Anda di halaman 1dari 14

PAJAK PENGHASILAN BADAN

KELOMPOK 7

 ERICK ESTRADA SIBAGARIANG


 ADI MUKHAMAD AZIZ
PPh Badan
 SANDRIANA NUR ALYAA
PPh Badan Definisi
 Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga, dan bentuk hukum lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap (Pasal 1 angka 3 UU KUP)

 Pada Pasal 1 dalam Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh), Pajak


Penghasilan merupakan Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atau atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. Sehingga,
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) merupakan pajak yang dikenakan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh suatu badan usaha seperti yang
dimaksud dalam UU KUP.
PPh Badan Subjek pajak penghasilan badan

Terdiri dari :
 Wajib Pajak Badan dalam negeri, yaitu badan usaha yang didirikan atau berkedudukan di
Indonesia.
 Wajib Pajak Badan luar negeri, yaitu badan usaha yang tidak didirikan atau tidak
berkedudukan di Indonesia. Namun badan tersebut menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT di Indonesia, dan/atau badan yang tidak didirikan dan tidak
berkedudukan di Indonesia yang menerima penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha melalui BUT di Indonesia.
Badan Usaha Tetap

 Menurut UU PPh Pasal 2 ayat 5 Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya
suatu tempat yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesinmesin,
peralatan, gudang dan komputer atau agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki,
disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas
usaha melalui internet. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
 Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan
yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
PPh Badan
Ada pula pihak-pihak yang dikecualikan sebagai subjek pajak badan, yaitu:
 Badan perwakilan negara asing,
 Organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan syarat Indonesia
menjadi anggota organisasi tersebut,
 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia,
selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para
anggota, dan
 Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria;
 Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang,
 Pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD, dan
 Penerimaannya masuk dalam anggaran pemerintah pusat atau daerah.
Objek pajak penghasilan badan
PPh Badan

 Objek PPh Badan dibagi menjadi dua, yaitu objek PPh


Tidak Final dan objek PPh Final.

Objek PPh Tidak Final adalah


objek pajak yang pada akhir tahun dihitung ulang, lalu
diperhitungkan dengan kredit pajak yang telah dipotong
pihak lain (jika ada).

objek PPh Final adalah
objek PPh yang pajaknya telah final atau selesai pada saat
dipotong oleh pihak lain atau dipotong sendiri pada akhir tahun
dan tidak dihitung ulang.
Jenis penghasilan
PPh Badan
Penghasilan yang dimaksud adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang telah diterima atau diperoleh
Wajib Pajak Badan baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia. Penghasilan tersebut dapat
digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak Badan yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun.

Namun demikian, terdapat beberapa jenis penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur jenis penghasilan yang bu­­kan merupakan objek pajak,di antaranya
adalah­:
 Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan lainnya yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
 harta hibahan yang  ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
 warisan;
 harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
 penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam  bentuk  natura
 dan/atau kenikmatan  dari  Wajib  Pajak  atau Pemerintah, apabila diberikan oleh bukan Wajib
Pajak atau Wajib Pajak tertentu akan menjadi Penghasilan); dan
 Penghasilan lain sebagaimana tertera dalam Undang-undang Pajak Penghasilan.
PPh Badan

Penghasilan kena pajak


 Langkah-langkahnya untuk mendapatkan besaran Penghasilan Kena Pajak adalah
sebagai berikut:
1. Pertama,hitung seluruh Penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu
tahun pajak.
2. Kedua, kurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh badan tersebut. (biaya
pembelian bahan; biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa (gaji, tunjangan dsb),
biaya bunga, biaya sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi
asuransi, Dst.
3. Ketiga,perhatikan biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan. Bila sudah terlanjur
masuk dalam pembukuan wajib pajak, biaya-biaya tersebut perlu dikeluarkan terlebih
dahulu melalui koreksi fiskal. Biaya tersebut di antaranya pembagian laba seperti
dividen, pembagian sisa hasil usaha koperasi maupun biaya untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota maupun biaya-biaya lain yang diatur dalam
peraturan perpajakan.
Tarif PPh Badan
PPh Badan
Pajak Penghasilan Badan dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak yang
diperoleh Wajib Pajak Badan selama tahun pajak berjalan tanpa
pengecualian, baik itu Wajib Pajak Badan skala mikro, kecil, menengah
maupun besar.

1. PPh Pasal 17 ayat 1 huruf b


Pada dasarnya tarif PPh Badan menganut tarif tunggal  yaitu sebesar 28%. Tarif ini berlaku pada
tahun 2009 kemudian diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010. Tarif PPh Badan sebesar 25%
efektif berlaku untuk tahun 2010 dan seterusnya. Tarif ini diterapkan kepada Wajib Pajak badan
dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
Rumus = 25% × Penghasilan Kena Pajak (taxable income)
Contoh: Jumlah Peredaran Bruto Tahun 2015 Rp 54.000.000.000,-
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tahun 2015 Rp 4.000.000.000,-
PPh Badan Terutang = 25% x Rp 4.000.000.000,- = Rp Rp 1.000.000.000,-
Tarif PPh Badan
PPh Badan

2. PPh Pasal 17 ayat 2b


Tarif ini diterapkan pada wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan
terbuka  yang memperoleh pengurangan tarif sebesar 5% lebih rendah dari tarif normal. Untuk
mendapatkan fasilitas pengurangan tarif ini Wajib Pajak harus memenuhi syarat sebagai
berikut:

a) paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
dicatat untuk diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
b) Saham sebagaimana dimaksud point a harus dimiliki oleh paling sedikit oleh 300 (tiga
ratus) Pihak.
c) Masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud dalam point b hanya boleh memiliki saham
kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor penuh
d) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c harus dipenuhi
dalam waktu paling singkat 183 (seratus delapan puluh tiga) hari kalender dalam jangka
waktu 1 (satu) Tahun Pajak. 
PPh Badan

Contoh penghitungan PPh Pasal 17 ayat 2b


Pada tahun 2015 saham PT. Y Tbk. yang disetor dicatat untuk diperdagangkan dibursa efek di
Indonesia sebesar 60%. Saham yang disetor dicatat untuk diperdagangkan dibursa efek di
Indonesia tersebut dimiliki oleh 400 pihak. Diantara 400 pihak, Masing-masing pihak
persentase kepemilikannya tidak melebihi 5%, Kondisi tersebut terjadi selama 190 (seratus
delapan puluh dua) hari dalam 1 (satu) tahun pajak.
PT. Y Tbk memenuhi syarat, sehingga PT. Y Tbk memperoleh fasilitas penurunan tarif.
Jumlah PKP dalam tahun pajak 2015 Rp 1, 25 Miliar
PPh yang terutang = (25% - 5%) x Rp1,25 Miliar = Rp 250 Juta
Tarif PPh Badan
PPh Badan

3. PPh Final 0,5% peredaran bruto tertentu (UMKM)

Pemerintah telah mengatur tarif PPh yang dibedakan berdasarkan skala


bisnis suatu badan. Seperti halnya wajib pajak badan (peredaran bruto di
bawah Rp4,8 Miliar serta belum wajib melakukan pembukuan) diberi
fasilitas untuk memanfaatkan tarif PPh Final sebesar 0,5%.
PPh Badan dengan tarif umum
Peredaran bruto   Rp 6.000.000.000,00
PPh Badan
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan    Rp 5.400.000.000,00 (-)

Laba usaha (penghasilan neto usaha)    Rp    600.000.000,00

Penghasilan lainnya  Rp     50.000.000,00  


Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan lainnya tersebut Rp     30.000.000,00 (-)  
Penghasilan lainnya neto   Rp    20.000.000,00 (+)

Jumlah seluruh penghasilan neto    Rp    620.000.000,00

Kompensasi kerugian   Rp      10.000.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak    Rp    610.000.000,00

Pajak Penghasilan terutang:    


Rp 610.000.000,00 x 25% =    
Kredit Pajak :   Rp    152.500.000,00

Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp   100.000.000,00  


Pajak Penghasilan Pasal 22 dipungut Pihak ketiga Rp     12.000.000,00  
Pajak Penghasilan Pasal 23 dipotong Pihak ketiga Rp     25.000.000,00  
    Rp    137.000.000,00(-)
Pajak yang masih harus dibayar      Rp    115.500.000,00
PPh Badan
Fasilitas pengurangan tarif pajak
penghasilan badan

 Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan


Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas
berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a)
yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah).

Anda mungkin juga menyukai