Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR JAWABAN

TUTORIAL ONLINE (TUTON)


HUKUM PAJAK (EKSI4202)
(Tugas I)

NAMA : Erni Anriyani

NIM : 044541991

KELAS : S1 Akuntansi

UPBJJ UT : PURWOKERTO

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA

NASKAH TUGAS TUTORIAL KE-1


HUKUM PAJAK
UNIVERSITAS TERBUKA

SOAL 1
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan,
dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Siapa pun dan apa pun pekerjaan kita selama
berstatus Wajib Pajak sudah tentu wajib bayar pajak. Bahkan, badan usaha atau perusahaan pun
diwajibkan membayar pajak ini yang di setor ke negara. Kemukakan pendapat anda, mengapa kita
sebagai warga negara diharuskan membayar pajak?
SOAL 2
KPP Pratama Bandung Tegallega berhasil menyita mesin press hidrolik senilai Rp 20 juta dari

penanggung pajak DD, yang merupakan Direktur CV. KKM. Penyitaan dilakukan karena Wajib Pajak

tidak segera melunasi utang pajak yang berasal dari 24 Surat Ketetapan Pajak dengan nilai total

sekitar Rp13 juta. CV. KKM memiliki kemampuan untuk membayar, namun hingga jatuh tempo tidak

juga melakukan pelunasan. Proses sita hingga lelang merupakan bagian dari upaya penagihan pajak

yang hingga kini belum dilunasi utang pajaknya oleh wajib pajak yang bersangkutan. Tindakan sita

dan lelang harta penunggak pajak tersebut dilakukan karena upaya penagihan aktif lainnya tidak

dapat membuat penunggak pajak melunasi utang pajaknya. Kemukakan pendapat anda, apa yang

seharusnya dilakukan oleh CV. KMM agar tidak ada Tindakan sita dan lelang dari kantor pajak atas

hutang pajak yang dimilikinya !

SOAL 3
Mr. Elmores merupakan warga negara Amerika yang membawa keluarganya untuk tinggal di

Indonesia selama lebih dari dua ratus hari. Sedangkan Bu Yani merupakan warga negara Indonesia

yang tinggal menetap dan bekerja di Australia. Kemukakan pendapat anda, apakah asas pemungutan

pajak yang dikenakan untuk Mr. Elmores dan Bu Yani?

SOAL 4

Jelaskan gambaran menurut anda, sistem dan ketentuan perundang-undangan seperti apakah yang

menyatakan bahwa wajib pajak yang mempunyai kewajiban pajak, wajib menyelesaikan kewajiban

pajak yang terutang kepada negara, wajib pajak wajib mendaftarkan diri dan pengusaha kena pajak

wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak pada kantor direktorat

jendral pajak?

JAWABAN
1. Pembayaran pajak merupakan sebuah aktivitas yang wajib dilakukan oleh seluruh rakyat di
dunia. Pungutan wajib pajak ini berasal dari rakyat untuk negara dan akan kembali ke rakyat,
Pajak juga termasuk sumber pendapatan pemerintah yang nantinya akan digunakan untuk
membangun fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan, pendidikan, hingga kegiatan
lainnya.
Pemungutan pajak sudah tertulis berdasarkan undang-undang, sehingga menjadi kewajiban.
Mengapa membayar Membayar pajak ini bersifat memaksa karena hal ini sudah diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Jika warga negara tidak ada yang membayar pajak maka
pembangunan negara atau pembangunan infrastruktur negara tersebut akan terhambat.
Pajak yang telah disetorkan masyarakat akan digunakan negara untuk kesejahteraan
masyarakat, antara lain: memberi subsidi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan
membayar utang-utang negara. Selain itu pajak juga digunakan untuk menunjang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah agar perekonomian dapat terus berkembang.
Di Indonesia, pajak sejatinya memiliki 4 fungsi, yaitu fungsi anggaran (budgetair), fungsi
mengatur (regulerend), fungsi stabilitas, dan fungsi redistribusi pendapatan.
Jika kita membayar pajak, maka uang pajak akan masuk ke negara untuk kemudian
dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyatnya. Jadi pajak itu dari masyarakat dan akan
dikembalikan lagi ke masyarakat. Jika masyarakat tidak ada yang membayar pajak, otomatis
hal tersebut akan berdampak pada kurangnya pasokan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) baik itu anggaran belanja untuk pemerintah pusat maupun daerah.

2. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005 Pasal 1, Dalam Peraturan Menteri Keuangan,
yang dimaksud dengan Penagihan Pajak adalah menyusun tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau mengubah,
melaksanakan Penagihan seketika dan Sekaligus, mengarahkan Surat Paksa, menyarankan
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang
telah disita.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh CV. KMM agar tidak ada tindakan sita dan Lelang dari
kantor pajak atas hutang pajak yang dimilikinya menurut saya adalah dengan cara membayar
tunggakan pajak yang sudah jatuh tempo, dan menjadi pelajaran agar kedepannya dapat
membayar pajak secara rutin dan teratur sesuai dengan jadwal. Agar tidak semakin
menumpuk dan tidak memberatkan perusahaan, lebih baik dibayar secara rutin, guna
menghindari sita dan Lelang harta penunggak pajak.

3. Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau
bertempat kedudukan di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia, baik melalui maupun tanpa melalui bentuk usaha tetap.
Untuk kasus persoalan seperti Mr.Emorles yang berasal dari Amerika dan membawa
keluarganya tinggal di Indonesia selama lebih dari 200 hari menurut Peraturan Direktur
Jenderal Pajak (DJP) Nomor Per-43/PJ/2011 tentang Penentuan Subjek Pajak Dalam Negeri
dan Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) menjelaskan kategori SPDN sebagai berikut:
1) Individu yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam satu tahun (12 bulan) atau dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan
memiliki niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Pada dasarnya, Warga Negara Asing termasuk Subjek Pajak Luar Negeri. Namun saat WNA
bersangkutan telah memenuhi kriteria pertama pada syarat di atas hingga menjadi Subjek
Pajak Dalam Negeri, secara otomatis WNA akan dikenakan PPh 21.
Kriteria lebih lanjut untuk SPLN yang wajib dikenakan pajak orang asing (PPh 21) adalah
bertempat tinggal di Indonesia, berniat untuk tinggal di Indonesia yang ditunjukkan dengan
visa kerja atau KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas) serta menyetujui untuk memperpanjang
kontrak perjanjian selama lebih dari 183 hari.

Menurut Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 dengan pembaharuan Undang-Undang nomor


36 tahun 2008, pada Pasal 26 dijelaskan atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama
dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib
Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20% (dua
puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan :
 dividen;
 bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
 royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
 imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
 hadiah dan penghargaan;
 pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
 premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
 keuntungan karena pembebasan utang.
Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan ini wajib dilakukan oleh badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri selain
bentuk usaha tetap di Indonesia dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah
bruto.

Untuk kasus yang kedua yaitu Bu Yani merupakan warga negara Indonesia yang tinggal
menetap dan bekerja di Australia, bagaimana asas pemungutan pajaknya?
Ditegaskan dalam Peraturan Dirjen No.2/PJ/2009 bahwa penghasilan yang diterima atau
diperoleh pekerja itu sehubungan dengan pekerjaannya di luar negeri, tidak dikenakan PPh di
Indonesia. Para pekerja di luar negeri tidak dikenakan PPh di Indonesia jika memenuhi syarat
sebagai berikut:
 WNI bekerja di luar negeri
 Lebih dari 183 hari dalam 12 bulan.
 Memperoleh penghasilan hanya dari luar negeri saja.
 Telah dikenakan dan membayarkan pajak di luar negeri
 Tidak memperoleh penghasilan dari dalam negeri
Jika semua syarat di atas sudah dipenuhi oleh Wajib Pajak, selain tidak dikenakan PPh di
Indonesia, kewajiban penyampaian SPT Tahunan pun tidak ada.
Orang Pribadi WNI dianggap tidak bertempat tinggal di Indonesia dan bertempat tinggal tetap
di luar negeri apabila bisa menunjukkan salah satu dokumen tanda pengenal resmi yang masih
berlaku sebagai penduduk di luar negeri, yaitu:
 Green Card,
 Identity card,
 Student card,
 Pengesahan alamat di luar negeri pada paspor oleh Kantor Perwakilan Republik
Indonesia diluar negeri,
 surat keterangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia atau Kantor Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri, atau tertulis resmi di paspor oleh Kantor Imigrasi
negara setempat.
Apabila Orang Pribadi WNI tersebut tidak memiliki atau tidak dapat menunjukkan salah satu
dokumen tanda pengenal resmi yang masih berlaku sebagai penduduk di luar negeri
sebagaimana dimaksud di atas, maka status subjek pajak Orang Pribadi WNI tersebut tetap
SPDN.

4. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, yang di dalamnya
tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban
perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Ciri dan corak tersendiri dari sistem pemungutan pajak tersebut adalah :
a) Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta
Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional ;

b) Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak, sebagai


pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib
Pajak sendiri. Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya
berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan;
c) Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga
melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan
lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat
Wajib Pajak.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1994 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan Umum Pasal 2Ayat (1) :
Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem "self assessment" wajib mendaftarkan diri
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut adalah suatu sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau indentitas Wajib Pajak, oleh
karena itu kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain
daripada itu, Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam
pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan
dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib
Pajak yang dimilikinya. Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenakan sanksi perpajakan.
Ayat (3), Terhadap Wajib Pajak maupun Pengusaha Kena Pajak tertentu, Direktur
Jenderal Pajak dapat menentukan kantor Direktorat Jenderal Pajak selain yang ditentukan
pada ayat (1) dan ayat (2), sebagai tempat pendaftaran untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak dan/atau Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya
pajak yang terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak sendiri dan melaporkannya secara
teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Menurut ketentuan Undang-undang ini, administrasi perpajakan aktif dalam melaksanakan
pengendalian administrasi pemungutan pajak yang meliputi tugas-tugas pembinaan,
pelayanan, pengawasan, dan penerapan sanksi perpajakan. Pembinaan masyarakat Wajib
Pajak dapat melakukan melalui berbagai upaya, antara lain pemberian penyuluhan
pengetahuan perpajakan baik melalui media massa maupun penerangan langsung kepada
masyarakat.

Sumber Referensi :
BMP, EKSI4202, HUKUM PAJAK
Rika Septiani, 2009, “Borobudur Law And Society Journal”, 30, no. 2. (2015): 15-30.
Darmayanti, N. (2012). Jurnal Manajemen dan Akuntansi Volume 1, Nomor 3, Desember 2012. 1,
29–44
Poin Penting Perubahan dan Tambahan Aturan Pajak di UU HPP. (2021). kompas.com.
https://money.kompas.com/read/2021/11/04/070100026/poin-penting-perubahan-dan-tambahan-
aturan-pajak-di-uu-hpp?page=all
Nasution, N. A., & Fitriani, A. (2019). J u r n a l P e r p a j a k a n Page 30. 1(2), 29–40.

Anda mungkin juga menyukai