Anda di halaman 1dari 18

Neng Bidan - Kehamilan dan Persalinan

Menambah pengetahuan tentang masa kehamilan dan proses persalinan dengan study ilmu
kebidanan

 Home
 Daftar Isi
 Download
 Contact Us

Selasa, 03 April 2012


Browse » Home » APN , Asuhan Kebidanan , Asuhan Persalinan , Patologi » Prosedur
Resusitasi Bayi Baru Lahir

Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir

Resusitasi bayi baru lahir


sumber gambar: midwifethinking.com
Prosedur resusitasi bayi baru lahir merupakan bagian dari asuhan Kala Dua untuk penolong
tunggal persalinan dan menjadi pelengkap untuk bayi dengan risiko tinggi Asfiksia.
Langkah-langkah dan kegiatan dalam melakukan tindakan prosedur resusitasi bayi baru lahir:

Persiapan
Langkah 1

Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap digunakan pada setiap persalinan.
Penolong telah mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan DTT/ steril. Persiapan lainnya
adalah sebagai berikut:

1. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat


2. 3 lembar handuk atau kain bersih dan kering
o Untuk mengeringkan bayi
o Untuk menyelimuti tubuh dan kepala bayi
o Untuk ganjal bahu bayi
3. Alat pengisap lendir
o Bola karet bersih dan kering
o Pengisap DeLee DTT/ steril
4. Alat penghantar udara/ oksigen
5. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm
6. Jam
7. Stetoskop

Penilaian bayi baru lahir dan segera setelah lahir


Langkah 2

1. Sebelum lahir:
o Apakah bayi cukup bulan?
o Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium?
2. Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan)

Sambil menempatkan bayi diatas perut atau dekat perineum ibu, lakukan penilaian (selintas):

o Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap?


o Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak dengan aktif?

Keputusan untuk melakukan resusitasi


Langkah 3

Lakukan resusitasi jika pada penilaian terdapat keadaan sebagai berikut:

1. Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap tak bernapas dan atau tonus otot
bayi tidak baik. bayi lemas – Potong tali pusat, kemudian lakukan langkah awal resusitasi
2. Jika air ketuban bercampur mekonium:
Sebelum melakukan langkah awal resusitasi, lakukan penilaian, apakah bayi menangis
atau bernapas/ tidak megap-megap.
Jika menangis atau bernapas/ tidak megap-megap, klem dan potong tali pusat dengan
cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian lakukan langkah awal resusitasi.
Jika megap-megap atau tidak bernapas, lakukan pengisapan terlebih dahulu dengan
membuka lebar, usap mulut dan isap lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan
cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian dilakukan langkah awal
resusitasi.

Tindakan resusitasi
Langkah awal
Sambil memotong tali pusat, beritahu ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami masalah sehingga
perlu dilakukan tindakan resusitasi, minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta
mereka ikut membantu mengawasi ibu.

Langkah 4

Selimuti bayi dengan handuk/ kain yang diletakkan di atas perut ibu, bagian muka dan dada bayi
tetap terbuka.

Langkah 5

Pindahkan bayi ke tempat resusitasi

Langkah 6

Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal
bahu (gunakan handuk/ kain yang telah disiapkan dengan ketebalan sekitar 3 cm dan dapat
disesuaikan).

Langkah 7

Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir di mulut sedalam <5 cm dan kemudian hidung
(jangan melewati cuping hidung).

Langkah 8

Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka/ dada/ perut/ punggung bayi sebagai
rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang bersih
dan kering. Selimuti bayi dengan kain kering, Bagian wajah dan dada terbuka.

Langkah 9

Reposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas.


Perhatikan, Langkah 4 s.d. 9 dilakukan dalam waktu <30 detik.

Langkah 10

Nilai hasil awal, buat keputusan dan lakukan tindakan:

 Jika bayi bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, lakukan asuhan pasca
resusitasi
 Jika bayi tidak bernapas spontan atau napas megap-megap, lakukan ventilasi.

Ventilasi
Langkah 11

Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup ataupun dengan balon dan sungkup.
Jika menggunakan tabung dan sungkup:

1. Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan hidung penolong kemudian dihembuskan
lagi ke jalan napas bayi melalui mulut-tabung-sungkup
2. Untuk memasukkan udara baru, penolong harus melepaskan mulut dari pangkal tabung
untuk menghirup udara segar dan baru memasukkannya kembali ke jalan napas bayi (bila
penolong tidak melepaskan mulutnya dari pangkal tabung, mengambil napas dari hidung
dan langsung meniupkan udara, maka yang masuk adalah udara ekspirasi dari paru
penolong)
3. Jika menggunakan balon sungkup udara dimasukkan ke bayi dengan meremas balon.

Langkah 12

Pastikan bagian dada bayi tidak terselimuti kain agar penolong dapat menilai pengembangan
dada bayi waktu peniupan udara/ peremasan balon.

Langkah 13

Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan perlekatan sungkup dan wajah
bayi).

Ventilasi Percobaan

Langkah 14

Tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali dengan tekanan 30 cm air mengalirkan udara ke
jalan napas bayi
Perhatikan gerakan dinding dada

1. Naiknya dinding dada mencerminkan mengembangnya paru dan udara masuk dengan
baik
2. Bila dinding dada tidak naik/ mengembang periksa kembali:
o Perlekatan sungkup, adakah kebocoran?
o Posisi kepala, apakah dalam posisi menghindu?
o Apakah ada sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut atau hidung?

Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan

Ventilasi Definitif/ Lanjutan

Langkah 15
Setelah ventilasi percobaan berhasil maka lakukan ventilasi definitif dengan jalan meniupkan
udara pada tabung atau meremas balon dengan tekanan 20 cm air, frekwensi 20 kali dalam waktu
30 detik.

Langkah 16

Lakukan penilaian ventilasi, buat keputusan dan lanjutan tindakan:

1. Jika bayi bernapas normal dan atau menangis, hentikan ventilasi kemudian lakukan
asuhan pasca resusitasi
2. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan tindakan ventilasi.

Langkah 17

Jika bayi belum bernapas spontan atau megap-megap, lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
selanjutnya dan lakukan penilaian ulang – lihat Langkah 16 bagian 1 dan 2, demikian selanjutnya

1. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas dan resusitasi telah lebih dari 2 menit – nilai
jantung, siapkan rujukan, lanjutkan ventilasi
2. Pada penilaian ulang hasil ventilasi berikutnya, selain penilaian napas lakukan juga
penilaian denyut jantung bayi
3. Jika bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung, ventilasi tetap dilanjutkan tetapi
jika hingga 10 menit kemudian bayi tetap tidak bernapas dan denyut jantung tetap tidak
ada, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi.

Tindakan pasca resusitasi


Langkah 18

Bila resusitasi berhasil, lakukan:

1. Pemantauan tanda bahaya


2. Perawatan tali pusat
3. Inisiasi menyusu dini
4. Pencegahan hipotermi'
5. Pemberian vitamin K1
6. Pencegahan infeksi (Pemberian salep mata dan imunisasi hepatitis B)
7. Pemeriksaan fisik
8. Pencatatan dan pelaporan.

Langkah 19

Bila perlu rujukan:

1. Konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga


2. melanjutkan resusitasi
3. Memantau tanda bahaya
4. perawatan tali pusat
5. Mencegah hipotermi
6. Memberikan vitamin K1
7. Mencegah infeksi (pemberian salep mata)
8. Membuat surat rujukan
9. Melakukan pencatatan dan pelaporan

Jika saat merujuk keadaan bayi membaik dan tidak perlu resusitasi, berikan vitamin K1 serta
salep mata dan susui bayi jika tidak ada kontra indikasi.

Langkah 20

Bila resusitasi tidak berhasil:

1. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga


2. Memberikan petunjuk perawatan payudara
3. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

Langkah 21

Lakukan pencegahan infeksi pada seluruh peralatan resusitasi yang digunakan:

1. Dekontaminasi, pencucian dan DTT terhadap tabung dan sungkup serta alat penghisap
dan sarung tangan yang dipakai ulang
2. Dekontaminasi dan pencucian meja resusitasi, kain dan selimut
3. Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum dibuang ke tempat aman.

Rekam medik tindakan resusitasi


Langkah 22

Catat secara rinci:

1. Kondisi saat lahir 


2. Waktu dan langkah resusitasi
3. Hasil resusitasi
4. Keterangan rujukan apabila dirujuk.

Sumber: APN 2008, JNPK-KR


Delivered by FeedBurner

58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN) 2008

Asuhan Persalinan Normal Sumber gambar: medindia.net 58 langkah asuhan persalinan


normal diambil dari penuntun belajar APN yang terdapa...

Resusitasi Bayi Baru Lahir - Chirpstory


Create stories from Tweets.
Follow @chirpstory

 My Page
 Menu
 Settings
 Login

 Top
 Featured
 Popular This Week
 Newest
 Yesterday

 All

Top > Health > Resusitasi Bayi Baru La..


 17/Jul/2012 07:15:00 AM PDT

bayilahir neonatus resusitasi +

Resusitasi Bayi Baru Lahir

Kenapa dan bagaimana melakukan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir.
by almahira_dr

0 fav 263 view

Fav
0
Click here to add to Favorites.

Chirpstories
Open Menu

fungsi paru2 adlh sbg pertukaran gas oksigen yg diperlukan utk pmbentukan energi dlm
tubuh dan karbon dioksida. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:06:38 AM PDT

fungsi paru2 adlh sbg pertukaran gas oksigen yg diperlukan utk pmbentukan energi dlm
tubuh dan karbon dioksida. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:06:38 AM PDT

fungsi paru2 adlh sbg pertukaran gas oksigen yg diperlukan utk pmbentukan energi dlm
tubuh dan karbon dioksida. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:06:38 AM PDT

setelah lahir, fungsi paru diperlukan.saat menangis,oksigen membuat arteri ke paru2


lebar, sehingga darah dpt masuk ke paru2. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:05:45 AM PDT

setelah lahir, fungsi paru diperlukan.saat menangis,oksigen membuat arteri ke paru2


lebar, sehingga darah dpt masuk ke paru2. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:05:45 AM PDT

setelah lahir, fungsi paru diperlukan.saat menangis,oksigen membuat arteri ke paru2


lebar, sehingga darah dpt masuk ke paru2. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:05:45 AM PDT

selama di rahim,pembuluh darah arteri ke paru-paru mengerut,sehingga darah tidak


masuk ke paru2. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:04:15 AM PDT

selama di rahim,pembuluh darah arteri ke paru-paru mengerut,sehingga darah tidak


masuk ke paru2. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:04:15 AM PDT

selama di rahim,pembuluh darah arteri ke paru-paru mengerut,sehingga darah tidak


masuk ke paru2. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:04:15 AM PDT

kemungkinan otak kekurangan asupan oksigen, nantinya bsa mengganggu pngaturan


jantung dan pernapasan,bahkan sifatnya permanen. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:03:09 AM PDT

kemungkinan otak kekurangan asupan oksigen, nantinya bsa mengganggu pngaturan


jantung dan pernapasan,bahkan sifatnya permanen. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:03:09 AM PDT

kemungkinan otak kekurangan asupan oksigen, nantinya bsa mengganggu pngaturan


jantung dan pernapasan,bahkan sifatnya permanen. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:03:09 AM PDT

mengapa bayi yang kurang aktif, biru, tidak napas perlu penanganan khusus/resusitasi?
#bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:02:16 AM PDT

mengapa bayi yang kurang aktif, biru, tidak napas perlu penanganan khusus/resusitasi?
#bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:02:16 AM PDT

mengapa bayi yang kurang aktif, biru, tidak napas perlu penanganan khusus/resusitasi?
#bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:02:16 AM PDT

hitung denyut jantung dengan meraba plasenta atau dengan menggunakan stetoskop.
hitung selama 6 detik, kalikan 10. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:01:00 AM PDT

hitung denyut jantung dengan meraba plasenta atau dengan menggunakan stetoskop.
hitung selama 6 detik, kalikan 10. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:01:00 AM PDT

hitung denyut jantung dengan meraba plasenta atau dengan menggunakan stetoskop.
hitung selama 6 detik, kalikan 10. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:01:00 AM PDT

pompa dengan sungkup dilakukan dgn kcepatan 40-60x/mnt. hitungannya: pompa-lepas-


pompa-lepas, dst... #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:00:12 AM PDT

pompa dengan sungkup dilakukan dgn kcepatan 40-60x/mnt. hitungannya: pompa-lepas-


pompa-lepas, dst... #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 07:00:12 AM PDT

epinefrin dapat diulang setiap 3-5 menit. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 06:59:00 AM PDT

epinefrin dapat diulang setiap 3-5 menit. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 06:59:00 AM PDT


epinefrin yang digunakan dalam sediaan 1:10000, dimasukkan lewat vena umbilikal,
dalam dosis 0.1-0.3 ml/kgBB. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 06:58:10 AM PDT

epinefrin yang digunakan dalam sediaan 1:10000, dimasukkan lewat vena umbilikal,
dalam dosis 0.1-0.3 ml/kgBB. #bayilahir

almahira_dr 17/Jul/2012 06:58:10 AM PDT

bila denyut jantung < 60, lakukan ambu disertai penekanan dada. nilai dalam 30 detik.
jika tak ada perubahan, beri epinefrin.

RSS Entri | Komentar RSS


 Ikut Ayu Rai Dosen
Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima
pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.
Bergabunglah dengan 26 pengikut lainnya.

RESUSITASI BAYI
Posted on April 28, 2009 by ayurai

Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital
lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang
adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat
terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang
singkat (sekitar 4 – 6 menit).
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya
untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami
gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten.
Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini
memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi
kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo,
1997).

Apakah bayi baru lahir memerlukan resusitasi.?


Kira-kira 10 % bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir,dan
sekitar 1 %saja yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan nafas hingga
pemberian obat – obatan darurat.
Untuk praktisnya, setiap menolong bayi baru lahir ada 5 pertanyaan yang menentukan apakah
resusitasi dibutuhkan:
1. Apakah bersih dari mekonium?
2. Apakah bernafas atau menangis?
3. Apakah tonus otot baik?
4. Apakah warna kulit kemerahan?
5. Apakah cukup bulan?
Jika salah satu dari 5 pertanyaan tersebut jawabannya tidak,maka perlu dilakukan resusitasi.

FILM  RESUSITASI PADA BBLR 16 MINGGU

Bayi premature merupakan kelompok resiko tinggi, karena karekteristik bayi prematur berbeda
dengan bayi aterm :
1. Paru-paru bayi premature kekurangan surfaktan sehingga lebih sukar dikembangkan
2. Kulit bayi premature lebih tipis dan permeable
3. Lebih rentan terhadap infeksi
4. Pembuluh darah kapiler otak rapuh dan mudah pecah jika bayi mengalami asphiksia

C. Mengapa diberikan resusitasi.?


Tindakan resusitasi diberikan untuk mencegah kematian akibat asphiksia. Dan bila pada bayi
asphiksia berat yang tidak dilakukan tindakan resusitasi secara benar akan meninggal atau
mengalami gangguan system saraf pusat,misalnya “cerebral palsy”, kelainan jantung misalnya
tidak menutupnya “ductus arteriosus”.

D. Kapan Bayi perlu resusitasi.?


Tiga hal penting dalam resusitasi
1. Pernafasan :
Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas
tersengal – sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan misalnya apneu.
Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x / menit dan menangis,
kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2. Frekuensi Jantung:
Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan
menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan
karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik
(hasilnya dikalikan 10 = Frekuensi denjut jantung selama 1 menit)
Hasil penilaian :
• Apabila frekeunsi. > 100 x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai
warna kulit
• Apabila frekuensi < 100 x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk
dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
3. Warna Kulit :
Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih
ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu
diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang
bersalin yang dingin.

Secara klinis keadaan apneu primer atau apneu sekunder sulit dibedakan. Hal ini berarti bahwa
dalam menghadapi bayi dengan kondisi apneu, harus dianggap bahwa bayi mengalami apneu
sekunder dan harus segera dilakukan resusitasi.
Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung
yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya. Tindakan
resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal sebagai ABC Resusitasi yaitu:
A : Airway, mempertahankan saluran nafas terbuka meliputi kegiatan meletakan bayi dengan
posisi sedikit ekstensi, menghisap mulut dan hidung bayi .
B : Breathing, memberikan pernafasan buatan meliputi kegiatan melakukan rangsang taktil untuk
memulai pernafasan, melakukan ventilasi tekanan positif dengan sungkup dan balon.
C : Circulation, mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah meliputi kegiatan mempertahankan
sirkulasi darah dengan cara kompresi dada.
Resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk
menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Tindakan ini memerlukan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu
menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997).
Keterampilan melaksanakan tindakan resusitasi merupakan salah satu kompetensi profesional
yang harus dikuasai perawat dalam menghadapi situasi kritis.

Metode kanguru menjaga bayi dari hipotermia (penurunan suhu badan di bawah 36,5 derajat
Celsius). Metode yang telah diujicobakan di sejumlah daerah ini bisa diterima masyarakat dan
mampu meningkatkan fungsi fisiologi (suhu tubuh, detak jantung, dan pernapasan) sehingga
menurunkan jumlah kematian bayi. Suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang efisien dan
murah karena mampu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi.

« PENGETAHUAN IBU TENTANG DEHIDRASI Gastritis – SAKIT MAAG »

 Sahabat Bidan… Terimakasih

April 2009

Anda mungkin juga menyukai