Anda di halaman 1dari 9

Tugas resume

Nama : putri amalia anggraini

Kelas : eksya 5 2019

NIM : 1930602205

Mata kuliah : Perpajakan

Dosen pengampu : EMI YULIA SISKA, SE.,M.Si.

Pajak Penghasilan Badan

Menurut ketentuan perpajakan, badan adalah sekumpulan orang atau modal yang menjadi satu
kesatuan, dengan tujuan melakukan usaha ataupun tidak melakukan usaha. Bentuk-bentuk badan
antara lain terdiri dari perseroan komanditer, perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), kongsi, dana pensiun, firma, koperasi,
organisasi massa, lembaga, yayasan, organisasi sosial politik, perhimpunan, asosiasi, ikatan, dan
bentuk lainnya.

PPh Badan adalah Pajak Penghasilan yang terhutang oleh Wajib Pajak Badan atas Penghasilan
Kena Pajaknya dalam suatu tahun pajak (Ketentuan UU No.36 Tahun 2008). Penghasilan/Laba
Kena Pajak (taxable income) merupakan penghasilan/laba yang dihitung berdasarkan ketentuan
perpajakan yang berlaku di Indonesia. Penghasilan/Laba Kena Pajak (taxable income) Yaitu,
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) UU PPh dikurangi dengan biaya
biaya yang diperkenankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) UU PPh. Besarnya
PPh Badan yang terutang dihitung dengan menerapkan tarif PPh menurut Pasal 17 UU PPh atas
Penghasilan Kena Pajaknya.

Subjek PPh badan bukan hanya perusahaan

(Sesuai penjelasan pasal 12 ayat 1 huruf b UU PPh)

Yang di maksud dengan badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal kesatuan, baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi:

a) perseroan terbatas,
b) perseroan komaditer,
c) perseroan lainnya,
d) BUMN, BUMD dengan nama dan bentuk apapun,
e) firma,
f) kongsi,
g) koperasi,
h) dana pensiun,
i) persekutuan,
j) perkumpulan,
k) yayasan,
l) organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis,
m) lembaga ,
n) BUT, dan bentuk badan lainnya

Subjek pajak badan dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Subjek Badan Dalam Negri

Subjek Badan Dalam Negri adalah badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia. Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir pada badan tersebut dibubarkan atau
tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia. (Pasal 2 Ayat 3 dan pasal 24 ayat 2 UU
PPh).

2. Subjek Pajak Badan Luar Negri.


Subjek Pajak Badan Luar Negri adalah yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang memperoleh atau menerima penghasilan di Indonesia
melalui BUT.Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat menjalankan usaha melalui
BUT maupun pada saat menerima dan memperoleh penghasilan.Sedangkan berakhirnya
adalah pada saat tidak lagi menjalankan usaha di Indonesia dengan melalui BUT atau
tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia. (pasal 2 ayat 4 huruf b
dan pasal 24 ayat 4 UU PPh)
Subjek Pajak BUT
BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh badan yang tidak dicirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia (WP Luar Negri), untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia (pasal 2 ayat (5) UU PPh).

Pengecualian subjek pajak Badan


1. Badan perwakilan negara asing (Kedutaan Besar).
2. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat : Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut,Tidak
menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para
anggota
3. Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria : Dibentuk berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, Dibiayai dengan dana yang bersumber
dari APBN atau APBD, Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran
Pemerintah Pusat atau Daerah, dan Pembukuannya diperiksa oleh aparat
pengawasan fungsional negara.

Objek Pajak

Adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yg diterima atau diperoleh Wajib Pajak. Baik yg
berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia yang dpt dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yg bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Objek PPh Badan

Secara umum, objek PPh badan dibagi menjadi dua jenis, yaitu objek PPh tidak final dan objek
PPh final.

Objek PPh tidak final adalah objek pajak yang pada akhir tahun dihitung ulang, lalu
diperhitungkan dengan kredit pajak yang telah dipotong pihak lain (jika ada).
Sementara itu, objek PPh final adalah objek PPh yang pajaknya telah final atau selesai pada saat
dipotong oleh pihak lain atau dipotong sendiri pada akhir tahun dan tidak dihitung ulang.
Artinya, pemajakannya dilakukan satu kali dengan tarif tersendiri dan tidak digunggung dengan
penghasilan lainnya

Tarif pajak penghasilan Badan Usaha

UU No. 7 Tahun 1983 Jo UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari
Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2020 Tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Yang Berbentuk Perseroan Terbuka

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan


Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Desease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan

Tarif PPH Badan

Badan usaha yang memiliki pendapatan bruto sampai Rp4,8 miliar per tahun atau sering disebut
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2018 dikenakan tarif pajak PPh final, yaitu PPh Pasal 4 Ayat 2 dengan perhitungan pajak 0,5%
dikalikan dengan seluruh pendapatan bruto dari hasil usaha.

Badan Usaha Dalam Negeri dan BUT dikenakan tarif: sebesar 22% (dua puluh dua persen) yang
berlaku pada Tahun Pajak 2O2O dan Tahun Pajak 2O2l; dan sebesar 2O% (dua puluh persen)
yang mulai berlaku pada Tahun Pajak 2022.

Wajib pajak Badan yang berbentuk perseroan terbuka dapat menggunakan tarif lebih rendah 3%
apabila jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia paling
sedikit 40% dan memenuhi kriteria tertentu, menjadi 19% untuk tahun pajak 2020 dan 2021,dan
17% untuk tahun pajak 2022.
Penurunan tarif PPh Badan lebih rendah 3% bagi Perusahaan Tbk ini ada syaratnya, yaitu:
Saham dikuasai setidaknya 300 pihak. Setiap pihak di dalam Perseroan Terbuka (PT) hanya
diizinkan menguasai saham di bawah 5% dari keseluruhan saham yang diperdagangkan dan
disetor penuh.Saham yang diperdagangkan dan disetor pada bursa efek wajib dipenuhi dalam
kurun waktu paling sedikit 183 hari kalender selama jangka waktu 1 tahun pajak. Membuat
laporan kepada Direktorat Jenderal Pajak

Ketentuan Penghitungan PPh Badan yaitu:

hal lain yang harus dipahami yaitu peredaran bruto dan kepentingannya dalam penghitungan PPh
Badan.

1. Peredaran bruto adalah seluruh penghasilan yang diterima, baik orang pribadi
maupun badan.
2. Jika Wajib Pajak memilih untuk tidak melakukan pembukuan, PKP akan dihitung
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN).
3. Sebaliknya, jika wajib pajak melakukan pembukuan yang benar, penghitungan PKP
dilakukan berdasarkan catatan yang tertulis di pembukuan.
4. Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau NPPN yang dimaksud dapat dilihat pada
pasal 14 UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.
5. Berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku, Norma Penghitungan Penghasilan
Neto dibagi dalam 2 jenis berdasarkan jumlah peredaran bruto

Jenis-Jenis Objek Pajak Penghasilan Bersifat Final

- bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;


- penghasilan berupa hadiah undian;
- penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;
- penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta
- penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Karakteristik PPh Bersifat Final :

- Tidak perlu digabungkan dengan penghasilan lain (yang non final) dalam penghitungan
PPh pada SPT Tahunan.
- Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat dikurangkan.
- PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak lain sehubungan dengan
penghasilan tersebut tidak dapat dikreditkan

JENIS-JENIS BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN

1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima
zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia;

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;

3. Warisan;

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, wajib Pajak yang dikenakan pajak secara
final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh;

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;
7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP
Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2. bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah modal yang disetor;

8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan


dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
dan

2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, yaitu:

1. Diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi
beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang terstruktur
baik di dalam negeri maupun luar negeri;
2. Tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi atau
pengurus dari wajib pajak pemberi beasiswa;

3. Komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah,


biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi yang diambil,
biaya untuk pembelian buku, dan/atau biaya hidup yang wajar sesuai dengan
daerah lokasi tempat belajar;

13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut;

14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Biaya-biaya yg Tdk Boleh dikurangkan dari Penghasilan

1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota;
3. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;
4. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
5. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
- bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak
opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
- asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial;
- Lembaga Penjamin Simpanan;
- biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
- biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
- biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha
pengolahan limbah industri
6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, serta zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;
8. Pajak Penghasilan;
9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
11. sanksi administrasi pajak

Anda mungkin juga menyukai