Anda di halaman 1dari 105

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

A PADA
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR
DAN KELUARGA BERENCANA DI
RUMAH SEHAT ZAM-ZAM
KOTA PALOPO
TAHUN 2021

FIFIN FARDILLA
B.17.09.009

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
PALOPO 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah - Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan “ Laporan Studi Kasus Komprehensif” ini. yang
diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Kebidanan Klinik
Komprehensif. Dalam meyelesaikan laporan kasus ini penulis banyak sekali mendapatkan
bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Yuniar Dwi Yanti, S.ST.,M.Keb selaku Ketua Prodi Kebidanan Universitas
Mega Buana Palopo

2. Ibu Prajitno Yudho Dewi Endartati, S.ST.,M.Kes selaku Preceptor Institusi dalam
praktik klinik kebidanan komprehensif Universitas Mega Buana Palopo

3. Ibu Bidan Zam-zam dan Ibu Wahyuni Arif, S.ST., selaku Preseptor Lahan praktik
klinik kebidanan komprehensif Universitas Mega Buana Palopo

4. Rumah Sehat Zam-Zam yang telah menjadi tempat pengambilan kasus, terimakasih
atas segala kesempatan dan bimbingan selama penulis mencari pasien untuk laporan
kasus komprehensif dan melakukan asuhan kebidanan

5. Kakak-kakak bidan di Rumah Sehat Zam-Zam Kota Palopo yang telah memberikan
bimbingan, kritik, saran, motivasi, serta dukungan moral sehingga penulis mampu
menyelesaikan laporan kasus ini sampai dengan selesai.

6. Ny Amalia dan keluarga yang bersedia menjadi pasien dari penulis, terimakasih ibu
bapak dan adik karena telah mengizinkan penulis berada di tengah-tengah keluarga
yang hangat. Terimakasih ibu karena telah mempercayai penulis untuk mendampingi
ibu, menjadi tempat bertanya bagi ibu dan tempat berbagi.

7. Teman-teman dari Rizqi Trisuciani yang selalu sabar dan saling membantu dalam
mencari pasien komprehensif hingga melakukan asuhan kebidanan.Yang senantiasa

i
mendukung dan memberi bantuan dalam segi materi dan ilmu pengetahuan
kebidanan dan selalu mendukung di saat susah mau pun senang

Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan
laporan kasus ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata semoga laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kebidanan.

Palopo, 9 April 2021

FIFIN FARDILLA
DATAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................................v

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................................1

a. Latar Belakang...........................................................................................................1

b. Tujuan.........................................................................................................................3

c. Waktu dan Tempat pengambilan kasus...................................................................3

BAB II

TINAUAN TEORI.................................................................................................................4

A. Asuhan Kehamilan (Trimester III)...........................................................................4

B. Asuhan Kebidanan Persalinan................................................................................11

C. Asuhan Kebidanan Neonatus..................................................................................30

D. Asuhan Kebidanan Nifas.........................................................................................37

E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana…..........................................................40

BAB III

STUDI KASUS.....................................................................................................................42

A. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil...............................................................................42

B. Asuhan Kebidanan Bersalin..................................................................................49

C. Asuhan Kebidanan Nifas…...................................................................................61

D. Asuhan Kebidanan Neonatus…............................................................................64

E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana…..........................................................73

BAB IV PEMBAHASAN...............79
A. Kehamilan.................................................................................................................79

B. Persalinan.................................................................................................................84

C. Neonatus....................................................................................................................89

D. Nifas...........................................................................................................................92

E. Keluarga Berencana…............................................................................................94

BAB V

PENUTUP.............................................................................................................................95

A. Kesimpulan...............................................................................................................95

B. Saran.........................................................................................................................96
DAFTAR LAMPIRAN

A. Dokumentasi Kegiatan
B. Rekam Medik
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya keadaan


pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian
maternal (matemal mortality). Menurut definisi WHO "kematian maternal ialah
kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan oleh sebab apa pun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang
dilakukan untuk mengakhiri kehamilan". Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi
dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasikomplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung,
kanker, dan sebagainya (associated causes). Angka kematian maternal (matemal
modiry rate) ialah jumlah kematian maternal diperhitungkan terhadap 1.000 atau
10.000 kelahiran hidup, kini di beberapa negara malahan terhadap 100.000 kelahiran
hidup.
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun
2015 menunjukkan bahwa dari 100.000 kelahiran hidup di Indonesia, 305 di
antaranya berakhir dengan kematian sang ibu (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tersebut – 305/100.000 kelahiran hidup –
mendorong pemerintah untuk melakukan intervensi struktural; salah satunya adalah
dengan mencantumkan target penurunan AKI ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019. Dalam RPJMN 2014-2019,
pemerintah menargetkan penurunan AKI dari 205/100.000 kelahiran menjadi
276/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data SDKI (Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia) 2012 angka kematian ibu mengalami kenaikan dari 228
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga target Millenium Development
Goals (MDGs) di 2015 belum tercapai yakni rasio AKI menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan data angka kematian ibu di Provinsi Sulawesi Selatan

1
masih tergolong rendah, dimana angka kematian ibu di Sulsel mencapai 149 per
100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Palopo jumlah angka kematian ibu tahun 2017 sebanyak 2 jiwa
(0,06%) jiwa dari 3226 ibu hamil yang teregister, sedangkan pada tahun 2018 jumlah
angka kematian ibu tercatat 3 jiwa (0,09%) dari 3004 ibu hamil yang teregister(Sri
devi syamsudin,2019)
Bidan merupakan care provider (penyedia layanan kesehatan) yang memiliki
peran strategis dan sangat unik dengan memposisikan dirinya sebagai mitra
perempuan di masyarakat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan perempuan dalam
menjalani siklus kehidupan reproduksinya melalui asuhan secara holistik dan
berkesinambungan atau komprehensif. Karena keunikan profesi bidan adalah
memberi pelayanan kepada pasangan ibu sampai anak balita sebagai satu kesatuan
sejak masa prakonsepsi sampai masa balita. Asuhan kebidanan berfokus pada siklus
kehidupan perempuan yang normal dan alamiah dengan “childbearing dan
childrearing” sebagai fokusnya. (Sri devi syamsudin,2019)

Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi


(mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada pencegahan
dan promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif dan
fleksibel, suportif, peduli, bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada
perempuan. Serta asuhan komprehensif sesuai keinginan dan tidak otoriter serta
menghormati pilihan perempuan. (Helen, varney 2007)

Maka dari itu, penulis merasa tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny.A di Rumah Sehat Zam-zam, Kota Palopo. Dengan melalui
asuhan tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan kesehatan ibu dalam
mempersiapkan fisik maupun mental menghadapi masa persalinan.
2. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif kepada Ny. S di

Rumah Sehat Zam-Zam Kota Palopo

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas
b. Menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir dan nifas.
c. Menarik diagnosa kebidanan potensial pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas.
d. Melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan
nifas.
e. Merencanakan tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
f. Melaksanakan rencana tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan
nifas.
g. Melaksanakan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
h. Melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

3. Waktu dan Tempat pengambilan kasus


Pengambilan kasus dilakukan di Rumah Sehat Zam-Zam Kota Palopo
dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai tanggal 8 April 2021
sampai 11 April 2021.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kehamilan (Trimester III)

1. Kehamilan

Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi International adalah


fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester
pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke40).
(Sarwono, 2016)

2. Kehamilan Bersiko

Menurut Artikel Kemenkes 2016 tentang memelihara kesehatan kehamilan


Kehamilan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor 4 terlalu dan 3 terlambat
(Kemenkes, 2016) :

a. 4 (empat) Terlalu yaitu

1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)

2) Terlalu tua untuk hamil (kurang dari 35 tahun)

3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)

4) Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)


b. Terlambat yaitu:
1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
kedaruratan
2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
3) Terlambat mendapat pertolongan medis

Pada kehamilan diatas 35 tahun kondisi kesehatan yang menurun, maka


kualitas sel telur pun akan menurun sehingga dapat meningkatkan risiko keguguran,
serta kelainan/ cacat bawaan pada janin akibat kelainan kromosom. Bayi meninggal
atau cacat, bahkan ibu meninggal saat persalinan sering terjadi pada kehamilan usia
35 tahun ke atas. Menurut dr. Damar Prasmusinto, SpOG (K), melahirkan di usia 35
tahun ke atas, bayi yang dilahirkan rentan mengalami kelainan genetik. Pada usia
reproduktif (25-35 tahun), risiko bayi alami kelainan genetik 1:1000, sedangkan pada
ibu yang berusia di atas 35 tahun, risiko itu meningkat menjadi 1:4. Selain itu, mulai
muncul berbagai keluhan kesehatan saat hamil, seperti; tekanan darah tinggi dan
diabetes yang sering memengaruhi proses persalinan Faktor faktor inilah yang
menyebabkan persalinan di usia 30-an cenderung lebih sering dilakukan melalui
operasi Caesar (Sibuea, Tendean and Wagey, 2013)

Usia risiko tinggi adalah di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Penyebab
terbanyak karena pendarahan dan eklamsia atau kejang akibat tekanan darah tinggi.
Menurut beberapa penelitian, usia produktif yang optimal untuk reproduksi sehat
adalah antara 20-35 tahun. Risiko akan meningkat pada usia di bawah 20 tahun
maupun di atas 35 tahun. Komplikasi seperti preeklampsia (hipertensi saat
kehamilan), hamil di luar rahim, keguguran, bayi terkena down syndrome, keracunan
kehamilan, pendarahan hebat, anemia, diabetes sampai kesulitan melahirkan sangat
menghantui ibu-ibu yang akan melahirkan di usia 40-an (Seri wahyuni, 2018).
Gangguan persalinan yang paling umum adalah plasenta previa yakni plasenta
menutupi jalan lahir (Sarwono, 2016) .

3. Adaptasi Fisiologis Kehamilan (WHO, 2002)

Kehamilan menyebabkan perubahan baik anatomi maupu fisiologis. Tubuh


wanita beradaptasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan janin.
4. Adaptasi Psikologis Kehamilan (Jannah, 2013)

Perubahan Psikologis Trimester III

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.
d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e. Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

f. Semakin ingin menyudahi kehamilannya.

g. Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya

h. Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya.

5. Ketidaknyamanan dalam kehamilan trimester III

a. Nyeri punggung (Mafikasari and Kartikasari, 2015)

Nyeri punggung merupakan salah satu rasa tidak nyaman yang paling umum
selama masa kehamilan menjelang bulan ke tujuh, banyak wanita hamil
mengalami nyeri punggung.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya back pain (nyeri
punggung) pada ibu hamil diantaranya

1) Berubahnya titik berat tubuh seiring dengan membesarnya rahim. Dengan


adanya pertembuhan janin tubuh lebih condon ke depan akibatnya tubuh
akan berusaha menarik bagian punggung agar lebih ke belakang, baguab
bawah pun lebih melengkung serta otot tulang belakang memendek
2) Postur tubuh Postur tubuh yang berubah seiring perkembangan janin yang
ada di dalam perut yang dapat merubah susunan tulang tulang panggul
seiring membesarnya rahim dan pertumbuhan janin yang bertahap secara
fisiologis.
3) Posisi tidur merupakan suatu kebiasaan di mana posisi tidur sebelum hamil
dan sesudah hamil itu harus berbeda ibu hamil harus mampu melepaskan
posisi tidur favorit dan terbiasa dengan posisi tidur yang baru dimana perut
yang semakin membesar dan lebih mempersulit ibu hamil untuk tidur dengan
nyaman
4) Meningkatnya hormone, hormone yang di lepaskan selama kehamilan akan
membuat persendian tulang panggul meregang hal ini dapat mempertinggi
resiko terjadinya back pain.
Beberapa upaya yang dapat di lakukan untuk mensiasati agar tidak
terjadi nyeri punggung pada ibu hamil adalah menjaga pertambahan berat badan
di dalam parameter yang di anjurkan, jangan mengenakan sepatu tumit tinggi,
mempelajari cara yang benar untuk mengangkat benda berat, usahakan untuk
tidak berdiri lama, duduk dengan baik, tidur dengan kasur yang keras, posisi
tidur yang yang nyaman dibantu dengan guling, menggunakan kompres hangat,
kenakan bra yang dapat menyangga dengan baik hindari posisi membungkuk
yang berlebihan, mengikuti berbagai kelas olahraga dan melakukan gerakan yang
sederhana. (Mafikasari and Kartikasari, 2015)

Senam hamil dan Yoga Antenatal bertujuan melatih otot panggul dan
sekitarnya, agar menjadi lebih kuat dan elastis. Sirkulasi darah disekitar daerah
panggul menjadi lebih lancar sehingga memudahkan ibu melakukan persalinan
secara normal. Dengan latihan pernafasan yang dilakukan selama yoga, ibu akan
terbiasa melakukan nafas pendek dan cepat dengan ritme yang teratur serta
panjang dan dalam baik saat menghirup maupun melepaskan udara. Pelatihan
nafas bisa menenangkan calon ibu untuk melalui rasa sakit dalam proses
persalinan, serta memicu sistem saraf yang memperlancar pembukaan dan
peregangan dinding vagina. (Neni Yuli Susanti, 2019)

Menambahkan efek musik dalam kegiatan latihan relaksasi merupakan


strategi untuk memfokuskan latihan relaksasi disamping musik juga dapat
menciptakan kondisi relaksasi (Ni Nengah Arini Murni, 2014)
6. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Asuhan Kehamilan atau asuhan antenatal adalah upaya preventif program


pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran marernal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.(Sarwono, 2016)

Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan,


meganjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif
yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga. (Depkes RI, 2013)

Pada tahun 2016 WHO membuat rekomendasi dalam ANC guidelines.


Rekomendasi ini bertujuan meningkatkan kualitas ANC dan meningkatkan kualitas
ibu, janin dan bayi baru lahir yang terkait dengan hasil ANC. Berikut adalah tabel
perbedaan jadwal four-visit Focused Antenatal Care (FANC) Model dengan 2016
WHO ANC model yaitu:

a. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan. (Kemenkes, 2017) Proses ini dilakukan selama rentang usia
kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester
pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang
diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut :
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; Memeriksa BB penting
untuk menggambarkan status gizi pada awal pra kehamilan. Untuk dijadikan
dasar guna mengetahui pola pertambahan BB ibu selama kehamilan. (Kemkes,
2016)
2) Pengukuran tekanan darah;

Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk
melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah
yang normal 110/70 - 120/80 mmHg. (Sarwono, 2016)

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);

Dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk


skrining ibu hamil berisiko KEK (Kurang Energi Kronis) atau kekurangan gizi.
Ibu hamil dikatakan Kurang Energi Kronis (KEK) apabila didapati LiLA <23,5
cm hal ini berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (Elly Dwi Wahyuni, 2017)

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

tinggi fundus Tinggi fundus uteri dipantau setiap pemeriksaan kehamilan, hal ini
dilakukan untuk melihat kesesuaian antara tinggi fundus uteri dengan usia
kehamilan. Pengukuran tinggi fundus uteri ini pun menjadi salah satu indikator
pengukuran taksiran berat janin. Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia
kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan rumus: (usia kehamilan
dalam minggu + 2) cm. (Depkes RI, 2013)

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid


sesuai status imunisasi; Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu
hamil harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status)
imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya. Imunisasi
TT dilakukuan 5 kali selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai
interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval minimal antar dosis TT.
(Depkes, 2013)
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
Kebutuhan zat besi wanita hamil lebih tinggi 200 – 300% dari wanita tidak hamil
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Selama hamil terjadi kehilangan basal
250 mg kebutuhna janin dan plasenta 315 gr dan kebutuhan meningkatkan massa
hemoglobin 500 mg dibutuhkan total 1,1 gram. Pada trimester 1 belum ada
kebutuhan yang drastis sehingga kebutuhan zat besi trimester 1 sama dengan
wanita dewasa yang masih menstruasi 26 mg/hari. Pada saat melahirkan ada
kehilangan zat besi 250 mg sehingga masih tersimpan 250 mg. bila ditambah
untuk kebutuhan plasenta 315 mg maka diperlukan 550 mg. jumlah ini yang harus
dipenuhi selama trimester 2 dan 3 maka diperlukan tambahan rata-rata 2,9 mg/hari
selama trimester 2 dan 3. Maka diberikan tablet tambah darah 90 butir sediaan di
Indonesia mengandung 60 mg Fe dan 0,25 asam folat. Setiap tablet setara 200
ferosulfat, maka selama hamil minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu.
(Voni Silvia, 2012)

7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut
jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/4 bulan.
Gambaran DJJ Takikardi berat : detak jantung di atas 180x/menit, Takikardi
ringan : antara 160-180x/menit, Normal : antara 120-160x/menit, Bradikardi
ringan : antara 100-119x/menit, Bradikardi sedang : antara 80100x/menit, dan
Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit. (Sarwono, 2016)

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,


termasuk keluarga berencana)
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya); dan dilanjutkan dengan Pemeriksan Penunjang
Kehamilan (Depkes, 2013) Pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil meliputi
pemeriksaan laboratorium (rutin maupun sesuai indikasi) dan pemeriksaan
ultrasonografi. Lakukan pemeriksaan laboratorium rutin (untuk semua ibu hamil)
pada kunjungan pertama :
1) Kadar haemoglobin
2) Golongan darah ABO dan rhesus
2) Tes HIV: ditawarkan pada ibu hamil di daerah epidemi meluas dan
terkonsentrasi, sedangkan di daerah epidemi rendah tes HIV ditawarkan pada
ibu hamil dengan IMS dan TB
3) Rapid test atau apusan darah tebal dan tipis untuk malaria: untuk ibu yang
tinggal di atau memiliki riwayat bepergian kedaerah endemic malaria dalam 2
minggu terakhir
B. Asuhan Kebidanan Persalinan

1. Persalinan

Menurut Buku Saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan, persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan cukup
bulan yakni 37 sampai dengan 42 minggu, persalinan terjadi spontan, presentasi
belakang kepala, berlangsung tidak lebih dari 18 jam dan tidak ada komplikasi
pada ibu maupun janin (Depkes RI 2013).

1) Tanda – Tanda Persalinan (Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia, 2016)

a. Perut mulas – mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan


semakin lama
b. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan
ketuban dari jalan lahir.
2) Mekanisme Persalinan Normal (varney, 2010)

a. Engagement (masuknya kepala) : kepala janin berfiksir pada pintu atas


panggul.
b. Descent (Penurunan) : penurunan dilakukan oleh satu/lebih

1. Tekanan cairan amnion


2. Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot abdomen.
3. Ekstensi dan penelusuran badan janin.
4. Kekuatan mengejan

c. Fleksion (fleksi)

Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada tekanan pada
PAP, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Pada fleksi
ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil, karena diameter fronto
occopito di gantikan diameter sub occipito.
d. Internal rotation (rotasi dalam)

Pada waktu terjadinya pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa


hingga bagian terendah dari janin memutar ke depan ke bawah
simfisis (UKK berputar ke depan sehingga dari dasar panggul UUK
di bawah simfisis)

e. Extensition (ekstensi)

Ubun – ubun kecil (UUK) di bawah simfisis maka sub occiput


sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi (ekstensi)

f. External rotation (rotasi luar)

Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kepala


dengan punggung anak

g. Explsion (ekspusi)

Terjadi kelahiran bayi seluruhnya.

3) Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Persalinan (varney, 2010)


a. Passage (Jalan Lahir)
1. Bagian Keras tulang panggul (rangka panggul) Terdiri dari 4
buah tulang, yaitu :
- Terdapat 2 buah tulang pangkal paha (Os.coxae) yang terdiri dari
tulang usus (os. Illium), tulang duduk (os. Ischium) dan tulang
kemaluan (os.pubis)
- Terdapat 1 tulang kelangka (Os.sacrum)
- Terdapat 1 tulang tungging (Os.coccygis)

2. Bagian Lunak Panggul


Segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina, dan vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan
bawah panggul.
b. Passenger
1. Janin pada persalinan normal bila kondisi janin adalah letak bujur,
presentasi belakang kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat janin
<4000 gram.
2. Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan
rahim). Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang bertambah tua
maka menyebabkan turunya kadar estrogen dan progesterone
sehinga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi.

c. Power

Faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar dalam persalinan


terdiri dari:

1. His (kontraksi otot rahim) His yang normal mempunyai sifat :


1) Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim. Fundal
dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
2) Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang
berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga
terjadi refleksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
2. Kontraksi otot dinding perut.

3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum

2. Asuhan Kebidanan pada Persalinan


Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
(Sarwono 2016)
1. Tahapan Persalinan (Depkes, 2013)
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks
mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran pergeseran, ketika
serviks mendatar dan membuka. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya
kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan
lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam
dan dibagi dalam 3 subfase.

• Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan


menjadi 4 cm.
• Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
• Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan
jadi 10 cm atau lengkap.

Tabel 2.4 Penilian dan intervensi selama kala 1

PARAMETER FASE LATEN FASE AKTIF


Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu Badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Denyut Jantung Bayi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit


Pembukaan Servik Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung
selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II:

1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.


3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vagina.
4. Perineum terlihat menonjol.

5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.


Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukkan :

1. Pembukaan serviks telah lengkap.

2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)


Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung
5-30 menit setelah bayi lahir. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
dengan memperhatikan tanda-tanda pelepasan plasenta:
1. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uterus

2. Tali pusat bertambah panjang

3. Terjadi semburan darah

Asuhan pada Kala III

Asuhan yang di berikan oleh tenaga kesehatan pada ibu bersalin saat kala
III yaitu, antara lain:
1. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik.
2. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin
10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
Jika tidak ada oksitosin:

• Rangsang puting payudara ibu atau minta ibu menyusui untuk


menghasilkan oksitosin alamiah.
• Beri ergometrin 0,2 mg IM. Namun TIDAK BOLEH diberikan
pada pasien preeklampsia, eklampsia, dan hipertensi karena
dapat memicu terjadi penyakit serebrovaskular.
3. Dengan menggunakan klem, jika menggunakan APN lama 2 menit
setelah bayi lahir dan ika menggunakan APN terbaru 1 jam setelah
bayi lahir jepit tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus)
bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin).
Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu)
dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
 Potong dan ikat tali pusat.

- Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit


kemudian gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut
(sambil lindungi perut bayi).
- Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan
lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.
- Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan
cairan/bahan apapun ke puntung tali pusat
4. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.
5. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi
pada kepala bayi.
(Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir)

6. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
7. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi
atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain.
8. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial
secara hati-hati, seperti gambar berikut, untuk mencegah terjadinya
inversio uteri.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk menstimulasi puting susu. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

9. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta


terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan
lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial, seperti gambar
berikut;
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat:
- Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah


bayi lahir
- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

10. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta


dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban robek,
pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
11. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras).
• Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/
masase.
• Menilai perdarahan

12. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.
13. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
d. Kala IV (Pemantauan)

Kala empat persalinan disebut juga dengan kala pemantauan. Kala empat
dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Pada
kala empat yang paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu pada 2
jam pertama postpartum. Masalah / komplikasi yang dapat muncul pada
kala empat adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri,
laserasi jalan lahir dan sisa plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan
pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:

1. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan

2. Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan


3. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri yang sesuai.
Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan
amplitudo sekitar 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti
oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan
membentuk thrombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan
thrombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum. Kekuatan
ikutan saat menyusui sering dirasakan oleh ibu postpartum, karena
pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Pengeluaran oksitosin
sangat penting yang berfungsi :

1. Merangsang otot polos yang terdapat di sekitar alveolus kelenjar


mamae, sehingga ASI dapat dikeluarkan.
2. Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan mempercepat involusi
uteri.
Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosin mengurangi perdarahan
postpartum.

3. Langkah APN

Langkah-langkah APN menurut buku APN 2008 adalah sebagai

berikut:

1) Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan.


2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan tempat
datar, keras, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan
kering, alat penghisap lender dan lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm dari tubuh bayi.
3) Pakai clemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci


tangan dengan sabun dan air bersih mengalir dan kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
menggunakan sarung tangan DTT dan steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hatihati dari


anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau
kasa yang dibasahi air DTT.
8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap.
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit). Cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan setelah itu
tutup kembali partus set.
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-
160x/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,


semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan
kedalam partograf.
11) Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a) Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,


lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada.
b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar.
12) Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran jika ada
rasa meneran atau kontraksi yang kuat, ibu diposisikan setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman.
13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
atau timbulnya kontraksi yang kuat.
a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai.
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
d) Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.


f) Berikan cukup asupan cairan per oral (minum).

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h) Segera rujuk bila bayi belum atau tidak segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran 120 menit (2 jam)
pada primigravida atau 60 menit (1 jam) pada
multigravida.

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit.
15) Letakkan handuk bersih (untuk mngeringkan bayi) diperut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 sebagai alas bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran secara efektif atau bernapas cepat dan
dangkal.
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi) segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.
21) Setelah kepala bayi, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan. : lahirnya bahu
22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu
belakang tangan yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi
serta menjaga bayi terpegang baik.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang kedua mata kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain
agar bertemu dengan jari telunjuk).
25) Lakukan penilaian (selintas): Apakah bayi cukup bulan, Apakah bayi
menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan, Apakah bayi
bergerak dengan aktif? Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”,
lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru lahir denga asfiksia. Bila
semua jawaban “YA”, lanjut ke-26.

26) Keringkan tubuh bayi.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik.
29) Dalam waktiu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuskular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah ibu dan klem kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah


disediakan.

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu. Letakkan
bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting ibu.
a) Selimuti ibu dan bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi
di kepala bayi.
b) biarkan bayi melakukan kontak kulit didada ibu paling sedikit
1jam
c) sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu
30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
d) biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.
Kala III :

33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva. 34)
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat.

35) Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas
(dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversia uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya, dan ulangi
prosedur di atas.
Mengeluarkan plasenta.

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal
maka lanjutkan dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat
dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (Jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas)
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat.
1. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.


3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutmya.

5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir


atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta
manual.
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar hingga selaput ketuban terpilih
kemudian dilahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan selaput
yang tertinggal.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massage
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan message
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi
Bimanual Internal, kompresi aorta abdominais. Tampon kondom-
kateter). Jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik setelah
rangsangan taktil/massage.
(Lihat penatalaksanaan atonia uteri)

Kala IV :

39) Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan


perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau
derajat 2 dan atau menimbulkan perdarahan.
40) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedala katung plastik atau
tempat khusus.
41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan
kateterisasi.

43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%. Bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air
DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan tisu
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
44) Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi.
45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60x/menit).
a. Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk kerumah sakit.

b. Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS
Rujukan.
c. Jika kaki diraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu
selimut.
48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh denga
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah
diranjang atau disekitar ibu berbaring. Menggunakan larutan klorin
0,5% lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
49) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
50) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

53) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedala


larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.

54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan menggunakan tisu dan handuk pribadi yang bersih
dan kering.
55) Pakai sarung tangan yang membersih untuk memberikan vitamin K1
(1mg) IM dipaha kiri bawah lateral dan salep mata proflaksis infeksi
dalam 1 jam pertama kelahiran.
56) Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran bayi).
Pastikan kondisi bayi tetap baik (pernafasan normal 4060x/menit dan
temperature tubuh normal 36,5-37,5C) setiap 15 menit.
57) Setelah 1 jam pemberian pemberian Vitamin K berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi
didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.
58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang). (Depkes.

2017).
3. Perubahan Psikologis dalam Persalinan(varney, 2010)

a. Pengalaman Sebelumnya

Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dapat menimbulkan ambivalensi


mengenai kehamilan seiring usahanya mengadapi pengalaman yang buruk yang
pernah ia alami sebelumnya. Efek kehamilan terhadap kehidupan kelak,
tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya. Kecemasan
yang berhubungan dengan kemampuan untuk menjadi seorang ibu.

b. Kesiapan Emosi

Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang dapat terkendali yang di
akibatkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri serta
pengaruh dari orang – orang terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitive
terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang dan terkendali biasanya lebih
sering bersosialisasi dengan sesama ibu – ibu hamil lainnya untuk saling tukar
pengalaman dan pendapat.

c. Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental,materi dsb)

Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran menghadapi


persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah siap untuk menghadapi
kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang baru dengan adanya calon
bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang berhubungan dengan risiko
keselamatan ibu itu sendiri maupun bayi yang di kandungnya.

d. Support system

Peran serta orang – orang terdekat dan di cintai sangat besar pengaruhnya
terhadap psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan membutuhkan dorongan
dan kasih sayang yang lebih dari seseorang yang dicintai untuk membantu
kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.
4. Evidance Based

Menurut Jurnal Licia Shinta tentang Massage reduced severity of pain


during labour: a randomised trial. Pijat selama fase aktif persalinan nyeri yang
berkurang secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pijat oleh para
profesional kesehatan akan membantu wanita dalam persalinan, karena intervensi
ini mudah diterapkan dan berkontribusi pada manajemen nyeri, memfasilitasi
ketergantungan yang berkurang pada obat analgesik. Selain itu, pijat dapat
ditawarkan oleh orang yang menyertainya setelah pelatihan selama kursus
prenatal, menggaris bawahi kebutuhan untuk perawatan kemanusiaan dan
interdisipliner, dengan dukungan yang efektif untuk wanita selama fase aktif.
(Silva Gallo et al., 2013)

C. Asuhan Kebidanan Neonatus

1. Definisi (Depkes RI, 2010)

Menurut WHO, bayi baru lahir, atau neonatus, adalah anak di bawah usia 28
hari. Selama 28 hari pertama kehidupan ini, anak berada pada risiko kematian
tertinggi. Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap
37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000 gram,
dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.

2. Penampilan Bayi Baru Lahir ( Depkes RI, 2010)

a. Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi rangsangan


terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang
mengejutkan atau suara mainan;
b. Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang simetris pada
waktu bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu
menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut;
c. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala: apakah terlihat
simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas yang
menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses
kelahiran, benjolan pada kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kiri atau
kanan saja, atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah
bujur kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol
(Capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi moulase, tunggu
hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.
d. Muka wajah: bayi tampak ekspresi; mata: perhatikan antara kesimetrisan
antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya tanda-tanda perdarahan
berupa bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu;
e. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut
ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada
bayi normal, bila terdapat sekret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan
bawaan saluran cerna;
f. Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan; perhatikan
ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi biasanya bayi masih
ada pernapasan perut;
g. Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan
lekukan yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu
diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila ekstremitas lunglai/kurang
gerak), farices;
h. Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang-
kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan yang
berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan, waspada
timbulnya kulit dengan warna yang tak rata (“cuti
Marmorata”) ini dapat disebabkan karena temperature dingin, telapak tangan,
telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan kuning,
bercakbercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong (Mongolian
Spot) akan menghilang pada umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun.
i. Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan kemih:
diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang
tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan mungkin
dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih
lanjut, untuk kemungkinsn Hirschprung/Congenital
Megacolon;

j. Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa
disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara lain
1. Tonik neek refleks , yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal,
bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya
2. Rooting refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi
maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya ke arah
datangnya jari
3. Grasping refleks yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka
jarijarinya akan langsung menggenggam sangat kuat
4. Moro refleks yaitu reflek yang timbul diluar kesadaran bayi misalnya
bila bayi diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan kemudian
seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada
orang yang mendekapnya,
5. Suckling refleks (menghisap) yaitu areola putting susu tertekan gusi
bayi, lidah, dan langis-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan
memancarkan ASI,
6. Swallowing refleks (menelan) dimana ASI dimulut bayi mendesak otot
didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung.
k. Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari
5% berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan
3. Asuhan kebidanan Bayi Usia 24 jam - 6 minggu (Anggita Sari, 2016)

a. Pemberian minum.

Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya
normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan
karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan
asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancer dan berat
badan akan kembali pada hari kesepuluh.

Bayi kemungkinan akan merasa lapar setiap 2-4 jam. Berikan ASI sesering
mungkin (on demand) atau selang 3-4 jam. Bayi hanya memerlukan ASI saja
sampai 6 bulan pertama. Setelah memberikan ASI pada bayi,sendawakan bayi
agar terhindar dari gumoh atau muntah. Tanda – tanda bayi cukup ASI.
Diantaranya berat badan bayi bertambah, bayi BAK 6 – 8 x/hari, ketika
menghisap dagu bayi akan bergerak naik turun, bayi tidak rewel dan tertidur
pulas.

b. Kebutuhan BAB.

Bayi memiliki feses yang lengket hitam kehijauan pada dua hari pertama yang
disebut mekonium. Feses bayi dengan ASI akan berwarna hijau keemasan,
lunak, dan tampak seperti biji. Feses bayi yang menyusu lewat botol akan
berwarna coklat gelap, lengket atau berbentuk. BAB yang terjadi pada bayi
baru lahir dapat terjadi 1-4 dalam sehari.

c. Kebutuhan BAK.

Bayi akan BAK sedikitnya 4 – 5 X/ hari. Urine tidak berwarna atau kuning
pucat.

d. Kebutuhan Tidur.

Bayi memerlukan waktu yang banyak untuk tidur. Rata – rata tidur 20 jam
sehari. Status sadar antara 2 – 3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi
koma saat tidur dalam meringis atau tersenyum.
e. Menjaga kebersihan Kulit.

1) Memandikan bayi dengan menggunakan sabun yang lembut, jangan


membenamkan bayi sampai tali pusatnya lepas dan kering. Apabila tali
pusat belum kering bersihkan di daerah tali pusat dengan menggunakan
alcohol dan kassa steril.
2) Apabila bayi BAK/ BAB segera bersihkan pantat bayi dengan sabun dan
air dan segera keringkan. Segera ganti popok dengan yang bersih. Hal ini
untuk mencegah terjadinya ruam popok.
3) Hindari pemakaian bedak dan pewangi untuk mencegah iritasi
4) Menjaga keamanan bayi.
5) Hindari ruangan yang bersuhu dingin yang bias menyebabkan hipotermi.
6) Membersihkan dan merapikan box bayi setiap hari.
7) Mengenakan bayi dengan baju dengan bahan kain yang bersih, kering
dan hangat
f. Perawatan tali pusat.

Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah infeksi tali pusat
yang sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang terpenting adalah
tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu
mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat
tali pusat. Agar tidak menimbulkan infeksi, tali pusat harus dirawat dengan
benar dengan cara:

1) Membiarkan tali pusat kering sendiri

Membiarkan tali pusat mengering dengan sendirinya dan hanya


membersihkan setiap hari tidak menyebabkan infeksi, hal yang penting
adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena
dapat mengakibatkan infeksi.
2) Metode kasa kering

Salah satu yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat adalah
dengan menggunakan pembalut kassa bersih yang sering diganti.

Lama lepas tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika
antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari. Lepasnya
tali pusat selain dipengaruhi oleh perawatan tali pusat dengan menjaga
agar tali pusat tetap kering dan bersih juga dipengaruhi oleh kepatuhan
ibu untuk membersihkan tali pusat setiap hari.

g. Mendeteksi tanda-tanda bahaya bayi.

1) Bayi tampak lemah, sulit menghisap.

2) Kesulitan bernafas. Nafas cepat atau lambat


3) Letargi.

4) Warna abnormal pada kulit dan bibir tampak biru dan sclera tampak
kuning atau pucat.
5) Suhu tubuh mengalami hipotermi (suhu :<36OC) atau mengalami febris
(suhu > 37,5OC)
6) Tali pusat tampak merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk dan
berdarah.
7) Mata bengkak dan mengeluarkan cairan

8) Bayi tidak berkemih dalam waktu 24 jam pertama.

9) Bayi tidak defekasi dalam waktu 48 jam pertama

h. Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang.

1) Mengajarkan cara memandikan bayi, perawatan tali pusat, cara meneteki


yang benar, perawatan payudara dan imunisasi.
2) Dalam 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan, berikan imunisasi
BCG, Polio dan Hepatitis B.
3) Jelaskan tanda – tanda bahaya bayi baru lahir pada orang tua dan anjurkan
untuk ke tenaga kesehatan bila menemui tanda bahaya pada bayi baru
lahir.
4) Menganjurkan pada orang tua untuk memberikan ASI Eksklusif 5)
Kontrol ulang untuk mengetahui tumbuh kembang bayi.
4. Kunjungan Neonatal

Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya


3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah
lahir, kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari, kunjungan neonatal III
(KN3) pada hari ke 8 – 28 hari. Pelayanan kesehatan diberikan oleh
dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan
rumah (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)

Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi
Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata,
perawatan talipusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan pada saat
kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).
(Kemenkes RI, 2015)

5. Ikterus (Depkes RI, 2010)

Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat


penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5
mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar,
sistem biliary atau system haematologi. Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan
bilirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated).

a. Ikterus fisiologis
Dalam keadaan normal kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah 1-3
mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang 5 mg/dl/24 jam, dengan
demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncak antara
hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadar 5-6
mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl
antara hari ke 5-7 kehidupan.

b. Hiperbilirubin patologis
Makna hiperbilirubinemia terletak pada insiden kernikterus yang tinggi,
berhubungan dengan kadar bilirubin bebas yang lebih dari 18-20 mg/dl pada bayi
aterm. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah akan memperlihatkan
kernikterus pada kadar yang lebih rendah (10-15mg/dl)

D. Asuhan Kebidanan Nifas

1. Definisi
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 Hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya Pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. (Sarwono, 2016)

Pelayanan keseatan ibu nifas oleh bidan dan dokter dilakukan minimal 3 kali
yaitu 6 jam – 3 hari setelah melahirkan; hari ke 4 – 28 hari setelah melahirkan;
hari ke 29 – 42 hari setelah melahirkan. (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2016)

2. Tahapan Masa Nifas (Asih, Yusari, Risneni, 2016)

Masa nifas terbagi menjadi tiga periode

a. Periode pasca salin segera / immediate postpartum (0 – 24 jam) Masa segera


setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Sering terdapat banyak masalah, misal
perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu tenaga kesehatan harus teratur
melakukan pengecekan lochea, tekanan darah dan suhu.
b. Periode pasca salin awal / early postpartum (24 jam – 1 minggu)
Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya
dengan baik

c. Periode pasca salin lanjut / late postpartum (1 minggu – 6 minggu) Pada periode
ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari – hari
serta konseling KB
3. Rekomendasi WHO tentang perawatan postnatal (WHO, 2013)

1. Rekomendasi 3 : Home visits for postnatal

Kunjungan rumah pada minggu pertama setelah kelahiran

direkomendasikan untuk perawatan ibu dan bayi baru lahir

2. Rekomendasi 9 : Assessment of the mother


3. Rekomendasi 10 : Iron and folic acid supplementation
Suplemen zat besi dan asam folat harus diberikan setidaknya tiga bulan setelah
melahirkan. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah
1.040 mg. dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan
840 mg sisanya hilang. Suplementasi zat besi dibutuhkan bahkan kepada ibu
dengan status gizi baik (Voni Silvia., 2012)

4. Adaptasi Psikologi pada Masa Nifas (Asih, Yusari,. Risneni. 2016)

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses


kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang
wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah
persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:

a. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari


pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. ibu terfokus pada dirinya
sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka
jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Gangguan
psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:

1) Kekecewaan pada bayinya.

2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.

3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.

b. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.

Tugas bidan antara lain: Mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui
yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,
istirahat. Kebersihan diri dan lain-lain.

c. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri
dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat
membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk
menjaga kondisi fisiknya. Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah
sebagai berikut:
1. Fisik.

2. Psikologi.

3. Sosial.

E. Asuhan Keluarga Berencana


a. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Data ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
(Nursalam, 2008). Data subjektif adalah data didapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat
ditentukan oleh tenaga ksehatan secara independent tetapi melalui suatu
system interaksi atau kehamilan. (Nursalam, 2008).
b. InterprestasiData
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik (Varney, 2007). Diagnose
kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Varney, 2007).
c. Diagnosa potensial
Diagnose potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah
diidentifikasi (Nursalam, 2008).
d. Antisipasi
Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai
dengan prioritas masalah atau kebutuhan dihadapi kliennya. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnose/masalah
potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
emergency/segera. Tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri,
secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2007).
e. Perencanaan
Rencana tindakan merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose
atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi, semua
keputusan yang dikembangan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang uptodate serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien
(Varney, 2007).
f. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah ke 6 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota
tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri bidan tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarhkan pelaksanaannya (misalnya
memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana (Varney, 2007).
g. Evaluasi
Langkah ini adalah mengevaluasi keefektifan dari tindakan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2007).
BAB III

STUDI KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

1. Kunjungan ANC Trimester III

Tanggal Pengkajian : 08 April 2021 jam : 15.00 wita

Tempat Pengkajian : Rumah Sehat Zam-zam

a. Data Subjektif
1) Identitas

Nama : Ny S Nama Suami : Tn S

Umur : 33 Tahun Umur : 38 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Luwu Suku : Luwu

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : wirausaha Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : Benteng Raya

2) Alasan Berkunjung

Ibu mengatakan hamil anak ke 2, usia kehamilan 36 minggu

3) Keluhan Utama

Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah


4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan sedang menderita penyakit hepatiti

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu mengatakan perna menjalani oprasi SC dan mempunyai penyakit


hepatitis.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga ibu maupun suami tidak ada yang memiliki riwayat kehamilan
kembar serta tidak pernah menderita penyakit menahun, menular dan
menurun.

5) Riwayat Pernikahan

Usia Menikah : 23 tahun

Lama Pernikahan : 10 Tahun

Status Pernikahan : Sah

Menikah 1 kali

6) Riwayat Kebidanan

Menarche : 13 Tahun

Bau : Amis

Lama : 7 hari

Siklus : 28 Hari

Warna : Merah Segar


Jumlah : 2-3 x ganti pembalut dalam sehari

Disminorhea : Kadang kadang merasa nyeri saat haid

Konsistensi : Encer terkadang ada gumpalan

7) Riwayat kehamilan sekarang

HPHT : 08 juni 2020

Ibu mengatakan hamil ketiga

a) Trimester I
Berapa kali periksa : 1x di puskesmas wara selatan di usia kehamilan
12 minggu
Keluhan : Pusing dan mual
Penyuluhan :istirahat cukup, nutrisi.
b) Trimester II
Berapa Kali periksa :3x periksa di posyandu ambe nona pertama
kali merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 5 bulan
Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun
Terapi : Tablet Fe, Calcifar
Penyuluhan : pola istirahat, pola nutrisi, perawatan payudara
c) Trimester III
Berapa kali periksa : 2 x periksa di dokter pada usia kehamilan 7 bulan
dan 2 x di Rumah Sehat Zam-zam pada usia kehamilan 8 dan 9 bulan
Keluhan : tidak ada keluhan
Terapi : senam ibu hamil
Penyuluhan : tanda bahaya hamil, tanda-tanda persalinan dan
gerakan yoga
Status Imunisasi TT : TT5
8) Pola Kebiasaan sehari hari
a) Nutrisi
Sebelum hamil : ibu mengatakan makan teratur 3x sehari, dengan
komposisi nasi,sayur, lauk dengan porsi sedang dan minum air 6-8 gelas
sehari dan tidak minum susu.
Selama hamil : ibu mengatakan makan teratur 3x sehari dengan porsi
sehari, dengan komposisi nasi,sayur, lauk dengan porsi kecil tidak ada
pantangan makanan dan minum air putih 6-8 gelas sehari dan tidak
minum susu.
b) Eliminasi
Sebelum hamil : ibu mengatakan BAB teratur 1x sehari ,konsistensi
lunak, warna kuning tidak ada keluhan saat BAB dan BAK 3-4x seahari
warna jernih dan tidak ada keluhan saat BAK
Selama hamil : ibu mengatakan BAB teratur 1x sehari ,konsistensi lunak,
warna kuning tidak ada keluhan saat BAB dan BAK 3-4x seahari warna
jernih dan tidak ada keluhan saat BAK
c) Istirahat
Sebelum hamil : ibu mengatakan tidur siang teratur ± 2 jam dan tidur
malam ± 6-8 jam
Selama hamil : ibu mengatakan tidur siang ± 1-2 jam dan tidur malam ±
7-9 jam sehari.
d) Aktivitas
Sebelum hamil : ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga dan
melakukan aktivitas rumah yaitu mencuci, menyapu dan memasak
Selama hamil : ibu mengatakan melakukan aktivitas rumah seperti biasa
menyapu dan memasak dan mengurangi aktivitas berat dan kegiatan
yang berbahaya dan kadang dibantu suami.
e) Personal Higiene
Sebelum hamil : ibu mengatakan mandi 2x sehari,gosok gigi 2x
sehari,dan keramas 3x seminggu serta mengganti pakaian setiap selesai
mandi.
Selama hamil : ibu mengatakan mandi 2x sehari gosok gigi 2x sehari,dan
keramas 3x seminggu serta mengganti pakaian setiap selesai mandi.
f) Seksual
Sebelum hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2x
seminggu dan tidak ada keluhan saat berhubungan
Selama hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan seksual kadang
kadang dan tidak ada keluhan selama berhubungan.
9) Riwayat Ketergantungan
Ibu mengatakan sebelum hamil dan selama hamil ibu dan suami tidak
memiliki ketergantungan terhadap rokok, minuman beralkohol maupun obat
obatan terlarang serta jamu jamuan.
10) Latar belakang sosial budaya
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan pijat perut,minum jamu jamuan dan
tidak ada pantangan terhadap makanan tertentu
11) Psikososial dan spiritual
Ibu mengatakan bahwa hubungan dengan suami baik, suami dan keluarga
sangat mendukung atas kehamilannya.
b. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV
TD : 110/70 mmHg N: 80 x/menit
R : 22x/menit S: 36 °C
d) Antropometri
BB Sekarang : 60 kg
BB Sebelum hamil : 51 kg
Kenaikan berat badan ibu selama hamil 9 kg
TB : 160 cm LILA : 23 cm
HPL: 17 april 2021
2. Pemeriksaan Fisik
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan sudah merasakan nyeri perut bagian bawah
Hasil cek lab
Tempat : Rumah sehat Zam-zam
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaraan : Composmentis
c) Tanda tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 21x/menit
S : 36,5°C
d) Antopometri
BB sekarang 60 kg
TB: 160 kg
HBsAg : positif
Reduksi Urine : Negatif
Protein Urine : Negatif
HIV : Non reaktif
2) Pemeriksaan Fisik
a) Mata
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna putih,
konjungtiva merah muda
b) Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara jantung normal lup dup
c) Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, kolostrum
sudah keluar.
d) Abdomen
Inspeksi: Simetris, pembesaran perut kedepan, pembesaran perut sesuai
usia kehamilan, ada bekas luka operasi caesar, terdapat linea nigra, dan
strie livide
e) Genetalia
Inspeksi : bersih, tidak ada bekas luka pada perineum, tidak ada odema
dan varises, tidak ada condiloma akuminata, tidak ada flour albus dan
tidak ada perdarahan pervaginam.
f) Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid,tidak ada perdarahan dari anus.
g) Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih, tidak ada gangguan gerak, jumlah
jari tangan dan kaki lengkap
Palpasi : Pada ektremitas bawah tidak ada odema, tidak ada varises
Perkusi : refleks patella +/+
3) Pemeriksaan khusus
a) Palpasi
Leopod 1 : TFU pertengahan pusat prosessus
xyphoideus, pada fundus teraba bagian bundar, lunak, kurang melenting
(bokong).
Leopod 2 : Pada perut bagian kanan teraba bagian lurus, keras dan
memanjang seperti papan (punggung). pada perut bagian kiri teraba
bagian kecil janin (ekstremitas janin).
Leopod 3 : Pada perut ibu bagian bawah teraba bagian janin yang
bulat, keras (kepala), sulit digerakkan.
Leopod 4 : kedua ujung jari tangan pemeriksa tidak saling bertemu
(divergen).
b) TFU 30 cm
c) TBJ (30-12) X 155 = 2.790 gram
c. Analisa
Ny.A G2P1A0 usia 33 tahun, umur kehamilan 36 minggu hari, kehamilan
fisiologis, janin tunggal hidup.
d. Penatalaksanaan pukul : 16.30 WITA
1) Memberikan edukasi kepada ibu untuk makan makanan bergizi seimbang
untuk ibu hamil seperti buah, kacang-kacangan, ikan, daging merah, susu dan
sayuran serta minum air minimal 1 liter/hari
Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan bidan
2) Menganjurkan kepada ibu untuk mengurangi pemanis seperti gula dan
minuman cepat saji misalnya thai tea dsb
Ibu bersedia dan mendengarkan apa yang disampaikan bidan
3) Mengajarkan kepada ibu gerakan yoga seperti rotasi bahu, menekuk
pergelangan kaki, pose kupu-kupu, pose setengah kupu-kupu, berbaring satu
sisi, posisi warior untuk otot kaki, bridge melatih otot paha serta menjelaskan
manfaat dari yoga yaitu meningkatkan kualitas tidur, mengurangi stress,
meningkatkan kekuatan otot menjelang persalinan dan mengurangi nyeri
punggung.
Ibu bersedia melakukan yoga dan telah paham gerakan yang telah
dicontohkan
4) Menganjurkan kepada ibu untuk berkunung kembali ketika ada keluhan
Ibu bersedia dating kembali jika ada keluhan.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Tempat : Rumah Sehat Zam-zam Tanggal masuk : 8 April 2021
1. Kala I
Tanggal Pengkajian : 8 April 2021 Pukul : 03.00 WITA
a. Data Subjektif
1) Identitas

Nama : Ny S Nama Suami : Tn S

Umur : 33 Tahun Umur : 38 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Luwu Suku : Luwu

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : wirausaha Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : BATTANG KM 7

2) Alasan Berkunjung
Ibu mengatakan hamil anak ke 2, usia kehamilan 36 minggu ingin
memeriksakan kehamilannya.
3) Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan kencang serta adanya
pengeluaran cairan dari vagina
4) Riwayat Kesehatan
d) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan sedagng mengalami penyakit hepatitis
e) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan pernah menjalani operasi sc
f) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ibu maupun suami tidak ada yang memiliki riwayat kehamilan
kembar serta tidak pernah menderita penyakit menahun, menular dan
menurun.
5) Riwayat Pernikahan
Usia Menikah : 23 tahun
Lama Pernikahan : 10 Tahun
Status Pernikahan : Sah
Menikah 1 kali
6) Riwayat Kebidanan
Menarche : 13 Tahun
Bau : Amis
Lama : 7 hari
Siklus : 28 Hari
Warna : Merah Segar
Jumlah : 2-3 x ganti pembalut dalam sehari
Disminorhea : Kadang kadang merasa nyeri saat haid
Konsistensi : Encer terkadang ada gumpalan
7) Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 08 juni 2020
HPL: 15 maret 2021
Ibu mengatakan hamil kedua
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : 60 kg
TTV : TD :110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,7°C
RR : 20x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Inspeksi : Bersih simetris, rambut lurus, warna rambut hitam, penyebaran
rambut merata dan tidak ada benjolan abnormal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b) Muka
Inspeksi : Simetris bersih tidak sembab tidak odema, dan tidak ada cloasma
gravidarum.
c) Mata
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna putih,
konjungtiva merah muda
d) Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip dan tidak ada pernafasan
cuping hidung
e) Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada serumen, tidak ada
perdarahan, fungsi pendengaran baik.
f) Mulut dan Gigi
Inspeksi : Simetris, bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak
ada perdarahan gusi, tidak ada caries gigi dan lidah bersih
g) Leher
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada benjolan abnormal
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid dan tidak ada
bendungan vena jugolaris.
h) Aksila
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i) Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
j) Payudara
Inspeksi : Simetris bersih kedua puting menonjol terdapat hiperpigmentasi
pada areola dan papila
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan , tidak ada benjolan abnormal, konsistensi
keras, colostrum sudah keluar.
k) Abdomen
Inspeksi : simetris, pembesaran perut kedepan sesuai usia kehamilan, ada
bekas luka,terdapat linea nigra dan strie livide, tampak gerakan janin.
l) Genetalia
Inspeksi : Terdapat pengeluaran darah bercampur lendir dari jalan lahir
tidak ada odema dan varises tidak ada condiloma akuminata dan matalata
Palapasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar skene dan bartholin,perineum
kaku.
m) Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari anus.
n) Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih, tidak ada gangguan gerak, jumlah jari
tangan dan kaki lengkap.
Palapasi : Pada ekstremitas bawah tidak ada odema, tidak ada varises.
Perkusi : Refleks patella +/+
3) Pemeriksaan Khusus
a) Palpasi
Leopod 1 : TFU pertengahan pusat-prosessus xyphoideus. Pada fundus
teraba bagian bundar lunak tidak melenting (bokong).
Leopod 2 : pada bagian kanan perut teraba bagian keras, memanjang
seperti papan (punggung janin) pada bagian kiri perut ibu teraba bagian
kecil kecil janin (ekstremitas).
Leopod 3 : pada bagian bawah perut ibu teraba bagian bundar, keras
(kepala), tidak bisa di goyangkan, Bagian terbesar kepala sudah masuk
panggul (sudah masuk PAP).
Leopod 4 : kedua ujung jari tangan pemeriksa tidak saling bertemu
(divergen)
b) Penurunan kepala hodge 1
c) TFU 30 cm
d) TBJ (30-12) x 155 =2.790 gram
e) DJJ 137x/menit terdengar di bawah pusat sebelah kanan.
f) His 3 x/10 menit lamanya 40 detik
g) VT tanggal 8 April 2021 jam 15.00 WITA : terdapat lendir tidak varises,
vulva tidak odema, vagina tidak ada masa, porsio lunak, pembukaan 5 cm,
ketuban (+), presentasi belakang kepala, penurunan kepala hodge II, tidak
ada molase.
c. Analisa
Ny S usia 23 tahun, umur kehamilan 36 minggu, persalinan fisiologis, inpartu
kala 1 fase aktif dan janin tunggal hidup.
d. Penatalaksanaan pukul : 15.00 WITA
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu dan
janin baik
ibu dan keluarga merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2) Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan teknik relaksasi saat ada
kontraksi yaitu dengan mengambil nafas dalam dari hidung dan
mengeluarkannya melalui mulut
ibu bisa mempraktekan teknik relaksasi yang diajarkan
3) Memberitahu ibu tentang proses persalinan dan kemajuan persalinan.
ibu mengerti dan kooperatif terhadap proses dan kemajuan persalinannya.
4) Mengajari bagaimana posisi dan cara meneran yang baik untuk meneran.
ibu bersedia mempraktekkan.
5) Meminta ibu untuk tidak mengejan dulu sebelum pembukaan lengkap
Ibu mau mengikuti anjuran bidan
6) Memberitahukan kepada ibu untuk makan dan minum saat tidak ada
kontraksi dan segera ke kamar mandi jika merasa ingin BAK.
Ibu mau mengikuti anjuran bidan
7) Melakukan induksi alami seperti pijat akupresur pada titik yang diperlukan
untuk merangsang pengeluaran hormone oksitosin
Ibu bersedia dan telah dilakukan
8) Melakukan rileksasi dengan beberapa gerakan yoga
Ibu bersedia melakukanya
9) Melakukan gymball dengan duduk di atas bola dengan gerakan memutar dan
maju mundur dan gerakan atas kebawah jika terdapat kontraksi
Ibu bersedia melakukanya
2. Kala II
Tanggal Pengkajian : 08 April 2021 pukul : 20.25 WITA
a. Data Subektif
Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering serta semakin sakit dan
merasakan adanya dorongan untuk mengejan seperti ingin BAB yang tidak dapat
ditahan.
b. Data obyektif
1) Ibu tampak kesakitan dan cemas
2) Perineum menonjol, vulva membuka dan adanya tekanan yang kuat pada
anus dan vagina dan terdapat pengeluaran darah dan cairan semakin banyak
dari jalan lahir
3) Penurunan kepala 0/5 bagian
4) Auskultasi DJJ 142 x/menit terdengar di bawah pusat sebelah kanan.
5) His 4x/10 menit lama 42 detik
6) VT 20.25 : terdapat lendir bercampur darah tidak varises, vulva tidak odema,
vagina tidak ada masa, porsio lunak, pembukaan 10 cm, ketuban (-) jernih,
presentasi belakang kepala, penurunan kepala hodge IV, UUK kanan depan,
tidak ada molase, kesan panggul normal sesuai usia kehamilan.
c. Analisa
Ny. A umur 33 tahun usia kehamilan 36 minggu Inpartu kala II KU ibu dan
janin baik.
d. Penatalaksanaan Pukul : 20.25 WITA
1) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II. Tanda gejala kala II yaitu ibu
merasakan ada dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, dan terlihat
kondisi vulva yang membuka dan perineum yang menonjol.
terdapat tanda gejala kala II
2) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan.
3) Memakai celemek .
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir dan kemudian keringkan dengan tissue
atau handuk yang bersih dan kering.
5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam spuit (gunakan tangan yang menggunakan
sarung tangan DTT dan steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik).
7) Melakukan vulva hygien dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
8) Melakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap.
9) Melakukan Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
Didapat DJJ 142x/menit dalam batas normal.
11) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
ibu memilih posisi setengah duduk.
12) Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman).
13) Melaksanakan pimpinan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
ibu memilih posisi duduk.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakkan underpet atau kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya
di bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernapas cepat dan dangkal. Kemudian lakukan episiotomy untuk membuka
jalan lahir.
20) Memeriksa kemungkin adanya lilitan tali pusat dan segera lanjutkan proses
kelahiran.
tidak terdapat lilitan tali pusat.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari
dan jari-jari lainnya).
25) Melakukan penilaian bayi baru lahir.
Bayi lahir spontan, tangis kuat, gerak aktif, cukup bulan.
26) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
hamil tunggal
28) Beritahu ibu bahwa akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
ibu bersedia untuk disuntik oksitosin
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
intramuskuler (IM) di 1/3 paha atas bagian lateral (tidak ada pendarahan)
30) Setelah waktu 2 menit jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Dorongan isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.
32) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit ibu.
33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
3. Kala III
Tanggal Pengkajian : 8 April 2021 pukul: 21.00 WITA
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan lega karena bayinya sudah lahir dan Ibu mengatakan
perutnya masih mules.
b. Data obyektif
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Kandung kemih : kosong.
4) Kontraksi uterus : baik.
5) TFU setinggi pusat.
6) Tali pusat nampak di depan vulva.
7) Darah keluar tiba-tiba.
c. Analisa
Inpartu Kala III KU ibu baik
d. Penatalaksanaan pukul : 21.00 WITA
1) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
2) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangakan tali pusat.
3) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-
kranial) secara hati-hati. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
4) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
5) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
6) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi Fundus
teraba keras.
4. Kala IV
Tanggal Pengkajian : 8 April 2021 pukul : 21:10 WITA
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan merasa lega dan senang plasenta telah lahir.
b. Data Obyektif
1) Keadaan Umum baik
2) TTV TD: 110/70 Mmhg
N: 80 X/Menit
RR: 23 X/menit
S: 36 C
3) TFU 2 jari dibawah pusat.
4) Kontraksi uterus baik yaitu ketika di raba uterus keras
5) Kandung kemih kosong.
6) Perdarahan ±150 cc
c. Analisa
Inpartu kala IV
d. Penatalaksanaan pukul : 21:10 WITA
1) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
Plasenta lahir spontan, pada sisi maternal selaput ketuban utuh,
kotiledon 20, lengkap, diameter 20 cm, tebal 2 cm, sisi fetal tidak ada
pembuluh darah yang putus panjang tali pusat 40 cm..
2) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina
Perineum Terdapat laserasi derajat 2 pada mukosa vagina, otot perenium
dan kulit perenium, melakukan hecting menggunakan jarum segitiga dan
bulat dan benang kromik
3) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik yaitu dengan tanda uterus
berkontraksi dan keras serta tidak terjadi perdarahan pervaginam yaitu
kurang dari 150 CC
Uterus berkontraksi dengan baik.
4) Memastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi
kandung kemih kosong
5) Mencelupkan sarung tangan pada larutan klorin 0,5%, bersihkan noda
darah dan cairan tubuh, bilas dengan air DTT tanpa melepas sarung
tangan dan keringkan
6) Mengajarkan ibu cara menilai kontraksi dan melakukan massase
7) Memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan baik
8) Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah
9) Memantau keadaan bayi, memastikan bayi bernafas dengan baik (40-60
x/ menit)
10) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh menggunakan
air DTT.
11) Memastikan ibu merasa nyaman, dan membantu ibu memberikan asi
serta menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makan dan minum
12) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
13) Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah medis
14) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
15) Mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan
melepaskan sarung tangan secara terbalik
16) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
17) Memakai sarung tangan DTT untuk memberikan vitamin k1 (1mg)
intramuskular di paha kiri bawah lateral dan salep mata profilaksis
infeksi dalam 1 jam pertama kelahiran
18) Melakukan pemeriksaan fisik lanjutan, dan memastikan kondisi bayi
tetap baik
19) Memberikan imunisasi hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Dan
letakkan bayi dalam jangkauan ibu
20) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit Mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir dan keringkan
21) Melengkapi partograf

C. Asuhan Kebidanan Nifas


1. Kunjungan 1
Tanggal : 9 april 2021 Pukul : 06.30 WITA (6 Jam post patum)
Tempat : Rumah Sehat Zam-Zam
a. Data Subjektif
1) Keluhan utama : ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya
2) Ibu mengatakan sudah dapat BAK spontan dan belum BAB
3) Ibu dapat miring kanan dan kiri dan ibu dapat duduk pada 2 jam post partum
4) Ibu sudah dapat berdiri dan berjalan jalan di sekitar ruangan pada 6 jam post
partum
5) Ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan posisi duduk
6) Riwayat psikologis ibu keluarga dan suami mengatakan senang dengan
kelahiran bayinya
b. Data Objektif
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tanda tanda vital
TD : 100/60 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5°C
RR : 22x/menit
4) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Inspeksi : bersih, rambut tebal tidak rontok tidak berketombe
b) Mata
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna putih,
konjungtiva merah muda, pupil isokor, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan fungsi penglihatan baik.
c) Mulut
Inspeksi : Simetris, bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak
ada perdarahan gusi, tidak ada caries gigi dan lidah bersih
d) Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : paru paru : tidak ada suara wheezing dan ronchi
Jantung : suara jantung normal lup dup
Perkusi : jantung : pekak
paru paru : sonor
e) Payudara
Inspeksi : Simetris bersih kedua puting menonjol terdapat hiperpigmentasi
pada areola dan papila
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan , tidak ada benjolan abnormal, konsistensi
keras, colostrum sudah keluar.
f) Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra dan
strie livide
Palpasi : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus teraba keras dan
bundar, kandung kemih kosong
g) Genetalia
Inspeksi : tidak bersih, terdapat pengeluaran cairan berwarna merah
(lochea rubra) 1 pembalut, terdapat jahitan di jalan lahir tidak ada odema
dan tidak varises tidak ada condiloma akuminata dan matalata.
Palapasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar skene dan bartholin,
perineum kaku.
h) Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari anus
i) Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih, tidak ada gangguan gerak, jumlah jari
tangan dan kaki lengkap.
Palpasi : Pada ekstremitas bawah tidak ada odema, tidak ada varises.
c. Analisa
Ny S G2 P1 A0 Umur 33 tahun 6 jam postpartum fisiologis.
d. Penatalaksanaan pukul : 06.30 WITA
1) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik
Ibu senang dan mengucapkan alhamdulillah
2) Menjelaskan tentang perubahan fisiologis pada masa nifas
Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3) Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan dasar ibu nifas untuk makan
makanan seimbang cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
ibu mengerti dan bisa mengikuti nya
4) Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas seperti
perdarahan berlebihan, infeksi pirenium, merasa depresi, nyeri dada dan sesak
nafas
ibu paham dan segera datang ke petugas kesehatan apabila terjadi masalah
seperti tanda tanda tersebut
5) Menjelaskan pada ibu untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri dengan mengajari menilai kontraksi uterus dan melakukan masase findus
ibu paham dan bisa melakukan masase fundus
6) Menganjurkan ibu menyusui bayinya maksimal setiap 2 jam atau setiap bayi
menangis
Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan
7) Memberikan KIE tentang pengetahuan KB atau penggunaan KB jika Ibu siap
menggunakan KB seperti memberikan edukasi KB yang cocok untuk ibu
menyusui seperti KB implant, IUD, MALL karena tidak mengandung
hormone progesterone dan esterogen sehingga tidak mengganggu proses
menyusui
8) Memberitahu ibu jadwal kontrol ulang 1 minggu lagi atau sewaktu waktu jika
ada keluhan
ibu bersedia kembali lagi 1 minggu atau sewaktu waktu jika ada keluhan.
D. Asuhan Kebidanan pada Neonatus
1. Kunjungan Neonatus 1

Tanggal : 9 April 2021 pukul : 14.00 WITA

Tempat : Rumah Sehat Zam-Zam


a) Data Subjektif
1) Biodata
Nama : Bayi Ny “A”
Tanggal Lahir : 8 April 2021
Umur : 15 jam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 3 (ketiga)
Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat
2) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan ayah tidak pernah menderita penyakit
menahun, menular dan menurun.
3) Riwayat Kebidanan
a) Riwayat Antenatal
Status Imunisasi TT : T5
Trimester I
Berapa kali periksa : 1x di Puakesmas Wara Selatan pada usia 12 minggu
Keluhan : Tak Ada Keluhan
Penyuluhan : nutrisi, pola istrahat
Trimester II
Berapa kali periksa : 3 x di Posyandu Ambe Nona pertama kali merasakan
gerakan janin pada usia kehamilan 5 bulan
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun
Penyuluhan : perawatan payudara , pola istirahat, nutrisi
Trimester III
Berapa kali periksa : 1x di Dokter dan 2 kali di Rumah Sehat Zam-zam
Keluhan: ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
Terapi : makanan bergizi dan minum minimal 1 liter air, gerakan yoga
Penyuluhan : tanda bahaya hamil, tanda-tanda persalinan.
Posisi janin : Presentasi Kepala
b) Riwayat Natal
Ibu melahirkan bayinya pada tanggal 8 April 2020 pukul 20.25 WITA
bayi lahir spontan menangis kuat dan gerak aktif jenis kelamin perempuan
BB 3800 gram PB 49 cm tidak ada kelainan bawaan, tidak ada benjolan di
kepala tidak ada perdarahan ibu mengatakan segera setelah bayi lahir
langsung disusukan dan melakukan IMD.
4) Pola kebiasaan sehari hari
a) Nutrisi
Ibu mengatakan bayi diberi ASI saja, frekuensi sering setiap 2 jam sekali.
b) Eliminasi
Ibu mengatakan BAB 2 kali konsistensi lunak, warna feses kehitaman bayi
BAK 2 kali warna kuning jernih tidak ada keluhan saat BAK dan BAB
c) Istirahat/tidur
Ibu mengatakan bayi lebih banyak tidur , tidak rewel, menangis ketika lapar
BAK dan BAB
d) Aktivitas
Ibu mengatakan Bayi menangis kuat dan gerak aktif
e) Personal hygiene
Ibu mengatakan bayinya telah dimandikan oleh bidan di RSZ
f) Latar belakang sosial budaya
Ibu mengatakan setelah pulang nanti bayi akan dirawat dan tinggal bersama
orang tuanya.
g) Psikososial dan spiritual
Ibu, suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya.
b) Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis
b) Tanda tanda vital
Suhu 36,6 °C RR 40x/menit
Nadi : 138x/menit
c) Pengukuran antropometri
BB : 3800 gram
PB : 49 cm
LK : 33 cm
LD : 33 cm
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Inspeksi : rambut warna hitam, penyebaran merata,
Palpasi : ubun ubun teraba datar, tidak ada caput succadaneum, tidak
cephal hematoma dan tidak ada tanda hidrosefalus dan tidak ada molase.
b) Muka
Inspeksi : simetris, tidak pucat, tidak sembab, tidak ikterik, tidak sianosis
dan warna kemerahan.
c) Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak ikterus, tidak ada pengeluaran sekret berlebih dan tidak ada kelainan.
d) Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada sekret pada hidung, tidak ada polip dan
tidak pernafasan cuping hidung
e) Mulut
Inspeksi : bibir kemerahan, tidak ada labio palato skisis, mukosa bibir
lembab, ada reflek rooting dan sucking serta reflek swallowing kuat mulut
tampak seperti ingin minum.
f) Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada pengeluaran serumen
Palpasi : daun telinga kembali cepat kembali
g) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan bendungan vena
jugolaris.
h) Dada
Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada tarikan dinding dada kedalam saat
bayi menangis Auskultasi : pernafasan teratur, tidak ada kelainan irama
jantung.
i) Abdomen
Inspeksi : dinding abdomen simetris, tali pusat masih basah, tidak ada
perdarahan pada tali pusat, tidak berbau busuk
Perkusi : suara perut tympani.
j) Genetalia
Inspeksi : jenis kelamin perempuan, terdapat labia mayora menutupi labia
minora, terdapat lubang uretra dan klitoris.
k) Anus
Inspeksi : terdapat lubang anus
l) Ekstremitas
Atas : simetris, normal, jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan dan gerak
aktif
Bawah : simetris, normal, jumlah jari jari lengkap, tidak ada kelainan,
gerak aktif.
m) Kulit
Inspeksi : warna kemerahan, tidak pucat kulit halus lembut, tidak ada
pengelupasan kulit, torgor kulit baik.
3) Pemeriksaan neurologik
a) Reflek sucking
Baik. bayi mampu menghisap puting dengan kuat
b) Reflek rooting
Baik. bayi bereaksi jika Mendapat rangsangan pada bibir atau pipi bayi
c) Reflek morro
Baik. saat dikagetkan bayi bergerak seperti memeluk
d) Reflek swallowing
Baik. bayi dapat menelan dengan baik
e) Reflek grasping
Baik. saat bayi jari pemeriksa diletakkan pada telapak tangan bayi, bayi
merespon dengan baik saat jari pemeriksa mengusap bagian bawah
telapak kaki bayi jari bayi membuka.
f) Reflek tonic neck
Baik. kepala bayi di miringkan ke kiri dan lengan kirinya melipat
sementara siku lengan kanannya meregang lurus
g) Reflek glabela
Baik ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis mata)
menyebabkan mata bayi berkedip
h) Reflek staping
Baik ketika bayi di gendong berdiri kaki bayi akan menapak seperti
berjalan dan melangkah.
c) Analisa
Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan, Usia 15 jam, fisiologis.
d) Penatalaksanaan pukul: 14.00 WITA
1) Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan bayinya baik
Ibu mengetahuai keadaan bayinya dan merasa senang
2) Menjelaskan mengenai perawatan bayi sehari hari meliputi menjaga
kehangatan bayi, perawatan tali pusat dengan menggnati kasa steril tiap
setelah mandi, mengganti popok setelah selesai BAB dan BAK dan
memandikan bayi
ibu mengerti dan bisa mengulangi penjelasan bidan
3) Menjelaskan tentang tanda bahaya bayi seperti bayi tidak mau menyusu atau
muntah semua yang diminum, kejang, sesak nafas, merintih, pusar
kemerahan, demam.
Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
4) Memberitahu ibu untuk membawa anaknya ke bidan jika ibu menjumpai
tanda bahaya pada bayinya
Ibu mengerti dan akan melaksanakannya
5) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan adekuat dan memberikan
ASI ekslusif pada bayinya
ibu selalu menyusui bayinya setiap 2 jam sekali dan akan memberikan ASI
ekslusif kepada bayinya.
6) Mengajarkan pada ibu cara tekhnik menyusui yang benar
ibu paham dan bisa mengulang kembali penjelasan bidan
7) Menganjurkan ibu untuk merawat dan selalu memperhatikan kebutuhan
bayinya serta memantau pertumbuhan dan perkembangan bayinya.
ibu mengerti anjuran bidan
8) Memberitahu ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat
ibu paham dan mau membedong bayinya
ibu mengerti anjuran bidan
9) Menyepakati kunjungan neonatus pada usia 7 hari tanggal 22 april 2019 atau
sewaktu waktu jika ada keluhan atau tanda bahaya pada bayi.
ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang atau kembali jika ada
masalah.
2. Kunjungan Neonatus II
Tanggal : 11 april 2021 (3 hari post bayi baru lahir) Pukul : 16.10 WIB.
a) Data Subjektif
Ibu datang ke RSZ mengatakan bayinya dalam keadaan rewel karena
terdapat pembekakan pada tali pusat bayinya dan terlihat kemerahan
meradang, bayi menangis kuat saat lapar, BAK, BAB dan bayi belum
dimandikan sejak dibawa pulang ke rumah.
b) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum bayi rewel kesadaran komposmentis
Suhu 36,8 °C
RR 45x/menit.
BB : 3100 gram
PB : 49 cm
b) Pemeriksaan Fisik
Kepala
Inspeksi : Rambut warna hitam, penyebaran merata
Palpasi : Ubun ubun datar, tidak ada benjolan abnormal
Muka
Inspeksi : Simetris, tidak pucat, tidak sembab dan tidak ikterik.
Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak ada pengeluaran sekret berlebih, tidak ada kelainan
Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret pada hidung, dan tidak ada
polip dan pernafasan cuping hidung.
Mulut
Inspeksi : Bibir kemerahan, mukosa bibir lembab ada reflek rooting dan
sucking serta reflek swallowing kuat mulut tampak seperti ingin
minum.
Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada pengeluaran sekret dan serumen
Palpasi : Daun telinga cepat kembali
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid limfe dan bendungan
vena jugolaris.
Dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding dada kedalam saat
bayi menangis
Auskultasi: pernafasan teratur, tidak ada suara wheezing dan ronchi,
tidak ada kelainan irama jantung.
Perkusi : suara paru sonor dan suara jantung pekak
Abdomen
Inspeksi : pusar bengkak kemerahan, dinding abdomen simetris, tali
pusat lembab dan basah serta meradang, bau menyengat

Perkusi : suara perut tympani

Genetalia

Inspeksi : jenis kelamin perempuan, terdapat labia mayora menutupi


labia minora

Anus

Inspeksi : terdapat lubang anus

Ektremitas

Atas : simetris, normal, jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan dan
gerak aktif

Bawah : simetris, normal, jumlah jari jari lengkap, tidak ada kelainan,
gerak aktif.

Kulit

Inspeksi : warna kemerahan, tidak pucat kulit halus lembut, tidak ada
pengelupasan kulit, torgor kulit baik.

c) Analisa
Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan, usia 3 hari, dengan
patologis
d) Penatalaksanaan pukul : 16.15 WIB
1. Menanyakan kepada ibu penyebab bayinya rewel serta terjadi infeksi pada
tali pusat bayi
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak pernah memandikan bayinya sejak
dibawa pulang kerumah karena masih takut, hanya menggunakan tisu
basah untuk memandikan dan membersihkan tali pusat bayinya. Ibu tidak
pernah memakaiakan popok hanya menggunakan loyor dan pada saat
memakaikan loyor menutupi tali pusat bayi sehingga tali pusat lembab
dan infeksi.
2. Membersihkan tali pusat bayi menggunakan betadine karena telah
terinfeksi oleh bakteri dan kotoran
Tali pusat telah dibersihkan
3. Memberikan edukasi kepada ibu pentingnya memandikan bayinya untuk
menjaga agar bayinya tetap bersih dan terhindar dari bakteri
Ibu paham penjelasan bidan
4. Memberikan edukasi kepada ibu untuk memakaikan popok atau loyor
bayi dengan cara tidak menutupi tali pusat bayi jika menggukan popok
dilipat 1/3 bagian sehingga tidak menutupi tali pusat sehingga tali pusat
akan kering dan cepat terlepas
Ibu paham penjelasan bidan
5. Memberikan edukasi kepada ibu cara merawat tali pusat bayi dengan
membersihkan tali pusat menggunakan air hangat setelah dimandikan dan
tetap menjaga tali pusat agar tetap kering tidak boleh menutup tali pusat
dengan apapun baik loyor maupun popok.
ibu paham penjelasan bidan
6. Menganjurkan kepada ibu untuk menghubungi bidan atau berkunung
kembali bila terdapat masalah terhadap bayinya
Ibu bersedia

E. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana

Tanggal pengkajian : 9 April 2021

Waktu pengkajian : 15.00 WITA

Tempat pengkajian : Rumah Sehat Zam-zam


a. Data subyektif
1) Keluhan Utama
a) Ibu berencana melanjutkan untuk kb suntik 1 bulan
b) Ibu menyusui secara on demand
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah penyakit menular, menahun dan menurun
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu tidak sedang menderita penyakit menular, menahun dan menurun
c) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu dan suami tidak sedangatau pernah menderita penyakit
menahun, menular, dan menurun
3) Riwayat kebidanan
a) Riwayat haid
Ibu sedang dalam masa nifas.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Ibu melahirkan bayi Perempuan cukup bulan tanggal 8 April 2021 pukul
20.25 WITA, lahir spontan, ditolong bidan di Rumah Sehat Zam-Zam, bayi
lahir langsung menangis, gerak aktif dilakukan IMD, BB 3800 gram, PB
49cm, plasenta lahir spontan dan lengkap, tedapat laserasi
c) Riwayat KB
Ibu mengatakan bahwa ibu merupakan akseptor kb suntik 1 bulan
4) Pola kehidupan sehari-hari
1) Nutrisi
Makan 3-5x sehari porsi sedang komposisi nasi, lauk bergantian (tahu,
tempe, ayam, telur), sayur bergantian (wortel, bayam, kangkung), buah
bergantian (pisang, jeruk). Minum air putih 8-9 gelas sehari.
2) Eliminasi
BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning, BAK 6-8 kali sehari
warna kuning jernih. Tidak ada keluhan saat BAB ataupun BAK.
3) Istirahat dan tidur
Tidur malam ± 6-7 jam antara pukul 21.30–04.30 WIB, tidur siang ± 1 jam
antara pukul 13.00–14.00 WIB.
4) Personal hygiene
Setiap hari mandi 2x, keramas seminggu 2-3 kali, gosok gigi tiap mandi,
ganti pakaian dan celana dalam tiap habis mandi, kotor ataupun basah.
Setiap selesai BAB/BAK selalu cebok dari arah depan ke belakang dengan
sabun dan air.
5) Aktifitas
Ibu melakukan aktifitas seperti biasanya seperti menyapu, mengepel,
memasak, mencuci dan setrika.
6) Kehidupan seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual setelah bersalin.
7) Riwayat ketergantungan
Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, tidak ada kebiasaan minum-
minuman alkohol maupun ketergantungan pada obatobatan tertentu.
8) Latar belakang sosial budaya
Di dalam keluarga ibu maupun di masyarakat semua orang menerima
adanya penggunaan alat kontrasepsi dan tidak ada larangan bagi yang ingin
menggunakan.
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,8oC
Nadi : 82 x/menit RR : 20 x/menit
2) Pemeriksaan fisik
Kepala
Inspeksi : Bersih, simetris, rambut lurus, warna rambut hitam, persebaran
rambut merata, tidak ada benjolan abnormal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Muka
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak odema, tidak terdapat cloasma gravidarum.
Mata
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna putih,
konjungtiva merah muda, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Fungsi
penglihatan baik.
Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada serumen, tidak ada
perdarahan. Fungsi pendengaran baik.
Mulut dan Gigi
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada labioskisis, tidak ada labiopalatoskisis,
mukosa bibir lembab, tidak cyaosis, tidak ada stomatitis, tidak ada
perdarahan gusi, tidak ada caries gigi, lidah bersih.
Leher
Inspeksi : Simetris, tidak tampak benjolan abnormal.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid.
Tidak ada bendungan vena jogularis.
Aksila
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Paru-Paru : tidak ada wheezing dan ronchi.
Jantung : suara jantung normal lup dup.
Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areola mamae. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan abnormal, konsistensi keras, ASI keluar.
Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka, terdapat linea nigra.
Palpasi : TFU tidak teraba
Genetalia
Inspeksi : Terdapat pengeluaran darah lochea rubra
Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari anus.
Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih tidak cyanosis, tidak ada gangguan gerak,
jumlah jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada sindactyl dan polidactyl.
Palpasi : Pada ekstermitas bawah tidak ada odema, tidak ada varises.
c. Analisa
Ny. S P1A0 umur 30 tahun calon akseptor KB Suntik 1 bulan
d. Penatalaksanaan Pukul : 16.00 WITA
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.
ibu terlihat lega dengan keadaannya.
2) Menjelaskan kembali mengenai suntik kb 1 bulan bahwa suntik kb 1 bulan
terdapat hormone progesterone dan esterogen sehingga tidak efektif untuk ibu
menyusui dan mengganggu pengeluaran asi
ibu mendengarkan penjelasan bidan
3) Memberikan edukasi kepada ibu dan suami mengenai KB yang cocok untuk
ibu menyusui seperti Implan, IUD, dan Mall karena KB tersebut tidak
mengandung hormone yang menganggu produksi ASI
Ibu mendengarkan penjelasan bidan
4) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
tanpa memberikan makanan pendamping
ibu paham penjelasan bidan.
5) Memberitahu ibu untuk menyusui secara penuh (full brast feeding), lebih
efektif bila pemberian 8x sehari atau setiap 2 jam.
Ibu menyusui setiap 2 jam sekali.
6) Menganjurkan kepada ibu untuk datang kembali bila telah memilih alat
kontrasepsi yang akan dipakai dan siap menggunakan kb
Ibu bersedia untuk dating kembali bila telah memenuhi syarat untuk ber-kb
BAB IV

PEMBAHASAN

Manajemen Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada kasus ini menggunakan


dengan catatan perkembangan menggunakan metode SOAP. Pada pembahasan Studi
Kasus ini penulis mencoba menyajikan pembahasan yang membandingkan antara
teori dengan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil, persalinan normal, bayi
baru lahir dan nifas yang diterapkan pada klien Ny.S G2P1A0. Sehingga dapat
menyimpulkan apakah asuhan tersebut telah sesuai dengan teori atau tidak. Dalam
pembahasan juga dibahas mengapa kasus yang ada (diambil oleh mahasiswa) sesuai
atau tidak sesuai dengan teori, menurut argumentasi penulis yang didukung oleh
teori-teori yang ada.

A. Kehamilan
Sebelum penulis memberikan asuhan kebidanan pada saat kehamilan. Penulis
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan melakukan informed consent pada ibu
dalam bentuk komunikasi yang baik untuk melakukan asuhan kebidanan
komprehensif pada kontak pertama kali dengan klien.
Setelah melakukan informed consent penulis melakukan anamnesa yang
bertujuan mengumpulkan informasi tentang identitas ibu, riwayat kesehatan ibu
mengenai riwayat kehamilan sekarang, riwayat obstetri, riwayat kontrasepsi,
riwayat medis lainnya dan riwayat sosial ekonomi yang dapat digunakan dalam
proses membuat keputusan klinis untuk menegakkan diagnosis dan mengembangkan
rencana asuhan atau perawatan yang sesuai. Hal ini sesuai dengan Buku saku
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan

1. Kunjungan Kehamilan

WHO merekomendasikan ibu hamil melakukan kontak sebanyak 8 kali saat


kehamilannya (WHO.2016). Ny S telah melakukan ANC di Puskesmas Wara
Selatan sejak usia kehamilan 12 minggu ANC yang dilakukan pada trimester 1
sebanyak 1 kali, ANC trimester 2 dilakukan sebanyak 3 kali dan trimester ke 3
dilakukan ANC sebanyak 3 kali. Total ANC yang dilakukan 7 kali. Terdapat
ketidaksesuaian antara rekomendasi WHO dengan ANC yang dilakukan ibu.
Tetapi bila standar ANC dalam buku Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar Rujukan, ANC dianjurkan sebanyak 4 kali selama
hamil atau yang disebut juga four-visit Focused Antenatal Care (FANC), maka
terdapat kesesuaian dengan ANC yang dilakukan ibu.

2. Pelayanan ANC terstandar 10 T

Dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar


Rujukan melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar
pelayanan yang dilakukan oleh penulis yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan
atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut. (Kemenkes. 2013)

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

Pada kunjungan pertama berat badan Ny. S yaitu 50 kg, dan pada kunjungan
ketiga berat badan naik menjadi Ny. S 54 kg, pada kunjungan kelima berat
badan Ny. S naik menjadi 60 kg. Total penambahan berat badan Ny. S
selama hamil adalah 10 kg. Maka dari asuhan yang dilakukan tersebut maka
ditemukan ketidaksesuaian antara teori dan praktik. Asuhan yang penulis
berikan mengenai pola nutrisi pada Ny.S sebenarnya tidak terlalu
berpengaruh pada masalah peningkatan berat. Hal ini berkaitan dengan pola
makan ibu yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.

b. Mengukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan


untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi.
Tekanan darah yang normal 110/70 - 120/80 mmHg (Sarwono, 2016).
Pemeriksaan ini dilakukan setiap kali ibu melakukan kunjungan. Di dapat
hasil bahwa tekanan darah Ny.S adalah tidak pernah dibawah 100/70
mmHg dan tidak pernah lebih dari 110/80 mmHg, dan ini dianggap
normal. Hal ini sesuai dengan teori.
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).

Dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk


skrining ibu hamil berisiko KEK (Kurang Energi Kronis) atau kekurangan
gizi. Ibu hamil dikatakan Kurang Energi Kronis (KEK) apabila didapati
LiLA <23,5 cm hal ini berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (Elly
Dwi Wahyuni, 2018) Pemeriksaaan Lingkar Lengan Atas pada Ny. S yang
didapati pada saat awal kehamilan adalah 23 cm dan hasil ini merupakan
normal.

d. Pengukuran Tinggi Puncak Rahim (Fundus Uteri)

Tinggi fundus uteri dipantau setiap pemeriksaan kehamilan, hal ini dilakukan
untuk melihat kesesuaian antara tinggi fundus uteri dengan usia kehamilan.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini pun menjadi salah satu indikator
pengukuran taksiran berat janin (Kemenkes. 2013).

Pada kunjungan pertama, kedua, dan ketiga Ny.S didapatkan hasil


pengukuran TFU adalah 30 cm (kehamilan berkisar 37 – 38 minggu). Pada
kunjungan keempat dan kelima (usia kehamilan berkisar 39 – 40 minggu)
didapatkan TFU Ny.A adalah 34 cm.

Pada usia kehamilan 36 cm TFU akan menurun dikarenakan sudah masuknya


kepala ke pintu atas panggul. Pada usia kehamilan 40 minggu memiliki TFU
yang sama pada usia kehamilan 32 minggu. TFU pada usia kehamilan 32
umumnya 34 cm. Maka tidak ada kesenjangan dengan teori. (Kemenkes.
2013)

e. Penentuan Status Imunisasi Tetanus dan Pemberian Imunisasi Tetanus


Toksoid Sesuai Status Imunisasi
Berdasarkan kasus Ny.S , ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali.
Yaitu 2 kali pada kehamilan pertama dan 2 kali pada kehamilan kedua dan 1
kali pada kehamilan ketiga. Pada kehamilan ini ibu tidak lagi disuntik
imunisasi TT Dalam buku Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar Rujukan ibu direkomendasikan 5 kali imunisasi TT seumur
hidupnya. Mengingat ibu sudah mendapatkan imunisasi TT pada kehamilan
sebelumnya. Pada kehamilan ini ibu tidak lagi mendapat suntik TT.
f. Pemberian Tablet Tambah Darah Minimal 90 Tablet Selama Kehamilan;
Memberikan tablet zat besi 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap hari,
untuk mencegah terjadinya anemia dalam kandungan. Karena kebutuhan zat
besi meningkat ketika hamil. (Voni Silvia, 2012) .Ny.S di berikan tablet zat
besi walaupun ibu tidak anemia. Ini merupakan sebagai persiapan persalinan
Ny.S nanti. Dimana pada saat persalinan biasanya ibu hamil mengalami
kehilangan darah yang cukup banyak. Maka dapat disimpulkan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik .

g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut
jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/4 bulan.
Gambaran DJJ Takikardi berat : detak jantung di atas 180x/menit, Takikardi
ringan : antara 160-180x/menit, Normal : antara 120-160x/menit, Bradikardi
ringan : antara 100-119x/menit, Bradikardi sedang : antara 80-100x/menit,
dan Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit (Sarwono, 2016).

Pemeriksaan DJJ dilakukan rutin setiap kunjungan dan didapat hasil DJJ pada
Ny.A berkisar 140x/mnt sampai 148x/mnt. Sehingga dapat disimpulkan tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik.

h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan


konseling, termasuk keluarga berencana);
Temu wicara dilakukan pada setiap kunjungan Ny.S meliputi anamnesa,
konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas,
biopsikososial, dan pengetahuan klien. Memberikan konsultasi atau
melakukan kerjasama penanganan. Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan
menolong ibu menentukan pilihan yang tepat (Kemenkes, 2013).
Setiap kunjungan temu wicara telah dilakukan seperti memberikan penkes
yang dibutuhkan Ny.S untuk kesejahteraan ibu dan janin. Seperti
memberitahu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, hidrasi dan istirahat yang
baik, memberitahu tanda bahaya pada kehamilan,dsb. Informasi yang
dberikan juga dapat disesuaikan dengan keluhan atau masalah pada Ny.A

i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),


pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya);
1) Pemeriksaan Hemoglobin.
Selama kehamilan Ny.S melakukan pemeriksaan Hemoglobin sebanyak
2 kali, yaitu pada trimester I sebanyak 1 kali dengan hasil 11,3 gr/dL dan
pada trimester III sebanyak 1 kali dengan hasil 12,1 gr/dL. Kadar Hb
Normal pada trimester pertama dan ketiga yaitu >11.0 gr/dl, pada
trimester kedua yaitu >10.5 gr/dl, (Kemenkes RI, 2013). Maka dapat
disimpulkan terdapat kesesuaian antara teori dan praktik.

2) Pemeriksaan Protein dan Reduksi Urine.

Pemeriksaan urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia


(Kemenkes RI, 2010). Pada Ny. A tidak ditemukan adanya protein urine.
Hali ini sesuai dengan teori.

3) Pemeriksaan Kadar Gula Darah.

Selama kehamilan Ny.A melakukan pemeriksaan Gula Darah Sewaktu


sebanyak 2 kali, yaitu pada trimester I sebanyak 1 kali dengan hasil 98
mg/dL dan pada trimester III sebanyak 1 kali dengan hasil 102 mg/dL
Hasil tersebut masih dalam normal

4) Pemeriksaan VDRL, HIV, Hepatitis.


Ny.A melakukan pemeriksaan tersebut pada saat kehamilan trimester I
dengan hasil POSITIF. Hal ini sesuai dengan teori (Kemenkes RI, 2013)
5) Tatalaksana kasus
Pada kasus Ny.S, ibu belum pernah melakukan pemeriksaan USG. Maka
ibu dirujuk untuk melakukan USG pada trimester ke III untuk
perencanaan persalinan. (Kemenkes.2013)

3. Keluhan lazim dalam kehamilan trimester III

a) Nyeri Punggung

Terjadi perubahan fisik dan psikologis selama hamil, keluhan nyeri


punggung sering terjadi kepada ibu hamil. Maka penulis memberitahu ibu
untuk tidak berdiri lama, duduk dengan baik, posisi tidur yang yang nyaman
dibantu dengan guling (posisi sim), menggunakan kompres hangat, hindari
posisi membungkuk yang berlebihan. (Mafikasari A, Kartikasari)

b) Berkemih malam hari

Frekuensi berkemih bertambah karena tekanan pada kandung kemih dari


rahim yang tumbuh dan kepala janin. Kebiasaan minum sebelum tidur
menyebabkan peluang berkemih di malam hari terjadi. Berkemih malam hari
diakui mengganggu kualitas tidur ibu dimalam hari. (WHO. 2002). Oleh
sebab itu penulis menyarakan ibu untuk menghindari minum pada malam
hari dan mengurangi mengonsumsi minuman yang mengandung kafein
seperti teh dan kopi (Ardiansyah R.2015)

B. Persalinan
Menurut Buku Saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan, persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan cukup bulan
yakni 37 sampai dengan 42 minggu, persalinan terjadi spontan, presentasi belakang
kepala, berlangsung tidak lebih dari 18 jam dan tidak ada komplikasi pada ibu
maupun janin.
1. Kala I
Pada tanggal 8 April 2021 pukul 15.00 WITA, Ny. S datang didampingi
oleh suami dan ibunya ke Rumah Sehat ZamZam dengan keluhan mulas teratur
sejak pukul 20.00 WITA, belum keluar lendir darah dan air – air. Saat ini
gerakan janin masih dirasakan aktif.
Pada pemeriksaan fisik dan tanda – tanda vital tidak ditemukan adanya
kelainan. Tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 78 kali per menit, pernapasan 19
kali per menit dan suhu 36,4 oC. Kemudian dilakukan pemeriksaan kebidanan
dengan pemeriksaan leopold didapatkan TFU 30cm, Leopold 1 dibagian atas
teraba bokong, Leopold II dibagian kanan teraba punggung dan kiri teraba
ekstremitas, Leopold III bagian terendah janin teraba kepala, tidak dapat
digoyangkan. Leopold IV sudah masuk PAP divergen teraba 3/5 bagian. DJJ
positif (+) 142 kali per menit. Pada pemeriksaan kontraksi didapatkan His 3 kali
dalam 10 menit selama 30 detik.
Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva vagina tidak ada kelainan,
tidak ada varises, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan kelenjar skene,
portio tipis lunak, pembukaan 5 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, posisi ubun
-ubun kecil depan, penurunan Hodge I, dan tidak ada penyusupan.
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kebidanan yang
dilakukan terhadap Ny. S maka disimpulkan diagnosa yaitu G 2P1A0 hamil 36
minggu inpartu kala 1 fase aktif, janin tunggal hidup intrauterine dengan
presentasi kepala. Frekuensi kontraksi uterus minimal 2 kali dalam 10 menit.
Pembukaan serviks berlangsung cepat, di mulai dari pembukaan 0 sampai
pembukaan 5 cm, berlangsung kira – kira 8 jam. (Rosyati, Herry. 2017).
Mengobservasi kemajuan persalinan menilai kesejahteraan janin dan ibu
seperti detak jantung janin setiap 1 jam, lalu menghitung his dan nadi setiap 30
menit. Melakukan pemeriksaan dalam (VT) serta tekanan darah 4 jam lagi jika
ada indikasi. (Kemenkes.2013)
Pada kala 1 fase laten penulis melakukan asuhan kebidanan dengan metode
alamiah dalam mengurangi rasa nyeri, seperti teknik relaksasi pernapasan, dan
menyarankan ibu untuk melakukan gerakan atau perubahan posisi seperti posisi
tidur, menjadi berjalan – jalan. Ny.S melakukan teknik relaksasi pernapasan
disaat mulai kontraksi, pernapasan menjadi lebih teratu dan rasa sakit mulai
berkurang. Ibu juga berjalan – jalan selama 15 menit. Penulis mengajarkan
keluarga massase sekaligus memberikan afirmasi positif melalui sentuhan / pijat
punggung dan mengkomunikasikan pesan – pesan positif seperti memberi
dukungan kepada ibu. Serta melakukan gerakan yoga sebelum persalinan
Berdasarkan jurnal Santana, Licia Santos, dkk mengenai Massage reduced
severity of pain during labour: a randomised trial.
Pada pukul 18.00 WITA ibu mengeluh keluar air-air dan mules semakin
sering. Dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital tidak ditemukan adanya
kelainan. Tekanan darah 100/80 mmHg, Nadi 72 kali per menit, pernapasan 20
kali per menit dan suhu 36,4 oC, DJJ positif (+) 148 kali per menit. Pada
pemeriksaan kontraksi didapatkan His 3 kali dalam 10 menit selama 42 detik.
Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva vagina tidak ada kelainan,
tidak ada varises, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan kelenjar skene,
portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban pecah spontan pukul 19.30 WIB
berwarna jernih, presentasi kepala, posisi ubun – ubun kecil depan, penurunan
Hodge II, dan tidak ada penyusupan.
Pemeriksaan fisik dan kebidanan yang menjelaskan Frekuensi dan lama
kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi pada fase ini terjadi 3x atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Serviks
membuka dari 4-10 cm, sekitar 6 jam. Biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga pembukaan lengkap dan terjadi penurunan bagian terbawah
janin. (Kemenkes.2013)
Menurut buku asuhan kebidanan persalinan normal. Ny. S G2P1A0 hamil 36
minggu telah masuk dalam kala 1 fase aktif persalinan, karena berdasarkan teori,
pada kala 1 fase aktif frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap. Dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata – rata perjam pada multipara atau 1 – 2 cm pada primipara dan terjadi
penuruan bagian terbawah janin.
Pemantauan persalinan dengan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase
aktif) seperti DJJ, His dan nadi dilakukan setiap 30 menit, pemeriksaan dalam
untuk menilai kemajuan persalinan tekanan darah setiap 4 jam. (Kemenkes.2013)
Waktu pemantauan dengan partograf disesuaikan dengan penilaian dan
intervensi selama kala 1 fase aktif berdasarkan buku saku pelayanan kesehatan
ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.
2. Kala II
Tanggal 8 April 2021 pukul 20.15 WITA, Ny. S mengatakan mules semakin
kuat dan ada dorongan ingin meneran, mengatakan keluar lender darah dan air –
air, ketuban pecah pukul 19.20 WITA. Ny.A menunjukan tanda gejala kala II.
Hal ini sesuai dengan buku asuhan kebidanan persalinan normal yang
mengatakan tanda – tanda kala II adalah his semakin kuat, dengan interval 2
sampai 3 menit, ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vagina, perineum terlihat menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani terlihat
membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Dilakukan pemeriksaan DJJ dan Kontraksi, didapati DJJ 140 x/m dan
kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik. Kemudian melakukan
pemeriksaan dalam didapati portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban
negative pecah spontan, warna jernih, presentasi kepala, posisi UUK kiri depan,
penurunan H III+, molase 0. Berdasarkan hasil yang didapat, penulis mendapat
diagnosa ibu G2P1A0 usia kehamilan 40 minggu partus kala II dan diagnosa janin
tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala. Pembukaan sudah lengkap, maka
penolong segera memfasilitasi persalinan dengan menginformasikan hasil
pemeriksaan, memposisikan ibu sesuai dengan kenyamanan ibu dan melibatkan
pendamping pada proses persalinan, yaitu suami, dan memimpin ibu meneran.
Kala II berlangsung selama 20 menit, hal ini sesuai dengan buku asuhan
kebidanan persalinan normal, yakni kala II berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pukul 20.30 WITA bayi lahir
spontan, langsung menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif, jenis
kelamin perempuan. Melakukan manajemen asuhan bayi baru lahir normal yaitu
mengeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan dan tanpa membersihkan verniks. (Kemenkes.2013)
3. Kala III
Pukul 21.00 WITA melakukan pemeriksaan abdomen tidak didapatkan janin
kedua, kontraksi uterus baik, TFU setinggi sepusat. Lalu memberikan oksitosin
10 IU injeksi secara IM 1/3 paha Ny. S untuk merangksang kontraksi uterus
diberikan 1 menit setelah bayi lahir, melakukan klem 2 menit setelah bayi lahir.
Di RSZ menggunakan metode lotus birth jepit tali pusat pada sekitar 3 cm dari
pusat (umbilikus) bayi, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan
penjepitan kedua pada 2 cm dari klem pertama setelah itu angkat tali pusat yang
telah dijepit kemudian gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil
lindungi perut bayi) dan ikat tali pusat dengan benang DTT/steril. Lalu
pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan letakkan
satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas simfisis dan
tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. Setelah uterus
berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati dan lakukan penegangan
dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, lalu meminta ibu meneran
sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial dan
saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan.otong dan ikat tali pusat.
Pada pukul 21.10 WITA plasenta lahir kesan lengkap, kemudian dilakukan
masase uterus selama 15 detik, didapati hasil kontraksi uterus baik. Setelah
dipastikan kontraksi baik, memeriksa kedua sisi plasenta (maternal maupun fetal)
dan dipastikan bahwa selaput lengkap dan utuh. Lalu memeriksa adanya laserasi
pada perineum, dan didapati hasil pemeriksaan tidak terdapat laserasi.
Berdasarkan buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dan
rujukan suntik oksitosin 10 IU, Peregangan Tali Pusat Terkendali, Masase Uterus
adalah Manajemen aktif yang dilakukan pada kala III.
Waktu persalinan Kala III Ny. S berlangsung selama 10 menit. Menurut
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Pelayanan Kesehatan Dasar dan
Rujukan, proses kala III berlangsung selama 30 menit setelah bayi lahir.
Terdapat kesesuaian antara teori dan praktik yang dilakukan
4. Kala IV
Setelah Plasenta lahir lengkap dan utuh dan dipastikan kontraksi uterus baik
dan mengobservasi perdarahan yang keluar selama persalinan kira – kira ± 200
cc. Dilakukan pemantauan Kala IV pada Ny. S melalui partograf selama 2 jam
sesuai dengan Buku Saku Pelayanan Kesehayan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan di dapatkan hasil dalam batas normal.
Ny. S dan suami diajari masase uterus secara melingkar agar kontraksi baik.
Asuhan ini dilakukan berdasarkan teori buku saku pelayanan kesehatan ibu di
fasilias kesehatan dasar dan rujukan, melakuakan observasi selama 2 jam, yaitu
dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua dan selama 24 jam perdarahan tidak lebih dari 500 ml setelah bayi lahir.

C. Bayi Baru Lahir

1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Bayi Ny. S lahir tanggal 8 April 2021 pukul 20.30 WITA, jenis kelamin
perempuan, dan tanpa komplikasi. Setelah itu melakukan pemotongan tali pusat
dan dilakukan IMD dengan meletakan bayi diatas dada ibu. IMD dilakukan
selama 1 jam hal ini sesuai dengan teori asuhan kebidanan bayi baru lahir,
neonatal dan pra sekolah (Setiyani, Astuti,.dkk. 2016). Yang mengatakan Setelah
bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas perut ibu selama 1 jam,
kemudian bayi akan merangkak dan mencari putting susu ibu.

Dengan IMD, bayi dapat segera menggunakan reflex mencari, menghisap, dan
menelan. Setelah kontak kulit antara ibu dan bayi selesai, mengenakan pakaian
pada bayi dan tetap menjaga kehangatan pada bayi. Setelah itu melakukan asuhan
bayi baru lahir normal.
2. Asuhan bayi baru lahir normal

Hal pertama kali dilakukan adalah penimbangan dan pengukuran bayi. Dari
hasil pemeriksaan yang dilakukan didapati hasil berat badan 3800 gram, panjang
badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 33 cm. Berat badan bayi Ny. S
dalam kategori normal karena berat badan bayi normal tidak kurang dari 2500
gram, hal ini sesuai teori bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala pada usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan berat badan 2500 – 4000 gram, tanpa cacat bawaan (Kementrian
Kesehatan RI. 2010). Lalu panjang badan bayi normal adalah 48 – 52 cm Menurut
buku Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita, dan Anak Pra Sekolah untuk
Para Bidan (Setiyani, Astuti,.dkk. 2016)

Lalu memberikan antibiotik profilaksis tetrasiklin (chloramphenicol 1 %)


pada kedua mata bayi untuk mencegah penularan infeksi dan pencegaha
konjungtivitis pada bayi baru lahir. Lalu memberikan vitamin K1
(Phytomenadione) sebanyak 1mg secara intramuscular pada anterolateral paha
kiri, pemberian vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi hepatitis B. Vitamin K1 untuk mencegah perdarahan intracranial.
Asuhan yang telah diberikan seperti asuhan bayi baru lahir menurut buku asuhan
kebidanan bayi baru lahir, neonatal dan pra sekolah. (Jamil, Siti Nurhasiyah,
2017).

Melakukan penilaian tanda – tanda vital pada bayi, didapatkan suhu 36,5 oC,
Denyut Jantung Bayi 151 x/m, Pernapasan 48 x/m. Menurut Buku buku asuhan
kebidanan bayi baru lahir, neonatal dan pra sekolah., pernapasan normal 40 – 60
kali/menit, serta suhu tubuh bayi normal 36,5 – 37,5 oC, lalu detak jantung bayi
normal adalah 120 – 160 kali/menit.

Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang didapati hasil normal,
pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan buku saku pelayanan kesehatan
neonatal esensial dengan hasil (Kementrian Kesehatan RI. 2010)

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, bayi diberi tanda pengenal berupa


gelang yang dikenakan pada bayi dan ibu untuk menghindari tertukarnya bayi.
Gelang diberikan identitas nama ibu, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Hal ini
sesuai dengan buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial (Kemenkes RI.
2010), bahwa semua bayi baru lahir difasilitas kesehatan harus segera
mendapatkan tanda pengenal berupa gelang.

Berdasarkan buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial (Kemenkes


RI. 2010). Setelah 1 jam pemberian Vit K, Bayi Ny. A diberikan imunisasi
hepatitis B di 1/3 paha kanan atas bagian luar. Imunisasi hepatitis B bermanfaat
untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu –
bayi. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama

3. Pada perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat yang dilakukan kepada bayi Ny. A cukup menggunakan
kassa steril, tidak menggunakan alcohol ataupun betadine, hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa dilarang mengoleskan cairan ataupun bahan apapun
(Kementrian Kesehatan. 2013)

4. Kunjungan Neonatus

Berdasarkan buku kesehatan ibu dan anak, kemenkes RI 2016, pemeriksaan


kesehatan pada bayi baru lahir dilaksanakan minimal 3 kali, pertama pada 6 – 48
jam setelah lahir, kedua pada hari ke 3 – 7 setelah lahir dan ketiga pada hari ke 8 –
28 setelah lahir.

Berdasarkan data subjetif dari Ny. A kunjungan pertama didapati hasil pola
menyusui dan pola eliminasi sebagai berikut:

Jenis 9 April 2021

Pemeriksaan
Pola Ibu menyusui

Menyusu setiap 2 jam sekali

Pola Menyusu sudah baik karena bayi menyusu lebih dari 8 kali/hari,
menurut buku Asuhan Kebidanan Neonatal Berikan ASI sesering mungkin sesuai
kebutuhan bayi, yaitu 2 – 3 jam dan secara bergantian diberikan. Pola Eliminasi,
bayi BAK dalam sehari lebih dari 5 kali dan BAB 2 tidak setiap hari melainkan 2
– 3 hari sekali, menurut buku asuhan kebidanan neonatal (Jamil, Siti Nurhasiyah,
2017).

Pada kunjungan bayi kedua Pada kunjungan hari ke 3 usia bayi ibu
berkunjung ke RSZ mengatakan bayinya dalam keadaan rewel dikarenakan tali
pusat bayi mengalami peradangan atau infeksi dikarenakan ibu tidak pernah
memandikan bayinya sejak pulang dari RSZ dan hanya menggunakan tissue
basah, ibu tidak memakaikan popok namun memakaikan loyor dan menutupi tali
pusat sehingga tali pusat lembab dan berbau.

Kemudian dilakukan pembersihan pada tali pusat bayi oleh bidan di RSZ
dengan menggunakan betadine untuk membersihkan tali pusat dari bakteri yang
telah terinfeksi. Dilakukan edukasi kepada pasien mengenai personal hygine pada
bayinya agar menjaga kebersihan bayinya dengan memandikan bayi dan merawat
tali pusat bayi dengan membersihkan menggunakan air hangat saja agar terhindar
dari kuman maupun bakteri. Menganurkan kepada ibu untuk memakaikan popok
atau loyor dilipat 1/3 tidak menutupi tali pusat bayi sehingga tali pusat bayi
mongering dan lepas.

D. NIFAS

Masa Nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah kelahiran plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) atau sampai alat – alat reproduksi kembali seperti keadaan
sebelum hamil. (Sarwono. 2016)
1. Penilaian ibu pada masa nifas

a. Pada 72 jam post partum ibu di pantau di ruang nifas. Dilakukan pemantauan
berkala setiap 6 jam yang meliputi keadaan umum, tandatanda vital serta
mengkaji permasalahan yang mungkin dapat terjadi. Hasil pemantauan ibu
dalam batas normal. Jika kelahiran dalam fasilitas kesehatan, ibu dan bayi
yang baru lahir harus menerima perawatan setelah melahirkan di fasilitas
tersebut setidaknya 24 jam setelah kelahiran. Tekanan darah harus diukur
segera setelah lahir. Jika normal, pengukuran tekanan darah kedua harus
dilakukan dalam waktu enam jam. Kekosongan urin harus didokumentasikan
dalam waktu enam jam. Hal ini sesuai dengan rekomendasi no 9 dalam Who
Recommendations On Postnatal Care Of The Mother And Newborn. Selain
itu Puskesmas Kecamatan Cilicing memberikan pelayanan rawat gabung
kepada setiap ibu yang melahirkan.
b. Setelah ibu diperbolehkan pulang ibu diminta untuk tetap memeriksakan
keadaan nya ke fasilitas kesehatan. Setidaknya tiga kontak pasca kelahiran
tambahan direkomendasikan untuk semua ibu dan bayi yang baru lahir. Hal
ini disesuaikan dengan Who Recommendations On Postnatal Care Of The
Mother And Newborn. Lalu disesuaikan dengan Buku Kesehatan Ibu dan
Anak, Kemenkes RI 2016 kunjungan pada ibu nifas dilakukan sebanyak 3x,
kunjungan I pada 6 jam-3 hari, kunjungan II pada 4-28 hari dan kunjungan III
pada 29-42 hari. Hasil pengkajian dapat dikatakan involusi uteri ibu serta
pengeluaran lochea sesuai teori.
2. Penurunan kada Hb Pascasalin

Pada 6 jam post partum dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan


SOP puskesmas didapatkan hasil Hb 11,2 gr/dl. Perkiraan besaran zat besi yang
perlu ditimbun selama hamil ialah 1.040 mg. dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan
oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Suplementasi zat besi
dibutuhkan bahkan kepada ibu dengan status gizi baik. (Voni Silvia. 2012).
Karena keterbatasan pengetahuan, metode observasi perdarahan penulis, penulis
belum dapat menghubungkan jumlah perdarahan yang keluar dengan penurunan
kadar hb dalam tubuh.

Menurut rekomendasi WHO suplemen zat besi dan asam folat harus
diberikan setidaknya tiga bulan setelah melahirkan.(WHO. 2013) Hasil
pemeriksaan penunjang ibu didapatkan hasil anemia ringan maka ibu di berikan
terapi SF 1 x 1. Sesuai dengan rekomendasi WHO dan teori mengenai kebutuhan
zat besi. Dilakukan pemeriksaan 3 hari post partum sebelum ibu pulang
didapatkan hasil Hb 12.2 mg/dl. Terdapat peningkatan dari terapi tablet tambah
darah dan menu gizi seimbang sesuai rekomendasi dari puskesmas.

Penulis memberitahu ibu untuk tetap memenuhi nutrisi dan hidrasi serta
makanan yang mengandung tinggi protein hewani dan menghindari konsumsi
teh. Mengingatkan ibu untuk tetap mengonsumsi suplemen tambah darah yang
telah diberikan secara teratur.

E. Pengambilan Keputusan Kontrasepsi

Pada masa nifas Ny. A merupakan akseptor KB suntik 1 bulan dan rencana
akan melanjutkan setelah masa nifas berakhir, namun bidan memberikan edukasi
kepada ibu dan suami mengenai KB yang cocok untuk ibu menyusui dan ibu
akan kembali jika sudah mantap untuk ber-KB
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari uraian dan pembahasan kasus tersebut Dapat disimpulkan bahwa begitu
pentingnya asuhan yang di berikan oleh bidan secara professional baik pada masa
kehamilan,persalinan, nifas maupun bayi baru lahir, sehingga deteksi dini resiko
yang mungkin terjadi dapat dihindari.
2. Pada studi kasus komprehensif yang telah dilakukan kepada Ny. S yang meliputi
asuhan kebidanan yang menyeluruh dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi baru lahir yang bertujuan agar penulis mampu menerapkan pelaksanaanya.
Selama proses pelaksanaan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
3. Penulis mampu melakukan asuhan kehamilan kepada Ny. S dari mulai dari
kehamilan trimester 3 sampai dengan kunjungan masa nifas tanggal 9 April 2021.
Dan kunjungan pada bayi usia 3 hari Pemeriksaan antenatal care sebanyak 5 kali
dengan standar 10T, yaitu dari hasil pengkajian dan pemeriksaan kehamilan tidak
ditemukan kelainan atau komplikasi pada ibu dan bayi saat kehamilan
4. Asuhan kebidanan persalinan pada ibu bersalin Ny. S adalah ibu inpartu tanggal
8 April 2021 saat usia kehamilan ibu 36 minggu. Kala I berlangsung selama 5
jam 25 menit, kala II berlangsung selama 35 menit, kala III berlangsung selama
10 menit dan kala IV berlangsung selama 2 jam. Dari hasil asuhan kebidanan
yang diberikan pada ibu bersalin Ny. A didapatkan bahwa Ny.A selama bersalin
berjalan dengan lancar dan ada robekan alan lahir dilakukan jahitan pada robekan
tersebut
5. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Bayi lahir tanggal 9 April 2021 pukul
06.30 WITA, jenis kelamin perempuan dan memiliki berat badan 3800 gram,
panjang badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 33 cm. Tidak ada
kecacatan sehingga penulis tidak melakukan tindakan medis. Penulis melakukan
kunjungan neonatus sebanyak 2 kali yaitu pada usia 6 jam dan 3 hari setelah lahir
dan ditemukan infeksi pada tali pusat bayi serta diberikan edukasi mengenai
permasalahan tersebut.
6. Penulis mampu melakukan asuhan nifas pada Ny.S dari tanggal 9 April 2021
yaitu dari 6 jam post partum selama pemantauan masa nifas, berlangsung dengan
baik dan tidak ditemukan komplikasi, dan ibu melakukan perawatan payudara
dengan baik.
7. Dari seluruh rangkaian asuhan yang diberikan penulis pada klien dapat dievaluasi
bahwa ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dari masa
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir sehingga pengetahuan ibu dan
keluarga semakin bertambah.
B. Saran

1. Bagi Penulis

Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman secara utuh dalam mempelajari


Asuhan Kebidanan Komprehensif dan kasus-kasus pada saat praktik dalam bentuk
manajemen SOAP serta menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan
yang telah di tetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan
kepada profesi bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap
klien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan


penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan
kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas.
Mampu melakukan pendokumentasian secara baik dan benar.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan


yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan BBL.

4. Bagi Masyarakat

a. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kehamilan,


persalinan, bayi baru lahir dan nifas.
b. Diharapkan dapat memberikan dukungan terutama dukungan dari segi
psikologi pada ibu dalam proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan
nifas.

Anda mungkin juga menyukai