Ia bahkan dengan yakin mengatakan bahwa kinerja ekonomi (berupa
keuntungan) dan kinerja etis bukanlah dua kutub yang bertentangan dari suatu kontinum,
melaikan kinerja etis justru akan menjadi factor strategis dalam menentukan kinerja
ekonomis. Prinsip dalam hal ini dapat diartikan sebagai asas atau dasar untuk berpikir
dan bertindak. Di bawah ini dikutip beberapa contoh prinsip-prinsip etika dari beberapa
sumber.

1) Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table (dalam Alois A. Nugroho,
2011) adalah:
a. Tanggung Jawab Bisnis: dari Shareholders ke Stakeholders.
b. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan dan
Komunitas Dunia.
c. Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Saling Percaya.
d. Sikap Menghormati Aturan.
e. Dukungan bagi Perdagangan Multilateral.
f. Sikap Hormat bagi Lingkungan Alam.
g. Menghindari Operasi-operasi yang Tidak Etis.

Prinsip pertama menyiratkan bahwa perlu ada perubahan paradigma tentang


tujuan perusahaan dan fungsi eksekutif perusahaan dilihat dari teori keagenan
(agency theory). Tujuan perusahaan menurut prinsip ini adalah menghasilkan barang
dan jasa untuk menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara luas (stakeholder),
bukan hanya terbatas untuk kepentingan shareholders para pemegang saham
(pemilik perusahaan).

Prinsip kedua menyiratkan bahwa kegiatan bisnis tidak semata mencari


keuntungan ekonomis, tetapi juga mempunyai dimensi sosial dan perlunya
menegakkan keadilan dalam setiap praktik bisnis mereka.

Prinsip ketiga menekankan pentingnya membangun sikap kebersamaan dan sikap


saling percaya.

Prinsip keempat menyiratkan perlunya dikembangkan perangkat hukum dan


aturan yang berlaku secara multilateral dan diharapkan semua pihak dapat tunduk
dan menghormati hukum/aturan multilateral tersebut.

Prinsip kelima merupakan prinsip yang memperkuat prinsip kedua agar semua
pihak mendukung perdagangan global dalam mewujudkan satu kesatuan ekonomi
dunia.

5
Prinsip keenam meminta kesadaran semua pelaku bisnis akan pentingnya
bersama-sama menjaga lingkungan bumi dan alam dari berbagai tindakan yang
dapat memboroskan sumber daya alam atau mencemarkan dan merusak lingkungan
hidup.

Prinsip ketujuh mewajibkan semua pelaku bisnis untuk mencegah tindakan-


tindakan tidak etis, seperti: penyuapan, pencucian uang, korupsi, dan praktik-praktik
tidak etis lainnya.

2) Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998).


Setidaknya ada lima prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan titik tolak pedoman
perilaku dalam menjalankan praktik bisnis, yaitu:
a. Prinsip Otonomi
b. Prinsip Kejujuran
c. Prinsip Keadilan
d. Prinsip Saling Menguntungkan
e. Prinsip Integritas Moral

Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggung


jawab. Orang yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu keputusan dan
melaksanakan tindakan berdasarkan kemampuan sendiri sesuai dengan apa yang
diyakininya, bebas dari tekanan, hasutan, atau ketergantungan kepada pihak lain.
Kebebasan tanpa rasa tanggung jawab akan memunculkan manusia pengecut dan
munafik, sedangkan kebebasan disertai tanggung jawab akan menumbuhkan ‟‟sikap
kesatria‟‟, yaitu sikap berani bertindak dan mengatakan hal yang benar sekaligus
berani dan berjiwa besar mengakui suatu kesalahan, serta berani menanggung
konsekuensinya.

Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah yang
dikatakan, dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan.

Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak secara


adil (fair), yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai aspek, baik
dari aspek ekonomi (menyangkut distribusi pendapatan), aspek hukum (dalam hal
perlakuan yang sama di mata hukum), maupun aspek lainnya seperti: agama, ras,
suku, dan jenis kelamin untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam hal
perekrutan karyawan, promosi jabatan, pemilihan mitra usaha, dan sebagainya.

Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam berbisnis


perlu ditanamkan prinsip win-win solution, artinya dalam setiap keputusan dan
tindakan bisnis harus diusahakan agar semua pihak merasa diuntungkan.

Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam
segala keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini dilandasi oleh
kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan martabatnya.

3) Prinsip etika bisnis menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005).


Prinsip etis merupakan tuntunan bagi perilakuu moral. Contoh prinsip etika
antara lain: kejujuran (honesty), pegang janji (keeping promises), membantu orang
6
lain (helping others), dan menghormati hak-hak orang lain (the rights of others).
Lawrence, Weber, dan Post sendiri tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang
prinsip-prinsip etika bisnis ini karena prinsip-prinsip tersebut mungkin sudah
dianggap jelas dengan sendirinya.

4) Weiss (2006)
Mengemukakan empat prinsip etika, yaitu: martabat/hak (rights), kewajiban
(duty), kewajaran (fairness), dan keadilan (justice). Weiss juga tidak memberikan
uraian lebih lanjut tentang prinsip-prinsip etika bisnis yang diungkapkannya.

Dengan mengutip dan membandingkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh


beberapa sumber di atas, tampak bahwa sampai saat ini belum terdapat kesamaan dalam
perumusan dan pemaknaan mengenai apa yang dapat dianggap sebagai prinsip-prinsip
etika bisnis.

2.5 Latar Belakang Adanya Etika Bisnis

Apa yang akan terjadi jika menjalankan bisnis asal jalan, dan tidak peduli dengan
etikanya? Tentu saja akan banyak masalah dan potensi gagal lebih besar. Upaya
meminimalisir akan hal-hal tersebut, berikut beberapa latar belakang adanya etika bisnis,
diantaranya sebagai berikut.

1. Membangun Relasi
Latar belakang etika bisnis adalah membangun relasi. Semakin banyak dan luas
relasi, maka semakin besar pula prospek atau peluang yang akan kamu peroleh.
Misalnya, kamu menjalankan ekspor tanaman suweg. Suatu ketika, kamu
mendapatkan permintaan lebih banyak dari biasanya, otomatis kamu mencari petani
suwek.
Buat yang memiliki relasi petani suwek, akan memudahkan kamu untuk mengajak
mereka untuk menyediakan stok suwek. Jika tidak punya relasi, pastinya akan
kesulitan mencari tambahan suwek. Semakin luas relasi yang kamu bangun, semakin
cepat pula bisnis kamu dikenal oleh masyarakat tanpa harus promosi secara
berlebihan.

2. Menghindari Bisnis dari Masalah


Latar belakang yang tidak kalah penting adalah etika bisnis dibuat untuk
meminimalisir terjadinya permasalahan saat menjalankannya.
Menjalankan bisnis tanpa etika, akan mengalami kesulitan, ketika berhadapan
dengan hukum karena melanggar kode etik berbisnis. Sementara pebisnis yang
memiliki etika, saat terjadi permasalahan, akan lebih mudah ditemukan jalan
keluarnya.

3. Memperluas Jangkauan
Memperluas jangkauan juga menjadi alasan klasik pentingnya etika bisnis. karena
disinilah kamu akan lebih mudah dalam melebarkan sayap dan melebarkan jangkauan
pasar kepada khalayak masyarakat.

4. Banyak Investor yang Ingin Menanam Modal

7
Buat kamu yang ingin mendapatkan suntikan investasi dari para investor, tentu
saja bisnis kamu harus memiliki prospek yang menjanjikan. Jika bisnis kamu
mengikuti etika bisnis yang baik, investor pun akan tidak lagi khawatir takut uang
akan digelapkan.

5. Memperkuat Brand Image


Menjalankan bisnis secara baik, tentu saja salah satu trik dan usaha untuk
membangun brand image yang baik. Jika brand image yang kamu bangun baik dan
positif tentu saja akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.

6. Menjaga Kesehatan Bisnis


Latar belakang etika bisnis yang terakhir adalah menjaga kesehatan bisnis. Di era
sekarang, ada banyak pelaku bisnis yang menjalankan usaha mereka dengan cara-cara
curang dan kotor. Nah, setidaknya dengan mengikuti etika yang ada, untuk
menghindari hal-hal yang bertentangan.

2.6 Fungsi dan Tujuan Etika Bisnis

Tentu saja aturan dibuat agar menciptakan kelebihan, keuntungan dan manfaat lain.
Yuks, langsung saja kita cek fungsi dan tujuan dari etika bisnis sebagai berikut.

A. Fungsi Etika Bisnis

Pelaku bisnis, baik pelaku ukm/UMKM, terutama bagi pemula yang menjalankan
usaha secara otodidak, tidak pernah menyadari fungsi etika bisnis. Berikut adalah
beberapa fungsi yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk produk barang/jasa yang
mereka tawarkan.

1. Membangun Trust
Bentuk usaha baru tidaklah mudah mendapatkan kepercayaan bagi konsumen
loh. Maka dari itu, butuh upaya untuk memperkenalkan kepada mereka. Bahwa
produk yang ditawarkan aman, memiliki manfaat dan masih banyak keunggulan
lain.
Ketika konsumen sudah percaya terhadap produk, maka konsumen tidak akan
peduli dengan berapa harganya. Harga mahal pun, mereka rela keluarkan, atas
dasar rasa percaya pada produk dan keunggulan yang ditawarkan.

2. Meningkatkan profit penjualan


Tentu saja setelah konsumen percaya terhadap produk yang ditawarkan
dengan segala keuntungan yang akan diperoleh. Maka akan mempengaruhi
jumlah permintaan dan mampu meningkatkan profit penjualan. Inilah tujuan
utama dari menjalankan bisnis, yaitu mendapatkan keuntungan.

3. Menjaga stabilitas perusahaan


Manfaat yang tidak kalah penting lain adalah menjaga stabilitas perusahaan.
Sebenarnya tidak harus dalam bentuk perusahaan, tetapi bisa juga usaha kecil-
kecilan yang kamu jalankan. Pentingya stabilitas dalam menjalankan perusahaan,
dan tentu saja menciptakan stabilitas itu tidaklah mudah.

8
4. Menjaga Hubungan Baik
Adapun fungsi lain yang sederhana tetapi sangat penting dan berkesan bagi
pelanggan, yaitu menjaga hubungan baik. Ketika konsumen merasa memiliki
hubungan baik, maka mereka akan kembali lagi membeli produk yang kamu
tawarkan. Mereka datang atas dasar kepercayaan, service dan kenyamanan.
Sebenarnya menjaga hubungan baik tidak berlaku kepada konsumen, tetapi
dengan relasi bisnis pun juga demikian. Tidak hanya kepada relasi bisnis lama,
tetapi kepada relasi bisnis yang sudah lama tidak menjalin komunikasi sekalipun,
perlu di jaga. Karena sumber rejeki bisa datang dari jalur mana saja, termasuk
dari relasi bisnis yang lama tidak ada kabar.

5. Menghindari Persaingan Tidak Sehat


Terakhir, berfungsi untuk menghindari persaingan tidak sehat. Namanya saja
persaingan tidak sehat, pastinya rasanya tidak enak dan banyak masalah yang
akan kita hadapi di kemudian hari. Sebaliknya, persaingan sehat meminimalisir
terjadinya masalah yang akan berkembang berikut-berikutnya.

B. Tujuan Etika Bisnis

Sementara tujuan etika bisnis itu hadir memiliki dua tujuan, yaitu tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang.

1. Tujuan jangka pendek


Tujuan etika bisnis jangka pendek mendorong perusahaan untuk dikenal oleh
konsumen/masyarakat dengan penilaian yang positif. Ketika persepsi
konsumen/masyarakat positif, akan meningkatkan rasa percaya.

2. Tujuan jangka panjang


Tujuan etika bisnis jangka panjang akan lebih langgeng, dan syukur usaha
tersebut dapat diturunkan sampai ke generasi berikutnya. Butuh upaya keras agar
dapat mewujudkan tujuan jangka panjang satu ini, salah satunya menjaga
hubungan baik dan menjaga relasi agar tetap awet dan survive dari godaan dan
tawaran cara-cara curang.

2.7 Etika Lingkungan Hidup

Isu Lingkungan Hidup

Secara deontologis, perilaku etis hanya dilihat dari sudut pandang manusia, yaitu
sejauh mana setiap orang menghargai, mempertimbangkan, memelihara dan
memberdayakan umat manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Secara teologis, perilaku etis juga hanya menyorot kepentingan umat manusia dilihat dari
konsekuensi atau akibat dari setiap keputusan dan tindakan manusia terhadap manusia
lainnya. Secara teonomis, pemaknaan ajaran agama juga dilihat dari semata-mata dari
sudut pandang manusia sebagai pusat perhatian, dalam hubungannya antara dengan
Tuhan atau kekuatan tak terbatas, dan sejauh mana umat manusia telah beriman dan
menaati perintah-perintah Tuhan sebagaimana diwahyukan dalam setiap kitab suci dalam
upaya mencapai kehidupan bahagia disurga.

9
Sebagaimana dikatakan oleh Bertens (2001), pertumbuhan ekonomi global saat ini
telah memunculkan enam persoalan lingkungan hidup, yaitu: akumulasi bahan beracun,
efek rumah kaca, perusakan lapisan ozon, hujan asam, deforestasi dan penggurunan,
serta kematian bentuk-bentuk kehidupan.

Akumulasi Bahan Beracun

Sudah bukan rahasia lagi bahwa pabrik-pabrik yang berdiri selama ini umumnya
membuang limbahnya kedalam saluran-saluran yang akhirnya mengalir kesungai-sungai
dan laut. Kematian ikan-ikan disekitar teluk Jakarta, yang diduga kuat disebabkan oleh
limbah beracun dari pabrik-pabrik di Jakarta dan sekitarnya yang membuang limbah
beracun melalui sungai-sungai yang bermuara ke laut teluk Jakarta. Di Sulawesi Utara
penduduk nelayan disekitar pantai Buyat yang menderita penyakit kulit akibat limbah
bahan merkuri dari salah satu perusahaan pertambangan emas yang dibuang ke laut.

Efek Rumah Kaca (Greenhouse Efect)

Pemerintah, para pakar dan masyarakat dunia telah sangat menyadari bahaya dari
proses pemanasan global dan mulai menganggap penting upaya bersama untuk
mengatasi permasalahan ini. Para ahli mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya
pemanasan global adalaha akibat efek rumah kaca (greenhouse effect). Hawa panas yang
diterima bumi dari sinar matahari terhalang dan terperangkap tidak dapat keluar dari
atmosfer bumi oleh partikel-partikel gas polutan atau yang sering disebut gas rumah
kaca.

Selain itu, pemanasan global juga dapat menimbulkan berbagai bencana, sepeti
kekeringan, banjir, badai dan topan akibat iklim yang tidak menentu, mengganggu pola
hidup flora dan fauna, mengacaukan pola tanam petani dan pola penanangkapan ikan
nelayan dilaut, merubah habitat hama an penyakit dan sebagainya.

Perusakan Lapisan Ozon

Kegunaan lapisan ozon (O3) bagi bumi dan seluruh isinya adalah untuk melindungi
semua kehidupan dibumi dari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sinar matahari.
Bahaya radiasi sinar ultraviolet ini, antara lain bisa menyebabkan kanker kulit,
penurunan sistem kekebalan tubuh, katarak, serta kerusakan bentu-bentuk (spesies)
kehidupan di laut dan di daratan. Fungsi utama lapissan ozon adalah untuk menyaring
atau memperlemah daya sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sinar matahari sebelum
memasuki bumi.

Ada laporan bahwa bukan saja terjadi penipisan lapisan ozon, tetapi juga terjadi
perobekan sehingga menimbulkan lubang pada bagian tertentu dari lapisan ozon tersebut.
Penyebab paling utama dari kerusakan lapisan ozon ini adalah gas polutan yang disebut
chloro-fluoro-carbon (CFC).

Hujan Asam (Acid Rain)

Pendiri pabrik-pabrik memacu pertumbuhan ekonomi tanpa disertai program


pengendalian limbah asap telah mengakibatkan banyaknya volume asap hitam pekat.
10
Asap tebal yang berwarna hitam pekat ini kemudian menyatu dengan udara dan awan,
yang pada gilirannya menurunkan hujan asam (acid rain) kebumi disekitar awan
tersebut. Hujan asam itu dapat merusak hutan, mencemari air danau, dan bahkan
merusak gedung-gedung.

Deforestasi dan Penggurunan

Akibat negatif dari penyempitan dan perusakan hutan ini, anatara lain: terjadi erosi
dan banjir yang meluas, berkurangnya fungsi hutan untuk menyerap gas polutan,
musnah/berkurangnya spesies floran dan fauna tertentu, meluasnya penggurunan daratan,
menuerunnya kualitas kesuburan tanah dan berkurangnya cadangan air tanah, serta
terjadinya perubahan pola cuaca. Akibat lanjutan dari proses penggundulan dan
perusakan hutan ini adalah berkurangnya kapasitas produksi hasil pertanian karena
perubahan pola cuaca, berkurangnya kesuburan tanah dan mempercepat proses
pemanasan global.

Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keanekragaman berbagai bentuk dan


jenis kehidupan (species) dibumi ini yang mencerminkan keindahan dan menunjukkan
kekayaan alam, yang berfungsi sebagai unsur-unsur dalam mata rantai kehidupan yang
membentuk satu kestuan sistem kehidupan yang utuh, sekaligus menjaga keseimbangan
alam sebagai suatu sistem.

Namun dengan terjadinya pencemaran lingkungan, perusakan hutan, dan pemanasan


global, secara pasti telah menyebabkan berkurangnya populasi jenis-
jenis (species) kehidupan tertentu.

2.8 Paradigma Etika Lingkungan

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya,berbagai isu lingkungan hidup tidak dapat


lagi diabaikan bila ingin memahami dan menyadari bahwa perilaku manusia juga
berpengaruh terhadap keberadaan bumi berserta seluruh isinya,bukan hanya menentukan
keberadaan umat manusia saja.sehubungan dengan hal ini,ada beberapa pradigma (cara
pandang/pola pikir) yang berkembang dalam memahami etika dalam kaitanya dengan isu
lingkungan hidup.
1. Etika kepentingan generasi mendatang,pandangan ini sering dikaitkan dengan upanya
manusia dengna mengeksploitasi sumber daya alam (tambang) yang sifatnya tidak
dapat diperbaharui (nonrenewable), seperti: minyak bumi, batubara, dan
sebagainya. manusia diingatkan agar sumber daya alam (tambang) yang sifatnya tidak
dapat diperbaharui tersebut dihemat dan tidak dihabiskan untuk kepentingan generasi
mendatang. pandangan ini masih tergolong antroposentrisme karena suatu keputusan
dan tindakan dalam mengelola sumber daya alam hanya dilihat dari sudut kepentingan
manusia saja. Sedangkan sumber daya alam atau lingkungan hanya bersifat
istrumental; artinya hanya dilihat dalam konteks manfaat bagi umat manusia.
2. Etika lingkungan biosentris, memperluas wilayah kesadaran, kepekaan, dan
kepedulian umat manusia untuk memandang seluruh spesies, seluruh jenis kehidupan,
dan seluruh benda yang ada di bumi dan alam semesta ini sebagai elemen yang

11
semuanya mempunyai hak untuk hidup dan berada,terlepas dari ada-tidaknya
kegunaan dan keindahannya bagi manusia.
3. Etika ekosistem (ecosystem) menanggap sang pencipta (tuhan) dan seluruh
isinya,sistem tata surya, sistem galaksi, dan sistem alam jagat raya) dianggap mora
patients.

2.9 Kode Etik Di Tempat Kerja

Etika sebagai proses penalaran yang mengkaji pengertian,teori,prisip-prinsip atau


kaidah-kaidah tentang baik buruknya perilaku manusia secara umum.dalam setiap
organisasi bisnis terdapat lebih dari satu orang perlaku bisnis yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bisnis.bila organisasi di kelompokan menurut bisnisnya,maka pada
umumnya dalam setiap organisasi bisnis akan ada fungsi pemasaran,fungsi
produksi,fungsi pembelian,fungsi keuangan dan akuntansi,serta fungsi sumber daya
manusia(SDM).

Kode Etik Sumber Daya Manusia (Human Resource)

Di lihat dari sejarah perkembangannya,A.M.lilik agung(2017) mencatat setidaknnya ada


empat peran yang melekat pada departemen SDM,yaitu:
1. Peran administratif, yaitu suatu peran awal/tradisional di mana peran departeman
SDM hanya pada seputar perekrutan karyawan dan memelihara catatan gaji,upah serta
data karyawan.
2. Peran kontribusi, yaitu suatu peran yang menekankan pada peningkatan
produktivitas,loyalitas,dan lingkungan kerja karyawan.
3. Peran agen perubahan, yaitu suatu peran yang di mana departemen SDM berfungsi
sebagai agen perubahan.
4. Peran mitra strategis. pada peran ini, departemen SDM dilibatkan dalam
merumuskana berbagai kebijakan bisnis yang bersifat strategis, terutama agar
departemen SDM dapat segera melaksanakan program penyelarasan antara
kepentingan bisnis dan kepentingan individual karyawan.

Ada enam dimensi agar kode etik agar suatu kode etik di patuhi :
1. Kode etik formal, yaitu suatu kode etik yang dirumuskan atau ditetapkan secara resmi
oleh suatu asosiasi,,organisasi,profesi,atau suatu lembaga/etitas tertentu.
2. Komite etika, yaitu etitas yang mengembangkan kebijakan,mengevaluasi
tindakan,menginvestasi,dan menghakimi pelanggaran –pelanggaran etika.
3. Sistem komunikasi etika,yaitu suatu media atau cara untuk menyosialisasikan kode
etikdan perubahannya,termasuk isu-isu etika dan cara mengatasinya yang bersifat dua
arah –antara pejabat otoritas etika dengan pihak-pihak terkait dalam suatu
etitas/organisasi.
4. Pejabat etika, yaitu pihak yang mengoordinaikan kebijakan,,memberikan
pendidikan,dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika.
5. Program pelatihan etika, yaitu program yang bertujan untuk meningkatkan kesadaran
dan membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah etka.
6. Proses penetapan disiplin, dalam hal terjadi perilaku tidak etis.

Hak-hak karyawan menurut sonny(1998) yang harus di perhatika antara lain:


a. Hak atas pekerjaan yang layak
12
b. Hak atas upah yang adil
c. Hak untuk berserikat dan berkumpul
d. Hak atas pelindung keamanan dan kesehatan
e. Hak untuk diproses hukum secara sah
f. Hak untuk diperlakukan secara sama
g. Hak atas rahasia pribadi
h. Hak atas kebebasan suara hati

Kode Etik Pemasaran

Fungsi pemasaran di dalam perusahan memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan bagi kelangsungan hidup perusahanan karena menjadi ujung tombak
perusahaan yang bersentuhan langsung dengan pelanggan di luar perusahaan.

Kode Etik Akuntansi

Karyawan yang berada dibawah departemen akuntasi yang memenuhi syarat yang di
perlukan sebagai akuntan,sering disebut sebagai akuntan manejemen.Tugas utama
akuntan manejemen adalah merancang dan memelihara system infoprmasi akuntansi
agar departemen akuntansi mampu menghasilkan dua jenis laporan akuntansi yaitu (1).
Laporan keuangan (financial statements) sebagai alat pertanggungjawaban manejemen
kepada pihak-pihak diluar, manejemen; (2) Laporan manejemen untuk kepentingan
manejemen dalam rangka melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan proses keputusan manejemen. Jelas sekali bahwa laporan akuntansi yang dihasilkan
oleh departemen akuntansi bukan saja diperlukan oleh pihak manejemen, tetapi juga
pihak-pihak lain diluar manejemen,seperti: pemeganga saham, Bank, aparat perpajakan
(pemerintah), badan pengawas,pasar modal dan lembaga keuangan (BAPEPAM LK),
karyawan, pemasok, pelanggan, dan pihak-pihak lainnya.

Efektivitas fungsi akuntansi didalam perusahaan di tentukan oleh karakteristik


kualitatif yang harus dipenuhi oleh laporan akuntansi yang di hasilkan. Didalam buku
pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), pada bagian awal tentang kerangka
dasar penyusunan dan kajian laporan keuangan,dikemukakan dua indicator karakteristik
laporan keuangan, yaitu: Relevan (Relevant) dan dapat diandalkan reliable. Suatu
laporan dianggap relevan kalau laporan tersebut bermanfaat bagi berabagai pihak untuk
mendukung proses pengambilan keputusan. suatu laporan disebut andal bila laporan itu
disusun dengan cara cermat (akurat) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, serta menggambarkan apa adanya (netral, objektif, bebas dari konflik
kepentingan).

Pekerjaan di bidang akuntansi disebut suatu profesi karena: (1) Memerlukan


pengetahuan akuntansi dari pendidikan formal (knowledge), (2) Memerlukan
ketrampilan dalam mengelola data dan menyajikan laporan khususnya dengan
memanfaatkan teknologi kokputer dan sistem informatika (skill), dan (3) orang/karyawan
dibidanng akuntansi tersebut harus mempunyai sikap dan perilaku etis (Attitude).

Menurut Duska dan Duska (2005) kode etik akuntan manajemen setidaknya harus
meliputi empat standar perilaku etis yaitu: Kompetensi (competence), kerahasiaan
(konfidentialy), integritas (integrity), dan objektif (objectivity)
13
2.10 Ringkasan Kode Etik

Institute of Management Accountants


1) Kompetensi: Praktisi akuntansi manejemen dan menejemen keuangan mempunyai
suatu tanggung jawab untuk:
· Memelihara tingkat kompetensi professional yang layak dengan mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan mereka
· Menjalankan kewajiban professional dengan mematuhi hokum, peraturan, dan
standar teknis yang relevan.
· Menyiapkan laporan dan rekomendasi yang lengkap dan jelas setelah melakukan
analisis terhadap informasi yang handal dan relevan.
2) Kerahasiaan: Praktisi akuntansi manejemen dan manejemen keuangan mempunyai
tanggungh jawab untuk:
· Menahan diri untuk membeberkan informasi rahasia yang diperoleh dari
menjalankan tugas sesuai kewenangannya, kecuali diwajibkan secarahukum
untuk membeberkannya
· Memberitahukan kepada bawahan menyangkut kerahasiaan informasi yang
mereka ketahui dalam menjalankan tugas mereka dan memantau kegiatan mereka
untuk memastikan kerahasiaannya.
· Menahan diri dari keinginan untuk menggunakan atau terkesan menggunakan
informasi rahasia yang di peroleh dalam menjalankan tugasnya untuk
kepentingan tidak etis atau melawan hukum baik secara pribadi maupun melalui
pihak ketiga
3) Integritas: Praktisi akuntansi manejemen dan manejemen keuangan
mempunyai tanggungh jawab untuk:
· Menghindari konflik kepentingan sesungguhnya atau yang tampak dan
memberitahu para pihak terkait dalam hal terjadi konflik kepentingan.
· Menahan diri untuk melakukan ikatan dalam setiap aktivitas yang dapat
menimbulkan prasangka menyangkut kemampuannya menjalankan kewajibannya
secara etis.
· Menolak setiap pemberian,kemurahan hati,dan pelayanan yang dapat
mempengaruhi atau tampaknya memengaruhi tindakan mereka.
· Menahan diri baik secara aktif maupun pasif dari tindakan yang menyimpan
terhadap pencapaian tujuan etis dan legitimasi organisasi.
· Mengungkapkan dan mengomunikasikan keterbatasan professional atau kendala
lainnya yang akan menghambat penilaian yang bertanggungjawab atau kinerja
yang sukses atas suatu kegiatan.
· Mengomunikasikan informasi yang tidak menyenangkan dan yang
menyenangkan serta pendapat dan penilaian yang profesinal.
· Menahan diri dari suatu ikatan atau suatu dukungan aktivitas yang dapat
mendiskreditkan profesi.
4) Objektivitas: Praktisi akuntansi manejemen dan manejemen keuangan mempunyai
tanggungh jawab untuk:
· Mengomunikasikan informasi secara adil dan objektif.
· Mmengungkapkan semua informasi releva sepenuhnya yang diperkirakan dapat
mempengaruhi pemahaman pihak pengguna atas laporan, komentar, dan
rekomendasi yang disampaikan

14
5) Resolusi atas Konflik etis: Bila menghadapi isu etika yang signifikan praktisi
akuntansi manejemen dan manejemen keuangan harus mengikuti kebijakan
organisai yang telah ditentukan dalam memecahkan konflik tersebut.
· Diskusikan masalah dengan atasan langsung.
· Mengklarifikasi isu yang relevan melalui diskusi rahasia.
· Bila konflik masih muncul setelah bersusah payah mendapat pandangan,tidak ada
jalan lain selain mengundurkan diri dari organisasi

Kode Etik Keuangan

Fungsi pokok akuntansi antara lain menghasilkan laporan keuangan (neraca,


perhitungan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas danlaporan arus kas), sedangkan fungsi
keuangan adalah mengelola arus kas (kas masuk dan kas keluar) termasuk menetapkan
struktur permodalan dan mencari sumber-sumber jenis pembiayaan baik untuk
membiayai kegiatan operasi maupun untuk rencana investasi.

Oleh karena itu pekerjaan di bidang keuangan sudah menjadi suatu profesi karena
sudah memenuhi syarat-syarat untuk dapat dianggap sebagai profesi yaitu:
(a) diperlukan pengetahuan tentang manejemen keuangan, kredit, dan perbankan, pasar
modal dan pengetahuan yang terkait lainnya (knowledge).
(b) Diperlukan keterampilan tinggi (skill) dalam berorganisasi dengan pejabat lembaga
keuangan terkait (misalnya bursa saham, aparat pajak).
(c) Mempunyaisikap etis yang kuat.

Kode Etik Teknologi Informasi

Komitmen terhadap kode etik professional diharapkan bagi setiap anggota(anggota


yang mempunyai hak suara,anggota asosiasi dan anggota mahasiswa) dari association of
computing machinery( ACM)

Kode ini mencakup 24 keharusan yang dirumuskan sebagai pernyataan tentang


tanggung jawab pribadi, mengidentifikasi unsur-unsur seperti komitmen.Itu mencakup
banyak, tetapi tidak semua, isu-isu profesi yang harus dihadapi. kode etik dan pedoman
yang terlampir dimaksudkan sebagai pedoman pengambilan keputusan etis dalam
menjalankan pekerjaan professional. Keduanya, kode ini sebagai dasar untuk menilai
ukuran suatu keluhan formal atas pelanggaran standar etika profesi.

Keharusan umum untuk anggota ACM mencakup kontribusi bagi masyarakat dan
kesejahteraan umat manusia,menghindari kerugian orang lain, bertindak jujur dan dapat
dipercaya, adil dan tidak ada diskriminasi, menghormati hak kekayaan, termasuk hak
cipta dan hak paten, memberikan penghargaan yang pantas bagi hakkekayaan intelektual,
menghormati privasi orang lain dan menghargai kerahasiaan.

Kataatan terhadap kode etik ini bersifat sukarela,akan tetapi jika anggota melanggar
kode etik ini dengan melakukan perilaku tidak etis, keanggotaannya pada ACM akan di
cabut.

15
Kode Etik Fungsi Lainnya

Organisasi perusahaan adalah suatu sistem. Ciri pokok suatu sistem adalah bahwa
setiap elemen dalam suatu perusahaan akan berinteraksi satu dengan yang lainnya yang
akan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan. Komunikasi yang tidak efektif antar
orang di dalam satu bagian, atau komunikasi yang tidak kondusif antar bagian di dalam
suatu perusahaan bisa menimbulkan suasana dan budaya perusahaan yang tidak
kondusif. Oleh karena itu, semua karyawan pada semua fungsi di suatu perusahaan harus
selalu bersikap profesional. Ketaatan dalam mematuhi kode etik yang telah ditetapkan
oleh perusahaan akan menentukan kualitas SDM dalam perusahaan.

2.11 Perbandingan Kode Etik

Jika kita memperhatikan topik – topik, konsep – konsep, atau istilah – istilah yang
dipakai dari masing – masing contoh kode etik, terlihat bahwa ada banyak konsep yang
sifatnya tumpang tindih.

Topik – topik Kode Etik dalam Perbandingan

American Marketing Institute of Association for Association for


Association (AMA) Management Investment Computing Machine
Accountants Management and (ACM)
Research (AMIR)
Tanggung jawab Kompetensi Kompetensi Tanggung jjawab dan
komitmen
Kejujuran dan Integritas Integritas, Martabat Jujur dan dapat
Kewajaran (dignity) Dipercaya
Hak dan Kewajiban Kerahasiaan, Kerahasiaan, Kerahasiaan,
Objektivitas Objektivitas, Menghormati hak
Independensi kekayaan intelektual
Hubungan Resolusi atas Kehati-hatian; Adil dan tidak
Organisasi konflik etis Larangan diskriminatif;
menggunakan Menghormati privasi
informasi nonpublik orang lain

Sehubungan dengan hal tersebut, dibawah ini akan diulas beberapa konsep yang biasa
muncul dalam pedoman kode etis suatu profesi.

Integritas

Banyak yang menginterpretasikan integritas sama dengan kejujuran, meski


sebenarnya konsep integritas lebih luas dari konsep kejujuran. Kejujuran hanya
merupakan salah satu unsur yang membangun integritas seseorang. Pertama, untuh dan
tidak terbagi menyiratkan bahwa seorang profesional memerlukan kesatuan dan
keseimbangan antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku etis
(attitude). Kedua, menyatu menyiratkan bahwa seorang profesional secara serius dan
purna-waktu dalam menekuni profesinya sekaligus juga menyenangi pekerjaannya.
Ketiga, kokoh dan konsisten menyiratkan pribadi yang berprinsip, percaya diri, tidak
mudah goyah, dan tidak mudah terpengaruh orang lain.
16
Pandangan lain dikemukakan oleh Julian M dan Alfred (2007) yang mengatakan
bahwa integritas merujuk pada segala hal yang membuat seseorang bisa dipercaya.
Dengan menyimak kedua pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa integritas :
(a) menyiratkan pengertian keutuhan atau keseimbangan
(b) menjadi dasar atau fondasi membangun kepercayaan
(c) meliputi banyak atribut atau kualitas terkait untuk membangun karakter atau pribadi
utuh. Dengan demikian, integritas merupakan dasar penegakan etika karna jika
integritas sudah melekat menjadi sifat seseorang, maka atribut-atribut lainnya sudah
dengan sendirinya menjadi bagian dari karakternya.

Whistleblowing

Bila dilihat dari arti katanya, whistle berarti pluit dan blowing berarti meniup,
sehingga whistleblowing sebenarnya berarti meniup pluit. Namun, yang sesungguhnya
dimaksudkan dengan whistleblowing dalam konteks etika, adalah tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau beberapa orangb karyawan untuk membocorkan
kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau tatsannya kepada pihak lain.
Namun bila tindakan pembocoran ini sudah dilakukan kepada masyarakat atau orang
diluar perusahaan, maka tindakann ini disebut external whistleblowing.

Dalam kode etik keempat profesi diatas, memang tidak dijumpai istilah
whisteblowing secara explisit. Namun, khusus dalam kode etik Akuntan Manajemen,
ditemukan topik “Resolusi Konflik Etis”. Dalam topik ini, sebenarnya diatur tata cara
atau prosedur pelaporan bila seorang akuntan manajemen menghadapi dilema etis atau
pelanggaran etis yang dilakukan oleh karyawan lain, atau oleh atasan yang
bbersangkutan. Hal ini sebenarnya mengatur tindakan yang berhubungan
dengan whistleblowing baik yang bersifat internal maupun external.

Kompetisi

Kompetisi berarti kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan


atau profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan
pekerjaannya dengan kualitas hasil yang baik.

Objektivitas dan Independensi

Objektif berarti sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu didasarkan
atas fakta atau bukti yang mendukung. Independensi mencermikan sikap tidak memihak
serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan
dan tindakan. Dalam profesi akuntan publik, istilah independensi dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu independent infact dan independent in appearance.
Independent infact artinya secara mental, yang bersangkutan bersifat
independen. Independent in appearance artinya menurut pandangan orang lain –
terutama dilihat dari sudut pandang hubungan secara fisik – yang bersangkutan
diragukan independensinya, walaupun mungkin secara mental yang bersangkutan tetap
bersifat independen.

17
2.12 Contoh Mudah Pelaksanaan Etika Bisnis Di Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki banyak sekali adat, budaya,
agama dan ras. Perbedaan yang lahir dari dulu, tentu memiliki peluang besar terjadinya
perselisihan dan gesekan. Meskipun demikian, hal-hal tersebut dapat diminimalisasi
dengan beretika secara baik.

1. Berpikir dan Bersikap Secara Bijak


Contoh orang yang memiliki etika yang baik apabila orang tersebut memiliki cara
berpikir dan bersikap secara bijak. Orang yang menerapkan perilaku, sikap dan
pemikiran bijak relative beruntung dan mampu meminimalisir terjadinya kesalahan.
Kenapa? Karena orang bijak bersikap berdasarkan nasihat dan belajar dari
kegagalan orang lain. Sehingga orang bijak relative banyak mujur dan tidak akan
melewati jalan yang salah, karena ada orang yang dulunya pernah melewati jalan
salah tersebut.

2. Berperilaku Baik
Di era teknologi seperti sekarang, banyak yang mulai memperlihatkan perilaku
tidak baik. perilaku tidak baik tidak melulu tentang perkataan kasar, tetapi perilaku
sombong, perilaku seenaknya sendiri dan egois juga salah satu perilaku tidak baik.

3. Rapi Berpenampilan
Contoh lain juga dapat dilihat dari segi penampilan. Penampilan rapi membangun
kesan penilaian positif, daripada penampilan yang berantakan. Sementara, saya sendiri
tidak begitu setuju dengan pendapat ini. Karena sekarang banyak yang berpenampilan
menarik, rapi dan mewah, ternyata dia tikus Negara yang menipu lewat penampilan.

4. Sopan
Sopan dalam dunia kerja juga penting. apalagi saat bertemu dengan relasi dan
ingin membangun kerjasama. Bisa dibayangkan, jika kita tidak sopan, sudah jaminan
kita tidak akan menjalin kerjasama dengan mereka.

5. Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Baik


Berkomunikasi menggunakan bahasa baik juga termasuk contoh dalam beretika
bisnis. Saat kita bertemu dengan relasi, bisa jadi orang tersebut di luar pulau yang
tidak tahu bahasa daerah. Itu alasannya penting menggunakan bahasa yang baik, atau
bahasa ibu.
Jika relasi dari luar negeri, tentu saja kamu juga harus menggunakan bahasa
internasional. Aneh rasanya jika bertemu dengan relasi dari luar negeri, kamu
ngomong bahasa Jawa. Itu namanya bukan bisnis, tetapi sedang stand up comedy.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Prinsip-prinsip dan kode etik dalam etika bisnis merupakan bagian dari etika profesi.
Dengan demikian prinsip-prinsip dan kode etik dalam etika bisnis adalah sistem norma
atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik
dan tidak baik. Tujuannya adalah memberikan pelayanan khusus dalam masyarakat
yang berbisnis.

3.2. Saran

Prinsip dan kodee etik dalam bisnis memperbanyak pemahaman kode etik profesi,
mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan yang
dijalani, kode etik diterapkan hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang
memungkinkan untuk dapat dijalankan bagi kelompok profesi.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/prinsip-dan-kode-etik-dalam-bisnis/

http://relisabetmalausimple.blogspot.com/2018/04/prinsip-dan-kode-etik-dalam-
bisnis.html?m=1

https://mitazairani2709.blogspot.com/2019/03/makalah-tentang-prinsip-dan-kode-
etik.html

https://penerbitbukudeepublish.com/etika-bisnis/

20

Anda mungkin juga menyukai