Kelas A2
Pertemuan 14
Kelompok 4 :
14. Kantor perwakilan negara Amerika Serikat dan Amerika Serikat tidak memberikan
perlakuan timbal balik, merupakan salah satu contoh kantor perwakilan negara asing,
sehingga termasuk subjek pajak penghasilan. Hal tersebut tertera pada UU No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 3 ayat 1a dimana menyatakan bahwa
“Yang tidak Termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 adalah :
a. kantor perwakilan negara asing;
b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama- sama mereka dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota;
d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada
huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.”
Dalam kasus ini kantor perwakilan Amerika Serikat ini merupakan subjek
pajak luar negeri. Hal ini dikarenakan berdasarkan UU No.36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan Pasal 2 ayat 5c menyatakan bahwa : Pasal 2 ayat 5c “Bentuk
usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:
a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan;
c. kantor perwakilan;
d. gedung kantor;
e. pabrik;
f. bengkel;
g. gudang;
h. ruang untuk promosi dan penjualan;
i. pertambangan dan penggalian sumber alam;
j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;
l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan;
n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia; dan
p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet.
Selain itu, dalam kasus ini merupakan bukan wajib pajak. Memperoleh
penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut dan negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik merupakan objek pajak dalam UU RI No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 1g yang berupa timbal
balik/imbalan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Maka dari itu karena syarat
Wajib Pajak adalah memenuhi syarat subjektif dan objektif, sehingga Kantor
perwakilan negara Amerika Serikat merupakan bukan wajib pajak.
15. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat Amerika yang tidak menerima
atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut dan negara
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik, merupakan bukan subjek pajak
penghasilan. Hal tersebut tertera pada UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan Pasal 3 ayat 1b dimana menyatakan bahwa “Yang tidak Termasuk subjek
pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 adalah :
a. kantor perwakilan negara asing;
b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama- sama mereka dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik;
c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota;
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada
huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.”
Dalam kasus ini, Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat Amerika
bukan merupakan subjek pajak dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini telah
ditekankan dalam UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 2 ayat 1
dan 1a yang menyatakan bahwa “(1) Yang menjadi subjek pajak adalah:
a. 1. orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
b. badan; dan
c. bentuk usaha tetap.
(1a) Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak badan.”
Dan merupakan bukan wajib pajak
16. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat Australia yang menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut dan negara
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik merupakan subjek pajak. Hal
tersebut tertera pada UU RI No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 3 ayat
1b dimana menyatakan bahwa “Pengecualian sebagai subjek pajak bagi pejabat‐
pejabat tersebut tidak berlaku apabila mereka memperoleh penghasilan lain di luar
jabatannya atau mereka adalah Warga Negara Indonesia.” Dengan demikian apabila
pejabat perwakilan suatu Negara asing memperoleh penghasilan lain di Indonesia di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, maka ia termasuk subjek Pajak yang dapat
dikenai pajak atas penghasilan lain tersebut.
Dalam kasus ini, termasuk subjek pajak luar negeri. Jika dilihat dalam UU RI No.
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 2 ayat 4 bahwa “apabila penghasilan
diterima atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap maka terhadap orang pribadi atau
badan tersebut dikenai pajak melalui bentuk usaha tetap, yang statusnya tetap sebagai
subjek pajak luar negeri.”
Selain itu, dalam kasus ini juga termasuk wajib pajak. Memperoleh penghasilan di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut dan negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik merupakan objek pajak dalam UU RI No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 1g yang berupa timbal balik/imbalan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Maka dari itu karena syarat Wajib Pajak adalah
memenuhi syarat subjektif dan objektif, sehingga Pejabat-pejabat perwakilan
diplomatik dan konsulat Australia merupakan Wajib Pajak.
17. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat Kanada yang tidak menerima
atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut atau negara
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik, merupakan bukan subjek pajak
penghasilan. Hal tersebut tertera pada UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan Pasal 3 ayat 1b dimana menyatakan bahwa “Yang tidak Termasuk subjek
pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 adalah :
a. kantor perwakilan negara asing;
b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama- sama mereka dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik;
c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota;
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada
huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.”
Dalam kasus ini, termasuk subjek pajak luar negeri. Jika dilihat dalam UU RI
No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 2 ayat 4 bahwa “apabila
penghasilan diterima atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap maka terhadap orang
pribadi atau badan tersebut dikenai pajak melalui bentuk usaha tetap, yang statusnya
tetap sebagai subjek pajak luar negeri.”
Selain itu, dalam kasus ini juga termasuk bukan wajib pajak. Memperoleh
penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut dan negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik merupakan objek pajak dalam UU RI No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 1g yang berupa timbal
balik/imbalan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Maka dari itu karena syarat
Wajib Pajak adalah memenuhi syarat subjektif dan objektif, dan dalam kasus ini
subjek pajaknya tidak terpebuhi sehingga Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan
konsulat Kanada merupakan Bukan Wajib Pajak.
18. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat China yang menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut dan negara
bersangkutan tidak memberikan perlakuan timbal balik, merupakan subjek pajak.
Hal tersebut tertera pada UU RI No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 3
ayat 1b dimana menyatakan bahwa “Pengecualian sebagai subjek pajak bagi pejabat‐
pejabat tersebut tidak berlaku apabila mereka memperoleh penghasilan lain di luar
jabatannya atau mereka adalah Warga Negara Indonesia.”
Dalam kasus ini, termasuk subjek pajak luar negeri. Jika dilihat dalam UU
RI No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 2 ayat 4 bahwa “apabila
penghasilan diterima atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap maka terhadap orang
pribadi atau badan tersebut dikenai pajak melalui bentuk usaha tetap, yang statusnya
tetap sebagai subjek pajak luar negeri.”
Selain itu, dalam kasus ini juga termasuk bukan wajib pajak. Memperoleh
penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut dan negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik merupakan objek pajak dalam UU RI No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 1g yang berupa timbal
balik/imbalan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Maka dari itu karena syarat
Wajib Pajak adalah memenuhi syarat subjektif dan objektif, dan dalam kasus ini tidak
memenuhi syarat objektif sehingga Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan
konsulat Australia merupakan bukan wajib pajak.
19. Budi adalah WNI yang menjalankan usaha toko kelontong tapi tokonya masih
mengalami kerugian, termasuk subjek pajak badan. walaupun dalam menjalankan
usahanya Budi mengalami kerugian, namun tetap dikategorikan sebagai Objek Pajak.
Dimana Pemerintah akan mengenakan pajak penghasilan (PPh) minimum atau
alternative minimum tax (AMT) bagi perusahaan yang merugi. Pungutan PPh tidak
melebihi atau minimum 1% dari penghasilan bruto. Rencana tersebut tertuang dalam
dokumen draf Rancangan Undang-Undang (UU) tentang Perubahan Kelima atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan. Kriteria perusahaan yang dikenakan pajak perusahaan rugi ini adalah WP
Badan yang pada suatu Tahun Pajak memiliki pajak penghasilan terutang tidak
melebihi 1% dari penghasilan bruto.
Dalam kasus ini termasuk subjek pajak dalam negeri, karena usaha kelontong
yang dijalankan Budi berkedudukan di Indonesia. merujuk kepada Undang-Undang
PPh No.36 Tahun 2008 pasal 2 ayat 1 huruf a, maka usaha yang dijalani Budi
merupakan Subjek Pajak Yang menjadi subjek pajak adalah:
a. 1. orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
b. badan; dan
c. bentuk usaha tetap.
Selain itu, dalam kasus ini juga termasuk wajib pajak badan. Berdasarkan
Pasal 1 nomor 3 Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
ditegaskan bahwa Badan adalah sekumpulan orang dan/atau yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha
milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Dalam kasus ini, merupakan subjek pajak dalam negeri, dimana hal tersebut
tertera pada UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 2 ayat 3a dan b
menyatakan bahwa apabila penghasilan diperoleh dalam negeri Indonesia maka
dikenai pajak dalam negeri. Selain itu, dalam kasus ini juga termasuk wajib pajak
orang pribadi.