Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ETIKA PROFESI AKUNTAN

KELOMPOK 1 :
ANDIKA MICHAEL KUSUMA (A031191136)
FRANSISCO VALDINO (A031191002)
RECKY REINHARD REYNANTO (A031191175)
RESKY RAMADHAN RUSDI(A031191052)
WANDY SITO ANDILOLO (A031191080)
YUNITA PANGALA (A031191177)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Mari kita panjatkan puji dan syukur kita ke atas hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena tanpa izinnya, makalah ini dapat terselesaikan. Kami ucapkan terima
kasih kepada orang tua yang telah memberikan semangat dalam mengerjakan
makalah ini.Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen karena
telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Makassar, 16 Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1.Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3.Tujuan Penulisan......................................................................................................5
II. METODE PENULISAN...............................................................................................5
III. ANALISIS...................................................................................................................6
3.1.Etika dan Pengambilan Keputusan...........................................................................6
3.1.1.      Etika............................................................................................................6
3.1.2.  Pengambilan Keputusan..................................................................................7
3.1.3.      Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis....................................................9
3.2.  Analisis Biaya Manfaat........................................................................................11
3.2.1.      Kekurangan Data Akuntansi Tradisional...................................................13
3.2.2.      Teknik Analisis Biaya-Manfaat.................................................................13
3.2.3.      Tingkat Diskon..........................................................................................13
3.2.4.      Pengukuran Biaya Dan Manfaat................................................................14
3.2.5.      Kekurangan Dari Analisis Biaya Manfaat.................................................14
3.2.6.      Pilihan Yang Tersedia...............................................................................15
3.2.7.      Kendala-Kendala.......................................................................................15
3.3.            Analisis Etika Untuk Pemecahan Masalah.................................................16
3.3.1.      Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder....................................17
3.3.2.      Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir.......................................17
IV. KESIMPULAN..........................................................................................................18
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

      Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai
contoh, manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk,
atau jasa yang ditawarkan. cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk
atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Keputusan biasa nya
diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam suatu
organisasi atau dalam perusahaan diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan
keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan
pemikiran tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya.

Pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis


terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan
yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang
dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan, seperti tujuan yang bersifat tunggal
(hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang
bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif)

Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika


dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan
dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang
menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya
adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga
kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Istilah etika berasal dari
bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan. Dalam bahasa
sehari-hari kita sering kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul
atau berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun
Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola
komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam
struktur organisasi. Tidak ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan
akan lengkap tanpa dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis
seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan,
maka dari itu pada penyusunan makalah ini akan dibahas tentang  pendekatan
pengambilan keputusan etis diaman teridiri dari analisis biaya manfaat dan
analisis etis untuk pemecahan masalah.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut;
a.       Apa itu etika dan pengambilan keputusan

b.      Bagaimanakah Pendekatan-pendekatan dalam  pengambilan keputusan yang


etis,

c.       Apa itu analisis biaya manfaat,

d.      Bagaimana analisis dampak stekholder

1.3.Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
membahas, mengetahui serta memahami;
a.       Etika pengambilan keputusan,

b.      Pendekatan-pendekatan  pengambilan keputusan

c.       Analisis biaya manfaat,

d.      Analisis dampak stekholder

II. METODE PENULISAN


Makalah ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu
mendeskripsikan, menguraikan, dan memberikan gambaran tentang pendekatan
pendekatan dalam pengambilan keputusan yang etis. Dari gambaran tersebut
ditarik kesimpulan bagaimana agar seorang individu dapat mengambil keputusan
yang etis dengan menggunakan beberapa analisis, yaitu analisis biaya manfaat dan
analisis etis untuk pemecahan masalah.

III. ANALISIS
3.1.Etika dan Pengambilan Keputusan
3.1.1.      Etika

  Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema


etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan
dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang
menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya
adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga
kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Istilah etika berasal dari
bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan. Dalam bahasa
sehari-hari kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau
berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun.

Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma


yang mengatur dan mengukur perilaku professional seseorang.  Secara lengkap
etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau
badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk yang dapat diterima umum dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan dalam konteks lain secara luas
dinyatakan bahwa etika adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral
terhadap kenyataan yang sebenarnya. Etika dimulai bila manusia merefleksikan
unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi
itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda
dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari
tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak
setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan
sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah
laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat
dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

3.1.2.  Pengambilan Keputusan

Para indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision) artinya


mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh,
manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk, atau jasa
yang ditawarkan cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa
yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Manajer tingkat menegah dan
bawah menetukan jadwal produksi, menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan
bagaimana meningkatkan bayaran karyawan baru, dan merumuskan bagaimana
meningkatkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga membuat
keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja.
Sedangkan pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik
dari sejumlah alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan
bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilhan-pilhan semacam itu dibuat.
Beberapa pengertian keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo:2)
adalah sebagai berikut:
a)    Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-
unsur perencanaan. Keputuan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau
kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan
serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan
keputusan tingkatnya sederajat dengan tugas pengambilan rencana dalam
organisasi.

b)   Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah


suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-
fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan
pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang
dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang dilakukan
biasanya memiliki beberapa tujuan , seperti ; tujuan yang bersifat tunggal (hanya
satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat
ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif). Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada
dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan
menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai
integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang
diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan
juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya
sebelum kita mengambil keputusan, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip
berikut ini:
1)   Autonom

Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian


terhadap orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan
mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan
faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan Anda. Misalnya
keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan
mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya
upah tersebut tidak layak untuk hidup.

2)   Non-malfeasance

Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan,


nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara
itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada
umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak
bagi pihak lain.

3)        Beneficence

Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan


merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.

4)        Justice

Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan


termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan
keadilan yang sempurna namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan
keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.

3.1.3.      Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis

a.    Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis

Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis,


kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan
legalitas. Serta persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan
baru-baru ini dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk
meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
a)    Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap;
b)   Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang
relevan ke dalam tindakan praktis.

Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas


keputusan atau tindakan yang dibuat dengan melihat:
a.    konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,

b.    hak dan kewajiban yang terkena dampak,

c.    keadilan yang terlibat,

d.   motivasi atau kebajikan yang diharapkan.

Pertimbangan Pembuatan Keputusan Etis (EDM); Landasan Filosofis

Pertimbangan EDM Teori Filosofi

Kekayaan atau kesejahteraan Konsekuensialisme, utilitarianisme,


teologi
Menghormati hak para pemangku kepentingan
Deontologi (hak dan kewajiban)
Kesetaraan diantara para pemangku
kepentingan Imperatif kategoris kant, keadilan
yang tidak memihak

Harapan untuk sifat karakter, kebajikan


Kebajikan
Isu Tertentu Terkait dengan EDM Relativisme, subjektivisme

Perilaku yang berbeda dalam budaya yang


berbeda (suap)
Deontologi, subjektivisme, egoisme
Konflik kepentingan, dan batas-batas untuk
perilaku mementingkan diri sendiri

b.   Pendekatan filosofi

1)   Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi

Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat


yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu
tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan
manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis
jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang
merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas keseluruhan,
mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat parsial dalam
pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari
tindakan, maka disebut juga teleological.

Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan  untuk


menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku
kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan
dalam jumlah besar. Konsekuensialisme berpendapat bahawa sebuah perbuatan
benar secara moral jika dan hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan
kebaikan bersih. Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi
etis jika konsekuensi positif lebih besar daripada konsekunsi negatifnya.

2)        Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan
tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada
konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan
kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan
eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah
konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa
pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk
membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.

3)        Virtue Ethics (Etika Kebajikan)

Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan


atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk
membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi
dari karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan. Kebajikan
adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat orang tersebut
menjadi manusia yang bermoral. Menurut AACSB etika kebajikan berfokus pada
karakter atau integrasi moral para pelaku dan melihat pada moral masyarakat,
seperti masyarakat profesional, untuk membantu mengidentifikas isu-isu etis dan
panduan tindakan etis.

Pendekatan dan Kriteria Pembuatan Keputusan Etis

3.2.  Analisis Biaya Manfaat

Manajemen perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa keputusan


bisnis sering kali memiliki dampak yang tidak dapat diukur dengan mudah
menggunakan analisis akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompok-kelompok
kepentingan khusus dengan cepat menunjukkan bahwa banyak biaya yang
dihasilkan dari keputusan bisnis tidak tercermin dalam (atau yang diluar) laporan
perusahaan. Polusi kerusakan misalnya harus ditanggung oleh pihak lain, bukan
oleh perusahaan yang menyebabkan masalah. Dapat dimengerti, jika kemudian,
eksekutif perusahaan mencari teknik analisis yang memperhitungkan biaya dan
manfaat eksternal tersebut ketika mereka berunding tentang kebijakan perusahaan.
Tak pelak lagi mereka meminta kepada akuntan mereka untuk mengembangkan
analisis biaya-manfaat yang diperlukan untuk melengkapi proyek tingkat
pengembalian yang biasa dilakukan. Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat
digunakan untuk:
a.                   Menentukan proyek apa yang harus dilakukan

b.                  Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek

Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:


1)        Organisasi sektor swasta

·      dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif.

·      Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat

·      Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publikEvaluasi


alokasi sumber daya untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum

·      Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa, mata,
tungkai dan lain-lain.

·      Perhitungan waktu luang.

2)   Organisasi sektor publik

Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya untuk:
·       Program kesehatan

·       Program pendidikan

·       Fasilitas rekreasi

·       Proyek konservasi

·       Proyek-proyek perbaikan transportasi

·       Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi


3.2.1.      Kekurangan Data Akuntansi Tradisional

Adapun kekurangan data  akuntansi tradisional jika dibandingkan dengan


analisis biaya manfaat memiliki kelemahan yaitu
1)        Hal ini berfokus pada tindakan masa lalu, yang tidak relefan untuk tindakan
masa depan dalam pengambilan keputusan.

2)        Tidak memperhitungkan faktor-faktor eksternal.

3)        Mempertimbangkan beberapa sumber daya sebagai sumber daya bebas atau


tanpa biaya.

4)        Fokusnya jauh lebih sempit, selalu berhubungan dengan kepentingan pemegang


saham, bukan kepentingan pemangku kepentingan (atau masyarakat).

3.2.2.      Teknik Analisis Biaya-Manfaat

Daripada menggunakan keterangan normal seperti, pendapatan, beban, dan


laba bersih, terminology yang dipakai dalam ABM adalah keuntungan, biaya, dan
kelebihan manfaat atas biaya. Konsep ABM tentang manfaat dan biaya lebih luas
dari pendapatan dan biaya, karena meraka memperhitungkan nilai-nilai eksternal
masa depan sampai sekarang. Proyek harus dilakukan jika manfaatnya melebihi
biaya atau rasio keuntungan/ biaya lebih besar dari satu.

3.2.3.      Tingkat Diskon

Uang yang digunakan untuk membiayai proyek menjadi tertahan untuk


kegunaan lain. Dengan demikian, biaya tersebut secara tepat diukur dengan
menghitung biaya kesempatan yang dilewatkan, apakah itu adalah tingkat imbal
marginal setelah pajak yang hilang dari investasi lain atau harga konsumen akan
bersedia membayar penundaan konsumsi mereka. Hasil studi ABM biasanya
didiskontokan pada tingkat marginal rata-rata tertimbang berdasarkan proyeksi
sumber-sumber pembiayaan yang digunakan.
3.2.4.      Pengukuran Biaya Dan Manfaat

Meskipun terdapat masalah dalam memilih tingkat potongan yang tepat,


ini merupakan masalah kecil dibandingkan dengan kesulitan untuk
mengidentifikasi dan mengukur biaya tahunan masa depan dan keuntungan (itu
sendiri). Sayangnya, banyak biaya dan manfaat tidak dapat ditentukan secara
langsung, dan pengganti atau cara tidak langsung harus digunakan untuk
memperkirakan nilai yang terlibat, meskipun diakui hampir tidak mungkin
menangkap semua karakteristik dari niali pengganti.

3.2.5.      Kekurangan Dari Analisis Biaya Manfaat

Beberapa akuntan berpendapat bahwa anggaran biaya manfaat terlalu jauh


dari misi tradisional mereka yang cukup bernilai untuk dipelajari akan tetapi
argument ini tidak melihat kelanjutan dari anggaran biaya manfaat yang telah
digunakan sebelum tahun 1844, keunggulan anggaran biaya manfaat dalam
mengatur keputusan pemerintah. Selain itu kecenderungan yang jelas adalah
bahwa tehnik anggaran biaya manfaat akan dipakai di sektor swasta untuk
memberikan fokus dalam pengambilan keputusan program-progam perusahaan
yang berdampak pada masyarakat.

            Akuntan secara tradisional telah mengasumsikan peran pokok dalam


menyediakan data untuk keputusan di sektor swasta dan jika posisi ini harus
dipertahankan itu adalah kepentingan terbaik akuntan untuk mengenal dengan
baik tehnik ABM dan kekurangannya. Selain itu akuntan sering terlibat langsung
dengan keputusan ABM di sektor public, mereka akan membuat keputusan yang
kurang terampil atau untuk menantang proposal spesifik ABM secara efektif,
kecuali mereka menyadari tehnik ABM yang relefan. Alasan kami menekankan
pentingnya saran informasi akan menjadi lebih jelas ketika berbagai kekurangan
dan keseriusan ABM dipahami. Kekurangan dapat dikelompokkan menjadi tiga
katagori yaitu:
1)        Pilihan yang tersedia untuk yang mempersiapkannya (preparer).
2)        Kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna.

3)        Masalah yang tidak dapat diatasi oleh ABM.

            Adapun kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan


pengguna ABM maka penting jika proyek-proyek saling terpisah satu sama lain.
Jika sedang dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus
mencakup semua aspek proyek. Selain itu proyek yang diterima memenuhi
persyaratan hukum dan sesuai dengan administrasi. Kadang-kadang kendala
anggaran dihapus dan pembuat keputusan diberitahu untuk menghabiskan
anggaran yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan biaya kesempatan dari uang
yang dibelanjakan.

3.2.6.      Pilihan Yang Tersedia

Pilihan yang banyak dan jika tidak terlalu akurat, akan menjadi bias bagi
ABM sampai di titik dimana keputusan yang tidak bijaksana akan dihasilkan. Ada
metode yang bisa mencegah bias dan tidak masuk akal, tapi pengambil keputusan
pertama kali harus memahami apa saja potensi masalahnya. Sangat penting bahwa
biaya kesempatan yang akurat diperkirakan untuk uang yang dipergunakan untuk
membiayai setiap proyek ABM. Bias dapat masuk ke dalam ABM melalui pilihan
buruk sebagai pengganti dan metode yang digunakan untuk mengukur nilai-nilai
masyarakat

3.2.7.      Kendala-Kendala

Sehubungan dengan kendala-kendala yang harus dipertimbangkan


oleh preparer dan pengguna ABM, maka penting proyek-proyek saling terpisah
satu sama lain, atau jika sedang dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis
ABM harus mencakup semua aspek proyek. Selain itu, proyek yang diterima
memenuhi persyaratan hukum dan sesuai dengan administrasi.

Isu yang tidak terselesaikan pengambil keputusan ABM harus menyadari


bahwa ada banyak isu yang tidak pernah dapat sepenuhnya diselesaikan dengan
tehnik ABM. ABM tidak memperhitungkan masalah ekuitas, seperti kelayakan
dari menghukum satu kelompok atas keuntungan kelompok lain. Abm disini
untuk tetap dipakai, akuntansi tradisional tetap berharga, tetapi dalam masyarakat
maju, organisasi harus menyadari dan memperhitungkan dampak eksternal
mereka. Pemerintah sudah membuat pilihan social bagi kita semua berdasarkan
analisis biaya manfaat. Oleh karena itu, akuntan disarankan untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang analisis biaya-manfaat beserta kekurangannya, atau
jika tidak mereka akan kehilangan tempat mereka sebagai tangan kanan dari
pengambil keputusan.

