Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REVIEW

ETIKA BISNIS

DOSEN PENGAMPU : Dr. Sri Rezeki, SE, M.Si

Kelas : Manajemen B’19

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

Dolly Martin Nainggolan (7192510001)


Edward Partogi Lumban Raja ( 7193510039 )
Vidhy Vian Vander Siallagan (7193510042)
Rinaldi (7192510007)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan Critical

Book Review (CBR) ini tepat pada waktunya.  Critical Book Review (CBR) ini saya buat

guna memenuhi penyelesaian tugas  pada mata kuliah Etika Bisnis. Semoga Critical Book

Review (CBR) ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan Critical Book Review (CBR) ini, saya mengucapkan terima kasih

kepada dosen pengampu kami Ibu Dr. Sri Rezeki, SE, M.Si Saya menyadari sepenuhnya

akan kemampuan yang masih terbatas, sehingga masih banyak kekurangan yang terdapat

dalam makalah ini dan hasilnya belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, masukan,

kritik dan saran yang sifatnya membangun saya nantikan dalam rangka kesempurnaan

makalah ini. Dan dengan ini saya berharap makalah ini dapat memberikan dampak baik bagi

para pembaca semua.

Medan, Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4

1.2 Tujuan Makalah......................................................................................................................4

1.3 Manfaat Makalah....................................................................................................................4

BAB II IDENTITAS BUKU.........................................................................................................5

2.1 Buku Pertama..........................................................................................................................5

2.2 Buku Kedua.............................................................................................................................5

BAB III RINGKASAN BUKU.....................................................................................................6

3.1 Buku Utama............................................................................................................................6

3.2 Buku Kedua.............................................................................................................................14

BAB IV PEMBANDING..............................................................................................................27

4.1 Buku Pertama..........................................................................................................................27

4.2 Buku Kedua.............................................................................................................................27

BAB V PENUTUP........................................................................................................................28

5.1 Kesimpulan.............................................................................................................................28

5.2 Saran........................................................................................................................................28

5.3 Daftar Pustaka.........................................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makalah

Etika bisnis adalah kode etik yang diterapkan dalam perusahaan untuk melakukan
kegiatan bisnisnya. Etika bisnis ini sangat penting diterapkan dalam perusahaan agar
perusahaan memiliki pondasi yang kuat dan menciptakan value yang tinggi. Perilaku etis
dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu
sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari
perspektif jangka panjang.

1.2 Tujuan Makalah

Critical Book Report ini bertujuan :

1. Mengulas isi sebuah buku.

2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.

3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab
dari sebuah buku.

4. Membandingkan isi buku

1.3 Manfaat Makalah

1. Dapat mengetahui informasi yang ada dalam buku

2. Dapat berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab dari sebuah
buku.

3. Dapat mengulas isi sebuah buku

4
BAB II

IDENTITAS BUKU

2.1 Identitas Buku Utama

Judul Buku : Etika Bisnis


No. ISBN : 978-979-075-646-5
Pengarang : Laura P. Hartman dan Joe Desjardins
Penerbit : Erlangga
Tahun Terbit : 2011
Tebal Buku : 507 halaman
2.2 Identitas Buku Pembanding

Judul Buku : Pengantar Etika Bisnis


No. ISBN : 978-979-672-700-1
Pengarang : Prof. Dr. Kees Bertens
Penerbit : Kanisius
Tahun Terbit : 2000
Cetakan Ke : 12
Tebal Buku : 432 halaman

5
BAB III

RINGKASAN ISI BUKU

3.1 Buku utama :

Bab 1 : ETIKA DAN BISNIS

Etika bisnis sebagai integritas pribadi dan tanggung jawab social

Aspek lain dari perilaku etis yang memerlukan perhatian adalah kenyataan bahwa kondisi
social juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku. Seseorang mungkin sudah
berpikir secara cermat setelah melihat keadaan dan kemudian memustuskan apa yang
sehatusnya dilakukan, tetapi kondisi perusahaan atau social yang mellingkupi seseorang
dapat menimbulkan hambatan yang serius untuk melaksanakan tindakan tersebut.

Secara umum, nilai awalnya digambarkan sebagau keyakinan yang membuat kita cenderung
bertindak dan memilih suatu hal daripada lainnya, suatu cara untuk membedakan berbagai
macam nilai ini adalah dari tujuan akhir yang dicapai oleh nilai-nilai tersebut.

Etika dan hokum

Sebuah pandangan umum, mungkin semakin mengemuka stelah skandal-skandal 7ang


terjadi baru-baru ini, menyatakan bahwa sebuah bisnis telah memenuhi tanggung jawab
sosialnya hanya dengan mematuhi hokum.

Karena hokum bersifat ambigu, dan karena dalam banyak hal tidak jelas apa yang
diminta oleh aturan hokum, para manajer bisnis akan sering mengahadapi keputusan yang
bertangung pada penilaian etis mereka. Untuk menyarankan kebalikannya sama saja dengan
tidak memahami realitas perusahaan.

Bab 2: PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS : DALAM KONTEKS PRIBADI


DAN PROFESSIONAL

Sebuah proses pengambilan keputusan untuk etika

Mungkin langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab


secara etis adalah menentukkan fakta-fakta dalam situasi tersebut. Memberikan upaya yang
cukup untuk memahami situasi tersbut, membedakan fakta-fakta dari opini belaka, adalah hal
yang sangat penting.

6
Langkah kedua, dalam pengambilan keputusan eits yang bertanggung jawab
mensyarakatkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permsalahannya
sebagai sebuah keputusan etis atau permsalahan etis.

Langkah ketiga, dalam pengambilan keputusan yang etis melibatkan satu dari elemen
vitalnya. Kita diminta untuk mengindefikasi dan pertimbangkan semua pihak yang
dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut dengan “para
pemegang/pemangka kepentingan”

Pengambilan keputusan yang etis dalam peran manajerial

Model pengambilan keputusan yang telah dijelaskan pada bab ini dikembangkan dari
sudut pandang seseorang yang menemukan dirinya pada situasi tertentu. Dalam situasi ini
bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dari pengambilan keputusan
peribadi dan profensional. Diantaranya peran dan tanggung jawab utama yang akan kita
tinjau secara teliti dalam teks ini adalah yang berkaitan dengan profesi tertenu; pengacara,
akuntan, auditor, analis keuangan, dan sejenisnya.

Bab 3: ETIKA FILOSOFIS DAN BISNIS

Teori dan tadisi etika

Biasanya, diskusi’teori’ etika terlihat terlalu teoretis untuk dikaitkan dengan bisnis.
Banyak orang dan budaya diseleuruh dunia mendasarkan pandangan etis mereka pada tradisi
agama tertentu. Masalah praktis paling besar dari pendekatan ini, tertentu saja, adalah bahwa
manusia memiliki perbedaan yang sangat besar dalam keyakinan agam mereka. Jika etika
hanya didasarkan pada prinsip-prinsip agama, dan jika orang-orang tidak sepakat dengan
pokok awalan agama tersebut, maka etika tidak akan pernah lolos dari kondisi relavitas.

