Anda di halaman 1dari 4

Resky Ramadhan Rusdi

A031191052
Perpajakan 1
PAJAK PENGHASILAN
Pajak penghasilan biasa disebut dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 atau PPh
25 adalah pajak yang dikenakan untuk orang pribadi, perusahaan atau badan hukum lainnya
atas penghasilan yang didapat. Dasar hukum untuk pajak penghasilan adalah Undang-Undang
(UU) Nomor 7 Tahun 1983. Kemudian mengalami perubahan berturut-turut, dari mulai UU
Nomor 7 & Tahun 1991, UU Nomor 10 & Tahun 1994, UU Nomor 17 & Tahun 2000, serta
terakhir UU Nomor 36 & Tahun 2008.

Di Indonesia, awalnya pajak penghasilan diterapkan pada perusahaan perkebunan


yang banyak didirikan di Indonesia. Pajak tersebut dinamakan dengan Pajak Perseroan (PPs).
Pajak Perseroan adalah pajak yang dikenakan terhadap laba perseroan dan diberlakukan pada
tahun 1925. Setelah pajak dikenakan hanya untuk perusahaan-perusahaan yang didirikan di
Indonesia, berangsur-angsur akhirnya diterapkan pula pajak yang dikenakan untuk
perorangan atau karyawan yang bekerja di suatu perusahaan.

Pada tahun 1932 misalnya, diberlakukan yang disebut dengan Ordonansi Pajak
Pendapatan. Ordonansi Pajak Pendapatan ini dikenakan untuk orang Indonesia maupun orang
yang bukan penduduk Indonesia tetapi memiliki pendapatan di Indonesia. Setelah itu pada
tahun 1935 diberlakukan Ordonansi Pajak Upah yang mengharuskan majikan memotong gaji
atau upah pegawai untuk membayar pajak atas gaji atau upah yang diterima.

Subjek Pajak

Adapun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang menjadi subjek pajak
adalah sebagai berikut:

1. Subjek pajak pribadi, yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang
pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia, dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.

2. Subjek pajak harta warisan belum dibagi, yaitu warisan dari seseorang yang sudah
meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu
dikenakan pajak.
3. Subjek pajak badan, yakni badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

 Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

 Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);

 Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah daerah; dan

 Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan

 Bentuk usaha tetap (BUT), yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang
melakukan kegiatan di Indonesia.

Bukan Subjek Pajak


Unicef Salah Satu Bukan Subjek Pajak via enterprise54.com 

Kemudian setelah mengetahui siapa saja yang menjadi subjek Pajak Penghasilan, maka kita
juga perlu tahu siapa sajakah yang termasuk kriteria bukan subjek pajak. Sesuai dengan UU
Nomor 17 Tahun 2000, berikut merupakan subjek pajak:

1. Badan Perwakilan Negara Asing


2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama
mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia (WNI) dan negara yang bersangkutan
memberikan perlakukan timbal balik
3. Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat
Indonesia ikut dalam organisasi tersebut dan organisasi tesebut tidak melakukan kegiatan
usaha di Indonesia. Contoh: WTO, FAO, UNICEF.

4. Pejabat perwakilan organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri


Keuangan dengan syarat bukan WNI dan tidak memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Objek Pajak

Objek pajak PPh 25 adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan bagi wajib pajak yang bersangkutan.
Objek pajak bisa darimana saja asalnya, baik yang berasal dari Indonesia maupun di luar
Indonesia.

Objek pajak PPh 25 dihitung dalam satu tahun sehingga jika dalam satu tahun tersebut wajib
pajak mengalami kerugian, maka pajaknya akan dikompensasikan dengan penghasilan
lainnya, kecuali kerugiannya terjadi di luar negeri. Namun jika ada penghasilan yang
dikecualikan atau mempunyai tarif pajak tersendiri, maka jika mengalami kerugian tidak
dapat dikompensasikan dengan penghasilan lainnya yang memiliki tarif pajak umum.
Langkah-langkah menghitung PPh 25 sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2008: 
Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah menghitung penghasilan bruto Anda
setiap bulan.
Caranya begini, Anda jumlahkan saja penghasilan secara keseluruhan pada bulan berjalan.
Maksudnya tidak hanya gaji pokok Anda saja yang masuk dalam perhitungan, namun juga
tunjangan lainnya bila ada, seperti tunjangan transport, tunjangan perumahan, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja, premi Jaminan Kematian, premi asuransi kesehatan, dan tunjangan lain
yang sifatnya teratur.

Selain itu, uang tambahan di luar gaji pokok juga ikut dijumlahkan, seperti uang lembur,
uang perjalanan dinas, bonus, uang cuti, tunjangan hari raya, dan tunjangan lainnya. Nah
Anda jumlahkan saja semuanya, hasilnya nanti merupakan penghasilan bruto pada bulan
berjalan atau satu bulan penghasilan.

Langkah kedua menemukan penghasilan bersih atau neto Anda selama satu bulan
Untuk menemukan penghasilan bersih atau neto Anda selama satu bulan mudah saja. Anda
hanya perlu mengurangi penghasilan bruto Anda pada bulan berjalan dengan pengurangnya.
Nah yang dimaksud pengurang di sini, misalnya adalah biaya jabatan (biasanya 5% dari gaji
pokok), iuran pensiun (biasanya 2% dari gaji pokok), iuran Jaminan Hari Tua (biasanya 2%
dari gaji pokok).
Langkah ketiga adalah menghitung penghasilan bersih atau neto selama satu tahun

Caranya mudah, Anda juga pasti sudah bisa melakukannya. Anda tinggal mengalikan 12 kali
penghasilan bersih satu bulan Anda.

Langkah keempat adalah menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Anda bisa menghitungnya dengan cara mengurangi PKP, yaitu penghasilan bersih Anda
selama satu tahun yang sudah Anda hitung tadi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). PTKP ini berbeda-beda, tergantung dari status wajib pajak tersebut, antara yang
belum kawin, kawin dan belum punya anak (K-0), kawin dan punya anak 1 (K-1), kawin dan
punya anak dua (K-2), dan kawin dan punya anak 3 (K-3) berbeda-beda.
Langkah kelima adalah menghitung PPh 25 yang harus dibayarkan

Setelah Anda mengetahui PKP selama satu tahun, Anda tinggal mengalikannya dengan tarif
PPh 25 yang berlaku. Namun jika Anda ingin mengetahui berapa PPh 25 Anda per bulannya,
maka Anda tinggal membagi total pajak setahun dengan 12. Dengan mengetahui PPh 25
Anda per bulan, Anda bisa menghitung penghasilan bersih Anda dengan mengurangi
penghasilan bersih pada bulan berjalan dengan PPh 25 pada bulan berjalan.

Anda mungkin juga menyukai