Anda di halaman 1dari 41

ASKEB 2

Asuhan Kebidanan
Pada
Ibu Bersalin Kala 2
Oleh :
TATI ROHAYATI, SST, MM.Kes
ASUHAN PERSALINAN KALA II
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi, Kala II dikenal juga sebagai Kala
Pengeluaran.

Tanda dan Gejala Kala II :


1. Ibu ingin meneran
2. Ibu merasakan adanya tekanan pada anus
3. Perineum terlihat menonjol
4. Vulva Vagina dan spingter ani terlihat membuka
5. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

Mendiagnosis Kala II Persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil


pemeriksaan dalam yang menunjukkan adanya pembukaan serviks
telah lengkap dan terlihatnya kepala janin pada introitus vagina.
PERUBAHAN FISIOLOGIS IBU BERSALIN PADA KALA II
PERSALINAN
1. Tekanan Darah
 Tekanan Darah dapat meningkat 15 – 25 mmHg selama
Kontraksi Kala II
 Upaya meneran Ibu juga berpengaruh terhadap
meningkatnya serta kembali turun dan kemudian berada
sedikit di atas normal Tekanan Darah.
 Diperlukan evaluasi Tekanan Darah dengan cermat diantara
kontraksi
 Rata-rata peningkatan Tekanan Darah 10 mmHg diantara
kontraksi ketika meneran adalah normal
2. Metabolisme
Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai
Kala II disertai upaya meneran ibu menambah aktifitas otot-otot
rangka untuk memperbesar metabolisme

3. Denyut Nadi
Frekuensi Denyut Nadi Ibu bervariasi untuk setiap upaya
meneran Ibu. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat
selama Kala II Persalinan disertai takikardi yang nyata ketika
telah mencapai puncak pada saat proses melahirkan.

4. Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses melahirkan
dan segera setelahnya. Peningkatan Suhu normal 0,5 – 1 OC
5. Perubahan Gastrointestinal
Perubahan motilitas lambung dan absorbsi yang hebat berlanjut
sampai kala II. Biasanya mual dan muntah pada transisi mereda
selama Kala II persalinan tetapi dapat terus ada pada beberapa
wanita.

Pemantauan Ibu pada Kala II :


6. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
7. Suhu, Nadi, dan respirasi Ibu setiap 60 menit
8. Tekanan Darah setiap 15 menit
9. Pastikan Ibu sudah berkemih dalam 2 jam terakhir, anjurkan agar
ia berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung kemih
terasa penuh.
10. Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelumnya
(setelah bayi pertama lahir)
Pemantauan Janin
1. Sebelum Bayi Lahir
a. DJJ setiap selesai meneran
b. Penurunan Kepala Bayi melalui pemeriksaan abdomen
(pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam
setiap 60 menit atau kalau ada indikasi.
c. Kondisi kepala janin (adakah caput atau moulage)
d. Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih
atau bercampur mekonium atau darah)
e. Apakah ada presentasi majemuk (misalnya tangan atau tali
pusat berada di samping atau di atas kepala)
f. Putaran Paksi dalam segera setelah kepala bayi lahir
2. Pemantauan saat bayi lahir :
 Apakah bayi menangis atau tidak (bernafas tanpa kesulitan)
 Apakah bayi bergerak dengan aktif atau dalam keadaan
lemas
 Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat atau biru.
KEBUTUHAN IBU DALAM PERSALINAN
1. Dukungan Persalinan
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah
emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang
menyakitkan dan menakutkan bagi ibu.
Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan menurut
Varney’s Midwifery :
a. Asuhan fisik dan psikologis
b. Kehadiran pendamping terus menerus
c. Pengurangan rasa sakit
d. Penerimaan atas sikap dan perilakunya
e. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
B. Mengurangi Rasa Sakit (Pain Relief)
Pendekatan Manajemen Pengurangan rasa sakit secara
nonfarmakologi :
 Menurut Varney’s :
a. Adanya seseorang yang dapat mendukung persalinan
b. Pengaturan Posisi
c. Relaksasi dan latihan pernafasan
d. Istirahat dan privacy
e. Penjelasan mengenai proses/ kemajuan/ prosedur yang
akan dilakukan
f. Asuhan diri
g. Sentuhan
 Menurut Penny Simpkin :
a. Mengurangi rasa sakit langsung di sumbernya
b. Memberikan rangsangan allternatif yang kuat
c. Mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan reaksi
fisik ibu terhadap rasa sakit.
C. POSISI DALAM PERSALINAN (Menurut Varney’s)
1. Posisi Duduk/ setengah duduk

Rasionalisasi :
Memudahkan melahirkan kepala bayi, nyaman bagi ibu
karena bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi
jika ia merasa lelah.
2. Posisi Merangkak

Rasionalisasi :
Baik bagi Ibu yang mengalami nyeri punggung saat
persalinan, membantu bayi melakukan rotasi, peregangan
minimal pada perineum
3. Posisi Berjongkok atau berdiri

Rasionalisasi :
Membantu penurunan kepala bayi, mempercepat
kemajuan Kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri
yang hebat.
4. Posisi Berbaring miring ke kiri

Rasionalisasi :
Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, karena ibu bisa
beristirahat dengan mudah di antara kontraksi, memberi
oksigenisasi yang baik bagi bayi, lebih nyaman dan efektif
untuk meneran, membantu mencegah terjadinya laserasi
Bersalin dalam posisi terlentang terus menerus tidak
diperbolehkan karena :
1. Dapat menyebabkan hipotensi yang mengakibatkan ibu
pingsan dan hilangnya suplai oksigen bagi bayi
2. Dapat menambah rasa sakit
3. Bisa memperlama proses persalinan
4. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
5. Membuat buang air lebih sulit
6. Membatasi pergerakan Ibu
7. Bisa membuat Ibu tak berdaya
8. Bisa membuat proses meneran menjadi lebih sulit
9. Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada
perineum
10. Menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung
D. Mekanisme Persalinan
1. Penurunan
a. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan
suturu sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.
 Sinklitismus : Sutura sagitalis terdapat ditengah-
tengah jalan lahir dan tepat diantara simfisis dan
promontorium
 Asinklitismus : Sutura sagitalis agak ke depan
mendekati sympisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium
 Asinklitismus Anterior : Sutura ssgitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal depan lebih
rendah dari os parietal belakang
 Asinklitismus posterior : Sutura sagitalis mendekati
simfisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os
parietal depan.
b. Majunya Kepala
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu
atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir
dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru
terjadi pada permulaan persalinan.
Majunya kepala disebabkan oleh :
1) Tekanan cairan amnion
2) Tekanan langsung fundus pada bokong
3) Kontraksi otot-otot abdomen
4) Ekstensi dan pelurusan badan janin

Majunya kepala terjadi bersamaan dengan gerakan-


gerakan yang lain, yaitu : Fleksi, Putaran paksi dalam
dan ekstensi
2. Fleksi
Dengan majunya kepala maka fleksi juga bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar,
karena diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm)
menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm)
Fleksi kepala biasanya terjadi bila penurunan kepala
menemukan tahanan, apakah dari serviks, diniding panggul
atau dasar panggul
3. Rotasi Dalam/ Putar Paksi Dalam
Yaitu pemutaran kepala janin secara perlahan menggerakkan
oksiput dari posisi asalnya ke anterior menuju simfisis pubis,
atau ke posterior menuju lubang sacrum.
Rotasi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu bersamaan
dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala
sampai hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai
di dasar panggul.
Sebab-sebab terjadinya rotasi dalam :
a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala atau oksiput
merupakan bagian terendah dari kepala
b. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang
paling sedikit
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul adalah
diameter antero posterior.
4. Ekstensi
Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi kepala.
Hal ini disebabkan karena :
 Sumbu Jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah
ke depan dan atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya
 Adanya dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke
bawah
 Satunya tahanan dasar panggul yang menolaknya ke
atas
5. Rotasi Luar/ Putaran Paksi Luar
Putaran ini menghilangkan torsi leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Kepala memutar searah punggung
janin. Gerakan ini disebabkan karena ukuran bahu
(diameter bisakromial) menempatkan diri dalam diameter
antero posterior dari pintu bawah panggul.
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah
simpisis dan menjadi hipomoklion untuk melahirkan bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
badan anak lahir searah dengan jalan lahir.
AMNIOTOMI
Amniotomi adalah pemecahan selaput ketuban bila ketuban belum
pecah dan pembukaan sudah lengkap, setelah dilakukan
pemecahan selaput ketuban maka lakukan pemeriksaan air ketuban
antara lain : warna air ketuban saat dilakukan amniotomi, jika terjadi
pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan
pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan
adanya hipoksia janin dalam lahir atau selama proses persalinan.

Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :


1. Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga
2. Dengar DJJ dan catat pada Partograf 
3. Bidan cuci tangan
4. Gunakan handscoon DTT atau steril
5. Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari
telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan
lahir sampai sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang
menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba
adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil lainnya (bila tali pusat
dan bagian-bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan
selaput ketuban dan rujuk segera).

6. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan


memasukkan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan
kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh
selaput ketuban dengan hati-hati. Setelah kedua jari berada
dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa,
sehingga telapak tangan menghadap kearah atas.
7. Saat kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian memasukan
pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah
ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus
tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga
pecah (dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam,
steril, diasukkan kekanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.)

8. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan


untuk pemeriksaan

9. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam
dalamlarutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di
dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap
tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak
teraba talipusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium
atau darah keluarnya mekonium atau air ketuban yang
bercampur mekonium pervaginam pada presentasi kepala
merupakan gejala gawat janin (fetal distress). Apabila terjadi
pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat.
Kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya
maka mungkin diperlukan persalinan segera
untuk menyelamatkan bayinya. Meskipun demikian pengeluaran
mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian
persalinan secara operatif.

11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan


kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dalam
kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
12. Cuci kedua tangan.
13. Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
14. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput
ketuban, warna airketuban dan DJJ.
EPISIOTOMI
Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang
dimulai dari cincin vulva kebawah, menghindari anus dan muskulus
spingter dimana insisi menyebabkan terpotongnya selaput lendir
vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-
otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum untuk
melebarkan orifisium ( lubang / muara ) vulva sehingga
mempermudah jalan keluar bayi dan mencegah ruptur perinii totalis
Episotomi bisa dipertimbangkan hanya pada kasus-kasus :
1. Gawat Janin
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia
bahu, ekstrasi, vorcep, ekstrasi vacum)
3. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi
kemajuan persalinan.
Persiapan Episiotomi :
1. Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi
dan pastikan bahwa episiotomi tersebut penting untuk
keselamatan dan kenyamanan Ibu dan Bayi
2. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan DTT/ Steril
3. Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai
sarung tangan DTT/ Steril
4. Jelaskan pada Ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan
diskusikan prosedurnya dengan Ibu, berikan alasan rasional
pada Ibu.
Memberikan Anastesi Lokal
Berikan anastesi lokal secara dini agar obat tersebut memiliki cukup
waktu untuk memberikan efek sebelum episiotomi dilakukan. Episiotomi
adalah tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan
anastesi lokal adalah bagian dari usaha untuk mengurangi rasa sakit.
1. Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu dia untuk
merasa rileks.
2. Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung
suntik steril ukuran 10 ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan
jika diperlukan). Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian
lidokain 2% dengan 1 bagian cairan garam fisiologis atau air distilasi
steril, sebagai contoh larutkan 5 ml lidokain dalam 5 ml cairan garam
fisiologis atau air steril.
3. Letakkan 2 jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perinium.
4. Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah
komisura posterior (fourchette) dan arahkan jarum dengan
membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri atau kanan garis
tengah perineum.
5. Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa
jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk
kedalam tabung suntik, jangan suntikkan lidokain, tarik jarum
tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali. Alasan
dilakukan tindakan ini karena ibu bisa mengalami kejang dan
bisa terjadi kematian jika lidokain disuntikkan ke dalam pembuluh
darah.
6. Tarik jarum perlahan-lahan sambil menyuntikkan maksimum 10
ml lidokain.
7. Tunggu 1 – 2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal
sebelum episiotomi dilakukan
PROSEDUR EPISIOTOMI
1. Episiotomi sebaiknya dilakukan ketika kepala bayi meregang
perineum pada janin matur, sebelum kepala sampai pada otot-
otot perineum pada janin matur . Bila episiotomi dilakukan terlalu
cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka episiotomi bisa
terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu
lambat maka laserasi tidak dapat dicegah. sehingga salah satu
tujuan episiotomi itu sendiri tidak akan tercapai. 

2. Episiotomi biasanya dilakukan pada saat perineum menipis dan


pucat serta kepala janin sudah terlihat dengan diameter 3 - 4
cm  pada saat kontraksi . Jika dilakukan bersama dengan
penggunaan ekstraksi forsep, sebagian besar dokter melakukan
episiotomi setelah pemasangan sendok atau bilah forsep
3. Pertama pegang  gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau
steril dengan satu tangan, kemudian letakkan jari telunjuk dan jari
tengah di antara kepala bayi dan perineum searah dengan
rencana sayatan.  Hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting
dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah di
episiotomi.

4. Setelah itu, tunggu fase acme (puncak his). Kemudian selipkan


gunting dalam keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah.
Gunting perineum  mengarah ke sudut yang diinginkan untuk
melakukan episiotomi, misalnya episiotomi mediolateral  dimulai
dari fourchet (komissura posterior) 45 derajat ke lateral kiri atau
kanan. Pastikan untuk melakukan palpasi/ mengidentifikasi
sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting cukup jauh
kearah samping untuk rnenghindari sfingter.
5. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral
menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari
“menggunting” jaringan sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan
tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu
penyembuhannya lebih lama.
6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka
episiotomi dengan di lapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau
steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.
 Karena dengan melakukan tekanan pada luka episiotomi akan
menurunkan perdarahan.
7. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah
perluasan episiotomi.
8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah
episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi,
lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi
tambahan.
Terima Kasih
Atas Perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai