Anda di halaman 1dari 20

ETIKA INDIVIDU DAN ORGANISASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Etika Bisnis”
Yang Dibimbing Oleh Ibu Kartika Indah Permanasari, S.E., M.M

Oleh :

Aldinda 184262
Jonathan Alexander S. 184262
Nabila NurHakiki 1842620054

Kelas 3C D4 MP
Jurusan Administrasi Niaga
Prodi DIV Manajemen Pemasaran

POLITEKNIK NEGERI MALANG


Jalan Soekarno Hatta No. 9 Malang 65141
Telepon (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 4044
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah-SWT yang Maha Pengasih lagi Maha


Panyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta-alam. Sehingga laporan “Etika
Individu dan Organisasi” yang penyusun buat dapat selesai tanpa halangan yang
berarti.

Laporan ini kami buat dan susun dengan usaha maksimal juga atas
bantuan dari berbagai pihak yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
fikirannya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karenanya penyusun sampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah ikut serta
dalam menyelesaikan laporan ini.

Terlepas dari itu semua penyusun menyadari masih banyak kekurangan


dalam laporan yang di buat. Dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang
tidak di sadari. Oleh karenanya penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
sebagai sarana perbaikan laporan yang lebih baik.

Dan semoga laporan “Etika Individu dan Organisasi” dapat memberikan


manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas. Akhir kata penyusun ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya atas perhatian yang diberikan.

1
Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB 1................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
1.4 Manfaat....................................................................................................................5
BAB 2................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Etika Individual........................................................................................................6
2.2 Etika Organisasi.......................................................................................................8
2.3 Etika Individu dalam Organisasi..............................................................................9
BAB 3..............................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan............................................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini bisnis sangat banyak diminati dan berkembang pesat dikalangan
masyarakat. Bisnis memiliki banyak peluang dan kesempatan dalam
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan pelaku, masyarakat, dan
pemerintah. Dalam jalannya suatu bisnis banyak pihak yang terlibat, mulai dari
pelaku bisnis, penerima manfaat bisnis, pelanggan bisnis, pengaman bisnis, dan
dan pihak-pihak lain yang ikut serta dalam jalannya bisnis.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang dapat memberikan kenyamanan dan
keuntungan bagi semua pihak. Banyak pelaku bisnis yang mulai belajar
bagaimana mempertahankan bisnis agar senantiasa berjalan baik. Pelaku bisnis
cenderung akan melakukan riset, meniru pembisnis lain, berbagi cerita, atau
bahkan mengimplementasikan langsung teori pembisnis di dunia nyata untuk
mengetahui hasilnya. Hal ini sangat penting untuk mempertahankan dan
mengembangkan bisnis agar tidak kalah dengan pihak pesangin. Pembisnis harus
tahu apa-apa saja yang harus dijaga dan dipertahankan, apa yang harus dilakukan
dalam situasi apapun, dan sebagainya. Sebagai pembisnis tidak bisa berperilaku
sesuka hati sendiri karena dalam bisnis banyak pihak yang terkait.
Dalam melakukan suatu bisnis, seseorang harus mengerti hal-hal yang
berkaitan dengan jalannya bisnis itu sendiri. Karena bisnis menyangkut banyak
pihak sudah semestinya bisnis memiliki suatu aturan yang harus dipatuhi agar
memberikan kenyamanan dan saling menguntungkan diantara pelaku bisnis.
Aturan inilah yang dinamakan etika bisnis. Etika bisnis sangat penting untuk
diketahui para pelaku bisnis agar jalannya bisnis dapat sesuai dengan harapan.
Menerapkan etika bisnis akan membantu pelaku bisnis dalam mempererat
hubungan bisnis yang dilakukan.

4
Etika bisnis sangat dipengaruhi oleh etika pelaku bisnis itu sendiri sama
halnya dengan etika individu dalam berorganisasi. Setiap individu memiliki etika
yang berbeda-beda. Etika individu mencerminkan bagaimana tingkat laku,
perilaku, sikap, dan sifat seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Etika
individu ini nantinya akan membawa bagaimana perilaku seseorang dalam dunia
organisasi. Dalam berorganisasi seseorang akan menampilkan bagaimana perilaku
mereka, cara berpikir, dan sifat mereka. Dari hal tersebut seseorang dapat
menunjukkan etika mereka dikhalayak ramai. Untuk perlu adanya pembelajaran
mengenai etika baik itu etika individu, organisasi, dan bisnis. Karena pada
dasarnya setiap elemen itu memiliki etika yang harus diperhatikan dan dipatuhi.
Melalui makalah yang membahas mengenai etika individu dan organisasi ini
semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca agar lebih
memahami bagaimana etika dalam kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan etika individual?
1.2.2 Bagaimana etika individual dalam berorganisasi?
1.2.3 Apa saja dimensi etika dalam berorganisasi?
1.2.4 Apa saja hubungan antara etika dan organisasi?
1.2.5 Apa saja manfaat etika dalam berorganisasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu etika individual
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana etika dalam sebuah organisasi
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja dimensi etika dalam berorganisasi
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja hubungan antara etika dan organisasi
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja manfaat etika dalam berorganisasi

5
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui ap aitu etika individual
1.4.2 Dapat mengetahui bagaimana etika dalam sebuah organisasi
1.4.3 Dapat mengetahui apa saja dimensi dalam berorganisasi
1.4.4 Dapat mengetahui apa saja hubungan antara etika dan organisasi
1.4.5 Dapat mengetahui apa saja manfaat etika dalam berorganisasi

6
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Etika Individual

Pada dasarnya, etika dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus:

1. Etika Umum

Etika umum ialah etika yang membahas tentang kondisi-kondisi dasar


bagaimana manusia itu bertindak secara etis. Etika inilah yang dijadikan dasar dan
pegangan manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur penilaian
baik buruknya suatu tindakan. Contoh : UUD 1945, TAP MPR, Undang-Undang
Perpajakan dan sebagainya.

2. Etika Khusus

Etika khusus ialah penerapan moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus misalnya olah raga, bisnis, atau profesi tertentu. Dari sinilah nanti akan
lahir etika bisnis dan etika profesi (guru, wartawan, dokter, hakim, pustakawan,
dan lainnya). Etika khusus ini dibagi lagi menjadi etika individual dan etika sosial,
berikut ini penjelasannya:

a. Etika Individual

Etika individual ini adalah etika yang berkaitan dengan kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri, misalnya:

1). Memelihara kesehatan dan kesucian lahiriah dan batiniah;

2). Memelihara kerapian diri, kamar, tempat tingggal, dan lainnya;

3). Berlaku tenang:

4). Meningkatkan ilmu pengetahuan;

7
5). Membina kedisiplinan dan lainnya.

Seperti dijelaskan dalam buku Etika Publik karya Haryatmoko 2011:44-46.


Etika individual mempunyai objek tindakan manusia sebagai individu dengan
mempertimbangkan kebebasan dan maksud, atau diarah secara rasional. Tekanan
pemikirannya difokuskan pada kualitas moral pelaku. Kehendak baik dan
pencarian keutamaan diarahkan untuk mempertajam makna tanggung jawab.
Dalam konteks ini, hati nurani merupakan hasil pendidikan dan pembiasaan.
Maka kesadaran moral seseorang berkembang di setiap tahapnya dengan
menggunakan penalaran moral tertentu saat menghadapi dilema moral. Etika
individual berperan sebagai faktor stabilisasi tindakan yang berasal dari dalam diri
pelaku. Maka pembatinan nilai-nilai moral atau pencapaian keutamaan sangat
membantu dalam membentuk integritas pribadi. Jadi, integritas pribadi adalah
hasil dari proses yang panjang, seperti halnya habitus membutuhkan pelatihan,
pembiasaan, dan lingkungan yang kondusif.

Dalam etika individual, keabsahan premis-premisnya (argumennya koheren)


sudah mencukupi untuk memberi pembenaran tindakan. Jadi dalam penalaran
etika individual, hubungan antara visi dan Tindakan adalah langsung. Kalau saya
mempunyai pandangan bahwa "audit dari pihak independen di luar organisasi
merupakan salah satu cara mencegah korupsi", sebagai pemimpin saya bisa
langsung menerapkannya. Dari kacamata etika individual, keputusan saya itu sah,
tanpa menunggu persetujuan pihak lain.

Ada tiga tingkat dalam cara penalaran moral:

1. penalaran moral berupa penilaian khusus. Penilaian ini belum memberikan


alasan dari pernyataan-pernyataannya. Penilaian ini terjadi ketika
menghadapi suatu kejadian atau situasi konkret; pertama-tama muncul
suatu protes, ketidakpuasan, perasaan tidak bisa menerima perlakuan tidak
adil (indignation). Pada tingkat ini penafsiran etika atau persepsi sudah
melihat alternatif tindakan dan dampaknya bagi pihak-pihak yang terlibat.

8
Melihat adanya penggusuran, orang protes karena pemerintah tidak
memberi alternatif tempat tinggal.
2. Penilaian etis atau rumusan tentang apa yang baik yang harus dilakukan.
Dalam tingkat ini, sudah mengacu ke aturan-aturan moral. Penilaian moral
didukung oleh aturan-aturan yang datang dari komunitas dan lembaga-
lembaga sosial. Tetapi supaya aturan-aturan ini mempunyai relevansi,
mereka harus diukur dari prinsip-prinsip dasar. Maka perlu memahami
prinsip-prinsip dasar etika dan teori-teori normatif. Pada tingkat ini ikut
dibahas tidak hanya prinsip-prinsip, tetapi juga tipe-tipe penalaran etika.
Ada beberapa tipe penalaran etika: (a) tipe deontologi; (b) tipe situasionis
atau ekstrinksikalis serta komunitarian; (c) tipe telcologis yang aturan-
aturannya mendapat pembenaran atas dasar tujuan tindakan, maksud atau
konsekuensinya harus baik; (d) tipe altruis dalam keadilan (masing-masing
tipe penalaran ini akan dibahas setelah poin (iii) di bawah ini).

b. Etika Sosial

Etika sosial adalah etika yang membahas tentang kewajiban, sikap, dan pola
perilaku manusia sebagai anggota masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini
menyangkut hubungan manusia dengan manusia, baik secara secara individu
maupun dalam kelembagaan (organisasi, profesi, keluarga, negara, dan lainnya).

2.2 Etika Organisasi

Organisasi adalah perkumpulan dimana orang-orang bebas mengluarkan


pendapat untuk mencari dan membagi informasi, dan berbicara tentang organisasi
kita tidak akan lepas dari pembahasan tentang integritas, Etika berkaitan dengan
baik dan buruk, benar dan salah, betul dan tidak, bohong dan jujur. Dalam
berinteraksi dengan lingkungannya orang-orang dapat menunjukkan perilaku yang
dinilai baik atau buruk,benar atau salah ketika melakukan suatu tindakan. Hal
tersebut sangat bergantung kepada nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan di

9
mana orang-orang berfungsi. Tidak jarang terdapat penilaian yang berbeda
terhadap suatu perilaku dalam lingkungan yang berbeda. Etika menggambarkan
suatu kode perilaku yang berkaitan dengan nilai tentang mana yang benar dan
mana yang salah yang berlaku secara obyektif dalam masyarakat. Dengan
demikian, etika dapat diartikan sebagai Perilaku individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif
atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu
kelaziman yang dapat diterima umum dalam interaksidengan lingkungannya.

2.3 Etika Individu dalam Organisasi

Dalam buku manajemen jilid 1 karya Graffin 2004:100-103 mendefinisikan


etika (ethrics) sebagai keyakinan pribadi seseorang mengenai apakah suatu
perilaku, tindakan, atau keputusan adalah benar atau salah' Perhatikan bahwa kami
mendefinisikan etika di dalam konteks individu-orang memiliki etika, organisasi
tidak memiliki etika. Serupa dengan hal tersebut, hal-hal yang menentukan
perilaku etis antara satu orang dengan orang lain berbeda-beda. Sebagai contoh,
seseorang yang menemukan selembar uang dua puluh dolar di lantai merasa sah-
sah saja untuk mengantonginya, sementara orang yang lain merasa harus
menyerahkannya ke bagian barang hilang Lebih lanjut, walaupun perilaku yang
etis (ethical behavior) tergantung pada orangnya, penilaku ini biasanya merujuk
pada perilaku yang sesuai dengan norma sosial yang diterima secara umum. Oleh
karena itu, perilaku yang tidak etis (uernethical behavior) adalah perilaku yang
tidak sesuai dengan norma sosial yang diterima secara umum.

Masyarakat pada umumnya mengadopsi hukum formal yang merefleksikan


standar etika umum norma sosial dari penduduknya. Sebagai contoh, karena
sebagian besar orang menganggap bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak
etis, hukum kemudian menempatkan perilaku semacam itu sebagai ilegal dan
menuliskan cara untuk menghukum mereka yang mencuri. Akan tetapi sementara

10
hukum berusaha untuk tampak jelas dan tidak bias, penerapan dan interpretasi
hukum masih menyebabkan ambiguitas etika. Sebagai contoh, hampir semua
orang akan setuju bahwa memaksa karyawan untuk bekerja lebih lama dan jam
yang seharusnya, terutama tanpa kompensasi ekstra, adalah tidak etis. Dengan
demikian, hukum telah menentukan aturan untuk mendefinisikan pekerjaan dan
standar pembayaran. Akan tetapi menerapkan hukum ke dalam lingkungan
organisasi dapat menghasilkan suatu situasi yang buas yang dapat
diinterpretasikan dengan berbagai cara.

Etika individual ditentukan oleh kombinasi berbagai faktor Orang mulai


berusaha untuk membentuk standar etika seperti anak-anak merespons persepsi
mereka mengenai perilaku orang tua dan/atau orang dewasa lain dan perilaku
yang boleh mereka lakukan Ketika anak-anak tumbuh dan bersekolah mereka juga
dipengaruhi oleh teman-teman sekolah mereka karena bergaul setiap han Berbagai
peristiwa individu yang penting juga membentuk kehidupan seseorang dan
berkontribusi pada kepercayaan dan perilaku ketika mereka tumbuh dewasa. Nilai
dan moral juga berkontribusi terhadap standar etika. Orang yang menempatkan
keuntungan finansial dan kemajuan pribadi di atas segala-galanya, misalnya, akan
mengadopsi kode etika pribadi yang mengutamakan pencarian kesejahteraan.
Oleh karena itu, mereka mungkin menjadi kejam dalam usahanya memperoleh
penghargaan tersebut, tanpa memandang akibatnya terhadap orang lain.
Sebaliknya, orang yang secara terang-terangan menjadikan keluarga dan/atau
teman mereka sebagai prioritas utama mereka akan mengadopsi standar etika
yang berbeda.

Etika Manajerial

Etika manajerial (managerial elkics) adalah standar-standar perilaku yang


membimbing manajer individual dalam pekerjaan mereka. Walau etika dapat
mempengaruhi pekerjaan manajerial dengan banyak cara, tiga bidang yang
mendapat perhatian khusus dari manajer ditunjukkan oleh Gambar 4.1.

11
Bagaimana Perusahaan Memperlakukan karyawan Mereka

Salah satu bidang etika manajerial yang penting adalah perlakuan karyawan
oleh organisasi mereka. Bidang ini termasuk hal-hal seperti mempekenakan dan
memecat orang upah dan kondisi kerja. dan kebebasan pribadi karyawan dan rasa
hormat Sebagai contoh, baik petunjuk etika dan hukum menyarankan bahwa
keputusan untuk mempekerjakan dan memecat orang seharusnya semata-mata
didasarkan pada kemampuan seorang individu untuk melaksanakan pekerjaan.
Seorang manajer yang mendiskriminasikan orang Afrika Amerika dalam
mempekerjakan karyawan menunjukkan perilaku yang tidak etis dan ilegal. Akan
tetapi renungkan kasus di mana manajer tidak mendiskriminasikan secara umum,
namun seringkali mempekerjakan kawan dekat atau keluarga ketika pelamar lain

12
mungkin lebih memenuhi syarat. Sementara keputusan penerimaan karyawan
tersebut mungkin tidak ilegal, tetapi keputusan tersebut tidak dapat diterima
dengan dasar etika. Upah dan kondisi kerja, walaupun juga diatur dengan ketat,
juga merupakan bidang yang memungkinkan timbulnya kontroversi. Sebagai
contoh, fakta bahwa seorang manajer membayar seorang karyawan lebih sedikit
daripada yang layak diterimanya, karena manajer tahu bahwa karyawan tersebut
tidak mungkin keluar atau tidak mau mengambil risiko kehilangan pekerjaannya
jika protes, mungkin dianggap tidak etis.

Bagaimana Karyawan Memperlakukan Organisasl Mereka

Sejumlah persoalan etika juga berakar dari bagaimana karyawan


memperlakukan organisasi mereka, terutama berkenaan dengan konflik
kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran. Konflik kepentingan muncul ketika
suatu keputusan secara potensial menguntungkan individu tetapi mungkin
merugikan organisasi. Untuk menjaga agar praktik semacam ini tidak terjadi,
Sebagian besar perusahaan memiliki kebijakan yang melarang pembeli mereka
untuk menerima hadiah dari pemasok. Mengungkapkan rahasia perusahaan juga
jelas tidak etis. Karyawan yang bekerja untuk bisnis dalam sebuah industri yang
sangat kompetitif-misalnya elektronik, perangkat lunak, dan pakaian-mungkin
tergoda untuk menjual informasi mengenai rencana perusahaan kepada
kompetitor. Bidang ketiga yang menjadi perhatian adalah kejujuran secara umum.
Masalah yang sering muncul dalam bidang ini termasuk menggunakan telepon
perusahaan untuk membuat panggilan interlokal pribadi, mencuri perlengkapan
kantor, dan menambahkan pengeluaran. Walaupun sebagian besar karyawan pada
dasarnya jujur, organisasi harus waspada untuk menghindari kemungkinan
terjadinya masalah dari perilaku semacam itu.

Bagaimana Karyawan dan Organisasi Memperlakukan Agen Ekonomi


Lainnya

Etika manajerial juga memainkan peranan dalam hubungan antara


perusahaan dan karyawannya dengan agen ekonomi lainnya. Seperti telah

13
disebutkan sebelumnya di Gambar 4.1, agen-agen utama yang berkepentingan
termasuk konsumen, kompetitor, pemegang saham pemasok, dealer, dan serikat
tenaga kerja. Perilaku antara organisasi dan agen-agen tersebut yang mungkin
rentan terhadap ambiguitas etika termasuk iklan dan promosi, pengungkapan
finansial, pemesanan dan pembelian, pengiriman dan permohonan permintaan,
penawaran dan perundingan, dan hubungan bisnis lainnya. Sebagai contoh, bisnis
di industri farmasi telah mendapat banyak kritikan karena peningkatan harga yang
cepat yang mereka bebankan untuk sebagian besar obat mereka. Perusahaan ini
beralasan bahwa diperlukan investasi yang lebih banyak dalam program penelitian
dan pengembangan untuk mengembangkan obat baru, dan harga yang tinggi
diperlukan untuk menutup biaya tersebut. Kunci dalam situasi semacam ini adalah
menemukan keseimbangan antara penetapan harga yang masuk akal dan penipuan
harga. Dan seperti banyak pertanyaan lain yang melibatkan etika, terdapat
perbedaan pendapat yang signifikan. Bidang lain yang menjadi perhatian di tahun-
tahun belakangan ini melibatkan pelaporan keuangan oleh berbagai perusahaan e-
commerce. Karena kompleksitas yang melekat pada perusahaan-perusahaan
tersebut, sejumlah perusahaan telah bersikap sangat agresif dalam menyajikan
posisi keuangan mereka dengan sinyal positif. Dan dalam beberapa kasus,
sejumlah perusahaan melebih-lebihkan proyeksi pendapatan untuk menarik lebih
banyak investasi.

1. Dimensi Etika Dalam Organisasi

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa etika merupakan cara


bergaul atau berperilaku yang baik. Nilai-nilai etika tersebut dalam suatu
organisasi dituangkan dalam aturan atau ketentuan hukum, baik tertulis maupun
tidak tertulis. Aturan ini mengatur bagaimana seseorang harus bersikap atau
berperilaku ketika berinteraksi dengan orang lain di dalam suatu organisasi dan
dengan masyarakat di lingkungan organisasi tersebut. Cukup banyak aturan dan
ketentuan dalam organisasi yang mengatur struktur hubungan individu atau
kelompok dalam organisasi serta dengan masyarakat di lingkungannya sehingga
menjadi kode etik atau pola perilaku anggota organisasi bersangkutan.

14
 Birokrasi
Nilai-nilai yang berlaku dalam suatu organisasi secara konseptual telah
dikembangkan sejak munculnya teori tentang organisasi. Salah satu teori klasik
tentang organisasi yang cukup dikenal dan sangat berpengaruh terhadap
pengembangan organisasi adalah birokrasi. Menurut teori ini, ciri organisasi yang
ideal yang sekaligus menjadi nilai-nilai perilaku yang harus dianut oleh setiap
anggota organisasi adalah
1. adanya pembagian kerja
2. hierarki wewenang yang jelas
3. prosedur seleksi yang formal
4. aturan dan prosedur kerja yang rinci, serta
5. hubungan yang tidak didasarkan atas hubungan pribadi.

Teori birokrasi menempatkan setiap anggota organisasi dalam suatuhierarki


struktur yang jelas, setiap pekerjaan harus diselesesaikanberdasarkan prsedur dan
aturan kerja yang telah ditetapkan, dan setiaporang terikat secara ketat dengan
aturan-aturan tersebut. Selain itu,hubungan antarindividu dalam organisasi dan
dengan lingkungan didalam organisasi hanya dibatasi dalam hubungan pekerjaan
sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam model organisasi inipola
perilaku yang berkembang bersifat sangat kaku dan formal.

 Prinsip Manajemen Organisasi

Berbeda dengan teori birokrasi terdapat teori lain yang mengidentifikasi


prinsip-prinsip manajemen organisasi. Prinsip-prinsip ini cukup banyak diadopsi
oleh para pimpinan organisasi, baik publik maupun swasta. Prinsip-prinsip ini
bahkan ditemukan juga dalam oragnisasi yang dikelola secara birokratis. Prinsip-
prinsip tersebut adalah pembagian kerja, wewenang, disiplin, kesatuan perintah
(komando),koordinasi, mendahulukan kepentingan organisasi,
remunerasi,sentralisasi versus desentralisasi, inisiatif, dan kesektiakawanan
kelompok.

a) Pembagian kerja

15
Pembagian kerja yang sangat spesifik dapat meningkatkan kinerjadengan
cara membuat para pekerja lebih produktif. Para spesialis dipandang akan
sangat mahir dengan spesialisasinya karena hanyamelakukan bagian tertentu
dari suatu pekerjaan.
b) Wewenang
Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, setiap anggota harus diberi
kewenangan tertentu seimbang dengan tugas yang dipikulnya. Selanjutnya
setiap wewenang yang diberikan harus diikuti dengan tanggung jawab yang
seimbang pula.
a. Disiplin
Para pegawai harus menaati dan menghormati peraturan
yangmengatur organisasi. Disiplin yang baik merupakan hasil
darikepemimpinan yang efektif, saling pengertian yang jelas
antarapimpinan dan para pegawai tentang peraturan organisasi,
sertapenerapan sanksi yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan
tersebut.
b. Kesatuan Perintah
Setiap pegawai hanya menerima perintah dari satu orang atasan.
Tidak boleh terjadi ada dua nakhoda dalam satu kapal
c. Pembentukan Etika Dalam Pemerintah
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, etika merupakan nilai-
nilaiperilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau suatu organisasi
dalaminteraksinya dengan lingkungan. Nilai-nilai perilaku yang
ditunjukkanoleh individu sangat dipengaruhi oleh nilai nilai yang
dianut olehindividu tersebut serta nilai-nilai yang berlaku dan
berkembang dalamorganisasi yang kemudian menjadi suatu kebiasaan
yang berakumulasi menjadi budaya yang akan dianut oleh organisasi
tersebut

2. Hubungan Etika dalam Organisasi

16
1. Hubungan antara anggota dengan organisasi yang tertuang dalam
perjanjian atau aturan-aturan legal
2. Hubungan antara anggota organisasi dengan sesama anggota
organisasi lainnya, antara anggota dengan pejabat dalam struktur
hirarki
3. Hubungan antara anggota organisasi ybs dengan anggota dan
organisasi lainnya
4. Hubungan antara anggota dengan masyarakat yang di layaninya

3. Manfaat Dan Pentingnya Etika Dalam Organisasi

Pentingnya etika dalam organisai Seperti Contoh Seorang PNS, Dalam


lingkungan organisasi pemerintahan seorang aparatur dituntut untuk bekerja
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. secara etis seseorang aparatur
merasa terpanggil untuk melayani kepentingan publik secara adil tanpa
membedakan kelompok, golongan, suku, agama serta status sosial. seharusnya
seorang aparatur harus dapat menjadikan dirinya sebagai panutan tentang
kebaikan dan moralitas pemerintahan terutama yang berkenaan dengan
pelayanan kepada publik. Dia senantiasa menjaga kewibawaan dan citra
pemerintahan melalui kinerja dan perilaku sehari-hari dengan menghindarkan
diri dari perbuatan yang tercela yang dapat merugikan masyarakat dan negara.
Jadi Etika pada dasarnya merupakan upaya menjadikan moralitas sebagai
landasan bertindak dan berperilaku dalam kehidupan bersama termasuk di
lingkungan profesi administrasi (Ryass Rasyid, 1996,43-44)

17
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen Jilid 1. Jakarta:PENERBIT ERLANGGA

Haryatmoko. 2011. Etika Publik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Ryaas Rasyid. 2000. Makna Pemerintahan, Tinjauan Dari Segi Etika Dan
Kepemimpinan. Jakarta:Mutiara Sumber Widya.

Safrida, Dewi Andayani. 2016. Aqidah dan Etika dalam Biologi. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press

http://aprilnurahman.blogspot.com/2015/06/etika-dalam-organisasi_18.html
(diakses pada 20 februari 2021)

http://sandipondaag14.blogspot.com/2012/10/etika-dalam-organisasi.html
(diakses pada 20 februari 2021)

19

Anda mungkin juga menyukai