Anda di halaman 1dari 10

Resky Ramadhan Rusdi

A031191052
Etika Profesi Akuntan
Etika dan Pengambilan Keputusan
Etika
  Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan
moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang
lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral
dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan.
Dalam bahasa sehari-hari kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau
berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun.

Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang


mengatur dan mengukur perilaku professional seseorang.  Secara lengkap etika diartikan
sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi
sebagai suatu bentuk yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa etika adalah aplikasi dari proses
dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan
refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda
dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan
dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari
etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti
juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat
dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

3.1.2.  Pengambilan Keputusan
Para indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision) artinya mereka
membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak
bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk, atau jasa yang ditawarkan cara terbaik
untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur
yang baru. Manajer tingkat menegah dan bawah menetukan jadwal produksi, menyeleksi
karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan baru, dan
merumuskan bagaimana meningkatkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga
membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja.
Sedangkan pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan
masalah bagaimana pilhan-pilhan semacam itu dibuat. Beberapa pengertian keputusan
menurut beberapa tokoh (dhino ambargo:2) adalah sebagai berikut:
a)    Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya
dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa
yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputuan dibuat
untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah
digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajat dengan tugas pengambilan rencana dalam
organisasi.

b)   Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu


pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data.
Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan


keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan , seperti ; tujuan
yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan
tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif). Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika
dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi
orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai
moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusan, kita harus mengacu pada prinsip-
prinsip berikut ini:
1)   Autonom

Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian terhadap orang
lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh
karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan
keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali
perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya
upah tersebut tidak layak untuk hidup.
2)   Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap
peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak
lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya
menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
3)        Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi
terbaik yang bisa diambil.
4)        Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurna
namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana
memperlakukan tiap orang dengan sejajar.

Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis


a.    Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis, kerangka
ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Serta persyaratan
yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini dituntut oleh pemangku
kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
a)    Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap;

b)   Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan ke dalam
tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat:
a.    konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,

b.    hak dan kewajiban yang terkena dampak,

c.    keadilan yang terlibat,

d.   motivasi atau kebajikan yang diharapkan

Pertimbangan Pembuatan Keputusan Etis (EDM); Landasan Filosofis


Pertimbangan EDM Teori Filosofi
Kekayaan atau kesejahteraan Konsekuensialisme, utilitarianisme,
Menghormati hak para pemangku kepentingan teologi
Kesetaraan diantara para pemangku Deontologi (hak dan kewajiban)
kepentingan Imperatif kategoris kant, keadilan
yang tidak memihak
Harapan untuk sifat karakter, kebajikan
Kebajikan
Isu Tertentu Terkait dengan EDM
Perilaku yang berbeda dalam budaya yang Relativisme, subjektivisme
berbeda (suap)
Konflik kepentingan, dan batas-batas untuk Deontologi, subjektivisme, egoisme
perilaku mementingkan diri sendiri

b.   Pendekatan filosofi

1)   Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi


Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar
secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata
lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan
lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan
utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat
parsial dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka
disebut juga teleological.
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan  untuk menganalisis
keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku kepentingan dan untuk
mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam jumlah
besar. Konsekuensialisme berpendapat bahawa sebuah perbuatan benar secara moral jika dan
hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan kebaikan bersih. Dengan kata lain,
tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi positif lebih besar
daripada konsekunsi negatifnya.
2)        Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung
jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari
tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya.
Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan
konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal
atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
3)        Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung
jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika
kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh
pengambil keputusan. Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan
membuat orang tersebut menjadi manusia yang bermoral. Menurut AACSB etika kebajikan
berfokus pada karakter atau integrasi moral para pelaku dan melihat pada moral masyarakat,
seperti masyarakat profesional, untuk membantu mengidentifikas isu-isu etis dan panduan
tindakan etis.
Pendekatan dan Kriteria Pembuatan Keputusan Etis

Analisis Biaya Manfaat


Manajemen perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa keputusan bisnis
sering kali memiliki dampak yang tidak dapat diukur dengan mudah menggunakan analisis
akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompok-kelompok kepentingan khusus dengan cepat
menunjukkan bahwa banyak biaya yang dihasilkan dari keputusan bisnis tidak tercermin
dalam (atau yang diluar) laporan perusahaan. Polusi kerusakan misalnya harus ditanggung
oleh pihak lain, bukan oleh perusahaan yang menyebabkan masalah. Dapat dimengerti, jika
kemudian, eksekutif perusahaan mencari teknik analisis yang memperhitungkan biaya dan
manfaat eksternal tersebut ketika mereka berunding tentang kebijakan perusahaan. Tak pelak
lagi mereka meminta kepada akuntan mereka untuk mengembangkan analisis biaya-manfaat
yang diperlukan untuk melengkapi proyek tingkat pengembalian yang biasa dilakukan.
Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:
a.                   Menentukan proyek apa yang harus dilakukan

b.                  Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek

Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:


1)        Organisasi sektor swasta

·      dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif.

·      Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat

·      Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publikEvaluasi alokasi sumber
daya untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum

·      Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa, mata, tungkai
dan lain-lain.

·      Perhitungan waktu luang.

2)   Organisasi sektor publik

Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya untuk:
·       Program kesehatan

·       Program pendidikan

·       Fasilitas rekreasi

·       Proyek konservasi

·       Proyek-proyek perbaikan transportasi

·       Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi

Kekurangan Data Akuntansi Tradisional


Adapun kekurangan data  akuntansi tradisional jika dibandingkan dengan analisis
biaya manfaat memiliki kelemahan yaitu
1)        Hal ini berfokus pada tindakan masa lalu, yang tidak relefan untuk tindakan masa depan
dalam pengambilan keputusan.

2)        Tidak memperhitungkan faktor-faktor eksternal.

3)        Mempertimbangkan beberapa sumber daya sebagai sumber daya bebas atau tanpa biaya.

4)        Fokusnya jauh lebih sempit, selalu berhubungan dengan kepentingan pemegang saham,
bukan kepentingan pemangku kepentingan (atau masyarakat).

Teknik Analisis Biaya-Manfaat


Daripada menggunakan keterangan normal seperti, pendapatan, beban, dan laba
bersih, terminology yang dipakai dalam ABM adalah keuntungan, biaya, dan kelebihan
manfaat atas biaya. Konsep ABM tentang manfaat dan biaya lebih luas dari pendapatan dan
biaya, karena meraka memperhitungkan nilai-nilai eksternal masa depan sampai sekarang.
Proyek harus dilakukan jika manfaatnya melebihi biaya atau rasio keuntungan/ biaya lebih
besar dari satu.

Tingkat Diskon
Uang yang digunakan untuk membiayai proyek menjadi tertahan untuk kegunaan lain.
Dengan demikian, biaya tersebut secara tepat diukur dengan menghitung biaya kesempatan
yang dilewatkan, apakah itu adalah tingkat imbal marginal setelah pajak yang hilang dari
investasi lain atau harga konsumen akan bersedia membayar penundaan konsumsi mereka.
Hasil studi ABM biasanya didiskontokan pada tingkat marginal rata-rata tertimbang
berdasarkan proyeksi sumber-sumber pembiayaan yang digunakan.

Pengukuran Biaya Dan Manfaat


Meskipun terdapat masalah dalam memilih tingkat potongan yang tepat, ini
merupakan masalah kecil dibandingkan dengan kesulitan untuk mengidentifikasi dan
mengukur biaya tahunan masa depan dan keuntungan (itu sendiri). Sayangnya, banyak biaya
dan manfaat tidak dapat ditentukan secara langsung, dan pengganti atau cara tidak langsung
harus digunakan untuk memperkirakan nilai yang terlibat, meskipun diakui hampir tidak
mungkin menangkap semua karakteristik dari niali pengganti.

Kekurangan Dari Analisis Biaya Manfaat


Beberapa akuntan berpendapat bahwa anggaran biaya manfaat terlalu jauh dari misi
tradisional mereka yang cukup bernilai untuk dipelajari akan tetapi argument ini tidak melihat
kelanjutan dari anggaran biaya manfaat yang telah digunakan sebelum tahun 1844,
keunggulan anggaran biaya manfaat dalam mengatur keputusan pemerintah. Selain itu
kecenderungan yang jelas adalah bahwa tehnik anggaran biaya manfaat akan dipakai di
sektor swasta untuk memberikan fokus dalam pengambilan keputusan program-progam
perusahaan yang berdampak pada masyarakat.
            Akuntan secara tradisional telah mengasumsikan peran pokok dalam menyediakan
data untuk keputusan di sektor swasta dan jika posisi ini harus dipertahankan itu adalah
kepentingan terbaik akuntan untuk mengenal dengan baik tehnik ABM dan kekurangannya.
Selain itu akuntan sering terlibat langsung dengan keputusan ABM di sektor public, mereka
akan membuat keputusan yang kurang terampil atau untuk menantang proposal spesifik
ABM secara efektif, kecuali mereka menyadari tehnik ABM yang relefan. Alasan kami
menekankan pentingnya saran informasi akan menjadi lebih jelas ketika berbagai kekurangan
dan keseriusan ABM dipahami. Kekurangan dapat dikelompokkan menjadi tiga katagori
yaitu:
1)        Pilihan yang tersedia untuk yang mempersiapkannya (preparer).

2)        Kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna.

3)        Masalah yang tidak dapat diatasi oleh ABM.


            Adapun kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna
ABM maka penting jika proyek-proyek saling terpisah satu sama lain. Jika sedang
dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup semua aspek proyek.
Selain itu proyek yang diterima memenuhi persyaratan hukum dan sesuai dengan
administrasi. Kadang-kadang kendala anggaran dihapus dan pembuat keputusan diberitahu
untuk menghabiskan anggaran yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan biaya kesempatan
dari uang yang dibelanjakan.

Pilihan Yang Tersedia


Pilihan yang banyak dan jika tidak terlalu akurat, akan menjadi bias bagi ABM
sampai di titik dimana keputusan yang tidak bijaksana akan dihasilkan. Ada metode yang bisa
mencegah bias dan tidak masuk akal, tapi pengambil keputusan pertama kali harus
memahami apa saja potensi masalahnya. Sangat penting bahwa biaya kesempatan yang
akurat diperkirakan untuk uang yang dipergunakan untuk membiayai setiap proyek ABM.
Bias dapat masuk ke dalam ABM melalui pilihan buruk sebagai pengganti dan metode yang
digunakan untuk mengukur nilai-nilai masyarakat
Kendala-Kendala
Sehubungan dengan kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan
pengguna ABM, maka penting proyek-proyek saling terpisah satu sama lain, atau jika sedang
dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup semua aspek proyek.
Selain itu, proyek yang diterima memenuhi persyaratan hukum dan sesuai dengan
administrasi.
Isu yang tidak terselesaikan pengambil keputusan ABM harus menyadari bahwa ada
banyak isu yang tidak pernah dapat sepenuhnya diselesaikan dengan tehnik ABM. ABM
tidak memperhitungkan masalah ekuitas, seperti kelayakan dari menghukum satu kelompok
atas keuntungan kelompok lain. Abm disini untuk tetap dipakai, akuntansi tradisional tetap
berharga, tetapi dalam masyarakat maju, organisasi harus menyadari dan memperhitungkan
dampak eksternal mereka. Pemerintah sudah membuat pilihan social bagi kita semua
berdasarkan analisis biaya manfaat. Oleh karena itu, akuntan disarankan untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang analisis biaya-manfaat beserta kekurangannya, atau jika tidak
mereka akan kehilangan tempat mereka sebagai tangan kanan dari pengambil keputusan.

Analisis Etika Untuk Pemecahan Masalah


Kebanyakan para pelaku bisnis mengambil keputusan berdasarkan kepentingan para
pemilik atau para pemegang saham, pandangan ini merupakan pendekatan secara tradisional.
Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi menjadi dua cara, pertama asumsi bahwa
seluruh stakeholder hanya ingin meaksimalkan keutungan jangka pendek. Kedua, hak dan
kewajiban dari beberapa kelompok non-shareholder seperti karyawan, konsumen atau klien,
supplier, kreditor, tokoh masyarakat dan pemerintah memiliki kepentingan dari hasil
keputusan yang dibuat dan juga tujuan dan perusahaan itu ikut dipertimbangan dalam
pengambilan keputusan perusahaan.
Perusahaan yang modern saat ini sangat mempertimbangkan kelompok Shareholder
dan kelompok diluar shareholder, kedua kelompk tersebut menjadi pembentuk dari sebuah
stakeholder yang menjadi Company Respond. Jika kehilangan salah satu unsure stakeholder
atau biasa disebut primary stakeholder. Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan tidak
dapat berpotensi secara penuh, dan mungkin dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. 
Asumsi bahwa kelompok shareholder monolitik hanya tertarik pada keuntungan
jangka panjang yang sedang mengalami modifikasi, disebabkan karena perusahaan yang
modern mencari shareholders yang terdiri dari perorangan maupun institusi yang tertarik
pada keuntungan jangka panjang dan bagaimana etika bisnis diterapkan.
Investor yang etis mengembangkan jarigan formal dan informal melalui kegiatan perusahaan
mereka, mereka juga memutuskna bagaimana untuk memilih wakil-wakil mereka, serta
bagaimana pendekatan ke direktur agar mereka memperhatikan dan tetap pada ruang lingkup
atas perlindungan terhadap lingkungan. Mereka juga memberikan kompensasi dan nilai lebih
terhadap kegiatan HAM pada suatu negara tertentu seperti Afrika Selatan.

Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder 


Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder dan
menciptakaan tiga kepentingan yang mendasar, yaitu: Dapat menghasilkan keputusan yang
dapat mengakomodir kepentingan mereka Suatu keputusan sebaiknya mempertimbangkan
pendistribusian yang adil antara keuntungan dan beban.
Suatu keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak-hak Stakeholder, termasuk hak
dalam membuat keputusan:
a.         Well-offnes adalah Keputusan sebaiknya menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada
Biaya
b.        Fairness adalah Pendistribusian hendaknya mempertimbangkan keseimbangan antara
keuntungan dan biaya.
c.         Right adalah Hasil keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak Stakeholder.

Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir


Keuntungan adalah kepentingan utama yang ingin didapat oleh para pemegang saham
dan merupakan hal yang penting untuk mencerminkan ketahanan dan kesehatan suatu
perusahaan. Pada waktu inflasi, keuntungan dapat merubah inventory di harga yang lebih
tinggi. 
a)        Pengkajian Terhadap Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir
Keadilan bukan merupakan konsep yang absolut. hal ini merupakan petunjuk yang
berasal dari suatu kejadian ekonomi yang berorientasi dalam mencari keuntungan dan biaya
yang menjadi dasar dari keputusan tersebut. contohnya adalah keputusan untuk menaikan
pajak lebih tinggi pada pendapatan tinggi, tetapi melihat secara adil sesuai dengan kapasitas
mereka untuk membayar pajak. alasan dan perspektif diperlukan untuk menilai kewajaran
dengan teliti

Anda mungkin juga menyukai