Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM BISNIS PADA PT.NABISCO (OREO)

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas UAS mata kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi)

Dosen

Ibu Wiwin Setianingsih,SE.,M.Si

Disusun oleh :

Wida Kurnia Dewi

3402160214

Kelas Manajemen N

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GALUH

2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa didalam penyelesaian makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan data dan kemampuan penulis yang masih dalam
tahap belajar. Untuk itu penulis sangat menghargai setiap saran dan kritik untuk perbaikan dan
pengembangan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna untuk pembaca
khususnya dan pihak yang akan menggunakan makalah ini untuk berbagai hal pada umumnya,
dan sekaligus dapat bermanfaat untuk masyarakat.

Tasikmalaya, 26 Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………… i

Daftar isi…………………………………………………………………….. ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….. 1

1.1 Latar belakang ………………………………………………………. 2


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………... 2
1.3 Maksud dan Tujuan…………………………………………………. 2
1.4 Kegunaan…………………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………... 3

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………. 5

3.1 Pengertian Etika Bisnis…………………………………………… 5

3.2 Pengertian Hukum Bisnis………………………………………… 7

3.3 Ruang Lingkup Hukum Bisnis…………………………………… 7

3.4 Analisis Kasus Oreo……………………………………………… 9

3.5 Krisis Kepercayaan Terhadap Produk Oreo………………………. 14

3.6 Pasal-pasal Mengenai Etika Bisnis……………………………….. 16

3.7 Cara Mengembalikan Kepercayaan Konsumen………………….. 17

3.8 Hambatan dan Tantangan dalam Menjalankan Bisnis……………. 18

3.9 Hubungan dalam Bisnis………………………………………….. 19

3.10 Manfaat Tercapainya Etika Bisnis Bagi Perusahaan…………… 21

3.11 Pro dan Kontra dalam Menjalankan Etika Bisnis……………… 23

3.12 Penerapan Etika Bisnis dan Tanggung jawab Sosial Bagi Perusahaan 24

3.13 Pengertian Tentang Tanggung jawab Sosial Perusahaan……… 24

3.14 Pelanggaran Etika Bisnis dan Sanksinya……………………… 24

ii
BAB IV KESIMPULAN……………………………………………… 27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 28

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar
untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yangkita sebut bisnis.
Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan menyediakan kerangka prinsip-
prinsip dasar pemahaman tentang apa yang di maksud dengan istilah baik dan benar,
hanya dengan cara itu selanjutnya implikasi terhadap dunia bisnis.

Hampir setiap orang mempunyai pandangan tentang ”Etika Bisnis” di sebagian


besar paradigma pemikiran pebisnis terasa kontradiksi interminis (bertentangan dalam
dirinya sendiri), mana mungkin ada bisnis yang bersih, bukankah setiap orang yang
berani memasuki wilayahbisnis berarti ia harus berani (paling tidak) ”bertangan kotor”.

Apalagi ada satu pandangan bahwa masalah etika bisnis seringkali muncul
berkaitan dengan hidup matinya bisnis tertentu, yang apabila ”beretika” maka bisnisnya
terancam pailit. Tetapi kalau kita mampu dan percaya kalau bisnis punya etika baik dan
benar, kita tidak perlu merasa cemas, karena kita yakin dengan menjalankan etika yang
baik maka bisnis kita akan baik-baik saja.

Sehubungan dengan ini banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada
era modernisasi ini membuat mereka tidak sempat untuk memikirkan dan membuat
masakan untuk mereka konsumsi, akhirnya makanan instanlah yang dipilih. Hal itu yang
melatarbelakangi munculnya berbagai makanan ringan. Melihat peluang pasar yang
terbuka lebar, membuat produsen makanan semakin kreatif dalam membuat ide-ide baru
dalam hal makanan ringan. Akhirnya tidak sedikit dari para produsen makanan yang
menambahkan zat-zat kimia untuk membuat produk mereka menjadi lebih enak dan
nikmat, sehingga konsumen akan terus mengkomsusmsi produk tersebut. Padahal
produsen makanan ringan jelas-jelas mengetahui bahaya dari penggunaan zat-zat kimia
apabila di konsumsi dalam waktu yang lama.

1
Macam-macam zat kimia yang disebut-sebut sebagai salah satu pelengkap pada
produk makanan pun beragam diantaranya, MSG (monosodium glutamat), pewarna
buatan yang bukan digunakan untuk makanan (rodamin B), melmin (C3H6N6) dan masih
banyak zat kimia yang lain. Kasus penggunaan zat-zat kimia yang terdapat dalam
makanan ringan bukan baru pertama kali terjadi. Sebelumnya pernah terjadi kasus yang
sama pada produk makanan Anak Mas, yaitu makanan ringan yang menggunakan MSG
berlebih didalamnya sehingga sangat berpengaruh pada kesehatan bila dikonsumsi dalam
jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud etika bisnis?
2. Apa yang dimaksud hukum bisnis?
3. Bagaimana mengembalikan image oreo pada publik?
4. Bagaimana menghadapi kepercayaan yang terjadi khusunya melalui media masa?

1.3 Maksud dan tujuan


Untuk mengetahui pengertian tentang etika bisnis dan hukum bisnis serta untuk
mengetahui bagaimana cara mengembalikan image publik kepada produk yang sedang
mengalami krisis kepercayaan. Dan bagaimana selanjutnya mempertahankan image yang
telah dibangun kembali.

1.4 Kegunaan

Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan produsen,
dalam hal ini PT. Kraft Indonesia yang meliputi persepsi dan sikap konsumen terhadap
produk Oreo. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk melatih diri, berpikir dan
meluangkan ide serta pemikirannya ke dalam bentuk makalah serta menambah wawasan
mengenai perilaku konsumen terutama untuk produk-produk isu.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Poespoprodjo (1999:18) dalam bahasa Latin, kata untuk kebiasaan adalah mos,
dan dari sinilah asal kata moral, moralitas, dan mores. Etika mempelajari kebiasaan manusia yang
sebagian terdiri dari konvensi-konvensi, seperti cara berpakaian, tata cara, tata krama, etiquette,
dan semacam itu.

Dalam bahasa Inggris, Ethos diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain ‘starting
point’, ’to appear’, dan ‘disposition’ hingga disimpulkan sebagai ‘character’. Dalam bahasa
Indonesia kata etos diterjemahkan sebagai ‘sifat dasar’, ’pemunculan’ atau ‘disposisi/watak’.
Aristoteles menggambarkan etos sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos
dan mengartikannya sebagai ‘kompetensi moral’. Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna
istilah ini hingga ‘keahlian’ dan ‘pengetahuan’ tercakup didalamnya. Aristoteles menyatakan
bahwa etos hanya dapat dicapai dengan apa yang dikatakan seorang pembicara, tidak dengan apa
yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara.
Di sini etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera. Webster Dictionary
mendefinisikan etos sebagai; guiding beliefs of a person, group or institution; ethos adalah
keyakinan yang menuntun seseorang, kelompok atau suatu institusi.

Koentjaraningrat (1980) dalam Asifudin (2004) mengemukakan pandangannya bahwa etos


merupakan watak khas tampak dari luar dan terlihat oleh orang lain. Etos artinya ciri, sifat, atau
kebiasaan, adat istiadat atau kecenderungan moral, pandangan hidup yang dililiki seseorang, suatu
kelompok orang atau bangsa.

Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learner’s Dictionary mendefinisikan
etos sebagai the characteristic spirit, moral values, ideas or beliefs of a group, community or
culture (karakteristik rohani, nilai-nilai moral, idea atau keyakinan suatu kelompok, komunitas,
atau budaya). Madjid (1995) mengatakan etos adalah karakter dan sikap, kebiasaan serta
kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seorang individu atau kelompok
manusia. Dari kata etos terambil pula perkataan “etika” yang menunjuk pada makna akhlak atau
bersifat akhlaqi yaitu kualitas esensial seseorang atau sekelompok manusia termasuk suatu
bangsa. Etos juga berarti jiwa khas suatu kelompok manusia yang dari padanya berkembang
pandangan bangsa sehubungan dengan baik dan buruk yakni etika.

3
The American Heritage Dictionary of English Language, menyebutkan etos diartikan
dalam dua pemaknaan; the disposition, character, or attitude peculiar to a specific people, culture
or a group that distinguishesit from other people’s or group ; fundamental values or spirit; mores
(disposisi, karakter, atau sikap khusus orang, budaya atau kelompok yang membedakannya dari
orang atau kelompok lain, nilai atau jiwa yang mendasari; adat istiadat).

(2005) mengatakan lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa
kata etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau
komunitas tetapi mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar,
pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-
keyakinan, prinsip-prinsip dan standar-standar.
Menurut Syukur (2004) istilah etika sering digunakan dalam tiga perbedaan yang saling terkait,
yaitu: (1) merupakan pola umum atau jalan ”hidup” (2) seperangkat aturan “kode moral” dan (3)
penyelidikan jalan hidup dan aturan-aturan perilaku, atau merupakan penyelidikan filosofis
tentang hakekat dan dasar-dasar moral. Etika merupakan salah satu cabang filsafat, maka
pengertian etika menurut filsafat ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh pikiran.

Dengan demikian etika dapat berarti: Pertama, Etika atau Ethos dapat dipakai sebagai nilai-nilai
dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Misalnya etika protestan (The protestant Ethik and the Spirit of
Capitalism karya Max Weber), Etika Confucius, Etika Islam, dan sebagainya. Kedua, etika atau
ethos adalah The governing or central principles in a movement, work of art, mode of expression,
or the like, yaitu prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni, bentuk
ekspresi atau sejenisnya. Jadi etos merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap
nilai-nilai yang secara mendasar mempengruhi kehidupan, menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan
cara berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang sama.

Dari uraian di atas, etika atau ethos apabila dikaitkan dengan Etika Confucius akan menjadi etika
yang berpengaruh terhadap tingkah laku manusia, khususnya orang Tionghoa dan penganut
Confucius dalam mendorong tingkah laku nyata yang berkaitan dengan kinerja. Hal ini diperkuat
pendapat Elashmawi dan Haris (dalam Prawirosentono, 1999:113) bahwa segala perilaku manusia
dalam menjalankan bisnis atau kehidupan sosial lainnya dipengaruhi oleh sistem kepercayaan
mengenai kehidupan, kematian, agama dan nilai-nilai lainnya. Kepercayan-kepercayaan tersebut
diambil oleh manusia sebagai norma yang diterima, dan hal ini berkaitan dengan kinerja seseorang
maupun kelompok (organisasi).

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi,
dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:

1. Pengendalian diri

2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi

4. Menciptakan persaingan yang sehat

5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”

6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)

7. Mampu menyatakan yang benar itu benar

8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha
ke bawah

9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama

10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati

11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa
peraturan perundang-undangan

Masalah-masalah yang sering terjadi dalam etika bisnis :

1. Sistematik

Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul


mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi.

5
2. Korporasi

Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam


perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas
aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai
keseluruhan.

3. Individu

Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu
tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan,
tindakan dan karakter individual.

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat.

Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum
yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang
lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis
seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988),
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu,
dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-
besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya
serendah-rendahnya.

Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari
apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.

6
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak
adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara
kelompok.Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang
kokoh.

3.2 Pengertian Hukum Bisnis

Menurut Munir Fuady, pengertian hukum binis adalah suatu perangkat atau kaidah
hukum termasuk upaya penegakannya yang mengatur mengenai tata cara pelaksanaan urusan
atau kegiatan dagan, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran
barang atau jasa dengan menempatkan uang dari paraenterpreneur dalam risiko tertentu dengan
usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan.

Menurut Dr. Johannes Ibrahim, SH, M.Hum, dalam persepsi manusia modern, pengertian
hukum bisnis adalah seperangkat kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta
menyelesaikan berbagai persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia, khusunya dalam
bidang perdagangan.

Perekonomian yang sehat lahir melalui kegiatan bisnis, perdagangan ataupun usaha yang
sehat. 3egiatan ekonomi yang sehat tentu saja mempunyai aturan yang menjamin terjadinya
bisnis, perdagangan ataupun usaha yang sehat. Aturan atau hukum bisnis diperlukan karena :

a. Pihak yang terlibat di dalam bisnis membutuhkan sesuatu yang lebih resmi bukan
hanya sekedar janji ataupun itikad baik saja.
b. Kebutuhan untuk menciptakan upaya hukum yang dapat digunakansebagaimana
mestinya apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban atau melanggar
perjanjian yang telah disepakati maka hukum bisnis dapat diperankan sebagaimana
mestinya. Para pelaku bisnis perlu mengetahui, memahami dan mempelajari hukum
bisnis karena setiap kegiatan bisnis yang dilakukannya. sudah diatur oleh hukum,
sehingga kegiatan bisnisnya tidak melanggar hukum dan dapat memperoleh
keuntungan maksimum.

3.3 Ruang Lingkup Hukum Bisnis

a. Kontrak Bisnis

b. Bentuk badan usaha (PT,Firma,CV)

7
c. Pasar modal dan perusahaan go public

d. Kegiatan jual beli oleh perusahaan

e. Investasi atau penanaman modal

f. Likuidasi dan pailit

g. Merger, akuisisi dan konsolidasi

h. Pembiayaan dan perkreditan

i. Jaminan hutang

j. Surat-surat berharga

k. Ketenagakerjaan

l. Hak Kekayaan Intelektual Industri

m. Persaingan usaha tidak sehat dan larangan monopoli

n. Perlindungan terhadap konsumen

o. Distribusi dan agen

p. Perpajakan

q. Asuransi

8
3.4 Analisis Kasus Oreo

Perkembangan zaman yang semakin cepat telah merubah pola stuktur dan konsumsi
dimasyarakat, dimana masyarakat cenderung lebih menyukai produkproduk praktis dan sesuai
selera. Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 231 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan
mencapai 1,45 persen (BPS, 2009) merupakan pasar potensial untuk mengembangkan
bisnis produk makanan. Hal ini terlihat dari besarnya tingkat pengeluran masyarakat untuk produk
makanan yaitu lebih dari 50 persen. Hal ini merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi para
pelaku bisnis khususnya bisnis dibidang makanan. Salah satu produk makanan jadi yang banyak
dikonsumsi adalah produk biskuit. Salah satu produk biskuit yang banyak digemari adalah produk
Oreo yang diproduksi oleh PT.Kraft Foods Inc. Menurut CEO Kraft, Irene Rosenfeld, Kraft saat
ini merupakan pemimpin pasar biskuit dunia, dengan portofolio luas dari merek-merek ternama
diseluruh dunia. Di Asia, Kraft saat ini memiliki portofolio lengkap dengan merek-merek produk
yang tersebar diseluruh kategori biskuit seperti Oreo, Ritz, Chip's Ahoy, Jacob's, Chipsmore,
Twisties, Biskuat, Milk Biscuit, Hi Calcium Soda, Tuc, dan Tiki. Berdasarkan survei yang
dilakukan AC Nielsen, pangsa pasar biskuit susu dikuasai oleh biskuit Danone dan Oreo.
Berdasarkan hasil penelitian BPOM pada September 2008 ditemukan bahwa semua produk yang
mengandung susu dan berasal dari Cina positif mengandung melamin sebesar 8.51 mg/kg sampai
dengan 945.86 mg/kg, dan salah satu produk yang mengandung melamin adalah produk Oreo
Wafer Sticks produksi PT. Nabisco Food (Suzhou) Co.Ltd, China dengan kandungan melamin
sebesar 366.08 mg/kg dan sebesar 361.69 mg/kg. Namun adanya pemberitaan media massa yang
kurang spesifik dan informatif serta adanya kesalahan pemaknaan yang diterima masyarakat telah
membuat masyarakat mencap bahwa semua produk Oreo berbahaya padahal produk Oreo buatan
dalam negeri (PT.Kraft Foods Indonesia) bebas melamin, hal ini tentunya akan mempengaruhi
persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo

Melamin

Melamin adalah senyawa basa organik dengan rumus kimia C3H6N6 dan memiliki nama IUPAC
1,3,5-triazina-2,4,6-triamina. Melamin hanya sedikit larut dalam air. Melamin adalah trimer dari
sianamida, dan seperti sianamida, serta mengandung 66% nitrogen (berdasarkan massa). Melamin
merupakan metabolit dari siromazina yaitu sejenis pestisida. Melamin terbentuk dalam tubuh
mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Siromazina diubah menjadi melamin pada tanaman.
Melamin pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun 1834. Pada produksi awal, kalsium
sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian dipanaskan di atas titik leburnya untuk
menghasilkan melamin.

Melamin dikenal pada tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik
Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut Bakelite. Pada mulanya
Bakelite digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama, pada
perkembangannya dimanfaatkan oleh industri peralatan rumah tangga dalam pembuatan sendok,
garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan lainlain. Pada zaman sekarang,
kebanyakan pabrik industri menggunakan urea .

untuk menghasilkan melamin melalui reaksi : 6(NH2)2CO → C3H6N6 + 6NH3 + 3CO2. Pertama-
tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi endotermik ((NH2)2CO → HCNO + NH3).
Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamin dan karbon dioksida (6HCNO →
C3H6N6 + 3CO2). Reaksi kedua adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi bersifat
endotermik. Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer
formaldehide (formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam
komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai. Seringkali dalam pembuatan
melamin proses pencampurannya sering tidak terkontrol. Apabila komposisi antara formaldehide
dengan fenol tidak seimbang maka akan terjadi residu, yaitu monomer formaldehide atau fenol
yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehide inilah yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Selain itu, senyawa melamin rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet yang
dapat mendepolimerisasi melamin menjadi monomer formaldehide dan fenol. Meski tahan pada
rentang suhu 1200 C sampai 300 C di bawah nol, tetapi karena menyerap panas, melamin tidak
tahan dipapar panas terlalu tinggi. Apalagi terpapar dalam jangka waktu lama. Oleh sebab itu
melamin tidak dapat digunakan dalam microwave. Gesekan terhadap peralatan melamin juga
berpotensi melepaskan residu formaldehide yang terperangkap sebelumnya. Sehingga meskipun
kontrol pembuatan peralatan melamin sudah baik namun masih menyimpan bahaya bagi
kesehatan. Formaldehide atau yang dikenal sebagai formalin merupakan desinfektan yang sering
pula digunakan sebagai bahan pengawet mayat, formalin sangat mudah masuk ke dalam tubuh
lewat jalur oral/mulut, saluran pernafasan dan pembuluh darah. Berdasarkan acuan kesehatan di
Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm atau 2 mg/l. Sedangkan Amerika Serikat (AS)
menetapkan paparan maksimum untuk jangka panjang 1 ppm dan jangka pendek 2 ppm. Melamin
berguna dalam pembuatan plastik, bahan perekat, countertops, dishware, whiteboards dan
fertilizers. Adapun Standard batas kandungan Melamin adalah:

1. European Food Safety Agency (EFSA) dan U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk
batas kandungan melamin dalam produk makanan , selain makanan bayi adalah kurang dari 2.5
ppm.

2. Hong Kong untuk batasan maksimum konsentrasi melamin pada makanan bayi adalah 1 ppm
dan makanan lain 2.5 ppm.

10

3. FDA menetapkan batasan konsentrasi melamine yang terkonsumsi per hari yang dapat
ditoleransi adalah 0.63 mg / kg berat badan. Monomer formaldehide yang masuk ke tubuh manusia
berpotensi membahayakan kesehatan. Formaldehide yang masuk ke dalam tubuh dapat
mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel. Dalam jangka pendek,
hal ini bisa mengakibatkan gejala berupa muntah, diare, dan kencing bercampur darah. Sementara
untuk jangka panjang, akumulasi formaldehid yang berlebih dapat mengakibatkan iritasi lambung,
gangguan fungsi otak dan sumsum tulang belakang. Bahkan, fatalnya dapat mengakibatkan kanker
(karsinogenik). Produk makanan dan minuman yang mengandung melamin jika dikonsumsi secara
terus-menerus akan membahayakan kesehatan. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh konsumsi
produk makanan dan minuman bermelamin adalah :

1. Mengakibatkan gangguan metabolisme, terutama terhadap bayi dan anakanak. Organ tubuh
yang paling cepat terganggu adalah fungsi ginjal yang bekerja untuk membuang racun-racun
dalam tubuh.

2. Serangan akut pada saluran pencernaan, di antaranya muntah dan mencret.

3. Kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain kerusakan, mulai dari fungsi otak, hati, ginjal,
mata dan telinga, dan bisa menyebabkan kematian.

4. Melamin juga merusak sistem kekebalan tubuh bayi dan anak-anak yang mengonsumsi.

5. Melamin dapat menyebabkan masalah pernapasan pada hewan percobaan.

6. Konsumsi melamin juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Siapa pun yang terpapar zat
kimia itu akan mudah terserang flu dan infeksi karena virus dan bakteri. Perumusan Masalah
Keamanan pangan menjadi salah satu isu yang menyita perhatian beberapa organisasi kesehatan
di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO) saat ini
memberikan penekanan bagi seluruh negara agar memperkuat sistem keamanan pangan. Negara-
negara diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap para produsen dan penjual yang
terlibat dalam industri pangan. Kejadian terkait isu keamanan pangan baru-baru ini, seperti temuan
melamin hasil industri kimia pada produk makanan dan minuman, atau penggunaan tanpa izin
obat-obatan hewan tertentu pada peternakan ikan, dapat berpengaruh pada kesehatan dan sering
berakibat pada penolakan produk pangan dalam perdagangan nasional maupun internasional.
Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia.
Banyaknya pangan yang tidak sehat seperti makanan yang memakai bahan pewarna pakaian,
makanan yang menggunakan borak, makanan yang berpengawet formalin maupun bahan kimia
lainnya merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak. Hal ini
didasarkan pada konsumsi masyarakat Indonesia terhadap makanan yang mengandung bahan
kimiawi sangat tinggi.

11

Apalagi konsumen dominan yang bersentuhan langsung adalah anak-anak sekolah dasar dan ibu
rumah tangga. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan ilustrasi bahwa
lebih dari 90 persen terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan makanan (foodborne
diseases) disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu meliputi penyakit tipus, disentri
bakteri/amuba, botulism, dan intoksikasi bakteri lainnya, serta hepatitis A dan trichinellosis.
Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tetapi juga menyangkut kepedulian individu.
Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk
kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun pangan itu
menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, maka tidak ada nilainya sama sekali
.

Oleh karena itu, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pangan yang dikonsumsi menjadi hal
penting. Berdasarkan hasil penemuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terdapat 28
produk makanan dan minuman yang beredar di pasaran yang diduga mengandung zat berbahaya
melamin. Melamin merupkan zat yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Konsumsi secara
terus-menerus akan membahayakan kesehatan. Hal ini terbukti dari adanya kasus 56 balita di
China yang mengalami gagal ginjal bahkan kematian setelah mengkonsumsi susu yang
mengandung melamin. Bahaya lain yang dapat ditimbulkan oleh konsumsi produk makanan dan
minuman bermelamin seperti serangan akut pada pernapasan, kerusakan berbagai organ tubuh,
dan merusak sistem kekebalan tubuh bayi dan anak-anak. Salah satu produk makanan yang diduga
mengandung melamin berdasarkan penemuan BPOM pada September 2008 adalah produk Oreo.
Menurut produsen produk Oreo (PT Kraft Indonesia) produk Oreo yang beredar di Indonesia ada
dua macam yakni 90 persen Oreo yang dijual bebas yang merupakan produk asli Indonesia dan
hanya 10 persen produk Oreo yang diimpor dari Tiongkok (China). Produk Oreo yang
mengandung melamin merupakan produk Oreo wafer stick yang diproduksi oleh PT. Nabisco
Food ( Suzhou ) Co. Ltd., China dengan kandungan melamin sebesar 366.08 mg/kg dan 361.69
mg/kg. sedangkan Oreo wafer, Oreo Coklat Sandwich Cookies dan Oreo Vanila buatan .

Indonesia bukanlah produk Oreo yang mengandung melamin. Hal ini menjadi suatu
kerugian bagi pihak perusahaan PT Kraft Foods Indonesia. Citra perusahaan yang selama
ini telah dibangun selama bertahuntahun di Indonesia menjadi menurun karena masalah
tersebut. Menurut riset yang dilakukan AC Nielsen, penjualan produk Oreo dari biskuit
coklat berbagai rasa hingga wafer mengalamin penurunan penjualan yang cukup signifikan
setelah adanya pengeluaran argumen dari BPOM dan menteri kesehatan, penjualan produk
Oreo menurun hingga 10 persen di pasar Indonesia. Melihat realita tersebut, bila pihak
perusahaan Kraft yang bertaraf Internasional tidak cepat melakukan pembaharuan image,
dapat diprediksikan bahwa masyarakat Indonesia dapat kehilangan kepercayaan kepada
Kraft.

12
Adanya pemberitaan media massa baik elektronik maupun cetak yang kurang spesifik dan
kurang informatif, serta adanya kesalahan informasi yang diterima oleh masyarakat yang
diakibatkan adanya salah pemaknaan dalam menerima informasi dari media telah membuat
tingkat pengetahuan masyarakat terhadap daftar produk bermelamin terutama produk Oreo
menjadi berkurang. Hal ini berdampak pada sikap masyarakat yang mencap semua produk
Oreo sebagai produk yang mengandung melamin. Padahal menurut hasil conference yang
dilakukan oleh pihak Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) disebutkan bahwa
produk-produk yang dilarang peredarannya dan harus ditarik dari pasaran adalah produk-
produk dengan kode ML (makanan diproduksi di luar negeri), namun kenyataan
diluar bahwa masyarakat Indonesia salah mengartikan informasi tersebut, banyak dari
masyarakat yang mengartikan bahwa produk dengan merek-merek tersebut seperti Oreo
baik di produksi dalam negeri maupun luar negeri bagi mereka tidak aman dikonsumsi.
Kondisi tersebut ternyata membuat pihak PT.Kraft Indonesia mengalami goncangan
karena hal tersebut berdampak pada citra dari merek yang telah lama dibangun. Adanya
pemberitaan media massa telah pengetahuan konsumen terhadap isu melamin. Dampak
langsung ataupun tidak langsung dari pemberitaan media massa akan membentuk persepsi
masyarakat tentang produk Oreo. Ada dua kemungkinan persepsi yang terbentuk,
yaitu persepsi yang benar dan salah. mempengaruhi tingkat Jika yang terbentuk adalah
persepsi yang salah maka akan mempengaruhi sikap masyarakat, mereka akan merasa
khawatir untuk mengkonsumsi produk Oreo. Masyarakat akan mengurangi atau bahkan
beralih ke produk biskuit lain. Tentunya hal ini tidak diinginkan karena akan
merugikan banyak pihak terutama produsen yaitu PT. Kraft Indonesia. Sebagai
perusahaan yang terkena imbas kasus melamin, PT Kraft Indonesia memiliki kepentingan
untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap merek yang dimilikinya. Persepsi
konsumen penting diketahui oleh produsen, karena persepsi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. PT Kraft Indonesia ingin
mengembalikan citra perusahaannya serta mengembalikan kepercayaan masyarakat
terhadap produk Oreo. Sebelum melakukan kebijakan pengembalian citra/image serta
kepercayaan masyarakat, PT Kraft Indonesia perlu mengetahui persepsi konsumen
terhadap produk Oreo, apa yang konsumen ketahui, konsumen percayai dan konsumen
pikirkan megenai produk Oreo. Dengan mengetahui persepsi konsumen, maka dapat
diketahui perilaku dari konsumen tersebut.

13
3.5 Krisis Kepercayaan Terhadap Produk Oreo

Dengan adanya kasus tersebut maka oreo benar-benar dalam posisi yang sangat sulit. Oreo
mengalami krisis kepercayaan yaitu, kondisi dimana publik sudah tidak lagi percaya dan mau
menggunakan lagi produk oreo tersebut. Krisis inilah yang paling parah bagi sejarah perusahaan
karena apabila publik sudah tidak percaya lagi pada produk tersebut maka akan berdampak
besar bagi kelanjutan perusahaan. Karena hal ini menyebar lewat media massa, maka pihak Public
Relations PT.KRAFT harusnya langsung menetralisir rumor tersebut. Dengan cara menjelaskan
tentang keberadaan produk oreo. Karena oreo berasal dari berbagai macam distributor di berbagai
negara, maka seorang PR oreo harus menginformasikan bahwa produk oreo yang disinyalir
terdapat kandungan melamin atau susu import china adalah produk oreo bukan berasal dari
distributor PT.KRAFT Indonesia, melainkan dari distributor asing yang lain. Sehingga publik akan
memikir ulang apabila akan mengkonsumsi oreo. Cara untuk melihat apakah oreo tersebut buatan
distributor asing atau buatan indonesia yaitu dengan cara melihat kode produksi yang tertera pada
no BPOM. Kode MD untuk semua produk buatan indonesia dan kode ML untuk produk buatan
asing. PR Oreo juga harus memberi penjalasan kepada media dengan cara mengadakan konferensi
pers melalui media, hal ini bertujuan agar publik tidak merasa di tipu oleh berita yang beredar,
karena publik pun butuh penjelasan. Kemudian cara PR oreo yang berusaha membangun kembali
image yang hancur melalui iklan tergolong cukup baik sebagai langkah cepat untuk menetralisir
masalah yang sedang terjadi. Dalam iklan tersebut diperlihatkan bagaimana cara pembutan oreo
serta lebih ditonjolkan pada ke-higienisan produknya. Dengan memakai Ferdi Hasan sebagai
Brand Imagenya diharapkan oreo mampu mengembalikan image seperi dulu lagi. Iklan oreo yang
ditampilkan diharapkan agar publik mengetahui proses pembuatan oreo, dengan kebersihannya
dan penggunaan mesin yang modern sehingga tidak mungkin apabila terdapat zat kimia pada
produk tersebut. Pesan itulah yang ingin disampaikan oleh PR oreo kepada publik. Di akhir iklan
terdapat logo I love Indonesia dimaksudkan agar publik lebih mengutamakan produk buatan
indonesia daripada produk buatan asing, meskipun sama-sama oreonya. Karena yang disinyalir
terdapat susu china atau melamin adalah terdapat pada oreo buatan distributor asing.

Setelah cara-cara aman dilakukan untuk selanjutnya perlu diadakan promo atau iklan tambahan
yang berfungsi sebagai pengingat terhadap produk oreo. Agar publik senantiasa mengingat oreo
dan dengan demikian kepercayaan publik secara perlahan kembali normal. Pihak PR juga harus
selalu melakukan controling system kepada produk yang akan dipasarkan, sehingga untuk
kemudian tidak akan ada lagi kasus seperti ini.

14
Dalam perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan sering
didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan perusahaan biasanya terdiri
atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja sama sehingga tindakan atau
kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan perusahaan.

Kita mengetahui bahwa Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan
bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat
modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-
orang yang ada di dalam organisasi.

Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip
kejujuran perusahaan besar pun berani untuk mengambil tindakan kecurangan untuk menekan
biaya produksi produk. Mereka hanya untuk mendapatkan laba yang besar dan ongkos produksi
yang minimal. Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat
berbahaya dalam produknya . dalam kasus Oreo sengaja menambahkan zat melamin padahal bila
dilihat dari segi kesehatan manusia, zat tersebut dapat menimbulkan kanker hati dan lambung.

Kerugian yang disebabkan adanya krisis kepercayaan

Karena adanya krisis kepercayaan membuat perusahaan merugi. Kerugian yang diterima
bukan hanya berupa kerugian materiil tetapi juga kerugian immateriil. Kerugian materiil berupa
kerugian yang diterima kare produknya di laku dipasaran. Akhirnya pemasukan berkurang, omset
menipis dan laba pun sedikit. Inilah yang dinamakan kerugian materiil yaitu kerugian yang
berhubungan dengan uang. Kerugian immateriil yang diterima yaitu hilangnya kepercayaan
konsumen terhadap produk yang di pasarkan. Kerugian ini bisa berupa nama baik. Antara kerugian
materiil dan immateriil sangat berhubungan karena keduanya mempengaruhi kelangsungan
perusahaan. Untuk meminim kerugian yang terjadi, maka penanganan utama diawal sangat
diperhatikan. PR diharapkan untuk selalu peka terhadap keadaan yang terjadi baik di publik
internal maupun di publik eksternal. Apabila langkah-langkah penanggulangan terhadap krisis
telah dilakukan maka, untuk selanjutnya PR perlu menjaga hubungan baik antara pihak internal
dan eksternal dengan harapan kasus seperti ini tidak akan terulang lagi.

15
3.6 Pasal-pasal mengenai etika bisnis

1. Pasal 4, hak konsumen adalah :

Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa”.

Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa”.

2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :

Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”

3. Pasal 8

Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau


jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan”

Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”

4. Pasal 19 :

Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan”

Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”

16
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi”

3.7 Cara mengembalikan kepercayaan konsumen

Kehilangan kepercayaan dari pelanggan bisa disebabkan oleh banyak alasan, sering kali
kehilangan kepercayaan tersebut karena konsumen anda merasa kecewa terhadap produk anda atau
pelayanan perusahaan. Hal lainnya yang juga dapat menjadi penyebab kehilangan kepercayaan
saat apa yang dibutuhkan oleh konsumen tidak direspon atau didengarkan dengan baik.

Situasi seperti jika dibiarkan saja tidak akan baik bagi kelancaran bisnis , citra kita sangat
dipertaruhkan pada posisi seperti ini, saat konsumen merasa tidak didengarkan dengan baik, maka
mereka tidak akan ragu untuk beralih ke kompetitor, jika hal demikian terjadi maka anda telah
kehilangan konsumen kita. Maka sebelum hal tersebut terjadi kita harus bergerak cepat untuk
menarik kembali konsumen, kembalikan kepercayaannya buat mereka kembali jadi milik kita.

Dibawah ini dapat membantu untuk mengembalikan kepercayaan dari konsumen :

1. Akui kesalahan tersebut merupakan kesalahan kita


Saat kepercayaan konsumen hilang terhadap bisnis kita, maka letak kesahalan kita
dipihak anda sebagai retailer. Sebagaimana pepatah lama mengatakan pelanggan
adalah raja, maka logikanya raja tidak pernah salah. Akui hal tersebut sebagai
kesahalan dipihak kita, dan kita dengan niat kuat berusaha untuk memperbaiki
situasinya.

Silahkan ambil waktu untuk menghubungi konsumen , jelaskan


permasalahannya dan pihak kita buat konsumen anda ikut memahami sudut pandang
kita.

2. Minta pendapat konsumen


Saat memiliki masalah dengan konsumen, maka kita harus menempatkan kosumen
diposisi pertama. Tanyakan apa yang konsumen butuhkan dibandingkan dengan apa
yang bisnis kita butuhkan.

Mintalah rekomendasi penyelesaian mengenai persoalan tersebut dari


konsumen kita, dengarkan secara baik apa yang diinginkan oleh konsumen kali ini.
Jangan buat kesalahan baru, karena bisnis sedang dalam posisi “siaga”.

17

3. Berikan garansi
Bila persolan ini berujung pada situasi dimana konsumen merasa dirugikan maka
hal yang paling tepat untuk kita lakukan saat ini ialah berikan garansi kepada
konsumen, buat mereka tidak perlu lagi merasa dirugikan. Jika kita melakukan hal ini,
maka konsumen dapat melihat bahwa kita betekad kuat untuk memperbaiki situasi,
rebut kembali kepercayaan mereka dengan memberikan garansi sebagai bentuk
permintaan maaf kita.

Hal ini meyangkut dengan citra bisnis kita, bagaimana bisnis anda dimata
konsumen. Bila bukan anda sebagai owner yang menjaga citra bisnis dihadapan
konsumen dengan baik, jangan berharap orang lain akan melakukannya untuk kita.

4. Tidak mengulangi kesalahan


Setelah permasalahan ini maka konsumen akan lebih menaruh perhatian kepada
produk dan bisnis kita, satu kesalahan lain dari pihak kita akan berakibat buruk. Maka
jangan sesekali mengulangi kesalahan seperti mengecewakan konsumen ini lagi, bila
itu terjadi akan sangat sulit untuk mengembalikan kepercayaan mereka kepada kita.

Pertahankan kualitas produk dan pelayanan kepada konsumen, agar mereka


merasa senang bertransaksi dengan kita. Berikan pengarahan kepada staff kita untuk
meningkatkan pelayanan kepada konsumen,

3.8 Hambatan dan tantangan dalam menjalankan etika bisnis

Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan /
mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah
bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan
dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika
Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi
moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah
dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:

1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.

Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti
memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi
laporan keuangan.

18
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.

Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang
dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik
antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar
perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-
orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan
dengan mengabaikan peraturan.

3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.

Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik,
yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi
pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang
buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh
keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.

4. Lemahnya penegakan hukum.

Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap
memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku
bisnis menegakkan norma-norma etika.

5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis dan
manajemen.

Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus
menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.

3.9 Hubungan dalam bisnis

Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen

Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang paling banyak
dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun
pergaulannya dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :

1. Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau


mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.

19
2. Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya,
sehingga produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi serta kandungan atau zat-zat
yang terdapat didalam produk itu.
3. Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi
suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual produknya yang ternyata
jelek (busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau mengganti produknya tersebut
kepada pembelinya.

Hubungan dengan karyawan

Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali
harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan
ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau
kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan / PHK
(pemutusan hubungan kerja). Didalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan
yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak
diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota
keluarga sendiri.

Hubungan antar bisnis

Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang
lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen
tunggal maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi
benturan-benturan kepentingan antar kedunya. Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya
etika pergaulan bisnis yang baik.

Hubungan dengan Investor

Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go
publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para
insvestor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor
untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu mandapat perhatian yang
serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak
permintaan dari para pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual sahamnya kepada
masyarakat. Dipihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk menanamkan
uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat berharga yang lain yang diemisi oleh
perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham
haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang go
public tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi
terhadap hal ini.

20
Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan

Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan


hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan
benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak atau sebagianya. Keadaan
tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.

3.10 Manfaat tercapainya tujuan etika bisnis bagi perusahaan

Etika bisnis bagi perusahaan ini,menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan


dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernah timbul dimasa lalu), seperti konflik
kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah,sumbangan dan
sebagainya. Latar belakang pembuatan etika bisnis adalah sebagai cara ampuh untuk
melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Bila Perusahaan memiliki etika
sendiri,mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya.

Manfaat Etika Bisnis bagi Perusahaan :

1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan sebagai
corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang karyawannya tidak
semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara intern
semua karyawan terikat dengan standard etis yang sama, sehingga akan mefigambil
kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul.

2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika. (penerimaan
komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam melindungi
lingkungan hidup).

3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.

4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untuk
mengatur diri sendiri (self regulation).

5. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa meningkatnya
kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan harga saham, maka dapat
menarik minat para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.

6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan.

21
7. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang dapat menjaga
kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).

Etika bisnis perusahhan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu
perusahaan yang kokoh dan memiliki dsaya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan
menciptakan nilai yang tinggi,diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari
perencanaan strategis, organisasi yang baik, system prosedur yang transparan didukung oleh
budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.

Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia,
indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung
jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena
tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika
perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh
individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh
pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral. Etika bisnis mempunyai prinsip
dalam kaitan ini berhubungan dengan berbagai upaya untuk menggabungkan berbagai nilai-nilai
dasar (basic values) dalam perusahaan, agar berbagai aktivitas yang dilaksanakan dapat mencapai
tujuan.

Secara lebih jelas, mekanismenya berjalan sebagai berikut.“Memaksimumkan


kesejahteraan si pemilik dalam jangka panjang”, berhubungan dengan dimensi waktu yang relatif
panjang serta menyangkut sustainability. Hal ini membutuhkan adanya “kepercayaan” atau “saling
mempercayai” (trust) dari berbagai pihak yang berhubungan dengan perusahaan (stakeholders).
Kalimat “kesejahteraan pemilik” merupakan derivasi dan perwujudan dari “hak kepemilikan”
(ownership) yang muncul dari adanya penghargaan (respect) terhadap “kepemilikan pribadi”
(property rights).

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan
perusahaan baik untuk jangka panjang maupun jangka menengah karena :

 Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.

 Mampu meningkatkan motivasi pekerja.

 Melindungi prinsip kebebasan berniaga.

 Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.

22
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif,
misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain
sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.

Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila
perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier. Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling
berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin harus
mempertahankan karyawannya. Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan
sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam
manajemen korporasi yakni dengan cara :

 Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)

 Memperkuat sistem pengawasan

 Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.

3.11 Pro dan kontra dalam menjalankan etika bisnis

Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampur-adukkan dengan etika. Para pelaku bisnis
adalah orang-orang yang bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya berlaku dalam dunia pribadi
mereka, begitu mereka terjun dalam dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang
mempunyai kode etik tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang sah yang
diterima, maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu praktik bisnis berlaku begitu umum
di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap semacam norma dan banyak orang yang akan
merasa harus menyesuaikan diri dengan norma itu. Dengan demikian, norma bisnis berbeda dari
norma moral masyarakat pada umumnya, sehingga pertimbangan moral tidak tepat diberlakukan
untuk bisnis dimana “sikap rakus adalah baik”(Ketut Rindjin, 2004:65).

Belakangan pandangan diatas mendapat kritik yang tajam, terutama dari tokoh etika
Amerika Serikat, Richard T.de George. Ia mengemukakan alasan alasan tentang keniscayaan etika
bisnis sebagai berikut.

Pertama, bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang
dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan hanya uang,
melainkan juga dimensi kemanusiaan seperti nama bai kpengusaha, nasib karyawan, termasuk
nasib-nasib orang lain pada umumnya.

23
Kedua, bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktik bisnis mensyaratkan etika, disamping hukum
positif sebagai acuan standar dlaam pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis.

Ketiga, dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktik bisnis yang berhasil adalah
memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga ia memperoleh kepercayaan dari
masyarakat atas produ atau jasa yang dibuatnya.

3.12 Penerapan etika bisnis dan tanggung jawab social perusahaan

Yang dimaksud dengan etika bisnis adalah penerapan sebuah kode etik yang diterapkan
dalam perusahaan untuk melakukan kegiatan bisnisnya. Pondasi yang kokoh serta nilai atau
value yang cukup tinggi akan tercipta jika kode etik perusahaan dapat diterapkan dengan benar.

Tanggung jawab sosial perusahaan juga merupakan bagian dari etika bisnis. Maksudnya
adalah sebuah perusahaan akan mempengaruhi kehidupan masyarakat atas segala keputusannya.

3.13 Pengertian tentang tanggung jawab sosial perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah wujud kepedulian suatu usaha pada
masyarakat dan lingkungan disekitar dimana usaha tersebut berada. Arti yang lebih luas dari
istilah ini adalah tanggung jawab perusahaan terhadap pelanggan, karyawan, dan kreditor.

3.14 Pelanggaran etika bisnis dan sanksinya

Interaksi hubungan dalam kehidupan masyarakat senantiasa diwarnai dengan


penyalahgunaan, pelanggaran, ataupun penyimpangan. Walaupun telah ada etika sebagai
pedoman dalam mengatur kehidupan masyarakat, namun ada sebagian diantaranya yang tidak
taat, atau menentang dan bahkan membuat pelanggaran terhadap pedoman yang telah ada.

Kondisi demikian akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam masyarakat. Pola interaksi antar
masyarakat tidak lagi berjalan lancar, karena muncul konflik dan saling tidak percaya, terjadi
ketidakharmonisan dalam penghormatan terhadap etika yang ada, dimana ada yang masih setia
terhadap etika, namun sebagian cenderung menentang dan membenarkan tindakannya. Dalam
kondisi ini maka jika etika ataupun aturan yang berlaku tidak memiliki kemampuan untuk
memecahkan permasalahan, maka masyarakat dalam kondisi krisis dan kekacauan pasti akan
timbul.

24
Adapun beberapa hal yang membuat seseorang melanggar etika antara lain:

1. Kebutuhan Individu : Kebutuhan seringkali adalah hal utama yang mempengaruhi


seseorang untuk melakukan pelanggaran, misalnya seorang anak rela mencuri untuk
mendapatkan uang demi untuk membayar uang tunggakan sekolah. Seorang bapak yang
akhirnya tewas digebukin massa gara-gara mengambil susu dan beras di swalayan untuk
menyambung hidup bayi dan istrinya. Karyawan sebuah pabrik yang bertindak anarkis,
karena THR belum juga dibayarkan, padahal sudah melebihi jadwal yang dietentukan
pemerintah, dan lain-lain

2. Tidak Ada Pedoman : Ketika masyarakat dihadapkan pada persoalan yang belum jelas
aturannya, maka mereka melakukan intrepretasi sendiri atas persoalan yang dialami.
Contohnya pembangunan rumah kumuh di pinggir rel kereta api, di bawah jembatan
layang, di tanah kosong. Hal ini dikarenakan belum adanya perda ataupun ketentuan
mengikat yang memberikan kejelasan bahwa daerah tersebut tidak boleh ditempati dan
dibangun pemukiman liar. Sehingga masyarakat mengitrepretasikan, bahwa lahan kosong
yang tidak digunakan boleh dibuat tempat tinggal, apalagi mereka bagian dari warga
Negara. Sehingga pada saat tiba waktunya untk membersihkan, maka sudak terlalu
komplek permasalahannya dan sulit dipecahkan.

3. Perilaku dan Kebiasaan Individu : kebiasaan yang terakumulasi dan tidak dikoreksi akan
dapat menimbulkan pelanggaran. Contohnya; anggota DPR yang setiap menelurkan
kebijakan selalu ada komisi atau uang tips, ataupu ada anggota yang tidup pada saat
sidang berlangsung. Hal demikian ini salah dan keliru. Namunkarena teklah dilakukan
bertahun-tahun, dan pelakunya hampir mayoritas, maka perilaku yang menyimpang tadi
dianggap biasa, tidak ada masalah.

4. Lingkungan Yang Tidak Etis: Lingkungan yang memiliki daya dukung moral yang
buruk, akan mampu membuat seseorang menjadi menyimpang perilakunya untuk tidak
taat terhadap pedoman yang berlaku. Contonya seorang residivis kambuhan, yang selalu
keluar masuk penjara. Dalam penjara yang notabene merupakan tempat yang kurang
baik, maka mempebgaruhi pola pikir seseorang. Sehingga setiap kali dia masuk penjara,
ketika keluar telah memiliki informasi, keahlian, ketrampilan yang baru untuk dapat
menyempurnakan tndakan kejahannya.

5. Perilaku Orang yang Ditiru: Dalam hal ini, ketika seseorang melakkan pelanggaran
terhadap etika, dapat juga karena dia mengimitasi tindakan orang yang dia pandang
sebagai tauladan. Seoarng anak yang setiap hari melihat ibunya dipukuli oleh bapaknya,
maka bisa jadi pada saat dalam pergaulan, si anak cenderung kasar baik dalam perkataan
ataupun perbuatan. Dan itu semua dia dapatkan dari pengamatan dirumah yang
dilakuakan oleh bapaknya.

25
Sanksi pelanggaran etika :

1. Sanksi Sosial : Sanksi ini diberikan oleh masyarakat sendiri, tanpa melibatkan pihak
berwenang. Pelanggaran yang terkena sanksi sosial biasanya merupakan kejahatan kecil,
ataupun pelanggaran yang dapat dimaafkan. Dengan demikian hukuman yang diterima
akan ditentukan leh masyarakat, misalnya membayar ganti rugi dsb, pedoman yang
digunakan adalah etika setempat berdasarkan keputusan bersama.

2. Sanksi Hukum : Sanksi ini diberikan oleh pihak berwengan, dalam hal ini pihak
kepolisian dan hakim. Pelanggaran yang dilakukan tergolong pelanggaran berat dan harus
diganjar dengan hukuman pidana ataupun perdata. Pedomannya suatu KUHP.

26
BAB IV

KESIMPULAN

Karena konsumen oreo adalah mayoritas anak kecil, maka hendaknya diperhatikan dalam
produk pembuatannya sehingga tidak merusak system jaringan tubuh apabila dikonsumsi dalam
waktu yang lama. PR perusahaan hendaknya selalu menjaga komunikasi antara public internal dan
public eksternal sehingga bisa mengidentifikasi gejala-gejala krisis yang akan timbul, sehingga
apabola terjadi kasus tersebut tidak akan terdengar oleh media dan tidak merusak citra atau image
perusahaan. Karena apabila image perusahaan sudah jelek di mata public, maka butuh waktu yang
lama untuk mengembalikan kepercayaan tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

https://idalhalmi30.wordpress.com/2017/04/21/kasus-etika-bisnis-oreo-pt-nabisco/

artonang.blogspot.co.id.Bisnis

https://www.scribd.com/mobile/document/347318363/ANALISIS-PELANGGARAN-HUKUM-
BISNIS-PADA-PT-NABISCO-OREO-DI-INDONESIA/

http://perdanayudha11.blogspot.com/2016/11/kasus-pelanggaran-etika-bisnis-oreo/

http://malinda68.wordpress.com/etika

28

Anda mungkin juga menyukai