Anda di halaman 1dari 132

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.V USIA 25 TAHUN DI

BIDAN PRAKTIK MANDIRI RUMAH SEHAT ZAM-ZAM JALAN MALAJA

2 KOMPLEKS PERUMAHAN DOSEN UNCOK KOTA PALOPO

TAHUN 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Dari Mata
Kuliah Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif

ELISABET ANDI YORDAN

B.17.09.007

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO


2021

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan lahir
dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Asuhan
Kebidanan Komprehensif yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
Ny.V Di Bidan Praktik Mandiri Rumah Sehat Zam- Zam Kota Palopo Tahun 2021”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
sedikit hambatan rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Penulis juga menyadari
bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan disebabkan
terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis olehnya itu mengharapkan kritik
dan saran. Namun berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai
dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dengan rendah hati, saya mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak
yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Nilawati Uly, S.Si.,Apt.,M.Kes selaku Rektor Universitas Mega Buana
Palopo.
2. Ibu Yuniar Dwi Yanti, S.ST.,M.Keb selaku Dekan Fakultas Kesehatan dan
Ketua Prodi Kebidanan Universitas Mega Buana Palopo
3. Ibu Prajitno Yudho Dewi Endartati, S.ST.,M.Kes selaku Preceptor Institusi
dalam praktik klinik kebidanan komprehensif Universitas Mega Buana Palopo
4. Ibu Bidan Zam-zam S.Tr.Keb dan Ibu Wahyuni Arif, S.ST.,M.Kes selaku
Preseptor Lahan praktik klinik kebidanan komprehensif Universitas Mega Buana
Palopo
5. Rumah Sehat Zam-Zam yang telah menjadi tempat pengambilan kasus,
terimakasih atas segala kesempatan dan bimbingan selama penulis mencari
pasien untuk laporan kasus komprehensif dan melakukan asuhan kebidanan
6. Kakak- kakak bidan pelaksana di Rumah Sehat Zam-Zam Kota Palopo yang
telah memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi, serta dukungan moral
sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan kasus ini sampai dengan
selesai.
7. Ny.V dan Tn.R beserta keluarga yang bersedia menjadi pasien dari penulis,
terimakasih ibu bapak dan adik karena telah mengizinkan penulis berada di
tengah- tengah keluarga yang hangat. Terima kasih ibu karena telah
mempercayai penulis untuk mendampingi ibu, menjadi tempat bertanya bagi ibu
dan tempat berbagi.
8. Teman- teman saya yang selalu sabar dan saling membantu dalam mencari
pasien komprehensif hingga melakukan asuhan kebidanan.Yang senantiasa
mendukung dan memberi bantuan dalam segi materi dan ilmu pengetahuan
kebidanan dan selalu mendukung di saat susah mau pun senang
Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam
penyusunan laporan kasus ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata semoga laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang kebidanan

Palopo, 12 April 2021

Penulis
Elisabet Andi Yordan

DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................4
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus..................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Asuhan Kehamilan..................................................................................6
B. Asuhan Kebidanan Persalinan...............................................................38
C. Asuhan Kebidanan Post Partum............................................................57
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir......................................................69
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana...............................................75
BAB III STUDI KASUS
A. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil...............................................................83
B. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin............................................................90
C. Asuhan Kebidanan Post Partum..........................................................104
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir....................................................110
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana.............................................112
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................114
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................122
B. Saran....................................................................................................124
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu selama
masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,
persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab- sebab
lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain- lain di setiap 100.000 kelahiran
hidup.
Kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir merupakan suatu
proses fisiologis dimana dalam prosesnya terdapat kemungkinan yang dapat
mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Upaya
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi salah satunya dengan asuhan
kebidanan berkesinambungan.
Wanita mempunyai peranan yang sangat vital dalam pembangunan
kehidupan bangsa, salah satu peranannya sebagai penerus bangsa,
pendamping suami dalam keharmonisan rumah tangga, pendidik kedewasaan
sikap mental anak dan penunjang dalam meningkatkan pendapatan keluarga.
Untuk mendukung keberlangsungan perannya, sudah selayaknyalah
kesejahteraan wanita di perhatikan, salah satu caranya yaitu dengan
memperhatikan beberapa masalah yang sedang dihadapi wanita saat ini yaitu
tingginya Angka Kematian Ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator penting untuk menilai kualitas pelayanan
kesehatan di suatu wilayah. Berdasarkan data dari World Health Organization
(WHO) tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia diperkirakan

216/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal turun 47% antara
tahun 1990-2015, yaitu dari 36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
Di Asia Tenggara AKI dan AKB pun masih tinggi seperti tahun 2014
beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub Saharan
179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.
Angka kematian ibu di negara- negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 2
26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. AKI
di Indonesia menunjukan penurunan dari 359 kematian ibu tahun 2012
menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB
sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target
MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Lima penyebab kematian
ibu terbesar di Indonesia yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus.
Masa nifas juga memerlukan perhatian yang cukup dari tenaga
kesehatan untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Peran dan
tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberikan perawatan dan
support sesuai kebutuhan ibu secara partnership dengan ibu.
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari. Bayi
baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37- 42
minggu dan berat badannya 2.500- 4000 gram.
Penyebab utama kematian ibu diklasifikasikan sebagai langsung dan
tidak langsung. Penyebab langsung yakni berhubungan dengan komplikasi
obstetrik selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Mayoritas
penyebab kematian ibu adalah penyebab langsung seperti perdarahan,
eklamsia dan asepsis. Sedangkan untuk penyebab tidak langsung yakni
diakibatkan oleh penyakit yang telah diderita ibu atau penyakit yang timbul
selama kehamilan dan tidak ada kaitannya dengan penyebab langsung
obstetrik, tapi penyakit tersebut diperberat oleh fisiologik kehamilan (WHO
2014).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan
bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi
(Kemenkes RI, 2015).
Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari pelayanan dasar
yang terjangkau oleh seluruh masyarakat di dalamnya termasuk pelayanan
kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan
dan persalinannya dengan selamat. Upaya ini dapat tercapai bila pelayanan
bermutu dan berkesinambungan.
Untuk itu dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
diperlukan tenaga kesehatan yang professional dan terampil (dalam hal ini
bidan), sebagai upaya penurunan AKI. Bidan merupakan mata rantai yang
sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan melalui
profesionalisme seorang bidan.
Bidan Praktik Mandiri Rumah Sehat Zam-zam memberikan pelayanan
kebidanan meliputi: pemeriksaan kehamilan (ANC), pertolongan persalinan
normal (INC) perawatan masa nifas (PNC), penanganan bayi lahir normal,
menerapkan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada setiap persalinan
normal dengan kondisi bayi yang baik, imunisasi bayi dan, dan pelayanan
keluarga berencana (KB). Dari pelayanan kebidanan komprehensif yang
diperoleh penulis di bidan praktik mandiri tersebut, maka penulis diharuskan
memantau sebuah perkembangan kasus dari seorang ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan ANC di bidan praktik mandiri tersebut dengan
pendekatan asuhan kebidanan komprehensif sejak kehamilan (ANC),
persalinan (INC), bayi baru lahir, nifas (PNC) serta keluarga berencana (KB).

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dari permasalah di atas, adapun tujuan
penulis sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.V Di
Bidan Praktik Mandiri Rumah Sehat Zam-Zam Wahyuni Arif,
S.ST.,M.Kes Jalan Malaja 2 Kompleks Perumahan Dosen Uncok Kota
Palopo Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2021.
b. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, nifas, dan keluarga berencana

b) Menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada ibu hamil,


bersalin, bayi baru lahir,nifas, dan keluarga berencana

c) Menarik diagnosa kebidanan potensial pada ibu hamil,


bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana.

d) Melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi baru


lahir, nifas dan keluarga berencana.
e) Melaksanakan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, nifas, dan keluarga berencana.

f) Melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus

Pengambilan kasus di lakukan di Bidan Praktik Mandiri Rumah Sehat


Zam-Zam dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai pada tanggal:

a. 25 Februari 2021 : Pemeriksaan kehamilan pertama di klinik


rumah sehat zam-zam
b. 28 Februari 2021 : Pertolongan persalinan
c. 28 Februari 2021 : Penanganan bayi baru lahir
d. 25 Maret 2021 : Kunjungan nifas hari ke- 25
e. 25 Maret 2021 : Konseling KB
f. 3 April 2021 : Kunjungan nifas hari ke- 34
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kehamilan
1. Definisi
Menurut Federasi Obstetri dan Ginekologi Internasional
(FOGI), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu menurut calendar
internasional. Kehamilan diklasifikasikan dalam 3 semester, yaitu
trimester kesatu dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu),
trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu),
trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu)
2. Tanda- Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda- tanda bahaya kehamilan adalah tanda- tanda yang
mengidentifikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau
tidak terdeteksi dapat menyebabkan kematian ibu. Macam- macam
tanda bahaya kehamilan antara lain (Varney, 2007 dan Kemenkes RI,
2016):
a. Muntah- muntah dan tidak mau makan
Rasa mual dan muntah dapat terjadi 50-70% ibu hamil. Tetapi
jika keadaan tersebut berlebihan disebut hyperemesis, hal ini akan
menghambat asupan gizi pada ibu hamil berkurang shinga kondisi

ibu menjadi lemah, dapat mengganggu pertumbuhan dan


perkembangan janin, oleh karena itu perlu segera ditangani.

b. Demam
Adanya demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini berbahaya
bagi ibu maupun janin, olrh karena itu harus segera mendapat
pertolongan dari bidan atau dokter.
c. Bengkak kaki, tangan, dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang
Bengkak disebabkan oleh tekanan yang menghalangi sirkulasi
jaringan. Bengkak biasanya hilang setelah beristirahat, dan disertai
dengan keluhan fisik yang lain dan bertahan lebih dari 24 jam.
Oedema yang terjadi terutama pada tangan dan wajah, sakit kepala
yang hebat merupakan gejala dari preeklamsi bila disertai
hipertensi, sakit epigastrum, sakit kepala, penglihatan kabur, mual
dan muntah. Preeklamsi dapat berlanjut menjadi eklamsi bila
disertai kejang
d. Pergerakan janin berkurang tak seperti biasa
Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.
Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau
beristirahat dan jika ibu makan dan minum yang baik. Jika ibu tidak
merasakan gerakan janin dalam 12 jam atau sesudah kehamilan 22
minggu, kemungkinan dapat terjadi solusio plasenta, rupture uteri,
gawat janin, dan kematian janin
e. Perdarahan pervaginam
Pada awal kehamilan trimester I, perdarahan yang tidak normal
adalah perdarahan yang berwarna merah, banyak, atau disertai
nyeri. Perdarahan ini dapat berarti aborut, kehamilan mola, atau
kehamilan ektopik. Pada kehamilan trimester II dan III, perdarahan
yang tidak normal adalah merah, jumlahnya banyak, dan kadang
tidak disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam itu berarti plasenta
previa dan solusio plasenta.

f. Keluar air ketuban


Ketuban seharusnya pecah menjelang persalinan, tetapi jika
ketuban keluar sebelum ibu mengalami tanda- tanda persalinan
maka janin dan ibu akan mudah terinfeksi. Hal ini akan berbahaya
baik bagi ibu maupun janin.
3. Perubahan Pada Ibu Hamil
Adapun perubahan fisik pada ibu hamil, antara lain;
a. Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi
konsepsi intrauterin. Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi
jaringan, hormon progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan
uterus.Taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi
fundus:
a) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
b) Kehamilan 8 minggu : telur bebek
c) Kehamilan 12 minggu : telur angsa
d) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
e) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
f) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
g) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
h) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
i) Kehamilan minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit
ditentukan pada kehamilan trimester I memanjang dan lebih kuat.
Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan korpus, dan
pada kehamilan akhir, di atas 32 minggu menjadi segmen bawah
uterus. Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi
estrogen dan perlunakan akibat progesteron (tanda Goodell).Sekresi
lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala
keputihan. Ismus uteri mengalami hipertropi kemudian memanjang
dan melunak yang disebut tanda Hegar.Berat uterus perempuan
tidak hamil adalah 30 gram, pada saat mulai hamil maka uterus
mengalami peningkatan sampai pada akhir kehamilan (40 minggu)
mencapai 1000 gram (1 kg).
b. Vagina/ Vulva
Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasimenimbulkan
warna merah ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu
hamil berubah menjadi lebih asam, keasaman (pH) berubah dari 4
menjadi 6.5 sehingga menyebabkan wanita hamil lebih rentan terhadap
infeksi vagina terutama infeksi jamur. Hypervaskularisasi pada vagina
dapat menyebabkan hypersensitivitas sehingga dapat meningkatkan
libido atau keinginan atau bangkitan seksual terutama pada kehamilan
trimester dua.
c. Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan
ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan
pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus
hormonal menstruasi.
d. Perubahan pada payudara
Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu
perkembangan duktus (saluran) air susu pada payudara. sedangkan
hormon progesterone menambah sel-sel asinus pada payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin)
menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara,
serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Pada ibu hamil payudara
membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi
kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat
pengaruh melanofor, puting susu membesar dan menonjol. Hypertropi
kelenjar sabasea (lemak) muncul pada aeola mamae disebut tuberkel
Montgomery yang kelihatan di sekitar puting susu. Kelenjar sebasea
ini berfungsi sebagai pelumas puting susu, kelembutan puting susu
terganggu apabila lemak pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting
susu akan mengeluarkan kholostrum yaitu cairan sebelum menjadi
susu yang berwarna putih kekuningan pada trimester ketiga.
e. Perubahan system endokrin
a) Progesterone
Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh
corpus luteum dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh
plasenta. Kadar hormon ini meningkat selama hamil dan
menjelang persalinan mengalami penurunan. Produksi
maksimum diperkirakan 250 mg/hari. Aktivitas progesterone
diperkirakan;
1) Menurunkan tonus otot polos:
 Motilitas lambung terhambat sehingga terjadi
mual
 Aktivitas kolon menurun sehingga pengosongan
berjalan lambat, menyebabkan reabsorbsi air
meningkat, akibatnya ibu hamil mengalami
konstipasi.
 Tonus otot menurun sehingga menyebabkan
aktivitas menurun.
 Tonus vesica urinaria dan ureter menurun
menyebabkan terjadi statis urine.
2) Menurunkan tonus vaskuler: menyebabkan tekanan
diastolic menurun sehingga terjadi dilatasi vena.
3) Meningkatkan suhu tubuh
4) Meningkatkan cadangan lemak
5) Memicu over breathing: tekanan CO2 (Pa CO2) arterial
dan alveolar menurun.
6) Memicu perkembangan payudara

b) Estrogen
Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah
Ovarium. Selanjutnya estrone dan estradiol dihasilkan oleh
plasenta dan kadarnya meningkat beratus kali lipat, out put
estrogen maksimum 30 –40 mg/hari. Kadar terus meningkat
menjelang aterm Aktivitas estrogen adalah :
1) Memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi uterus
2) Bersama dengan progesterone memicu pertumbuhan
payudara
3) Merubah konsitusi komiawi jaringan ikat sehingga
lebih lentur dan menyebabkan servik elastic, kapsul
persendian melunak, mobilitas persendian meningkat.
4) Retensi air
5) Menurunkan sekresi natrium

c) Kortisol
Pada awal kehamilan sumber utama adalah adreanal
maternal dan pada kehamilan lanjut sumber utamanya adalah
plasenta. Produksi harian 25mg/hari. Sebagian besar
diantaranya berikatan dengan protein sehingga tidak bersifat
aktif.Kortisol secara simultan merangsang peningkatan
produksi insulin dan meningkatkan resistensi perifer ibu pada
insulin, misalnya jaringan tidak bisa menggunakan insulin, hal
ini mengakibatkan tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak
insulin. Sel- sel beta norma lpulau Langerhans pada pankreas
dapat memenuhi kebutuhan insulin pada ibu hamil yang secara
terus menerus tetap meningkat sampai aterm. Ada sebagian ibu
hamil mengalami peningkatan gula darah hal ini dapat
disebabkan karena resistensi perifer ibu hamil pada insulin.
d) Human Chorionic gonadotropin (HCG)
Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada
hamil muda hormon ini diproduksi oleh trofoblas dan
selanjutnya dihasilkan oleh plasenta. HCG dapat untuk
mendeteksi kehamilan dengandarah ibu hamil pada 11 hari
setelah pembuahan dan mendeteksi pada urine ibu hamil pada
12–14 hari setelah kehamilan.
Kandungan HCG pada ibu hamil mengalami puncaknya
pada 8-11 minggu umur kehamilan. Kadar HCG tidak boleh
dipakai untuk memastikan adanya kehamilan karena kadarnya
bervariasi, sehingga dengan adanya kadar HCG yang
meningkat bukan merupakan tanda pasti hamil tetapi
merupakan tanda kemungkinan hamil. Kadar HCG kurang dari
5mlU/mldinyatakan tidak hamil dan kadar HCG lebih 25
mlU/ml dinyatakan kemungkinan hamil.Apabila kadar HCG
rendah maka kemungkinan kesalahan HPMT, akan mengalami
keguguran atau kehamilan ektopik.
Sedangkan apabila kadar HCG lebih tinggi dari standart
maka kemungkinan kesalahan HPMT, hamil Mola Hydatidosa
atau hamil kembar.HCG akan kembali kadarnya seperti semula
pada 4-6 mg setelah keguguran, sehingga apabila ibu hamil
baru mengalami keguguran maka kadarnya masih bisa seperti
positif hamil jadi hati–hati dalam menentukan diagnosa,
apabila ada ibu hamil yang mengalami keguguran untuk
menentukan diagnosa tidak cukup dengan pemeriksaan HCG
tetapi memerlukan pemeriksaan lain
e) Human Placental Lactogen
Kadar HPL atau Chorionic somatotropin ini terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan plasenta selama
kehamilan.Hormon ini mempunyai efek laktogenik dan
antagonis insulin.HPL juga bersifat diabetogenik sehingga
menyebabkan kebutuhan insulin pada wanita hamil meningkat
f) Relaxin
Dihasilkan oleh corpus luteum, dapat dideteksi selama
kehamilan, kadar tertinggi dicapai pada trimester pertama.
Peran fisiologis belum jelas, diduga berperan penting dalam
maturasi servik. Hormon Hipofisis. Terjadi penekanan kadar
FSH dan LH maternal selama kehamilan, namun kadar
prolaktin meningkat yang berfungsi untuk menghasilkan
kholostrum. Pada saat persalinan setelah plasenta lahir maka
kadar prolaktin menurun, penurunan ini berlangsung terus
sampai pada saat ibu menyusui. Pada saat ibu menyusui
prolaktin dapat dihasilkan dengan rangsangan pada puting pada
saat bayi mengisap puting susu ibu untuk memproduksi ASI.
f. Perubahan pada kekebalan
Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi
vagina berubah dari asam menjadi lebih bersifat basa sehingga pada
ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi pada vagina. Mulai kehamilan
8 minggu sudah kelihatan gejala terjadinya kekebalan dengan adanya
limfosit–limfosit. Semakin bertambahnya umur kehamilan maka
jumlah limfosit semakin meningkat. Dengan tuanya kehamilan maka
ditemukan sel– sel limfoid yang berfungsi membentuk molekul
imunoglobulin. Imunoglobulin yang dibentuk antara lain : Gamma–A
imunoglobulin: dibentuk pada kehamilan dua bulan dan baru banyak
ditemukan pada saat bayi dilahirkan. Gamma–G imunoglobulin: pada
janin diperoleh dari ibunya melalui plasenta dengan cara pinositosis,
hal ini yang disebut kekebalan pasif yang diperoleh dari ibunya. Pada
janin ditemukan sedikit tetapi dapat dibentuk dalam jumlah banyak
pada saat bayi berumur dua bulan. Gamma–M imunoglobulin:
ditemukan pada kehamilan 5 bulan dan meningkat segera pada saat
bayi dilahirkan
g. Perubahan pada system pernafasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya
terjadi pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh
karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan
mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm
sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita hamil
meningkat sampai 20%, sehingga untuk memenuhi kebutuhan oksigen
wanita hamil bernapas dalam.Peningkatan hormon estrogen pada
kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan vaskularisasi pada
saluran pernapasan atas.Kapiler yang membesar dapat mengakibatkan
edemadan hiperemia pada hidung, faring, laring, trakhea dan
bronkus.Hal ini dapat menimbulkan sumbatan pada hidung dan sinus,
hidung berdarah (epstaksis) dan perubahan suara pada ibu hamil.
Peningkatan vaskularisasi dapat juga mengakibatkan membran timpani
dan tuba eustaki bengkak sehingga menimbulkan gangguan
pendengaran, nyeri dan rasa penuh pada telinga
h. Perubahan pada system perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otototot saluran kemih menurun. Kencing lebih
sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %.
Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang
terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan mungkin
hidronefrosis sementara. kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam
darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal. Wanita
hamil trimester I dan III sering mengalami sering kencing
(BAK/buang air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk sering
mengganti celana dalam agar tetap kering.

i. Perubahan system pencernaan


Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah-muntah, Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut
Morning Sickness. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltic dengan
gejala sering kembung, dan konstipasi. Pada keadaan patologik
tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali
per hari (hiperemesis gravidarum).Aliran darah ke panggul dan
tekanan vena yang meningkat dapat mengakibatkan hemoroid pada
akhir kehamilan. Hormon estrogen juga dapat mengakibatkan gusi
hiperemia dan cenderung mudah berdarah. Tidak ada peningkatan
sekresi saliva, meskipun banyak ibu hamil mengeluh merasa kelebihan
saliva (ptialisme), perasaan ini kemungkinan akibat dari ibu hamil
tersebut dengan tidak sadar jarang menelan saliva ketika merasa mual
sehingga terkesan saliva menjadi banyak. Ibu hamil trimester pertama
sering mengalami nafsu makan menurun, hal ini dapat disebabkan
perasaan mual dan muntah yang sering terjadi pada kehamilan muda.
Pada trimester kedua mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu
makan semakin meningkat.
j. Perubahan pada system kardiovaskuler
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama
adalah perubahan maternal, meliputi:
1) Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
2) Terjadi hemodilusi sehingga menyebabkan anemia relative,
hemoglobin turun sampai 10%.
3) Akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
4) Tekanan darah sistolik maupun diastolik padaibu hamil
trimester I turun 5 sampai 10 mm Hg, hal ini kemungkinan
disebabkan karena terjadinya vasodilatasi perifer akibat
perubahan hormonal pada kehamilan.Tekanan darah akan
kembali normal pada trimester III kehamilan.
5) Curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I,
menetap sampai akhir kehamilan
6) Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
7) Trimester kedua denyut jantung meningkat 10-15 kali
permenit, dapat juga timbul palpitasi.
8) Volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan,
kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir kehamilan.
Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit yaitu terjadi
hiperpigmentasi atau warna kulit kelihatan lebih gelap. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan Melanosit Stimulating Hormon
(MSH). Hiperpigmentsi dapat terjadi pada muka , leher, payudara,
perut, lipat paha dan aksila. Hiperpigmentasi pada muka disebut
kloasma gravidarum biasanya timbul pada hidung, pipi dan dahi.
Hiperpigmentasi pada perut terjadi pada garis tengah berwarna hitam
kebiruan dari pusat kebawah sampai sympisis yang disebut linea nigra.
Perubahan keseimbangan hormon pada ibu hamil dapat juga
menimbulkan perubahan berupa penebalan kulit, pertumbuhan rambut
maupun kuku. Perubahan juga terjadi pada aktifitas kelenjar
meningkat sehingga wanita hamil cenderung lebih banyak
mengeluarkan keringat maka ibu hamil sering mengeluh kepanasan.
Peregangan kulit pada ibu hamil menyebabkan elastis kulit mudah
pecah sehingga timbul striae gravidarum yaitu garis– garis yang
timbul pada perut ibu hamil. Garis– garis pada perut ibu berwarna
kebiruan disebut striae livide. Setelah partus striae livide akan berubah
menjadi striae albikans. Pada ibu hamil multigravida biasanya terdapat
striae livide dan striae albikans
k. Perubahan pada metabolisme
Basal Metabolic Rate (BMR) meningkatsampai 15% sampai
20% pada akhir kehamilan,terjadi juga hiper trofitiroid sehingga
kelenjar tyroid terlihat jelas pada ibu hamil. BMR akan kembali seperti
sebelum hamil pada hari ke 5 atau ke 6 setelah persalinan. Peningkatan
BMR menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan oksigen.
Vasodilatasi perifer dan percepatan aktivitas kelenjar keringat
membantu melepaskan panas akibat peningkatan metabolisme selama
hamil. Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil)
dan 2800 kal/hari (menyusui), apabila karbohidrat kurang maka
mengambil cadangan lemak ibu untuk memenuhi kebutuhan.
Seorang ibu hamil sering merasa haus terus, nafsu makan
bertambah dan kecil (BAK) dan kadang–kadang mengalami
glukosuria (ada glukosa pada urine) sehingga menyerupai diabetes
militus (DM). Hasil pemeriksaan glukosa tolerence test pada
kehamilan sebaiknya dilakukan dengan teliti agar jelas diketahui ibu
hamil tersebut mengalami DM atau hanya karena perubahan hormon
dalam kehamilannya. Pembatasan karbohidrat pada ibu hamil tidak
dibenarkan karena dikawatirkan akan mengakibatkan gangguan pada
kehamilan,baik kesehatan ibu hamil maupun perkembangan janin. Ibu
hamil trimester III sebaiknya tidak berpuasa karena dapat
mengakibatkan dehidrasi atau malnutrisi pada janin.
Ibu hamil puasa selama 12 jam dapat mengakibatkan
hipoglikemia dan produksi keton dalam tubuh dengan gejala lemah,
mual dan dehidrasi sampai dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Kebutuhan protein 1 gram/kg BB/hari untuk menunjang pertumbuhan
janin, diperlukan juga untuk pertumbuhan badan,kandungan dan
payudara. Protein juga diperlukan untuk disimpan dan dikeluarkan
pada saat laktasi. Hormon somatomammotropin mempunyai peranan
untuk pembentukan lemak dan payudara. Lemak disimpan juga pada
paha, badan dan lengan ibu hamil. Kadar kolesterol plasma
meningkatsampai 300 g/100ml.
l. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Bentuk tubuh ibu hamil berubah secara bertahap menyesuaikan
penambahan berat ibu hamil dan semakin besarnya janin,
menyebabkan posturdan cara berjalan ibu hamil berubah. Pada
Gambar 3 postur ibu hamil hiperlordosis sehingga menyebabkan rasa
cepat lelah dan sakit pada punggung. Postur tubuh hiperlordosis dapat
terjadi karena ibu hamil memakai alas kaki terlalu tinggi sehingga
memaksa tubuh untuk menyesuaikan maka sebaiknya ibu hamil
supaya memakai alas kaki yang tipis dan tidak licin, selain untuk
kenyamanan juga mencegah terjadi kecelakaan atau jatuh terpeleset.
Peningkatan hormon seks steroid yang bersirkulasi
mengakibatkan terjadinya jaringan ikat dan jaringan kolagen
mengalami perlunakan dan elastisitas berlebihan sehingga mobiditas
sendi panggul mengalami peningkatan dan relaksasi. Derajat relaksasi
bervariasi, simfisis pubis merenggang 4 mm, tulang pubik melunak
seperti tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur
membuat tulang coccigis bergeser kebelakang untuk persiapan
persalinan. Otot dinding perut meregang menyebabkan tonus otot
berkurang. Pada kehamilan trimester III otot rektus abdominus
memisah mengakibatkan isi perut menonjol di garis tengah
tubuh,umbilikalis menjadi lebih datar atau menonjol. Setelah
melahirkan tonus otot secara bertahap kembali tetapi pemisahan otot
rekti abdominalis tetap.
m. Perubahan darah dan pembekuan darah
Volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 1500 ml
terdiri dari 1000 ml plasma dan sekitar 450 ml Sel Darah Merah
(SDM). Peningkatan volume terjadi sekitar minggu ke 10 sampai ke
12. Peningkatan volume darah ini sangat penting bagi pertahanan
tubuh untuk : hipertrofi sistem vaskuler akibat pembesaran uterus,
hidrasi jaringan pada janin dan ibu saat ibu hamil berdiri atau
terlentang dan cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang
pada saat persalinan dan masa nifas. Vasodilatasi perifer terjadi pada
ibu hamil berguna untuk mempertahankan tekanan darah supaya tetap
normal meskipun volume darah pada ibu hamil meningkat. Produksi
SDM meningkat selama hamil, peningkatan SDM tergantung pada
jumlah zat besi yang tersedia.
Meskipun produksi SDM meningkat tetapi haemoglobin dan
haematokritmenurun, hal ini disebut anemia fisiologis.Ibu hamil
trimester II mengalami penurunan haemoglobin dan haematokrit yang
cepat karena pada saat ini terjadi ekspansi volume darah yang
cepat.Penurunan Hb paling rendah pada kehamilan 20 minggu
kemudian meningkat sedikit sampai hamil cukup bulan. Ibu hamil
dikatakan anemi apabila Hb < 11 gram % pada trimester I dan III, Hb
< 10,5 gram % pada trimeter II. Kecenderungan koagulasi lebih besar
selama hamil, hal ini disebabkan oleh meningkatnya faktor – faktor
pembekuan darah diantaranya faktor VII, VIII, IX , X dan fibrinogen
sehingga menyebabkan ibu hamil dan ibu nifas lebih rentan terhadap
thrombosis.
n. Perubahan berat badan dan IMT
Ibu hamil diharapkan berat badannya bertambah, namun
demikian seringkali pada trimester I berat badan (BB) ibu hamil tetap
dan bahkan justru turun disebabkan rasa mual , muntah dan nafsu
makan berkurang sehingga asupan nutrisi kurang mencukupi
kebutuhan. Pada kehamilan trimester ke II ibu hamil sudah merasa
lebih nyaman biasanya mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu
makan mulai bertambah maka pada trimester II ini BB ibu hamil sudah
mulai bertambah sampai akhir kehamilan. Peningkatan BB selama
hamil mempunyai kontribusi penting dalam suksesnya kehamilan
maka setiap ibu hamil periksa harus ditimbang BB.
Sebagian penambahan BB ibu hamil disimpan dalam bentuk
lemak untuk cadangan makanan janin pada trimester terakhir dan
sebagai sumber energi pada awal masa menyusui.Ibu hamil perlu
disarankan untuk tidak makan berlebihan karena penambahan BB
berlebihan pada saat hamil kemungkinan akan tetap gemuk setelah
melahirkan maka konsultasi gizi sangat diperlukan pada ibu
hamil.Peningkatan BB pada trimester II dan III merupakan petunjuk
penting tentang perkembangan janin.
Peningkatan BB pada ibu hamil yang mempunyai BMI normal
(19,8 -26) yang direkomendasikan adalah 1 sampai 2 kg pada trimester
pertama dan 0,4 kg per minggu. Keperluan penambahan BB semua ibu
hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT sebelum
hamil.Penambahan BB selama hamil dan perkembangan janin
berhubungan dengan BB dan TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT). Cara
menghitung IMT adalah BB sebelum hamil (dalam kg) dibagi TB
(dalam meter) pangkat 2.
o. Perubahan system pernafasan
Perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak diketahui.
Gejala neurologis dan neuromuskular yang timbul pada ibu hamil
adalah: Terjadi perubahan sensori tungkai bawah disebabkan oleh
kompresi saraf panggul dan stasis vaskular akibat pembesaran uterus.
1) Posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat pembesaran uterus,
terjadi tarikan saraf atau kompresi akar saraf dapat
menyebabkan perasaan nyeri.
2) Edema dapat melibatkan saraf perifer, dapat juga menekan
saraf median di bawah karpalis pergelangan tangan, sehingga
menimbulkan rasa terbakar atau rasa gatal dan nyeri pada
tangan menjalar kesiku, paling sering terasa pada tangan yang
dominan.
3) Posisi ibu hamil yang membungkuk menyebabkan terjadinya
tarikan pada segmen pleksus brakhialis sehingga timbul
akroestesia (rasa baal atau gatal di tangan)
4) Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram otot hal ini dapat
disebabkan oleh suatu keadaan hipokalsemia.
5) Nyeri kepala pada ibu hamil dapat disebabkan oleh vasomotor
yang tidak stabil, hipotensi postural atau hipoglikemia

4. Adaptasi Psikologi Kehamilan


Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan
psikologis dan emosional .Seringkali kita mendengar seorang wanita
mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu
dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan
dilahirkannya .Namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir
kalau terjadi masalah dalam kehamilannya khawatir kalau ada
kemungkinan dia kehilangan kecantikannya ,atau bahwa ada
kemungkinanbayinya tidak normal. Sebagai seorang bidan anda harus
menyadari adanya perubahan perubahan tersebut pada wanita hamil
agar dapat memberikan dukungan dan memperhatikan keprihatinan
,kekhawatiran ,ketakutan dan pertanyaan- pertanyaan.
a. Trimester Pertama
Segera setelah konsepsi kadar hormon progestron dan estrogen
dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual
dan muntah pada pagi hari ,lemah,lelah dan membesarnya payudara
.Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya
.Banyak ibu yang merasakan kekecewaan ,penolakan ,kecemasan dan
kesedihan .Seringkali,biasanya pada awal kehamilannya ,ibu berharap
tidak hamil. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari
tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil .
Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan
dengan seksama .Karena perutnya masih kecil ,kehamilan merupakan
rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain
atau dirahasiakannya.
b. Trimester kedua
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat ,tubuh
ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa
tidak nyaman karena hamil sudah berkurang .Perut ibu belum terlalu
besar sehingga belum dirasakan sebagai beban , ibu menerima
kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikiran nya
secara lebih konstruktif .Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan
gerakan bayinya.Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan
dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester
pertama dan merasakan meningkatnya libido
c. Trimester ketiga
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakanhal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang kadang
ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu waktu .Ini
menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya
tanda dan gejala akan terjadinya persalinnan. Ibu seringkali merasa
khawatir atau takut kalau- kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal.
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan
akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya
membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan pada trimester ketiga
dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu
mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan
perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami keluarga dan bidan

5. Filosofi dan Tujuan Asuhan


Filosofi kebidanan adalah falsafah atau keyakinan setiap bidan dalam
memberikan asuhan kehamilan. Bidan percaya bahwa wanita adalah
seorang yang kuat dan cerdas, serta mampu membuat keputusan mereka
sendiri tentang kesehatan mereka. sedangkan, tugas seorang bidan adalah
membantu wanita menyelesaikan bermacam-macam tahap kehidupan.
Filosofi asuhan kehamilan:
a. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan
bukan proses patologi, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi
/abnormal .
b. Setiap perempuan berkepribadian unik, dimana terdiri atas bio,
psiko ,sosial yang berbeda, sehingga dalam memperlakukan
pasien/klien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak boleh di
samakan.
c. Mengupayakan kesejahtraan perempuan dpada ibu hamil dan
pemberian tablet tambah darah dan bayi baru lahir .Ini dapat di
lakukan dengan berbagai upaya baik promosi kesehatan melalui
penyuluhan atau konseling pemenuhan kebutuhan ibu hamil maupun
dengan upaya preventif misal pemberian immunisasi TT pada ibu
hamil dan pemberian tablet tambah darah dan sebagainya.
d. Perempuan mempunyai hak memilih dan memutuskan tentang
kesehatan, siapa dan dimana mendapatkan pelayanan kesehatan
e. Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan )
f. Mendukung dan menghargai proses fisiologi ,intervensi dan
penggunaan tekhnologi dilakukan hanya atas indikasi.
g. Pembangunan kemitraan dengan profesi lain untuk memperdayakan
perempuan.
h. Pelayanan yang diberikan mengacu pada konsep asuhan sayang ibu.
Dalam pelaksanaan asuhan, posisi pasien bukan sebagai objek bidan
melainkan seseorang yang datang dengan kebutuhan, yang
menempatkan bidan sebagai orang yang dianggapkompeten dan dapat
dipercaya untuk mengatasi permasalahan dan kebutuhannya.
i. Pemberian asuhan yang bertanggung jawab dan berorientasi pada
kebutuhan pasien. Pada saat memberikan asuhan, bidan melakukan
pengkajian pada pasien yang bertujuan untuk mengidentifikasi
masalah dan kebutuhan pasien sesuai dengan usia kehamilan. Seluruh
rangkaian tahap asuhan harus dapat dipertanggungjawabkan, baik
kepada pihak pasien maupun kepada profesi.

Tujuan asuhan kehamilan:


Secara umum tujuan asuhan kehamilan adalah sebagai berikut:
a) Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahtraan ibu
dan tumbuh kembang janin.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik ,mental
dan sosial ibu dan bayi.
c) Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan
kemungkinan komplikasi yang terjadi selama kehamilan
d) Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat bagi
ibu dan bayi dengan trauma yang seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI
eksklusif dapat berjalan normal.
f) Mempersiapkan ibu dan keluarga untuk dapat berperan dengan
baik dalam memelihara bayi agar tumbuh dan berkembang
secara normal
6. Pengambilan Riwayat kesehatan
Setiap perempuan dan setiap kehamlan merupakan hal unik tidak ada
kehamilan yang sama. Namun demikian, sebagaimana yang telah kita diskusikan
sebelumnya, setiap kehamilan berada dalam risiko komplikasi yang
membahayakan jiwa.
Tujuan dari anamnesa adalah untuk mendeteksi komplikasi- komplikasi dan
menyiapkan untuk persalinan dengan mempelajari keadaan kehamilan ibu
sekarang, kehamilan dan kelahiran terdahulu, kesehatan secara umum dan
keadaan kehamilan ibu sekarang, kehamilan dan kelahiran terdahulu, keseahatan
secara umum dan kondisi sosio- ekonomi. Begitu informasi dikumpulkan, bidan
dapat menentukan apakah kehamilan ini normal atau apakah ibu mempunyai
kebutuhan khusus. Sebagai tambahan, pada kunjungan antenatal pertama bidan
dapat menggunakan data untuk menghitung usia kehamilan dan tanggal
persalinan.
Berdasarkan interpretasi data, bidan membuat rencana khusus mengenai
asuhan bagi ibu. Ketika melakukan anamnesa perlu di ingat pentingnya
ketrampilan berkomunikasi yang baik. Kebanyakan ibu yang datang ke klinik
tidak secara sukarela memberikan informasi kepada bidan. Kemungkinan ibu
akan mengatakan, “kata ibu saya, saya harus datang kepada bu bidan karena saya
sudah 2 bulan tidak haid “kemudian menjadi tugas bidan untuk bertanya dan
mengetahui keadaan kehamilan ibu secara rinci.
Cara seorang bidan melakukan komunikasi dengan ibu menentukan informasi
apa dan berapa banyak yang dapat diperoleh dari ibu tersebut. Kalau bidan
melakukan pendekatan dengan penuh rasa persahabatan dan penghargaan
terhadap ibu,besar kemungkinan ibu akan bersikap jujur dan mau
menginformasikan kepada bidan keadaan kehamilannya secara rinci. Bidan sangat
perlu menjalin hubungan yang baik dan dapat dipercaya oleh kliennya. Kalau
klien mempercayai bidan, dia akan menyebutkan hal– hal yang mungkin penting
untuk asuhannya.
Dan sangat penting jika bidan mengembangkan hubungan saling percaya
dengan ibu, besar kemungkinan ibu kembali kepada bidan disaat waktunya -
melahirkan=beberapa penelitian membuktikan bahwa hal ini efektif dalam
menurunkan kematian ibu dan neonatus. Selama kunjungan antenatal pertama kita
mulai mengumpulkan informasi mengenai ibu untuk membantu kita dalam
membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi, dan
merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan.
Dalam kunjungan- kunjungan selanjutnya kita mngumpulkan lebih banyak
informasi mengenai kehamilan untuk mendeteksi komplikasi dan melanjutkan
memberikan asuhan individu yang khusus. Hari ini kita akan memfokuskan pada
informasi riwayat kesehatan yang harus dikumpulkan selama kunjungan antenatal
pertama. Sebagaimana yang telah kita diskusikan sebelumnya riset dari seluruh
dunia menunjukkan anamnesa harus difokuskan pada pertanyaan- pertanyaan
untuk menapis dan mendeteksi komplikasi yang membahayakan jiwa.Para bidan
harus meluangkan waktu mendiskusikan riwayat yang telah terbukti menunjukkan
adanya komplikasi yang membahayakan jiwa. Dibawah ini terdapat daftar
komponen riwayat untuk kunjungan antenatal pertama. Beberapa bagian riwayat
dituliskan dengan huruf tebal yang merupakan bagian yang penting bertalian
dengan upaya penurunan kematian ibu yang harus dimasukkan.Sajikanlah materi
ini dengan trasparansi atau flipchart.
Isi Riwayat pada Kunjungan Antenatal Pertama :
1) Informasi Biodata 29 Nama dan Usia Ibu

2) Riwayat Kehamilan sekarang meliputi :

a) HPHT dan apakah normal.

b) Gerak janin (kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan yang
terjadi).

c) Masalah atau tanda- tanda bahaya (termasuk rabun senja) .


d) Keluhan- keluhan lazim pada kehamilan .

e) Penggunaan obat- obatan (termasuk jamu- jamuan) .

f) Kekhawatiran- khawatiran lain yang dirasakan. Riwayat kehamilan yang


sekarang membantu anda untuk dapat menentukan umur kehamilan
dengan tepat. Setelah anda mengetahui umur kehamilan ibu, anda
memberikan koseling tentang keluhan kehamilan yang biasa terjadi dan
dapat mendeteksi adanya komplikasi dengan lebih baik.

3) Riwayat kebidanan yang lalu meliputi :

a) Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan aterm, persalinan


prematur, keguguran atau kegagalan kehamilan, persalinan dengna
tindakan (dengan forseps, vakum atau operasi seksio sesarea).

b) Riwayat perdarahan pada kehamilan persalinan, atau nifas sebelumnya.

c) Hipertensi disebabkan kehamilan pada kehamilan sebelumnya.

d) Berat bayi sebelumnya < 2,5 kg atau >4kg

e) Masalah- masalah lain yang dialami

4) Riwayat Kesehatan termasuk penyakit- penyakit yang diidap dahulu dan


sekarang, seperti :

a) Masalah- masalah cardiovascular

b) Hipertensi

c) Diabetes

d) Malaria

e) PMS atau HIV/AIDS

f) Lain- lain
g) Imunisasi tetanus

Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang membantu anda mengidentifikasi


kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi kehamilan atau bayi baru lahir.

5) Riwayat sosial ekonomi meliputi :

a) Status perkawinan

b) Respon orang tua dan keluarga terhadap kehamilan ini

c) Riwayat KB

d) Dukungan keluarga

e) Pengambil keputusan dalam keluarga

f) Kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi dengna fokus pada vitamin A
dan zat besi

g) Kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok, minum obat atau


alcohol

h) Beban kerja dan kegiatan sehari- hari

i) Tempat melahirkan dan penolong yang di inginkan. Riwayat sosial


ekonomi ibu dapat membantu anda mengetahui sistem dukungan terhadap
ibu dan pengambil keputusan dalam keluarga sehingga anda dapat
membantu ibu merencanakan persalinannya dengan lebih baik.

7. Pemeriksaan Fisik dan Obstetric


Pemeriksaan fisik dan test laboratorium pada kunjungan antental pertama
Tujuan dari pemeriksaan fisik dan test laboratorium adalah unutk mendeteksi
komplikasi kehamilan.Bukti diseluruh dunia menunjukkan bahwa pemeriksaan
fisik dan test laboratorium selama kunjungan antenatal harus difokuskan pada
pemeriksaan- pemeriksaan yang didukung oleh riset ilmiah. Dengan kata lain,
para bidan seharusnya meluangkan waktu melakukan pemeriksaan- pemeriksaan
yang nyata- nyata dapat menurunkan kematian ibu dan neonatus.
Dibawah ini daftar komponen- komponen dari pemeriksaan fisik pada
kunjungan antenatal pertama. Asesmen dari hal- hal yang dicetak tebal adalah
penting, dan pemeriksaan ini nyata- nyata dapat mengurangi kematian ibu dan
anak. Sedangkan hal- hal lain hanya dilakukan jika ibu mengeluh merasakan
gejala atau ketidaknyamanan yang berhubungan degnan pemeriksaan tersebut.
1) Pemeriksaan fisik umum

a) Tinggi badan

b) Berat Badan

c) Tanda – tanda vital

a. Tekanan darah

b. Denyut nadi

d) Kepala dan leher

a. Edema diwajah

b. Ikterus pada mata

c. Mulut pucat

e) Leher

meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar


tiroid
f) Tangan dan kaki

a. Edema di jari tangan

b. Kuku jari pucat


c. Varices vena

d. Reflek – reflek

g) Payudara

a. Ukuran, simetris

b. Puting payudara : menonjol/ masuk

c. Keluarnya kolostrum atau cairan lain

d. Retraksi , dimpling

e. Massa

f. Nodul Axilla

h) Abdomen

a. Luka bekas operasi

b. Tinggi fundus uteri ( jika > 12 minggu )

c. Letak , presentasi, posisi dan penurunan kepala (kalau > 36


minggu) d. DJJ ( jika > 18 minggu )

Palpasi Abdomen

Metode palpasi abdomen pada ibu hamil. Sebelum pasien


dilakukan pemeriksaan, maka persiapan yang harus dilakukan
adalah:

a) Instruksikan ibu hamil untuk mengosongkan kandung


kemihnya

b) Menempatkan ibu hamil dalam posisi berbaring telentang,


tempatkan bantal kecil di bawah kepala untuk kenyamanan
c) Menjaga privasi

d) Menjelaskan prosedur pemeriksaan

e) Menghangatkan tangan dengan menggosok bersama-sama


(tangan dingin dapat merangsang kontraksi rahim)

f) Gunakan telapak tangan untuk palpasi bukan jari.

Leopold I

Tujuan: untuk menentukan inggi fundus uteri (tusia kehamilan)


dan bagian janin yang terdapat di fundus uteri (bagian atas
perut ibu).

Teknik:

a) Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450


atau lutut bagian dalam diganjal bantal) dan pemeriksa
menghadap ke arah ibu

b) Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua


tangan dari arah samping umbilical

c) Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan


TFU

d) Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung


kedua tangan, tentukan bagian janin.

Hasil :

1) Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan


teraba adalah keras,bundar dan melenting (seperti
mudah digerakkan)
2) Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang
akan terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang
melenting

3) Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada


Fundus teraba kosong.

Leopold II

Tujuan : Untuk menentukan dimana punggung anak dan


dimana letak bagian-bagian kecil.

Teknik:

a) Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk)


dan pemeriksa menghadap ibu

b) Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut


lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding
perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama

c) Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau


bersamaan (simultan) telapak tangan tangan kiri dan
kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang
(punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas)

Hasil:

1) Bagian punggung: akan teraba jelas, rata,


cembung, kaku/ tidak dapat digerakkan
2) Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan
teraba kecil, bentuk/ posisi tidak jelas dan
menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki
janin secara aktif maupun pasif.

Leopold III

Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa (kepala


atau bokong) yang terdapat di bagian bawah perut
ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah
memasuki pintu atas panggul (PAP).

Teknik:

a) Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki


ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu

b) Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada


dinding lateral kiri bawah, telapak tangan
kanan bawah perut ibu

c) Menekan secara lembut dan bersamaan/


bergantian untuk mentukan bagian terbawah
bayi

d) Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan


keempat jari lainnya kemudian goyang
bagian terbawah janin.

Hasil: Bagian keras,bulat dan hampir homogen


adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak
dan kurang simetris adalah bokong Apabila
bagian terbawah janin sudah memasuki PAP,
maka saat bagian bawah digoyang, sudah tidak
bias (seperti ada tahanan).

Leopold IV

Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa


yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta untuk
mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.

Teknik:

a) Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan


posisi kaki ibu lurus

b) Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan


pada lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-
ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada
tepi atas simfisis. Menemukan kedua ibu jari
kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jarijari
tangan yang meraba dinding bawah uterus.

c) Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari- jari:


bertemu (konvergen) atau tidak bertemu
(divergen)

d) Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk


tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala upayakan memegang bagian
kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong
upayakan untuk memegang pinggang bayi
e) Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas
panggul kemudian meletakkan jari-jari tangan
kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk
menilai seberapa jauh bagian terbawah telah
memasuki pintu atas panggul.

Hasil: Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa


bertemu (konvergen) berarti bagian terendah janin
belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan
apabila kedua tangan pemeriksa membentuk jarak
atau tidak bertemu (divergen) mka bagian terendah
janin sudah memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)-
Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh
bagian jari masih meraba kepala, kepala belum
masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1 jari dari lima jari,
bagian kepala yang sudah masuk 4 bagian), dan
seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah masuk
PAP)

i) Genital luar (externa)

a. Varises

b. Perdarahan

c. Luka

d. Cairan yang keluar

e. Pengeluaran dari uretra dan Skene

f. Kelenjar Bartholin : bengkak ( massa ), cairan yang keluar

j) Genital dalam ( interna )


a. Servik meliputi : cairan yang keluar, luka (lesi ), kelunakan,
posisi, mobilitas, tertutup atau membuka.

b. Vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah.

c. Ukuran Adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada


trimester pertama)

d. Uterus meliputi : ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan,


massa (pada trimester pertama)

Evidance Based Practice

a) Ibu hamil trimester III yang mengalami keputihan yang


banyak proses persalinannya akan mudah karena lendir
keputihan dapat melicinkan saluran jalan lahir
Fakta: Keluarnya cairan keputihan yang banyak justru tidak
normal, hal ini dapat menggambarkan keputihan yang abnormal
yang disertai gatal, bau dan berwarna atau tanda infeksi pada
organ genetalia.

b) Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar bayi


yang akan lahir tidak terlilit tali pusat.

Fakta: Lilitan tali pusat disebabkan oleh faktor bayi yang


bergerak terlalu aktif dan tali pusat yang terlalu panjang dan
bukan disebabkan oleh handuk yang dililit di leher.

c) Belum semua ibu hamil mengetahui 1000 hari pertama


kehidupan.
Fakta: Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebutkan angka
kejadian anak pendek akibat masalah gizi di Indonesia sebesar
37,2%, dan tentunya gangguan pertumbuhan ini akan
mengganggu perkembangannya. Karena itulah penting orangtua
memantau tumbuh kembang anaknya terutama untuk anak di
bawah usia 2 tahun mulai dari masa dalam kandungan sampai
anak usia 2 tahun. 1000 hari pertama kehidupan merupakan
periode emas seorang anak untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, gangguan yang terjadi pada periode ini,
khususnya asupan gizi yang tepat, akan berdampak pada
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat
permanen dan berjangka panjang serta lebih sulit untuk
diperbaiki setelah anak berusia 2 tahun, maka kehamilan perlu
disiapkan sejak dini dengan asupan gizi ibu hamil yang
berkualitas, stimulasi otak janin secara dini (Brain Booster),
pemeriksaan rutin kehamilan dan personal hygine atau
kebersihan lingkungan.

d) Emosional ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan janin.


Peningkatan hormone cortisol terjadi pada ibu hamil yang
depresi yang disebabkan oleh kehamilan yang tak diinginkan
atau suami yang autotarian. Cortisol menghambat pertumbuhan
janin dan dapat berdampak jangka panjang. Anak dimasa
depannya cenderung menjadi criminal, allkoholism, penyakt
mental, anti social, schizophrenia dan lain-lain karena merasa
tidak memiliki orang tua.

B. Asuhan Persalinan Normal


1. Definisi
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika terjadi
pada kehamilan usia cukup bulan (>37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. Berikut
beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan:
a) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun ke jalan lahir

b) Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong


keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulai dari
kenceng- kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk
konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari
uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.

c) Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500
gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat
badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari
24 minggu.

d) Delivery (kelahiran) adalah peristiwa keluarnya janin termasuk


plasenta

e) Gravida (kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk abortus,


molahidatidosa dan kehamilan ektopik yang pernah dialami oleh
seorang ibu.

f) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang


terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu),
berlangsung dalam waktu 18- 24 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.

Persalinan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, antara lain:

1) Persalinan spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu


sendiri dan melalui jalan lahir.

2) Persalinan buatan

Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar,


misalnya dengan ekstraksi vakum, forsep, ataupun sectio
caesarea

3) Persalinan anjuran

Persalinan yang berlangsung dengan pemberian obat


untuk merangsang timbulnya kontraksi, misalnya dengan
pemecahan ketuban, pemberian pitocin, atau
prostaglandin.

2. Penyebab Mulainya Persalinan Pengaruh Hormone


a. Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan


memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
mekanis.

b. Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,


menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik, dan
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Pada
kehamilan, kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang
seimbang sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan
keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin
yang dikeluarkan oleh hipofisis parst posterior dapat
menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks.

Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang


memungkinkan terjadinya proses persalinan:

a) Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam


batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut
terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot- otot uterus. Hal ini mungkin
merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
b) Teori penurunan progesterone

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu,


dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales
mengalami perubahan- perubahan dan produksi
progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim
mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesteron tertentu.

c) Teori oksitosin internal


Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.
Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas,
sehingga persalinan dimulai.
d) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur


kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi
persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan
pemicu terjadinya persalinan.
e) Teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan


anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena
tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh
Linggin (1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak
kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci menjadi
lebih lama. Pemberian kortikosteroid yang dapat
menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Dari
beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan
antara hipotalamus pituitari dengan mulainya persalinan.
Glandula suprerenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
f) Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukanan oleh
Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang, maka konsepsi akan segera dikeluarkan.
g) Faktor lain

Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus


frankenhauser yang terletak di belakang serviks. Bila
ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat
dibangkitkan.

3. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan
aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan
asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah
mencegah teriadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran
paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi
selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan
dan kematian ibu serta bayi baru lahir.
Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya menurunkan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Tujuan asuhan persalinan
normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang optimal (Sarwono 2016).
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks
membuka dari 0 sampai 10 sm. Kala I dinamakan juga kala
pembukaan. Kala II disebut juga kala pengeluaran, oleh karena
kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin didorong keluar sampai
lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala urie, plasenta terlepas dari
dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta
sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi apakah
terjadi perdarahan post partum.
a. Kala I Persalinan

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara


pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan
his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga
ibu masih dapat berjalan- jalan. Klinis dinyatakan mulai
terjadi partus jika timbul his dan ibu mengeluarkan lendir
yang bersemu darah (bloody show).

Proses ini berlangsung kurang lebih 18- 24 jam, yang


terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dari
pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7
jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.
Dalam fase aktif masih dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu: fase
akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi
4 cm; fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm
menjadi 9 cm; dan fase deselerasi, dimana pembukaan
menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9
cm menjadi 10 cm.

b. Kala II

Kala dua adalah saat keluarnya janin. Dimulai saat


serviks sudah berdilatasi penuh dan ibu merasakan dorongan
untuk mengejan untuk mengeluarkan bayinya. Kala ini
berakhir saat bayi lahir. Kala dua persalinan dimulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam
pada primipara dan 1 jam pada multipara. Kala dua disebut
juga kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala dua
persalinan antara lain;

1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya


kontraksi.

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum


dan vaginanya.

3) Perineum menonjol.

4) Vulva- vagina dan spingter ani membuka.

5) Meningkatnya pengeluaran lendir dan nulipara umumnya


bercampur sedikit darah.

6) Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva


membuka, perineum meregang. Dengan his yang
terpimpin terlahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primipara: 1 ½ – 2 jam, pada
multipara ½ - 1 jam.

c. Kala III

Kala III adalah pemisahan dan keluarnya plasenta dan


membran, pada kala tiga ini, juga dilakukan pengendalian
perdarahan. Kala ini berlangsung dari lahirnya bayi sampai
plasenta dan membran dikeluarkan. Kala tiga persalinan
disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta.
Kala tiga dan empat persalinan merupakan kelanjutan dari
kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala pengeluaran
bayi).

Kala tiga persalinan dimulai segera setelah bayi lahir


sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari
30 menit. (Saifuddin, 2010). Tanda-tanda lepasnya plasenta
mencakup beberapa atau semua hal-hal dibawah ini;

1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir


dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya
sepusat.

2) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong


kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah
pear dan fundus berada diatas pusat (seringkali
mengarah kesebelah kanan).

3) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur


keluar melalui vulva (Tanda Ahfeld).

4) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang


terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam
ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

Manajemen Aktif Kala III


Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala III jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan
dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh
atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat
dicegah dengan dilakukan manajemen aktif kala tiga.
Manajemen Aktif Kala III Terdiri Dari Tiga Langkah Utama:

1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit


partama setelah bayi lahir.

2) Melakukan penegangan talipusat terkendali.

3) Masase fundus uteri.

d. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan setelah bayi dan uri


lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan pospratum karena perdarahan post partum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Tujuh pokok penting
didalam kala IV, antara lain:

1) Kontraksi rahim: baik atau tidak kontraksi rahim dapat


diketahui dengan palpasi. Bila perlu lakukan massase
dan berikan uteretonika.

2) Perdarahan: ada perdarahan aktif atau tidak, dan


jumlah dari perdarahan.
3) Kandung kemih

4) Luka jahitan baik atau tidak.

5) Penilaian terhadap kelengkapan plasenta.

6) Keadaan umum ibu seperti tanda-tanda vital

7) Memeriksa Kemungkinan Perdarahan dari Perineum


Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari
laserasi atau robekan perineum dan vagina.

Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan

 Derajat I: terdiri dari mukosa vagina, komisura


posterior, kulit perineum. Tidak perlu dijahit
jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik.

 Derajat II: terdiri dari mukosa vagina,


komisura posterior, kulit perineum, dan otot
perineum.

 Derajat III: terdiri dari mukosa vagina,


komisura posterior, kulit perineum, dan otot
perineum ditambah dengan otot sfingter ani
eksterna.

 Derajat IV: terdiri dari mukosa vagina,


komisura posterior, kulit perineum, dan otot
perineum, otot sfingter ani eksterna dan
dinding rectum anterior.
Untuk derajat III dan IV penolong APN tidak
dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi
perineum derajat III dan IV, segera rujuk.

Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan


kelahiran bayi Menurut Depkes (2008) lima benang
merah tersebut adalah: Membuat keputusan klinik,
asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan
infeksi, pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan
dan rujukan.

4. Mekanisme Persalinan Normal

Mekanisme Persalinan Normal (varney, 2010)

a. Engagement (masuknya kepala)

kepala janin berfiksir pada pintu atas panggul.

b. Descent (Penurunan) : penurunan dilakukan oleh satu/lebih

1) Tekanan cairan amnion

2) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot


abdomen.

3) Ekstensi dan penelusuran badan janin.

4) Kekuatan mengejan

c. Fleksion (fleksi)

Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada


tekanan pada PAP, serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
Pada fleksi ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil, karena
diameter fronto occopito di gantikan diameter sub occipito.
((Prawirohardjo, 2017)

d. Internal rotation (rotasi dalam)

Pada waku terjadinya pemutaran dari bagian depan sedemikian


rupa ingga bagian terendah dari janin memutar ke depan ke bawah
simfisis (UKK berputar ke depan sehingga dari dasar panggul
UUK di bawah simfisis). (Wijayanti, 2018)

e. Extensition (ekstensi)

Ubun – ubun kecil (UUK) di bawah simfisis maka sub occiput


sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi
(ekstensi)

f. External rotation (rotasi luar)

Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan


kapala dengan punggung anak.

g. Explsion (ekspusi)

Terjadi kelahiran bayi seluruhnya

5. Tanda dan Gejala Persalinan


Ada sejumlah tanda dan gejala peringatan akan meningkatnya
kesiagaan seorang wanita mendekati persalinan. Wanita tersebut
mungkin mengalami semua, sebagian atau bahkan tidak sama sekali
tanda gejala yang ada dibawah:
a. Lightening
Lightening mulai dirasakan kira- kira dua minggu sebelum
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam
pelvis minor. Pada presentasi sevalik, kepala bayi biasanya
engaged setelah lightening. Saat itu, sesak nafas yang dirasakan
oleh ibu opada trimester 3 berkurang, karena kondisi ini akan
menciptakan ruang baru abdomen atas untuk ekspansi paru.
Sebaliknya ibu akan merasa menjadi sering berkemih, perasaan
tidak nyaman akibat tekanan panggul yangmenyeluruh, kram
pada tungkai, dan peningkatan statis pada vena.
b. Perubahan Serviks
Perubahan serviks mendekati persalinan serviks semakin
matang. Konsistensi servik menjadi seperti pudding dan terjadi
sedikit penipisan.
c. Persalinan Palsu
Semakin tua usia kehamilan, pengeluaran progesteron dan
estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering disebut his palsu. Sifat
his palsu yaitu, rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya
tidak teratur, tidak ada perubahan serviks, durasinya pendek, dan
tidak bertambah jika dibawa aktifitas.
d. Ketubahan Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu
persalinan. KPD dialami oleh 80% wanita hamil dan mengalami
persalinan spontan dalam 24 jam.
e. Bloody Show
Bloody show adalah pengeluaran lendir disertai dengan darah
melalui vagina. Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada
serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir
yang terdapat dikanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah
pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit.
Indikator persalinan sesungguhnya ditandai dengan kemajuan
penipisan dan pembukaan serviks.

Tanda- tanda persalinan sudah dekat:

a. Menjelang minggu ke- 36, pada primigravida terjadi


penurunan fundus uteri karena kepala janin sudah masuk
pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi Braxton
Hicks. Sedangkan pada multigravida kepala janin baru masuk
pintu atas panggul saat menjelang persalinan.

b. Terjadinya his permulaan. Kontraksi ini terjadi karena


perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dan
memberikan rangsangan oksitosin. Semakin tua kehamilan,
maka pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang,
sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih
sering sebagai his palsu

6. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

a. Passage (Jalan Lahir)

1) Bagian Keras tulang panggul (rangka panggul)


Terdiri dari 4 buah tulang, yaitu;

- Terdapat 2 buah tulang pangkal paha (Os.coxae)


yang terdiri dari : tulang usus (os. Illium), tulang
duduk (os. Ischium) dan tulang kemaluan
(os.pubis)

- Terdapat 1 tulang kelangka (Os.sacrum)

- Terdapat 1 tulang tungging (Os.coccygis)


2) Bagian Lunak Panggul Segmen bawah rahim,
serviks, vagina, introitus vagina, dan vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi
dinding dalam dan bawah panggul.

b. Passenger

1) Janin pada persalinan normal bila kondisi janin


adalah letak bujur, presentasi belakang kepala, sikap
fleksi dan tafsiran berat janin

2) Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak


menghalangi jalan rahim). Dengan tuanya plasenta
pada kehamilan yang bertambah tua maka
menyebabkan turunya kadar estrogen dan
progesterone sehinga menyebabkan kekejangan
pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan
kontraksi.

c. Power

Faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar


dalam persalinan terdiri dari:

1) His (kontraksi otot rahim) His yang normal


mempunyai sifat :

- Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.

- Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.

- Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot


rahim yang berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehingga terjadi refleksi dan
pembentukan segmen bawah rahim.

2) Kontraksi otot dinding perut.

3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum

7. Perubahan Psikologis dalam Persalinan


a) Pengalaman Sebelumnya
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dapat
menimbulkan ambivalensi mengenai kehamilan seiring
usahanya mengadapi pengalaman yang buruk yang pernah ia
alami sebelumnya. Efek kehamilan terhadap kehidupan
kelak, tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan
ditanggungnya. Kecemasan yang berhubungan dengan
kemampuan untuk menjadi seorang ibu.
b) Kesiapan Emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang
dapat terkendali yang di akibatkan oleh perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri serta pengaruh
dari orang- orang terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih
sensitive terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang dan
terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan
sesama ibu hamil lainnya untuk saling tukar pengalaman
dan pendapat.
c) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental,materi dsb)
Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami
kekhawatiran menghadapi persalinan, antara lain dari segi
materi apakah sudah siap untuk menghadapi kebutuhan dan
penambahan tanggung jawab yang baru dengan adanya
calon bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang
berhubungan dengan risiko keselamatan ibu itu sendiri
maupun bayi yang di kandungnya.
d) Support system
Peran serta orang- orang terdekat dan di cintai sangat
besar pengaruhnya terhadap psikologi ibu bersalin biasanya
sangat akan membutuhkan dorongan dan kasih sayang yang
lebih dari seseorang yang dicintai untuk membantu
kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.

Evidenced Based Practice


1. Hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan
ibu dalam menghadapi proses persalinan kala I
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elisa, dkk (2013),
terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan
tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan kala I. Suami
sebagai orang yang paling sering mendampingi ibu saat bersalin,
memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap keberhasilan
persalinan yang aman, sangat kecil kemungkinan gangguan
emosional dan fisiknya, komplikasi pada bayi yang akan
dilahirkan, serta akan memudahkan persalinan.
2. Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tingkat nyeri
persalinan
Salah satu managemen nyeri persalinan adalah dengan tehnik
relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan
teknik pereda nyeri yang banyak memberikan masukkan terbesar
karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan
yang berlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi bernafas
selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem
saraf simpatis dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi
peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan
agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian Kusyati dan Astuti (2012),
menunjukkan ibu yang mengalami nyeri berat mengalami
penurunan tingkat nyeri setelah diberikan teknik relaksasi nafas
dalam.
3. Terapi pijat terhadap pengurangan nyeri persalinan kala I fase
aktif
Nyeri persalinan merupakan nyeri yang timbul karena adanya
kontraksi otot- otot uterus, hipoksia dari otot- otot yang mengalami
kontraksi, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia
korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Salah satu cara
penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
persalinan adalah dengan endorphin-induced massage. Pijat ini
merupakan teknik sentuhan serta pemijatan ringan yang dapat
menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, serta
meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil dengan
memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik ini
dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin.
Pijatan dimulai pada lengan atas kemudian turun hingga pada
lengan bawah. Pijatan bisa juga dilakukan pada daerah bahu,
punggung, leher dan juga paha. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Novoyanti, dkk (2016) menunjukan bahwa sebelum dilakukan
endorphin-induced massage, 33 (91,7%) responden mengalami
skala nyeri berat dan, setelah dilakukan endorphin-induced
massage, sebagian besar responden atau 32 orang (88,9%)
mengalami nyeri sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pijat ini
memiliki pengaruh terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif
Endorphin- induced massage disarankan untuk memberikan
sebagai intervensi dan asuhan kebidanan pada ibu selama
persalinan kala I fase aktif.

C. Asuhan Masa Nifas


1. Definisi
Masa nifas (Puerperium) adalah mulai partus selesai dan
berakhir setelah kira- kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat
genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2014).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 Hari) setelah itu.
Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,
deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin
terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. (Sarwono, 2016)
Nifas atau Puerperium dari kata Puer yang artinya bayi dan
parous melahirkan. Jadi, Puerperium berarti masa setelah melahirkan
bayi. Masa Nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat- alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
(Asih, Yusari,. Risneni. 2016)
Pelayanan keseatan ibu nifas oleh bidan dan dokter dilakukan
minimal 3 kali yaitu 6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan; hari ke 4-
28 hari setelah melahirkan; hari ke 29- 42 hari setelah melahirkan.
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)
2. Tahapan Masa Nifas
a) Periode pasca salin segera/ immediate postpartum (0- 24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam.
Sering terdapat banyak masalah, misal perdarahan karena
atonia uteri. Oleh sebab itu tenaga kesehatan harus teratur
melakukan pengecekan lochea, tekanan darah dan suhu.
b) Periode pasca salin awal/ early postpartum (24 jam- 1 minggu)
Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi
uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak
berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan
baik
c) Periode pasca salin lanjut/ late postpartum (1 minggu- 6
minggu)
Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan sehari- hari serta konseling KB.

3. Rekomendasi WHO Tentang Perawatan Postnatal (WHO,


2013)
a. Rekomendasi 3 : Home visits for postnatal
Kunjungan rumah pada minggu pertama setelah
kelahiran direkomendasikan untuk perawatan ibu dan bayi
baru lahir
b. Rekomendasi 9 : Assessment of the mother
1) 24 jam pertama setelah lahir
Semua wanita postpartum harus melakukan
penilaian perdarahan vagina, kontraksi uterus secara
teratur, tinggi fundus, suhu dan denyut jantung (nadi)
secara rutin selama 24 jam pertama mulai dari jam
pertama setelah kelahiran. Tekanan darah harus
diukur segera setelah lahir. Jika normal, pengukuran
tekanan darah kedua harus dilakukan dalam waktu
enam jam. Kekosongan urin harus didokumentasikan
dalam waktu enam jam.
2) Melampaui 24 jam setelah lahir
 Pada setiap kontak pasca kelahiran
berikutnya, pertanyaan harus terus dilakukan
tentang kesejahteraan umum dan penilaian
yang dibuat mengenai hal berikut: berkemih
dan inkontinensia urin, fungsi usus,
penyembuhan luka perineum, sakit kepala,
kelelahan, sakit punggung, sakit perineum,
dan kebersihan perineum , nyeri payudara,
nyeri tekan uterus dan lokia.
 Kemajuan menyusui harus dinilai pada setiap
kontak pascanatal.
 Pada setiap kontak pascakelahiran, wanita
harus ditanyai tentang kesejahteraan
emosional mereka, keluarga apa dan
dukungan sosial yang mereka miliki dan
strategi koping yang biasa mereka lakukan
untuk menangani masalah sehari-hari. Semua
wanita dan keluarga/ pasangan mereka harus
didorong untuk memberi tahu profesional
kesehatan mereka tentang perubahan suasana
hati, keadaan emosi dan perilaku yang berada
di luar pola normal wanita.
 Pada 10- 14 hari setelah kelahiran, semua
wanita harus ditanyai tentang resolusi depresi
post partum ringan (“maternal blues”) yang
ringan. Jika gejala belum sembuh,
kesejahteraan psikologis wanita tersebut
harus terus dinilai untuk depresi pascanatal,
dan jika gejalanya menetap, dievaluasi.
 Perempuan harus diperhatikan untuk segala
risiko, tanda dan gejala kekerasan dalam
rumah tangga.
 Wanita harus diberi tahu siapa yang harus
dihubungi untuk nasihat dan manajemen.
 Semua wanita harus ditanyai tentang
dimulainya kembali hubungan seksual dan
kemungkinan dispareunia sebagai bagian dari
penilaian kesejahteraan keseluruhan dua
hingga enam minggu setelah kelahiran.
 Jika ada masalah yang memprihatinkan pada
kontak pascanatal, wanita tersebut harus
dikelola dan/ atau dirujuk sesuai dengan
pedoman WHO spesifik lainnya

c. Rekomendasi 10
Iron and folic acid supplementation Suplemen zat besi
dan asam folat harus diberikan setidaknya tiga bulan setelah
melahirkan. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun
selama hamil ialah 1.040 mg. dari jumlah ini 200 mg Fe
tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya
hilang. Suplementasi zat besi dibutuhkan bahkan kepada ibu
dengan status gizi baik (Voni Silvia., 2012)

3. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas


a) Uterus
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan, setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk panggul,
setelah 2 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil)
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

Tabel 1
Tinggi Fundus
Involusi Berat Uterus
Uterus

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram


Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat 500 gram

2 minggu Simpisis 350 gram


6 minggu Tak teraba diatas simpisis 50 gram
8 minggu Bertambah kecil (normal) 30 gram

b) Jenis Lochea

a. Lochea Rubra

Lochea ini berisi darag segar dan sisa-sisa selaput ketuban


pada hari ke 1- 3.
b. Lochea Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3- 7 pasca persalinan.
c. Lochea Serosa

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada


hari ke 7- 14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba

Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu


e. Lochea Purulenta

Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah


berbau busuk.
f. Locheohosis
Lochea yang tidak lancar keluarnya.

c) Payudara

Payudara lebih besar dan lebih keras karena terjadi laktasi


(pembengkakan primer). Di dalam payudara, prolaktin
menstimulasi sel- sel alveolar untuk menghasilkan susu.

d) Sistem kardiovaskular

Tekanan darah tetap stabil dan nadi frekuensinya kembali


seperti sebelum hamil dalam 3 bulan setelah kelahiran.
Sedangkan penurunan volume darah ke kadar sebelum hamil
terjadi pada minggu ketiga setelah kelahiran (Bahiyatund dalam
Anonim, 2017).
e) Abdomen

Abdomen tetap lunak dan mengendur selama beberapa


waktu setelah melahirkan akibat ruptur serat elastik di kulit.
Secara bertahap dalam beberapa minggu, abdomen akan
menjadi lebih kuat.

f) Perubahan sistem perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8


minggu. .

g) Perubahan tanda vital

Suhu tubuh sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh


mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC - 37,5°C. Kemungkinan
disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai 38°C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya,
harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas. Denyut nadi ibu akan
melambat sampai sekitar 60 kali per menit, yakni pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum. (Tyastuti,
2017)

Tekanan darah <140/ 90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa


meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum. Pada
umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Karena ibu
dalam kedaan pemulihan/ dalam kondisi istirahat. Bila ada
respirasi cepat postpartum (>30 x/ menit) mungkin karena tanda-
tanda syok.

h) Ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada


waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur
menjadi menciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum
menjadi kendor

i) Homokonsentrasi

Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal


sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah
melahirkan shunt akan hilang dengan tiba- tiba, volume darah
pada ibu relative akan bertambah. Keadaan ini menimbulkan
beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis. Untung
keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
pada sedia kala

j) Hematologi dan kardiovaskular

k) Leukositosis akan meningkat pada beberapa hari post


partum, sehingga dianjurkan untuk mengajarkan pada ibu cara
menjaga kebersihan genetalia

l) Sistem Endokrin

Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang


dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron

m) Sistem musculoskletal

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6- 8 minggu setelah


persalinan.Sebagai akibat putusnya serat- serat elastik kulit dan
distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus.

4. Adaptasi Psikologis Masa Nifas


Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang
proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut,
kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik
dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang
rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan
peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai
bertambah. Fase- fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas
antara lain;
a) Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung


dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu
terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa
mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup,
komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini
adalah:

1) Kekecewaan pada bayinya.

2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik


yang dialami.

3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan


bayinya

b) Fase Taking Hold


Fase ini berlangsung antara 3- 10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah
tersinggung. Hal yang periu diperhatikan adalah komunikasi yang
baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/ pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain:
Mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara
perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,
istirahat. Kebersihan diri dan lain- lain.
c) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa
percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat
membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan
ibu untuk menjaga kondisi fisiknya. Hal- hal yang harus dipenuhi
selama nifas adalah sebagai berikut:
1) Fisik.
2) Psikologi.
3) Sosial

6. Tanda Bahaya Masa Nifas


a) Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan
yang melebihi 500- 600 ml setelah bayi lahir.
Post partum primer (Early post partum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Post partum sekunder
(Late post partum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.
Penyebab utamanya adalah sub involusi, infeksi nifas dan sisa
plasenta.

b) Lochea yang berbau busuk berasal dari kavum uteri yang


terinfeksi

c) Subinvolusi

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh


kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah
bersalin menjadi 40- 60 gram 6 minggu kemudian. Bila
pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub involusi
d) Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan
komplikasi nifas seperti peritonitis atau peradangan pada
peritonium.

e) Peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari


kemungkinan terjadi infeksi.

f) Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama


pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ke 3
atau ke 4 (Prawirohardjo dalam Anonim, 2017).).

g) Baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang


dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran
bayinya.

Evidenced Based Practice

a. Tampon vagina

Tampon vagina hanya menyerap darah dan


tidak menghentikan perdarahan, bahkan perdarahan tetap terjadi
dan dapat menyebabkan infeksi.
b. Mengganti pembalut. Meskipun tidak ada luka di daerah
genetalia/ jalan lahir, lochea atau darah nifas massih tetap keluar
sehingga penggantian pembalut harus setiap 4 jam sekali untuk
mencegah infeksi.

c. Sebagai promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Ibu nifas


diberikan Zat besi/ folat 1 tablet per oral sehari sekali untuk
setidak- tidaknya 40 hari pacsa persalinan. Serta vitamin A
200.000 IU dalam 30 hari sesudah persalinan pada tempat
dengan defisiensi vitamin A.

d. Interaktif terhadap klien untuk memberikan konseling tentang


tanda bahaya nifas, tanda bahaya bayi baru lahir serta kebutuhan
ibu nifas seperti kosumsi makan perlu ditingkatkan 10- 20%
untuk menggantikan energi yang diberikan pada ASI.

e. Ibu nifas diarang makan telur agar luka laserasi tidak


bau amis. Sebaliknya telur mengandung protein yang sangat
tinggi, protein dibutuhkan agar mempercepat pertumbuhan sel
baru didaerah luka insisi pada lapisan- lapisan kulit, otot, lemak
hingga uterus ibu yang justru dianjurkan memakan sumber
protein lebih banyak. Ibu dianjurkan makan putih telur sebanyak
6 butir perhari dan bisa diganti dengan sumber protein lainnya.

f. Hisapan bayi mempengaruhi produksi ASI

Penelitian yang dilakukan oleh Tauriska dan Umamah (2017),


menyebutkan bahwa semakin sering bayi menghisap payudara dengan
benar, ASI semakin sering diproduksi. Fisiologi, terbentuknya ASI
dipengaruhi hormon prolaktin yang menentukan dalam hal pengadaan
dan mempertahankan sekresi air susu. Isapan bayi yang efektif akan
mengoptimalkan rangsangan ke otak yang akan memerintahkan untuk
memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin. Oleh karena itu,
diharapkan bagi ibu menyusui tetap mempertahankan untuk menyusui
bayinya dengan cara menyusui yang benar untuk meningkatkan
produksi ASI.

D. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Menurut WHO, bayi baru lahir, atau neonatus, adalah anak di


bawah usia 28 hari. Selama 28 hari pertama kehidupan ini, anak
berada pada risiko kematian tertinggi. Oleh karena itu sangat penting
bahwa pemberian makan dan perawatan yang tepat diberikan selama
periode ini, baik untuk meningkatkan peluang kelangsungan hidup
anak dan untuk meletakkan fondasi untuk kehidupan yang sehat.

Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
lahir 2500- 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra
uterin.

Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses


vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek
transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat
berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan
menghasilkan glukosa.

2. Penampilan Bayi Baru Lahir


a) Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi
rangsangan terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit,
atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan

b) Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang


simetris pada waktu bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan
tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini
terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan
yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

c) Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala:


apakah terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak
dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih
panjang ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan pada
kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kiri atau kanan saja,
atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah
bujur kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai
kondisi benjol (Capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika
terjadi moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada
bentuknya semula.

d) Muka wajah: bayi tampak ekspresi; mata: perhatikan antara


kesimetrisan antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan
adanya tanda- tanda perdarahan berupa bercak merah yang
akan menghilang dalam waktu 6 minggu

e) Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu


seperti mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi,
saliva tidak terdapat pada bayi normal, bila terdapat sekret
yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran
cerna
f) Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat
persalinan; perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan
bayi, karena bayi biasanya bayi masih ada pernapasan perut

g) Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung


dengan lekukan yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi,
tungkai: perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila
ekstremitas lunglai/ kurang gerak),farices.

h) Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna


kemerahan, kadang- kadang didapatkan kulit yang mengelupas
ringan, pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan
kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit
dengan warna yang tak rata (“cuti Marmorata”) ini dapat
disebabkan karena temperature dingin, telapak tangan, telapak
kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan
kuning, bercakbercak besar biru yang sering terdapat disekitar
bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada umur 1 (satu)
sampai 5 (lima) tahun.

i) Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus diperhatikan:


tinja dan kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama.
Waspada bila terjadi perut yang tiba- tiba membesar, tanpa
keluarnya tinja, disertai muntah, dan mungkin dengan kulit
kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih
lanjut, untuk kemungkinsn Hirschprung/ Congenital
Megacolon.

j) Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan


spontan tanpa disadari pada bayi normal, refleks pada bayi
antara lain;
1) Tonik neek refleks , yaitu gerakan spontan otot kuduk
pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara
spontan memiringkan kepalanya.

2) Rooting refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah


sekitar mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya
dan memiringkan kepalanya ke arah datangnya jari

3) Grasping refleks yaitu bila jari kita menyentuh telapak


tangan bayi maka jarijarinya akan langsung
menggenggam sangat kuat.

4) Moro refleks yaitu reflek yang timbul diluar kesadaran


bayi misalnya bila bayi diangkat/direnggut secara kasar
dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan
gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang yang
mendekapnya.

5) Suckling refleks (menghisap) yaitu areola putting susu


tertekan gusi bayi, lidah, dan langis-langit sehingga
sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.

6) Swallowing refleks (menelan) dimana ASI dimulut bayi


mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke
dalam lambung.

k) Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat


badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan
kekurangan cairan

3. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Menurut Deslidel (2011), tanda bahaya bayi baru lahir antara lain:
a. Suhu tubuh bayi terlalu dingin (hipotermi) suhu dibawah 36,5º
C dan hipertermi suhu tubuh bayi lebih dari 37,5º C

b. Warna kulit bayi kuning (Ikterus) menyerupai penyakit hati


yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya
hiperbilirubinemia.

c. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit (sindrom


gangguan nafas)

d. Tali pusat kemerahan, berbau busuk, keluar pus, bengkak dan


berdarah

e. Infeksi perinatal dengan gejala bayi malas minum, gelisah atau


letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan terus
menurun, muntah, diare, sklerema dan oedema, perdarahan,
ikterus, dan kejang serta suhu tubuh meningkat atau menurun.

f. Muntah dapat disebabkan kelainan kongenital, infeksi pada


saluran pencernaan, cara pemberian minum yang salah atau
keracunan.

4. Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir adalah sebagai


berikut:
a. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C.

b. Pemeriksaaan fisik bayi.

c. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5– 1


mg I.M.

d. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.


e. Lakukan perawatan tali pusat. Apabila tali pusat mendapatkan
perawatan yang baik maka tali pusat akan bersih dan tidak
terjadi infeksi serta tali pusat dapat puput lebih cepat yaitu
antara hari ke 5-7 atau lebih cepat tanpa adanya komplikasi
(Hidayat, 2009).

f. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan


kerumah diberikan imunisasi.

g. Mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti


pernafasan bayi tidak teratur, bayi berwarna kuning, bayi
berwarna pucat, suhu meningkat, dll.

h. Mengajarkan orang tua cara merawat bayi (Anonim, 2017).

Evidenced Based Practice

a) Breastfeeding berhubungan dengan perkembangan


neurodevelopment pada usia 14 bulan.

b) Terdapat hubungan antara umur ibu, partus lama, lilitan tali


pusat dengan kejadian asfiksia neonaturum. Lilitan tali pusat
bisa menjadi semakin erat saat proses
persalinan karena kontraksi dan menyebabkan penurunan
uteroplacenter, juga menyebabkan penekanan/ kompresi pada
pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah
yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi
hipoksia dan ibu akan mengalami partus lama). Jika sudah
terjadi gawat janin, lakukan SC segera untuk menyelamatkan
bayi.
c) Pencegahan perdarahan di otak dengan pemberian injeksi
vitamin K, mencegah infeksi mata dengan mengoleskan
chloramphenicol pada mata bayi. Dan pemberian Hb0 pada
usia 0-7 hari.

d) Perawatan tali pusan secara terbuka lebih cepat puput dan


mengurangi kejadian infeksi TP dari pada perawatan tertutup
dengan penggunaan antiseptic. Jangan mengompres atau
membungkus talu pusat.

e) Penyebab kematian terbanyak pada anak adalah pneumonia


dan diare, sedangkan penyebab lain adalah penyakit menular
atau kekurangan gizi. Salah satu upaya untuk mencegah
kematian pada anak adalah melalui pemberian nutrisi yang
baik dan ASI eksklusif.

f) Penelitian yang dilakukan di Banglades melaporkan bahwa


pemberian ASI secara eksklusif merupakan faktor protektif
terhadap infeksi saluran pernapasan akut.

g) Penelitian dilakukan di Nepal melaporkan bahwa pemberian


ASI secara eksklusif merupakan faktor protektif terhadap
infeksi saluran pencernaan/ diare.

E. Keluarga Berencana

1. Definisi

KB (keluarga berencana) adalah merupakan salah satu usaha


untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat
perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB
merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kelahiran.

KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk


memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Tujuan
Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk
Indonesia. Di samping itu KB diharapkan dapat menghasilkan
penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Sasaran dari program KB, meliputi sasaran langsung, yaitu


pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan,
dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola
KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga
yang berkualitas, keluarga sejahtera.

2. Jenis- Jenis Kontrasepsi

a. Konstrasepsi Tanpa Alat

1) Metode Kalender/ Pantang Berkala

Pantang berkala adalah tidak melakukan


senggama pada masa subur seorang wanita yaitu waktu
terjadinya ovulasi (Rusmini dkk, 2017). Pantang
berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender
merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi
sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan
suami istri dengan tidak melakukan senggama pada
masa subur.

2) Senggama Terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga


berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina
dan kehamilan dapat dicegah.

3) Metode Lendir Serviks

Metode lendir serviks adalah suatu cara/ metode


yang aman dan ilmiah untuk mengetahui kapan masa
subur wanita. Cara ini dapat dipakai baik untuk menjadi
hamil maupun untuk menghindari atau menunda
kehamilan.

4) Metode Kontrasepsi Suhu Basal

Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada

aktifitas apapun, biasanya diambil pada saat bangun

tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal

tubuh akan meningkat setelah ovulasi.

Cara mengukur perubahan suhu basal yaitu


peningkatan suhu menunjukkan adanya ovulasi.
Peningkatan suhu yang menetap selama 3 hari
mengindikasikan 48 jam setelah ovulasi dan
menandakan dimulainya fase tidak subur setelah
ovulasi. Peningkatan suhu ini sekitar 0,2ºC atau lebih.
b. Kontrasepsi dengan alat

1) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet


yang dipasang pada penis saat berbhubungan seksual.
Cara kerja kondom yaitu untuk menghalangi terjadinya
pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma diujung selubung karet yang dipasang pada
penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi perempuan. selain itu kondom juga
dapat mencegah penularan mikroorganisme
(HIV/AIDS) dari satu pasang ke pasangan yang
lainnya.

2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat


cembung, terbuat dari karet yang diinsersikan ke dalam
vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks. Cara kerjanya yaitu menekan sperma agar tidak
mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas.

c. Kontrasepsi hormonal

1) Mini pil

Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung


hormone progesterone dalam dosis rendah. Mini pil
atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis
progestin yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet.
2) Suntik Kombinasi (1 bulan)

Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode


suntikan yang pemberiannya tiap bulan dengan jalan
pentikan secara IM (intramuscular) sebagai usaha
pencegahan kehamilan berupa hormon progesterone
dan estrogen pada wanita usia subur.

3) Suntik Tribulan atau Progestin

Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi


yang diberikan secara intramuscular setiap tiga bulan.

4) Alat Kontasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD

IUD (intra uterine device) yang merupakan alat


kontrasepsi paling banyak digunakan, karena dianggap
sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan memiliki
manfaat yang relatif banyak dibanding alat kontrasepsi
lainnya.

5) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) / Implant

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang


mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam
kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane) dan di
pasang di bawah kulit.

2. Akseptor Keluarga Berencana


Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran Adapun
jenis- jenis akseptor KB, yaitu:

a) Akseptor Aktif

Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini menggunakan
salah satu cara/ alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan
atau mengakhiri kesuburan.
b) Akseptor aktif kembali

Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah


menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang
tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara
alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara
setelah berhenti/ istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–
turut dan bukan karena hamil.
c) Akseptor KB Baru

Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali


menggunakan alat/ obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang
kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
abortus.
d) Akseptor KB dini

Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu


cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau
abortus.
e) Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah
satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau
abortus.
f) Akseptor KB dropout

Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan


pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan.

3. Pengambilan Keputusan Kontrasepsi

Hak reproduksi juga menjadi bagian dari hak asasi manusia.


Hak reproduksi yang dihasilkan dari ICPD (International Conference
on Population and Development) pada tahun 1994 menjamin setiap
individu memiliki hak- hak yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi dan kehidupan seksualnya. Hak seksual dituangkan dalam
12 poin antara lain;

1) Hak untuk hidup

2) Hak atas kemerdekaan dan keamanan

3) Hak kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi

4) Hak atas kerahasiaan pribadi

5) Hak atas kebebasan berfikir

6) Hak mendapatkan informasi dan pendidikan

7) Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan


merencanakan keluarga

8) Hak untuk memutuskan mempunyai atau tidak dan kapan waktu


memiliki anak
9) Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan

10) Hak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan

11) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik

12) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk

Merujuk pada poin ke 8 perempuan memiliki hak untuk


memutuskan mempunyai atau tidak dan kapan waktu memiliki
anak. Dalam hal ini perempuan dapat menggunakan alat
kontrasepsi sebagai media mengatur atau menjarakan anak atau
menghentikan kehamilan.
BAB III

STUDI KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


1. Kunjungan Pertama ANC Pada Trimester III

No. Register : xx xx xx

Tanggal/ Jam Masuk : 25 Februari 2021 Pukul : 11.15 Wita

Tanggal/ Jam Pengkajian : 25 Februari 2021 Pukul : 11.15 Wita

Biodata istri/suami

Nama : Ny. V / Tn. R

Umur : 25 tahun / 25 tahun

Nikah/lamanya : I x/ 1 Tahun

Suku : Bugis/ Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : S2 / SMA

Pekerjaan : IRT / TNI Polri

Alamat : Bogar
DATA SUBJEKTIF (S)

a. Nyeri perut tembus belakang

b. Riwayat Penyakit yang lalu

1) Tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM dan sesak

nafas.

2) Tidak pernah di operasi atau di opname sebelumnya

c. Riwayat penyakit sekarang

1) Tidak pernah di opname selama kehamilan yang sekarang

2) Ibu tidak pernah mengalami penyakit yang serius selama kehamilan

yang sekarang

d. Riwayat penyakit keluarga

1) Tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga seperti

hipertensi, diabetes militus, jantung, TBC

2) Tidak ada riwayat penyakit menular dalam keluarga seperti penyakit

menular seksual (PMS)

e. Riwayat kehamilan sekarang

1) Kehamilan pertama, dan tidak pernah mengalami keguguran.

2) HPHT : 02 Juni 2020


3) HTP : 09 Maret 2021

4) Umur kehamilan 38 minggu 3 hari

5) Pergerakan janin dirasakan kuat sejak umur kehamilan 5 bulan

6) Pergerakan janin kuat pada satu sisi perut terutama disebelah kiri perut

ibu

7) Kenaikan berat badan selama hamil 20 kg

8) Mendapat imunisasi sebanyak 1 kali selama kehamilannya

9) Memeriksakan kehamilan sebanyak 1 kali selama kehamilan

10) Mendapatkan tablet Fe sejak umur kehamilan 16 minggu sampai

sekarang setiap kali kunjungan ibu mendapat 20 Tablet FE

11) Selama hamil tidak ada pantangan terhadap makanan atau minuman

f. Riwayat Reproduksi

1) Menarce : 13 tahun

2) Siklus : 28 hari

3) Lamanya : 7 hari

4) Dismenorea : Tidak ada

g. Riwayat psikososial spiritual

1) Ibu, suami dan keluarga merasa senang dengan kehamilannya

2) Kehamilan sekarang direncanakan dengan suami serta mendapat

dukungan dari suami dan keluarga


3) Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami

4) Ibu mengerjakan urusan rumah tangga sendiri

5) Ibu melaksanakan sholat 5 waktu dan selalu berdoa kepada Allah

SWT untuk keselamatan dirinya dan keluarganya.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmenstis

3. Tinggi badan : 152 cm

4. Berat badan : 74 kg

5. LiLA : 23,5 cm

6. TTV

TD : 140/ 100 mmHg N: 80 x/menit

P: 22 x/menit S : 36,5˚C

7. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a. Kepala

Inspeksi : Rambut hitam dan bersih

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

b. Wajah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak pucat, tidak ada

edema,tidak ada cloasma gravidarum


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

c. Mata

Inspeksi : Konjungtiva merah muda, tidak icterus

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

d. Hidung

Inspeksi : Tidak ada pembengkakan dan bersih

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

e. Mulut

Inspeksi : Tidak ada karies, tidak ada sariawan, bibir lembab

f. Telinga

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dan bersih

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

g. Leher

Palpasi :Tidak ada pembengkakan vena jugularis dan kelenjar

tyroid

h. Dada/Payudara

Inspeksi : Tidak ada pembengkakan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : (a) Bunyi jantung normal (b) Bunyi paru normal

Auskultasi : Bunyi jantung normal

i. Abdomen
Inspeksi Terlihat membesar, terdapat linea nigra (garis

kehamilan)

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

j. Genitalia

Inspeksi : Terlihat labia mayora

Palpasi : Tidak ada oedema dan varises

k. Ekstermitas atas dan bawah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan

Palpasi : Tidak ada oedema dan varises

Perkusi : Refleks patella kiri dan kanan (+)

8. Pemeriksaan obstetrik dan ginekologi Hasil:

Hasil palpasi

Leopold I : TFU 30 cm

Leopold II : Punggung kiri

Leopold III : Kepala

Leopold IV : BDP

Auskultasi : DJJ terdengar jelas dan teratur pada kuadran sebelah

kiri bawah dengan frekuensi 140 kali/menit

9. Pemeriksaan penunjang

a. Lab Darah : HB: 13gr/dl, HbsAg (-), HIV (-)

b. Lab Urine : (-) protein urine


ASSESMENT (A)

Diagnosa : GIP0A0, gestasi 38 minggu 3 hari, intra uterine presentasi

kepala, punggung kiri, janin tunggal, hidup, kepala sudah masuk pintu atas

panggul, situs memanjang dengan keluhan sering buang air kecil. Masalah

Aktual: nyeri perut tembus belakang

PLANNING (P)

Tanggal 25 Februari 2021, Pukul: 11.30 Wita

1. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri perut tembus belakang adalah hal

yang wajar/ fisiologis dikarenakan janin yang semakin membesar dan

bergerak kebawah

Hasil : Ibu memahami dengan penjelasan yang diberikan bahwa hal

yang dirasakan dan dialami merupakan hal yang wajar

2. Memberikan arahan untuk dijadikan pelatihan kepada ibu berupa

senam ibu hamil atau yoga ibu hamil, dimana ibu di ajarkan beberapa

gerakan yoga yang bisa ibu lakukan dirumah untuk mengurangi rasa

sakit dan membantu penurunan janin, seperti jalan cepat, gymball,

squat, dan lain- lain.

Hasil : Ibu memahami arahan dan pelatihan senam yoga yang

diberikan dan bersedia melakukannya dirumah di bantu suami dan

keluarga.
3. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup siang 1-2 jam

dan malam hari 7-8 jam

Hasil : Ibu sudah beristirahat dengan cukup dengan lama 1 jam tidur

siang dan malam hari 7 jam.

4. Mendiskusikan kepada ibu tentang persiapan dan rencana persalinan.

Hasil : Ibu sudah menyiapkan keperluan ibu dan bayi serta ibu ingin

bersalin di klinik rumah sehat zam-zam

5. Menjadwalkan kunjungan berikutnya satu minggu lagi atau sewaktu-

waktu bila ada keluhan

Hasil : Ibu akan melakukan kunjungan satu minggu lagi atau

sewaktu- waktu bila ada keluhan.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


No. Register : xx xx xx

Tanggal/ Jam Masuk : 27 Februari 2021 Pukul : 09.30 Wita

Tanggal/ Jam Pengkajian : 27 Februari 2021 Pukul : 09.30 Wita

KALA I

DATA SUBJEKTIF (S)

a. Ibu mengatakan nyeri perut tembus belakang

b. Ibu mengatakan terdapat pengeluaran lendir dan darah

c. Riwayat kehamilan sekarang


a. Umur kehamilan 38 minggu 5 hari

b. HPHT tanggal 02 Juni 2020

c. HTP tannggal 09 Maret 2021

d. Pergerakan janin kuat terutama pada perut sebelah kiri

d. Riwayat psikososial spiritual

a. Ibu, suami dan keluarga merasa senang karena ibu akan segera

melahirkan

b. Ibu dan suami selalu berdoa kepada Allah SWT agar persalinan

berlangsung normal

c. Keluarga membawa perlengkapan bayi dan ibunya

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV :

a. Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

b. Suhu : 36,5˚C

c. Nadi : 80 x/menit

d. Pernapasan : 20 x/menit

4. Pemeriksaan obstetri dan ginekologi

a. Hasil palpasi

Leopold I : 30 cm, LP: 105 cm


Leopold II : Punggung kiri

Leopold III : Kepala

Leopold IV : Bergerak dalam panggul

Auskultasi : DJJ terdengar jelas dan teratur pada kuadran sebelah

kiri bawah dengan frekuensi 146 kali/menit

5. Hasil pemeriksaan dalam , Pukul: 09.30 Wita

Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Lunak

Pembukaan : 3 cm

Ketuban : (+)

Presentase : Kepala

Moulase : (-)

Penurunan : HI

Penumbungan : (-)

Kesan panggul : Normal

Pelepasan : Lendir dan darah

6. Hasil pemeriksaan dalam , Pukul: 13.00 Wita

Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Lunak

Pembukaan : 4 cm

Ketuban : (+)
Presentase : Kepala

Moulase : (-)

Penurunan : HI

Penumbungan : (-)

Kesan panggul : Normal

Pelepasan : Lendir dan darah

His 4 x/ menit durasi 35-40 detik, DJJ 140x/menit

ASSESMENT (A)

Diagnosa : GIP0A0, Gestasi 38 minggu 5 hari, bergerak dalam

panggul, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Punggung kiri,

Presentasi kepala, Keadaan ibu dan janin baik, Inpartu kala I

fase aktif

Masalah Aktual : Nyeri perut tembus belakang

Masalah Potensial: Tidak ada

PLANNING (P)

Tanggal 27 Februari 2021, Pukul: 11.30 Wita

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu
dan janin baik
Hasil : Ibu dan keluarga merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan Ibu untuk miring kiri dan kanan
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
3. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan teknik relaksasi saat ada
kontraksi yaitu dengan mengambil nafas dalam dari hidung dan
mengeluarkannya melalui mulut
Hasil : Ibu bisa mempraktekan teknik relaksasi yang diajarkan
4. Memberitahu ibu tentang proses persalinan dan kemajuan persalinan.
Hasil : Ibu mengerti dan kooperatif terhadap proses dan kemajuan
persalinannya
5. Mengajarkan kepada ibu bagaimana posisi dan cara meneran yang baik
Hasil : Ibu mengerti dan melakukannya dengan baik dan benar.
6. Meminta ibu untuk tidak mengejan terlebih dahulu sebelum pembukaan
lengkap
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan
7. Memberitahukan kepada ibu untuk makan dan minum saat tidak ada
kontraksi dan segera ke kamar mandi jika merasa ingin BAK.
Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan. Ibu makan dan minum
untuk pemenuhan nutrisinya
8. Melakukan induksi alami seperti pijat akupresur pada titik yang
diperlukan untuk merangsang pengeluaran hormone oksitosin
Hasil : Ibu bersedia dan telah dilakukan pijat akupresur. Ibu merasa
rileks dan tenang
9. Melakukan rileksasi dengan beberapa gerakan yoga
Hasil : Ibu mengikuti beberapa gerakan yoga yang diajarkan dan
merasa nyaman.
10. Melakukan gymball dengan duduk di atas bola dengan gerakan memutar
dan maju mundur dan gerakan atas kebawah jika terdapat kontraksi
Hasil : Ibu dengan senang hati mengikuti dan mempraktikkan
gerakan maju mundur dan gerakan ke atas dan ke bawah dengan benar.
Ada kemajuan pembukaan serviks
11. Memberikan support dan motivasi kepada Ibu
Hasil : Ibu bersemangat menunggu kelahiran bayinya
12. Memeriksa kelengkapan partus set pada perlengkapan ibu dan bayi
Hasil : Semua perlengkapan telah tersedia
13. Mendokumentasikan hasil pemantauan kala I fase aktif dalam partograf
Hasil : Tidak terjadi kondisi abnormal pada ibu dan bayi

KALA II

Tanggal 27 Februari 2021, Pukul 19.00 Wita

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan ingin BAB dan ada tekanan pada anus

2. Nyeri perut semakin bertambah

3. Ada perasaan ingin meneran

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV :
Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

Suhu : 36.5 ˚ C

Nadi : 80 kali/menit

Pernafasan : 20 kali/menit

4. Pemeriksaan Obstetri dan Ginekologi

His : 4 x 10 durasi 35-40 detik

DJJ terdengar jelas dan teratur di kuadran sebelah kiri bawah dengan

frekuensi 146 kali/menit

Pemeriksaan dalam VT Pukul 17.00 Wita

Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Tipis

Pembukaan : 8 cm

Ketuban : (-)

Presentase : Kepala

Moulase : (-)

Penurunan : HIV

Penumbungan : (-)

Kesan panggul : Normal

Pelepasan : Lendir, darah, dan air ketuban

ASSEMENT (A)

Diagnosa : Inpartu kala II Fase Aktif


Masalah Aktual : Sakit perut tembus belakang

Masalah Potensial: Tidak ada data yang menunjang

PLANNING (P)

Tanggal 27 Februari 2021 , Pukul: 18.15 Wita

1. Melihat adanya tanda gejala kala II

Hasil : Tanda dan gejala kala II, yaitu

a. Adanya dorongan untuk meneran

b. Adanya tekanan pada anus

c. Perineum menonjol

d. Vulva dan vagina membuka

2. Mempersiapkan alat dan siapkan diri

Hasil : Siapkan alat, yaitu partus set

3. Memakai celemek

Hasil : Celemek telah digunakan

4. Melepas semua perhiasan dan mencuci tangan

Hasil : Perhiasan telah dilepas dan mencuci tangan 6 langkah dengan sabun

dan air mengalir

5. Memakai sarung tangan DTT untuk pemeriksaan dalam (obstetrik)

Hasil : Tangan kanan telah menggunakan sarung tangan

6. Mengisap oksitosin 10 IU kedalam tabung suntik dan meletakkan kembali

dipartus set (obstetrik)


Hasil : Oksitosin telah diisap dan telah dimasukkan kedalam partus set

7. Membersihkan vulva, perineum menggunakan kapas atau kassa DTT dari

depan kebelakang (obstetrik)

Hasil : Vulva telah dibersihkan menggunakan kapas DTT

8. Melakukan pemeriksaan dalam ulang (obstetrik)

Hasil : Pemeriksaan dalam Pukul: 19.00 Wita Tanggal 27 Februari 2021

Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Melesap

Pembukaan : Lengkap

Ketuban : (-)

Presentase : Kepala

Moulase : (-)

Penurunan : H IV

Penumbungan : (-)

Kesan panggul : Normal

Pengeluaran : Lendir dan darah

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan kedalam

larutan klorin 0,5% dan melepas sarung tangan serta merendam kedalam

larutan klorin

Hasil : Sarung tangan direndam dilarutan klorin 0,5% dalam keadaan

terbalik

10. Memeriksa his apabila ada kontraksi


Hasil : His datang sebanyak 5 kali dalam 10 menit dengan durasi 45 detik

11. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir

Hasil : DJJ terdengar jelas dan teratur pada kuadran sebelah kiri bawah

dengan frekuensi 146 kali/ menit

12. Memberitahu bahwa pembukaan lengkap dan minta untuk meneran saat ada

his

Hasil : Ibu mengerti bahwa pembukaannya sudah lengkap dan siap meneran

bila ada his

13. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi senyaman mungkin

untuk meneran

Hasil : Ibu dalam posisi dorsal recumbent

14. Memimpin ibu untuk meneran saat ada dorongan untuk meneran

Hasil : Ibu meneran dengan bersuara

15. Menganjurkan Ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang dalam

melalui hidung mengeluarkan melalui mulut

Hasil : Ibu melakukan teknik relaksasi pada saat kontraksi

16. Memberikan support dan motivasi kepada Ibu


Hasil : Ibu bersemangat menunggu kelahiran bayinya
17. Meletakkan handuk bersih diatas perut ibu

Hasil : Handuk telah dipasang diatas perut ibu

18. Memastikan alat kelengkapan partus set

Hasil : Perlengkapan sudah lengkap


19. Siap diri

Hasil : APD sudah dipakai

20. Membuka partus set

Hasil : Partus set telah dibuka

21. Memakai sarung tangan DTT dikedua tangan

Hasil : Sarung tangan telah dipakai pada kedua tangan

22. Melakukan pimpinan meneran pada ibu bila terjadi His

Hasil : Ibu meneran dengan baik

23. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat

Hasil : Tidak ada lilitan tali pusat

24. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar


Hasil : Kepala bayi telah melakukan putaran paksi luar
25. Setelah melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal, tekan ke
bawah untuk melahirkan bahu depan, dan keatas untuk melahirkan bahu
belakang
Hasil : Bahu lahir dengan normal
26. Bayi lahir jam 19.15 WITA dan melakukan penilaian pada bayi baru lahir
Hasil : Bayi menangis kuat dan bergerak aktif
27. Lakukan IMD selama 60 menit sambil mengeringkan bayi dengan kain bersih,
kemudian mengganti kain yang sudah dipakai dengan kain kering
Hasil : Bayi telah kering dan bersih dibungkus dengan selimut dan
memakaikan topi untuk menjaga kehangatan bayi
28. Membiarkan tali pusat terhubung ke bayi sampai berwarna putih ±1 jam

dengan menerapkan metode lotus birth (wait for white)


Hasil : Penundaan pemotongan tali pusat bayi selama kurang lebih satu jam

untuk suplay makanan dari plasenta ke bayi masih terpenuhi.

29. Memberikan bayi kepada ibu untuk disusui/ IMD dengan skin to skin

Hasil : Bayi menyusu ke ibu

KALA III

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya

2. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir

3. Nyeri perut bagian bawah masih terasa

DATA OBJEKTIF (O)

1. Bayi lahir tanggal 27 Februari 2021 Pukul 19.15 Wita, jenis kelamin laki-

laki, BBL 3000 gram, PBL 48 cm, Apgar score 5/7.

2. TFU setinggi pusat

3. Kontraksi uterus teraba keras dan bundar

4. Tampak semburan darah dari jalan lahir

5. Tali pusat bertambah panjang

6. Berat plasenta 500 gram dan jumlah kotiledon 18

ASSESMENT (A)

Diagnosa : Persalinan normal kala III

Masalah actual : Nyeri perut bagian bawah

Masalah potensial: Tidak ada data yang menunjang


PLANNING (P)

Tanggal 27 Februari 2021, Pukul: 19.30 Wita

1. Memeriksa fundus uteri

Hasil: TFU setinggi pusat menandakan janin tunggal

2. Memberitahukan ibu akan di suntik oksitosin

Hasil: Ibu bersedia disuntik untuk merangsang kontraksi uterus

3. Menyuntikan oksitosin 10 unit

Hasil: Oksitosin 10 unit disuntikkan secara IM pada paha bagian luar 1/3

bagian atas. Uterus berkontraksi

4. Melakukan penegangan tali pusat terkendali

Hasil: Melahirkan plasenta dengan cara penegangan tali pusat terkendali

5. Melahirkan plasenta dan selaput ketuban

Hasil: Plasenta lahir spontan, kotiledon lengkap, selaput utuh

6. Melakukan masase fundus uteri

Hasil : Teraba keras, bundar dan lunak.

7. Membersihkan vulva dan vagina dengan kapas DTT dan memeriksa robekan

jalan lahir

Hasil : Vulva dan vagina sudah bersih dan terdapat laserasi tingkat I

8. Melakukan heacting laserasi tingkat I


Hasil : Telah dilakukan heacting perineum dengan teknik jelujur

KALA IV
DATA SUBJEKTIF (S)

1. Mengeluh nyeri perut bagian bawah masih terasa

2. Ibu dan keluarga senang dengan kelahiran bayi

3. Merasa lelah dan ingin beristirahat

DATA OBJEKTIF (O)

1. Kontraksi uterus baik

2. TFU 2 jari dibawah pusat

3. Kandung kemih kosong

4. Perdarahan kurang lebih 50 cc

5. TTV :

TD: 130/ 90 MmHg

P: 20 ×/menit

N : 70 ×/menit

S: 37oC

ASSESMENT (A)

Diagnosa : Persalinan kala IV

Masalah Aktual : Tidak ada data yang mendukung

Masalah Potensial: Tidak ada data yang mendukung

PLANNING (P)

Tanggal 27 Februari 2021, Pukul: 20.00 Wita

1. Mengevaluasi kontraksi uterus dan perdarahan


Hasil: Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar

2. Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya

Hasil : Ibu menyusui bayinya


3. Setelah melakukan IMD menimbang berat badan bayi
Hasil : 3000 gram
4. Meminta suami / keluarga ibu melakukan pemotongan tali pusat
Hasil : Tali pusat telah di potong
5. Dengan 1 jam pemberian Vit. K dan salep mata
Hasil : Telah dilakukan penyuntikan Vitamin K dan pemberian salep mata
pada bayi dan diketahui oleh keluarganya.
6. Merapikan dan alat yang sudah terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5%
Hasil : Alat sudah dirapikan dan direndam ke dalam larutan klorin
7. Membersihkan ibu dan membantu ibu untuk memakai pakaian bersih
Hasil : Sudah memakai pakaian bersih
8. Memastikan ibu merasa nyaman dan mengajarkan ibu untuk makan
Hasil : Ibu merasa nyaman dan bersedia untuk makan
9. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan membuka APD
Hasil : Tangan sudah di cuci dengan air mengalir dan sabun dan APD sudah
di lepas
10. Melengkapi partograf dengan mengisi halaman depan dan belakang
Hasil : Partograf sudah di isi lengkap

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Kunjungan Pertama Neonatus (Tanggal 27 Februari 2021)

Identitas Bayi

Nama : By. Ny. V

Umur : 6 jam
Jenis kelamin : Laki- laki

Anak ke : 1 (pertama)

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Bayi baru lahir

2. Bayi telah BAB 1 kali dan BAK sebanyak 2 kali

3. Riwayat Persalinan

a. Bayi lahir tanggal 27 Februari 2021, pukul 19.15 Wita

b. Jenis persalinan: spontan

c. Bayi lahir langsung menangis dengan :

1) Jenis kelamin : laki- laki

2) BBL : 3000 gram

3) PBL : 48 cm

4) Penilaian Apgar Score

Table 2.2 Hasil Penilaian

Kriteria 1 Menit 5 Menit


Warna Kulit 1 2
Nadi 1 1
Mimik 1 1
Tonus Otot 1 1
Pernapasan 1 2
Total 5 7

5) Tidak ada lilitan tali pusat

6) Respon terhadap rangsangan baik

7) Segera seteah lahir bayi langsung mendapatkan IMD


DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan Umum bayi baik

2. Bayi baru lahir dengan:

a. Jenis kelamin: laki- laki

b. BBL: 3000 gram

c. PBL: 48 cm

d. Lingkar kepala: 32 cm

e. Lingkar dada : 31 cm

f. Respon terhadap rangsangan baik

g. Warna kulit merah

3. Pemeriksaan Fisik (head to toe)

a. Kepala dan rambut:

Inspeksi : Rambut hitam, tidak ada oedema

Palpasi :Tidak teraba caput succeduodeneum dan cephalhematom.

b. Wajah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

c. Mata:

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret dan tanda–tanda

infeksi.
Palpasi : Refleks glabella (+), refleks corneal (+)

d. Hidung:

Inspeksi : Terdapat lubang hidung simetris kiri dan kanan

Palpasi : Tidak ada benjolan

e. Mulut:

Inspeksi : Warna bibir merah muda, tidak ada kelainan

Palpasi : Refleks swallowing (+), Refleks sucking: (+), Refleks rooting

(+)

f. Telinga:

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan

Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan benjolan

g. Leher:

Inspeksi : Tidak ada lipatan berlebih

Palpasi : Tidak teraba adanya massa Refleks tonic neck (+)

h. Dada:

Inspeksi : Puting susu ada.

Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan benjolan

i. Perut:

Inspeksi : Bentuk bulat, tidak ada perdarahan pada tali pusat, tali pusat

basah.

Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan benjolan

j. Genetalia dan anus:


Inspeksi : Normal, tanpak skrotum dan penis, anus berlubang.

Palpasi : Tidak ada massa

k. Ekstremitas:

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan simetris, jari-jari/lengkap.

Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan benjolan

Refleks :

1) Refleks plantar (+) : Saat menyentuh telapak bayi dengan lembut

jari-jari bayi mencengkeram sangat erat.

2) Refleks crawling (+): Saat memposisikan bayi tengkuarap bayi

memposisikan kakinya seolah-olah akan merangkat.

3) Refleks stepping (+): Saat bayi dipegang pada bagian ketiaknya

kemudian diposisikan seperti berdiri, bayi memposisikan kakinya

tungkai diluruskan seakan akan mau jalan.

4) Refleks babinski (+): Saat meletakkan tangan pada telapak tangan

atau telapak kaki bayi tangan dan kaki bayi muncul respon

mengkerutkan jari jarinya seolah olah ingin menggenggam.

5) Refleks morro (+): Saat bayi dikejutkan, kedua tangan dan kaki

memperlihatkan gerakan seperti merangkul.

ASSESMENT (A)

Diagnosa : Bayi Baru Lahir BCB/SMK /PBK/Spontan

Masalah Aktual : Tidak ada data yang mendukung


Masalah Potensial: Tidak ada data yang mendukung

PLANNING (P)

Tanggal 27 Februari 2021, Pukul: 20.15 Wita

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi

Hasil : Tangan dicuci pada saat akan dan setelah menyentuh bayi

2. Mencegah kehilangan panas dari tubuh bayi dengan cara:

a. Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk bersih.

b. Mengganti handuk yang basah dengan selimut yang kering dan bersih

kemudian dibungkus.

c. Meletakkan bayi dibawah sinar lampu.

d. Tidak memandikan bayi sekurang-kurangnya 6 jam setelah persalinan.

e. Mengukur suhu dan memeriksa anusnya berlubang/tidak dengan

memasukkan termometer ke dalam anus bayi.

Hasil : Kehilangan panas tidak terjadi

3. Melakukan perawatan tali pusat untuk mencegah terjadinya infeksi, adapun

cara perawatan tali pusat yaitu :

a. Ketika mengganti popok, pastikan memasangnya di bagian bawah perut

bayi (di bawah tali pusat), ini untuk menjaga agar tali pusat tidak

terkena air kencing atau kotoran bayi.

b. Gunakan pakaian yang agak longgar untuk sirkulasi udara di sekitar tali

pusat, sampai tali pusat puput.

c. Jangan pernah menarik-narik tali pusat.


d. Gunakan kasa steril, lalu bersikan bagian sekeliling pangkal tali pusat

dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi larutan air DTT.

e. Bersihkan tali pusat dengan mengeringkan tali pusat dengan gaasa steril,

lalu bersihkan bagian sekeliling pangkal tali pusat dengan menggunakan

kasa steril yang dibasahi larutan air DTT.

f. Bungkus tali pusat dengan kasa steril.

g. Teruskan menggunakan popok di atas perut untuk membantu agar kain

kasa yang membungkustali pusat tidak terlepas.

Hasil : Tali pusat telah di rawat kemudian dibungkus dengan kasa steril

4. Menunda memandikan bayi untuk mencegah terjadinya hipotermia

Hasil : Bayi akan dimandikan setelah berusia 6 jam

5. Memberikan HE pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi yang dapat

meningkatkan produksi ASI seperti makan sayur katuk dan kacang-

kacangan sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan bersedia makan

makanan yang dapat memperbanyak produksi ASI

6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

Hasil : Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin yaitu setiap

kali 2 jam atau setiap kali bayi merasa lapar.

7. Menganjurkan ibu untuk menganti popok bayi setiap kali BAK dan BAB

Hasil : Ibu bersedia melakukan apa yang telah dianjurkan.

8. Melakukan kunjungan untuk memantau perkembangan bayi


D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Partum
Kunjungan Nifas (Tanggal 25 Maret 2021)

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu aktif bergerak dan telah melakukan pekerjaan rumah tangga tanpa

dibantu suami dan keluarga

2. ASI lancar

3. Bayi tertidur pulas setiap habis disusui

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda– tanda vital normal

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36.5˚C

Pernapasan : 22 x/menit

4. TFU sudah kembali normal

5. Payudara tampak terisi penuh

6. Tidak ada lagi pengeluaran

ASSESMENT (A)

Diagnosa : 25 hari setelah persalinan


Masalah Aktual : Tidak ada

Masalah Potensial: Tidak ada

PLANNING (P)

Tanggal 25 Maret 2021, Pukul 11.00 Wita

1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga

Hasil: Ibu dan keluarga sangat terbuka dalam menjelaskan perkembangan

ibu dan bayinya

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan memberikan ASI

selama 6 bulan

Hasil: Bayi diberikan ASI Eksklusif

3. Memberikan KIE pada ibu untuk berKB secara dini

Hasil: Ibu mengatakan bahwa saat ini ada keinginan menggunakan KB yang

cocok untuknya dan tidak menghambat produksi ASI.

4. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan bayinya ke posyandu atau

puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi sesuai jadwal posyandu di

desa

Hasil: Ibu akan rutin membawa bayinya ke posyandu berdasarkan jadwal

posyandu di wilayahnya

E. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB

No. Register : xx xx xx
Tanggal/ Jam pengkajian : 25 Maret 2021 Pukul: 11.20 Wita

IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny. “V” / Tn. “R”
Umur : 25 thn / 25 tahun

Nikah/Lama : 1 kali/ lama 1 tahun

Suku : Bugis /Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : S2 / SMA

Pekerjaan : IRT / TNI POLRI

Alamat : Bogar

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan


2. Ibu bersedia menggunakan KB untuk menunda kehamilan

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik


2. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Suhu : 36,6oC
- Pernafasan : 22 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
- Inspeksi : Tidak pucat
- Palpasi : Tidak ada edema
b. Mata
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sclera
putih
c. Mulut
- Inspeksi : Bibir lembab, tidak pucat, gigi tampak bersih, tidak ada
caries
d. Leher
- Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
e. Payudara
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, putting susu terbentuk
- Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
f. Abdomen
- Inspeksi : Tidak terdapat luka bekas operasi, tampak linea nigra dan
striae alba
- Palpasi : Tidak ada pembesaran uterus, tidak ada nyeri tekan
g. Ekstremitas
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices
- Palpasi : Tidak ada oedema

ASSESMENT (A)

Ny.V usia 25 tahun, PI A0 konseling kontrasepsi


PLANNING (P)

Tanggal 25 Maret 2021, pukul 11.25 Wita

1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga.

Hasil : Terjalin hubungan saling percaya antara bidan dengan klien beserta

keluarga.

2. Menanyakan pada klien informasi dirinya tentang riwayat KB dan ingin

menggunakan KB apa.

Hasil : Ibu belum pernah menggunakan KB sebelumnya maka dari itu ibu

ingin menggunakan KB yang tidak menghambat produksi ASI

3. Melakukan informed consent dan membantu ibu untuk menentukan

pilihanannya.

Hasil : Ibu mengerti dan mengetahui jenis- jenis kontrasepsi dan ingin

menggunakan KB alamiah dengan metode amenore laktasi.

4. Memberi penjelasan secara lengkap tetang metode kontrasepsi yang akan

Hasil : Ibu memahami dengan baik metode kontrasepsi yang dipilih dengan

metode KB alamiah amenore laktasi serta syarat dan ketentuan dari metode

MAL agar mendapatkan efektifas dari metode KB tersebut.

5. Menganjurkan kepada ibu agar datang kapan saja apabila ada keluhan atau

gangguan kesehatan

Hasil : Ibu bersedia untuk datang kembali jika ada keluhan atau gangguan

kesehatan
BAB IV

PEMBAHASAN

Merujuk pada bab tinjaun teori dan studi kasus, penulis menyajikan

pembahasan dengan membandingkan antara teori dengan asuhan kebidanan yang

telah dilakukan pada masa kehamilan trimester III, Persalinan, Neonatus, Nifas dan

KB yang diterapkan pada Ny.V di Rumah Sehat Zam-Zam. Berdasarkan asuhan yang

sudah penulis lakukan kepada Ny.V sejak masa hamil trimester III sampai dengan

masa nifas dan KB di Rumah Sehat Zam-Zam dan didapatkan hasil sebagai berikut;

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

Kunjungan kehamilan

Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.S kunjungan ANC sebanyak 4

kali puskesmas dan Posyandu, dan 1 kali di Rumah Sehat Zam-Zam yaitu pada

Trimester ke III. Ibu tidak pernah mengalami penyakit yang serius selama
kehamilan, kehamilan direncanakan serta mendapat dukungan dari suami dan

keluarga.

Berdasarkan teori , untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan

dan persalinan, maka setiap ibu hamil melakukan kunjungan antenatal

komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali.

Di Rumah Sehat Zam-Zam ada beberapa pelayanan yang berbeda dari

kebanyakan fasilitas kesehatan di Palopo. Contohnya seperti yoga, hipnoteraphy,

gymball, rebozo, pijat acupressure, dan masih banyak lagi metode induksi alami

yang digunakan untuk memberi kenyamanan pada ibu baik itu saat hamil,

persalinan, ataupun nifas. Bukan hanya pada ibu saja tetapi pelayanan yang lebih

juga diberikan pada bayi seperti pijat newborn.

Dari uraian diatas berdasarkan teori dan kunjungan yang dilakukan Ny.V

dari awal kehamilannya sampai menjelang persalinan tidak ditemukan

kesenjangan dengan teori yang ada, hal ini dikarenakan walaupun selama

kehamilan Ny.V tidak pernah mengalami penyakit yang serius tetapi tetap

melakukan kunjungan dari awal kehamilan sampai menjelang persalinan dan

sudah memenuhi standar kunjungan kehamilan.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

1. Kala I

Pada tanggal 27 Februari 2021, pukul 09.30 Wita, Ny. V datang ke

Rumah Sehat Zam-Zam dengan tanda keluar cairan dan darah dari vagina
serta nyeri perut tembus belakang dengan pembukaan 3 dan pada jam 17.00

Wita dilakukan pemeriksaan kembali pembukan lengkap (10 cm). Selama

proses persalinan berlangsung ibu dipantau dengan menggunakan partograf.

Asuhan yang diberikan kepada ibu yaitu menyampaikan hasil pemeriksaan

pada ibu dan keluarga, mengajarkan kepada ibu cara relaksasi napas dalam

saat kontraksi, apabila ibu ingin berbaring dianjurkan untuk berbaring

dengan miring ke kiri.

Berdasarkan data yang diperoleh waktu yang diperlukan Ny.V Pada kala

I sebanyak 10 Jam 45 menit, Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi

uterus yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka lengkap..

Lamanya kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan

multigravida berlangsung sekitar 8 jam. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu

fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 4 cm, fase dilatasi

maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat menjadi

9 cm, fase deselerasi pembukaan menjadi lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Menurut asumsi penulis, pembukaan Ny.V bertambah sesuai dengan

waktu yang teori katakan disebabkan karena serviks ibu yang langsung

menipis dan kontraksi yang kurang kuat. Jadi, dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

2. Kala II
Selama Kala II ibu dipimpin meneran ketika ada his dan menganjurkan

ibu untuk minum di sela- sela his. Kala II berlangsung selama ± 1 jam.

Segera setelah lahir bayi diletakkan diatas kain bersih dan kering yang

disiapkan di atas perut ibu kemudian lakukan penilaian bayi baru lahir, bayi

menangis kuat, bayi bernafas, bayi bergerak aktif, warna kulit kemerahan

Berdasarkan teori kala ini dimulai dengan pembukaan lengkap (10 cm)

sampai janin lahir, pada Primigravida proses ini berlangsung 2 jam dan pada

multigravida berlangsung selama 1 jam. Selama proses persalinan ibu

didampingi oleh suami, mertua dan ibunya.

Sudut pandang penulis bahwa asuhan yang diberikan kepada Ny.V

sudah sesuai dengan asuhan yang ada dalam teori. Hal ini dikarenakan pada

saat his ibu dipimpin untuk meneran dan pada saat haus ibu diberikan

minum serta ibu didampingi oleh suami dan keluarga. Dan pada saat bayi

lahir langsung dilakukan IMD selama 1 jam. Jadi dapat disimpulkan tidak

ada kesenjangan atara teori dan asuhan yang diberikan.

3. Kala III

Persalinan kala III Ny.V berlangsung selama ± 15 menit, tidak ada

penyulit dan pasien mendapatkan asuhan penyuntikan oksitosin, PTT, dan

masasse. Hal ini menunjukkan bahwa persalinan kala III Ny.V adalah

fisiolgis yang ditandai dengan tidak adanya penyulit atau masalah pada saat

asuhan diberikan. Kala III atau kala pelepasan uri dimulai dari setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban,

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Kontraksi uterus yang muncul setelah bayi lahir lebih kuat melalui

pemberian oxytocin 10 unit dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir secara

intramuscular pada sepertiga bagian atas paha. Oxitocyn diberikan setelah

memastikan adanya janin tunggal dalma rahim ibu. Tindakan pemberian

oxytocin merupakan salah satu langkah dalam manajemen aktif kala III.

Tujuan dari manajemen aktif kala III yaitu menghasilkan kontraksi uterus

yang adekuat, sehingga akan mempercepat proses pengeluaran plasenta dan

mengurangi kejadian perdarahan.

Penulis berpendapat bahwa tindakan yang diberikan kepada Ny.V

sudah sesuai dengan teori yang ada. Jadi dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan teori dan asuhan yang diberikan.

4. Kala IV

Persalinan kala IV Ny.V berlangsung selama 2 jam pertama

perdarahan ± 350 cc, kontraksi uterus baik (teraba keras dan bulat), kandung

kemih kosong, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, pasien sudah

mendapatkan pemeriksaan tanda- tanda vital setiap 15 menit pada jam

pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua postpartum. Hal ini

menunjukkan bahwa persalinan kala IV pada Ny.V adalah fisiologis karena

kontraksi uterus baik dan perdarahan dalam batas normal. Kala IV atau kala
pengawasan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah

bayi lahir.

Menurut asumsi penulis tindakan yang diberikan kepada Ny.V sudah

sesuai dengan teori yang ada. Jadi dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan

teori dan asuhan yang diberikan.

C. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus

Kunjungan neonatus ke-1 (KN 1)

Pada tanggal 27 Februari 2021, Bayi Ny “V” lahir spontan pada pukul 19.15

Wita, jenis kelamin laki- laki, BBL 3000 gram, PBL 48 cm, LK 32cm, LD 31

cm, LP 32 cm, frekuensi jantung 130×/menit, pernafasan 48×/menit, apgar score

5/7.

Bayi dalam keadaan normal dan sehat. Adapun ciri- ciri BBL normal yaitu

berat badan: 2500- 4000 gram, panjang badan: 48-52 cm, lingkar kepala: 33- 35

cm, lingkar dada: 30-38 cm, bunyi jantung: 120-160 x/menit, pernapasan dada:

40-60 x/menit.

Berdasakan hasil pemeriksaan dan teori maka penulis menyimpulkan bahwa

pada Bayi Ny.V tidak ada kesenjangan antar teori dan praktek.

D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

1. 25 Hari Pasca Persalinan

Masa nifas 25 hari pasca persalinan pada tanggal 25 Maret 2021,

dilakukan pemeriksaan pada Ny.V didapatkan hasil keadaan ibu baik, TFU

sudah tidak teraba, pengeluaran tidak ada, kebutuhan nutrisi ibu tercukupi,
pemberian ASI tetap lancar. Asuhan yang diberikan kepada Ny.V pendekatan

terapeutik dan menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.

Berdasakan hasil pemeriksaan maka penulis menyimpulkan bahwa

asuhan pada Ny.V 25 hari postpartum dalam keadaan normal.

E. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB

Ditinjau dari usia Ny.V yaitu 25 tahun dengan Primigravida dan sedang

menyusui maka dari 5 alat kontrasepsi seperti PIL KB, Suntik 1 bulan/3 bulan,

implant, MAL dan AKDR. Alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah kontrasepsi

dengan metode ameore laktasi (MAL).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa

begitu pentingnya asuhan yang di berikan oleh bidan secara professional baik

pada masa kehamilan,persalinan, nifas maupun bayi baru lahir, sehingga

deteksi dini resiko yang mungkin terjadi dapat dihindari.

Pada studi kasus komprehensif yang telah dilakukan kepada Ny.V yang

meliputi asuhan kebidanan yang menyeluruh dari masa kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir dan keluarga berencana yang bertujuan agar penulis
mampu menerapkan pelaksanaanya. Selama proses pelaksanaan maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut;

1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

Kunjungan yang dilakukan Ny.V selama kehamilan adalah sebanyak 4

kali. Di puskesmas dan posyandu, dan 1 kali di rumah sehat zam-zam

yaitu pada trimester ke III. Hal itu sudah memenuhi standar minimal

kunjungan kehamilan. Beberapa gerkan- gerakan yoga, gymbal, dan

teknik relaksasi sudah dijalankan ibu sehinga dapat membantu ibu dalam

proses persalinannya.

2. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Pada tanggal 27 Februari 2021 dengan usia kehamilan 38 minggu 5

hari. Dimana kala I berlangsung selama ± 10 jam terhitung dari kala I fase

laten selama proses persalinan kala I berlangsung ibu diberikan beberapa

terapi pijat acupressure, rebozo, gymball dan lain sebagainya, kala II

berlangsung ±1 jam, kala III berlangsung selama ±15 menit dengan

mempertahankan tali pusat bayi tetap terhubung ke plasenta (menunda

pemotongan tali pusat samapi berwarna putih dengan metode lotus birth)

dan kala IV berlangsung selama 2 jam. Bayi lahir spontan, IMD

berlangsung selama ±1 jam dan tidak dijumpai penyulit ataupun

komplikasi.
3. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Kunjungan nifas pada Ny.V dilakukan sebanyak 2 kali. Selama

memberikan asuhan nifas pada Ny “V” tidak ditemui adanya penyulit dan

komplikasi. Keadaan umum ibu baik, proses involusi berjalan normal, ibu

sudah diajari cara perawatan payudara serta bayi tetap diberi ASI

eksklusif.

4. Asuhan Kebidanan pada Neonatal

Dilakukan kunjungan sebanyak 1 kali yaitu kunjungan 6 jam. Selama

memberikan asuhan, tidak ditemukan penyulit ataupun komplikasi. Tidak

ditemukan perdarahan atau pun infeksi, bayi selalu diberi ASI tanpa

terjadwal dan bayi menyusu kuat.

5. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Asuhan KB dilakukan dengan memberikan konseling kepada ibu

tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan. Ny.V dan memutuskan

untuk menggunakan metode amenore laktasi.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman secara utuh dalam
mempelajari Asuhan Kebidanan Komprehensif dan kasus-kasus pada saat
praktik dalam bentuk manajemen SOAP serta menerapkan asuhan sesuai
standar pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan sesuai dengan
kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa
dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung
peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan
yang berkualitas. Mampu mengarahkan dan menjelaskan secara baik
pendokumentasian asuhan secara baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

(Prawirohardjo, 2014). (2017). Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. S. Asuhan

Kebidanan Komprehensif Pada Ny. S, 47.

Tyastuti, S. (2017). Modul Bahan Ajar Cetak Asuhan Kebidanan Komprehensif.

Wijayanti, M. E. (2018). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. S. J. Di

Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara Tahun 2018. In Poltekkes

Jakarta 3 (Issue 2). https://www.uam.es/gruposinv/meva/publicaciones


DAFTAR LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai