Anda di halaman 1dari 9

PAPER

MENJADI WAJIB PAJAK YANG TAAT UNTUK ORANG PRIBADI


SESUAI DENGAN PERATURAN YANG ADA
Farel Nandana Gustin
2023220030
Program Studi Akuntansi
Universitas Bina Insani

I. PENDAHULUAN
Pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar. Pajak sudah menjadi bagian
dari kehidupan berbangsa dan bernegara agar roda pembangunan dan perkembangan dapat
berjalan lancar. Peranan penerimaan pada bidang perpajakan mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun yang cukup signifikan.
Di Indonesia tingkat kepatuhan wajib pajak masih tergolong rendah, jika
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan usaha di Indonesia. Wajib pajak pribadi adalah
individu atau perorangan yang telah memenuhi syarat tertentu sesuai dengan peraturan. Wajib
pajak perseorangan hanya wajib membayar pajak terutang berdasarkan penghasilan yang
diterima. Peraturan yang sulit untuk dimengerti , kurangnya sosialisasi mengenai kebijakan
kebijakan dan peraturan terbaru serta rendahnya kesadaran wajib pajak untuk melaksakanan
kewajibannya, juga menjadi penyebab kurangnya wajib pajak tidak patuh. Kesadaran wajib
pajak atas fungsi dan peranan perpajakan sebagai anggaran pembangunan Negara sangat
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan. Dalam kepatuhan pajak ini ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kepatuhan pajak, seperti pengetahuan pajak. Pengetahuan pajak
adalah kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal
tarif pajak berdasarkan undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang
akan berguna bagi kehidupan mereka.
Orang Pribadi adalah subjek pajak penghasilan yang mencakup orang pribadi yang
bertempat tinggal di Indonesia maupun di luar Indonesia. Faktor lainnya yaitu sanksi pajak.
Sanksi muncul dikarenakan suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang
yang melanggar peraturan. Sanksi Pajak adalah peraturan perundang-undangan perpajakan
atau alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan yang berlaku. Sanksi
pajak terdiri dari Sanksi Administrasi Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan,.
Sanksi pajak sangat penting karena dengan penerapan sanksi tersebut, wajib pajak akan
merasa takut dan jera ketika melanggar peraturan yang ada. Faktor selanjutnya yaitu eFaktur
(Electronic Faktur). Faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang
ditentukan dan/ atau disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak . Dengan adanya aplikasi e-
Faktur, memudahkann membayar pajak tanpa antrian, pelaporan tahunan juga lebih mudah,
dapat memantau pengembangan bisnis, rekaman transaksi bisnis, hitung otomatis Pph Final
1% dan salin faktur/ nota penjualan semua tersedia satu web. Pajak Penghasilan Orang
Pribadi atau PPh Orang Pribadi (PPh OP) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
Orang Pribadi (OP) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak
maupun bagian Tahun Pajak. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah penghasilan
yang merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh orang
pribadi, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