3.3.            Analisis Etika Untuk Pemecahan Masalah

Kebanyakan para pelaku bisnis mengambil keputusan berdasarkan


kepentingan para pemilik atau para pemegang saham, pandangan ini merupakan
pendekatan secara tradisional. Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi
menjadi dua cara, pertama asumsi bahwa seluruh stakeholder hanya ingin
meaksimalkan keutungan jangka pendek. Kedua, hak dan kewajiban dari beberapa
kelompok non-shareholder seperti karyawan, konsumen atau klien, supplier,
kreditor, tokoh masyarakat dan pemerintah memiliki kepentingan dari hasil
keputusan yang dibuat dan juga tujuan dan perusahaan itu ikut dipertimbangan
dalam pengambilan keputusan perusahaan.

Perusahaan yang modern saat ini sangat mempertimbangkan kelompok


Shareholder dan kelompok diluar shareholder, kedua kelompk tersebut menjadi
pembentuk dari sebuah stakeholder yang menjadi Company Respond. Jika
kehilangan salah satu unsure stakeholder atau biasa disebut primary stakeholder.
Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan tidak dapat berpotensi secara penuh,
dan mungkin dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. 

Asumsi bahwa kelompok shareholder monolitik hanya tertarik pada


keuntungan jangka panjang yang sedang mengalami modifikasi, disebabkan
karena perusahaan yang modern mencari shareholders yang terdiri dari
perorangan maupun institusi yang tertarik pada keuntungan jangka panjang dan
bagaimana etika bisnis diterapkan.
Investor yang etis mengembangkan jarigan formal dan informal melalui kegiatan
perusahaan mereka, mereka juga memutuskna bagaimana untuk memilih wakil-
wakil mereka, serta bagaimana pendekatan ke direktur agar mereka
memperhatikan dan tetap pada ruang lingkup atas perlindungan terhadap
lingkungan. Mereka juga memberikan kompensasi dan nilai lebih terhadap
kegiatan HAM pada suatu negara tertentu seperti Afrika Selatan.

3.3.1.      Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder 

Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder


dan menciptakaan tiga kepentingan yang mendasar, yaitu: Dapat menghasilkan
keputusan yang dapat mengakomodir kepentingan mereka Suatu keputusan
sebaiknya mempertimbangkan pendistribusian yang adil antara keuntungan dan
beban.

Suatu keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak-hak Stakeholder,


termasuk hak dalam membuat keputusan:

a.         Well-offnes adalah Keputusan sebaiknya menghasilkan lebih banyak


keuntungan daripada Biaya

b.        Fairness adalah Pendistribusian hendaknya mempertimbangkan keseimbangan


antara keuntungan dan biaya.

c.         Right adalah Hasil keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak


Stakeholder.

3.3.2.      Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir

Keuntungan adalah kepentingan utama yang ingin didapat oleh para


pemegang saham dan merupakan hal yang penting untuk mencerminkan
ketahanan dan kesehatan suatu perusahaan. Pada waktu inflasi, keuntungan dapat
merubah inventory di harga yang lebih tinggi. 
a)        Pengkajian Terhadap Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir

Keadilan bukan merupakan konsep yang absolut. hal ini merupakan


petunjuk yang berasal dari suatu kejadian ekonomi yang berorientasi dalam
mencari keuntungan dan biaya yang menjadi dasar dari keputusan tersebut.
contohnya adalah keputusan untuk menaikan pajak lebih tinggi pada pendapatan
tinggi, tetapi melihat secara adil sesuai dengan kapasitas mereka untuk membayar
pajak. alasan dan perspektif diperlukan untuk menilai kewajaran dengan teliti

IV. KESIMPULAN

Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi


orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung
tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah
mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan
orang banyak termasuk lingkungannya. Ada lima kriteria dalam mengambil
keputusan yang etis, yaitu utilitarian, universalisme (duty), penekanan pada hak,
penekanan pada keadilan, dan relativisme (self-interest).
Daftar Pustaka
Brooks, Leonard J. & Paul Dunn. 2011.Etika Bisnis dan Profesi: Untuk
Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Edisi Kelima. Buku Satu. Terjemahan oleh
Kanti Pertiwi Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai