Anda di halaman 1dari 80

MAKALAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN

Implementasi Kepemipinan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Dasar


dan Menengah
Makalah Ini Diajukan Untuk Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Diding, M.Pd., Siti Nuraeni, M.Pd.
dan Suparta Rasyid, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 1

Cindy Sofianti 2008994


Dewi Sri Wahyuni 2008553
Dian Rahmawati 2006120
Imey Indayanti Ensar 2000472

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah
Pengelolaan Pendidikan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Implementasi Kepemimpinan Pendidikan
pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah ” dapat diselesaikan karena
bantuanbanyak pihak baik secara moral maupun material, maka dari itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Adapun ucapan terima kasih
tersebut ditujukan kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya.
2. Dr. Diding, M.Pd, Siti Nuraeni, M.Pd dan Suparta Rasyid, M.Pd selaku dosen
Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan yang turut membimbing penulis dalam
pembuatan makalah ini.

3. Teman-teman Pendidikan Ekonomi yang telah banyak membantu penulis


dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dankritik
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada penulis khususnya dan kepada para
pembaca umumnya, serta dapat menjadi referensi bagi para pembaca.

Bandung, 29 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 5
2.1 Pengertian Kepemimpinan ....................................................................... 5
2.2 Gaya Kepemimpinan ................................................................................ 7
2.3 Kepemimpinan dalam Kinerja ................................................................ 10
2.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif ........................................ 15
2.4.1 Tugas, Peranan dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah......................... 15

2.4.2 Profit Kemampuan Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan .... 16

BAB III HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA .................................... 21


3.1 Hasil Observasi....................................................................................... 21
3.1.1 Tujuan Observasi .................................................................................. 21

3.1.2 Metode Penelitian ................................................................................. 21

3.1.3 Pembagian Observasi............................................................................ 21

3.1.4 Alasan memilih metode wawancara ..................................................... 22

3.2 Hasil Wawancara.................................................................................. 23


3.2.1 Hasil Wawancara di SDN 1 Cibuntu .................................................... 23

3.2.2 Hasil Wawancara di SMP Negeri 1 Kadipaten ..................................... 27

3.2.3 Hasil Wawancara di SMA Negeri 2 Kota Cirebon ............................... 34

BAB IV KOMENTAR PEMAKALAH............................................................. 42

ii
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 44
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 44
5.2 Saran ....................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48
CV PEMAKALAH.............................................................................................. 50
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 54

iii
DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan ....................................... 11

TABEL 1.2 Keterampilan yang dibutuhkan Pada Tingkatan Kepemimpinan .. 19

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi
pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke
Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al
Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi
Khalifah di muka Bumi”. Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas
bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpinyang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu.”
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan
suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan
tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengantujuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian kepemimpinan mencakupdistribusi kekuasaan
yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai
wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh,
dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang
harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling
berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu
hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki
kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki
kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat
tercapai secara maksimal.
Pendidikan adalah proses pengembangan individu secara utuh yang
mencakup aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor sehingga terbentuk pribadi yang
berpengetahuan, berkarakter, dan terampil. Kepemimpinan menurut Tead; Terry;
Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain
agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk

1
2

membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.


Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses
mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang
ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan
pendidikan agar kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif didalam pencapaian
tujuan – tujuan pendidikan dan pengajaran.
Kepemimpinan pendidikan sentralistik telah dilaksanakan di Indonesia
semenjak beberapa dasawarsa dengan harapan dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Kepemimpinan pendidikan sentralistik menerapkan strategi input-
output. Dalam strategi input-output, jika semua input pendidikan telah dipenuhi
dalam pengelolaan pendidikan, seperti penyediaan buku-buku dan alat belajar,
sarana prasarana, peningkatan mutu guru melalui pendidikan dan pelatihan, maka
pendidikan akan menghasilkan pendidikkan yang bermutu sesuai dengan yang
diharapkan (Umaedi, 1999:2). Harapan ini tidak dapat diwujudkan karena strategi
input autput kurang memperhatikan proses pendidikan. Input pendidikan
merupakan hal yang diperlukan dalam batas-batas tertentu, tetapi tidak menjamin
tercapainya peningkatan mutu pendidikan. Karena itu strategi input output tidak
sesuai di institusi pendidkan, tetapi lebih tepat digunakan dalam bidangperusahaan.
Perkembangan pendidikan pada masa kini sedang giatnya diperkenalkan
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, yang dapat diartikan sebagai model
manajemen yang memberikan hak otonom yang lebih besar terhadap sekolah dan
mendorong dilakukannya pengambilan keputusan partisipatif dengan melibatkan
secara langsung semua pihak sekolah (guru, murid, pimpinan sekolah, karyawan,
orang tua murid, masyarakat dan siapa saja yang memiliki perhatian terhadap
pendidikan) untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan diberikannya hak
otonom yang lebih besar, artinya sekolah memiliki kewenangan penuh yang lebih
besar dalam mengelola sekolah (untuk pencapaian standar pendidikan bidang
pengelolaan), sehingga sekolah akan lebih mandiri. Melalui kemandirian sekolah,
maka sekolah sangat dituntut untuk lebih mengembangkan program-program yang
lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Dalam
3

hal ini diperlukan kepemimpinan pendidikan yang dapat mengelola sumber daya
yang ada di sekolah untuk pencapaian mutu. Dengan demikian sekolah sangat
diharapkan melakukan manajemennya melalui pemberdayaan sumber daya yang
ada.
Makalah ini membahas secara ringkas tentang pengelolaan dan kebijakan
pendidikan yang dikaitkan dengan salah satu delapan standar pendidikan yaitu
dibidang standar pengelolaan dengan tujuan untuk mencapai kepemimpinan dalam
manajemen pendidikan untuk pendidikan yang bermutu. Pemahaman awal
diharapkan dapat membantu guna memahami istilah-istilah dan teori umum tentang
kepemimpinan pendidikan untuk mengaplikasikan bidang standar pengelolaan.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan
sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu
sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat
manusia yang semakin besar jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar
kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan
kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut
tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara
optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang
selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin
yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. Pengelolaan
pendidikan oleh pemimpin diarahkan kepada pencapaian mutu pendidikan,
pengelolaan ini adalah salah satu ketentuan yang terdapat pada delapan standar
pendidikan nasional sesuai dengan PP. RI No.19 TAHUN 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Struktur organisasi dan kepemimpinan sekolah termasuk dimensi yangharus
diperkuat dengan perkembangan keterampilan kepala sekolah melalui panataan
manajemen dan kepemimpinan. Selain itu perlunya seleksi yang ketat dan layak
bagi seorang guru agar bisa diangkat untuk menduduki jabatan sebagai kepala
sekolah. Hal ini bertujuan sebagai proses pengembangan karier dan mendorong
kematangan staf dalam menjalankan kepemimpinan pendidikan di sekolahnya.
Setiap sekolah perlu menyesuaikan struktur organisasinya dalam
4

pelakasanaan setiap tugas perbaikan mutu sekolah, guru, dan karyawan yang
dimiliki, serta memperhatikan pula dukungan masyarakat di lingkungan sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan ?
2. Apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan?
3. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja?
4. Seperti apakah kepemimpinan kepala sekolah yang efektif?
1.3 Manfaat
1. Manambah wawasan dibidang kepemimpinan pengelolaan pendidikan
apalagi bagi kami mahasiswa yang jurusan pendiidkan dan berharap bisa
menjadi tenaga pendidik.
2. Menambah wawasan bagi para pembaca khususnya dibidang
kepemimpinan pengelolaan pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan
pembuatan keputusan (Miftah Toha, 1988:5). Pengertian tersebut menunjuk
bagaimana seorang pemimpin mampu menggunakan kewenangannya untuk
menggerakkan organisasi melalui keputusan yang dibuat. Pengertian yang lebih
populer menunjuk pada pola keharmonisan interaksi antara pimpinan dengan
bawahan sehingga kewenangan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
diimplementasikan dalam bentuk pembimbingan dan pengarahan terhadap
bawahan. Pola interaksi biasanya diawali dengan upaya mempengaruhi bawahan
agar mereka mau digerakkan sesuai dengan tujuan organisasi.
Kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang yang
menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku
orang lain terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa
sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi (Sondang P. Siagian, 1985: 24).
Menurut Burhanuddin (1994:63), kepemimpinan merupakan usaha yang
dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan untuk mempengaruhi,
mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin supaya
mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
Ngalim Purwanto (1993:26) berpendapat bahwa kepemimpinan sebagai
suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu,
biasanya melalui “human relations” dan motivasi yang tepat, sehingga mereka
tanpa adanya rasa takut mau bekerja sama dan membanting tulang untuk memahami
dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan Wiles
dan Bondi (1986:44) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “a power
relationship: the leader is percieved as having the right to prescribe behavior
patterns for other. Sources of power include referent power (liking), expert power,
coercive power and legitimate (authority) power”.

Keempat definisi tersebut diperkuat oleh pernyataan Kartini Kartono


(1986:61) yang rnenyebutkan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memandu,

5
6

menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi-motivasi kerja,


mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang lebih baik sehingga
akan mampu membawa para pengikutnya kepada tujuan yang telahdirencanakan.
Dengan demikian pada setiap kepemimpinan minimal harus mencakup tiga unsur
sebagai berikut: Pertama, ada seorang pemimpin yang memimpin, mempengaruhi
dan memberikan bimbingan. Kedua, ada anggota (bawahan) yang dikendalikan.
Ketiga, ada tujuan yang diperjuangkan melalui serangkaian kegiatan.
Berdasarkan pendekatannya, dikenal beberapa jenis pendekatan
kepemimpinan, antara lain pendekatan psikologis, pendekatan sosiologis, dan
pendekatan tingkah laku. Pendekatan psikologis menggambarkan bahwa manusia
memiliki ciri-ciri kepribadian yang unik. Keunikan tersebut memungkinkan
seseorang memiliki kecenderungan berkelakuan yang dibawa sejak lahir, dan
kecenderungan tersebut disetujui orang lain untuk menjadi pemimpin. Dengan
perkataan lain, bahwa orang seperti itu memang ditakdirkan untuk menjadi
pemimpin, menjadi manusia yang besar.
Pendekatan sosiologis mencoba membandingkan secara ekstensif di antara
kelompok untuk mencari perbedaan yang besar dengan mengukur akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh pemimpin terhadap kelompok. Dimensi ini di
identifikasikan sebagai ukuran kelompok, homogenitas kelompok, dan keintiman
anggota dalam hubungannya dengan kelompok. Hemphil (1949) menemukan dua
dimensi, yaitu viscidity (perasaan keterpautan dalam kelompok) dan hedonic
(perasaan kepuasan anggota).
Pendekatan sosiologis melahirkan konsep-konsep kepemimpinan potensial
kepemimpinan permisif, kepemimpinan persuasif, dan kepeminipinan darurat.
Pendekatan tingkah laku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dan
pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat pemimpin. Kepemimpinan, menurut
Halpin (1959) harus dibedakan dengan tingkah laku pemimpin. Tingkah laku
pemimpin dapat berorientasi kepada tugas keorganisasian. dan kepada hubungan
dengan anggota kelompoknya.
Pendekatan tingkah laku menitik beratkan pandangannya kepada dua aspek
kepemimpinan, yaitu gaya dan fungsi kepemimpinan (Stoner, 1982). Gaya
7

kepemimpinan dimaksudkan sebagai suatu cara berperilaku yang khas dan seorang
pemimpin terhadap para anggota kelompokya. Karena itu, gaya kepemimpinan
akan terbentuk oleh apa yang dipilih pemimpin untuk dikebijakan, kapan ia
mengerjakan, dan bagaimana cara ia bertindak.
Pendekatan tingkah laku lebih lanjut dikembangkan oleh para ahli kedalam
teori-teori kepemimpinan dua faktor, tiga faktor, dan empat faktor. Dalam
kepemimpinan dua faktor, Halpin dan Winer (1957) mengembangkan konsep
Leader Behaviour Description Questionnaire dan memisahkan kepemimpinan ke
dalam dua dimensi. Pertama, initiating structure yaitu hal-hal yang menujukkan
tingkah laku pemimpin dalam merancang hubungan antara dirinya dengan
kelompok kerja untuk memantapkan pola organisasi, jalur-jalur komunikasi, dan
prosedur kerja. Kedua, concideration yaitu tingkah laku pemimpin yang
berindikasi kepada adanya persahabatan, saling menghargai dan kehangatan
hubungan antara bawahan dengan atasan.
2.2 Gaya Kepemimpinan
Menurut Getzel dan Guba (1957) mengemukakan tiga gaya
kepemimpinan, yaitu normatif, personal, dan transaksional. Gaya normatif
menekankan dimensi tingka laku sosiologis ataudimensi tingkah laku institusi gaya
kepemimpinan personal lebih menekankan dimensi psikologis atau individu, dan
gaya kepemimpinan transaksional menekankan kepada salah satu dan dua gaya
kepemimpinan yang disebut lebih dahulu.
Jalan yang sangat memungkinkan untuk mencapai tujuan lebih terletak
pada struktur organisasi dari pada menggunakan orang tertentu. Kepemimpinan
gaya ini tidak lebih dari unsur teknis atau orang yang disediakan dengan
kemampuan tertentu. Bila dikaitkan dengan administrasi maka administrasi yang
baik ditandai oleh efektivitas organisasi yang lebih menonjol daripada efisiensi
waktu.
Dalam gaya kepemimpinan personal, kepemimpinan berorganisasi tetap
diindahkan. Asumsinya bahwa jalan terbaik untuk mewujudkan tujuan-tujuan
adalah lebih kepada keterlibatan individu daripada hanya mempercayakan kepada
struktur organisasi. Dengan demiikian, bukan efektivitas organisasi yang
8

menentukan yang menentukan baik buruknya administrasi, tetapi efisiensi


individunya.
Gaya kepemimpinan transaksional merupakan gaya sementara untuk
mencapai gaya yang lain yang sangat bergantung kepada situasi. Gaya ini lebih
menekankan kebutuhan untuk bergeser sambil berubah ke arah yang lebih baik
tanpa mengubah urutan organisasi maupun pribadi yang terlihat di dalamnya.
Ukuran baik buruknya administrasi dalam gaya kepemimpinan ini ditentukan oleh
efektivitas organisasi dan efektivitas individu.
Teori kepemimpinan empat faktor menurut Lipham dan Rankim, mencakup
dimensi-dimensi kepemimpinan struktural, suportif, partisipasif, dan fasilitatif.
Gaya kepemimpinan struktural dalam operasinya lebih menekankanperhatiannya
kepada kekuasaan pemimpin yang diatur secara hirarkis dan struktural dalam suatu
organisasi. Demi tercapainya tujuan, seorang pemimpin akan mengambil keputusan
mendelegasikan wewenang, memantau pelaksanaan pekerjaan berdasarkan hirarki
kewenangan yang dimilikinya.
Gaya kepemimpinan partisipatif merupakan gaya yang menyediakan
peluang seluas dan sebaik mungkin kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam
setiap kegiatan yang menguntungkan kelompok dan individu yang dipimpinnya.
Wewenang yang diberikan kepada bawahan terukur dan sebatas wewenang yang
diberikan organisasi dan kedudukannya. Hubungan yang bersifat kekeluargaan
antara atasan dengan bawahan dapat dihindari sehingga mereka melaksanakan
hubungan kerja sesuai dengan aturan organisasi.
Gaya kepemimpinan fasilitatif menekankan kebebasan bawahan untuk
berkreasi dan berinisiatif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
Pemimpin berfungsi sebagai fasilitator yang menyalurkan kreativitas dan inisiatif
bawahannya. Meskipun demikian, kebebasan yang diberitakan bukan tanpa batas,
melainkan sebatas wewenang organisasi yang telah dipikulkan kepadanya.
Selain ketiga pendekatan yang disebutkan di atas, terdapat pula pendekatan
kepemimpinan terpadu. Pendekatan ini menitikberatkan kepada semua karakteristik
baik dari segi pemimpin maupun situasi yang menyertainya. Berdasarkan
keterpaduan antara segi-segi pemimpin dengan situasinya dibuatlah
9

garis tingkah laku yang dapat dijadikan acuan dalam mengukur dan meramalkan
perilaku yang baik bagi seorang pemimpin.
Dikutip dari Robert R. Blake dan Jane S. Mouton (Blake & Mounton,
1964, 1978, 1985) gaya kepemimpinan itu ada beberapa macam anatara lain sebagai
berikut :

1. Gaya kepemimpinan “improverished” artinya pemimpin mengunakan usaha


yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal lain ini
dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
2. Gaya kepemimpinan “country club” artinya kepemimpinan yang didasarkan
kepada hubungan informal kepada informasi antara individu, keramah tamahan
dan kegembiraan. Tekanan terletak pada penghargaan kepada hubungan
kemanusiaan secara maksimal.
3. Gaya kepemimpinan “team” berarti keberhasilan suatu organisasi tergantung
kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh pengabdian. Tekanan utama
terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan.
Dasr dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan
antar sesama anggota kelompok.
4. Gaya kepemimpinan “task” artinya pemimpin memandang efesiensi kerja
sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penekanan terletak pada
penampilan individu dalam organisasi.
5. Gaya kepemimpinan “midle road” artinya tengah-tengah. Yang menjadi
tekanan pada gaya ini ialah pada keseimbangan yang optimal antara tugas dan
hubungan manusia.

Perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya untuk


mempengaruhi anggota-anggota kelompok atau pengikutnya. Perilaku pemimpin
ini dapat berorientasi pada tugas keorganisasinnya ataupun pada hubungan dengan
anggota kelompoknya. Banyak sekali cara seorang pemimpin untuk meningkatkan
kinerja anggota-anggotanya atau pengikutnya diantaranya:
1. Memberi contoh yang baik, seorang pemimpin harus menjadi suri teladan bagi
angota-angotanya sehingga bawahannya bisa melihat contoh yang baik dalam
mengerjakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya.
2. Adanya hubungan yang baik antara seorang pemimpin dengan para anggota-
angotanya, sehinga menciptakan suasana yang nyaman untuk bekerja.
10

3. Seorang pemimpin bisa berbaur dengan anggotanya, setiap permasalahan


ataupun yang berhubungan langsung dengan tanggung jawabnya disana,
apabila ada masalah atau persoalan anggota bisa berkonsultasi tanpa sungkan-
sungkan.
4. Pemimpin harus bisa mestimulasi dan memberi kesempatan kepada anggota
kelompoknya untuk mengembangkan kemampuan.
5. Bisa mengajak kepada perubahan yang sifatnya positif.
Kepeminpinan yang efektif tergantung pada taraf kematangan pengikut dan
kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugasat
ataupun hubungan antar manusia. Makin matang sipengikut , pemimpin harus
mengurangi tingkat setruktur tugas dan menambah hubungan orientasinya.
Pada saat seseorang atau kelompok pengikut bergerak dan mencapai tingkat rata-
rata kematangan, pemimpin harus mengurangi baik hubungan maupun orientasi
tugasnya. Keadaan ini berlangsung samapi pengikut mencapai kematangan penuh,
dimana mereka sudah dapat mandiri baik dilihat dari kematangan kerjanya ataupun
kematangan fsikologisnya.
2.3 Kepemimpinan dalam Kinerja
Kepemimpinan pendidikan berarti usaha untuk memimpin, mempengaruhi
dan memberikan bimbingan kepada para personel pendidikan sebagai bawahan agar
berbagai tujuan pendidikan dapat tercapai melalui serangkaian kegiatan yang telah
direncanakan. Pengertian tersehut paling tidak dibenarkan oleh Imam Soepardi
(1988:61) yang merumuskan pengertian kepemimpinan pendidikan sebagai
kemampuan dan kesiapan untuk dapat menggerakkan dan membina para
pendidik/aparatur pendidikan sehingga mereka mau melakukan tugas-tugas
pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan sebagai suatu proses memerlukan
penanganan yang terencana dan sistematis agar setiap sumber daya pendidikan yang
ada dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga tercapai efektifitas dan efisiensi.
Selama proses berlangsung terjadi interaksi antar sumber daya pendidikan
khususnya sumber daya manusia sebagai unsur penggerak dan sumber daya
pendidikan lainnya. Untuk menjamin setiap jaringan kerja selama penyelenggaraan
pendidikan berjalan sesuai dengan rencana. dan mencapai
11

sasaran (objectives), tujuan (goal) dan sepadan dengan kadar "input element" yang
dipergunakan maka diperlukan adanya suatu media atau alat, yaitu Administrasi
Pendidikan.
Dalam konteks demikian berarti administrasi pendidikan akan memadukan
berbagai fungsi potensial dan segenap sumber daya lain dan mengintegrasikan
sumber daya baik personal maupun material pendidikan melalui kegiatan
pengarahan. pengendalian dan pengolahan yang tepat. Senada dengan itu Chester
W Harris mengatakan "Educational administration is the process integrating the
effort of personal and of utilizing appropriate material, in such a way as to promote
effectively the development of human qualities promote effectively the development
of human qualities (1960:19)". Kemudian dipertegas oleh S. Nasution yang
mendefinisikan administrasi pendidikan sebagai suatu proses keseluruhan semua
kegiatan bersama dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas
yang tersedia baik personal material maupun spiritual untuk mencapai tujuan
pendidikan (1972: 245).
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya pendidikan itu sendiri melibatkan
berbagai proses atau fungsi dan administrasi pendidikan. Proses atau fungsi itu oleh
Engkoswara (1982) dibagi atas perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan
(pengawasan). Proses tersebut merupakan wilayah kerja administrasi pendidikan
terhadap sumber daya pendidikan yang terdiri atas manusia (murid, guru, karyawan
dan sebagainya), sumber belajar dan fasilitas pendidikan. Apabila digambarkan
maka wilayah kerja administrasi pendidikan (Engkoswara, 1987: 43) akan terlihat
seperti dibawah ini:
PR PL PNG
M S F M S F M S F
Perencanaan
Pelaksanaan
Pembinaan

Tabel.1 Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan

Keterangan:
PR : Perencanaan
PL : Pelaksanaan
PNG : Pembinaan
M : Manusia (murid, guru, atasan, orang
tua siswa) S : Sumber Belajar
12

F : Fasilitas
P : Pendidikan
Dalam wilayah kerja administrasi pendidikan sudah jelas mengandung
kegiatan kepemimpinan, oleh karena perencanaan, pelaksanaan dan
pembinaan/pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi-fungsi manajemen
yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Bahkan secara tegas Walter S.
Monroe (dalam Soepandi, 1988: 62) mendefinisikan: “Education administration is
the direction, control and management of all matters pertaining to school aftairs,
including business administration, since all aspects of school affairs may be
considered a carried on for educational ends”. Istilah direction, control dan
management menurut definisi tersebut merupakan materi pokok dan administrasi
pendidikan, dan ketiga istilah itulah yang menunjukan adanya kegiatan
kepemimpinan dalam administrasi pendidikan.
Di antara sumber daya pendidikan yang ada, sumber daya manusia adalah
sumber daya yang utama. Sebagai sumber daya utama karena:
(1) sumber daya manusialah yang mampu mengerakkan atau menjadikan sumber
daya lainnya menjadi berfungsi bagi penyelenggaraan pendidikan.
(2) hanya sumber daya manusialah yang mempunyai kemampuan berpikir secara
rasional, sehingga dibutuhkan pengarahan ke arah pencapaian tujuan
pendidikan. Dengan demikian seorang administrator pendidikan dituntut
mampu menjalankan fungsi kepemimpinan pendidikan dengan baik ia harus
mampu mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan mengendalikan
perilaku para personal yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan agar
mereka mau dan mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara
lebih profesional sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
Sebagaimana telah kita pahami dan beberapa definisi tentang
kepemimpinan pada penjelasan sebelumnya, bahwa kepemimpinan pendidikan
bertujuan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan
pendidikan-pengajaran secara efektif dan efisien. Tujuan kepemimpinan lebih
merupakan kerangka ideal yang akan memberikan pedoman bagi setiap kegiatan
pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai. Untuk memungkinkan
13

tercapainya tujuan tersebut, seorang pemimpin harus melakukan berbagai fungsi


kepemimpinannya.
Menurut Gross (1961) ada sembilan fungsi kepemimpinan yaitu
menentukan tujuan, menjelaskan, melaksanakan, memilih cara yang tepat,
memberikan dan mengkoordinasikan tugas, memotivasi, menciptakan kesetiaan,
mewakili kelompok serta merangsang para anggota untuk bekerja (Burhanuddin,
1994: 66). Sementara Kartini-Kartono (1986: 61) menyebutkan fungsi
kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, memberi atan
membangun motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin
jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi yang efisien dan
membawa para pengikutnya kepada yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan
waktu dan perencanaan.
Philip Selznick, sebagaimana dikutip oleh Richard H. Hall (1982: 159- 160)
menjelaskan ada empat fungsi kepemimpinan sebagai berikut:
“The first involves the definition of the institutional (organizational) mission and
role. This is obviously vital in a rap idly changing world and must be viewed as a
dynamic process. The second task in the ‘Institutional embodiment of purpose’,
witch involves building the policy in to the structure or deciding upon the means to
achieve the ends desired. The third task in to depend the organization’s integrity.
Here values and public realation intermix: the leader represents their organizations
to the public and to their own members as they by to persuade them to follow their
decisions. The final leadership task is the ordering of internal conflict”.
Dalam bidang pendidikan, oleh Burhanuddin (1994:67)
mengklasifikasikan menjadi tiga fungsi kepemimpinan pendidikan, sebagai
betikut:
1. Fungsi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Artinya pemimpin
berusaha membantu kelompok untuk merumuskan tujuan pendidikan yang
memenuhi syarat agar dapat dijadikan pedoman dalam menentukan kegiatan-
kegiatan pendidikan.
2. Fungsi yang berkaitan dengan pengarahan pelaksanaan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Artinya bagaimana pemimpin mampu
14

menggerakkan bawahan agar serangkaian kegiatan pendidikan dapat


terlaksana dengan baik. Teknik yang digunakan meliputi actuating, leading,
directing, motivating dan staf.fing.
3. Fungsi yang berhubungan dengan penciptaan suasana kerja yang mendukung
proses kegiatan administrasi berjalan dengan lancar, penuh semangat, sehat dan
dengan kreatifitas yang tinggi. Artinya pemimpin harus menciptakan iklim
organisasi yang mampu mendorong peningkatan produktifitas pendidikan yang
tinggi dan kepuasan kerja yang maksimal.
Kemudian dipertegas lagi oleh Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991:89-
90) yang menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan pendidikan dapat disarikan
sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berpikir mengeluarkan
pendapat, baik secara perorangan maupun kelompok sebagai usaha
mengumpulkan data/bahan dan anggota kelompok/organisasi/lembaga dalam
menetapkan keputusan (decision making) yang mampu mempengaruhi aspirasi
di dalam kelompok/organisasi/ lembaganya.
2. Mengembangkan suasana kerjasama yang efektif dengan memberikan
penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang
dipimpinnya sehingga timbul kepercayaan pada dirinya sendiri dan kesediaan
menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing.
3. Mengusahakan dan mendorong tejadinya pertemuan pendapat/buah pikiran
dengan sikap harga menghargai sehingga timbul perasaan ikut terlibat didalam
kelompok/organisasi/lembaga dan timbul perasaan bertanggung jawab akan
pekerjaan masing-masing sebagai bagian dan usaha pencapaian tujuan.
4. Membantu menyelesaikan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara
perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-petunjuk
dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan-kesediaan untuk
memecahkannya dengan kemampuan sendiri.
Dan uraian itu dapat disimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan itu
mencakup pengembangan kemampuan mengeluarkan pendapat, pengakuan
terhadap kemampuan orang yang dipimpin, menumbuhkan sikap saling menghargai
serta memberikan petunjuk-petunjuk dalam menyelesaikan masalah.
15

2.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif

2.4.1 Tugas, Peranan dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah


Dalam satuan pendidikan, kepala sekolah menduduki dua jabatan penting
untuk bisa menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah
digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama, kepala sekolah adalah
pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, kepala sekolah adalah
pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
Sebagai pengelola pendidikan, berarti kepala sekolah bertanggung jawab
terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara
melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Di samping itu
kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada
agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu sebagai
pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja para
personal (terutama para guru) ke arah profesionalisme yang diharapkan.
Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke arah
pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah
bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim
sekolah yang konduktif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif
dan efisien.
Usaha untuk memberdayakan para personal dapat dilakukan melalui
pembagian tugas secara proporsional. Agar kerjasama dan tugas-tugas yang
dimaksudkan dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka diperlukan upaya dan
kepala sekolah selain pemimpin untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan
mengendalikan perilaku bawahan ke arah pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.
Disinilah letaknya fungsi kepemimpinan dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Menurut Achmad Sanusi (1991: 126) kepemimpinan dan pengelolaan
(manajemen) sekolah tersebut menuntut kepala sekolah untuk memiliki: (1)
kemampuan dan pengetahuan tentang tujuan, proses dan teknologi yang melandasi
pendidikan di setiap jenjang sekolah; (2) komitmen kepada perbaikan
16

profesional secara terus menerus. Selanjutnya Moh. Fakry Gaffar (1987: 126)
memberi rambu-rambu agar keseluruhan kegiatan manajemen sekolah yang
dipimpinnya digiring untuk menciptakan suatu situasi dimana anak dapat belajar
dengan lebih baik, dan dimana anak merasa bahwa sekolah adalah tempat yang baik
bagi mereka untuk belajar. Untuk mewujudkan tujuan ini menjadi kenyataan.
Kepala sekolah perlu mengubah orientasinya dengan menggiring keseluruhan
fungsi berbagai unsur sekolah menuju satu titik yaitu learning anak didik.

2.4.2 Profit Kemampuan Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan


Perubahan dalam peranan dan fungsi sekolah dan yang statis di zaman
lampau kepada yang dinamis dan fungsional-konstruktif di era pembangunan,
membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada kepala sekolah, khususnya
kepada administrator sekolah. Pada mereka harus tersedia pengetahuan yang cukup
tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan keterampilan untuk
mempelajari secara kontinyu perubahan yang sedang terjadi di masyarakat sehingga
sekolah melalui program-program pendidikian yang disajikan senantiasa dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dan kondisi baru (Achmad Sanusi, dkk,
1991: 117).
Diisyaratkan oleh pendapat tersebut, bahwa kepala sekolah sebagai salah
satu unsur SDM administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan
kepemimpinan pendidikannya dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif
terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk
perkembangan kebijakan makro pendidikan. Wujud perubahan dan perkembangan
yang paling aktual saat ini adalah makin tingginya aspirasi masyarakat terhadap
pendidikan, dan gencarnya tuntutan kebijakan pendidikan yang meliputi
peningkatan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu. efisiensi dan relevansi.
Dari sudut pandang manajemen mutu pendidikan, kepemimpinan
pendidikan yang direfleksikan oleh kepala sekolah seyogyanya meliputi kepedulian
terhadap usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan yang
dipimpinnya. Dalam hubungan ini mutu pendidikan dapat diartikan sebagai
kemampuan satuan pendidikan baik teknis maupun pengolahan yang profesional
yang mendukung proses belajar peserta didik sehingga dapat mencapai prestasi
belajar yang optimal.
17

Penjelasan tersebut lebih memperkokoh kedudukan kepala sekolah dalam


menentukan keberhasilan proses pendidikan. Dalam hal ini kualitas kepemimpinan
yang dilaksanakan menjadi sangat penting oleh karena laju perkembangan kegiatan/
program pendidikan yang ada di setiap sekolahditentukan oleh arahan, bimbingan
serta visi yang ingin dicapai oleh kepala sekolah. Untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas kepemimpinannya dengan baik, kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi
yang disyaratkan. Kompetensi mi harus mengacu pada tiga hal sebagai berikut:
Pertama, menunjuk pada karakteristik pribadi pemimpin yang tercermin pada setiap
sikap dan tindakannya. Kedua, mengacu pada suatu kemampuan untuk dapat
melaksanakan tugas- tugasnya sebagai pemimpin yang diperoleh melalui
pendidikan atau pelatihan. Ketiga, menunjuk kepada suatu kinerja yang bersifat
rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas.
Robert C. Bog dan sebagaimana dikutip oleh Dirawat, dkk (1983: 88)
mengemukakan empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
pendidikan, yaitu:
a. Kemampuan mengorganisasikan dan membantu merumuskan perbaikan
pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap.
b. Kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri
sendiri dan guru-guru dan anggota staff sekolah lainnya.
c. Kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam mengajukan dan
melaksanakan program-program supervisi.
d. Kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta segenapstaff
sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab
berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-usaha sekolah untuk mencapai
tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.
Achmad Sanusi dan kawan-kawan (1991: 126 & 436) mengkaitkan
kemampuan kepala sekolah dengan misi profesionalnya. terdiri atas: (1)
kemampuan dalam administrasi sekolah yang meliputi kemampuan tujuan,
kemampuan proses dan kemampuan teknis manajerial; (2) pengetahuan dalam
administrasi sekolah yang meliputi berbagai pengetahuan yang relevan dengan
proses administratif dan bidang teknis; serta (3) komitmen dalam administrasi
18

sekolah yang meliputi orientasi ke arah perbaikan syarat keunggulan profesional


aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang profesional, dan dedikasi
terhadap pengembangan konsep yang lengkap tentang “the principalshift”
Dalam Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di
Indonesia merangkum berbagai kompetensi yang ada menjadi tiga kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan yang profesional, yaitu:
a. Kompetensi pribadi yang menunjuk kepada suatu kemampuan yang sesuai
dengan dasar dan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi ini meliputi beijiwa
Pancasila, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkemampuan tinggi dalam menghayati dan mengamakan nilai-nilai
Pancasila.
b. Kompetensi profesional yang menunjuk kepada suatu kemampuan teknis
edukatif dan administratif serta kepemimpinan yang tangguh untuk dapat
menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang berkualitas.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah perlu memiliki kompetensi
dasar yang disyaratkan kompetensi ini berasal dari Robert L. Katz (T. J.
Sergiovanni, Robert J. Start att, 1979: 25 dan Burhanuddin, 1994: 91-92) berupa
keterampilan dasar manajerial, yaitu:
a. Keterampilan teknis (Technical Skill)
Keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, metode dan tenik-
teknik tertentu dalam menyelesaikan suatu tugas-tugas tertentu. Dalam prakteknya,
keterlibatan seorang pemimpin dalam setiap bentuk “technical skill” disesuaikan
dengan status/tingkatan si pemimpin itu sendiri.
b. Keterampilan manusiawi (Human Skill)
Keterampilan yang menunjukkan kemampuan seorang pemimpin di dalam
bekerja dengan dan melalui orang lain secara efektif, dan untuk membina
kerjasama. Untuk mencapai kemampuan demikian seorang pemimpin harus dapat
mengenal dirinya sendiri. "akseptansi diri" dan sesama orang lain. Keterampilan
manusiawi sangat strategis untuk dapat memperoleh produktivitas organisasi yang
tinggi, karena dalam implementasinya terwujud pada upaya bagaimana seorang
pemimpin mampu memotivasi bawahan.
19

c. Keterampilan konseptual (Conceptual Skill)


Keterampilan terakhir ini menunjukkan kemampuan dalam berpikir, seperti
menganalisa suatu masalah, memutuskan dan memecahkan masalah tersebut
dengan baik. Untuk dapat menerapkan keterampilan ini seorangpemimpin dituntut
memiliki pemahaman yang utuh (secara totalitas) terhadap organisasinya.
Tujuannya agar ia dapat bertindak selaras dengan tujuan organisasi secara
menyeluruh dan pada alas dasar tujuan dan kebutuhan kelompoknya sendiri.
Skill needed

Top Administrator c h t

o u e

n m c

Asisten Superintendent c a h

e n n

p r i
Director of Instruction t e c

u l a

a a l
Supervisor
l t

Chairperson

Tabel 1.2 Tingkatan yang dibutuhkan dalam kepemimpinan


20

keterampilan manusiawi (human skill) ternyata sangat menentukan pola


hubungan antara kepala sekolah selaku pemimpin dengan para guru selaku
bawahan. Kepala sekolah yang mampu menggunakan keterampilan ini akan dapat
memahami perbedaan kematangan bawahan, yang berarti pula memahami tingkat
kesiapan setiap guru dalam menerima dan menjalankan tugas yang akan diberikan.
hal ini sangat berguna bagi kepala sekolah dalam rangka mengembangkan
profesionalisme setiap guru, karena pemahaman terhadap tingkat kematangan
bawahan menjadikan dasar dalam memutuskan kegiatan pengembangan seperti
apa yang paling sesuai.
Pola hubungan seperti diatas menandakan bahwa kepala sekolah tidak
bisa.meyakini salah satu gaya kepemimpinan sebagai harga mati. Oleh karena itu,
gaya kepemimpinan mana yang paling sesuai untuk seseorang (kelompok tertentu)
ditentukan oleh bagaimana tingkat kematangan dan seseorang (kelompok)
tersebut.
Kepemimpinan seperti ini disebut kepemimpinan situasional, yang menurut
Hersey dan Blanchard selalu didasarkan pada saling berhubungan di antara hal-hal
sebagal berikut: (1) jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,
(2) jumlah dukungan sosio emosional yang diberikan oleh pimpinan, dan (3) tingkat
kesiapan atan kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam rnelaksanakan
tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu (Miftah Toha, 1988: 65-66).
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
3.1 Hasil Observasi
3.1.1 Tujuan Observasi
Kegiatan observasi ini bertujuan untuk melakukan pengamatan
kepemimpinan di 3 jenjang sekolah yang berbeda yaitu SD, SMP, dan SMA. Serta
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengelolaanpendidikan
yang diampu oleh Dr. Diding Nurdin, M.Pd dan Ibu Siti Nuraeni M.Pd.
3.1.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang kita ambil adalah dengan melakukan metode
kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara. Wawancara
merupakan salah satu metode yang dilakukan dalam sebuah observasi
lapangan. Observasi itu sendiri merupakan salah satu metode pengumpulan
data dengan cara mengamati atau meninjau secara cermat danlangsung di
lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi yang terjadi ataumembuktikan
kebenaran dari sebuah desain penelitian yang sedang dilakukan.
3.1.3 Pembagian Observasi
Observasi ini dilakukan di tiga jenjang sekolah yang berbeda antara lain :
3.1.3.1 SDN 1 Cibuntu
SD Negeri 1 Cibuntu terletak di Jl. Desa Cibuntu, Kec. Wanayasa, Kab.
Purwakarta Jawa Barat 41174. Sekolah ini sudah terakreditasi B dan memiliki
cukup prestasi yang baik. Sekolah ini juga memiliki sarana prasarana yang baik
dan lingkungannya yang bersih. Observasi yang dilakukan ke salah satu SD yang
ada di Kabupaten Purwakarta ini semata-mata untuk silaturahmi kemudian
menjalankan salah satu tugas mata kuliah pengelolaan pendidikan, serta orang
yang melakukan observasi serta wawancaranya yaitu Imey Indayanti Ensar
(2000472) dan Dian Rahmawati (2006120) mahasiswi dari Universitas
Pendidikan Indonesia. Orang yang kami wawancarai adalah kepala sekolah SD
Negeri 1 Cibuntu yaitu Ibu Entin Sariati, S. Pd.
3.1.3.2 SMP Negeri 1 Kadipaten
SMP Negeri 1 Kadipaten merupakan SMP yang cukup terkenal di wilayah
tataran Kabupaten Majalengka. SMP ini terletak di Kadipaten, Kec. Kadipaten,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat 45452. Banyak prestasi yang sudah di cetak

21
22

oleh SMP ini dalam berbagai bidang perlombaan seperti tennis meja, volly dan
lomba cerdas cermat. Banyak orang yang tahu bagaimana SMP ini terus ada dalam
memperbaiki sistemnya sehingga banyak orang tua yang ingin menyekolahkan
para anaknya di SMP Negeri 1 Kadipaten. Lingkungannya pun ramah anak serta
menjunjung tinggi nilai disiplin dan tanggung jawab. Setelah mengetahui latar
belakang sekolah tersebut maka sekolah yang kedua yang akan di observasi oleh
kelompok kami adalah SMP Negeri 1 Kadipaten dan yang melakukan observasi
serta wawancara tersebut adalah Dewi Sri Wahyuni (2008853) mahasiswi
Universitas Pendidikan Indonesia. Dewi mewawancarisalah satu wakasek yang
ada di sekolah ini yaitu wakasek humas Bapak Karman,S.pd.
3.1.3.3 SMA Negeri 2 Kota Cirebon
SMA Negeri 2 Kota Cirebon terletak di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo
No.1, Pekiringan, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45131. Salah satu
SMA yang ada di kota Cirebon ini merupakan salah satu sekolah terfavorit.
Terdapat perbedaan antara SMA 2 dengan SMA lainnya di Kota Cirebon yaitu
terdapat satu bidang peningkatan mutu (memacu peningkatan prestasi) diluar
struktur dari organisasi Kemendikbud yang di pegang oleh Bapak Yuni Susanto,
S.Pd., M.Pd. Saat ini SMA Negeri 2 Kota Cirebon sedang melakukan uji coba,
untuk mendapatkan proses pembelajaran yang ideal diterapkan. Karena seluruh
SMA di Kota Cirebon baru menerapkan uji coba, ini dikarenakan Walikota
Cirebon masih mempertimbangkan dan melihat apakah terjadi lonjakan covid.
Orang yang melaksanakan observasi ke tempat yang ketiga ini adalah Cindy
Sofianti (2008994) mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia. Cindy
mewawancarai salah satu guru yang ada di SMA 2 yaitu guru sejarah Bapak Drs.
Dulkodir.
3.1.4 Alasan memilih metode wawancara
Alasan mengapa memilih metode wawancara sebagai metode penelitian
yang di ambil adalah karena metode wawancara merupakan metode yang paling
sering di lakukan dalam penelitian kualitatif serta lebih efisien dan efektif.
Wawancara sendiri merupakan teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlansung satu arah , artinya pertanyaan datang dari pihak
23

yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Dalam


melakukan observasi dengan menggunakan metode wawancara ini kita menjadi
lebih mengenal dengan lingkungan observasi dan orang yang di wawancarai.
Kemudian jawaban dari sebuah hasil wawancara dapat dipahami langsung karena
bertatap muka serta apa yang di sampaikan oleh narasumber pun jelas. Selain itu,
alasan yang menjadi dasar memilih metode wawancara ini karena tugas yang
harus dikerjakan yaitu tugas wawancara dari mata kuliah pengelolaan pendidikan.
3.1.5 Hasil Wawancara
3.1.5.1 Hasil Wawancara dan Observasi di SDN 1 Cibuntu
SD Negeri 1 Cibuntu terletak di Jl. Desa Cibuntu, Kec. Wanayasa, Kab.
Purwakarta Jawa Barat 41174. Sekolah ini sudah terakreditasi B dan memiliki
cukup prestasi yang baik. Sekolah ini juga memiliki sarana prasarana yang baik dan
lingkungannya yang bersih. Kepala sekolah SD Negeri 1 Cibuntu yaitu Ibu Entin
Sariati, S. Pd. Terdapat beberapa tatanan yang sudah tersusun untuk tahun ajaran
2021/2020 yang mengemban tugas dalam menjalankan kewajibannya serta
tugasnya sesuai dengan bidangnya masing-masing antara lain :
1. Kepala Sekolah : Entin Sariati, S. Pd
2. Wakil Kepala sekolah : Ida Juhaerani, S.Pd
3. Wakasek Kurikulum : Lukman Amin, S.Pd
4. Wakasek Kesiswaan : Rahmat Barkah, S.Pd
5. Wakasek Humas : Dendi Mi’raz Badillah, S.Pd
Yang kami wawancarai adalah Ibu kepala sekolahnya yang bernama Ibu
Entin Sariati S.Pd. Beliau sudah menjadi kepala sekolah selama 9,5 tahun dan itu
pun di pindah tugaskan yang asalnya dari SD Negeri 1 Wanasari ke SD Negeri 1
Cibuntu. Terdapat beberapa perbedaan antara SD yang ada di Purwakarta dengan
24

SD lain yang ada di luar Purwakarta. Di purwakarta hari senin menggunakan


pakaian pramuka dan selasa rabu menggunakan kebaya, kemudian kamis
menggunakan merah putih dan jumat pakaian muslim. Terdapat program yang
sudah ditetapkan oleh pergub yaitu sekolah ramah anak, TDBA (Tatanan Di Balai
Atikan), dan lain-lain. Kebetulan SD Negeri 1 Cibuntu ini di mandatkan untuk
melaksanakan program sekolah model TDBA yang sudah ditetapkan pada pergub
No.103 Tahun 2021. Maka di SD ini ditekankan kepada guru nya untuk lebih giat
dan bekerja sama untuk saling bahu membahu dalam menjalankan tugas serta
kewajibannya.
Menurut narasumber, kepemimpinan yang digunakan oleh beliau yaitu
kepemimpinan yang bersifat demokratis atau tipe demokratis. Tipe demokratis itu
sendiri merupakan tipe yang paling tepat. Mengapa? Karena tipe demokrasi ini
dalam mengambil sebuah keputusan selalu di musyawarahkan terlebih dahulu
dengan melibatkan anggota lainnya seperti para guru dan staf lainnya. Walaupun
dalam setiap rapat atau evaluasi terdapat beberapa pendapat yang berbeda dan hal
itu wajar karena setiap orang berhak mengeluarkan pendapatnya, dan kemudian
mengambil keputusan yang terbaik. Rapat dilaksanakan setiap sebulan sekali dan
evaluasi dilaksanakan seminggu sekali setiap hari jumat.
Menurut beliau demokratis disini artinya memiliki ikatan-ikatan tertentu
atau aturan-aturan tertentu yang sudah disepakati. Menjadi seorang pemimpinharus
bisa mengayomi dan mendengarkan pendapat dari setiap orang yang berperan yang
ada di lingkungan. Mengetahui dan mendengarkan pendapat orang lain dan
kemudian berunding atau di musyawarahkan agar mendapatkan jawaban yang
terbaik yang diinginkan. Contohnya di sekolah ini siswa harus masuk jam 6 pagi
maka siswa harus mengikuti aturan tersebut dan ketika ada yang melanggar akan di
tegur kemudian jika lebih dari 3 kali maka akan dikenakan seperti sanksi.
25

Nah, dalam hal ini beliau mengatakan bahwa sebagian besar yang ada di
lingkungan ikut berperan dalam menjalankan aturan yang sudah di tetapkan dari
pusat. Walaupun masih saja ada sebagian guru atau staf lainnya yang tidak
mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan oleh kemendikbud atau aturan yang dari
Undang-Undang. Jadi, di sesuaikan dengan aturan guru yang ada di sekolah
masing-masing. Selama menjadi kepala sekolah disini, beliau mengatakan bahwa
sebagian masih ada yang terlalu santai dalam menjalankan kewajibannya dalam
menjadi seorang guru. Jika ada guru yang tidak patuh dalam aturannya sebanyak 3
kali maka akan di panggil ke ruangan kepala sekolah dan akan ditanyakan
penyebabnya apa dan mengapa bisa melanggar aturan yang sudah di sepakati
tersebut. Kemudian, diingatkan agar lebih disiplin lagi dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang guru.
Menurut narasumber, kegiatan seoranag guru dalam memimpin kelasnya
sudah cukup baik. Namun jika ada yang masih kurang maka akan diadakan
supervisi. Supervisi itu sendiri merupakan sebuah upaya atau usaha dari kepala
sekolah dalam pembinaan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajaran sekolah. Beliau selalu menanyakan terlebih dahulu kepada rekan guru
bahwa apakah ada yang mau di supervisi di hari tersebut atau tidak. Supervisi itu
biasanya akan di laksanakan dikelas atas. Di dalamnya itu harus ada program
semester, indikator-indikator lain, serta tujuannya kemudian sudah siap atau tidak
jika kepala sekolah datang ke kelas untuk melaksanakan supervisi tersebut. Dalam
menjalankan tugasnya ketika seorang guru sedang di supervisi hasilnya 98%
anaknya sudah di manage atau di atur, sedangkan ketika tidak sedang di supervisi
terkadang guru ada yang biasa saja dalam menjalankan tugasnya tersebut. Beliau
mengatakan bahwa beliau selalu memberikan contoh langsung dan tidak suka
menyuruh dengan kata-kata melainkan dengan bukti nyata, agar guru dan staf lain
melihat bahwa kepala sekolah saja menjalankan tugasnya dengan maksimal.
26

Menurut narasumber kendala yang dihadapi saat menjadi kepala sekolah


sangat banyak hanya saja terdapat beberapa kendala utama. Kendala tersebutadalah
memahami setiap karakter guru dan staff disekolah tersebut, karena setiap orang
memiliki watak atau karakternya masing-masing sehingga perlu kesabaran dan
kejelian untuk memahami setiap karakter sumber daya manusianya. Ketika sudah
memahami setiap karakter dari guru-guru maupun staff akan lebih mudah untuk
mengarahkan setiap tugas yang harus dikerjakan sehingga sumber daya yang ada
ditempat beliau bertugas dapat mengerjakan tugasnya dengan maksimal sesuai
dengan ketentuan yang ada. karena, terdapat beberapa kejadian yang mana beberapa
guru dan staff yang kinerja nya memiliki kualitas yang kurang baik sehingga tidak
mengerjainkan tugasnya dengan maksimal, dan setelah diusut terdapat masalah dan
pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan karakter dan skill yang ada pada sumber
daya tersebut sehingga mempengaruhi kinerjanya.
Selain itu, kendala yang dihadapi oleh narasumber adalah minimnya tingkat
melek teknologi pada sumber daya manusia atau guru dan staff ditempat beliau
bertugas, sehingga banyak sekali pekerjaan-pekerjaan yang tidak berjalan sesuai
ketentuan dan terjadi double job pada beberapa guru dan staff. Apalagi di masa
pandemi seperti ini yang mengharuskan sekolah untuk memiliki tenaga yang
kualitas literasi teknologi nya baik. Dengan kekurangan sumber daya manusia yang
melek teknologi narasumber menjadi kesulitan dalam mendelegasikan tugas-tugas
yang berkaitan dengan teknologi. Tidak hanya itu, kendala yang dialami oleh
narasumber ketika pandemi ini melanda adalah masih kurangnya sarana dan
prasana untuk menunjang pembelajaran dimasa pandemi ini.

Menurut narasumber dinamika kepemimpinan yang dialami oleh beliau


adalah ketika awal menjadi kepala sekolah beliau memiliki tujuan untuk
memperbaiki sarana prasarana pada tempat beliau bertugas dengan mengarahkan
semua sumber daya yang ada disekolah tersebut. mulai dari memaksimalkan dana
yang diterima oleh sekolah, melengkapi segala administrasi sekolah dan
27

meningkatkan sumber daya manusia yang ada disekolah tersebut. untuk mencapai
tujuan tersebut beliau memimpin sekolah dengan cukup tegas namun tetap santai
agar dapat memberikan kenyamana pada seluruh sumber daya yang ada disekolah
tersebut.
Kemudian beliau pindah tugas kesekolah gemuk karena posisinya yang
strategis. Kepemimpinan beliau saat bertugas disekolah tersebut lebih tegas dari
sekolah sebelumnya karena tujuan yang ingin dicapain lebih banyak dari sekolah
sebelumnya dan juga terdapat beberapa guru dan staff yang sulit untuk diatur
sehingga beliau memberikan penegasan. Lalu, beliau pindah tugas lagi kesekolah
yang ada dipinggiran sehingga tidak terlalu disorot. Kepemimpinan beliau pada
sekolah ini cukup santai dan tidak terlalu tegas. Namun tetap ada penegasan hanya
saja dalam beberapa kesempatan saja.
Menurut narasumber para guru dan staff sudah memiliki pemahaman
mengenai kepemimpinan dalam kegiatan belajar mengajar karena kebanyakanguru
dan staff di sekolah tersebut sudah senior dan memiliki masa kerja yang lama.
Namun dalam prakteknya masih banyak yang tidak konsisten dalam menerapkan
kepempimpinan tersebut. seperti guru-guru yang masih kurang dalamme-manage
kelas sehingga tidak jarang kegiatan belajar mengajar kurang maksimal apalagi
ketika pembelajaran online seperti saat ini.
3.1.5.2 Hasil Wawancara dan Observasi di SMP Negeri 1 Kadipaten
SMP Negeri 1 Kadipaten merupakan SMP yang cukup terkenal di wilayah
tataran Kabupaten Majalengka. SMP ini terletak di Kadipaten, Kec. Kadipaten,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat 45452. Banyak prestasi yang sudah di cetak
oleh SMP ini dalam berbagai bidang perlombaan seperti tennis meja, volly dan
lomba cerdas cermat. Banyak orang yang tahu bagaimana SMP ini terus ada dalam
memperbaiki sistemnya sehingga banyak orang tua yang ingin menyekolahkan para
anaknya di SMP Negeri 1 Kadipaten. Lingkungannya pun ramah anak serta
menjunjung tinggi nilai disiplin dan tanggung jawab.
SMP Negeri 1 Kadipaten banyak berkolaborasi dengan lingkungan sekitar
untuk menciptakan sekolah yang bisa diterima masyarakat dengan menjunjung
28

tinggi etika dan hukum. Etika dan hukum itu bukan hanya harus dimiliki oleh
siswanya saja, namun para tenaga pendidik nya pun turut ikut andil dalam
penyempurnaan etika dan hukum yang telah dibuat. Berkaitan dengan ramah anak
tentunya bukan semata- mata hanya membiarkan anak-anak ketika membuat
kesalahan namun bagaimana para guru dan seluruh warga sekolah menerapkan
sistem kepemimpinan bukan hanya secara teori dan luas namun secara mengerucut
seperti dapat memimpin diri sendiri untuk menjadi yang lebih baik lagi.
Penerapan manajemen kepemimpinan berbasis sekolah di SMP Negeri 1
Kadipaten ini tentunya berlaku untuk menyerap perubahan zaman. Dengan adanya
perubahan manajemen dari sentralistik kepada desentralistik, SMP Negeri 1
Kdipatem diharapkan mampu secara mandiri menentukan sendiri adab dan
kebijakan dalam pengelolaan lembaganya masing-masing. Dari sini, SMP Negeri
1 Kadipaten tertuntut untuk saling berpacu meningkatkan mutu pendidikan
berdasarkan kepada ciri atau karakter sekolah dan lingkungannya serta kemampuan
yang ada.
Untuk tahun ajaran 2021/2022 sudah tersusun tanggung jawab dari setiap
pendidik, terkhusus kepala sekolah sampai wakil kepala sekolah sesuai dengan
bidangnya secara umum yaitu :
1. Kepala Sekolah : Karta Haerpudin, S.Pd.
2. Wakasek Kurikulum : Imanul Budi, S.Pd., M.M.
3. Wakasek Kesiswaan : H. Aceng Erawan, S.Pd.
4. Wakasek Humas : Karman, S.Pd.
Dengan latar belakang yang cukup baik maka saya memutuskan untuk
mengobservasi sekolah ini, berbekal pengetahauan dari dosen pengelolaan
pendidikan dan buku pengelolaan pendidikan serta surat izin observasi dari fakultas
saya besyukur ada beberapa guru kenalan saya yang menjadi tenaga pendidik disana
lalu saya membuat janji dengan kepala sekolah untuk berwawancara dan hasilnya
disetujui bahkan diterima dengan baik. Namun, karena terkendala waktu saya
mendapat izin dan perintah untuk melakukan wawancara dengan bapak Karman, S,
Pd. Sebagai wakasek humas yang memiliki kedekatan dan paling ikut terlibat
langsung dalam kegiatan dan
29

pemimplementasian kepemimpinan di SMP Negeri 1 Kadipaten. Beliau juga


kebetulan lulusan UPI sehingga beliau cukup berantusias untuk membantu tugas
saya sebagai narasumber dalam wawancara dan obervasi ini.
Sesi tanya jawab :
Beliau bernama bapak Karman, S. Pd. Yang menjabat menjadi wakasek
humas dengan amanah sebagai pengajar mata kuliah IPA. Latar belakang beliau
cukup menginpiratif bagi saya, karena beliau lulusan UPI dengan nilai kelulusan
yang cukup baik. Beilau juga pernah menjadi ketua PGRI kabupaten Majalengka
beberapa tahun lalu sehingnya sedikit banyaknya tahu mengenai konsep
kepemimpinan dalam pendidikan itu seperti apa.

Pemimpin adalah orang yang mengemban tugas dan tanggungjawab untuk


memimpin dan bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Dengan menjadi
seorang pemimpin berarti harus siap untuk pengayom. Artinya bukan hanya
memimpin tetapi juga ikut ambil bagian dalam menyejahterakan. Kepemimpinan
itu bukan hanya harus menjadikan orang dibawahnya mengikuti aturan yang dibuat
namun menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Sebagai contoh seorang guru akan
mengajarkan kepemimpinan dengan cara berkelompok atau membentukkelompok
belajar, selain mengajarkan kerja sama mereka juga dapat belajar dan
memposisikan dirinya menjadi pemimpin agar kegiatan kelompok belajar mereka
dapat mengerjakan tugas dengan baik dan benar.
Menurut pemahaman beliau kepemimpinan adalah proses memberikan
inspirasi kepada orang lain untuk bekerja keras mencapai pekerjaan yang penting.
Kepemimpinan membangun komitmen dan antusiasme bagi orang-orang untuk
melaksanakan bakat mereka untuk membantu mencapai rencana, pengawasan
sehingga memastikan segala sesuatu berjalan dengan baik. Dalam kegiatannya
bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi
bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Kepala sekolah dan guru merupakan sumber daya yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah yang mempunyai kompetensi tertentu dan dapat
30

menjalankan tugas serta perannya sebagai seorang pemimpin atau kepala sekolah.
Kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya harus memiliki inovasi dan
strategi dalam melaksanakan tugas dan perannya serta bertanggung jawab atas
kepemimpinannya tersebut.
Program yang dibuat dalam hal yang sederhana contohnya adanya tata tertib
gaya kepemimpinan tenaga pendidik di kelas dengan memimpim KBM sesuai
dengan target pencapaian kurikulum. Tanaga pendidik diharapkan memiliki gaya
kepemimpinan agar dapat memimpin suatu kelas dengan sifat yang tegas,
berpakaian rapih dan penyampain materi yang menarim dengan menjunjung nilai
frofesionalisme.
Lalu dibuatnya organisasi OSIS dan MPK (Majelis Perwakilan kelas)
sebagai lembaga pengawas dari OSIS. Menerapkan aturan dan tata tertib untuk
didiplin membuat para warga sekolah berusaha memimpin dirinya agar terus
mengikuti aturan dan menjadi yang lebih baik lagi.. Adanya sistem point yang
dimana jika point tersebut sudah melebihi batas tertentu maka akan adanya laporan
dan sanksi yang diberikan sesuai kesalahannya. Hal tersebut membuat adanya efek
jera yang membuat para siswa harus menggerakan dirinya,memimpin dirinya agar
mengikuti aturan. Pelanggarannya pun beragam bisa berasal dari pakian yang
kurang tepat, datang terlambat, make up berlebihan, bahkan tata krama yang tidak
sesuai etika.
Membuat ekstrakulikuler yang cukup beragam sesuai dengan kemampuan
agar para siswanya bisa mengetahu kemana potensi mereka tentunya didalamnya
ada organisasi yang membuat para siswa dapat memanfaatkan hal tersebut agar tau
bagaimana menjadi pemimpin sebuah organisasi.

Belajar dirumah secara virtual ternyata memiliki tantangan dan kendala


yang tidak mudah, karena tidak semua sektor pendidikan dapat dikerjakan dari
rumah.Dalam kondisi krisis, orang pertama yang dicari dan ditunggu suarannya
adalah sang pemimpin. Seseorang yang diharapkan tahu bagaimana mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untukmengajarkan dan menjelaskan bagaimana
pembelajaran yang akan dibuat. Jadi dari situasi pandemi seperti saat ini, bisa
menjadi kesempatan pembelajaran yang baik untuk para kepala sekolah dan guru
31

meningkatkan kompetensinya menangani kondisi-kondisi krisis yang sedang


terjadi.
Faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakkan orang-orang lain
untuk menjalankan kegiatan pendidikan adalah kepemimpinan (leadership). Sebab
implementasian kepemimpinan oleh guru yang menentukan arah dan tujuan
pembelajaran, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim pembelajaran yang
mendukung pelaksanaan proses pendidikan secara keseluruhan. Kesalahan dalam
kepemimpinan guru dapat mengakibatkan gagalnya organisasi dalam menjalankan
pembelajran yang sesuai target.
Sekarang SMP Negeri 1 Kadipaten menggunakan sistem ganjil genaksesuai
absen, yang dijadwalkan untuk bisa kesekolah belajar tatap muka langsung. Dalam
keadaan pandemi ini yang notabene para siswa belajar dirumah maka adanya tugas
dalam setiap pertemuan dirasa cukup tepat. Hal itu terjadi karena ketika siswa
berada dirumah saja dirinya sendiri yang menjadi kontrol selain orang tua dirumah.
Kontrol tersebut mengarahkan pada bagaimana siswa tersebut memimpin dirinya
sendiri untuk mengejakan tugas tepat waktu. Dan saat belajar dirumah adanya tugas
membantu para siswa seminimal mungkin bermain-main terlalu lama dan jauh
karena ada tugas yang harus mereka kerjakan.
Menurut bapak Karman guru memiliki peran penting dalam menyukseskan
pendidikan. Peran, fungsi, dan kedudukan guru belum bisa tergantikan, sekali pun
di era teknologi canggih sekarang ini. Namun begitu, agar kegiatan
pembelajarannya berjalan sukses, guru dituntut selalu bias beradaptasi dengan
perkembangan zaman. Karena, perkembangan zaman kerap memunculkan
perubahan. Guru harus tanggap dengan perubahan tersebut, sebab beda zaman
beda pula cara.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru sudah seharusnya mempersiapkan diri
secara maksimal. Bahkan, guru dituntut untuk terus melalukan inovasi dalam
menyambut perubahan kurikulum yang kerap terjadi di negeri ini.
Walaupun guru dan siswa tidak bisa bertemu secara langsung bukan berarti
proses pembelajaran harus berhenti. Pembelajaran harus tetap berjalan agar siswa
mendapatkan haknya memperoleh pengetahuan. Pembelajaran dalam hal ini
32

bisa dilakukan secara daring. Namun, pembelajaran daring ini bisa berjalan, jika
guru melek teknologi informasi, khususnya internet dan beberapa aplikasi
pembelajaran terkait. Media pembelajarannya bisa berupa smartphone maupun
laptop. Di era digital yang serba canggih ini, smartphone sudah menjadi kebutuhan
primer manusia.
Dalam pembelajaran ini, guru bisa menggunakan beberapa aplikasi yang
tersedia secara gratis. Diantaranya adalah aplikasi Edmodo, Google For Education,
Microsoft Office 365, dan beberapa platform penyedia pembelajaran daring yang
direkomendasikan oleh Kemendikbud. Sebut saja, Rumah Belajar, Zenius, Ruang
Guru, Kelas Pintar, Quipper School, Qisco Webex, dan lainnya. Dengan
menggunakan aplikasi ini, guru bisa menampilkan materi pelajaran, tugas harian
maupun penilaian yang ia bagikan. Materi pelajaran yang dibagikan bisa berupa
dokumen, power poin, maupun video pembelajaran. Materi tersebut bisa buatan
guru sendiri, bisa juga dengan mengunduhnya dari internet. Ambil contoh, untuk
video pembelajaran guru bisa mengunduh dari Youtube, membuat sendiri dengan
menggunakan aplikasi Screencast-O-Matic atau sumber lain. Siswa bisa mengakses
materi pelajaran melalui smartphone mereka. Mereka pun juga bisa membagikan
hasil kerjanya dan mengerjakan tes dengan smartphone miliknya.
Sementara itu, untuk keperluan tatap muka dengan siswa, guru bisa
melakukannya melalui teleconference, diantaranya dengan menggunakan aplikasi
Google Hangouts, Zoom Meetings, Jitsi Meet, Amazon Chime, dan lainnya. Guru
bisa langsung berkomunikasi dengan siswa sekelas dalam waktu yang sama. Jika
ada kendala dan siswa perlu bertanya langsung kepada guru, bisa menggunakan
Voice Call Whatshapp, Call Duo, atau Voice Note pada aplikasi Telegram. Dalam
pembelajaran ini, ketersediaan data internet menjadi faktor penting sebab
komunikasi dalam pembelajaran ini membutuhkan jaringan internet yang memadai.
Jika berbicara dinamika beliau menegaskan memang banyak sekali
perubahan yang terjadi salah satunya tentang aturan yang digunakan karena
terkadsng kepala sekolah berganti maka berganti pula kebijakan. Namun pada
intinya dinamika itu bisa dijadikan cara agar sekolah ini lebih baik lagi.
33

Namun dilihat dari perkembangan zaman tentunya segala bentuk


pembelajaran dan semua kegiatan itu disesuaikan dengan perkembangan zaman.
SMP Negeri 1 ini cuku tanggap dengan perubahan zaman dan memanfaatkan media
sosial dalam pembelajaran, bisa saya katakan kepemimpinan ini oleh kepala
sekolah yang sedang menjabat sangat baik dan berjalan dinamis.
Untuk dapat melaksanakan perannya, kepala sekolah dan guru harus
memiliki kecerdasan mengembangkan sembilan ke cerdasan kepemimpinan
pendidikan: ke cerdasan etika, spiritual, kontekstual, ope rasional, emosional,
kolegial, reflektif, pe dagogik, dan sistematik.

Jika berbicara tantangan tentulah ada baik dari sekolah, kepala sekolah,
siswa bahkan orang tua siswa. Namun belum ada tantangan yang signifikan karena
kami tim SMP Negeri 1 Kadipaten selalu bekerja sama dalam hal ini. Apalagi di
masa pandemi kami seluruh tenaga pendidik tidak bisa mengontrol secara langsung
karena keadaan kami yang berjauhan hanya virtual. Tantangan lainnya seperti
penggunaan media sosial yang cukup bebas menjadi tantangan bagi kami sebagai
kontrol agar siswa bijak apalagi di umur yang labil 11-15 tahun mudah termakan
berita tidak benar.
Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang
berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
perannya sangat penting untuk membantu guru dan muridnya. Didalam
kepemimpinnya kepala harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan seorang kepala sekolah harus
mampu meningkatkan kinerja para guru atau bawahannya. Dan begitupun guru
sebagai tenaga pendidik untuk meningkatkan kinerja siswanya Banyak faktoryang
dapat mempengaruhi kinerja sesorang, sebagai pemimpin sekolah harus mampu
memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk
melaksanakan tugasnya secara efektif sehingga kinerja mereka akan lebih baik.
34

Menurut beliau hal yang perlu direfleksikan oleh para pengelola lembaga
pendidikan khususnya kepala sekolah adalah fokus pelayanan masyarakat. Kepala
sekolah mengembangkan pendekatan partisipatif dengan memberi kesempatan
seluas-luasnya untuk ikut “urun rembug”masalah pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan tidak pernah lepas dari pengaruh pemimpin dalam memberikan
motivasi pada bawahan dan berpikir visioner. Kepala sekolah menggunakan
"pendekatan sistem" sebagai dasar cara berpikir, cara mengelola, dan cara
menganalisis kehidupan sekolah.
Kepala sekolah kami dan seluruh tenaga pendidik SMP Negeri 1 Kadipaten
sebagai pemimpin puncak di tingkat sekolah dan kelas harus mampu melihat
dimensi kerja sama antar berbagai pihak yang ditata ke dalam teamwork dengan
dilandasi oleh rasa kepercayaan yang tinggi. Selanjutnya kepala sekolah harus
mampu memanfaatkan kekompakkan team work tersebut secara optimal untuk
senantiasa memperbaiki serta meningkatkan mutu sekolahnya. Interaksi di semua
pihak senantiasa diarahkan pada tercapainya kepuasan mereka atas layanan yang
diberikan oleh masing-masing pihak.
3.1.5.3 Hasil Wawancara dan Observasi di SMA Negeri 2 Kota Cirebon
Drs. Dulkodir merupakan salah satu guru dari SMA Negeri 2 Kota Cirebon, yang
mengampu mata pelajaran Sejarah. Pak Dulkodir atau yang kerap di sapa Pak Dul
ini sudah mengabdikan dirinya di SMA 2 sejak 30 tahun lamanya dan akanpensiun
di beberapa tahun kedepan. Kepala sekolah di SMA Negeri 2 Cirebon sekarang
ialah Dr. Nendi S.Pd, M.M. Pak Nendi ini merupakan Kepala sekolah yang dan
terdapat 4 bidang yang melengkapi dari kepala sekolah,
1. Bidang Kurikulum: Ibu Tuty Suprapti, S.Pd.
2. Bidang Humas: Bapak Aris Hendaris, S.Pd.
3. Bidang Sarana dan prasarana: Bapak Abdul Muin, S.Ag., M.Pd.I.
4. Kesiswaan: Bapak Deddy Setiawan, S.Pd.
Dan terdapat satu bidang yang membedakan SMA 2 dengan SMA lainnya di Kota
Cirebon yaitu terdapat satu bidang peningkatan mutu (memacu peningkatan
prestasi) diluar struktur dari organisasi Kemendikbud yang di pegang oleh Bapak
Yuni Susanto, S.Pd., M.Pd.
35

Saat ini SMA Negeri 2 Kota Cirebon sedang melakukan uji coba, untuk
mendapatkan proses pembelajaran yang ideal diterapkan. Karena seluruh SMA di
Kota Cirebon baru menerapkan uji coba, ini dikarenakan Walikota Cirebon masih
mempertimbangkan dan melihat apakah terjadi lonjakan covid. Jika terjadi
pembelajaran tatap muka akan diperkirakan masing-masing kelas hanya berisi 20
orang siswa dan dengan prokes yang ketat.
Pemimpin adalah orang yang dituakan dan diberi kepercayaan, jadi belum
tentu orang yang akan dipimpinnya lebih tua dari yang memimpin. Tetapi karena
sudah dituakan dalam arti dihormati maka beliau lah yang memberikan instruksi
atau perintah kepada bawahannya. Maka dalam kepemimpinan pendidikan di
Smanda ini adalah kepala sekolah yang diberikan tugas dan amanat dari
Kemendikbud melalui Dinas Pendidikan. Dapat pula dikatakan bahwa
kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki
seseorang untuk dapat mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan,
mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri
para guru, staff dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing demi
kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
Untuk aturan yang dibuat seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah
dan yang memimpin jalannya kegiatan disekolah tentu banyak sekali, karenasetiap
guru yang memimpin mempunyai bagiannya masing-masing. Seperti halnya
bagian kesiswaan mempunyai tata tertib yang disepakati bersama dan di sahkan
oleh kepala sekolah. Seluruh guru dan staff mempunyai aturan seperti dalam
berpakaian, bersikap, memberikan tauladan yang baik, dapat merangkul seluruh
siswa, dan menjauhi kekerasan.
Aturan yang dibuat untuk siswa pun sangat beragam, dimana aturan yang
telah dibuat di pajang di setiap kelas dan lingkungan sekolah sebagai pengingat dari
tata tertib. Sebagai contoh, Smanda sedari berdirinya mempunyai Dewan
Keamanan atau DK dimana DK ini berasal dari siswa Organisasi OSIS yang
36

selalu berjaga saat pagi untuk mengecek atribut dan kelengkapan siswa dari mulai
cara berpakaian, sikap, kerapihan rambut dan juga tidak boleh
menggunakan/membawa make up. Bukan hanya dari siswa, DK juga terdapat
beberapa guru sebagai Bidang Kesiswaan yang setiap pagi berdiri di gerbang
sekolah dan selalu menyambut ramah para siswa yang datang. Aturan yang
diterapkan di Smanda ini menggunakan poin, dimana jika sudah mencapai
maksimal akan dikenai sanksi dan peringatan terlebih dahulu sebelum
ditindaklanjut lebih jauh.
Setiap guru mempunyai peran dan kewajiban untuk memimpin para
siswanya agar tertib dan teratur dengan dilandasi sebuah peraturan yang sudah
dibuat di sekolahnya. Biasanya saat proses belajat mengajar, guru melakukan
pengkondisian terlebih dahulu untuk mengetahui kesiapan siswa untuk belajar.
Pengecekan pun biasanya dilakukan setiap satu minggu sekali dan tidak tentu
harinya. Pengecekan ini dilakukan oleh Bidang Kesiswaan dan anggota OSIS,
dimana mengecek apakah terdapat benda terlarang atau benda yang sudah dilarang.
Namun kegiatan itu hanya dapat dilakukan secara offline, untuk online saat ini guru
hanya dapat melihat kesiapan dan kerapihan siswa saat di depan layar. Selain
pengecekan atribut, aturan yang wajib adalah tingkat kedisiplinan, apalagi saat
daring seperti sekarang siswa cenderung kurang memperhatikan peraturan.
Peraturan yang paling sering dilanggar seperti rambut, ataupun tidak menyalakan
kamera. Namun guru hanya dapat menegur dan jika sudah melebihi batas lalu tidak
ada perubahan, langkah selanjutnya yaitu pemberian sanksi. Adanya sanksi di
sekolah itu sebagai pengingat siswa bahwa terdapat aturan yang harus ditaati. Maka
dimasing-masing sekolah terdapat Guru Bimbingan dan Konseling, dimana ini
merupakan bagian dari sekelompok orang yang diamanahi oleh Kepala Sekolah
untuk mewadahi siswa khususnya yang bermasalah.
Saat daring seperti sekarang Smanda menerapkan bimbingan konseling
setiap satu bulan sekali, dimana ini ditujukan untuk mengetahui permasalahanatau
kesulitan yang dialami siswa. Tentu dilakukan melalui tatap maya yaitu Zoom
meeting, melihat apakah siswa mempunyai keluhan seperti metode
37

pembelajaran, strategi pengajaran atau mempunyai kesulitan pada device dan


internet.
Salah satu contoh peraturan yang diterapkan Pak Dul saat mengajar online
yaitu harus menyalakan kamera dan berusaha untuk mendapatkan sinyal yang baik.
Menurut beliau, guru sebagai kunci utama keberhasilan siswa maka beliau ingin
semua siswanya dapat menerima pembelajaran dengan baik. Beliau selalu
mengkondisikan siswanya sebelum memulai pembelajaran, seperti selalu melihat
apakah siswanya itu sedang mengobrol atau sibuk dengan urusannya sendiri.
Langkah yang diambil beliau yaitu menghentikan sejenak pembelajaran dan diberi
waktu 3 menit untuk siswa yang mempunyai kepentingan. Aturan ini cukup efektif,
dimana siswa akan berfikir mereka membuang waktu pembelajaran dan merugikan
siswa lain yang siap belajar.
Karena seluruh jenjang SMA ini belum diperbolehkan melakukan
pembelajaran tatap muka karena baru sampai tahap uji coba, aturan yang sudah
dibuat cukup sulit untuk diaplikasikan dimasa pandemi. Namun, kepala sekolah
beserta guru mempunyai kesepakatan beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh
siswa. Seperti, tidak boleh telat memasuki room zoom, mengerjakan tugas tepat
waktu karena terdapat batas waktu dan tidak mentoleransi keterlambatan, dan selalu
rapih saat pembelajaran berlangsung. Hal ini cukup efektif di terapkan di SMA
Negeri 2 Cirebon, siswa menjadi lebih sigap dalam mengerjakan tugas, lebih aktif
dan kreatif, lalu disiplin dalam hal waktu. Namun memang masih banyak pula siswa
yang melanggar aturan dari sekolah. Karena peran guru akan dirasa itu ketika ada
interaksi secara langsung untuk membentuk karakter, jika tatap maya seperti
sekarang, guru tidak dapat memberikan peringatan secara langsung karena adanya
jejak digital.

Karena setiap manusia itu pasti bergeak dinamis dan mempunyaiperubahan,


sehingga ketika guru mengajar atau memimpin di kelas itu tergantung dari
bagaimana siswa merepon. Karena belum tentu yang di sampaikan di satu kelas
dengan kelas lainnya itu tersampaikan atau bisa di terima oleh seluruh
38

siswa. Bukan hanya memikirkan bagaimana guru melakukan perubahan, karena


siswa pun semakin perkembangan generasi akan berbeda pula dengan generasi
sebelumnya. Hal ini menjadi sangat penting ketika guru memahami karakter dan
metode belajar siswa, karena guru yang ideal itu dapat melihat karakter siswanya
seperti apa, sehingga guru dapat menyimpulkan metode pengajaran yang
seharusnya diterapkan kepada siswa tersebut. Begitupun sebaliknya, perubahan
dianggap tidak penting ketika guru tersebut acuh terhadap perkembangan siswanya.
Maka, perubahan yang dilakukan oleh setiap guru itu adalah metode
pembelajarannya, untuk materi yang disampaikan itu sama, yang membedakan
adalah bagaiamana penerapan strategi pembelajaran yang tepat sasaran. Karena
seorang guru atau pemimpin itu perlu mempunyai seni untuk memimpin, jika beliau
gambarkan “guru atau pemimpin mempunyai seni seperti bermain layang- layang”
ada kalanya kita menarik benang agar layang-layang tersebut dapat bergerak
teratur, seimbang dan tidak sampai jatuh. Ada kalanya pula kita longgarkan benang
tersebut agar benang itu tidak putus atau lepas. Maka siswa ataupun komponen di
dalam sekolah akan merasa nyaman jika semuanya disesuaikan dengan porsi yang
seimbang.
Tantangan di masa pandemi bagi Kepala Sekolah yaitu sulit untuk
melakukan survey sekolah dengan rutin. Karena kepala sekolah SMA Negeri 2
masih mempunyai tanggung jawab menjadi kepala sekolah di SMA Negeri 1
Cirebon yang belum dipindah tugaskan. Selain itu untuk mengadakan rapat pun
cukup terhambat, dimana tentu guru senior sulit menyesuaikan dengan digitalisasi
saat ini. Dalam penyampaiannya pun kepala sekolah tidak bisa terjun langsung
melihat kinerja dari para guru ketika melakukan proses belajar mengajar. Kepala
sekolah juga sulit untuk menerka karakter setiap guru jika hanya dilihat melalui
layar. Sulit menyamaratakan kemampuan guru muda dan yang sudah senior,
dimana besar kemungkinan yang lebih menguasai teknologi dan metode
pembelajaran sesuai perkembangan itu dari guru muda. Ini menjadi tantangan
39

kepala sekolah untuk memberikan sosialisasi menyesuaikan penggunaan digital


sesuai perkembangan jaman.
Begitupun tantangan yang dialami oleh guru, jika proses pembelajaran
daring seperti sekarang terus berlanjut maka yang terjadi adalah peran guru dapat
di gantikan oleh mesin. Esensi dari proses belajar mengajar akan semakin
berkurang jika ini berlanjut, karena guru tidak dapat menjangkau murid nya secara
langsung. Tantangan selanjutnya yang di hadapi oleh guru yaitu pembentukan
karakter, tidak jarang ketika sedang pembelajaran berlangsung siswa bermain hp,
telat memasuki room zoom, menonaktifkan kamera, atau bahkan mengikuti kelas
dengan berbaring dan makan. Tantangan ini lah yang sulit guru pecahkan, karena
guru tidak tahu apa saja yang sedang muridnya lakukan di balik layar. Dengan
karakter yang semakin memburuk, ini sangat menjadi tantangan bagi guru untuk
memberikan pengarahan dan di terima baik oleh seluruh siswa. Maka dengan
adanya pandemi saat ini cukup menghambat para guru untuk membentuk karakter
siswa.
Tujuan dari penelitian observasi yang dilaksanakan di tiga jenjang sekolah
yang berbeda ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahpengelolaan
pendidikan yang diampu oleh Dr. Diding Nurdin, M.Pd dan Ibu Siti Nuraeni M.Pd.
Serta untuk mendeskripsikan hasil observasi yang dilakukan. Tidak hanya itu, hasil
observasi juga dianalisis, dengan cara mewawancarai kepala sekolah atau guru
untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan makna kepemimpinan yang
dijalankan oleh kepala sekolah dan seorang guru serta mendefinisikan tipe
kepemimpinan apa yang di aplikasikan oleh masing-masing sekolah dan pertanyaan
lain-lain yang diajukan oleh kelompok kami. Metode yang kita ambil dalam
observasi kali ini adalah dengan menggunakan metode wawancara. Karena
wawancara sendiri merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif serta lebih efektif dan efisien.
Observasi yang pertama dilaksanakan oleh Imey Indayanti Ensar dan Dian
Rahmawati adalah di SD Negeri 1 Cibuntu berlangsung selama satu kali pertemuan,
observasi yang kedua dilaksanakan oleh Dewi Sri Wahyuni dan berlangsung
selama 2 kali pertemuan di SMP Negeri 1 Kadipaten, dan observasi
40

yang terakhir dilaksanakan oleh Cindy Sofianti di SMA Negeri 2 Kota Cirebon
berlangsung selama satu kali pertemuan. Dari hasil observasi ketiga jenjang sekolah
tersebut terdapat banyak sekali perbedaan. dari jenjang sekolah saja sudah terlihat
beda, kemudian lingkungan, guru, siswa, dan lain sebagainya.
Dari ketiga sekolah ini dapat kita lihat perbedaan pendapat antara masing-
masing narasumber terhadap pemahamannya dan maknanya kepemimpinan yang
mereka jalankan. Pada umumnya pemimpin itu adalah individu yang berusaha
mempengaruhi orang lain tanpa menggunakan bentuk paksaan untuk menstruktur
aktivitas-aktvitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau
organisasi melalui proses komunikasi yang diarahkan guna mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan kepemimpinan itu pada dasarnya merupakan sumbangan dari
seseorang di dalam situasi-situasi kerjasama dimana pemimpin menggerakkan,
mempengaruhi, dan membimbing orang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan
organisasi. Dapat pula dikatakan bahwa kepemimpinan pendidikan merupakan
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi,
menggerakkan, dan mengarahkan, mendorong timbulnya kemauan yang kuat
dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staff dan siswa dalam
melaksanakan tugas masing-masing demi kemajuan dan memberikan inspirasi
sekolah dalam mencapai tujuan. Dengan menjadi seorang pemimpin berarti harus
siap untuk pengayom. Artinya bukan hanya memimpin tetapi juga ikut ambil bagian
dalam menyejahterakan. Kepemimpinan itu bukan hanya harus menjadikan orang
dibawahnya mengikuti aturan yang dibuat namun menjadi pemimpin bagi dirinya
sendiri. Sebagai contoh seorang guru akan mengajarkan kepemimpinan dengan cara
berkelompok atau membentuk kelompok belajar, selain mengajarkan kerja sama
mereka juga dapat belajar dan memposisikan dirinya menjadi pemimpin agar
kegiatan kelompok belajar mereka dapatmengerjakan tugas dengan baik dan benar.
Tipe kepemimpinan antara ketiga jenjang sekolah tersebut pada umumnya
menggunakan tipe demokratis. Dimana kepemimpinan tipe demokratis itu sendiri
merupakan tipe yang mempromosikan partisipasi anggota dalam proses
pengambilan keputusan. Tipe kepemimpinan demokratis itu mengedepankan
musyawarah dan harus bisa mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain.
41

Karena jika seorang guru mengambil sudut pandang dari kepemimpinan otoriter
akan membuat murid nya itu merasa tertekan. Dapat dilihat bahwa ketiga sekolah
tersebut memiliki persamaan dalam hal tipe kepemimpinan. Tetapi terdapat
beberapa perbedaan antara ketiga sekolah tersebut, karena jenjang sekolah yang
begitu terlihat jelas. Seperti di SMA Negeri 2 Kota Cirebon sampai saat ini masih
belum diadakan sekolah untuk tatap muka, karena belum adanya perijinan dari wali
Kota Cirebon atau masih mempertimbangkan jika diadakannya sekolah tatap muka
karena takutnya akan ada lonjakan yang terjadi terhadap covid. Sedangkan di SD
Negeri 1 Cibuntu dan SMP Negeri 1 Kadipaten sudah diadakan sekolah tatap muka
walaupun yang di perbolehkan untuk sekolah tatap muka hanya sebagian siswa saja
dan sebagiannya lagi daring atau tatap maya.
Di masa pandemi saat ini murid dan guru harus bisa bekerja sama untuk
menjalankan tugas dan kewajibannya dalam dunia pendidikan atau dalam belajar
mengajar. Karena walaupun guru tidak bisa mengajar secara langsung tetapi masih
ada alternatif lain yaitu dengan memanfaatkanteknologi. Walaupun banyak sekali
distraction atau gangguan dalam menjalani kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Karena di masa pandemi ini orang-orang di anjurkan untuk menjaga jarak dan
dibatasi agar tidak berkerumun. Tetapi dengan memanfaatkan teknologi yang ada
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Meskipun, pembelajaran tidak
berjalan efktif karena beberapa gangguan seperti gangguan sinyal, kuota, dan
sebagainya. Maka dari itu dengan menjalankan aturan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah diharapkan agar pandemi ini cepat berlalu dan agar sekolah- sekolah
sudah mulai bisa dibuka kembali.
BAB IV
KOMENTAR PEMAKALAH
Setelah kami melakukan observasi di tiga jenjang sekolah yaitu SD, SMP,
dan SMA ternyata terdapat perbedaan di setiap jenjangnya. Perbedaan yang
mencolok dapat dilihat dari fasilitas yang diberikan. Seperti halnya dari jenjang SD
ke SMP dan SMA tentu berbeda, dimana SMP dan SMA lebih cenderung
mencondongkan fasilitas untuk mewadahi prestasi siswa dan fasilitas ini dapat
dikatakan lengkap karena siswa sudah dapat melihat minat dan bakatnya. Karena
masing-masing sekolah dan di setiap jenjang mempunyai pemimpin dan strategi
kepemimpinan yang berbeda, dimana disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, peran pemimpin dalam bidang
pendidikan sangat berpengaruh untuk mewujudkan tujuannya. Pemimpin dalam
bidang pendidikan, terdiri dari kepala satuan pendidikan dari tingkat pendidikan
pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan
tinggi.kepala sekolah sebagai pemimpin dalam bidang pendidikan harus memahami
konsep dasar kepemimpinann pendidikan yang terdiri dari: prinsip- prinsip, fungsi,
jenis-jenis kepemimpinan, syarat-syarat kepribadian, keterampilan-keterampilan
yang diperlukan (komunikasi, pengambilan keputusan, pengelolaan konflik), faktor-
faktor yang mempengaruhi, dan orientasi kepemimpinan pendidikan.
Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan, memiliki tugas
melaksanakan, dan mengawasi aktivitas sekolah dengan menyusun tujuan,
memelihara kedisiplinan dan mengevaluasi pembelajaran yang dicapai. Pada saat
ini kepala sekolah didorong untuk menjadi pemimpin yang memudahkan personil
sekolah dengan membangun kerjasama, menciptakan jaringan kerja dan mengatur
semua komponen sekolah dengan komunikasi yang baik. Di samping itu, kepala
sekolah merupakan agen berbagai komponen. Salah satu dari komponen tersebut
adalah Negara. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan dan haluan negara dalam mengupayakan pendidikan paling baik bagi
anak-anak sekolah. Walaupun begitu, kepala sekolah bukanlah robot yang tidak
berpikir, melainkan anggota komunitas pendidik. Komunitas tersebut harus

42
43

berpartisipasi aktif mendiskusikan berbagai kebijakan sebelum hal itu ditentukan


oleh negara. para kepala sekolah perlu terus menerus mengikuti perkembangan
prakarsa kebijakan yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah.
Saat dilakukan wawancara, untuk jenjang SD dan SMP menyatakan bahwa
pembelajaran di masa pandemi sudah mulai berlangsung, maka kepala sekolah
beserta staff dan guru dapat menerapkan lagi tujuan dan peraturan yang sudah
dibuat sebelumnya namun masih belum efektif. Sedangkan di jenjang SMA belum
berlangsungnya sekolah tatap muka, baru sampai tahap uji coba kelayakan
pembelajaran tatap muka yang nantinya akan di simpulkan apakah sudah efektif
atau belum. Pada jenjang SMA di Kota Cirebon seluruhnya belum melakukan
pembelajaran tatap muka, karena Walikota dari Cirebon sendiri masih menganalisis
dampak yang akan terjadi kedepannya. Hal ini menjadi kendala bagi kepala sekolah
dalam menerapkan kepemimpinannya. Kendala yang dihadapi yaitu sulitnya
mengadakan pertemuan secara untuh untuk rapat dan evaluasi hasil kerja yang
dilakukan staff dan guru khususnya sebagai pemimpin di kelas. Kepala sekolah sulit
menganalisis secara langsung karakter guru dan proses belajar mengajar yang
dilakukan karena terbatasnya ruang dan waktu. Kami sebagaicalon pendidik pun
sudah dapat menilai bahwa implementasi kepemimpinan pendidikan tidaklah
efektif dilakukan selama pandemi, karena sulit melihat karakter dari guru maupun
siswanya.
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa sesuai dengan makalah “Implikasi Pengelolaan Kepemimpinan Pendidikan
Pada Tiga Jenjang Sekolah” penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan itu
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, menggerakan, mengarahkan, dan dapat memaksa orang atau kelompok
agar menerima pengaruh yang diberikan dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Pemimpin pada
hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam
kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan dan dipatuhi. Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe
kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan
otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe
kepemimpinan menurut bakat. Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga
ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga tipe antara lain : Otokratis,
Demokratis, dan Laisezfaire.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ;
kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan
tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang
selanjutnya bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan
pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya. Tugas pemimpin dalam
kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari
keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-
benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi
kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan
khayalan. Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan
tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik

44
45

dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan


merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan
gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, harus mampu mengelola
sarana dan prasarana pendidikan, pelayanan khusus sekolah dan fasilitas-fasilitas
pendidikan lainnya sedemikian rupa sehingga guru-guru dan murid-murid
memperolah kepuasan dalam melaksanakan tugasnya. Lalu dalam implementasi
penertiban yang dilakukan oleh kepala sekolah yaitu dengan membuat kebijakan
dan peraturan yang ditujukan kepada staff, guru dan siswa wajib untuk dipatuhi.
Peraturan yang ditegakkan tentu berbeda, sebagai guru harus menjadi role model
bagi siswanya dan siswa harus mematuhi semua peraturan dan arahan dari gurunya.
Guru merupakan pemimpin di kelas yang berinteraksi dengan siswa, maka
implementasi peraturan yang sudah dibuat dapat diingatkan kembali oleh guru agar
tidak ada siswa yang melanggar. Selain siswa, evaluasi penertiban guru dapat
dilakukan secara langsung oleh kepala sekolah melalui rapat maupun hari dimana
evaluasi dan sharing berlangsung. Sebagai pemimpin sekolah yang baik, kepala
sekolah harus adil dan tegas dalam membuat keputusan, agar tidak adayang
merasa peraturan hanya dicondongkan ke satu pihak.
Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala Sekolah bertanggungjawab atas
pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan, ia harus mampu membantu
guru-guru mengenal kebutuhan masyarakat, membantu guru membina kurikulum
sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Ia harus mampu
menstikulir guru-guru untuk mengembangkan metode dan prosedur pengajaran. Ia
harus mampu membantu guru-guru mengevaluasi program pendidikan dan hasil
belajar murid, ia harus mampu juga menilai sifat dan kemampuan guru, sehingga
Kepala Sekolah dapat membantu meningkatkan kemampuan guru. Untuk dapat
melaksanakan tanggungjawab tersebut di atas, kepala sekolah harus memiliki
pendidikan dan pengalaman yang diperlukan bagi seorang pemimpin pendidikan.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan diatas, untuk mengetahui kepemimpinan
pendidikan yang dilakukan kepala sekolah, serta kinerja mengajar guru sebagai
46

pemimpin dikelas pada tiga jenjang sekolah. Berikut adalah saran yangdiharapkan
dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi pihak terkait:
1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan
dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya dalam mempengaruhi para
bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para
pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para
bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang
pemimpin. Walaupun pandemi hadir hingga sekarang, diperlukan selalu
pertemuan dengan para guru dan staff sebagai elemen di sekolah untuk rapat
maupun sharing.
4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin
menjalin suatu hubungan kerjasama yang saling mendukung untuk
tercapainya tujuan organisasi atau instnasi.
Dari banyaknya informasi yang diberikan dalam makalah ini dapat
menjadikan makalah ini sebagai sumber rujukan dari sebuah penelitian. Selain itu,
contoh studi kasus yang dilampirkan dalam makalah ini dapat menjadi referensi bai
sebuah kegiatan lapangan yang dilakukan untuk menguji hipotesa.
Penggambaran informasi yang masih umum dalam makalah ini merupakan
salah satu hal yang dapat menjadi kelebihan atau kekurangan. Jika hal ini menjadi
sebuah kelebihan, kiranya makalah ini dapat dijadikan sebuah referensi bagi sebuah
penelitian. Jika hal tersebut menjadi sebuah kekurangan, kiranya dapat dilakukan
penyempurnaan melalui berbagai metode agar dapat lebih memberikan dampak
yang positif bagi para pembacanya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng. (2010). Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Sekolah. Diterima April 15,
2020 pukul 15.15

Dari https://rahaj3n9.wordpress.com/2010/01/09/manajemen-
kepemimpinan-pendidikan-di-sekolah/
Achmad Sanusi. (1991). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikan. Jakarta :Depdikbud IKIP Bandung.
Burhanuddin, A. (2013, Desember 31). Teori-Teori Kepemimpinan Pendidikan. p.
1. di akses melalui [Online]
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/31/teori-teori-
kepemimpinan-pendidikan/

Burhanuddin.1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Blake, R.R., & Mouston, J.S.. 1964. The Managerial Grid. Houston, TX: Gulf

Publishing Company.

Blake, R.R., & Mouston, J.S.. 1978. The New Managerial Grid. Houston, TX:
Gulf Publishing Company.

Blake, R.R., & Mouston, J.S.. 1985. The Managerial Grid III. Houston.
Houston,TX: Gulf Publishing Company.

Dr. Aspizain Chaniago, S. M. (2017). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta


Pusat: Lentera Ilmu Cendekia.

Gaffar. MFakry cs. (1996). Kajian Kebutuhan Tenaga Pengelola


Kependidikan Lulusan Program S-1 Administrasi Pendidikan Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan di Jawa Barat . Laporan Penelitian.
Bandung : FIP IKIP Bandung

Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. ( 1988 ). Management of Organization


Behaviour: Utilizing Human Resources. New Jersey : Englewood Clifs
Prentice Hall

48
49

Kartono, Kartini, 1986, Pangantar Metodologi Riset Sosial, Bandung :

Alumni.
Kurniawan, A. (2016). Jurnal Manajemen,. ANALISIS DESKRIPTIF KEPEMIMPINAN
MANAGERIAL, Vol. 15, No.2, Mei 2016. https://media.neliti.com/media/publications/115485-ID-
analisis-deskriptif-kepemimpinan manager.pdf

Pujaastawa, I. B. (2016). TEKNIK WAWANCARA DAN OBSERVASI.


TEKNIK WAWANCARA DAN OBSERVASI, 8-9. Di akses melalui [Online]
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/8fe233c13f4addf4
cee15c68d038aeb7.pdf
Purwanto, Ngalim, 1993. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Rohmah, A. (2015, Mei 20). Observasi dan Wawancara: Pengumpulan data
Kualitatif dengan Metode yang Pertama. di akses melalui [Online]
HYPERLINK
https://www.kompasiana.com/ina.rohmah/555b6e2db67e61ed0b23fdd9/ob
servasi-dan-wawancara-pengumpulan-data-kualitatif-dengan-metode-
yang-pertama

Siagian, P. Sondang. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta :


Bumi Aksara.

Sofyandi, Herman; Garniwa, Iwa. ( 2007 ). Perilaku Organisasi. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Sondang P. Siagian. ( 2003 ). Teori dan Praktik Kepemimpinan (cetakan kelima).


Jakarta : Rineka Cipta

Thaha, Besse Tenri Batari. 2011. Konsep Dasar Mengenai


Pengertian Kepemimpinan Pendidikan. Diterima November 15, 2013
pukul 15.00.Dari http://bessetenri.blogspot.com/2011/09/konsep-dasar-mengenai-
pengertian.html

Yatik. 2011. Konsep dan Prinsip Kepemimpinan dalam Pendidikan. DiterimaApril


20, 2020 pukul 15.12.
Dari http://yatik-kepemimpinandalampendidikan.blogspot.com/
CV PEMAKALAH
50
51
52
53
LAMPIRAN-LAMPIRAN

54
Daftar Lampiran

1. Surat Permohonan Izin dari Fakultas


a. SD NEGERI 1 CIBUNTU
b. SMP NEGERI 1 KADIPATEN
c. SMA NEGERI 2 KOTA CIREBON
2. Surat Keterangan dari Sekolah (Sudah Observasi dan Wawancara)
a. SD NEGERI 1 CIBUNTU
b. SMP NEGERI 1 KADIPATEN
c. SMA NEGERI 2 KOTA CIREBON
3. Visi Misi dan Program Kerja Sekolah
a. SD NEGERI 1 CIBUNTU
b. SMP NEGERI 1
c. SMA NEGERI 2 KOTA CIREBON
4. Dokumentasi Observasi
a. SD NEGERI 1 CIBUNTU
b. SMP NEGERI 1 KADIPATEN
c. SMA NEGERI 2 KOTA CIREBON
5. Instrumen Wawancara
a. Apakah guru memahami betul makna kepemimpinan ?
b. Kolaborasi sekolah dalam membuat aturan untuk kepemimpinan
c. Pengimplementasi kepemimpinan oleh guru
d. Dampak dari kepemimpinan guru pada siswa di masa pandemi
e. Dinamika kepemimpinan
f. Tantangan dan manfaat dalam pengimplementasian
Surat Permohonan Izin
dari Fakultas
a Surat Permohonan Izin dari Fakultas untuk Observasi di SD Negeri 1
b Surat Permohonan Izin dari Fakultas untuk Observasi di SMP Negeri
1 Kadipaten
c Surat Permohonan Izin dari Fakultas untuk Observasi di SMA Negeri
2 Kota Cirebon
Surat Keterangan dari
Sekolah
a Surat Keterangan sudah melakukan Observasi dan Wawancara dari
SD Negeri 1 Cibuntu
b Surat Keterangan sudah melakukan Observasi dan Wawancara dari
SMP Negeri 1 Kadipaten
c Surat Keterangan sudah melakukan Observasi dan Wawancara dari
SMA Negeri 2 Kota Cirebon
Visi Misi dan Program
Kerja Sekolah
a Visi Misi dan Program Kerja SD Negeri 1 Cibuntu
b Visi Misi dan Program Kerja SMP Negeri 1 Kadipaten
c Visi Misi dan Program Kerja SMA Negeri 2 Kota Cirebon
Dokumentasi Observasi
a. Bukti Dokumentasi Observasi dan Wawancara
N
Bersama
2021-10-01 00:28:34
Pendidik di SD Negeri 1 Cibuntu, Pengamat: Imey
--------------------------------------------
Indayanti Ensar Keterangan dikasih
(2000472) dan Dian Rahmawati (2006120)pada setiap foto, sedanga
?
p
dengan siapa ?
b. Bukti Dokumentasi Observasi dan Wawancara Bersama
Pendidik di SMP Negeri 1 Kadipaten, Pengamat: Dewi
Sriwahyuni (200553)
Dokumentasi Pemaparan Kepala Sekolah Mengenai
Kepemimpinan Saat Upacara Hari Senin di SMP Negeri 1
Kadipaten
c. Bukti Dokumentasi Observasi dan Wawancara Bersama Pendidik
di SMA Negeri 2 Kota Cirebon, Pengamat: Cindy Sofianti

Anda mungkin juga menyukai