Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH WIRAUSAHA


“ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN”

DOSEN PENGAMPU
Wahyu Astuti, SMIP,M.Pd.,MM
Eka Santy, M.Si

KELOMPOK 10:
Fatia Azza Nabila
Intan Meylani
Widya Januarti
Yossi Anumsari

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


PRODI D-IV JURUSAN KEBIDANAN
TINGKAT IV SEMESTER VII TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah yaitu
kewirausahaan yang berkaitan dengan etika bisnis dalam kewirausahaan.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.

Pontianak,12 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 1

BAB II..................................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2

1. Etika Dan Norma Norma Bisnis ................................................................................................. 2

2. Prinsip-Prinsip Etika dan Perilaku Bisnis ................................................................................... 7

3. Cara Cara Mempertahankan Standar Etika ................................................................................. 8

BAB III ................................................................................................................................................. 15

PENUTUP ............................................................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 15

B. Saran ......................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika bisnis adalah bagian dari filsafat. Secara garis besar pengertian filsafat, etika dan
etika bisnis berhubungan erat satu sama lain. Filsafat dalam arti luas adalah suatu usaha
sistematis untuk memahami pengalaman manusia secara pribadi dan kolektif/kelompok.
Berbeda dengan teologi maka filsafat menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman
manusia.
Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-hubungan antara lain hubungan
agama, keluarga, perdagangan, politik dan sebagainya. Sifat hubungan ini sangat rumit
dan coraknya berbagai ragam. Hubungan antara manusia ini sangat peka, sebab sering
dipengaruhi oleh emosi yang tidak rasional. Manusia selalu berusaha agar tercapai
kerukunan dan kebahagiaan di dalam suatu masyarakat. Timbullah peraturan baik tertulis
maupun tidak tertulis yang kita sebut etik, etika, norma, kaidah, tolak ukur.
Kebanyakan orang tidak senantiasa sadar akan fungsi etika. Salah satu sebabnya, etika
menjadi bagian yang integral dari pribadi seseorang sehingga tidak lagi dipersoalkan oleh
yang bersangkutan. Artinya seseorang jarang sekali memikirkan etika yang dimilikinya,
kecuali bila ia merasa bahwa dalam hubungannya dengan orang lain etika tersebut
mendapat tantangan. Pada saat tertentu kita pasti berhadapan dan berinteraksi dengan
orang yang memiliki etika yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud etika dan norma-norma bisnis?
2. Apa saja prinsip etika dan perilaku bisnis?
3. Bagaimana cara mempertahankan standar etika?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca mengetahui tentang etika dan norma-norma bisnis
2. Agar pembaca dapat mengetahui prinsip etika dan perilaku bisnis
3. Agar pembaca dapat mengetahui cara mempertahankan standar etika

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Etika Dan Norma Norma Bisnis


a. Pengertian Etika Bisnis dan Norma Bisnis
Etika berasal dari dari kata Yunani, Ethos (jamak – ta etha), berarti adat istiadat.
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun
pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik,
aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke
orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yg lain
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang
atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk
diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah
mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.
Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris, yaitu business (Plural business).
Mengandung sejumlah arti diantaranya : Commercial activity involving the exchange of
moner for goods or services – Usaha komersial yang menyangkut soal penukaran uang
bagi produsen dan distributor (goods) atau bidang jasa (services)
Bisnis dapat pula diartikan berdasarkan konteks organisasi atau perusahaan yaitu
usaha yang dilakukan orgnisasi atau perusahaan dengan menyediakan produk barang
atau jasa dengan tujuan memperoleh nilai lebih (value added).
Menurut Hill dan Jones Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan
antara salah dan benar. Di mana hal tersebut dapat memberikan pembekalan kepada
setiap pemimpin perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan
strategis yang terkait dengan masalah moral yang kompleks. Sedangkan Velasques
Studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi
pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis. Menurut Yosephus Etika Bisnis secara hakiki merupakan Applied Ethics (etika
terapan). Di sini, etika bisnis merupakan wilayah penerapan prinsip-prinsip moral
umum pada wilayah tindak manusia di bidang ekonomi, khususnya bisnis. Jadi, secara
hakiki sasaran etika bisnis adalah perilaku moral pebisnis yang berkegiatan ekonomi.

2
Etika bisnis adalah bentuk aplikasi dari sebuah etika, yang tidak saja menganalisa
norma moral dan norma nilai, tetapi juga mengaplikasikan secara menyeluruh persoalan
etika di dalam organisasi, aktivitas dan pengajaran.
Dalam praktek bisnis sangat banyak ditemui kasus-kasus kegagalan dari bisnis
dalam menyesuaikan perilaku mereka dengan prinsip-prinsip etika. Sebagai contoh ada
perusahaan pabrik makanan terkenal yang mengakui telah melakukan pemberian label
yang keliru pada produknya dengan tujuan pengurangan biaya. Begitu juga manajemen
beberapa perusahaan sirnpan pinjam dituntut karena menggunakan harta perusahaan
untuk kepentingan pribadi mereka. Sebagai kesimpulan dari uraian ini dapat dikatakan
balrwa etika bisnis memerlukan tindakan-tindakan yang benar-benar nyata agar prinsip-
prinsip moral dalam berbisnis dapat diwujudkan. dan masyarakat tidak dirugikan oleh
tindakan-tindakan yang tidak etis dari sebuah bisnis.
b. Tujuan Etika dan Norma Norma Bisnis
Etika bisnis sangat dibutuhkan oleh semua pengusaha baru maupun pengusaha yang
sudah lama terjun di dunia bisnis. Tujuan etika bisnis bagi pengusaha adalah untuk
mendorong kesadaran moral dan memberikan batasan-batasan bagi para pengusaha atau
pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business
atau dirty business. Di mana, hal itu dapat merugikan banyak pihak yang terkait.
Dengan etika bisnis, para pelaku bisnis memiliki aturan yang dapat mengarahkan
mereka dalam mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik, sehingga dapat
diikuti oleh semua orang yang memercayai bahwa bisnis tersebut memiliki etika yang
baik. Memiliki etika bisnis juga dapat menghindari citra buruk seperti penipuan, serta
cara kotor dan licik. Etika bisnis yang baik juga secara signifikan bertujuan untuk
meningkatkan reputasi perusahaan, yang mempunyai pengaruh besar untuk menarik
dan mempertahankan stakeholder. Stakeholder yang dimaksud seperti
pelanggan, investor, dan karyawan serta meningkatkan penjualan.
c. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis dan Norma Norma Bisnis
 Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya
secara baik dan etis.
 Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan
masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga.
 Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis.

3
d. Manfaat Menerapkan Etika Bisnis dan norma-norma Bisnis
 Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen
akan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
 Citra perusahaan di mata konsumen baik.
Dengan citra yang baik maka perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan
produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan
 Meningkatkan motivasi pekerja.
Karyawan akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki citra yang
baik dimata perusahaan.
 Keuntungan perusahaan dapat di peroleh.
Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan
mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk
menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretik.
e. Peran Etika Bisnis dan Norma-Norma Bisnis
Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana
diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya
dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Menurut Richard De George, bila
perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu :
a) Memiliki produk yang baik
b) Memiliki managemen yang baik
c) Memiliki Etika
f. Kendala Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia
Keraf (1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
 Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara
pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala
cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti
memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan
memanipulasi laporan keuangan

4
 Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini
muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau
antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik
antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh
sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan
kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi
akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
 Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi
pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi
ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan
peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
 Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di
pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan.
Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-
norma etika.
 Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di
bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.
g. Hal-hal Yang Harus Diketahui Dalam Menciptakan Etika Bisnis.
 Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari
etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
 Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan
“kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
 Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi.

5
 Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki
terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
 Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan
“kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
h. Contoh Etika dan Norma-Norma Bisnis
 Menyebutkan Nama
Pengusaha yang mengerti etika bisnis, biasanya akan menyebutkan nama secara
lengkap ketika bertemu dengan orang baru. Hal ini penting dilakukan untuk
menunjukkan bahwa memiliki etika yang baik. Namun, jika nama terlalu panjang
untuk diucapkan, dapat menyingkatnya sedikit.
 Berdiri Saat Berkenalan
Selain menunjukkan kesopanan, berdiri saat memperkenalkan diri juga mempertegas
kehadiran kita. Namun, jika kondisinya tidak memungkinkan untuk berdiri, dapat
sedikit membungkuk. Dengan begitu, rekan bisnis akan melihat bahwa kita adalah
orang memiliki nilai positif dan memiliki citra baik.
 Ucapkan Terima Kasih
Ketika menghadiri suatu acara bisnis jangan pernah lupa untuk mengucapkan terima
kasih, misalnya “terima kasih sudah datang”. Namun, jangan pernah ucapkan kata
tersebut secara berlebihan. Dengan mengucapkan terima kasih secara berlebih, rekan
kerja akan memandang bahwa sangat membutuhkan bantuan dari mereka. Dan setelah
pertemuan selesai, ada baiknya untuk mengirimkan pesan dan mengucapkan terima
kasih melalui email atau media lainnya.
 Bayar Tagihan Ketika Mengundang
Terkadang pertemuan bisnis dilakukan di luar kantor, misalnya di sebuah kafe,
restoran, dan lain sebagainya. Sebagai tuan rumah yang mengundang pertemuan, ada
baiknya membayar tagihan tersebut. Jika rekan bisnis menolak karena alasan dia laki-
laki dan perempuan, pengundang pertemuan tetap harus membayarnya dan katakan
bahwa perusahaan akan menggantinya.

