Anda di halaman 1dari 109

CURRICULUM VITAE

Nama : Dr. NURIFAH, Sp.A


T/Tgl. Lahir : Padang / 06 Januari 1969
Status : K/4
Unit Organisasi : RS Bayangkara Tk I Raden Said Sukanto
Jabatan : Dokter Anak

Riwayat Pekerjaan : 1. Puskesmas KTK Kotamadya Solok Sumatera Barat


(1995 s/d 1998)
2. RSUD Kerinci Propinsi Jambi (1999 s/d 2002)
3. RS Bayangkara Tk I Raden Said Sukanto (2007
s/d sekarang)

Riwayat Pendidikan : ◼ S1 (Fak. Kedokteran Univ. ANDALAS PADANG)


Tahun 1987 - 1995
◼ S2 (Pendidikan Spesialis Anak Univ. INDONESIA)
Tahun 2002 - 2007
GAWAT DARURAT
PADA NEONATUS
D R N U R I FA H , S P. A
Asfiksia Neonatorum
Definisi Asfiksia

• Asfiksia neonatorum adalah:


kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau segera setelah lahir
• Penyebab kematian neonatal tertinggi, sekitar 27% (SKRT)
• Terjadi antepartum, intrapartum atau postpartum
• Asfiksia mengakibatkan kecacatan
Bayi baru lahir

• 10% butuh bantuan untuk mulai bernafas saat lahir


• Kurang 1% butuh tindakan resusitasi ekstensif supaya selamat
• Kurang lebih 90% menjalani transisi intrauterin ke ekstrauterin
tanpa kesulitan
Fase transisi sistem pernafasan
Penilaian APGAR
Klasifikasi Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia ringan-sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal dengan nilai APGAR 7-10

Skor APGAR dinilai pada:


• Menit ke-1: menentukan seberapa jauh diperlukan
tindakan resusitasi
• Menit ke-5: menilai prognosis neurologis
Prawirohardjo 2002
Nilai APGAR

• Apgar merupakan metode obyektif


– Memberikan gambaran kondisi bayi secara umum
– Respon terhadap resusitasi
• Resusitasi harus segera dimulai sebelum menit ke-1
• Apgar tidak digunakan untuk menentukan perlunya dilakukan
resusitasi
• Resusitasi ditentukan oleh 3 elemen
– Pernafasan
– Frekuensi jantung
– Warna kulit
• Tonus otot dan reflex menggambarkan status neurologis
Penyebab Asfiksia

• Faktor ibu
• Faktor plasenta dan
tali pusat
• Faktor bayi
Faktor ibu

• Preeklampsia dan eklampsia


• Pendarahan abnormal:
plasenta previa atau solusio plasenta
• Partus lama atau partus macet
• Demam selama persalinan Infeksi berat:
malaria, sifilis, TBC, HIV
• Kehamilan Lewat Waktu (> 42 minggu)
Faktor plasenta dan
tali Pusat

1. Infark plasenta
2. Hematom plasenta
3. Lilitan tali pusat
4. Tali pusat pendek
5. Simpul tali pusat
6. Prolapsus tali pusat
Faktor Bayi

1. Bayi prematur (<37 minggu kehamilan)


2. Persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
3. Sungsang, bayi kembar, distosia bahu
4. Kelainan kongenital
5. Air ketuban bercampur mekonium (warna
kehijauan)
Gejala dan Tanda-tanda
Asfiksia

• Tidak bernafas
• Nafas megap-megap
• Warna kulit kebiruan
• Kejang
• Penurunan kesadaran
Tanda tanda gawat janin

1. Denyut jantung janin


Tanda bahaya:
• Fekuensi <100 denyut permenit di luar his
• Denyut tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban →gangguan oksigenasi
3. Pemeriksaan pH darah janin: pH <7,2

akhiri kehamilan
Resusitasi Neonatus
Prinsip resusitasi yang berhasil

Menilai dengan benar

Mengambil keputusan dengan tepat

Melakukan tindakan dengan tepat dan cepat

Mengevaluasi hasil tindakan


Anggota tim resusitasi

• Minimal 1 sampai 4 orang, sesuai tingkat risiko kelahiran


• Komunikasi efektif
• Pembagian tugas yang jelas
• Mengurangi kesalahan dalam resusitasi
Penolong pertama (kapten)

• Sebagai pemimpin resusitasi


• Posisi diatas kepala bayi
• Punya pengetahuan dan kompetensi yang paling tinggi dan
lengkap serta dapat menginstruksikan tugas pada anggota tim
lainnya
• Tanggung jawab utama: ventilasi (airway dan breathing)
Penolong kedua

• Sebagai asisten sirkulasi


• Posisi sisi kiri bayi
• Tanggung jawab utama: sirkulasi bayi
– Mendengarkan laju denyut jantung bayi
– Mengatur kebutuhan tekan inspirasi positif (PIP) dan fraksi
oksigen (FiO₂)
– Memberikan kompresi jantung
– Memasang kateter umbilical untuk resusitasi cairan
Penolong ketiga

• Sebagai asisten peralatan dan obat


• Posisi sisi kanan bayi
• Tanggung jawab utama:
– Menyalakan tombol pencatat waktu
– Memasang monitor saturasi
– Menyiapkan peralatan suction
– Persiapan obat obat dan alat lainnya
Persiapan kelahiran
Ruangan yang optimal:
AC jangan diatas tempat tidur bayi

Suhu ruangan 24-26⁰C (sejuk)

Angin tidak kencang

Meja resusitasi, pemanas, handuk hangat

Tersedia alat resusitasi yang memadai

Inkubator hangat
Peralatan dan Perlengkapan Resusitasi

• Kain / handuk 3 helai:


mengeringkan, membungkus dan mengganjal bahu bayi
• Alat penghisap lendir
• Alat pemancar panas
• Selang oksigen dan sumber oksigen
• Oksimeter dan probe oksimeter, stetoskop
• Tabung atau balon dan sungkup neonatal
• Laringoskop dengan bilahnya, lampu dan baterai
• Pipa endotrakeal, pipa orogastrik
• Jam atau pencatat waktu
Alur resusitasi
Penilaian bayi baru lahir

Bernafas atau menangis? ya Perawatan rutin


Tonus baik • Pastikan bayi tetap
hangat
• Keringkan bayi
• Lanjutkan observasi
pernafasan, laju
denyut jantung dan
tonus
Apakah bayi bernafas atau menangis
• Perhatikan dada bayi
• Tidak ada usaha nafas/megap megap →perlu intervensi
• Merintih → Perlu intervensi
Apakah tonus otot baik
Tonus otot baik: fleksi dan bergerak aktif
Penilaian bayi baru lahir

Bernafas atau menangis? ya Perawatan rutin


Tonus baik • Pastikan bayi tetap
hangat
• Keringkan bayi
• Lanjutkan observasi
pernafasan, laju
denyut jantung dan
tonus

Keterangan:
Pada bayi dengan
berat≤1500 gram, bayi
langsung dibungkus plastik
bening tanpa dikeringkan
terlebih dahulu kecuali
wajahnya, kemudian
dipasangkan topi. Bayi tetap
dapat distimulasi walaupun
dibungkus plastik
Cara memberikan kehangatan

Pemancar panas

➢ Gunakan sinar lampu untuk pemanasan luar


➢ Keringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak
➢ Bungkus bayi dengan kain kering
Resusitasi

ABCD
• Airway (posisikan dan bebaskan jalan nafas)
• Breathing (rangsang bayi untuk bernafas)
• Circulation (nilai frekuensi jantung dan oksigenasi)
• Drug (obat)
Airway (A)
Bernafas atau menangis?
Tonus baik

tidak
Langkah awal: (nyalakan pencatat waktu)
• Pastikan bayi tetap hangat
30 detik

• Atur posisi dan bersihkan jalan nafas Keterangan:


• Keringkan dan stimulasi Pada bayi dengan
• Posisikan kembali berat≤1500 gram, bayi
langsung dibungkus plastik
bening tanpa dikeringkan
terlebih dahulu kecuali
Observasi usaha nafas, laju denyut wajahnya, kemudian
jantung (LDJ), dan tonus otot dipasangkan topi. Bayi tetap
dapat distimulasi walaupun
dibungkus plastik

30 detik pertama
Posisi kepala
Membuka jalan nafas:
posisi farings, larings dan trakea berada pada satu garis lurus
Pembersihan jalan nafas

➢ Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir


dan cairan amnion
➢ Kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga
memudahkan keluarnya lendir

Penghisapan dari mulut baru


kemudian dari hidung

Wiknjosastro (2005)
Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

➢ Menepuk atau menyentil telapak kaki


➢ Menggosok punggung, tubuh dan ektremitas

Wiknjosastro (2005)
Mekoneum pada air ketuban

Terdapat mekoneum

ya
tidak
Bayi bugar?*

tidak
ya
Lakukan penghisapan mulut dan trakea

Lanjutkan tindakan langkah awal: Bugar:


• Bersihkan sekresi dari mulut dan • usaha nafas kuat
hidung • Tonus otot baik
• Keringkan, rangsang pernafasan, • FD>100dpm
posisikan lagi
Ventilasi (B)
Observasi usaha nafas, laju denyut jantung dan tonus otot

Tidak bernafas/megap megap, Bernafas spontan


dan atau
30 detik

LDJ< 100x/menit

Distress nafas Sianosis sentral


(takipnu, retraksi persisten
atau merintih) Tanpa distress nafas
Ventilasi Tekanan
Positif (VTP) Continuous Positive
Pertimbangkan
Pemantauan SpO2 Airway Pressure (CPAP)
PEEP 5-8 cmH2O suplementasi oksigen
Pemantauan SpO2 Pemantauan SpO2
30 detik kedua
Target Spo2 pra-Ductus
Keterangan:
Setelah lahir
Apabila laju denyut jantung > 100x/menit 1 menit 60-65%
dan target saturasi oksigen tercapai 2 menit 65-70%
• Tanpa alat→ lanjutkan ke perawatan 3 menit 70-75%
observasi 4 menit 75-80% oksimeter
• Dengan alat→ lanjutkan ke perawatan 5 menit 80-85%
pasca resusitasi 10 menit 85-95%
Sungkup untuk VTP

Sungkup harus
menutupi:
• Ujung dagu
• Mulut
• hidung
Balon yang digunakan untuk VTP
Balon mengembang sendiri
T-piece resuscitator

Aliran gas diatur


oleh flowmeter

Tekanan tampak
pada manometer
Pintu masuk oksigen
Tekanan diatur dengan
penyesuaian katup Balon tidak mengembang
pengatur aliran agar
oksigen dapat keluar sendiri
Oksigen yang diinginkan
mengalir ke bayi
Balon yang digunakan untuk VTP
1. Balon mengembang sendiri

• Tanpa oksigen balon mengembang


kembali setelah diremas berisi
udara kamar (konsentrasi 21%)
• Bila dialirkan oksigen 100%
• Tanpa reservoir akan bercampur
menjadi konsentrasi 40%
• Dengan reservoir oksigen
mengalirkan oksigen 21%-100%
tergantung pengaturan blender
• Tidak dapat memberikan oksigen
aliran bebas
2. Balon tidak mengembang sendiri Aliran gas diatur
oleh flowmeter
Tekanan tampak
• Perlu sumber gas pada manometer

bertekanan
Tekanan diatur dengan
• Balon gagal Pintu masuk penyesuaian katup
mengembang: oksigen pengatur aliran agar
oksigen dapat keluar
1. Sungkup tak melekat
baik pada wajah Oksigen yang
diinginkan
2. Balon robek mengalir ke
bayi
3. Katup pengatur aliran
terbuka terlalu lebar
4. Alat pengukur tekanan
tak terpasang, pipa • Tekanan 40 cmH2O
dari sumber gas • Dapat memberikan oksigen aliran bebas
terlepas atau • Bisa berfungsi sebagai CPAP
tersumbat • Bila gas mengalir terlalu tinggi terjadi
• Aliran udara 5-10L/menit risiko pneumothoraks
3. T-piece resuscitator
• Tekanan yang diatur:
1. Tekanan puncak inspirasi (TPI)
dengan menyumbat “kap” TPAE
dengan jari
• Bayi cukup bulan maksimum 40
cm H2O
• Bayi premature maksimum 30
cm H2O
2. Tekanan positif akhir ekspirasi
(TPAE) dengan melepas “kap” TPAE
→ 5 cmH2O
• Putar flowmeter (5-15L/menit)
• Perlu sumber gas bertekanan
• Oksigen aliran bebas diberikan
dengan menutup “kap” TPAE
Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)

T piece resuscitator Simple Bubble CPAP dengan


di kamar bersalin single nasal prong di ruang
perawatan
4-8 L/mnt

PEEP 5-8 cmH2O


Bayi merintih PEEP 7 cmH2O, observasi
Jika masih retraksi →PEEP 8 cmH2O
Cara melakukan VTP
Penilaian keberhasilan VTP

• Adanya suara nafas bilateral


• Gerakan dada
• Frekuensi jantung meningkat >100x/menit (pada bayi
prematur frekuensi jantung bisa meningkat tanpa gerakan
dada yang jelas)
• Saturasi oksigen membaik
• Mulai terjadi pernafasan spontan
Penilaian keberhasilan VTP

Pengembangan dada adekuat?

Ya tidak

Dada mengembang
adekuat Bila dada tidak
namun LDJ <60x/menit mengembang adekuat
Evaluasi:
VTP (oksigen 100%) • Posisi kepala bayi
Kompresi dada • Obstruksi jalan
nafas
Pertimbangkan intubasi • Kebocoran sungkup
• Tekanan puncak
Observasi LDJ dan inspirasi cukup atau
usaha nafas tiap 30 tidak
detik
Tindakan bila terjadi kegagalan VTP
SR IBTA
Tindakan Langkah Koreksi
S Sungkup melekat rapat Pastikan sungkup melekat rapat di wajah
R Reposisi jalan nafas Kepala pada posisi menghidu (setengah tengadah)
I Isap mulut dan lendir Periksa sekresi, isap jika ada
B Buka mulut Ventilasi dengan mulut bayi sedikit terbuka dan
angkat dagu kedepan
T Tekanan dinaikkan Naikkan tekanan bertahap setiap beberapa nafas,
sampai terdengar suara nafas bilateral dan
tampak gerakan dada pada setiap nafas
A Alternatif jalan nafas Pertimbangkan intubasi endotrakeal atau sungkup
laring
Sirkulasi (C)
Kompresi dada
Pengembangan dada adekuat?
Indikasi kompresi dada
• Frekuensi jantung
Setiap 30 detik nilai LDJ dan usaha nafas dan tonus

Ya tidak tetap <60 x/mnt,


Dada mengembang
setelah 30 detik
adekuat Bila dada tidak dilakukan VTP efektif
namun LDJ <60x/menit mengembang adekuat
Evaluasi: • Evaluasi keberhasilan
• Posisi kepala bayi
VTP (oksigen 100%)
Kompresi dada • Obstruksi jalan ventilasi
nafas
Pertimbangkan intubasi • Kebocoran sungkup
• Tekanan puncak
Observasi LDJ dan inspirasi cukup atau Intubasi endotrakeal pada
usaha nafas tiap 30 tidak langkah ini dapat
detik dipertimbangkan bila VTP
tidak efektif atau telah
dilakukan selama 2 menit
60 detik kedua
Kompresi dada

• Posisi menghadap dada bayi


• Lokasi 1/3 bagian bawah tulang dada
• Tekanan 1/3 diameter antero posterior
• Teknik:
• 2 Ibu jari kiri dan kanan
• 2 jari:
• Telunjuk dan jari tengah
• Jari tengah dan jari manis
Teknik dua ibu jari
Teknik dua jari
Koordinasi kompresi dada dan ventilasi

“satu dua tiga Pompa”

Orang 1:
Kompresi
dada

Orang 2:
Ventilasi
tekanan-positif
I-------------------------------------- 2 detik (1siklus) --------------------------------------------I

➢ Kompresi dada dilakukan dalam 45-60 detik


➢ Rasio kompresi dada : Ventilasi dalam 1 menit 3:1
➢ Satu siklus terdiri dari 3 kompresi dada 1 Ventilasi
➢ Dalam 60 detik terdapat 120 kegiatan:
• 90 kali kompresi dada
• 30 kali Ventilasi
Komplikasi Kompresi Dada

• Laserasi hepar
• Fraktur tulang iga
• Pneumothoraks
OBAT (D)
Pertimbangkan intubasi
Kompresi dada
Koordinasikan dengan VTP

FD dibawah
60 dpm?

Ya

Epinefrin IV

• Berikan epinefrin sambil melakukan ventilasi dan kompresi dada


• Epinefrin 1:10.000 secepatnya
• Dosis:
• 0,1-0,3 mL/kg IV (setara dengan 0,01-0,03 mg/kg)
• 0,5-1 mL/kg melalui endotrakeal
OBAT
Evaluasi:
• Apabila frekuensi jantung masih <60 x/mnt, kompresi dada
dilanjutkan dan pemberian obat diulangi lagi
• Setelah frekuensi jantung membaik dan meningkat >60 x/mnt,
kompresi dada dihentikan
• VTP tetap dilanjutkan hingga frekuensi jantung >100 x/mnt
dan bayi mulai bernafas
Pemantauan pasca resusitasi

• Tunda rawat gabung


• Pantau tanda vital
→ Frekuensi jantung, SpO2, tekanan darah
• Pertahankan suhu tubuh hangat
• Periksa kadar gula darah
• Beri vit K
Waktu yang tepat merujuk pasien:

• Ante partum pada ibu resiko tinggi/komplikasi


• Fasilitas puskesmas tak lengkap
• Bayi tak memberi respon baik dengan resusitasi
HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia

• Definisi : kadar gula darah <45 mg/dl


• Insidens meningkat pada bayi risiko tinggi
• Glukosa merupakan bahan yang sangat penting untuk
metabolisme neuron
Penyebab

• Produksi glukosa dan


cadangan glukosa kurang
• Pemakaian glukosa yang
berlebihan
• Kombinasi dari keduanya
Bayi yang berisiko mengalami hipoglikemia

• Bayi stres selama


• Bayi sakit
kehamilan atau
• Bayi puasa
persalinan
• Bayi lebih bulan
• Ibu menderita DM,
• BBLR atau KMK
perokok, mendapat
• Makrosomia
obat ( terbutaline,
• Paska asfiksia
propranolol,
• Polisitemia
hipoglikemia oral)
Gejala Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia

• Tanpa gejala sampai usia dua hari


• Asimptomatik
• Tidak spesifik
• Gejala berkaitan dengan komponen
neurogenik dan neuroglikopenik berat
Neurogenik
Akibat aktivasi sistim syaraf outonom
(adrenergik atau kolinergik)

Gemetar Takikardi

Lapar Pucat hipotermi


Neuroglikopenik

Akibat turunnya kadar glukosa


serebral dan penggunaan oksigen

• Letargi • Asupan makan sulit


• Gelisah • lemah
• Kejang • Hight-pitched-cry
• Sianosis • Floppiness
• Takipnu • Eyerolling
• Episodik apnu • Lip smacking
Pemeriksaan penunjang

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan:

Kadar glukosa plasma


Tatalaksana

• Tujuan pengobatan adalah:


mempertahankan kadar glukosa plasma >60 mg/dL
• Penanganan dilakukan bila kadar glukosa plasma <45 mg/dL
• Pemantauan sebaiknya dilanjutkan setiap 3 jam sampai
kadar glukosa darah sebelum minum mencapai normal dan
lanjutkan tiap 12 jam
• Skrining glukosa dihentikan setelah 2 kali didapatkan kadar
glukosa normal
Pencegahan

• Pasien sadar, dapat minum dan menelan dengan baik


• ASI atau susu formula
• Pemberian ASI sedini mungkin (IMD), selanjutnya
sesuai keinginan bayi
• Pemberian minum yang sering
→ 10-12 kali dalam 24 jam pertama
Tatalaksana Intravena

• Pasien tidak sadar


• Tidak dapat menelan dan minum dengan baik
• Terdapat gejala hipoglikemia
• Dekstosa 10% 2 ml/kgBB dibolus dengan
kecepatan 1 ml/menit
• Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan 3-5
ml/kgbb/jam, dengan glukosa infusion rate (GIR)
6-8 mg/kg/min
Prognosis

• Tergantung penyebab dan cepatnya pemberian terapi


• Kerusakan otak menetap, bila:
• Terapi terlambat, khususnya pada bayi kecil dan prematur
• Hipoglikemia berlangsung lama atau berulang
• Bila disertai hipoksemia dan iskemia
Hipotermi
Definisi

Hipotermia adalah:
suhu tubuh kurang 35, 5ºC per rektal (36, 5ºC per aksila)
Etiologi Hipotermi
• Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik
Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat
setelah kelahiran karena lingkungan eksternal lebih
dingin daripada lingkungan di dalam uterus
• Belum bisa mempertahankan suhu tubuh pada masa
stabilisasi 6-12 jam setelah lahir
• Lemak subkutan terbatas dan area permukaan kulit yang
besar dibandingkan berat badan → mudah menghantarkan
panas pada lingkungan
Mekanisme kehilangan panas
1. Evaporasi adalah:
• Kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi
• Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi
setelah lahir karena bayi tidak cepat dikeringkan atau terjadi
setelah bayi dimandikan
2. Konduksi adalah:
• Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin
• Bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau
timbangan yang dingin
Mekanisme kehilangan panas
3. Radiasi adalah:
• Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat
benda yang mempunyai temperatur lebih rendah
• Bayi akan mengalami kehilangan panas meskipun benda yang
lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan
tubuh bayi
4. Konveksi:
Kehilangan panas karena aliran udara di sekeliling
Misal: bayi diletakkan dekat pintu / jendela terbuka
Gejala Hipotermi

• Kurang aktif
• Menangis lemah
• Tidak kuat menghisap asi
• Malas minum/menyusu
• Mengantuk
• Menggigil
• Muka berwarna merah terang
• Ujung jari tangan dan kaki kebiruan
Gejala Hipotermi

• Kulit pucat dan dingin


• Kaki dan tangan lebih dingin dibandingkan dada
• Denyut jantung menurun
• Kutis marmorata →kulit berwarna tidak rata
• Sklerema →kulit mengeras, merah dan timbul edema
terutama pada punggung, kaki dan tangan
Pengukuran suhu tubuh

• Bayi sakit tiap jam


• Bayi BBLR tiap 12 jam
• Bayi stabil tiap hari

Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian

• 1500-2000 g 28-30⁰C
• >2000 g 26-28⁰C
Tatalaksana hipotermia
1. Prinsip:
• Stabilkan suhu tubuh dengan menggunakan selimut
hangat
• Tempatkan pasien di ruangan yang hangat
2. Suhu dinaikkan 0,5-1°C tiap jam
3. Penanganan hipotermi dengan pemberian panas yang
mendadak bisa menyebabkan apnea
Pencegahan Hipotermia
• Di kamar bersalin
• Bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya
panas tubuh akibat penguapan
• Bungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala
• Pakai pakaian dan selimut yang disetrika
• Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi
maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya
penghangat atau lampu pijar 40 - 60 watt
• Jalan nafas harus tetap terjaga dan cukup oksigen
• Melaksanakan metode kangguru
Komplikasi Hipotermia

• Hipoglikemi, asidosis metabolik


→ karena vasokonstriksi perifer dengan
metabolisme anaerob
• Kebutuhan oksigen meningkat
• Metabolisme meningkat sehingga mengganggu
pertumbuhan
• Perdarahan pulmonal
• Perdarahan intra ventrikular
HIPERBILIRUBINEMIA NEONATUS
• Istilah:
Hiperbilirubinemia/ Ikterus/ Jaundice
• Definisi hiperbilirubinemia:
warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa
akibat penumpukan bilirubin tak terkonjugasi (indirek)
pada jaringan
• Ikterus pada neonatus akan terlihat bila kadar bilirubin serum
>5 mg/dL
• Sebagian besar fisiologis dan tidak membutuhkan terapi
khusus
• Laki laki > perempuan (etio ?)
• Transient:
– Pada bayi cukup bulan (50-70%)
– Bayi prematur (80-90%)
• Punya potensi toksik → Kernikterus
• Perlu panduan yang jelas agar tidak terjadi
overdiagnosis maupun underdiagnosis
Diagram metabolisme bilirubin
Hiperbilirubinemia fisiologis

• Bayi prematur awitan ikterus terjadi lebih dini usia 2 hari,


menghilang sekitar 2 minggu
• Bayi cukup bulan awitan ikterus pada usia 3 hari dan
menghilang setelah 1 minggu
Hiperbilirubinemia patologis

• Timbul usia <24 jam


• Ikterus yang membutuhkan fototerapi
• Peningkatan bilirubin serum >5 mg/dL/24 jam
• Peningkatan kadar bilirubin direk > 2 mg/dL
atau > 20 % dari bilirubin serum total (BST)
• Ikterus menetap >2 minggu
• Bayi menunjukkan tanda sakit (muntah, letargi, kesulitan
minum, penurunan BB, apnu, takipnu, instablilitas suhu)
Faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia
Diagnosis
Anamnesis…
• Faktor risiko pada bayi
• Riwayat sakit selama kehamilan
• Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi ibu
→sulfonamida : menggeser ikatan bilirubin albumin
• Hemolisis pada bayi dengan defisiensi G6PD
→ (sulfonamida, nitrofurantoin, antimalaria)
• Riwayat persalinan traumatik → perdarahan atau
hemolisis
• Bayi asfiksia
– Ketidakmampuan hati memetabolisme bilirubin
– Perdarahan intrakranial
Anamnesis…
• Keterlambatan klem tali pusat
• Pemberian nutrisi parenteral total
• Pemberian air susu ibu (ASI)
a. Breastfeeding jaundice (BFJ)
• Kurang asupan ASI
• Timbul pada hari ke-2 atau ke-3
b. Breast-milk jaundice (BMJ)
• Ikterus yang disebabkan oleh ASI
• Insidens pada bayi cukup bulan 2-4%
Pemeriksaan fisis
• Observasi warna kulit dengan cara penekanan jari pada
kulit
• Menggunakan cahaya matahari
• Ikterus dimulai dari kepala dan meluas secara
sefalokaudal
• Inspeksi visual tidak dapat dijadikan indikator untuk
memprediksi kadar bilirubin serum
Pemeriksaan fisis…
• Prematuritas, KMK
• Infeksi intrauterin: mikrosefali, KMK
• Perdarahan ekstravaskular: memar, sefalhematom
• Pucat: anemia hemolitik atau kehilangan darah
ekstravaskular
• Petekie: infeksi kongenital, sepsis, atau eritroblastosis
• Hepatosplenomegali: anemia hemolitik, infeksi kongenital
• Omfalitis
• Korioretinitis: infeksi kongenital
• Tanda hipotiroid
Pemeriksaan penunjang
• Bilirubin serum total
• Bilirubin serum direk:
• Bila ikterus menetap sampai usia >2 minggu
• Curiga adanya kolestasis
• Bayi dari ibu dengan Rhesus negatif segera setelah lahir :
– Pemeriksaan golongan darah
– Rhesus
– Direct Coombs’ test
• Kadar enzim G6PD
• Pada ikterus yang berkepanjangan:
→ uji fungsi hati, pemeriksaan urin untuk mencari infeksi
saluran kemih, serta pemeriksaan untuk mencari infeksi
kongenital, sepsis, defek metabolik, atau hipotiroid
Derajat ikterus menurut Kramer
Kern ikterus

• Definisi:
kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak
• Bilirubin indirek bersifat sukar larut dalam air tapi mudah
larut dalam lemak →dapat menembus darah otak
• Timbul apabila kadar bilirubin indirek > 20 mg/dl
Gejala Kern ikterus
• Gejala klinik pada permulaan tidak jelas
• Bayi tidak mau menghisap, malas minum
• Letargi
• Mata berputar-putar
• Gerakan tidak menentu (involuntary movements)
• Tonus otot meninggi, leher kaku
• Pada umur lebih lanjut:
• Ketulian pada nada tinggi
• Gangguan bicara
• Retardasi mental
Tata laksana

• Sesuai etiologi
• Eliminasi obat atau faktor yang mengganggu

Integritas Ikatan
Metabolisme
sawar darah bilirubin-
bilirubin
otak albumin
Penanganan BFJ

• Pantau jumlah ASI yang diberikan


• Pemberian ASI sejak lahir minimal 8 kali sehari
• Pemberian air putih, air gula, dan formula pengganti
tidak perlu
• Pantau kenaikan BB serta frekuensi BAK dan BAB
• Tambah volume cairan dan stimulasi produksi ASI
dengan melakukan pemerasan payudara
Fototerapi

• Sejak tahun 2004 AAP merekomendasikan fototerapi intensif


sebagai terapi hiperbilirubinemia pada neonatus
• Menurunkan lebih cepat dibandingkan fototerapi
konvensional
• Menurunkan kadar bilirubin serum total 2,5 mg/dL dalam
waktu 24 jam (16,3% )

Ayu dkk
Fototerapi

• Cut off point memberikan terapi sinar pada:


• Bayi cukup bulan dengan BST ≥ 15 mg/dL
• Bayi prematur dengan BST ≥12 mg/dL
• Pemberian cairan parenteral bila terdapat dehidrasi atau
sepsis
• Penghentian terapi sinar:
kadar BST di bawah nilai cut off point patologis
Fototerapi Ganda

• Tujuan:
meningkatkan intensitas sinar
• Cara:
meletakkan sumber sinar di atas dan di
bawah neonatus
Tabel 1. Petunjuk penatalaksanaan hiperbilirubinemia pada bayi
sehat cukup bulan berdasarkan AAP
Tabel 2. Petunjuk penatalaksanaan hiperbilirubinemia
berdasarkan BB dan bayi sehat
Efek samping fototerapi
• Panas
• Dehidrasi
• Menggigil
• Peristaltik usus meningkat
▪ Diare
▪ Buang air besar lembek
• Ruam makular eritematosa
• Kulit menjadi berwarna coklat keabu-buan dan gelap
• Berkurangnya interaksi ibu dengan bayi

Anda mungkin juga menyukai