Masalah dalam etika utilitarianisme

Karena pemikiran utilitarianisme sangat umum dalam dunia bisnis, penting bagi kita
untuk berhati-hati terhadap beberapa masalah didalamnya. Sebagai contoh jika utilitarianime
menyarankan kita membuat keputusan dengan membandingkan berbagai konsekuensi dari
tindakan-tindakan alternatif, maka kita harus memiliki sebuah metode untuk melakukan
perbandingnya.

Masalah ini akan menjadi semakin parah ketika kita menyadari bahwa tinddakan kita
berdampak tidak hanya bagi kebahagiaan diri kita sendiri dari orangorang sekita kita tetapi

7
juga kepada orang-orang yang tidak dikenal ditempat yang jauh dan di masa yang jauh ke
depan.

Meskipun begitu, etika utilitarianisme memang berkontribusi dalam pengambilan


keputusan yang bertanggung jawab dalam beberapa cara yang penting. Namun, sebagai
sebuat teori etis, eutilitiarinisme juga mengingatkan kita bahwa kita harus
mempertimbangkan dampak dari sebagai konsekuensi itu terhadap kesejahteraan semua
orang yang terpengaruh oleh keputusan kita.

Peninjauan kembali sebuah model pengambilan keputusan untuk etika bisnis

Sekarang, kami dapat memberikan versi yang lebih detail dari model pemgambilan
keputusan kita, dimana teori etis terintegrasi kedalam prosedur keputusan yang eksplisit.
Proses pengambilan keputusan yang dijelaskan disini bertujuan, diatas semuanya, untuk
membantu anda mengambil keputusan bisnis yang bertanggung jawab secara etis.

1. Menentukan fakta-fakta
2. Mengidentifikasi isu etis yang terlibat
3. Mengidentidikasi para pemegang kepentingan
4. Pikirkanlah alternatif
Bab 4: BUDAYA PERUSAHAAN DAMPAK DAN IMPLIKASI

Pengertian budaya perusahaan

Pengambilan keputusan dalam perusahaan dipengaruhi,diabtasi,dibentuk, dan dalam


bberapa kasus hampir seluruhnya ditentukan oleh budaya perusahaan. Budaya sebuah
perusahaan dapat berupa nilai pemeliharaan perusahaan yang memberikan arahan dan
stabilitas selama masa-masa sulit. Namun, nilai-nilai itu juga dapat membatasi organisasi
dalam cara-cara yang biasa digunakan untuk mengangani berbagai persoalan, seperti terlihat
dari frase yang biasa figunakan “seperti itu cara segala sesuatu diselesaikan disini” atau
“itulah keadaan yang berlaku disni.” stabilitas yang bermanfaat disatu waktu dapat menjadi
sebuah hambatan keberhasilan dilain waktu. Selain itu, budaya terdapat didalam dan
ditentukan dengan menyelami hal-hal berikut ini, antara lain:

 Tempo pekerjaan
 Pendekatan perusahaan terhadap humor
 Metode penyelesaian masalah

8
 Lingkungan persaingan
 Berbagai insentif
 Otonomi individu
 Struktur yang hierarkis

Budaya berdasarkan kepatuhkan dan budaya bersarkan nilai-nilai

Sesuai dengan namanya, budaya berdasarkan kepatuhan menekankan kepatuhkan


terhadap peraturan sebagai tanggung jawab utama etika. Budaya ini berdasarkan kepatuhan
memebrikan wewenang kepada bagian legal dan audit untuk memerintahkan dan memantau
kepatuhan berdasarkan aturan hukum dan peraturan internal.

Tujuan dari program etika yang sudah lebih berkembang dan lebih umum dapat
meliputi penerapan yang lebih luas dan ekspansif di perusahaan, meliputi memperthankan
reputasi dan merek, merekrut dan mempertahankan para karyawan yang diinginkan,
membantu menyatukan operasi global perusahaan, menciptakan lingkungan kerja yang lebih
baik bagi para karyawan, dan melakukan hal yang benar sebagai tambahan terhadap
melakukan hal yang benar.

Bab 5: TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Etika dan tanggung jawab sosial

Kata tanggung jawab digunakan dalam beberapa cara yang berbeda dan akan
membantu jika kita mencermati makna mereka yang sesungguhnya. Ketika kita mengatakan
bahwa sebuah perusahaan bertanggung jawab, kita dapat mengartikan bahwa perusahaan itu
dapat dipercaya. Tetapi referensi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan juga
menyatakan tugas atau pembatasan yang mengikat kita untuk mengambil suatu sikap tertentu
dan bukan sikap lainnya. Kita dapat berpikir mengenai tanggung jawab kita berbagai sesuatu
yang seharusnya kita dilakukan walaupun kita lebih cenderung tidak melakukannya.

Banyak dari perdebatan seputar tanggung jawab sosial perusahaan melibatkan


pertanyaan apakah perusahaan benar-benar memliki tanggung jawab untuk mendukung
gerakan sosial seperti itu. Beberapa orang berpendapat bahwa, seperti semua perbuatan amal,
ini adalah sesuatu yang berhak mendapatkan pujian dan penghargaan,tetapi buakn sesuaru
yang mestinya dilakukan semua perusahaan.

Mengeksplorasi kepentingan pribadi yang tercerahkan motivasi bagi CSR

9
Selain pendapat kenneth Dayton bahwa CRS meningakatakan keberlanjutan suatu
organisasi dengan memenuhi kebutuhan konstituennya, terdapat argumen lain untuk
memotivasi suatu peeursahaan yang bertanggung jawab secara sosial. Akan tetapi, masalah
dari fokus pada prefernsi adalah bahwa tanggung jawab sosial menjadi semata-mata
pemasaran sosial. Dengan kata lain, suatu perusahaan dapat menggunakan citra dari tanggung
jawab sosial untuk mengumpulkan dukungan pelanggan atau loyalitas keryawan, semestara
faktanya tidak membuktikan komitmen yang sebenarnya.

Praktik memperhatikan “citra” suatu perusahaan terkadang disebut sebagai


manajemen reputasi. Pada hakikatnya tidak ada yang salah dengan pengelolaan reputasi suatu
perusahaan ,namun para pengamat dapat meragukan perusahaan karena bertujuan untuk
memengaruhi reputasi mereka.

Bab 6: PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS: TANGGUNG JAWAB PEMBERI


KERJA DAN HAK KARYAWAN

Isu-isu etis ditempat kerja: lingkungan saat ini

Perntanyaan yang sama juga berlaku untuk hubunan interpersonal. Sekalian demikian,
hanya kurang dari setengah pekerja AS yang merasakan adanya ikatan yang kuat dengan
organisasinya atau percaya bahwa organisasinya patut mendapatkan loyalitasnya. Sebagai
contoh dari keprihatian ini, perimbangkan peran emosi ditempat kerja. Walaupun ini
merupakan wilayah yang relative baru dalam penelitian, studi menyarankan bahwa manjer
dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap emosi pekerjanya, dan dampak ini
memberikan pengaruh yang sangat besar pada produktivitasnya dan loyalitasnya.

Mendefikasikan parameter dari hubungan kerja:

Due process dan penyebab yang sah

Secara serupa due process ditempat kerja mengakui wewenang pemberi kerja terhadap
karyawannya. Pemberi kerja dapat memberitahukan karyawan apa yang harus mereka
lakukan dan kapan serta bagaimana melakukanya. Pemberi kerja dapat melaksanakan kendali
seperti itu karena pemberi kerja memiliki kemampuan untuk mendesiplikan atau memecat
seorang karyawan yang tidah patuh terhadap wewenanangya.

Perampingan

10
Saalah satu isu yang paling emosional bagi para karyawan dan pengambil keputusan adalah
tantnagan yang tidah hanya menyangkut pemberhentian tunggal melainkan menyangkut
keputusan membuat PHK besar-besaran ketika perusahaan mengambil keputusan untuk
“merampingkan”. Keputusan yang berkaitan dengan perampingan sebaiknya diambil oleh
sebuah kelo pok representative sehingga kepentingan dari seluruh pemegang kepentingan
dapat pertimbangan dan untuk mendapatkan kepercayaan dari mereka yang terkena
dampaknya.

Bab 7: PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS: TEKNOLOGI DAN PRIVASI DI


TEMPAT KERJA

Hak atas privasi

Privasi itu merupakan nilai yang masih sama dan terus dipedebatkan dalam
masyarakat kontemporer. Dengan perkembangan teknologi computer yang luar biasa dalam
beberapa decade terakhir, tuntuanan bagi perlindungan yang lebih besar terhadap hak privasi
telah meningkat.

Sumber-sumber etis dari hal privasi

Hak privasi didasarkan pada hak otonomi yang bersifat fundamental dan universal, pada hak
untuk membuat keputusan bagi diri sendiri tanpa Batasan. Hak tersebut dibatasi oleh kontrak
social didalam budaya kita yang mencegah kita untuk melanggar hak orang lain untuk
mengatur dirinya sendiri.

Sumber-sumber hukum atas hak privasi

Menurut hukum, privasi dapat dilindungi dengan tiga cara: dengan konstitusi ( pemerintahan
federal atau negara bagian ), peraturan federal dan/atau negara bagian, dan common law,
common law merujuk pada dokumen hokum yang terdiri dari keputusan yang ditetapkan oleh
pengadilan, alih-alih yang dirinci didalam UU atau peraturan tertentu manapun.

Peraturan dari kegiatan diluar jam kerja

Dinegara bagian lain, terdapat perlindungan lain yang tidak begiti luas bagi kegiatan
diluar jam kerja. Sejumlah negara bagian telah melakukan perlindungan mengenai konsumsi
atau penggunaan poduk legal diluar jam kerja, seperti rokok, UU ini bersal dari perlindungan
yang lebih sempit bagi pekerja yang merokok diluar jam kerja.

Bab 8: ETIKA DAN PEMASARAN

11
Isu etis dalam pemasaran sebuah kerangka kerja

Seperti dalam bab-bab sebelumnya, kerangka kerja ini akan menyediakan pemahaman
yang mendalam untuk membantu para pengambil keputusan untuk sampai pada sebuah
keputusan yang etis tetapi tidak akan mengarah kepada keputusan yang “benar” karena ini
bukanlah kerangka kerja yang normative- dengan kata lain, hal ini tidak menentukkan
jawabab yang benar tetapi mengidentifikasi hak-hak, tanggung jawab,tugas dan kewajiban,
sebab dan akibat.

Oleh karena, secara umum, akan bermanfaat bagi kita untuk tetap mengingat tiga hal
yang kita bicarakan tadi ketika kita mendekati isu etis apapun dalam pemasaran. Tradisi etis
ajaran kant akan bertanya sampai sejauh mana pihak yang berpartisipasi dihormati sebagai
agen yang besar dan otonomi alih-alih diperlakukan semata-mata sebaga alat untuk mencapai
tujuan untuk mengahsilakan penjualan.

Tanggung jawab terhadap produk : keamanan dan tanggung jawab

Baik hukum dan etika bergantung pada kerangka kerja yang serupa ketika
mengevaluasi kasus dimana prosuk atau jasa dari bisnis menyebabkan kerusakan dipasar.
Focus dari kebanyakan diskusi mengenai tanggung jawab bisnis atas keamanan produk
adalah pada penentuan tanggung jawab ( yang bersalah ) atas kerusakan yang disebabkan
oleh produk yang tidak aman.

Tanggung jawab terhadap produk: periklanan dan penjualan

Memanipulasi sesuatu sama artinya dengan membimbing atau mengarahkan


perilakunya. Manipulasi tidak membutuhkan keterlibatkan kendali penuh dan bahkan tampak
seperti suatu proses mengarahkan atau mengelola secara halus. Manipulasi orang
menyiratkan bekerja dibalik layer, memadu perilaku mereka tanpa persetujuan esksplisit atau
pemahaman secara sadar.

Etika pemasaran dan otonomi konsumen

Pembela periklanan berargumen bahwa meskipun terdapat kasus praktik yang


menipu, secara keseluruhan periklanan banyak berkontribusi pada ekonomi. Mayoritas iklan
menyediakan informasi kepada konsumen, informasi yang menyampaikan fungsi efisiensi
ekonomi pasar. Secara etis, poin yang pentinga adalah klaim bahwa periklanan melanggar
otonomi konsumen. Hokum permintaan dan penawaran dibalik dan perekonomian dari

12
masyarakat yang kaya dibuat-buat dan diubah hanya jika otonomi konsumen dapat dilanggar,
dan konsumen dimanupulasi oleh kemampuan periklanan untuk menciptakan keinginan.

Bab 9: BISNIS, LINGKUNGAN, DAN KEBERLANJUTAN ( SUSTAINABILITY )

Etika bisnis dan nilai-nilai lingkungan

Kepentingan pribadi manusia adalah jawaban yang paling jelas untuk menjawab
semua pertanyaan ini. Seluruh umat manusia membutuhkan air bersih untuk minum, udara
segar untuk bernafas,tanah dan lautan yang subur untuk menghasilkan makanan, lapisan ozon
yang tebal untuk menangkal radiasi sinar matahari, dan biosfer yang menjaga keseimbangan
iklim yang rapuh dimana manusia tetap akan dapat hidup dimuka bumi ini.

Tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan pendekatan pasar

Dari satu sisi, jika pendekatan terbaik terhadap masalah lingkungan adalah untuk
mempercayakan mereka pada dasar pasar yang efifien, maka manajer bisnis yang
bertanggung jawab hanya perlu mencari keuntungan dan membiarkan pasar untuk
mengalokasikan sumber daya secara efisien.

Tanggung jawab lingkungan dari bisnis pendekatan peraturan

Sebuah consensus luas muncul diamerika serikat pada tahun 1970-an bahwa pasar
yang tidak diatur oleh undang-undang adalah pendekatan yang tidak memadai terhapa
tentangan-tantangan lingkungan. Beberapa masalah menunjukkan bahwa pendekatan ini
tidaklah memadai dalam jangka Panjang. Pertama, pendekatan ini merendahkan pengaruh
yang dimiliki bisnis dalam menetapkan undang-undang.

Tanggung jawab lingkungan perusahaan pendekatan keberlajutan

Sejak tahun 1980-an, model baru mengenai tanggung jawab lingkungan perusahaan
mulai menemukan bentuknya, bentuk yang menggabungkan peluang keuangan dengan
tanggung jawab lingkungan dan etis. Konsep pengembangkan yang berkelanjutan ini dapat
ditelurusi melalui laporan dan wold commission on environment and development
perserikatan bangsa-bangsa pada tahun 1987, yang lebih dikenal dengan Brundtland
commission, dinamai sesuai dengan ketuanya, Gro harlen Brundtland.

Bab 10: PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS: TATA KELOLA PERUSAHAAN,


AKUNTANSI, DAN KEUANGAN

13
Kewajiban professional dan konflik kepentingan

Akuntansi merupakan salah satu dari beberapa profesi yang melayani fungsi yang
sangat penting dalam system ekonomi ini sendiri. Ingat bahwa bakan Milton freiedman,
pendukung utama ekonomi pasar bebas, percaya bahwa pasar hanya dapat berfungsi jika
kondisi-kondisi tertentu terpenuhi. Secara universal diakui bahwa pasar harus berfungsi
dalam kerangka aturan hukum, harus menerima informasi yang lengkap, dan harus bebas dari
penipuan dan kecurangan.

Lingkungan pengendalian internal

Lingkungan pengendalian mengacu pada isu budaya seperti integritas, nilai-nilai etis,
kompetensi, filosofi, gaya operasi. Lingkungan pengendalian juga bias mengacu pada elemen
yang lebih nya ( nyata dapat dibahas dengan lebih baik dalam suatu audit ) seperti pembagian
kewenangan, peran dan tanggung jawab, keberadaan dari suatu kode perilaku, serta struktur
pelaporan.

3.2 Buku Pembanding

BAB 1: BISNIS DAN ETIKA DALAM DUNIA MODERN

1. Bisnis modern merupakan realistas yang yang amat kompleks.

Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan bisnis. Guna


menjelaskan kekhususan aspek etis ini, dalam suatu pendekatan pertama kita
membandingkan dulu dengan aspek-aspek lain, terutama aspek ekonomi dan hukum. Sebab,
bisnis sebagai kegiatan social dapat disoroti sekurang kurangnya dari tiga sudut pandang
yang berbeda tetapi tidak selalu mungkin dipisahkan ini : sudut pandang ekonomi, hokum,
dan etika.

2. Sudut pandang ekonomis

Bisnis adalah kegiatan ekonomis Yang terjadi dalam kegiatan ini adalah
tukarmenukar, jual-beli, memproduksimemasarkan, bekerja-memperkerjakan, dan
bertinteraksi dengan orang lain lainnya, dengan maksud memperoleh untung. Dipandang dari
sudut ekonomis, good bussines atau bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak
untung. Orang bisnis selalu akan berusaha membuat bisnis yang baik (dalam arti itu).

3. Sudut pandang moral

14
Disamping aspek ekonomi dari bisnis, di sini tampak aspek lain : aspek moral. Selalu
ada kendala etis bagi perilaku kita, termasuk juga perilaku ekonomis. Tidak semuanya bisa
kita lakukan untuk mengejar tujuan kita (di bidang bisnis : mencari keuntungan) boleh kita
lakukan juga.Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain.

4. Sudut pandang hukum

Tidak diragukan, bisnis terikat juga oleh hukum. “Hukum dagang” atau “Hukum
bisnis” merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dari segi norma, hukum lebih
jelas dan pasti dibandingkan etika. Karena hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi
tertentu, bila terjadi pelanggaran. Hukum dan etika kerap kali tidak bisa dilepaskan satu sama
lain. Memang benar, ada hal-hal yang diatur oleh hukum tidak mempunyai hubungan
langsung dengan etika.

5. Tolak ukur untuk tiga sudut pandang.

Dapat disimpulkan, supaya patut disebut good bussines, tingkah laku bisnis harus
memenuhi syarat-syarat dari semua sudut pandang tadi. Memang benar bisnis yang ekonomis
tidak baik (jadi, tidak membawa untung) tidak pantas disebut bisnis yang baik. Bisnis tidak
pantas disebut good bussines kalau tidak baik dari sudut pandang etika dan hukum juga.
Dalam hal ini penting aspek hukum lebih mudah diterima, sekurang-kurang pada taraf
teoritis.

Apa itu Etika Bisnis

- Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berpikir
tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.

- Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya manusia. Karena itu etika
dalam arti ini disebut juga “filsafat parktis”. Seperti etika terapan pada umumnya, etika bisnis
pun dapat dijalankan pada tiga taraf : taraf makro, meso dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan
dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan kegitan ekonomi dan bisnis.

- Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi
sebagai keseluruhan.

15
- Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah etis di bidang
organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat buruh,
lembaga konsumen,perhimpunan profesi dan lain-lain.

- Pada taraf mikro, yang difokuskan adalah individu dalam hubungan dengan ekonomi atau
bisnis. Di sini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan dan
manajer,produsen dan konsumen,pemasok dan investor.

Faktor sejarah dan budaya dalam etika bisnis

Jika mempelajari sejarah, dan khusunya dunia barat, sikap positif ini tidak selamanya
menandai pandangan terhadap bisnis. Sebaliknya, berabad-abad lamanya terdapat tedensi
yang cukup kuat memandang bisnis atau perdagangan sebagai kegiatan yang tidak pantas
dilakukan bagi manusia beradab. Orang seperti pedagang jelas-jelas dicurigakan kualitas
etisnya. Sikap negative ini berlangsung terus sampai zaman modern dan baru menghilang
seluruhnya sekitar waktu industrial.

BAB II: TEORI ETIKA BISNIS

1. Utilitarisme “Utilitarisme” berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dapat
dipahami pula utilarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam
menilai baik buruknya suatu perbuatan. Kita dapat menyimpulkan bahwa utilitarisme aturan
membatasi diri dari pada justifikasi aturan-aturan moral. Dengan demikian mereka memang
dapat menghindari kesulitan dari utilitarisme perbuatan.

2. Deontologi Istilah Deontologi (deontology) ini berasal dari kata Yunani deon yang
berarti kewajiban. Maka deontology melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi
perbuatan. Utilitarisme mementingkan konsekuensi perbuatan, sedangkan deontology
konsekuensi perbuatan tidak berperan sama sekali.

3. Teori Hak Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan
yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori dentiologi, karena berkaitan dengan
kewajiban.

16
4. Teori keutumaan Apa yang dimaksud dengan keutamaan?keutamaan bisa didefinisikan
sebagai berikut: diposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkah laku baik secara moral. Ada banyak keutamaan dan semua keutamaan dan semua
keutamaan untuk setiap orang dan untuk setiap kegiatan. Diantara keutamaan yang harus
menandai pebisnis perorangan bisa disebut: kejujuran, fairness, kepercayaan, dan keuletan.
Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus
dimiliki oleh pelaku bisnis. Orang yang mempunyai keutamaan kejujuran tidak akan
berbohong atau menipu dalam transaksi bisnis, bahkan kalau penipuan sebenarnya gampang.
Perlu diakui, tentang keutamaan kejujuran kadang-kadang ada kesulitan juga.

BAB III: EKONOMI DAN KEADILAN

1. Hakikat keadilan Keadilan dapat diartikan sebagai to give everybody his own
(memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya). Ciri khas keadilan:

a. Keadilan tertuju pada orang lain


b. Keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan
c. Keadilan menuntut persamaan (equality)
2. Pembagian keadilan Pembagian keadilan menurut Thomas Aquinas (1225-1274) yang
mendasarkan pandangan filosofisnya atas pemikiran Aristoteles (384-322 SM) disebut juga
pembagian klasik,membedakan keadilan menjadi:

a. Keadilan Umum (general justice) : berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat
diwajibkan untuk memberi kepada masyarakat (negara) apa yang menjadi haknya.

b. Keadilan Distributif (distributive justice): berdasarkan keadilan ini negara (pemerintah)


harus membahi segalanya ddengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat.

c. Keadilan Komutatif (commutative justice) : berdasarkan keadilan ini setiap orang harus
memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya.

Pembagian keadilan yang dikemukakan oleh pengarang modern tentang etika bisnis,
khususnya John Boatright dan Manuel Velasquez dapat dibedakan menjadi:

a. Keadilan Distributif (distributive Justice)

b. Keadilan Retributif (retributive justice): berkaitan dengan terjadinya kesalahan

17
c. Keadilan Kompensatoris (compensatory justice) : berdasarkan keadilan ini orang
mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada orang
atau instansi yang dirugikan.

3. Keadilan distributif pada khususnya Dalam teori etika modern, ada dua macam prinsip
untuk keadilan distributif, yaitu : prinsip formal dan prinsip material. Prinnsip formal yang
dirumuskan dalam bahasa Inggris berbunyi “equals ought to be treated equally and unequals
may be treated unequals”. Yang dapat diartikan bahwa kasus-kasus yang sama harus
diperlakukan dengan cara yang sama, sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja
diperlakukan dengan cara yg tidak sama. Sedangkan prinsip material menunjukkan kepada
salah satu aspek relevan yang bisa menjadi dasar untuk membagi dengan adil hal-hal yang
dicari oleh berbagai orang. Beauchamp dan Bowie menyebut enam prinsip keadilan
distributif terwujud apabila diberikan kepada setiap oraang dengan syarat:

a. Bagian yang sama


b. Sesuai dengankebutuhan individualnya
c. Sesuai dengan haknya.
BAB IV: LIBERALISME DAN SOSIALISME SEBAGAI PERJUANGAN MORAL

1. Tinjuan historis

1.1. John Locke dan milik pribadi John Locke (1623-1704), seorang filsuf inggris yang
banyak mendalami masalahmasalah social politik, secara umum diakui sebagai orang yang
pertama kali mendasarkan teori liberalisme tentang milik. Menurut Locke, manusia
mempunyai tiga “hak kodrat: (natural right): “life, freedom, and property”. Yang penting
adalaha hak atas milik karena keidupan dan kebebasan kita miliki juga. Jadi, hak atas milik
menyedia pola untuk memahami kedua hak lain juga. Argumentasinya mempengaruhi secara
mendalam pemikiran tentang milik di kemudian hari.

1.2. Adam Smith dan pasar bebas Tokoh lain yang pantas dibahas dalam rangka liberalism
adalah orang Skotlandia, Adam Smith (1723-1790). Adam Smith menjadi terkenal karena
dengan gigih membela pasar brbas di bidang ekonomi. Adam Smith tentu bukan filsuf
pertama yang membedakan antara kepentingan-diri dan egoisme, tapi ia melihat pentingnya
khusus untuk relasi-relasi ekonomis. Kepentingan diri merupakan motIvasi utama yang
mendorong kita untuk mengadakan kegiatan ekonomis.

18
1.3. Marxismedan kritiknya atas milik pribadi Yang dimaksud dengan marxisme adalah
pemikiran Karl Marx (1818-1882) bersama dengan teman seperjuangannya, Friedrich Engels
(1820-1895). Marxisme adalah ajaran social-ekonomis-politik yang sangat kompleks dan
tidak mudah untuk disingkatkan tanpa mengorbankan cukup banyak unsure yang sebenarnya
hakiki juga. Bisa dikatakan juga marxisme menolak pemilikan pribadi atas capital atau
modal, sebab yang memiliki capital dengan sendirinya memilki juga sarana-sarana produksi.
Ciri kapitalisme yang jelek adalah bahwa mereka memperkerjakan orang lain untuk
memperkaya diri sendiri. Menurut Marxisme, lembaga pribadi pada dasarnya merupakan
penindasan atau eksploitasi kaum pekerja.

2. Pertentangan dan perdamaian antara liberalism dan sosialisme

2.1. Liberalisme Inti pemikiran liberalism adalah tekanannya pada pada kebebasan individual
(liber Lat.=bebas). Tugas pokok Negara menurut pandangan liberalism secara klasik
dilukiskan sebagai nighwatch state, “Negara jaga malam”, karena Negara hanya membatasi
diri pada perlindungan dan pengamanan para warga Negara.

2.2. Sosialisme “Sosialisme” berasal dari kata Latin socius yang berarti “teman” atau
“kawan”. Sosialisme memandang manusia sebagai makhluk social sebagai sesame yang
hidup bersama orang lain. Liberalisme lebih cenderung melihat manusia sebagai individu
yang mempunyai kebebasan masing-masing. Masyarakat yang diatur secara liberalism
ditandai egoism, sedangkan masyarakat yang diatur secara sosialistis atau kesetiakawanan.

2.3. Kekuatan dan kelemahan Kekuatan lliberalisme adalah bahwa milik pribadi diakui
sebagai cara penting untuk mewujudkan kebebasan pribadi. Tetapi liberalisme juga
mempunyai kelemahan. Kelemahannya yang utama adalah bahwa mereka kurang
memperhatikan nasib kaum miskin dan orang kurang beruntung dalam perjuangan hidup,
seperti kaum buruh dalam masyarakat berindustri. Kekuatan Sosialisme adalah mereka
menemukan dimensi transindividual dari milik. Milik selalu mempunyai suatu fungsi social
dan tidak boleh dibatasi pada kepentingan pribadi saja.Tetapi, sosialisme mempunyai juga
kelemahan dan kelemahan itu terasa cukup besar, bahkan menjadi fatal untuk sistem
pemerintahan sosialistis. Ekonomi yang direncakan dengan ketat dari atas ternyata tidak bisa
berhasil.

3. Kapitalisme dan demokratisasi Demokratisasi dalam ekonomi dijalankan secara


kapitalistis di Negara-negara industry Barat merupakan fenomena yang sangat menarik.

19
Pertama, sistem pemerintahan demokratis berhasil mengoreksi beberapa ekses kapitalisme.
Kedua, antagonism antara kelaskelas seperti dimengerti marxisme, dalam sistem
pemerintahan demokratis cukup teratasi. Kaum pekerja tidak lagi berpolarisasi dengan kau
majikan karena mereka menyadari mempunyai banyak kepentingan bersama. Ketiga,
fenomena yang barangkali menarik adalah pemilikan sarana produksi yang semakin merata.

4. Etika pasar bebas Pandangan Gauthier yang pernah mengemukakan pendapat bahwa pasar
tidak membutuhkan moralitas. Pasar sempurna dimaksudkan pasar di mana kompetisi
berjalan dengan sempurna. Pada kenyataanya, proses-proses di pasaran selalu disertai
macam-macam kegagalan dan kekurangan. Namun demikian, sistem pasar bebas yang bisa
dijalankan sekarang tetap merupakan sistem ekonomi yang paling unggul.

BAB V: KEUNTUNGAN SEBAGAI TUJUAN PERUSAHAAN

1. Maksimalisasi keuntungan sebagai cita-cita kapitalisme liberal Profit maximimization


atau maksimalisasi keuntungan merupakan tema penting dalam ilmu manajemen ekonomi.

2. Masalah pekerja anak Tidak perlu diragukan, pekerja yang dilakukan oleh anak (child
labor) merupakan topic dengan banyak implikasi etis, tetai masalah ini sekaligus juga sangat
kompleks, karena faktor-faktor ekonomis di sini dengan dengan aneka macam cara
bercampur baur dengan faktor-faktor budayadan social.

3. Relativasi keuntungan Tidak bisa disangkal, pertimbangan etis mau tidak mau membatasi
peranan keuntungan dalam bisnis.

4. Manfaat bagi stakeholder Yang dimaksud stakeholders adalah orang atau instansi yang
berkepentingan dengan suatu bisnis atau perusahaan. Dalam bahasa Indonesia kini sering
dipakai terjemahan “pihak yang berkepentingan” Stakeholder adalah semua pihak yang
berkepntingan yang berkepentingan dengan kegiatan suatu perusahaan.

BAB VI: KEWAJIBAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

Kewajiban perusahaan biasanya sepadan dengan hak karyawan.

1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi Diskriminasi adalah masalah etis


yang baru nampak dengan jelas dalam paro kedua dari abad ke 20. Biasanya mengenai warna
kulit dan gender (jenis kelamin). Di Indonesia diskriminasi timbul berhubungan dengan status
asli / tidak asli, pribumi / non-pribumi, dari para warga negara dan agama.

20
2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja

Beberapa aspek keselamatan kerja Keselamatan kerja dapat terwujud bilamana tempat
kerja itu aman. Dan tempat kerja itu aman kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang
mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan
karena tempat kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja bisa dianggap sehat kalau bebas dari
risiko terjadinya gangguan kesehatan / penyakit.

3. Kewajiban memberi gaji yang adil Motivasi seseorang untuk bekerja tidak lepas dari
untuk mengembangkan diri, memberi sumbangsih yang berguna bagi pembangunan
masyarakat namun yang sangat penting adalah untuk memperoleh upah atau gaji. Namun
dalam gerakan sosial zaman industri upah yang adil sering menjadi pokok perjuangan yang
utama.

BAB VII: MASALAH ETIS SEPUTAR KONSUMEN

1. Perhatian untuk konsumen Secara spontan bisnis mulai dengan mencurahkan segala
perhatiannya kepada produknya, bukan kepada konsumen. Hak yang dimiliki oleh
konsumen :

a. Hak atas keamanan


b. Hak atas informasi
c. Hak untuk memilih
d. Hak untuk didengarkan
e. Hak lingkungan hidup
f. Hak konsumen atas pendidikan
2. Tanggung jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman Disini produsen harus
menjamin bahwa produknya pada saat pembelian dalam keadaan prima sehingga bisa dipakai
dengan aman. Terhadap suatu produk yang baru dibeli dan dipakai, produsen maupun
konsumen masing–masing mempunyai tanggung jawab.Untuk mendasarkan tanggung jawab
produsen, telah dikemukakan 3 teori yang mendukung nuansa yang berbeda :

a. Teori kontrak
b. Teori perhatian semetinya
c. Teori biaya social

21
· Kualitas produk
· Harga
· Pengemasan dan pemberiaan label
BAB VIII PERIKLANAN DAN ETIKA

1. Fungsi Periklanan Dalam buku-buku tentang manajemen periklanan, iklan dipandang


sebagai upaya komunikasi. Iklan dilukiskan sebagai komunikasi antara produsen dan pasaran,
antara penjual dan calon pembeli. Periklanan dibedakan dalam dua fungsi : fungsi informatif
dan fungsi persuasif. Tetapi pada kenyataannya tidak ada iklan yang semata-mata informatif
dan tidak ada iklan yang semata-mata persuasif.

2. Periklanan dan kebenaran Pada umumnya periklanan tidak mempunyai reputasi baik
sebagai pelindung atau pejuang kebenaran. Sebaliknya, kerap kali iklan terkesan suka
membohongi, menyesatkan, dan bahkan menipu publik. Iklan bukan saja menyesatkan
dengan berbohong, tapi juga dengan tidak mengatakan seluruh kebenaran, misalnya karena
mendiamkan sesuatu yang sebenarnya penting untuk diketahui.

3. Manipulasi dengan periklanan Masalah manipulasi terutama berkaitan dengan segi


persuasive dari iklan (tapi tidak terlepas juga dari seg informatifnya). Karena dimanipulasi,
seseorang mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam
dirinya dari luar.

4. Pengontrolan terhadap iklan Dalam bisnis periklanan, perlulah adanya kontrol tepat yang
dapat mengimbangi kerawanan tersebut. Pengontrolan ini terutama harus dijalankan dengan
tiga cara berikut ini :

a. Kontrol oleh pemerinah Tugas penting bagi pemerintah, harus melindungi masyarakat
konsumen terhadap keganasan periklanan.

b. Kontrol oleh para pengiklan Cara paling ampuh untuk menanggulangi masalah etis tentang
periklanan adalah pengaturan diri (self regulation) oleh dunia periklanan. Biasanya dilakukan
dengan menyusun sebuah kode etik, sejumlah norma dan pedoman yang disetujui oleh para
periklan, khususnya oleh asosiasi biro-biro periklanan.

c. Kontrol oleh masyarakat Masyarakat luas tentu harus diikutsertakan dalam mengawasi
mutu etis periklanan. Dengan mendukung dan menggalakkan lembaga-lembaga konsumen,
kita bisa menetralisasi efekefek negatif dari periklanan.

22
5. Penilaian etis terhadap iklan Ada empat faktor yang selalu harus dipertimbangkan dalam
menerapkan prinsipprinsip etis jika kita ingin membentuk penilaian etis yang seimbang
tentang iklan.

BAB IX: TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

1. Tanggung Jawab Legal dan Tanggung Jawab Moral Perusahaan Perusahaan mempunyai
tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum ia memilki status legal. Karena
merupakan badan hukum, perusahaan mempunyai banyak hak dan kewajiban legal yang
dimiliki juga oleh manusia perorangan , seperti menuntut di pengadilan, dituntut di
pengadilan, mempunyai milik, mengadakan kontrak, dll. Seperti subyek hukum biasa
(manusia perorangan), perusahaan pun harus mentaati perturan hukum dan memenuhi
hukumannya, bila terjadi pelanggaran. “Suatu korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak
terlihat, tidak terwujud, dan hanya berada di mata hukum. Karena semata – mata ciptaan
hukum, ia hanya memilki ciri-ciri yang oleh akta pendiriannya diberikan kepada…” (Hakim
Agung, Marshal,1819).

2. Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial Masalah tanggung jawab social
perusahaan dapat menjadi lebih jelas, jika kita membedakan dari tanggung jawab lain. Bisnis
selalu mempunya dua tanggung jawab : tanggung jawab ekonimis dan tanggung jawab social.
Jika Milton Friedman menyebutkan peningkatan keuntungan perusahaan sebagai tanggung
jawab sosialnya, sebenarnya hal ini justru membicarakan tanggung jawab ekonomi saja,
bukan tanggng jawab social. Kinerja setiap perusahaan menyubangkan kepada kinereja
ekonomi nasioal sebuah Negara. Tanggung jawab social perusahaan adalah tanggung jawab
terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Secara positif perusahaan bisa
melakukan kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis dan semata-mata
dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau salah satu kelompok di dalamnya.

3. Kinerja Sosial Perusahaan Upaya kinerja sosial perusahaan sebaiknya tidak dikategorikan
sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Walaupun secara langsung tidak
dikejar keuntungan, namun usaha-usaha kinerja social perusahaan ini tidak bisa dilepaskan
dari tanggung jawab ekonomis perusahaan. Konsepsi kinerja sosial perusahaan ini memang
tidak asing terhadap tanggung jawab ekonomis perusahaan, tetapi konsepsi ini sangat cocok
juga dengan paham stakeholders management.

BAB X: BISNIS, LINGKUNGAN, HIDUP, DAN ETIKA

23
1. Krisis Lingkungan Hidup Dalam situasi kita saat ini masih tetap berlaku bahwa kerusakan
lingkungan paling terasa alam daerah-daerah industry. Pada era ini, masalah lingkungan
hidup sudah mencapai suatu taraf global. Terutama ada 6 problem yang dengan jelas
menunjukan dimensi global. Antara lain :

1. Akumulasi Bahan Beracun


2. Efek Rumah Kaca
3. Perusakan Lapisan Ozon
4. Hujan Asam
5. Deforstasi Dan Penggurunan
6. Keanekaan Hayati
2. Lingkungan Hidup dan Ekonomi

1. Lingkungan hidup sebagai “the commons”


2. Lingkungan Hidup tidak lagi eksternalis
3. Pembangunan berkelanjutan
3. Hubungan Manusia dengan Alam Manusia tidak terpisah dengan alam, manusia termasuk
alam itu sendiri seperti setiap makhluk hidup lain. Pandangan baru dibutuhkan bila ingin
mengatasi krisis lingkungan, harus bersifat ekosentris karena menepmpatkan alam dalam
pusatnya.

4. Mencari Dasar Etika untuk Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup Dasar etika
untuk tanggung jawab manusia itu sendiri disajikan oleh beberapa pendekatan berbeda, antara
lain : 1. Hak dan deontology 2. Utilitarisme 3. Keadilan

5. Implementasi Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup Jika polusi memang


merugikan lingkungan, salah satu tindakan logis dengan melarang semua kegiatan yang
mengakibatkan polusi. Contoh : Pemakaian kendaraan bermotor pribadi (sepeda motor atau
mobil) , kegiatan tersebut mencemari lingkungan tetapi jika kita dilarang, kita akan merasa
hak kita dilanggar.Tanggung jawab moral untuk melindungi lingkungan harus
dipertimbangkan terhadap faktor-faktor lain, khususnya kegiatan-kegiatan ekonomi kita.

BAB XI: ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIOAL

24
1. Norma-norma Moral yang umum pada taraf Internasional Salah satu masalah besar yang
sudah lama disoroti serta didiskusikan dalam etika filosofis adalah relatif tidaknya norma-
norma moral. Kami berpendapat bahwa pandangan yang menganggap norma-norma moral
relatif saja tidak bisa dipertahankan.

2. Masalah “Dumping” dalam Bisnis Internasional Salah satu topik yang jelas termasuk etika
bisnis internasional adalah dumpin produk, karena praktek kurang etis ini secara khusus
berlangsung dalam hubungan dengan negara lain. Yang dimaksudkan dengan dumping
adalah menjual sebuah produk dalam kuantitas besar di suatu negara lain dengan harga di
bawah harga pasar dan kadang-kadang malah di bawah biaya produksi.

3. Aspek etis dari Korporasi Multinasional Fenomena yang agak baru di atas panggung bisnis
dunia adalah korporasi multinasional, yang juga disebut korporasi transnasional.

4. Masalah Korupsi dalam taraf Internasional Korupsi dalam bisnis tentu tidak hanya terjadi
pada taraf internasional, namun perhatian yang diberikan kepada masalah korupsi dalam
literatur etika bisnis terutama diarahkan kepada konteks internasional.

BAB XII: PERANAN ETIKA DALAM BISNIS

Bisnis berlangsung dalam konteks moral

1. Mitos mengenai bisnis amoral Dalam bisnis, orang menyibukkan diri dengan jual beli,
dengan membikin produk atau menawarkan jasa, dengan merebut pasar, tetapi orang tidak
berurusan dengan etika dan moralitas.Maka hal yang perlu diyakini bahwa bisnis tidak
terlepas dari segi-segi moral. Bisnis tidak saja berurusan dengan angka penjualan saja atau
adnaya profit. Good business memiliki juga suatu makna moral.

2. Bisnis harus berlaku etis Dalam dunia bisnis harus menerapkan beberapa aspek, yaitu : a.
Tuhan adalah hakim kita b. Kontrak social c. Keutamaan.

Kode etik perusahaan

1.Manfaaat dari kesulitan aneka macam kode etik perusahaan Dapat dilukiskan sebagai
berikut: a) Kode etik dapt meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan karena etika telah
dijadika sebagian corporate cultur

b) Kode etik dapat mebantu menghilangkan grey area di bidang etika

25
c) Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.

d) Kode etik menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya kemungkinan
untuk mengatur dirinya sendiri.

2.Ethical auditing Jika perusahaan memilki sebuah kode etik, ethical auditing itu secara
langsung terfokuskan pada kode etik tersebut. Sebagaiman langsung dimengerti, dengan
demikian tersedia method yang baik untuk menegakkan kode etik perusahaan dengan iklas
dan konsekuen.

3.The body shop sebagai contoh The body shop adalah sebuah perusahaan internasional yang
berasal dari Inggris dan bergerak di bidang kosmetik serta toiletries. Setiap dua tahun The
body shop membiarkan dirinya diaudit dari segi social dan etis.

3. Good ethics, good business Pada umumnyan perusahaan yang etis adalah perusahaan
yang ingin mecapai sukses juga. Good ethics, good business. Keyakinan ini sekarang
terbentuk cukup umum. Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa harapan akan sukses
boleh jadi satu-satunya motivasi atau amalah motivasi utama untuk berperilaku etis.

26
BAB IV

PEMBANDING

4.1 Buku Utama dalam buku ini Hartman dan Desjardins mangajak kita untuk menelusuri
seluruh wilayah etika. Pertama dibahas tema-tema klasik seperti hati nurani, kebebasan,
tanggung jawab, nilai, norma, hak, kewajiban, dan keutamaan. Lalu, dibicarakan beberapa
teori besar dari sejarah filsafat moral: hedonisme, eudemonisme utilitarisme, dan, deontology
Di buku ini banyak penjelasan mengenai etika bisnis yang kini menjadi garapan intelektual
dan akademisi seperti halnya bidang-bidang lainnya. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana
etika bisnis kini menjadi suatu bidang garapan intelektual dan akademis yang tidak kalah
dengan bidang-bidang lain. Banyak orang berkeyakinan bahwa peranan etika bisnis tidak
boleh bersifat sementara saja karena menyangkut suatu aspek hakiki dari bisnis. Bisnis
sendiri dan semua pihak yang terlibat didalamnyaakan dirugikan bila segi etika ini diabaikan.
Karena itu, etika sepatutnya diberi tempat juga bila kita mendidik dan melatih orang muda
yang ingin memilih bisnis sebagai profesinya.

4.2 Buku kedua / pembanding Buku ini cocok untuk mendalami lebih lanjut apa itu etika
bisnis bagi karena buku ini mencoba membahas secara general mulai dari pengertian etika
bisnis hingga contoh kasusnya di perusahaan. Apabila kita tertarik untuk membaca lebih
lanjut tentang topik-topik tertentu dalam etika bisnis maka buku ini sangat cocok untuk
dibaca.Di dalam buku ini juga membahas bagaimana Menilai dan menangani tenaga kerja
yang beragam adalah tindakan yang benar secara etis dan moral. Demografi tenaga kerja
untuk menunjukkan dengan jelas bahwa perusahaan-perusahaan yang gagal melaksanakan
tugas merekrut, melatih, dan mempromosikan kaum perempuan tidak akan mampu
memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja.Buku ini cukup tebal karna terdiri dari 502 halaman
sehingga buku ini sedikit agak membosankan ketika dibaca dan pembaca akan merasah
jenuh. Tapi secara keseluruhan buku ini cukup bagus karna banyak memuat kasus kasus
dalam etika bisnis.

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Etika bisnis adalah perilaku individu atau organisasi perusahan dalam melaksanakan
aktivitasnya,mencerminkan apresiasi positif atau negatif atas norma,peraturan,dan budaya
yang berlaku dimasyarakat.Ketika perilaku itu menggambarkan hal-hal positif maka disebut
beretika dan sebaliknya, ketika yang tampak aadalah hal-hal negatif,disebut tidak beretika.
Tanggungjawab mutlak diperlukan dalam berbagai tindakan,termasuk dalam menjalankan
aktifitas bisnis.Secara umum,tanggungjawab sosial adalah dukungan manajemen terhadap
kewajiban mempertimbangkan dan mengalokasikan sebahagian dari laba untuk kepuasan
pelanggan dan kesejahteraan masyarakat.Hal ini juga sebagai pengakuan bahwa dunia bisnis
harus memikirkan dimensi-dimensi kualitatif dari pelanggan, karyawan.

Suatu masyarakat juga dapat dinilai melalui interaksinya dengan masyarakat.Untuk


tanggungjawab sosial,banyak perusahan mengalokasikan dana-dana sumbangan dan untuk
pelayanan masyarakat.Ketika perusahan tidak mengalokasikan dana untuk itu berarti
perusahan tidak berkontribusi pada pembangunan masyarakat umum.

5.2 Saran

Dengan ini penulis meminta kritik dan sarannya yang bisa membangun buat penulis
sehingga penulis bisa membuat tulisan yang lebih baik dimakalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat membentu seseorang dalam mengawali kegiatan berbisnis yang sesuai
dengan etika berusaha dan tanggungjawab sosial, sehingga bisnisnya dapat berjalan dengan
baik dan lancar. Penulis juga minta maaf apabila ada penulisan yang salah dan tidak
dimengerti, karena penulis masih dalam tahap pembelajaran.

5.3 Daftar pustaka

Desjardins, Joe dan Laura P Hartman. 2011. Etika Bisnis. PT Gelora Aksara Pratama
Prof. Dr. Kees Bertens,2000.Pengantar Etika Bisnis.

28

Anda mungkin juga menyukai