6
2. Prinsip – prinsip Etika dan Perilaku Bisnis

Menurut pendapat Michael josephson (1998) yang dikutip oleh zimmerer (1996: 27 –
28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu:

 Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh – sungguh, terus terang,
tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.
 Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hai,
berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat, dan
dapat dipercaya.
 Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh,
tidak menginteprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistic
dengan dalih ketidakrelaan.
 Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan Negara,
tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga dalam suatu
konteks professional, menjaga/melindungi kemampuan untuk membuat keputusan
professional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta
konflik kepentngan.
 Kewajaran/ keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui
kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan
toleran terhadap perbedaan, serta tidak bertindak melampaui batas atau mengambil
keuntungan professional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas
serta konflik kepentingan.
 Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong
– menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan
orang lain.
 Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan dan hak
menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak merendahkan dan
memperlakukan martabat orang lain.
 Warga Negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati hukum/aturan, penuh
kesadaran social, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
 Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam
pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan

7
kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta mempertahankan tingkat kompetensi
yang tinggi.
 Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab atas
keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh
Menurut Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai
berikut :
 Prinsip Otonomi
Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
 Prinsip Kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa
bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas
kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang
sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
 Prinsip Keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil
dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
 Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle)
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua
pihak.
 Prinsip Integritas Moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
3. Cara Cara Mempertahankan Standar Etika
Cara cara mempertahankan standar etika antara lain:
a. Ciptakan kepercayaan perusahaan dlm menetapkan nilai nilai perusahaan yg
mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik kepentingan
b. Kembangkan kode etik, catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip prinsip
etika yg diharapkan perusahaan dari karyawan. Kode etik biasanya memuat tentang:
o Ketulusan hati secara fundamental dan ketaatan pada hukum
o Kualitas dan keamanan produk
o Kesehatan dan keamanan tempat kerja

8
o Konflik kepentingan
o Praktek dan latihan karyawan
o Praktek pemasaran dan penjualan
o Keamanan /kebabasan
o Kegiatan berpolitik
o Pelaporan finansial
o Hubungan dengan pemasok
o Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak
o Jaminan dagang/ informasi orang dalam
o Pembayaran utk mendapatkan usaha
o Perlindungan lingkungan
o Informasi pemilikan
o Keamanan kemasan
c. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten, manajer harus mengambil tindakan
Bila karyawan mengetahui, bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka
kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
d. Lindungi hak perorangan, akhir dari setiap keputusan sangat bergantung pada
individu. Utk membuat keputusan, seseorang harus memiliki :
o Komitmen etika, yaitu tekad seseorang utk bertindak secara etis dan melakukan
sesuatu yg benar
o Kesadaran etika, kemampuan utuk merasakan implikasi etika dari
o Kemampuan kompetensi, kemampuan utk menggunakan suara pikiran moral dan
mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis
e. Adakan pelatihan etika --- workshop merupakan alat utk meningkatkan kesadaran
para karyawan
f. Lakukan audit etika secara periodik, merupakan cara terbaik utk mengevaluasi
efektivitas sistem etika
g. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan tidak ada
seorangpun yg dapat mengatur norma etika, tetapi manajer bisa saja membolehkan
orang utk mengetahui penampilan yg diharapkan
h. Hindari contoh etika yg tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan, atasan
harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kpd bawahannya.
i. Ciptakan budaya yg menekankan komunikasi dua arah yaitu utk menginformasikan
barang dan jasa yg dihasilkan dan menerima aspirasi utk perbaikan perusahaan.

9
j. Libatkan karyawan dlm mempertahankan standar etika, para karyawan diberi
kesempatan utk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika yg
dipertahankan.
 Tanggung Jawab Perusahaan
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial
perusahaan. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:83), etika sangat
berpengaruh pada tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial yang mencoba
menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial seperti
pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor. Tanggung jawab sosial
meyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda-beda. Menurut Zimmerer ada
beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu :
1. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan,
artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan,
misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha
mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan, menjalin komunikasi dengan
kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.
2. Tanggung Jawab Terhadap Karyawan. Menurut Ronald J. Ebert (2000:89) semua
aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti perekrutan, pengupahan,
pelatihan, promosi, dan kompensasi kesemuanya dalam rangka tanggung jawab
perusahaan terhadap karyawan. Menurut Zimmerer (2000) tanggung jawab
perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara :
 Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat mereka.
 Minta input kepada karyawan.
 Berikan umpan balik baik negatif maupun positif.
 Ceritakan selalu kepada mereka tentang kepercayaan.
 Biarkan mereka mengetahui sebenar-benarnya apa yang mereka harapkan.
 Berilah hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
Percayakanlah mereka.
3. Tanggung jawab Terhadap Pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1)
Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas, (2) Memberikan harga produk dan
jasa yang adil dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk
melindungi hak-hak pelanggan. Menurutnya ada 4 hak pelanggan, yaitu :

10
 Hak untuk mendapatkan produk yang aman.
 Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk.
 Hak untuk didengar.
 Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996) hak-hak pelanggan yang harus dilindungi
meliputi lima :
 Hak Keamanan. Barang dan Jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus
berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
 Hak untuk Mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa
yang mereka beli termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
 Hak untuk Didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk
menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan
berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
 Hak atas Pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya, pendidikan
tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus
menyediakan program pendidikan agar mereka tahu informasi barang dan jasa
yang akan dibelinya.
 Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi hak untuk
memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial
perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-
undang antitrust.
4. Tanggung Jawab Terhadap Investor. Tanggung jawab perusahaan terhadap Investor
adalah menyediakan pengembalian (return) investasi yang menarik diantaranya
dengan memaksimumkan laba. Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk
melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan setepat mungkin.
5. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap masyarakat sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan
kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada
dilokasi tersebut.

11
 Hubungan Stakeholder dalam Etika Bisnis

 Stakeholder dalam etika bisnis

Stakeholders dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan

permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya bilamana isu periklanan, maka

stakeholder dalam hal ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam isu periklanan,

seperti nelayan, masyarakat pesisir, pemilik kapal, anak buah kapal, pedagang ikan

,pengelah ikan, pembudidaya ikan, pemerintah, pihak swasta dibidang periklanan, dan

sebagainya. Stakeholder dalam hal ini juga dinamakan pemangkun kepentingan.

Lembaga-lembaga telah menggunakan istilah stakeholder ini secara luas kedalam

proses pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana stakeholder sering

dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan

suatu isi atau rencana

Stakeholder menurut definisinya adalah kelompok atau individu yang dukunganya

diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup

organisasi. Clarkson membagi stakeholder menjadi dua : Stakeholder primer dan

stakeholder sekunder.

 Stakeholder primer adalah ‘pihak dimana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan

organisasi tidak dapat bertahan.’ Contohnya Pemilik modal atau saham, kreditor,

karyawan, pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau rekanan. Menurut

Clarkson, suatu perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu

system stakeholder primer yang merupakan rangkaian kompleks hubungan antara

kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai hak, tujuan, harapan, dan

tanggung jawab yang berbeda. Perusahaan ini juga harus menjalin relasi bisnis

yang baik dan etis dengan kelompok ini.

 Stakeholder sekunder didefinisikan sebagai ‘pihak yang mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh perusahaan, tapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan

perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan hidup perusahaan.’

12
Contohnya Pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media

massa, kelompok pendukung, masyarakat. Perusahaan tidak bergantung pada

kelompok ini untuk kelangsungan hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi

kinerja perusahaan dengan mengganggu kelancaran bisnis perusahaan.

Pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompok

pendukung, masyarakat.

 Hubungan stakeholder dengan perusahaan

Sifat dari hubungan perusahaan dengan stakeholders mengalami perubahan dinamis

seiring berjalanya waktu. Beberapa pakar mengamati terjadinya pergeseran bentuk

dari yang semula tidak aktif (inactive), menjadi reaktif (reactive), kemudian berubah

lagi menjadi proaktif (proactive), dan akhirnya menjadi interaktif (interactive).

b. Pola hubungan stakeholder

Penjelasan mengenai pola hubungan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Hubungan tidak aktif (inactive); perusahaan meyakini bahwa mereka dapat

membuat keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangakan dampaknya

terhadap pihak lain.

2) Hubungan yang reaktif (reactive); perusahaan cenderung memepertahankan diri

(defensive), dan hanya bertindak ketika dipaksa melakukanya.

3) Hubungan yang proaktif (proactive); perusahaan cenderung berusaha untuk

mengantisipasi kepentingan-kepentingan para stakeholders. Biasanya perusahaan

memiliki departemen khusus yang berfungsi untuk mengidentifikasi isu-isu yang

menjadi perhatian para pemangku kepentinagan utama. Namun, perhatian mereka

dan para stakeholders dipandang sebagai suatu permasalahan yang perlu dikelola,

bukan dipandang sebagai suatu sumber keunggulan kompetitif.

4) Hubungan yang interaktif (interactive); perusahaan menggunakan pendekatan

bahwa perusahaan harus memiliki hubungan berkelanjutan yang saling

menghormati, terbuka, dan saling dipercaya dengan para pemangku

13
kepentinganya. Dengan demikian, perusahaan menganggap bahwa suatu

hubungan yang positif dengan para pemangku kepentingan adalah sumber nilai

dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

Hubungan perusahaan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders)

diharapkan bersifat interaktif (interactive). Dengan demikian, diharapkan interaksi ini

dapat membantu perusahaan mempelajari ekspektasi masyarakat, memperoleh keahlian

dari luar perusahaan, mengembangkan solusi kreatif, dan memenangkan dukunga

pemangku kepentingan untuk menerapkan berbagai solusi tersebut. Menurut Tunggal

(2009:63) perlu respon terhadap pemangku kepentinganpada era sekarang ini

dipertajam dengan meningakatkannya globalisasi perusahaan dan dengan munculnya

teknologo-teknologi yang mampu memfasilitasi komunikasi cepat pada pada skala

dunia. Suatu perusahaan dapat membuat sebuah pemetaan mengenai tipe pamangku

kepentinagan yang sedang dihadapi dengan menempatkan dimensi potensi dan dimensi

kerja sama untuk menentukan strategi untuk mengahadapi para pemangku kepentingan

tersebut.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika bisnis adalah bentuk aplikasi dari sebuah etika, yang tidak saja menganalisa
norma moral dan norma nilai, tetapi juga mengaplikasikan secara menyeluruh persoalan
etika di dalam organisasi, aktivitas dan pengajaran.
Prinsip – prinsip Etika dan Perilaku Bisnis yaitu Prinsip Integritas Moral, Prinsip
Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle), Prinsip Keadilan, Prinsip Otonomi
dan Prinsip Kejujuran.
Cara cara mempertahankan standar etika antara lain: Ciptakan kepercayaan
perusahaan dalam menetapkan nilai nilai perusahaan yg mendasari tanggung jawab
etika bagi pemilik kepentingan, Kembangkan kode etik, Jalankan kode etik secara adil
dan konsisten, Lindungi hak perorangan, Adakan pelatihan etika , Lakukan audit etika
secara periodik dan Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku

B. Saran
Diharapakn para pembaca dapat menjadikan referensi dalam pembelajaran tentang
wirausaha dan diharapkan dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga diharapkan adanya penyempurnaan dalam makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suryana. 2001. Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta.


https://media.neliti.com/media/publications/135519-ID-implementasi-etika-bisnis-
pada-pt-pendaw.pdf diakses pada 12 september 2019 pukul 20.00 WIB

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JEKO/article/download/774/475/ diakses pada


12 september 2019 pukul 21.00 WIB

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126015-RB06P31e-Etika%20bisnis-Literatur.pdf
diakses pada 12 september 2019 pukul 21.30 WIB

http://publication.petra.ac.id/index.php/manajemen-bisnis/article/download/6075/5573
diakses pada 12 september 2019 pukul 22.00 WIB

https://jurnalmanajemen.com/etika-bisnis/ diakses pada 12 september 2019 pukul 22.30


WIB

https://jurnal.unai.edu/index.php/jeko/article/download/529/411/ diakses pada 12


september 2019 pukul 20.00 WIB

https://journal.unesa.ac.id/index.php/bisma/article/download/2896/1873 diakses pada


12 septmber 2019 pukul 20.30 WIB

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8075/4.%20BAB%20II.pdf?se
quence=5&isAllowed=y diakses pada 12 september 2019 21.00 WIB

http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/intiqad/article/download/1079/1018 diakses pda 12


september 2019 pukul 20.40 wib

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Moerdiyanto,%20M.Pd./DIK
TAT%20MEMBANGUN%20ETIKA%20BISNIS%20KEWIRAUSAHAAN-4.pdf
diakses pada 12 september 2019 pukul 23.00 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai