Anda di halaman 1dari 106

NEONATUS BERESIKO TINGGI

Asfiksia dan Resusitasi BBL

Mengenali dan mengatasi


penyebab utama kematian pada
bayi baru lahir
Asfiksia
• Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan
untuk memulai dan melanjutkan pernafasan
pada bayi baru lahir
• Disebut sebagai asfiksia primer bila bayi tidak
bernafas sejak dilahirkan
• Disebut sebagai asfiksia sekunder bila terjadi
kesulitan bernafas setelah sebelumnya dapat
bernafas pada saat dilahirkan
Gejala dan tanda
• Tidak bernafas atau sulit bernafas (kurang
dari 30 X per menit)
• Pernafasan tidak teratur, terdapat dengkuran
atau retraksi dinding dada
• Tangisan lemah atau merintih
• Warna kulit pucat atau biru
• Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
• Tidak ada denyut jantung atau perlahan
(kurang dari 100 X per menit)
Penatalaksanaan
• Cegah kehilangan panas (keringkan
dan selimuti tubuh bayi)
• Posisikan dengan benar dan bersihkan
jalan nafas, kemudian lakukan upaya
inisiasi atau perbaikan pernafasan
• Lakukan rangsangan taktil
Bentuk rangsangan taktil yang tidak dianjurkan

Bentuk rangsangan Risiko


• Menepuk bokong • Trauma
• Meremas atau memompa • Fraktur, pneumotoraks,
rongga dada gawat nafas, kematian
• Menekankan kedua paha ke • Ruptura hati atau limpa,
perut bayi perdarahan dalam
• Mendilatasi sfinkter ani • Sfinkter ani robek
• Kompres atau merendam di air • Hipotermia, hipertermia,
panas dan dingin luka bakar
• Menguncang-guncang tubuh • Kerusakan otak
bayi
• Meniupkan oksigen atau udara • Hipotermia
dingin ke tubuh bayi
Pembersihan Jalan Nafas
• Bila air ketuban jernih, hisap lendir di mulut,
kemudian lendir di hidung
• Bila ada pewarnaan mekoneum, lakukan
pengisapan lendir dari mulut dan hidung saat
kepala lahir dan bila setelah lahir bayi
menangis dengan kuat, lakukan asuhan BBL
seperti biasa. Bila tidak, lakukan pembersihan
jalan nafas ulangan.
Penilaian Segera
• Usaha bernafas atau menangis
• Warna kulit BBL
• Denyut jantung bayi
Temuan dan tindakan
• Bila bayi menangis, bernafas teratur
dan kulit kemerahan maka lakukan
asuhan BBL normal
• Bila tidak menangis, kulit pucat atau
kebiruan dan denyut jantung kurang
dari 100 X per menit, lakukan tindakan
resusitasi
Memposisikan Bayi
• Baringkan telentang atau sedikit miring
dengan posisi kepala sedikit ekstensi
• Pastikan tali pusat telah dipotong agar
pengaturan posisi menjadi leluasa
• Hisap lendir di mulut dan hidung yang
mungkin dapat menyumbat jalan nafas
• Jangan menghisap terlalu dalam karena
dapat terjadi reaksi vaso-vagal
Rangsangan taktil dan upaya bernafas

• Gosok dengan lembut punggung, tubuh, kaki


atau tangan bayi atau tepuk/sentil telapak
kaki bayi
• Pengeringan tubuh, mengisap lendir dan
rangsangan taktil sebaiknya tidak melebihi
dari 30-60 detik
• Jika setelah waktu tersebut bayi masih sulit
bernafas, lakukan bantuan pernafasan
dengan ventilasi positif
Langkah Resusitasi
• Pastikan balon dan sungkup berfungsi baik
• Telah mencuci tangan dan memakai sarung
tangan
• Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat
(kecuali muka dan dada) letakkan di lingkungan
yang hangat
• Posisikan tubuh dan kepala bayi dengan benar
• Pasang sungkup melingkupi dagu, mulut dan
hidung
Langkah..........
• Tekan balon dengan dua jari atau seluruh jari
(tergantung ukuran yang tersedia)
• Periksa pertautan sungkup dengan bayi dan
gerakan dada dengan 2 kali ventilasi
• Bila semuanya baik, lakukan ventilasi dengan
oksigen atau udara ruangan
• Kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 30 detik dan
perhatikan gerakan dinding dada
• Bila dada tidak bergerak naik-turun, periksa
kembali pertautan sungkup-bayi atau fungsi balon
Langkah .........
Setelah ventilasi 30 detik, lakukan penilaian
pernafasan, warna kulit dan denyut jantung
• Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan BBL
seperti biasa
• Bila belum normal, ulangi ventilasi positif selama 30
detik kedua dan nilai kembali
• Bila masih megap-megap dan terdapat retraksi
dinding dada, ulangi kembali ventilasi positif dengan
oksigen murni
• Bila setelah 20 menit bayi masih kesulitan bernafas,
pasang pipa nasogastrik untuk mengurangi atau
mengosongkan udara dalam lambung, kemudian
rujuk ke fasilitas rujukan
Langkah ........
• Bila setelah 20 menit ventilasi positif
ternyata bayi tetap tidak bernafas maka
resusitasi dihentikan. Bayi dinyatakan
meninggal dan beritahukan pada
keluarga bahwa upaya penyelamatan
gagal dan beri dukungan emosional
kepada mereka
Pemasangan Pipa Lambung
• Untuk mengeluarkan udara yang masuk ke
dalam lambung saat dilakukan bantuan
pernafasan dengan ventilasi positif
• Timbunan udara di lambung dapat menekan
diafragma dan menghalangi upaya bernafas
atau pengembangan paru
• Dapat menyebabkan muntah dan terjadi
aspirasi isi lambung ke dalam paru-paru
Asuhan Pascaresusitasi
• Jaga temperatur tubuh bayi, baik dengan
selimut ataupun didekap oleh ibunya
• Minta ibu untuk segera menyusukan bayinya
• Cegah infeksi ikutan atau paparan bahan
tidak sehat
• Pantau kondisi kesehatan bayi secara
berkala, termasuk kemampuan menghisap
ASI
• Rujuk bila terdapat tanda-tanda gawatdarurat
(demam tinggi, ikterus, lemah, tidak dapat
menghisap ASI, kejang-kejang)
SUDAH SIAP
BELAJAR
TENTANG SAYA
??!!
Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
REFERENSI
• Abdul Bari Saifuddin, Buku Acuan Nasional Palayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Ed. 1, Cet. 3. 2002,
Jakarta: YBP-SP (Hal :376-378)

• DepKes RI, Modul Manajemen BBLR untuk Bidan


Desa, 2006, Jakarta: DepKes (Hal 07 – 20)

• Mansjoer Arif M, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II,


2000, Jakarta : FKUI (Hal : 326)

• Rusepno Hasan, Ilmu Kesehatan Anak, 2002, Jakarta :


FKUI (Hal: 1051-1057)
Batasan BBLR
• DepKes RI
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir.
• IKA FKUI
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran
kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram).
• MASJOER, ARIF M
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr tanpa
memperhatikan umur kahamilan.
• SAIFUDDIN, ABDUL BARI
BBLR adalah bayi rau lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi BBLR
1. Ibu hamil pada umur :
• Kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
• Jarak kehamilan terlalu pendek (kurang dari 1 tahun)
2. Ibu dengan keadaan :
• Mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa
istirahat
• Sangat miskin
• Berat badannya kurang dan kurang gizi
• Perokok, pengguna obat terlarang, alkohol.
Lanjutan...
3. Ibu hamil dengan penyakit-penyakit
seperti :
• Anemia berat
• Pre eklampsia atau hipertensi
• Infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih
dan ginjal), hepatitis, IMS, HIV/AIDS, malaria,
TORCH
• Kehamilan ganda
4. Bayi dengan :
• Cacat bawaan
• Infeksi selama dalam kandungan
Masalah-masalah pada BBLR

ASFIKSIA INFEKSI

GANGGUAN MASALAH
NAFAS PEMBERIAN ASI

HIPOTERMI IKTERUS

HIPOGLIKEMI OPTHALMOLOGIS
Gambaran klinis dan
klasifikasi BBLR

• Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum


terbentuk dengan sempurna.
• Kulit tipis dan mengkilap
• Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan
terutama pada punggung.
• Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa
titik.
• Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia
minora.
Lanjutan...
• Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis
kadang belum turun.
• Rajah telapak kaki belum sempurna terbentuk.
• Kadang disertai dengan pernafasan tidak teratur.
• Aktifitas dan tangisannya lemah
• Reflek menghisap dan menelan tidak efektif/lemah
Perawatan BBLR setelah lahir
1. Riwayat
Tanyakan tanggal perkiraan kelahiran atau umur kehamilan

2. Periksa
• Timbang berat badan bayi (dalam keadaan telanjang)
setelah lahir (0-24 jam) dan bernafas baik. Timbangan
dilapisi kain hangat dan ditera.
• Lakukan pemeriksaan fisik
Lanjutan...
3. MASALAH / KEBUTUHAN
Tentukan bayi :
• BBLR yang boleh dirawat oleh bidan adalah
BBLR dengan berat ≥ 2000 gram, tanpa masalah /
komplikasi
• BBLR < 2000 gram atau ≥ 2000 gram tetapi
bermasalah → dirujuk
Lanjutan...
4. RENCANA PERAWATAN
Untuk semua bayi dengan berat 2000-2499 gram :
• Jaga bayi agar tetap hangat :
• Jaga bayi selalu ”kontak kulit dengan kulit” dengan
ibunya.
• Tutupi ibu dan bayi keduanya dengan selimut atau
kain yang hangat.
• Tutupi kepala bayi dengan kain atau topi.
• Mandikan bayi setelah berusia 24 jam dan suhu
tubuh stabil.
Lanjutan...
• Mendorong ibu meneteki (atau memerah kolostrum dan memberikan
dengan cangkir ) sesegara mingkin. Periksa pernafasan, suhu, warna
kulit dan minim ASI (menghisap) setia 30-60 menit selama 6 jam.

• Ajari ibu dan keluarga menjaga bayi tetap hangat dengan selalu
melakukan ”kontak kulit dengan kulit”

• Jika suhu ketiak turun di bawah 36,50C (lakukan perawatan metode


kanguru) Hangatkan bayi dengan menghangatkan ruangan, pakai
sumber panas, dan tutupi bayi dan ibu dengan selimut atau kain yang
kain yang lebih HANGAT.

• Sarankan kepada keluarga selalu mencuci tangan sebelum memegang


BBLR
Lanjutan...
5. PEMANTAUAN
• Kunjungi bayi minimal dua kali dalam minggu
pertama dan selanjutnya sekali dalam setiap
minggu sampai berat badan bayi 2500 gram
dengan mempergunakan format MTBM.
• BBLR dapat turun beratnya hingga 10-15 %
dalam 10 hari pertama kemudian sudah harus
naik, paling kurang 15 gram sehari atau 100 gram
seminggu.
ASUHAN
HIPERBILIRUBIN
Pengertian….
• KERN IKTERUS
Suatu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek pada otak.
• HIPERBILIRUBIN
Suatu keadaan dimana kadar bilirubinemia
mencapai nilai yang mempunyai potensi
menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik.
• IKTERUS
Warna kuning yg tampak pada kulit dan
mukosa oleh karena adanya bilirubin pada
jaringan tersebut akibat peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
• HARGA NORMAL
Bilirubin dalam darah :
- Direk ( D ) < 1,0 mg %
- Indirek ( I ) < 2 mg %

• HARGA PATOLOGIS
Bilirubin dalam Darah :
- Indirek : bayi Aterm >
12 mg %
- Indirek : Bayi Prematur
>10 mg %
IKTERUS
• IKTERUS FISIOLOGIS • IKTERUS PATOLOGIS
- Tampak pada hari ke 3-4 - Timbul pada umur < 36 jam
- Bayi tampak sehat (normal) - Cepat berkembang kuning
- Kadar < 12 mg % (Aterm) - Bisa disertai Anemia
- Kadar < 10 mg % (Prematur)
- Menghilang paling lambat - Menghilang lebih lama > 2
10-14 hari mg
- Tak ada faktor resiko
- Ada faktor resiko
- Sebab : Proses fisiologis
- Dasar : Proses patologis.
(berlangsung dalam kondisi
Fisiologis)
Penilaian Ikterus secara Klinis

Perhatikan
Gambar
disamping ini :
RUMUS KRAMER
Daerah Luas Kadar
Gambar Ikterus Bilirubin
(Mg %)
1 Kepala dan Leher 5
2 Daerah 1 + badan bgn atas 9
3 Daerah 1,2 + badan bgn bawah 11
dan tungkai
4 Daerah 1,2,3+ lengan dan kaki 12
dibawah dengkul
5 Daerah 1,2,3,4 + Tangan dan 16
kaki
METABOLISME BILIRUBIN
HB

Globin Hem Biliverdin

Asam amino
Bilirubin Indirek
(blm Konjugasi)
Pool Asam -Toksik, Lipofilik
Amino -Dalam darah
-Dibawa Albumin ke
Hepar

Dlm Hepar dikonjugasi dgn Asam Glukoronat


Bilirubin Bilirubin

2 UDPG 2 UDP Uridin


Dipospat

Diglukoronat

Hidrofilik diekresi
ke empedu

Dalam lumen usus sebagian bilirubin


mengalami siklus enterohepatik,
sebagian lagi dioksidasi > lanjut jadi
sterkobilin yang di ekresikan ke feses.

METABOLISME BILIRUBIN
Produksi : Sumbernya degradasi hemoglobin, sebagian
sumber lain
• Transportasi : Bilirubin indirek dalam ikatannya dengan
albumin diangkut ke hepar untuk di olah oleh sel hepar
• Konjugasi : Dalam sel hepar bilirubin dikonjugasi
menjadi bilirubindirek dengan pengaruh enzim glukoronil
transferase. Bilirubin direk diekresi ke usus melalui
duktus koledokus
• Sirkulasi Enterohepatik : Sebagian bilirubin direk
diserap kembali ke hepar dalam bentuk bilirubin indirek
yang bebas. Penyerapan ini bertambah pada pemberian
makanan (ASI) yang lambat adalah pada obstruksi usus.
PENYEBAB/ FAKTOR RESIKO
• Hemolisis/ Produksi meningkat : • Gangguan Konjugasi
– Golongan darah ibu-bayi tak - Enzim glukoronil
sendiri
– Hematoma, memar transferasi belum adekuat.
– Spherositisis kongenital ( Prematur )
– Enzim G6PD rendah
• Gangguan Transport • Gangguan Ekskresi
- Albumin rendah
- Obstruksi saluran empedu
- Ikatan Kompetitif dg
albumin - Obstruksi usus
- Kemampuan mengikat albumin - Obstruksi Pre hepatik
rendah
KOMPLIKASI
• SSP ( Sistem Saraf Pusat )
Ensefalopati/ Kern Ikhterus

• Saluran Cerna
Diare
Pengobatan…………
PRINSIP
A. Menghilangkan Penyebab
B. Pencegahan Peningkatan kadar bilirubin
Cara :
1. Meningkatkan kerja enzim
Phenobarbital 1-2 mg kg/ dose 2-3 x/ hr/ 3 hari
2. Merubah bilirubin tidak larut dalam air
menjadi larut.
Foto therapi Isomerisasi (memecah bilirubin)
diharapkan ekskresi berlangsung
3. Bilirubin darah dibuang
Transfusi Tukar (Exchange Transfusi)
EFEK SAMPING PENGOBATAN
Phenobarbital
Banyak tidur
Foto Therapi
a. Segera
- suhu tubuh hipertermi/ hipothermi
- kulit terbakar
- IWL (Insensi water Loose) meningkat
- Evakuasi usus lebih cepat (Diare) karena
peristaltik yg meningkat.
b. Lama
- Perubahan DNA (jangka panjang)
Lanjutan……
EFEK SAMPING PENGOBATAN

TRANSFUSI TUKAR
- Infeksi
- Jantung kerja meningkat
- Sirkulasi hypervolemi/ hypovolemi
- Elektrolit hypocalcemi
- Metabolik
……………..Therapi SINAR
• TUJUAN
Menurunkan kadar bilirubin indirek dalam
serum, shg tidak terjadi Kern Ikterus
• INDIKASI
1. Prematur, bilirubin indirek > 10 mg/ dl
2. Aterm, bilirubin indirek > 12 mg/ dl
3. Aterm > 4 hari, bilirubin indirek > 18 mg/ dl
• PRINSIP KERJA
Energi sinar, membantu pemecahan bilirubin
dikeluarkan melalui urine/ faeces.
Persiapan ALAT….
• Lampu neon 7 buah, @ 20 watt ( < 200
jam )
• Tempat tidur bayi dan peralatan
• Kain kasa, plester, gunting, kertas
karbon.
• Salep
• Persetujuan
PELAKSANAAN…
• Bayi telanjang bulat, mata di tutup (tak tembus
sinar) di buka bila minum
• Atur jarak bayi – lampu : 40-45 cm
• Penyinaran secara kontinyu selama 24 jam
• Tiap 6 jam posisi tidur diganti
• Intake adekuat, obs. Intake & out put, TTV
• Setelah 24 jam – istirahat 12 jam, k/p 24 jam lagi
– Prematur – bilirubun indirek > 10 mg /dl
– Aterm – bilirubin indirek > 12 mg/ dl
EFEK SAMPING

• Hyper/ Hypotermi
• Kulit terbakar
• Diare, Dehidrasi
……TRANSFUSI TUKAR
• TUJUAN UTAMA :
– Mencegah efek toksik bilirubin dengan cara mengeluarkan dari tubuh
• INDIKASI TRANSFUSI
– Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg %
– Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1 mg % per
jam
– Anemi yang berat pada bayi baru lahir dengan gangguan gagal
jantung
– Kadar HB tali pusat < 14 mg % dan uji Coombs direk positif
• JENIS TRANSFUSI
– Pocked Red Cell ( PRC )
– Whole Blood ( Darah Segar )
ASUHAN PADA BAYI
DENGAN HIPOGLIKEMIA
HIPOGLIKEMIA
• Pengertian: yaitu suatu keadaan dimana kadar
gula darah bayi dibawah normal
• NCB: < 30 Mg% pada 72 jam pertama (4 hari)
dan < 40 Mg% pada hari berikutnya
• NKB: < 30-25 Mg%
• Keadaan ini dapat bersifat sementara akibat
kekurangan produksi glukosa kurang depot
glikogen / menurunnya glukoneogenesis lemak
dan asam amino
Etiologi
Berdasarkan patofisiologi dapat digolongkan 4
golongan yaitu:
 Bayi dari ibu DM, pra DM & bayi eritroblastosis
berat k/ pengaruh hiperinsulinisme, mempunyai
jumlah glikogen & deposit lemak yang banyak &
mempunyai respon terhadap glikemia 5-20 kali pada
pengeluaran insulin
 BBLR yg mengalami malnutrisi intrauterin, mis bayi
dari ibu toksemia, kelainan plasenta, bayi kembar kecil
Lanjutan
 Bayi sangat immature yang rentan terhadap
komplikasi RDS, asfiksia dan bayi yg
membutuhkan metabolisme yang lebih tinggi
daripada kemampuan yang ada pada bayi tersebut
 Bayi dengan kelainan genetik atau gangguan
metabolik primer seperti galaktosemia, intoleransi
fruktosa, bayi raksaa, dll)
Tanda dan gejala klinis
• Gerakan gelisah dan tremor
• Sianosis/pucat
• Apatis
• Kadang-kadang kejang
• Episode apnea intermitten/takipnea
• Tangis lemah/melengking
• Kelumpuhan/letergis
• Kesulitan minum
• Gerakan memutar bola mata
• Keringat dingin, hipotermia
• dll
Asuhan Kebidanan
Pengkajian
• Biodata
• Riwayat kehamilan, kalehiran dan nifas
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
• Dll
Dari hasil pengkajian data didapatkan:
Data subjektif
• Ibu mengatakan bayinya seperti kaget terus,
badan bayi gemetar, lemes/lemah, pucat, dll

Data objektif
• Bayi tremor, menggigil, apnea, malas minum,
tangis lemah, keringat dingin, kejang, kadar
gula darah < 30 mg%, dll
Analisa Masalah
• Hipotermia
• Intake nutrisi kurang adekuat
• Gangguan pernapasan (sianosis, napas cepat,
apnea)
• Hipotermia/resiko hipotermia)
• Gangguan neurologis
• Kecemasan orang tua
• dll
Rencana Tindakan
• Bebaskan jalan napas
• Jaga suhu tubuh dalam keadaan normal
• Beri ASI yang adekuat
• Jika bayi malas minum /tidak mau minum
berikan cairan melalui NGT
• Kolaborasi pemberian glukosa 10% sebanyak
8-10 ml/Kg/jam, secara bertahap jumlah cairan
glukosa diturunkan 4 ml/Kg/jam sampai gula
darah stabil > 45 mg%
Lanjutan
• Bila bayi sedang kejang kolaborasi untuk suntikan
anti kejang (diazepam 0,5 mg/kg melalui
suppositoria/im atau luminal/fenobarbital 30 mg mll
iv/im kemudian suntikan larutan glukosa 5%
sebanyak 2-3 ml/Kg sebagai bolus
• Jika tidak ada larutan glukosa bisa berikan larutan
gula
• Periksa dextrosix/gula darah setiap 3-4 jam bila gula
darah > 45 mg% pada 3 kali pemeriksaan, selanjutnya
cukup beri ASI/minum peroral
• Observasi tnada-tanda hipoglikemia dan hipotermia
Bila bayi setelah tindakan dilakukan keadaan bayi
etap/tidak ada kemajuan segera rujuk ke RS
• Tindakan
Lakukan sesuai dengan rencana tindakan,
prioritaskan yang harus segera dilaksanakan

• Evaluasi
• Bayi tenang
• Kadar gula darah > 45 mg%
• Tidak ada tanda-tanda hipoglikemia
ASUHAN PADA BAYI DENGAN TETANUS
NEONATORUM
ASUHAN PADA BAYI DENGAN
TETANUS NAONATORUM
• Pengertian
Tetanus neonatorum adalah penyakit yang terjadi
pada neonatus yang disebabkan Clostridium tetani

• Clostridium tetani yaitu kuman yang


mengeluarkan toksin/racun dan menyerang syaraf
pusat, pernapasan dan jantung
Etiologi
• Disebabkan oleh spora clostridium tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, k/ perawatan atau tindakan yang
tidak memenuhi syarat kebersihan

• Patogenesis
Costridium tetani tubuh mell luka dlm bentuk spora
spora berkembang menjadi organisme vegetatif yg
menghasilkan tetanospasmin
(eksotoksin yg dapat larut)
Lanjutan
• Spora yang sebelumnya masuk tetap bertahan
selama berbulan-bulan atau bertahan pada jaringan
normal, tumbuh jika keadaan memungkinkan
• Tetanospasmin dpt mencapai susunan syaraf pusat
melalui penyerapan pd sambungan mioneural &
mell pemindahan limfosit ke dalam darah SSP
Masa inkubasi
• Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari. Apabila masa
inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya penyakit leih parah
dan angka kematiannya tinggi
• Faktor resiko
 Pemberian imunisasi TT pd ibu hamil tidak
dilakukan/tidak lengkap/tidak sesuai dg ketentuan
program
 Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat 3 bersih
 Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan
kesehatan
Tanda dan gejala
• Tiba-tiba demam
• Bayi yg semula dapat menetek menjadi sulit menetek o/k
kejang otot rahang dan faring (trismus)
• Mulut mecucu seperti mulut ikan
• Mudah terjadi kejang jika kena rangsangan cahaya, suara
& sentuhan
• Kadang-kadang disertai sesak napas, & wajah bayi
membiru
• Kadang-kadang ditemukan adanya kaku kuduk,
opistotonus (posisi punggung melengkung, kepala
mendongak ke atas)
Klasifikasi/kategori
• Tetanus neonatorum sedang
• Umur bayi > 7 hari
• Kadang-kadang kejang
• Bnetuk kejang mulut mecucu, trismus,
kejang rangsang
• Kadang-kadang terjadi opistotonus
• Kesadaran masih baik/sadar
• Ditemukan adanya tanda infeksi
Tetanus neonatorum berat
• Umur bayi 0-7 hari
• Frekuensi kejang sering dapat berupa mulut
mecucu, trismus terus menerus, dan kejang sering
• Selalu terjadi opistotonus
• Kesadaran biasanya masih sadar
• Ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat
• Komplikasi
• Bronchopneumonia, asfiksia, sianosis, sepsis
neonatorum
Asuhan kebidanan
• Pengkajian
 Biodata
 Anamnesa riwayat kes.keluarga, kehamilan, peralinan
 Pemeriksaan fisik, laboratorium, EEG. EKG

• Data subjektif
Ibu mengatakan bayinya pada hari …. Kelahiran
panas, tiba-tiba tidak bisa menetek, mulutnya terus
menerus mecucu, ada kejang, talipusat kotor dan
berbau, DLL
• Data objektif
Dari hasil pemeriksaan didapatkan data:
 Bayi dalam keadaan demam
 Tidak bisa menetek karena mulut mecucu seperti
ikan da adanya trismus
 Mudah kejang jika kena rangsangan sinar,
suara/sentuhan atau dikagetkan
 Bayi sianosis, ada kaku kuduk dan posisi
punggung melengkung, kepala menndongak ke
atas (opistotonus)
 Hasil EEG dan EKG ditemukan adanya masalah
 dll
•Analisis masalah
 Bayi mengalami tetanus neonatorum
 Gangguan pernapasan
 Gangguan suhu tubuh
 Resko intake kurang
 Infeksi tali pusat
 Gangguan neurologis
 dll
•Planning
 Bayi ditempatkan di tempat yang hangat,
tenang dan sedikit sinar
 Menjaga jalan napas tetap bebas dengan
membersihkan jalan napas
 Memenuhi kebutuhan oksigen, nutrisi,
keseimbangan cairan & elektrolit
 Atasai kejang bila terjadi
 Kolaborasi pemberian anti biotik, ATS dan
obat anti kejang
 Lakukan perawatan tali pusat
 dll
Lakukan tindakan sesuai rencana,
prioritaskan yang harus dilakukan segera

• Evaluasi
Pernapasan normal (40x/menit)
Bayi dapat menetek dengan baik
Suhu tubuh bayi normal
Kejang dapat teratasi & tidak timbul kejang lagi
Keadaan umum baik
dll
DISMATUR
• Preterm (sama dg bayi
prematur+retardasi pertumbuhan
serta wasting
• Post term (Kulit pucat bernoda
mekonium,kering keriput,vernik
kaseosa tipis/tdk ada,jaringan lemak
di bwh kulit tipis,bayi tampak
aktif,tali pusat b’warna
kuning/kehijauan
Wasting/insufisiensi plasenta menurut
Clifford:
 Stadium 1
Tampak kurus+relatif > pjg, kulit longgar, kering
ttpi blm terdapat noda mekonium
 Stadium 2
Stadium 1+plasenta&umbilikal berwarna
kehijauan krn mekonium yg bercampur dlm
amnion yg mengendap dlm kulit umbilikal &
plasenta
 Stadium 3
Stadium 2+kulit kuning, kuku & tali pusat
kuning, ditemukan adanya tanda anoksia
intrauterin
KOMPLIKASI PD PREMATUR
• Sindrom ggn p’napasan idiopatik (HMD) krn blm ckp
t’bentuknya surfaktan
• Pneumonia aspirasi krn refleks m’nelan&batuk blm
sempurna
• P’drhn intra ventrikuler krn p’drhn spontan di ventrikel
otak lateral akibat anoksia otak
• Fibroplasia Retrolental krn p’gunaan oksigen yg
m’ningkat m’sebabkan vasokontriksi p’buluh drh retina
shg bayi b’napas sendiri kmd vasokontriksi p.drh
retina m’sebabkan proliferasi kapiler bbbaru scr tdk
teratur kump p.drh tampak sbg p’drhn tumbuh ke
arah korpus vitreum&lensa tjd edema pd retina dan
retina t’lepas (k’adaan ini sering tjd pd BBLR < 2 kg yg
m’dptkan oksigen > 40 %)
• Hiperbilirubinemia krn kurang matangnya hepar
KOMPLIKASI DISMATUR
• Hipoglikemia simptomatik m’sebabkan glikogen
menurun timbul tanda2 Hipoglikemia
(jitterines,twiching,apnu,sianosis,tdk mau
minum,apatis,dll)
• Asfiksia Neonatorum krn paru2 blm matang
• Sindrom Aspirasi Mekonium krn adanya hipoksia
shg gasping dlm uterus & likuor amni yg lengket
msk ke paru2 janin
• P’nyakit Membran Hialin (HMD) krn surfaktan blm
matur shg tjd kollaps paru m’sebabkan dispnu
berat,retraksi epigastrium,sianosis,dll yg m’sebabkan
atelektasis m’nimbulkan eksudasi fibrin & terjadilah
membrane hialin
Masalah Pengaturan Suhu
Tubuh
• Luas permukaan relatif lbh besar
dibandingkan masa tubuh
• Lapisan lemak sabkutan msh krg Brown fat
blm t’bentuk atau msh sedikit
• Pusat pengaturan suhu yg blm sempurna
Masalah p’berian makan
• Refleks menghisap&menelan blm baik sblm
34 mgg
• Ibu perlu diajarkan cara memeras ASI &
percaya diri
Masalah2 lain
 Subjektif: keluhan ibu/orang tua/keluarga

 Objektif
Premature
• BB < 2500 gr
• Kulit tipis trasparan, tampak mengkilap dan
licin, penuh lanugo, lemak subkutan sedikit
• Rambut tipis, halus, ubuh-ubun dan sutura
lebar
• Kuku jari angan dan kaki belum mancapai
ujung jari
• Elastisitas daun telinga belum baik o/k
pembentukan tulang rawan masih imatur
Dismatur

• Preterm retardasi pertumbuhan +


wasting
• Post term kulit pucat bernoda
mekonium, kering dan keriput, vernik
kaseosa tipis/tidak ada, jaringan lemak
tipis, tali pusat berwarna kuning, dll
 ANALISA MASALAH
• PERNAPASAN KURANG EFEKTIF
 Alat-alat pernapasan belum matang/surfaktan belum cukup
terbentuk
 Frekuensi pernapasan lambat dan tidak tertaur
 Reflek menelan dan batuk masih lemah
 dll
• RESIKO TERJADI HIPOTERMIA
 Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan masa tubuh
 Lapisan lemak subkutan masih kurang/brown fat elum
terbentuk/masih sedikit
 Pusat pengaturan suhu belum sempurna, pergerakan kurang
• RESIKO INFEKSI
 Kadar immunoglobulin serum rendah
 Aktivias bakterisidial neutrofil rendah
 Efek sitotoksit limfosit masih rendah
 Resiko mendapat infeksi nosokomial tinggi
Masalah lain
• Masalah sindrom gawat napas/RDS
• Perdarahan intraserebral & intraventikular
• Penyakit metabolik (hipoglikemia,
hiperbilirubinemia, dll)
• Masalah gangguan fisik dan mental
• Gangguan penglihatan
• Gangguan pendengaran
• Penyakit kronik
• dll
RENCANA TINDAKAN
• Observasi TTV
• Keringkan segera tubuh bayi & hangatkan dg cara
membungkus bayi membungkus bayi dengan
kain/handuk hangat & dekapkan pada ibu (skin to
skin contact/metode kanguru)
• Lakukan bounding attachment
• Semua tindakan dilakukan dibawah sinar lampu, beri
lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi
• Sebaiknya bayi dirawat dialam inkubator, jika
memungkinkan keadaannya lakukan perawatan dg
metoda kanguru
• Jika dirawat didalam inkubator observasi suhu tubuh
bayi, suhu inkubator & kelembapan
Rencana tindakan
• Bila perawatan dg metoda kanguru observasi suhu tubuh
dan TTV lainnya serta keadaan fisik bayi
• Gunakan penutup kepala dan topi
• Berikan kolostrum/ASI yang kuat
• Lakukan tindakan dengan aseptik dan antiseptik, jaga tali
pusat selalu bersih
• Kolaborasi dg doker berkaitan pemberian oksigen, obat
dan terapi cairan
• Jemur dg sinar matahari pagi kurang lebih ½ jam
• Jelaskan kepada ibu/keluarga tentang membersihkan jalan
napas bayi, menjaga suhu tubuh (metode kanguru),
mencegah infeksi, perawatan sehari-hari
• Rujuk segera ke RS yang lebih lengkap bila tidak
memungkinkan dirawat ditempat anda
• TINDAKAN dilakukan sesuai dengan masalah
yang dihadapi, prioritaskan masalah yang
harus segera dilakukan

• EVALUASI yang diharapkan: pernapasan


normal (40-60x/mnt, suhu tubuh normal 36,5-
37,5° C, tidak ada tanda-tanda infeksi,
perdarahan & hiperbilirubinemia, BB sesuai
dengan usia
Asuhan pd bayi dg perdarahan
tali pusat
PERDARAHAN TALI PUSAT
• Yaitu perdarahan yang terjadi pada BBL
melalui talipusat yg dapat disebabkan karena
trauma, kegagalan pembentukan trombus
yang normal, ikatan tali pusat longgar,
penyakit perdarahan pd neonatus, infeksi
lokal maupun sistemik
• Infeksi tali pusat biasanya disebabkan k/
Staphylococcus aereus
Asuhan kebidanan
Pengkajian
• Biodata
• Riwayat kehamilan, tindakan
persalinan, dan riwayat kelahiran
• Pemeriksaan fisik
Data subjektif
Ibu mengatakan tali pusat bayinya
berdarah
Data Objektif
• Ditemukan adanya perdarahan pada tali pusat
• Ikatan tali pusat longgar
• Ditemukan adanya infeksi pada tali pusat (tali
pusat kemerahan, bengkak, kotor, berbau, bayi
demam, dll)
• Adanya trauma pada tali pusat
• Perdarahan susah berhenti
• dll
Analisa Masalah: perdarahan tali pusat
• Planning
Observasi keadaan umum, kesadaran, TTV
Observasi keadaan perdarahan tali pusat
Lakukan perawatan tali pusat dg memenuhi syarat
kesehatan
Ikat kembali tali pusat jika ikatannya longgar
Kolaborasi dengan dokter jika ada infeksi atau
masalah dalam proses pembekuan darah pada bayi
Berikan pendidikan kesehatan dalam perawatan
tali pusat
Berikan ASI yang adekuat
dll
ASUHAN PADA BAYI DENGAN
RDS

Respiratory Distres Syndrome


SINDROM GAWAT NAFAS
NEONATUS
• Pengertian
Sindrome gawat nafas neonatus ini merupakan
kumpulan gejala yang terdiri dari beberapa gejala
klinik yaitu:
Dispnue/apnea > 20 detik
Takipnu > 60x/menit, atau nafas lambat <
30x/menit
Retraksi dinding toraks/tarikan dinding dada ke
dalam
Pernapasan cuping hidung
Merintih (expiratory grunting)
Beberapa kelainan yg sering
memperlihatkan RDS, yaitu:
• Penyakit membran hialin (HMD)
• Pneumotoraks
• Pneumonia aspirasi
• Paru imatur
• Atelektasis
• dll
1. PENYAKIT MEMBRAN
HIALIN

• HMD adalah suatu kelainan yang disebabkan


karena faktor pertumbuhan/pematangan paru
yang belum sempurna (surfaktan belum
terbentuk dengan baik)

• Biasanya mengenai bayi prematur terutama bila


ibu menderita ganggan perfusi darah uterus
selama kehamilan (ibu penderita DM, toksemia
gravidarum, hipotensi, SC & perdarhan
antepartum)
Surfaktan
• Adalah zat yang memegang peranan penting dalam
pengembangan paru & merupakan suatu kompleks yg
terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak, senyawa
utamanya yaitu lesitin
• Surfaktan dibentuk pd kehamilan 22-24 minggu
mencapai kematangan/maksimum pd usia kehamilan
35-36 mgg
• Peranan surfaktan u/ merendahkan tegangan
permukaan alveolus shg terjadi kollaps & mampu
menahan sisa udara fungsionil pada akhir espirasi
Patofisiologi

• Pembentukan surfaktan yang tidak


sempurna kemampuan paru u/
mempertahankan stabilitasnya terganggu
alveolus akan kembali kollaps setiap akhir
ekspirasi shg u/ R selanjutnya dibutuhkan
tekanan negatif intratoraks yang lebih yang
disertai usaha inspirasi yang lebih kuat
hipoksia, retensi CO2 & asidosis
Hipoksia akan menimbulkan
• Oksigenasi jaringan menurun metabolisme anaerobik
penimbunan asam laktat &asam organik asidosis
metabolik
• Kerusakan endotel kapiler & epitel duktus alveolus
transudasi ke dalam alveoli & terbentuknya fibrin
fibrin bersama dengan jaringan epitel yg nekrotik
membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin
• Asidosis & ateletaksis terganggunya sirkulasi darah
dari & ke jantung, aliran darah paru akan menurun
berkurangnya pembentukan substansi surfaktan
Secara singkat dapat dijelaskan
tubuh terjadi lingkaran setan:

• Ateletaksis hipoksia asidosis


transudasi penurunan aliran darah
paru hambatan pembentukan
substansi surfaktan ateletaksis
2.PNEUMOTORAKS/
PNEUMOMEDIASTINUM

• Pneumotoraks sering ditemukan pada masa


neonatus biasanya disebabkan paru-paru yang
berlebihan akibat resusitasi yang berlebihan,
pemberian O2 dg tekanan berlebihan, aspirasi
mekonium, komplikasi penyakit paru yang
berat
Patogenesis

• Pengembalian paru yang


berlebihan alveolus pecah/
robekan dinding mediastinum
udara mengisi rongga pleura/
mediastenum
GAMBARAN KLINIS
• Terjadi pd prematur (30-36 mgg), BBL 1000-
2000 gr
• Gangguan R mulai tampak dlm 6-8 jam
setelah lahir
• Dispnu, hiperapnu, sianosis, retraksi dnding
toraks, merintih, nafas cuping hidung, dll
• Bradikardi, hipotensi, kardiomegali,
hipotermi
3. PNEUMONIA ASPIRASI
• Keadaan ini terjadi karena bayi
mengalami aspirasi oleh cairan
amnion yang mengandung mekonium
• Keadaan ini lebih dikenal sebagai
sindrome mekonium
GAMBARAN KLINIS

• Sering terjadi pada bayi dismatur,


post matur atau bayi yang
menderita gawat janin pd
kehamilan/persalinan
lanjutan

• Tanda-tanda mulai tampak dalam 24


jam
• Kadang-kadang terdengar ronki pada
kedua paru
• Biasanya bayi lahir mengalami asfiksia
disertai riwayat resusitasi aktif
TERIMAKASIH
...

Anda mungkin juga menyukai