II. Tinjauan Pustaka


2.1 Pajak Penghasilan
Bagi Undang- Undang Nomor. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia(TNI), Menurut Mardiasmo (2018 : 60), “Pajak Penghasilan merupakan pajak yang
dikenakan untuk orang pribadi, perusahaan atau badan hukum lainnya atas penghasilan yang
didapat.” Dasar hukum untuk pajak penghasilan adalah Undang- Undang Nomor 7 Tahun
1983. Kemudian mengalami perubahan berturut-turut, dari mulai Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2000, serta terakhir Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Adapun beberapa jenis PPh seperti PPh Pasal 15, PPh Pasal 19, PPh Pasal 21, PPh
Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 24, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 29, PPh Pasal 6,
PPh Pasal 9, dan PPh final Pasal 4 ayat 2. Di Indonesia pajak penghasilan awalnya diterapkan
pada perusahaan perkebunan yang banyak didirikan di Indonesia. Pajak tersebut ditanamkan
dengan Pajak Perseroan (PPs). Pajak Perseroan adalah pajak yang dikenakan terhadap laba
perseroan dan diberlakukan pada tahun 1925. Setelah pajak hanya dikenakan untuk
perusahaan yang didirikan di Indonesia, berangsur-angsur akhirnya diterapkan pula pajak
yang dikenakan untuk perorangan atau karyawan yang bekerja di suatu perusahaan.
Tarif PPh Pasal 21 dipotong dari jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang
dibulatkan ke bawah dalam ribuan penuh. Tarif PPh bersifat progresif yang artinya semakin
tinggi pengasilan yang diterima maka akan dikenakan lapis tarif lebih tinggi. Penyetoran
pajak penghasilan harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir. Sedangkan pembayarannya paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir.
2.2 Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
Berdasarkan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan suatu perusahaan dimana
penghasilan yang dimaksud adalah setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh oleh wajib pajak badan, baik dari dalam maupun luar negeri, dengan keperluan
apapun termasuk misalnya menambah kekayaan, konsumsi, investasi, dan lain sebagainya.
Badan merupakan sekumpulan orang atau modal yang merupakan satu kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha. Sebagai contohnya adalah PT, CV,
perseroan lainnya, BUMN/BUMD, Bentuk Usaha Tetap (BUT).
2.3 Subjek Pajak
Berdasarkan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 Ayat 2 yang
dikutip oleh Siti Resmi (2015 : 50), “Subjek Pajak merupakan badan atau orang
pribadi yang dikenakan pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diperoleh dalam tahun pajak.”
 Subjek Pajak Badan
Berdasarkan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 Ayat 2, adapun
Subjek Pajak yaitu :
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan
lainnya termasuk reksadana.

 Subjek Pajak Orang Pribadi


Berdasarkan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 Ayat 2, adapun
Subjek Pajak yaitu :
Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan,
dan Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia.
2.4 Tidak Termasuk Subjek Pajak Badan
Berdasarkan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 Ayat 3 yang
dikutip oleh Siti Resmi (2015 : 60), Beberapa badan yang dikecualikan sebagai Subjek
Pajak Badan yaitu :
 Kantor perwakilan negara asing
 Organisasi - organisasi Internasional dengan syarat :
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota
Selanjutnya, disebutkan dalam ketentuan umum Undang - Undang Pasal 2 Ayat 3, unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria yaitu :
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan
b. Pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau
anggaran pendapatan dan belanja domestik.
2.5 Objek Pajak Badan
Berdasarkan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1 yang dikutip
oleh Siti Resmi (2015 : 70), Pada prinsipnya objek pajak adalah penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak. Objek Pajak
Badan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
 Penghasilan Badan Dalam Negeri
Objek Pajak Badan Dalam Negeri merupakan semua penghasilan yang diterima
atau diperoleh oleh badan tersebut, yang diterima baik dari dalam maupun luar
negeri.
 Penghasilan Badan Luar Negeri
Objek Pajak Luar Negeri merupakan penghasilan - penghasilan yang diterima atau
diperoleh badan luar negeri yang bukan berasal dari usaha atau kegiatan di
indonesia tetapi berupa penghasilan modal.
2.6 Tidak Termasuk Objek Pajak Badan
Berdasarkan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 3 yang
dikutip oleh Siti Resmi (2015 : 80), Penghasilan yang Tidak Temasuk sebagai Objek
Pajak Badan yaitu :
 Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
di akui di Indonesia, yang di terima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah;
 Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil yang ketentuannya diatur berdasarkan peraturan menteri keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara
pihak - pihak yang bersangkutan
 Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal;
 Warisan
 Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan
asuransi beasiswa
 Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
wajib pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
 Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
 Penghasilan dari modal yang ditanamkann oleh dana pensiun dalam bidang-
bidang tertentu yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
 Penghasilan yang diterima oleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatannya di
Indonesia.

III. Pembahasan
3.1 Pengertian Pajak
 Pengertian Pajak menurut Pasal 1, Undang-Undang No.28
Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dimana dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya dalam
kemakmuran rakyat.
 Pengertian Pajak menurut Prof. Dr. Adriani
Pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan dan
terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut Peraturan Undang-Undang dengan
tidak mendapat imbalan kembali yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum pemerintah.
 Pengertian Pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, SH.
Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan jasa timbal secara langsung yang dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
 Pengertian Pajak menurut Smeets
Pajak merupakan prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma
umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang ditunjukan dalam hak
individual untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah.
 Pengertian Pajak menurut Suparman Sumawidjaya
Pajak merupakan iuran wajib masyarakat berupa barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma hukum yang berguna menutupi biaya produksi barang dan jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
 Pengertian Pajak menurut Sommerfeld Ray M, Anderson Hersel M, Brock Horace R
Pajak merupakan suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
yang bukan akibat pelanggaran hukum tetapi wajib dilaksanakan, berdasarkan
ketentuan yang sudah ditentukan dan tanpa mendapat imbalan secara langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan dan menjalankan tugas
pemerintahan.
3.2 Unsur-Unsur Pajak
 Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan,
"pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam
undang-undang". Asas ini adalah suatu upaya pemberian kepastian hukum baik
kepada pemerintah maupun kepada wajib pajak sehingga pelanggaran terhadap suatu
pelaksanaan pemungutan pajak baik oleh pemerintah maupun wajib pajak adalah
suatu pelanggaran terhadap hukum dan dapat ditindak sesuai hukum yang berlaku.
Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara
yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak
juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara
dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
 Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat
ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan
bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak
membayar pajak kendaraan bermotor. Unsur inilah yang membedakan suatu pungutan
pajak dengan retribusi. Pungutan retribusi mendapatkan timbal balik langsung
contohnya retribusi parkir dan tiket masuk tempat wisata.
 Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum. Pajak dipungut
untuk memenuhi fungsi budgetair yaitu pembiayaan dalam rangka menjalankan
fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan. Jadi bukan untuk membiayai
kebutuhan pribadi pejabat atau perseorangan lain.
 Pemungutan pajak dapat dipaksakan.
Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan
dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
 Fungsi Mengatur
Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara
yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak
juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara
dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
3.3 Fungsi Pajak
 Fungsi pajak yang pertama adalah sebagai fungsi anggaran atau penerimaan
(budgetair) pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan pemerintah dan
bermanfaat untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. Penerimaan negara dari
sektor perpajakan dimasukkan ke dalam komponen penerimaan dalam negeri pada
APBN.
 Fungsi pajak yang kedua adalah sebagai fungsi mengatur (regulerend) : pajak sebagai
alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi. Contohnya adalah pengenaan pajak yang lebih tinggi kepada barang mewah
dan minuman keras.
 Fungsi pajak yang ketiga adalah sebagai fungsi stabilitas : pajak sebagai penerimaan
negara dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah.
Contohnya adalah kebijakan stabilitas harga dengan tujuan untuk menekan inflasi
dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat lewat pemungutan dan
penggunaan pajak yang lebih efisien dan efektif.
 Fungsi pajakyang keempat adalah fungsi redistribusi pendapatan : penerimaan negara
dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan
nasional sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat.
3.4 Tarif Pajak
 Tarif Proporsional/SebandingTarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
terhadap besarnya nilai yang dikenakan pajak.
 Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
 Tarif ProgresifPersentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
 Tarif Degresif Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA

https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/482991/pengertian-wajib-
pajak-pribadi#:~:text=Menurut%20Undang%2DUndang%20Pajak
%20Penghasilan,terutang%20berdasarkan%20penghasilan%20yang
%20diterima.

Efriyenty, D. (2019). Pengaruh Sanksi Perpajakan Dan Pemahaman Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Di Kota Batam. Jurnal Akuntansi Barelang, 3(2), 20.
https://doi.org/10.33884/jab.v3i2.1244

Sari, A. W. (2016). Pengaruh Penerapan Sanksi Perpajakan, Kesadaran Dan Kepatuhan


Wajib Pajak Terhadap Ketepatan Pelaporan Spt Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kpp
Pratama Kepanjen. Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi Unikama, 4(1), 1-19.

Siahaan, S., & Halimatusyadiah, H. (2019) Pengaruh Kesadaran Perpajakan Sosialisasi


Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi, 8(1), 1-14.
https://doi.org/10.33369/j.akuntansi.8 1.1-14

Tambun, S. (2016). Anteseden Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Moderasi
Sosialisasi Perpajakan. Media Akuntansi Perpajakan, 1(1) 26-40.
http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/MAP/article/view/163

Anda mungkin juga menyukai