Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL TESIS

PENELITIAN KUALITATIF “CASE STUDY”

Disusun dalam rangka Tugas Mata Kuliah Proposal Tesis

Dosen Fasilitator :
Dr. Rizki Fitryasari, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun oleh:
Kelompok 7

Eugenia Maria da Silva S 132014153006


Dwi Dina Romantika 132014153014
Wiwin Yuli Triana 132014153022
M Ali Tazia 132014153036
Mea Kurnia Safitri 132014153029
Jaka Surya Hakim 132014153046

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Penerapan Kualitatif “Case Study””. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Proposal Tesis, Program Magister Keperawatan Semester 2 Tahun
Akademik 2020/2021 Genap. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Retno Indarwati, S.Kp., M.Kep., selaku PJMA Mata Kuliah Proposal
Tesis Program Magister Keperawatan Tahun Akademik 2020/2021 Genap
Fakultas Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dan masukan
terhadap penyelesaian makalah ini.
2. Dr. Rizki Fitryasari, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen fasilitator Mata
Kuliah Proposal Tesis Program Magister Keperawatan Tahun Akademik
2020/2021 Genap Fakultas Keperawatan yang telah memberikan
bimbingan dan masukan terhadap penyelesaian makalah ini.
3. Seluruh anggota kelompok 7 Mata Kuliah Proposal Tesis yang telah
berpatisipasi dan berkerjasama dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dalam memberikan manfaat bagi pembaca dalam mengaplikasikan Teori
Konservasi Levine dalam asuhan keperawatan. Akan tetapi, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Segala kritik, koreksi, dan
saran yang bermanfaat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
penulisan makalah ini.

Surabaya, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………...4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum Penulisan.........................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus Penulisan........................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN TEORI.....................................................................................7
2.1 Teori Penelitian Kualitatif Case Study..............................................................7
2.1.1 Definisi Case Study.................................................................................7
2.1.2 Penggunaan Case Study..........................................................................8
2.1.3 Jenis Study Kasus....................................................................................9
2.1.4 Manfaat Penelitian Study Kasus.............................................................9
2.2 Merancang Penelitian Kualitatif Case study....................................................10
2.2.1 Menentukan dan mendefenisikan pertanyaan penelitian......................10
2.2.2 Menentukan disain dan instrumen penelitian........................................11
2.2.3 Mengumpulkan Data.............................................................................12
2.2.4 Menentukan Tehnik Analisa data..........................................................14
2.2.5 Mempersiapkan laporan studi kasus.....................................................14
BAB 3 PENELITIAN CASE STUDY...................................................................16
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................21
4.1 Kesimpulan......................................................................................................21
4.2 Saran.................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan perkembangan jaman tidak lepas dari tuntutan akan
pelayanan, kebutuhan akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan
yang optimal semakin dituntut oleh masyarakat. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan perawat demi meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kepada
masyarat adalah mampu mengembangkan suatu penelitian yang tentunya akan
memberikan konstribusi perbaikan bagi pelayanan keperawatan maupun pada
pengembangan ilmu keperawatan. Metode penelitian studi kasus (case study)
merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat menjawab beberapa issue atau
objek akan suatu fenomena terutama di dalam cabang ilmu sosial. Salah satunya
pada cabang ilmu sosiologi, penelitian kasus digunakan sebagai disain penelitian
kualitatif untuk mengevaluasi kejadian atau situasi dalam dunia nyata (real
situation).

Studi kasus dapat memberikan penekanan pada analisis kasus dengan


menggunakan sedikit jumlah atau kejadian dalan suatu penyusunan studi kasus,
terdapat beberapa langkah dalam mendesain suatu studi kasus yaitu : menentukan
dan menjabarkan pertanyaan penelitian, memilih dan menentukan disain dan
instrumen penelitian, menentukan tehnik pengumpulan data dan melakukan
kegiatan pengumpulan data, membuat analisa data, dan mempersiapkan laporan
akhir penelitian (Yin, 2012).

Penelitian studi kasus sering digambarkan sebagai metodologi yang


fleksibel, menantang serta paling umum digunakan dalam penelitian ilmu sosial.
Namun dukungan serta perhatian terhadap studi kasus paling sedikit hal ini
disebabkan karena tidak adanya protokol yang terdefinisi dengan baik (Cope,
2015), serta tidak adanya standardisasi atau formula tentang bagaimana
melakukan penelitian studi kasus (Yin, 2012). BAB
Pendekatan studi kasus banyak digunakan pada kasus klinis, dengan
pendekatan interpretatif atau naratif kualitatif untuk mendukung kasus tunggal
yang lebih kuantitatif dan sistematis (Krampen & Krampen, 2016). Studi kasus
memiliki fokus pada satu unit tertentu, yang dapat berupa individu, kelompok,
organisasi, masyarakat. Oleh sebab itu makalah ini disusun untuk
mendeskripsikan dan mendiskusikan penelitian studi kasus dan mengeksplorasi
penggunaan metodologi ini dalam penelitian

1.2 Rumusan Masalah


Apakah metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan jenis
Case study itu dan bagaimana penggunaanya dalam penelitian?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum Penulisan


Tujuan penulisan ini adalah mengidentifikasi metodologi penelitian dengan
pendekatan kualitatif dengan jenis Case study itu dan bagaimana penggunaanya
dalam penelitian
1.3.2 Tujuan Khusus Penulisan
1. Menjelasakan Pengertian penelitian kualitatif case studi
2. Menjelaskan Kategori Konflik
3. Menjelaskan Proses terjadinya konflik
4. Menjelaskan Strategi Penyelesaian konflik
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat Penulisan makalah ini adalah memberikan pemaparan secara
mendalam tentang metode kualitatif case studi karena pendekatan studi ini
bermanfaat untuk penelitian dalam mengembangkan teori, mengevaluasi program,
dan mengembangkan intervensi karena fleksibilitas dan ketelitiannya
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Penelitian Kualitatif Case Study


2.1.1 Definisi Case Study
Tidak ada definisi tunggal termasuk dalam ilmu sosial terdapat
definisi yang luas dan terbagi dalam empat kategori (Hentz, 2018). Teaching
case tidak perlu menggambarkan individu, peristiwa atau proses tertentu
secara akurat, karena tujuan utamanya untuk meningkatkan pembelajaran.
Teaching case dapat berupa ilustrasi dan meskipun berasal dari pengamatan
studi kasus tidak selalu sesuai dengan metodologi penelitian tertentu. Untuk
tujuan pendidikan Yin menyatakan “A case study need not contain a
complete or accurate rendition of actual events, rather, its purpose is to
establish a framework for discussion and debate among students”(Yin, 2012).
Kriteria untuk mengembangkan kasus berasal dari single case, dan
jauh berbeda dari studi kasus untuk tujuan penelitian. Misalnya studi kasus
gangguan psikologi klinis yang didasarkan pada penelitian tertentu. Studi
kasus ini dikembangkan menggunakan kombinasi kriteria diagnostik dan
observasi klinis. Case history digunakan untuk peyimpanan catatan, tujuan
utamanya bukan penelitian namun kasus-kasus ini bisa jadi berguna sebagai
data dalam penelitian. Case work digunakan untuk menggambarkan
manajemen perawatan kesehatan untuk pasien atau populasi. Case
research/case study research dimaksudkan dengan tujuan menyelidiki
kegiatan atau proses kompleks yang tidak mudah dipisahkan dari konteks
sosial di mana hal itu terjadi. Kategori ini mempertahankan penggunaan
metodologi dalam penelitiannya untuk menyajikan temuan yang akurat dan
dapat diandalkan untuk mewakili data. Merriam & Tisdell (2016)
mendefinisikan studi kasus sebagai diskripsi dan analisis mendalam dari
bounded system.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian case study adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji
pertanyaan dan masalah penelitian, yang tidak dapat dipisahkan antara
fenomena dan konteks di mana fenomena tersebut terjadi.
2.1.2 Penggunaan Case Study
Pendekatan studi kasus, menurut Yin (2012) digunakan dengan
mempertimbangkan beberapa hal diantaranya:
1. Fokus penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana” dan
“mengapa”;
2. Peneliti tidak dapat memanipulasi perilaku mereka yang terlibat dalam
penelitian
3. Peneliti ingin menutupi kondisi kontekstual karena yakin hal itu relevan
dengan yang diteliti
4. Batas tidak jelas antara fenomena dan konteks.
Hartley (2004) menjelaskan studi kasus dapat digunakan pada
beberapa konteks. Pertama, pada konteks yang lebih luas, misalnya organisasi.
Contohnya ketika menjelaskan job insecurity pada kasus kemunduran
organisasi, peneliti dapat mengeksplorasi tentang job insecurity, bagaimana
karyawan mengalami secara berbeda terkait hal tersebut, bagaimana tindakan
yang dilakukan organisasi untuk memperbaiki kondisi tersebut. Sehingga studi
kasus dapat berguna untuk mengeksplorasi proses atau perilaku yang muncul.
“Case studies have an important function in generating hypotheses and
building theory” (Hartley, 2004); kedua, studi kasus digunakan ketika memiliki
tujuan untuk mengeksplorasi kasus yang ‘aneh’ atau ekstrim, misalnya
perubahan organisasi yang ekstrim; ketiga, studi kasus berguna menangkap
sifat yang muncul dan berubah dalam organisasi, yang tidak dapat ditangkap
melalui survei karena proses atau aliran aktivitasnya yang demikian cepat,
misalnya turnover karyawan yang tinggi; keempat, studi kasus merupakan
teknik untuk mengeksplorasi perilaku organisasi informal, tidak biasa, rahasia
bahkan terlarang; kelima, studi kasus digunakan untuk memahami praktik
sehari-hari, di mana orang-orang yang terlibat tidak dapat dieksplorasi dalam
kontak atau waktu yang singkat
2.1.3 Jenis Study Kasus
Terdapat 3 (tiga) macam tipe studi kasus, yaitu (Hentz, 2018; Polit & Beck,
2012):

1. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study), apabila kasus yang dipelajari
secara mendalam mengandung hal-hal yang menarik untuk dipelajari
berasal dari kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat
intrinsik (intrinsic interest).
2. Studi kasus intrumental (intrumental case study), apabila kasus yang
dipelajari secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk
menyusun teori baru. Hal ini dapat dikatakan studi kasus instrumental,
minat untuk mempelajarinya berada di luar kasusnya atau minat eksternal
(external interest).
3. Studi kasus kolektif (collective case study), apabila kasus yang dipelajari
secara mendalam merupakan beberapa (kelompok) kasus, walaupun
masing-masing kasus individual dalam kelompok itu dipelajari, dengan
maksud untuk mendapatkan karakteristik umum, karena setiap kasus
mempunyai ciri tersendiri yang bervariasi.

2.1.4 Manfaat Penelitian Study Kasus


Menurut Lincoln dan Guba, sebagaimana dikutip Mulyana (2013), keistimewaan
Studi Kasus meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Studi Kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni


menyajikan pandangan subjek yang diteliti.
2. Studi Kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari (everyday real-life).
3. Studi Kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan
antara peneliti dengan subjek atau informan.
4. Studi Kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi
internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi
faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness).
5. Studi Kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian
atas transferabilitas.
6. Studi Kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

2.2 Merancang Penelitian Kualitatif Case study


Peneliti perlu melakukan rancangan penelitian dalam
melaksanakan penelitian kualitatif yang menggunakan studi kasus. Beberapa
langkah dan rencana praktis yang diperlukan dalam studi kasus antara lain:

2.2.1 Menentukan dan mendefenisikan pertanyaan penelitian


Langkah pertama dalam penelitian adalah menentukan pertanyaan
penelitian. Peneliti akan membuat suatu pertanyaan penelitian yang terkait
dengan penomena atau objek yang ingin diteliti serta tujuan yang ingin
dicapai didalam penelitian. Adapun objek yang dipakai dalam penelitian
dapat berupa manusia, grup program. Peneliti akan melakukan investigasi
terhadap objek yang sedang diteliti dengan menggunakan berbagai macam
metode pengumpulan data demi menjawab pertanaan penelitian yang muncul.
Pertanyaan penelitian pada case studi kasus penelitian kualitatif juga
menekankan kerangka konsep yang holistik dalam lingkungan sosialnya di
mana penelitian berlangsung (Ingham-Broomfield, 2015).
Peneliti biasanya terdorong untuk memahami fenomena secara
menyeluruh, sehingga perlu memahami konteks dan melakukan analisis yang
holistik. Laporan dalam penelitian kualitatif biasanya disertai dengan sintesis
dan kesimpulan- kesimpulan dari peneliti. Pada umumnya, studi kasus akan
menjawab 1 atau lebih pertanyaan penelitian yang diawali denga kata “how”
or “why.” . Pertanyaan penelitian akan fokus pada sejumlah kejadian yang
sedang diteliti dan mencari hubungannya. Untuk dapat membuat pertanyaan
penelitian yang sesuai, maka peneliti melakukan studi pustaka untuk mencari,
melihat apakah telah dilakukan penelitian serupa, serta bagaimana hasil akhir
akan suatu penelitian terdahulu.
Kemudian peneliti akan menjadikan bahan yang didapat dari
berbagai studi pustaka sebagai acuan dalam mencapai tujuan penelitian. Jadi,
tinjauan pustaka merupakan wacana bagi peneliti menentukan pertanyaan
penelitian yang akan dibuat serta menjadi titik awal dalam mencari informasi
yangterkait dengan pertanyaan penelitian yang dibuat. Peneliti harus
memastikan bahwa tiap kasus memilki keunikan tersendiri dan kasus yang
dipilih dapat mempresentasikan sebagian besar populasi. Masalah yang
diangkat dapat dilihat berdasarkan kesamaan geografi, tipe yang sama atau
menggunakan paraameter lain yang sama

2.2.2 Menentukan desain dan instrumen penelitian


Unit atau subjek penelitian adalah unit atau subjek yang akan
diteliti. Dalam hal ini, subjek penelitian dapat berupa individu, keluarga,
organisasi atau pun kejadian tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan disain
penelitian yang akan dibuat oleh peneliti. Tujuan yang jelas dari suatu
penelitian akan menjadi landasan dalam menentukan subjek/ sampel yang
akan dipilih. Hal penting yang perlu diingat bahwa penelitian studi kasus
adalah adanya suatu kesatuan, yang holistik pada disain ini. Dalam hal ini,
penelitian akan mengevaluasi suatu fenomena sebagai suatu kesatuan , dilihat
dari perspektif secara global (individu atau group).
Pada fase kedua ini, peneliti akan menentukan apakah akan
menggunakan single atau multiple case design dalam riset dan memilih
instrumen yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Single case design
adalah suatu penelitian studi kasus yang menekankan penelitian hanya pada
sebuah unit kasus saja. Single case design digunakan bila peneliti menemukan
kasus tertentu yang unik, kasus yang kritis (Munhall, 2007). Sedangkan
multiple case design adalah penelitian studi kasus yang menggunakan
beberapa kelompok kasus yang serupa. Penelitian jenis ini lebih cocok
digunakan pada ketika peneliti ingin mengekslorasi suatu penomena yang
sama pada situasi yang berbeda. Selanjutnya, dalam melakukan pengumpulan
data, peneliti dituntun untuk menentukan instrumen yang sesuai dengan
tujuan dari penelitian. Untuk itu, setiap kesimpulan yang diperoleh dari suatu
penelitian. terdahulu, dapat dijadikan informasi dalam mendisain instrumen
yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Selanjutnya, setiap instrumen yang
akan digunakan dalam pengumpulan data akan diteliti, dipelajari dan
dianalisis lebih mendalam demi terciptanya validitas penelitian yang baik.
Hal utama yang perlu dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah melihat
kembali tujuan dari penelitian sehingga pemilihan kasus sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, serta akan terdapat kesesuian dalam pemilihan instrumen
yang akan digunakan dalam penelitian. Yang perlu diingat adalah bahwa studi
kasus adalah suatu disain kualitatif yang menggunakan sample yang kecil,
sehingga dengan pemilihan sampel yang baik, hasil yang ingi dicapai dalam
penelitian akan optimal. Dalam hal ini, pemilihan sekelompok kecil populasi,
diharapkan dapat mewakili populasi sampel secara keseluruhan.

2.2.3 Mengumpulkan Data


Pemilihan instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian adalah
hal yang penting diperhatikan oleh peneliti sebelum memulai suatu penelitian.
Instrumen penelitian yang tidak valid akan menimbulkan hasil yang tidak
sesuai dengan tujuan penelitian, serta dapat terjadi bias. Untuk itu peneliti
perlu memperhatikan evidence ataupun penelitian terdahulu sebagai acuan
dalam menentukan instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian. Ada
beberapa metode dalam penelitian kasus, yaitu survey, interview, observasi.
Umumnya pada penelitian kasus, wawancara mendalam (in depth interview)
adalah metode yang sering digunakan demi mencapai kualitas data yang lebih
mendalam akan akan suatu fenomena tertentu.Berikut ini akan dibahas dua
metode pengumpulan data yang sering digunakan, yaitu wawancara
mendalam dan kuesioner (Ingham-Broomfield, 2015).
1. Wawancara mendalam (In depth interview).
Teknik wawancara mendalam merupakan teknik yang lazim
digunakan dalam mengumpulkan data pada studi kasus. Tujuan dilakukan
wawancara mendalam adalah untuk menggali lebih dalam akan suatu
fenomena yang sedang diteliti. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
dapat bersifat pertanyaan terbuka. Peneliti juga dapat mengajukan
pertanyaan tidak terstruktur (unstructured interview).
Peneliti dapat mengembangkan pertanyaan yang lebih mendalam
akan suatu topik berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden.
Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk memahami lebih mendalam akan
persepsi responden akan suatu idea sehingga peneliti perlu memotivasi
responden untuk mengekspresikan pengalaman hidupnya yang lebih
dalam sehingga akan diperoleh informasi yang banyak dan mendalam
akan suatu topik. Selain itu, menjalin hubungan saling membina jalinan
saling percaya dengan responden adalah penting dalam wawancara
(Denzin & Lincoln, 2008). Peneliti sebaiknya mampu memilih dan
menentukan lokasi/ tempat dan waktu untuk wawancara yang sesuai agar
responden lebih relaks pada saat diwawancarai. Hal ini bertujuan agar
wawancara lebih efektif dan memberikan kemudahan bagi responden
untuk mengekspesikan pendapat atau opininya yang memang sangatlah
diperlukan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan di ruangan yang
tertutup membuat privacy responden dapat terjaga, ataupun wawancara
dilakukan bersama dengan orang kepercayaan responden sehingga akan
mengurangi tingkat kecemasan responden. Pelaksanaan wawancara
sebaiknya tidak terlalu lama atau terlalu singkat singkat. Waktu yang
dibutuhkan untuk wawancara sekitar 45- 90 menit (Polit & Beck, 2012).
Waktu wawancara yang terlalu lama akan membosankan dan melelahkan
baik bagi responden maupun bagi peneliti sendiri sehingga hasil
wawancara yang diperoleh dapat menjadi tidak relevan dan tidak fokus
lagi. Di sisi lain, waktu wawancara yang terlalu singkat justru hanya akan
menghasilkan data yang sedikit dan tidak mendalam. Oleh karena,
wawancara yang efisien, singkat, dan disertai dengan penentuan tujuan
wawancara yang jelas oleh peneliti akan mendapatkan hasil yang optimal
(Ingham-Broomfield, 2015).
2. Kuesioner
Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara
membagikan angket yang terdiri dari sejumlah pertanyaan untuk
kemudian dijawab oleh responden. Kuesioner harus dapat mewakili
pertanyaaan penelitian serta terkait dengan proposal penelitian. Oleh
karena itu, kuesioner harus disusun dengan kalimat yang jelas dan mudah
dimengerti sehingga akan memudahkan responden untuk membaca serta
memahami maksud dari tiap pertanyaan dalam kuesioner tersebut.
Kelebihan dari kuesioner dibandingkan dengan metode pengumpulan data
yang lain terletak pada kemampuannya mencapai jumlah sampel yang
banyak dalam waktu yang lebih singkat. Akan tetapi, suatu kuesioner
tidak dapat melakukan pengkajian yang lebih dalam tentang opini atau
persepsi responden lebih dalam, seperti halnya yang bisa dilakukan dalam
wawancara. Oleh karena itulah, maka peneliti perlu mempertimbangkan
aspek kekurangan ini dalam menentukan metode pengumpulan data yang
sesuai dengan pertanyaan penelitian.
2.2.4 Menentukan Tehnik Analisa data
Studi kasus, sebagai suatu bentuk penelitian kualitatif, tidak
berfokus pada kuantitas data yang diperoleh, tapi berdasarkan kualitas data
yang dipeoleh. Studi kasus berdasarkan pada interpretasi atau pengertian akan
suatu fenomena dari subjek atau partisipan yang terlibat dalam penelitian
(Ingham-Broomfield, 2015). Hal tersebut sesuai dengan yang dijabarkan oleh
Munhall (2007) bahwa suatu penelitian kualitatif mengggunakan analisis
induktif untuk mengidentifikasi tema yang muncul pada hasil penelitian. Data
yang diperoleh akan dianalisis dengan cara memberi kode dan menempatkan
data tersebut berdasarkan kesesuain temanya. Selanjutnya, data
dikelompokkan berdasarkan kesamaan temanya dan dianalisis secara manual
oleh peneliti untuk mengidentifikasi hasil akhir penelitian. Peneliti akan
berusaha membaca, mendeskripsikan, membandingkan, serta
mengkombinasikan beberapa kode yang telah dibuat tersebut untuk membuat
suatu formula akhir penelitian.
2.2.5 Mempersiapkan laporan studi kasus
Pada bagian akhir suatu penelitian, peneliti dapat membuat laporan
secara tertulis atau pun verbal akan hasil akhir dari penelitian. Pada umumnya
hasil akhir penelitian dibuat dalam bentuk tulisan. Denzin & Lincoln (2008)
memberikan beberapa saran akan aspek yang sebaiknya ada dalam menyusun
suatu laporan akhir penelitian, yaitu:
1. mendeskripsikan akan masalah atau isu penelitian, sehingga diperoleh
konsep yang jelas akan tujuan penelitian.
2. mendeskripsikan secara detil akan konteks dan lokasi penelitian sehingga
pembaca memperoleh gambaran yang lebih jelas akan tempat
dilakukannya penelitian, dan hal tersebut dapat menjadi bahan untuk
penelitian selanjutnya.
3. menjabarkan secara lengkap akan proses penelitian kasus yang dimulai
dari perumusan masalah, sampai pada analisa dan hasil akhir penelitian
4. mendiskusikan hasil akhir penelitian sehingga diperoleh gambaran dan
pemahaman yang jelas akan fenomena yang telah diteliti.
BAB 3

PENELITIAN CASE STUDY

1. Comprehensive comparison of malnutrition and its associated factors


between nursing home and community dwelling elderly: A  case-control

study from Northwestern Iran (Saghafi-Asl & Vaghef-Mehrabany, 2017)

(http://doi.org.unair.remotexs.co/10.1016/j.clnesp.2017.05.005).
Summary
Background & aims
Only a limited number of studies have compared nursing home and community
residing elderly in terms of health-related issues. The present study aimed to
compare nutritional status and its associated factors between nursing home
residents and community-dwelling seniors.
Methods
In this case-control, age- and gender-matched study in Tabriz (East Azarbaijan,
Iran), elderly subjects aged 65 years and older were recruited from nursing
homes (n = 76) and community (n = 88). Anthropometric, blood pressure
and dietary intake measurements, as well as biochemical assays were performed.
Nutritional status (Mini Nutritional Assessment: MNA), cognitive function (Mini
Mental State Examination: MMSE) and physical performance (Barthel Index)
were assessed and compared between the two settings.
Results
Nursing home residents had significantly lower body mass index (BMI),
limbs, waist and hip circumferences, and diastolic blood pressure. Caloric and
protein intake  of the groups were similar, while nursing home residents received
lower amounts of many micronutrients and saturated fats and
higher polyunsaturated fats. MNA, MMSE and Barthel index scores were
significantly different between the groups, all of them in favor of the free living
elderly (p < 0.001,  p <  0.001 and p  = 0.014, respectively). Laboratory tests
revealed significantly lower levels of hemoglobin, folate, fasting blood sugar,
insulin, albumin, prealbumin, creatinine and uric acid in the nursing home
group; however, mean cell volume (MCV) and HDL-cholesterol were higher in
this group.
Conclusion
Elderly people living in nursing homes have lower BMI, suffer from
many nutritional deficiencies  and are predisposed to malnutrition, impaired
cognition and deteriorating physical performance, compared to community
dwelling seniors.
Gambar 3.1 Artikel 1 dari Saghafi-Asl & Vaghef-Mehrabany (2017)
2. Training in communication and interaction during shift-to-shift nursing

handovers in a bilingual hospital: A case study (Pun et al., 2020)

(http://doi.org.unair.remotexs.co/10.1016/j.nedt.2019.104212).
Abstract
Aim
To explore the perceptions and practices of nurses on handovers.
Background
At handover, accountability must be transferred to ensure a consistent quality of
patient care. Studies highlighted unstructured handovers as a major factor
contributing to critical incidents. The design of handover training requires a
systematic method for evaluating nurses' practices.
Design
An explorative case study, qualitative design that combined ethnography with
discourse analysis.
Methods
A training programme based on these practices was administered to 50 nurses,
and a protocol focused on CARE was implemented. The nurses' perceptions and
practices were evaluated, and 80 handovers were recorded.
Results
Three areas likely to enhance the continuity of care emerged: 1) explicit transfer
of responsibility by outgoing nurses; 2) responsible engagement of incoming
nurses in the handover and 3) adherence to a systematic handover structure.
Conclusion
The change in practice from monologic handovers with passive incoming nurses
before training to interactive and collaborative handovers, where all nurses
appeared to take an active role in clarifying patients' cases, after training was
significant.
Gambar 3.2. Artikel 2 dari Pun et al., (2020)
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penelitian studi kasus (case study) adalah salah satu bentuk penelitian
kualitatif yang berbasis pada pemahaman dan perilaku manusia berdasarkan
pada opini manusia . Subjek dalam penelitian dapat berupa individu, group,
instansi atau pun masyarakat. Dalam proses penelitian , terdapat beberapa
langkah yang dibuat, yaitu, menentukan masalah , memilih disain dan
instrumen yang sesuai, mengumpulkan data, menganalisis data yang
diperoleh dan menyiapkan laporan hasil penelitian. Hasil akhir dari penelitian
adalah suatu gambaran yang luas dan dalam suatu fenomena tertentu
4.2 Saran
Upaya yang dapat dilakukan oleh untuk mengembangkan kemampuan
peneliti dalam membuat suatu disain studi kasus dapat dimulai dengan
membuat disain penelitian pemula. Masalah penelitian yang diambil dapat
berupa fenomena sederhana yang sering ditemui di lingkungan sekitar.
Dengan sering melatih kemampuan diri membuat suatu penelitian,
kemampuan peneliti diharapkan akan meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Cope, D. G. (2015). Case study research methodology in nursing research.


Oncology Nursing Forum. https://doi.org/10.1188/15.ONF.681-682
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2008). The landscape of qualitative research. In
Handbook of qualitative research.
Hartley, J. (2004). Case study research. In Catherine Cassell & Gillian Symon
(Eds.), Essential guide to qualitative methods in organizational
research. Essential Guide to Qualitative Methods in Organizational
Research.
Hentz, P. (2018). Overview of Case Study Research. In Nursing Research Using
Case Studies. https://doi.org/10.1891/9780826131935.0001
Ingham-Broomfield, R. B. (2015). A nurses’ guide to qualitative research.
Australian Journal of Advanced Nursing.
Krampen, D., & Krampen, G. (2016). Case Studies in Clinical Psychology: Are
We Giving up a Publication Type and Methodology in Research on and
Teaching of Psychopathology and Psychotherapy? International
Journal of Psychological Studies. https://doi.org/10.5539/ijps.v8n3p173
Merriam, S., & Tisdell, E. (2016). Qualitative Research A guide to Design and
Implementation. In The Jossey-Bass Higher and Adult Education
Series.
Mulyana, D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. In Bandung: PT remaja
Rosdakarya.
Munhall, P. L. (2007). The landscape of qualitative research in nursing. In
Nursing Research: A Qualitative Perspective.
Polit, D., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. 9th Edition, Lippincott, Williams &
Wilkins, Philadelphia. In Wolters Kluwer Health.
Pun, J., Chan, E. A., Eggins, S., & Slade, D. (2020). Training in communication
and interaction during shift-to-shift nursing handovers in a bilingual
hospital: A case study. Nurse Education Today, 84(December 2018),
104212. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2019.104212
Saghafi-Asl, M., & Vaghef-Mehrabany, E. (2017). Comprehensive comparison of
malnutrition and its associated factors between nursing home and
community dwelling elderly: A case-control study from Northwestern
Iran. Clinical Nutrition ESPEN, 21, 51–58.
https://doi.org/10.1016/j.clnesp.2017.05.005
Yin, R. K. (2012). Case study methods. In Handbook of Complementary Methods
in Education Research. https://doi.org/10.4324/9780203874769-11

Anda mungkin juga menyukai