Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MEMAHAMI ETIKA BISNIS SECARA GARIS BESAR

Oleh:
I MADE DEO MAHESA YOGA (202232121326)
KADEK MANIK ALINGGA PURWA AMBARA (202232121748)
IDA AYU SRI RATIH SUKMASIH (202232121799)
NI KOMANG ADELIA PUTRI(202232121809)

DOSEN PENGAJAR:

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ida Sayng
Hyang Widhi Wasa dengan segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan
kelancaran dan kemudahan bagi peneliti dalam menyelesaikan tugas ini. Peneliti secara
khusus mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberi bimbingan, saran, petunjuk, dorongan serta doa yang tulus dalam penyelesaian
tugas ini.

Tugas dengan judul “Memahami Etika Bisnis Secara Garis Besar.” disusun
untuk memenuhi salah satu tugas pada Program Studi Manajemen, Mata Pelajaran Etika
Bisnis, Universitas Warma dewa. Dalam proses Pengerjaan tugas ini tidak terlepas
dukungan dari berbagai pihak.

Denpasar,12 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat...................................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................... 3
2.1 Hakekat Mata Kuliah Etika Bisnis ........................................................................... 3
2.2 Definisi Etika dan Bisnis ........................................................................................... 3
2.2.1 Pengertian Etika .................................................................................................. 3
2.2.2 Pengertian Bisnis ................................................................................................ 3
2.2.3 Pengertian Etika Bisnis ....................................................................................... 4
2.3 Etiket Moral, Hukum dan Agama ............................................................................. 4
2.3.1 Etiket ................................................................................................................... 4
2.3.2 Hukum ................................................................................................................ 5
2.3.3 Agama ................................................................................................................. 6
2.3.4 Perbedaan Moral dan Hukum ............................................................................. 6
2.3.5 Perbedaan Etika dan Agama ............................................................................... 7
2.3.6 Perbedaan Etika dan Moral................................................................................. 7
2.4 Klasifikasi Etika ........................................................................................................ 7
2.4.1 Etika Normatif .................................................................................................... 7
2.4.2 Etika Terapan ...................................................................................................... 8
2.4.3 Etika Deskriptif................................................................................................... 8
2.4.4 Metaetika ............................................................................................................ 9
2.5 Konsepsi Etika........................................................................................................... 9
2.5.1 Teori – teori etika ............................................................................................. 10
BAB III ............................................................................................................................. 12
PENUTUP......................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 12

ii
3.2 SARAN ................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-hubungan antara lain
hubungan agama, keluarga, perdagangan, politik dan sebagainya. Sifat hubungan ini sangat
rumit dan coraknya berbagai ragam. Hubungan antara manusia ini sangat peka, sebab
sering dipengaruhi oleh emosi yang tidak rasional. Manusia selalu berusaha agar tercapai
kerukunan dan kebahagiaan di dalam suatu masyarakat. Timbullah peraturan baik tertulis
maupun tidak tertulis yang kita sebut etik, etika, norma, kaidah, tolak ukur.
Kebanyakan orang tidak senantiasa sadar akan fungsi etika. Salah satu sebabnya,
etika menjadi bagian yang integral dari pribadi seseorang sehingga tidak lagi dipersoalkan
oleh yang bersangkutan. Artinya seseorang jarang sekali memikirkan etika yang
dimilikinya, kecuali bila ia merasa bahwa dalam hubungannya dengan orang lain etika
tersebut mendapat tantangan. Pada saat tertentu kita pasti berhadapan dan berinteraksi
dengan orang yang memiliki etika yang berbeda.
Etika bisnis adalah bagian dari filsafat. Secara garis besar pengertian filsafat, etika
dan etika bisnis berhubungan erat satu sama lain. Filsafat dalam arti luas adalah suatu usaha
sistematis untuk memahami pengalaman manusia secara pribadi dan kolektif/kelompok.
Berbeda dengan teologi maka filsafat menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman
manusia dan bukan mengandalkannya pada wahyu Ilahi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan etika dan bisnis ?

2. Bagaimana penjelasan etiket moral,hukum, dan agama?

3. Bagaimana klasifikasi etika bisnis ?

4. Apa saja konsepsi etika bisnis?


1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi etika bisnis dalam berbisnis dan dapat menerapkan
didalam dunia bisnis yang sesungguhnya

2. Dapat mengetahui tentang etiket,hukum,dan agama

3. Dapat memahami dan mengetahui tentang klasifikasi etika

4. Dapat mengetahui tentang konsepsi etika dalam berbisnis

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini yang kami harapkan :

1. Memahami pengertian etika bisnis secara garis besar dan dapat menerapkan didalam
dunia bisnis yang sesungguhnya;

2. Memahami bagaimana klasifikasi dan konsepsi etika baik agar dapat diterapkan
dalam berbisnis;

3. Mampu mengimplementasikan informasi yang disampaikan dalam makalah ini


dengan baik dan benar;

4. Mampu memberikan wawasan dan pandangan keilmuan mengenai etika bisnis bagi
para pembaca

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Mata Kuliah Etika Bisnis
Menurut Drs. O.P Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah menganalisis atas
asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun pandangan dari sudut moral. Karena bisnis
beroperasi dalam rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian dari tugas etika bisnis
hakikatnya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi yang umum dan
khusus, dan pada gilirannya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang tepat atau tidaknya
pemakaian bahasa moral untuk menilai sistem-sistem ekonomi, struktur bisnis.

2.2 Definisi Etika dan Bisnis

2.2.1 Pengertian Etika


Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya
“Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan
moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan,
yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan
baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.

2.2.2 Pengertian Bisnis


Bisnis berasal dari bahasa Inggris business, mengembangkan kata dasar busy yang
berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Sedangkan dalam
kamus lengkap bahasa Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S Poerwadarminta,
business diterjemahkan menjadi : pekerjaan; perusahaan; perdagangan; atau urusan. Jadi bisnis
bisa diartikan menjadi suatu kesibukan atau aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan
keuntungan atau nilai tambah. Dalam ilmu ekonomi, bisnis merupakan organisasi yang menjual
barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Dalam
ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk

3
mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator
dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka
berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem
sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau
serikat pekerja.

2.2.3 Pengertian Etika Bisnis


Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-
kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi
standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur,
transparan dan sikap yang profesional.

2.3 Etiket Moral, Hukum dan Agama


2.3.1 Etiket
Istilah etiket berasal dari kata Prancis etiquette, yang berarti kartu undangan, yang lazim
dipakai oleh raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu undangan yang dipakai raja-raja dalam
mengadakan pesta. Dewasa ini istilah etiket lebih menitikberatkan pada cara-cara berbicara
yang sopan, cara berpakaian, cara menerima tamu dirumah maupun di kantor dan sopan santun
lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan.

Dalam pergaulan hidup, etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik dalam
menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturan-
peraturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap
orang yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan.

4
Etiket juga merupakan aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku individual dalam
masyarakat beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur relasi
antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata :moral” memiliki arti ajaran tentang baik
dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti,
susila; kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdiisiplin,
isi hati ata keadaan perasaan.

Pada prinsipnya moral merupakan alat penuntun, pedoman sekaligus alat kontrol yang
paling ampuh dalam mengarahkan kehidupan manusia. Seorang manusia yang tidak
memfungsikan dengan sempurna moral yang telah ada dalam diri manusia tepatnya berada
dalam hati, maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang akan selalu melakukan
perbuatan- perbuatan atau tindakan- tindakan yang sesat. Dengan demikian manusia tersebut
tellah merendahkan martabatnya sendiri.

2.3.2 Hukum
Hukum dalam arti Penguasa (undang - undang, keputusan, hakim dan lainnya)
Hukum diartikan sebagai seperangkat peraturan tertulis yang dibuat oleh
pemerintahan, melalui badan - badan yang berwenang membentuk berbagai peraturan tertulis
seperti: undang - undang dasar, undang - undang, keputusan presiden, peraturan pemerintah,
keputusan menteri - menteri dan peraturan daerah.

Hukum dalam arti para petugas adalah orang atau masyarakat melihat hukum dalam wujud
para petugas yang berusaha menegakkan atau mengamankan hukum. para petugas yang
berseragam, dan bisa bertindak terhadap orang - orang yang melakukan tindakan - tindakan
yang warga masyarakat.

Hukum dalam arti sikap tindak yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak
yang teratur. Hukum dalam arti sistem kaidah berikut ini beberapa uraian hukum sebagai sistem
kaidah:

a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah - kaidah hukum secara hirarki
b. Susuna. kaidah - kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah keatas
meliputi:
i. Kaidah - kaidah individual dari badan - badan pelaksana hukum terutama
pengadilan.

5
ii. Kaidah - kaidah umum di dalam undang - undang hukum atau hukum
kebiasaan
iii. Kaidah - kaidah konstitusi
c. Sahnya kaidah - kaidah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau
ditentukan oleh kaidah - kaidah yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi. Intinya
terletak pada suatu sistem yang jelas tahapan - tahapan dalam derajat kaidah dari yang bawah
sampai yang tertinggi. dalam masyarakat dikenal juga kaidah - kaidah tentang: kaidah
kesopanan, kaidah kesusilaan, dan kaidah agama dan kepercayaan.

2.3.3 Agama
Agama merupakan realitas yang berada di sekeliling manusia. Masing - masing manusia
memiliki kepercayaan tersendiri akan agama yang diangapnya sebagai sebuah kebenaran.
Agama yang telah menjadi dasar manusia ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial
manusia tersebut.

Agama juga diyakini tidak hanya berbicara soal ritual semata melainkan juga berbicara
tentanv nilai - nilai yang dikonkretkan dalam kehidupan sosial. Masing - masing penganut
agama menyakini bahwa ajaran dan nilai - nilai yang dianutnya harus ditegakkan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2.3.4 Perbedaan Moral dan Hukum


Sebenarnya atas keduanya terdapat hubungan yang cukup erat. Karena antara satu dengan
yang lain saling mempengaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas hukum ditentukan oleh
moralnya. Karena itu hukum harus dinilai/diukur dengan norma moral. Undang-undang moral
tidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakat kesadaran moralnya mencapai tahap cukup
matang. Sebaliknya moral pun membutuhkan hukum, moral akan mengambang saja apabila
tidak dikukuhkan, diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian
hukum dapat meningkatkan dampak social moralitas. Walaupun begitu tetap saja antara Moral
dan Hukum harus dibedakan. Perbedaan tersebut antara lain :

a. Hukum bersifat obyektif karena hukum dituliskan dan disusun dalam kitab undang-undang.
Maka hukum lebih memiliki kepastian yang lebih besar.

b. Norma bersifat subyektif dan akibatnya seringkali diganggu oleh pertanyaan atau diskusi
yang menginginkan kejelasan tentang etis dan tidaknya.

6
c. Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku lahiriah manusia saja.

d. Sedangkan moralitas menyangkut perilaku batin seseorang.

e. Sanksi hukum bisanya dapat dipaksakan.

f. Sedangkan sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan
merasa tidak tenang.

g. Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak masyarakat.

h. Sedangkan moralitas tidak akan dapat diubah oleh masyarakat

2.3.5 Perbedaan Etika dan Agama


Etika mendukung keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam
menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran
moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama
menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada Tuhan dan ajaran agama.

2.3.6 Perbedaan Etika dan Moral


Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik atau buruk. Selain itu etika lebih sering
dikenal sebagai kode etik. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai
yang berkenaan dengan baik buruk. Dua kaidah dasar moral adalah :

a. Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana
sikap baik itu harus dinyatakan dalam bentuk yang kongkret, tergantung dari apa yang baik
dalam situasi kongkret itu.

b. Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan
kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentu
saja disesuaikan dengan kadar angoota masing-masing.

2.4 Klasifikasi Etika


2.4.1 Etika Normatif
Etika normatif merupakan cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan pertimbangan-
pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara etis. Dengan kata lain,
etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau keputusan etis. Di samping itu, etika normatif

7
berhubungan dengan pertimbangan-pertimbangan tentang apa saja kriteria-kriteria yang harus
dijalankan agar sautu tindakan atau kepusan itu menjadi baik (Kagan, 1997, 2).

Dalam etika normatif ini muncul teori-teori etika, misalnya etika utilitarianisme, etika
deontologis, etika kebajikan dan lain-lain. Suatu teori etika dipahami bahwa hal tersebut
mengajukan suatu kriteria tertentu tentang bagaimana sesorang harus bertindak dalam situasi-
situasi etis (Williams, 2006, 72). Dalam pengajukan kriteria norma tersebut, teori etika akan
memberikan semacam pernyataan yang secara normatif mengandung makna seperti “Fulan
seharusnya melakukan X” atau “Fulan seharusnya tidak melakukan X”.

2.4.2 Etika Terapan


Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada
topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang,
hukuman mati dan lain-lain. Etika terapan ini bisa dibagi menjadi etika profesi, etika bisnis dan
etika lingkungan. Secara umum ada dua fitur yang diperlukan supaya sebuah permasalahan
dapat dianggap sebagai masalah etika terapan.

Pertama, permasalahan tersebut harus kontroversial dalam arti bahwa ada kelompok-
kelompok yang saling berhadapan terkait dengan permasalahan moral. Masalah pembunuhan,
misalnya tidak menjadi masalah etika terapan karena semua orang setuju bahwa praktik
tersebut memang dinilai tidak bermoral. Sebaliknya, isu kontrol senjata akan menjadi masalah
etika terapan karena ada kelompok yang mendukung dan kelompok yang menolak terhadap isu
kontrol senjata.

2.4.3 Etika Deskriptif


Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap ‘etis’ oleh individu
atau masyarakat. Dengan begitu, etika deskriptif bukan sebuah etika yang mempunyai
hubungan langsung dengan filsafat tetapi merupakan sebuah bentuk studi empiris terkait
dengan perilaku-perilaku individual atau kelompok. Tidak heran jika etika deskriptif juga
dikenal sebagai sebuah etika komparatif yang membandingkan antara apa yang dianggap etis
oleh satu individu atau masyarakat dengan individu atau masyarakat yang lain serta
perbandingan antara etika di masa lalu dengan masa sekarang. Tujuan dari etika deskriptif
adalah untuk menggambarkan tentang apa yang dianggap oleh seseorang atau masyarakat

8
sebagai bernilai etis serta apa kriteria etis yang digunakan untuk menyebut seseorang itu etis
atau tidak (Kitchener, 2000, 3).

2.4.4 Metaetika
Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaetika adalah arti atau
makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam etika. Dengan kata lain, metaetika
merupakan kajian tingkat kedua dari etika. Artinya, pertanyaan yang diajukan dalam metaetika
adalah apa makna jika kita berkata bahwa sesuatu itu baik?
Metaetika juga bisa dimengerti sebagai sebuah cara untuk melihat fungsi-fungsi pernyataan-
pernyataan etika, dalam arti bagaimana kita mengerti apa yang dirujuk dari pernyataan-
pernyataan tersebut dan bagaimana pernyataan itu didemonstrasikan sebagai sesuatu yang
bermakna.

Perkembangan metaetika awalnya merupakan jawaban atas tantangan dari Positivisme


Logis yang berkembang pada abad 20-an (Lee, 1986, 8). Kalangan pendukung Positivisme
Logis berpendapat bahwa jika tidak bisa memberikan bukti yang menunjukkan sebuah
pernyataan itu benar, maka pernyataan itu tidak bermakna. Ketika prinsip dari Positivisme
Logis juga diujikan kepada pernyataan-pernyataan etis, maka pernyataan-pernyataan itu harus
berdasarkan bukti. Ringkasnya, jika tidak ada bukti, maka tidak ada makna.

Disini kata kuncinya adalah apa yang dikenal dengan “naturalistic fallacy“, yaitu dianggap
akan melakukan kesalahan jika kita menarik suatu pernyataan tentang apa yang seharusnya
dari pernyataan tentang apa yang ada. Kesulitan dari bahasa etika adalah penyataan-
pernyataannya tidak selalu berupa fakta. Disinilah peran sentral dari metaetika yang
mengembangkan berbagai cara untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan bahasa etika
dengan intensi bahwa pernyataan-pernyataan etis punya makna. Dalam pembahasan ini
metaetika biasanya terbagi menjadi dua, yaitu realisme etis dan nonrealisme etis.

2.5 Konsepsi Etika


Terminologi etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Artinya: “custom” atau kebiasaan
yang berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku manusia. Etika berbeda dengan etiket. Jika
etika berkaitan dengan moral, etiket hanya bersentuhan dengan urusan sopan santun. Belajar
etiket berarti belajar bagaimana bertindak dalam cara-cara yang sopan; sebaliknya belajar etika
berarti belajar bagaimana bertindak baik.( Fr. Yohanes Agus Setyono CM).

9
Kata etiket berasal dari kata Perancis etiquette yang diturunkan dari kata Perancis
estiquette (= label tiket ; estiqu [ I ] er = melekat). Etiket didefinisikan sebagai cara-cara yang
diterima dalam suatu masyarakat atau kebiasaan sopan-santun yang disepakati dalam
lingkungan pergaulan antar manusia. Etiket yang menyangkut tata cara kenegaraan disebut
protokol (protocol [ Prancis ] ; protocollum [ Latin ]). Etiket antara lain menyangkut cara
berbicara, berpakaian, makan, menonton, berjalan, melayat, menelpon dan menerima telepon,
bertamu, dan berkenalan.( Mintarsih Adimihardja) Konsep-konsep dasar etika antara lain
adalah (Bertens, 2002): (i) ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-
azas akhlak (moral) serta kesusilaan hati seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk
menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.

2.5.1 Teori – teori etika


a. Utilitarianisme

Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap baik bila tindakan ini
meningkatkan derajat manusia. Penekanan dalam utilitarianisme bukan pada memaksimalkan
derajat pribadi, tetapi memaksimalkan derajat masyarakat secara keseluruhan. Dalam
implementasinya sangat tergantung pada pengetahuan kita akan hal mana yang dapat
memberikan kebaikan terbesar. Seringkali, kita tidak mungkin benar-benar mengetahui
konsekuensi tindakan kita sehingga ada resiko bahwa perkiraan terbaik bisa saja salah.

b. Analisis Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)

Pada dasarnya, tipe analisis ini hanyalah satu penerapan utilitarianisme. Dalam analisis
biaya keuntungan, biaya suatu proyek dinilai, demikian juga keuntungannya. Hanya proyek-
proyek yang perbandingan keuntungan terhadap biayanya paling tinggi saja yang akan
diwujudkan. Bila dilihat dari teorinya, sangatlah mudah untuk menghitung biaya dan
keuntungan, namun dalam penerapannya bukan hanya hal-hal yang bersifat materi saja yang
perlu diperhitungkan melainkan hal-hal lahir juga perlu diperhatikan dalam mengambil
keputusan.

c. Etika Kewajiban dan Etika Hak

10
Etika kewajiban (duty ethics) menyatakan bahwa ada tugas-tugas yang harus dilakukan
tanpa mempedulikan apakah tindakan ini adalah tindakan terbaik. Sedangkan, etika hak (right-
ethics) menekankan bahwa kita semua mempunyai hak moral, dan semua tindakan yang
melanggar hak ini tidak dapat diterima secara etika. Etika kewajiban dan etika hak sebenarnya
hanyalah dua sisi yang berbeda dari satu mata uang yang sama. Kedua teori ini mencapai akhir
yang sama; individu harus dihormati, dan tindakan dianggap etis bila tindakan itu
mempertahankan rasa hormat kita kepada orang lain. Kelemahan dari teori ini adalah terlalu
bersifat individu, hak dan kewajiban bersifat individu. Dalam penerapannya sering terjadi
bentrok antara hak seseorang dengan orang lain.

d. Etika Moralitas

Pada dasarnya, etika moralitas berwacana untuk menentukan kita sebaiknya menjadi
orang seperti apa. Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar jika tindakan itu
mendukung perilaku karakter yang baik (bermoral) dan dianggap salah jika tindakan itu
mendukung perilaku karakter yang buruk (tidak bermoral). Etika moral lebih bersifat pribadi,
namun moral pribadi akan berkaitan erat dengan moral bisnis. Jika perilaku seseorang dalam
kehidupan pribadinya bermoral, maka perilakunya dalam kehidupan bisnis juga akan bermoral.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak cerita tentang perilaku tidak etis dalam bisnis, di antaranya skandal yang terjadi
dalam bidang keuangan, tabungan dan pinjaman, dan industri lain yang menyebabkan
kekhawatiran tentang etika di tempat kerja. Kesuksesan seringkali diukur hanya dalam bentuk
uang mencerminkan perilaku dari banyak orang di masyarakat kita. Keinginan untuk memiliki
akan barang dan jasa semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi
masyarakat, demikian juga bisnis juga mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan tujuan
pribadi masyarakat. Peran penting etika untuk bisnis dapat dilihat pada praktek bisnis yang
mengesampingkan etika sehingga menimbulkan resiko serius bagi bisnis dan dapat
mengakibatkan kerusakan besar pada bisnis dan masyarakat, serta dapat menimbulkan konflik
antara tujuan bisnis dan norma etika. Untuk alasan itulah maka perlu pemahaman tentang
pentingnya etika dalam bisnis.
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai – nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
Kelompok pemilik kepentingan yang memengaruhi keputusan bisnis adalah Para pengusaha
dan mitra usaha, Petani dan perusahaan pemasok bahan baku, Organisasi pekerja, pemerintah,
bank, investor, masyarakat umum serta pelanggan
Etika bisnis bisa membantu untuk mengambil keputusan moral yang dapat
dipertanggungjawabkan, tapi tidak berniat mengganti tempat dari para pelaku moral dalam
perusahaan.
Dalam bisnis dengan para pelakunya yang merupakan orang biasa, maka diperlukan
prinsip-prinsip etika bisnis dan moral yang melandasi setiap pelaku bisnis tersebut. Adanya
etika bisnis membuktikan bahwa bagi bisnis justru tidak ada pengecualian serta bukan pula
bentuk permusuhan yang lama terhadap bisnis dan kegiatan ekonomis.
Dan pada intinya etika bisnis adalah suatu hal yang penting dan harus dapat diterapkan
didalam menjalankan suatu usaha/bisnis untuk mengetahui baik dan buruk keputusan yang
diambil dan selalu mempertimbangkan apa yang akan siterapkan dengan tidak memetingkan
profit oriented tetapi juga kebermanfaatan bersama.

12
3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa yang sudah mempelajari ilmu tentang etika bisnis agar kelak
dikemudian hari ketika merintis dan menjalankan suatu bisnis dapat menerapkan konsep
etika bisnis sebagaimana yang sudah dinahas sebelumnya untuk menunjang nilai lebih dari
keilmuan yang diperoleh dan dapat mengamalkan secara langsung keilmuan yang dimiliki
dan menjai bermanfaat bagi sesama.

Untuk para pelaku bisnis khususnya saat ini agar dapat lebih bijaksana dalam
menjalankan bisnisnya dengan menerapkan etika bisnis yang baik dan benar agar tidak
merugikan pihak lain.

13
DAFTAR PUSTAKA
Maharani, V. N. (2017). Konsep Dasar Dan Penerapan Etika Bisnis.
Nurfitriasih, K. E. (2019). Etika Bisnis. Malang: Polinema Press.
Rizaq, A. F. (n.d.). Makalah Etika Bisnis.

14

Anda mungkin juga menyukai