A031191052
Etika Profesi Akuntan
Etika dan Pengambilan Keputusan
Etika
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan
moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang
lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral
dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan.
Dalam bahasa sehari-hari kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau
berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun.
3.1.2. Pengambilan Keputusan
Para indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision) artinya mereka
membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak
bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk, atau jasa yang ditawarkan cara terbaik
untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur
yang baru. Manajer tingkat menegah dan bawah menetukan jadwal produksi, menyeleksi
karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan baru, dan
merumuskan bagaimana meningkatkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga
membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja.
Sedangkan pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik dari
sejumlah alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan
masalah bagaimana pilhan-pilhan semacam itu dibuat. Beberapa pengertian keputusan
menurut beberapa tokoh (dhino ambargo:2) adalah sebagai berikut:
a) Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya
dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa
yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputuan dibuat
untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah
digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajat dengan tugas pengambilan rencana dalam
organisasi.
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian terhadap orang
lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh
karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan
keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali
perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya
upah tersebut tidak layak untuk hidup.
2) Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap
peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak
lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya
menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
3) Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi
terbaik yang bisa diambil.
4) Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurna
namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana
memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
b) Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan ke dalam
tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat:
a. konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
b. Pendekatan filosofi
· Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publikEvaluasi alokasi sumber
daya untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum
· Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa, mata, tungkai
dan lain-lain.
Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya untuk:
· Program kesehatan
· Program pendidikan
· Fasilitas rekreasi
· Proyek konservasi
3) Mempertimbangkan beberapa sumber daya sebagai sumber daya bebas atau tanpa biaya.
4) Fokusnya jauh lebih sempit, selalu berhubungan dengan kepentingan pemegang saham,
bukan kepentingan pemangku kepentingan (atau masyarakat).
Tingkat Diskon
Uang yang digunakan untuk membiayai proyek menjadi tertahan untuk kegunaan lain.
Dengan demikian, biaya tersebut secara tepat diukur dengan menghitung biaya kesempatan
yang dilewatkan, apakah itu adalah tingkat imbal marginal setelah pajak yang hilang dari
investasi lain atau harga konsumen akan bersedia membayar penundaan konsumsi mereka.
Hasil studi ABM biasanya didiskontokan pada tingkat marginal rata-rata tertimbang
berdasarkan proyeksi sumber-sumber pembiayaan yang digunakan.