Disusun oleh:
Kelompok 1
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 5
2.1 Pengertian Kepemimpinan ....................................................................... 5
2.2 Gaya Kepemimpinan ................................................................................ 7
2.3 Kepemimpinan dalam Kinerja ................................................................ 10
2.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif ........................................ 15
2.4.1 Tugas, Peranan dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah......................... 15
ii
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 44
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 44
5.2 Saran ....................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48
CV PEMAKALAH.............................................................................................. 50
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 54
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi
pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke
Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al
Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi
Khalifah di muka Bumi”. Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas
bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpinyang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu.”
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan
suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan
tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengantujuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian kepemimpinan mencakupdistribusi kekuasaan
yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai
wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh,
dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang
harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling
berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu
hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki
kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki
kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat
tercapai secara maksimal.
Pendidikan adalah proses pengembangan individu secara utuh yang
mencakup aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor sehingga terbentuk pribadi yang
berpengetahuan, berkarakter, dan terampil. Kepemimpinan menurut Tead; Terry;
Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain
agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
1
2
hal ini diperlukan kepemimpinan pendidikan yang dapat mengelola sumber daya
yang ada di sekolah untuk pencapaian mutu. Dengan demikian sekolah sangat
diharapkan melakukan manajemennya melalui pemberdayaan sumber daya yang
ada.
Makalah ini membahas secara ringkas tentang pengelolaan dan kebijakan
pendidikan yang dikaitkan dengan salah satu delapan standar pendidikan yaitu
dibidang standar pengelolaan dengan tujuan untuk mencapai kepemimpinan dalam
manajemen pendidikan untuk pendidikan yang bermutu. Pemahaman awal
diharapkan dapat membantu guna memahami istilah-istilah dan teori umum tentang
kepemimpinan pendidikan untuk mengaplikasikan bidang standar pengelolaan.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan
sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu
sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat
manusia yang semakin besar jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar
kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan
kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut
tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara
optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang
selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin
yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. Pengelolaan
pendidikan oleh pemimpin diarahkan kepada pencapaian mutu pendidikan,
pengelolaan ini adalah salah satu ketentuan yang terdapat pada delapan standar
pendidikan nasional sesuai dengan PP. RI No.19 TAHUN 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Struktur organisasi dan kepemimpinan sekolah termasuk dimensi yangharus
diperkuat dengan perkembangan keterampilan kepala sekolah melalui panataan
manajemen dan kepemimpinan. Selain itu perlunya seleksi yang ketat dan layak
bagi seorang guru agar bisa diangkat untuk menduduki jabatan sebagai kepala
sekolah. Hal ini bertujuan sebagai proses pengembangan karier dan mendorong
kematangan staf dalam menjalankan kepemimpinan pendidikan di sekolahnya.
Setiap sekolah perlu menyesuaikan struktur organisasinya dalam
4
pelakasanaan setiap tugas perbaikan mutu sekolah, guru, dan karyawan yang
dimiliki, serta memperhatikan pula dukungan masyarakat di lingkungan sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan ?
2. Apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan?
3. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja?
4. Seperti apakah kepemimpinan kepala sekolah yang efektif?
1.3 Manfaat
1. Manambah wawasan dibidang kepemimpinan pengelolaan pendidikan
apalagi bagi kami mahasiswa yang jurusan pendiidkan dan berharap bisa
menjadi tenaga pendidik.
2. Menambah wawasan bagi para pembaca khususnya dibidang
kepemimpinan pengelolaan pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan
pembuatan keputusan (Miftah Toha, 1988:5). Pengertian tersebut menunjuk
bagaimana seorang pemimpin mampu menggunakan kewenangannya untuk
menggerakkan organisasi melalui keputusan yang dibuat. Pengertian yang lebih
populer menunjuk pada pola keharmonisan interaksi antara pimpinan dengan
bawahan sehingga kewenangan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
diimplementasikan dalam bentuk pembimbingan dan pengarahan terhadap
bawahan. Pola interaksi biasanya diawali dengan upaya mempengaruhi bawahan
agar mereka mau digerakkan sesuai dengan tujuan organisasi.
Kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang yang
menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku
orang lain terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa
sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi (Sondang P. Siagian, 1985: 24).
Menurut Burhanuddin (1994:63), kepemimpinan merupakan usaha yang
dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan untuk mempengaruhi,
mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin supaya
mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
Ngalim Purwanto (1993:26) berpendapat bahwa kepemimpinan sebagai
suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu,
biasanya melalui “human relations” dan motivasi yang tepat, sehingga mereka
tanpa adanya rasa takut mau bekerja sama dan membanting tulang untuk memahami
dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan Wiles
dan Bondi (1986:44) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “a power
relationship: the leader is percieved as having the right to prescribe behavior
patterns for other. Sources of power include referent power (liking), expert power,
coercive power and legitimate (authority) power”.
5
6
kepemimpinan dimaksudkan sebagai suatu cara berperilaku yang khas dan seorang
pemimpin terhadap para anggota kelompokya. Karena itu, gaya kepemimpinan
akan terbentuk oleh apa yang dipilih pemimpin untuk dikebijakan, kapan ia
mengerjakan, dan bagaimana cara ia bertindak.
Pendekatan tingkah laku lebih lanjut dikembangkan oleh para ahli kedalam
teori-teori kepemimpinan dua faktor, tiga faktor, dan empat faktor. Dalam
kepemimpinan dua faktor, Halpin dan Winer (1957) mengembangkan konsep
Leader Behaviour Description Questionnaire dan memisahkan kepemimpinan ke
dalam dua dimensi. Pertama, initiating structure yaitu hal-hal yang menujukkan
tingkah laku pemimpin dalam merancang hubungan antara dirinya dengan
kelompok kerja untuk memantapkan pola organisasi, jalur-jalur komunikasi, dan
prosedur kerja. Kedua, concideration yaitu tingkah laku pemimpin yang
berindikasi kepada adanya persahabatan, saling menghargai dan kehangatan
hubungan antara bawahan dengan atasan.
2.2 Gaya Kepemimpinan
Menurut Getzel dan Guba (1957) mengemukakan tiga gaya
kepemimpinan, yaitu normatif, personal, dan transaksional. Gaya normatif
menekankan dimensi tingka laku sosiologis ataudimensi tingkah laku institusi gaya
kepemimpinan personal lebih menekankan dimensi psikologis atau individu, dan
gaya kepemimpinan transaksional menekankan kepada salah satu dan dua gaya
kepemimpinan yang disebut lebih dahulu.
Jalan yang sangat memungkinkan untuk mencapai tujuan lebih terletak
pada struktur organisasi dari pada menggunakan orang tertentu. Kepemimpinan
gaya ini tidak lebih dari unsur teknis atau orang yang disediakan dengan
kemampuan tertentu. Bila dikaitkan dengan administrasi maka administrasi yang
baik ditandai oleh efektivitas organisasi yang lebih menonjol daripada efisiensi
waktu.
Dalam gaya kepemimpinan personal, kepemimpinan berorganisasi tetap
diindahkan. Asumsinya bahwa jalan terbaik untuk mewujudkan tujuan-tujuan
adalah lebih kepada keterlibatan individu daripada hanya mempercayakan kepada
struktur organisasi. Dengan demiikian, bukan efektivitas organisasi yang
8
garis tingkah laku yang dapat dijadikan acuan dalam mengukur dan meramalkan
perilaku yang baik bagi seorang pemimpin.
Dikutip dari Robert R. Blake dan Jane S. Mouton (Blake & Mounton,
1964, 1978, 1985) gaya kepemimpinan itu ada beberapa macam anatara lain sebagai
berikut :
sasaran (objectives), tujuan (goal) dan sepadan dengan kadar "input element" yang
dipergunakan maka diperlukan adanya suatu media atau alat, yaitu Administrasi
Pendidikan.
Dalam konteks demikian berarti administrasi pendidikan akan memadukan
berbagai fungsi potensial dan segenap sumber daya lain dan mengintegrasikan
sumber daya baik personal maupun material pendidikan melalui kegiatan
pengarahan. pengendalian dan pengolahan yang tepat. Senada dengan itu Chester
W Harris mengatakan "Educational administration is the process integrating the
effort of personal and of utilizing appropriate material, in such a way as to promote
effectively the development of human qualities promote effectively the development
of human qualities (1960:19)". Kemudian dipertegas oleh S. Nasution yang
mendefinisikan administrasi pendidikan sebagai suatu proses keseluruhan semua
kegiatan bersama dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas
yang tersedia baik personal material maupun spiritual untuk mencapai tujuan
pendidikan (1972: 245).
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya pendidikan itu sendiri melibatkan
berbagai proses atau fungsi dan administrasi pendidikan. Proses atau fungsi itu oleh
Engkoswara (1982) dibagi atas perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan
(pengawasan). Proses tersebut merupakan wilayah kerja administrasi pendidikan
terhadap sumber daya pendidikan yang terdiri atas manusia (murid, guru, karyawan
dan sebagainya), sumber belajar dan fasilitas pendidikan. Apabila digambarkan
maka wilayah kerja administrasi pendidikan (Engkoswara, 1987: 43) akan terlihat
seperti dibawah ini:
PR PL PNG
M S F M S F M S F
Perencanaan
Pelaksanaan
Pembinaan
Keterangan:
PR : Perencanaan
PL : Pelaksanaan
PNG : Pembinaan
M : Manusia (murid, guru, atasan, orang
tua siswa) S : Sumber Belajar
12
F : Fasilitas
P : Pendidikan
Dalam wilayah kerja administrasi pendidikan sudah jelas mengandung
kegiatan kepemimpinan, oleh karena perencanaan, pelaksanaan dan
pembinaan/pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi-fungsi manajemen
yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Bahkan secara tegas Walter S.
Monroe (dalam Soepandi, 1988: 62) mendefinisikan: “Education administration is
the direction, control and management of all matters pertaining to school aftairs,
including business administration, since all aspects of school affairs may be
considered a carried on for educational ends”. Istilah direction, control dan
management menurut definisi tersebut merupakan materi pokok dan administrasi
pendidikan, dan ketiga istilah itulah yang menunjukan adanya kegiatan
kepemimpinan dalam administrasi pendidikan.
Di antara sumber daya pendidikan yang ada, sumber daya manusia adalah
sumber daya yang utama. Sebagai sumber daya utama karena:
(1) sumber daya manusialah yang mampu mengerakkan atau menjadikan sumber
daya lainnya menjadi berfungsi bagi penyelenggaraan pendidikan.
(2) hanya sumber daya manusialah yang mempunyai kemampuan berpikir secara
rasional, sehingga dibutuhkan pengarahan ke arah pencapaian tujuan
pendidikan. Dengan demikian seorang administrator pendidikan dituntut
mampu menjalankan fungsi kepemimpinan pendidikan dengan baik ia harus
mampu mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan mengendalikan
perilaku para personal yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan agar
mereka mau dan mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara
lebih profesional sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
Sebagaimana telah kita pahami dan beberapa definisi tentang
kepemimpinan pada penjelasan sebelumnya, bahwa kepemimpinan pendidikan
bertujuan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan
pendidikan-pengajaran secara efektif dan efisien. Tujuan kepemimpinan lebih
merupakan kerangka ideal yang akan memberikan pedoman bagi setiap kegiatan
pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai. Untuk memungkinkan
13
profesional secara terus menerus. Selanjutnya Moh. Fakry Gaffar (1987: 126)
memberi rambu-rambu agar keseluruhan kegiatan manajemen sekolah yang
dipimpinnya digiring untuk menciptakan suatu situasi dimana anak dapat belajar
dengan lebih baik, dan dimana anak merasa bahwa sekolah adalah tempat yang baik
bagi mereka untuk belajar. Untuk mewujudkan tujuan ini menjadi kenyataan.
Kepala sekolah perlu mengubah orientasinya dengan menggiring keseluruhan
fungsi berbagai unsur sekolah menuju satu titik yaitu learning anak didik.
Top Administrator c h t
o u e
n m c
Asisten Superintendent c a h
e n n
p r i
Director of Instruction t e c
u l a
a a l
Supervisor
l t
Chairperson
21
22
oleh SMP ini dalam berbagai bidang perlombaan seperti tennis meja, volly dan
lomba cerdas cermat. Banyak orang yang tahu bagaimana SMP ini terus ada dalam
memperbaiki sistemnya sehingga banyak orang tua yang ingin menyekolahkan
para anaknya di SMP Negeri 1 Kadipaten. Lingkungannya pun ramah anak serta
menjunjung tinggi nilai disiplin dan tanggung jawab. Setelah mengetahui latar
belakang sekolah tersebut maka sekolah yang kedua yang akan di observasi oleh
kelompok kami adalah SMP Negeri 1 Kadipaten dan yang melakukan observasi
serta wawancara tersebut adalah Dewi Sri Wahyuni (2008853) mahasiswi
Universitas Pendidikan Indonesia. Dewi mewawancarisalah satu wakasek yang
ada di sekolah ini yaitu wakasek humas Bapak Karman,S.pd.
3.1.3.3 SMA Negeri 2 Kota Cirebon
SMA Negeri 2 Kota Cirebon terletak di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo
No.1, Pekiringan, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45131. Salah satu
SMA yang ada di kota Cirebon ini merupakan salah satu sekolah terfavorit.
Terdapat perbedaan antara SMA 2 dengan SMA lainnya di Kota Cirebon yaitu
terdapat satu bidang peningkatan mutu (memacu peningkatan prestasi) diluar
struktur dari organisasi Kemendikbud yang di pegang oleh Bapak Yuni Susanto,
S.Pd., M.Pd. Saat ini SMA Negeri 2 Kota Cirebon sedang melakukan uji coba,
untuk mendapatkan proses pembelajaran yang ideal diterapkan. Karena seluruh
SMA di Kota Cirebon baru menerapkan uji coba, ini dikarenakan Walikota
Cirebon masih mempertimbangkan dan melihat apakah terjadi lonjakan covid.
Orang yang melaksanakan observasi ke tempat yang ketiga ini adalah Cindy
Sofianti (2008994) mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia. Cindy
mewawancarai salah satu guru yang ada di SMA 2 yaitu guru sejarah Bapak Drs.
Dulkodir.
3.1.4 Alasan memilih metode wawancara
Alasan mengapa memilih metode wawancara sebagai metode penelitian
yang di ambil adalah karena metode wawancara merupakan metode yang paling
sering di lakukan dalam penelitian kualitatif serta lebih efisien dan efektif.
Wawancara sendiri merupakan teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlansung satu arah , artinya pertanyaan datang dari pihak
23
Nah, dalam hal ini beliau mengatakan bahwa sebagian besar yang ada di
lingkungan ikut berperan dalam menjalankan aturan yang sudah di tetapkan dari
pusat. Walaupun masih saja ada sebagian guru atau staf lainnya yang tidak
mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan oleh kemendikbud atau aturan yang dari
Undang-Undang. Jadi, di sesuaikan dengan aturan guru yang ada di sekolah
masing-masing. Selama menjadi kepala sekolah disini, beliau mengatakan bahwa
sebagian masih ada yang terlalu santai dalam menjalankan kewajibannya dalam
menjadi seorang guru. Jika ada guru yang tidak patuh dalam aturannya sebanyak 3
kali maka akan di panggil ke ruangan kepala sekolah dan akan ditanyakan
penyebabnya apa dan mengapa bisa melanggar aturan yang sudah di sepakati
tersebut. Kemudian, diingatkan agar lebih disiplin lagi dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang guru.
Menurut narasumber, kegiatan seoranag guru dalam memimpin kelasnya
sudah cukup baik. Namun jika ada yang masih kurang maka akan diadakan
supervisi. Supervisi itu sendiri merupakan sebuah upaya atau usaha dari kepala
sekolah dalam pembinaan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajaran sekolah. Beliau selalu menanyakan terlebih dahulu kepada rekan guru
bahwa apakah ada yang mau di supervisi di hari tersebut atau tidak. Supervisi itu
biasanya akan di laksanakan dikelas atas. Di dalamnya itu harus ada program
semester, indikator-indikator lain, serta tujuannya kemudian sudah siap atau tidak
jika kepala sekolah datang ke kelas untuk melaksanakan supervisi tersebut. Dalam
menjalankan tugasnya ketika seorang guru sedang di supervisi hasilnya 98%
anaknya sudah di manage atau di atur, sedangkan ketika tidak sedang di supervisi
terkadang guru ada yang biasa saja dalam menjalankan tugasnya tersebut. Beliau
mengatakan bahwa beliau selalu memberikan contoh langsung dan tidak suka
menyuruh dengan kata-kata melainkan dengan bukti nyata, agar guru dan staf lain
melihat bahwa kepala sekolah saja menjalankan tugasnya dengan maksimal.
26
meningkatkan sumber daya manusia yang ada disekolah tersebut. untuk mencapai
tujuan tersebut beliau memimpin sekolah dengan cukup tegas namun tetap santai
agar dapat memberikan kenyamana pada seluruh sumber daya yang ada disekolah
tersebut.
Kemudian beliau pindah tugas kesekolah gemuk karena posisinya yang
strategis. Kepemimpinan beliau saat bertugas disekolah tersebut lebih tegas dari
sekolah sebelumnya karena tujuan yang ingin dicapain lebih banyak dari sekolah
sebelumnya dan juga terdapat beberapa guru dan staff yang sulit untuk diatur
sehingga beliau memberikan penegasan. Lalu, beliau pindah tugas lagi kesekolah
yang ada dipinggiran sehingga tidak terlalu disorot. Kepemimpinan beliau pada
sekolah ini cukup santai dan tidak terlalu tegas. Namun tetap ada penegasan hanya
saja dalam beberapa kesempatan saja.
Menurut narasumber para guru dan staff sudah memiliki pemahaman
mengenai kepemimpinan dalam kegiatan belajar mengajar karena kebanyakanguru
dan staff di sekolah tersebut sudah senior dan memiliki masa kerja yang lama.
Namun dalam prakteknya masih banyak yang tidak konsisten dalam menerapkan
kepempimpinan tersebut. seperti guru-guru yang masih kurang dalamme-manage
kelas sehingga tidak jarang kegiatan belajar mengajar kurang maksimal apalagi
ketika pembelajaran online seperti saat ini.
3.1.5.2 Hasil Wawancara dan Observasi di SMP Negeri 1 Kadipaten
SMP Negeri 1 Kadipaten merupakan SMP yang cukup terkenal di wilayah
tataran Kabupaten Majalengka. SMP ini terletak di Kadipaten, Kec. Kadipaten,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat 45452. Banyak prestasi yang sudah di cetak
oleh SMP ini dalam berbagai bidang perlombaan seperti tennis meja, volly dan
lomba cerdas cermat. Banyak orang yang tahu bagaimana SMP ini terus ada dalam
memperbaiki sistemnya sehingga banyak orang tua yang ingin menyekolahkan para
anaknya di SMP Negeri 1 Kadipaten. Lingkungannya pun ramah anak serta
menjunjung tinggi nilai disiplin dan tanggung jawab.
SMP Negeri 1 Kadipaten banyak berkolaborasi dengan lingkungan sekitar
untuk menciptakan sekolah yang bisa diterima masyarakat dengan menjunjung
28
tinggi etika dan hukum. Etika dan hukum itu bukan hanya harus dimiliki oleh
siswanya saja, namun para tenaga pendidik nya pun turut ikut andil dalam
penyempurnaan etika dan hukum yang telah dibuat. Berkaitan dengan ramah anak
tentunya bukan semata- mata hanya membiarkan anak-anak ketika membuat
kesalahan namun bagaimana para guru dan seluruh warga sekolah menerapkan
sistem kepemimpinan bukan hanya secara teori dan luas namun secara mengerucut
seperti dapat memimpin diri sendiri untuk menjadi yang lebih baik lagi.
Penerapan manajemen kepemimpinan berbasis sekolah di SMP Negeri 1
Kadipaten ini tentunya berlaku untuk menyerap perubahan zaman. Dengan adanya
perubahan manajemen dari sentralistik kepada desentralistik, SMP Negeri 1
Kdipatem diharapkan mampu secara mandiri menentukan sendiri adab dan
kebijakan dalam pengelolaan lembaganya masing-masing. Dari sini, SMP Negeri
1 Kadipaten tertuntut untuk saling berpacu meningkatkan mutu pendidikan
berdasarkan kepada ciri atau karakter sekolah dan lingkungannya serta kemampuan
yang ada.
Untuk tahun ajaran 2021/2022 sudah tersusun tanggung jawab dari setiap
pendidik, terkhusus kepala sekolah sampai wakil kepala sekolah sesuai dengan
bidangnya secara umum yaitu :
1. Kepala Sekolah : Karta Haerpudin, S.Pd.
2. Wakasek Kurikulum : Imanul Budi, S.Pd., M.M.
3. Wakasek Kesiswaan : H. Aceng Erawan, S.Pd.
4. Wakasek Humas : Karman, S.Pd.
Dengan latar belakang yang cukup baik maka saya memutuskan untuk
mengobservasi sekolah ini, berbekal pengetahauan dari dosen pengelolaan
pendidikan dan buku pengelolaan pendidikan serta surat izin observasi dari fakultas
saya besyukur ada beberapa guru kenalan saya yang menjadi tenaga pendidik disana
lalu saya membuat janji dengan kepala sekolah untuk berwawancara dan hasilnya
disetujui bahkan diterima dengan baik. Namun, karena terkendala waktu saya
mendapat izin dan perintah untuk melakukan wawancara dengan bapak Karman, S,
Pd. Sebagai wakasek humas yang memiliki kedekatan dan paling ikut terlibat
langsung dalam kegiatan dan
29
menjalankan tugas serta perannya sebagai seorang pemimpin atau kepala sekolah.
Kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya harus memiliki inovasi dan
strategi dalam melaksanakan tugas dan perannya serta bertanggung jawab atas
kepemimpinannya tersebut.
Program yang dibuat dalam hal yang sederhana contohnya adanya tata tertib
gaya kepemimpinan tenaga pendidik di kelas dengan memimpim KBM sesuai
dengan target pencapaian kurikulum. Tanaga pendidik diharapkan memiliki gaya
kepemimpinan agar dapat memimpin suatu kelas dengan sifat yang tegas,
berpakaian rapih dan penyampain materi yang menarim dengan menjunjung nilai
frofesionalisme.
Lalu dibuatnya organisasi OSIS dan MPK (Majelis Perwakilan kelas)
sebagai lembaga pengawas dari OSIS. Menerapkan aturan dan tata tertib untuk
didiplin membuat para warga sekolah berusaha memimpin dirinya agar terus
mengikuti aturan dan menjadi yang lebih baik lagi.. Adanya sistem point yang
dimana jika point tersebut sudah melebihi batas tertentu maka akan adanya laporan
dan sanksi yang diberikan sesuai kesalahannya. Hal tersebut membuat adanya efek
jera yang membuat para siswa harus menggerakan dirinya,memimpin dirinya agar
mengikuti aturan. Pelanggarannya pun beragam bisa berasal dari pakian yang
kurang tepat, datang terlambat, make up berlebihan, bahkan tata krama yang tidak
sesuai etika.
Membuat ekstrakulikuler yang cukup beragam sesuai dengan kemampuan
agar para siswanya bisa mengetahu kemana potensi mereka tentunya didalamnya
ada organisasi yang membuat para siswa dapat memanfaatkan hal tersebut agar tau
bagaimana menjadi pemimpin sebuah organisasi.
bisa dilakukan secara daring. Namun, pembelajaran daring ini bisa berjalan, jika
guru melek teknologi informasi, khususnya internet dan beberapa aplikasi
pembelajaran terkait. Media pembelajarannya bisa berupa smartphone maupun
laptop. Di era digital yang serba canggih ini, smartphone sudah menjadi kebutuhan
primer manusia.
Dalam pembelajaran ini, guru bisa menggunakan beberapa aplikasi yang
tersedia secara gratis. Diantaranya adalah aplikasi Edmodo, Google For Education,
Microsoft Office 365, dan beberapa platform penyedia pembelajaran daring yang
direkomendasikan oleh Kemendikbud. Sebut saja, Rumah Belajar, Zenius, Ruang
Guru, Kelas Pintar, Quipper School, Qisco Webex, dan lainnya. Dengan
menggunakan aplikasi ini, guru bisa menampilkan materi pelajaran, tugas harian
maupun penilaian yang ia bagikan. Materi pelajaran yang dibagikan bisa berupa
dokumen, power poin, maupun video pembelajaran. Materi tersebut bisa buatan
guru sendiri, bisa juga dengan mengunduhnya dari internet. Ambil contoh, untuk
video pembelajaran guru bisa mengunduh dari Youtube, membuat sendiri dengan
menggunakan aplikasi Screencast-O-Matic atau sumber lain. Siswa bisa mengakses
materi pelajaran melalui smartphone mereka. Mereka pun juga bisa membagikan
hasil kerjanya dan mengerjakan tes dengan smartphone miliknya.
Sementara itu, untuk keperluan tatap muka dengan siswa, guru bisa
melakukannya melalui teleconference, diantaranya dengan menggunakan aplikasi
Google Hangouts, Zoom Meetings, Jitsi Meet, Amazon Chime, dan lainnya. Guru
bisa langsung berkomunikasi dengan siswa sekelas dalam waktu yang sama. Jika
ada kendala dan siswa perlu bertanya langsung kepada guru, bisa menggunakan
Voice Call Whatshapp, Call Duo, atau Voice Note pada aplikasi Telegram. Dalam
pembelajaran ini, ketersediaan data internet menjadi faktor penting sebab
komunikasi dalam pembelajaran ini membutuhkan jaringan internet yang memadai.
Jika berbicara dinamika beliau menegaskan memang banyak sekali
perubahan yang terjadi salah satunya tentang aturan yang digunakan karena
terkadsng kepala sekolah berganti maka berganti pula kebijakan. Namun pada
intinya dinamika itu bisa dijadikan cara agar sekolah ini lebih baik lagi.
33
Jika berbicara tantangan tentulah ada baik dari sekolah, kepala sekolah,
siswa bahkan orang tua siswa. Namun belum ada tantangan yang signifikan karena
kami tim SMP Negeri 1 Kadipaten selalu bekerja sama dalam hal ini. Apalagi di
masa pandemi kami seluruh tenaga pendidik tidak bisa mengontrol secara langsung
karena keadaan kami yang berjauhan hanya virtual. Tantangan lainnya seperti
penggunaan media sosial yang cukup bebas menjadi tantangan bagi kami sebagai
kontrol agar siswa bijak apalagi di umur yang labil 11-15 tahun mudah termakan
berita tidak benar.
Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang
berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
perannya sangat penting untuk membantu guru dan muridnya. Didalam
kepemimpinnya kepala harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan seorang kepala sekolah harus
mampu meningkatkan kinerja para guru atau bawahannya. Dan begitupun guru
sebagai tenaga pendidik untuk meningkatkan kinerja siswanya Banyak faktoryang
dapat mempengaruhi kinerja sesorang, sebagai pemimpin sekolah harus mampu
memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk
melaksanakan tugasnya secara efektif sehingga kinerja mereka akan lebih baik.
34
Menurut beliau hal yang perlu direfleksikan oleh para pengelola lembaga
pendidikan khususnya kepala sekolah adalah fokus pelayanan masyarakat. Kepala
sekolah mengembangkan pendekatan partisipatif dengan memberi kesempatan
seluas-luasnya untuk ikut “urun rembug”masalah pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan tidak pernah lepas dari pengaruh pemimpin dalam memberikan
motivasi pada bawahan dan berpikir visioner. Kepala sekolah menggunakan
"pendekatan sistem" sebagai dasar cara berpikir, cara mengelola, dan cara
menganalisis kehidupan sekolah.
Kepala sekolah kami dan seluruh tenaga pendidik SMP Negeri 1 Kadipaten
sebagai pemimpin puncak di tingkat sekolah dan kelas harus mampu melihat
dimensi kerja sama antar berbagai pihak yang ditata ke dalam teamwork dengan
dilandasi oleh rasa kepercayaan yang tinggi. Selanjutnya kepala sekolah harus
mampu memanfaatkan kekompakkan team work tersebut secara optimal untuk
senantiasa memperbaiki serta meningkatkan mutu sekolahnya. Interaksi di semua
pihak senantiasa diarahkan pada tercapainya kepuasan mereka atas layanan yang
diberikan oleh masing-masing pihak.
3.1.5.3 Hasil Wawancara dan Observasi di SMA Negeri 2 Kota Cirebon
Drs. Dulkodir merupakan salah satu guru dari SMA Negeri 2 Kota Cirebon, yang
mengampu mata pelajaran Sejarah. Pak Dulkodir atau yang kerap di sapa Pak Dul
ini sudah mengabdikan dirinya di SMA 2 sejak 30 tahun lamanya dan akanpensiun
di beberapa tahun kedepan. Kepala sekolah di SMA Negeri 2 Cirebon sekarang
ialah Dr. Nendi S.Pd, M.M. Pak Nendi ini merupakan Kepala sekolah yang dan
terdapat 4 bidang yang melengkapi dari kepala sekolah,
1. Bidang Kurikulum: Ibu Tuty Suprapti, S.Pd.
2. Bidang Humas: Bapak Aris Hendaris, S.Pd.
3. Bidang Sarana dan prasarana: Bapak Abdul Muin, S.Ag., M.Pd.I.
4. Kesiswaan: Bapak Deddy Setiawan, S.Pd.
Dan terdapat satu bidang yang membedakan SMA 2 dengan SMA lainnya di Kota
Cirebon yaitu terdapat satu bidang peningkatan mutu (memacu peningkatan
prestasi) diluar struktur dari organisasi Kemendikbud yang di pegang oleh Bapak
Yuni Susanto, S.Pd., M.Pd.
35
Saat ini SMA Negeri 2 Kota Cirebon sedang melakukan uji coba, untuk
mendapatkan proses pembelajaran yang ideal diterapkan. Karena seluruh SMA di
Kota Cirebon baru menerapkan uji coba, ini dikarenakan Walikota Cirebon masih
mempertimbangkan dan melihat apakah terjadi lonjakan covid. Jika terjadi
pembelajaran tatap muka akan diperkirakan masing-masing kelas hanya berisi 20
orang siswa dan dengan prokes yang ketat.
Pemimpin adalah orang yang dituakan dan diberi kepercayaan, jadi belum
tentu orang yang akan dipimpinnya lebih tua dari yang memimpin. Tetapi karena
sudah dituakan dalam arti dihormati maka beliau lah yang memberikan instruksi
atau perintah kepada bawahannya. Maka dalam kepemimpinan pendidikan di
Smanda ini adalah kepala sekolah yang diberikan tugas dan amanat dari
Kemendikbud melalui Dinas Pendidikan. Dapat pula dikatakan bahwa
kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki
seseorang untuk dapat mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan,
mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri
para guru, staff dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing demi
kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
Untuk aturan yang dibuat seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah
dan yang memimpin jalannya kegiatan disekolah tentu banyak sekali, karenasetiap
guru yang memimpin mempunyai bagiannya masing-masing. Seperti halnya
bagian kesiswaan mempunyai tata tertib yang disepakati bersama dan di sahkan
oleh kepala sekolah. Seluruh guru dan staff mempunyai aturan seperti dalam
berpakaian, bersikap, memberikan tauladan yang baik, dapat merangkul seluruh
siswa, dan menjauhi kekerasan.
Aturan yang dibuat untuk siswa pun sangat beragam, dimana aturan yang
telah dibuat di pajang di setiap kelas dan lingkungan sekolah sebagai pengingat dari
tata tertib. Sebagai contoh, Smanda sedari berdirinya mempunyai Dewan
Keamanan atau DK dimana DK ini berasal dari siswa Organisasi OSIS yang
36
selalu berjaga saat pagi untuk mengecek atribut dan kelengkapan siswa dari mulai
cara berpakaian, sikap, kerapihan rambut dan juga tidak boleh
menggunakan/membawa make up. Bukan hanya dari siswa, DK juga terdapat
beberapa guru sebagai Bidang Kesiswaan yang setiap pagi berdiri di gerbang
sekolah dan selalu menyambut ramah para siswa yang datang. Aturan yang
diterapkan di Smanda ini menggunakan poin, dimana jika sudah mencapai
maksimal akan dikenai sanksi dan peringatan terlebih dahulu sebelum
ditindaklanjut lebih jauh.
Setiap guru mempunyai peran dan kewajiban untuk memimpin para
siswanya agar tertib dan teratur dengan dilandasi sebuah peraturan yang sudah
dibuat di sekolahnya. Biasanya saat proses belajat mengajar, guru melakukan
pengkondisian terlebih dahulu untuk mengetahui kesiapan siswa untuk belajar.
Pengecekan pun biasanya dilakukan setiap satu minggu sekali dan tidak tentu
harinya. Pengecekan ini dilakukan oleh Bidang Kesiswaan dan anggota OSIS,
dimana mengecek apakah terdapat benda terlarang atau benda yang sudah dilarang.
Namun kegiatan itu hanya dapat dilakukan secara offline, untuk online saat ini guru
hanya dapat melihat kesiapan dan kerapihan siswa saat di depan layar. Selain
pengecekan atribut, aturan yang wajib adalah tingkat kedisiplinan, apalagi saat
daring seperti sekarang siswa cenderung kurang memperhatikan peraturan.
Peraturan yang paling sering dilanggar seperti rambut, ataupun tidak menyalakan
kamera. Namun guru hanya dapat menegur dan jika sudah melebihi batas lalu tidak
ada perubahan, langkah selanjutnya yaitu pemberian sanksi. Adanya sanksi di
sekolah itu sebagai pengingat siswa bahwa terdapat aturan yang harus ditaati. Maka
dimasing-masing sekolah terdapat Guru Bimbingan dan Konseling, dimana ini
merupakan bagian dari sekelompok orang yang diamanahi oleh Kepala Sekolah
untuk mewadahi siswa khususnya yang bermasalah.
Saat daring seperti sekarang Smanda menerapkan bimbingan konseling
setiap satu bulan sekali, dimana ini ditujukan untuk mengetahui permasalahanatau
kesulitan yang dialami siswa. Tentu dilakukan melalui tatap maya yaitu Zoom
meeting, melihat apakah siswa mempunyai keluhan seperti metode
37
yang terakhir dilaksanakan oleh Cindy Sofianti di SMA Negeri 2 Kota Cirebon
berlangsung selama satu kali pertemuan. Dari hasil observasi ketiga jenjang sekolah
tersebut terdapat banyak sekali perbedaan. dari jenjang sekolah saja sudah terlihat
beda, kemudian lingkungan, guru, siswa, dan lain sebagainya.
Dari ketiga sekolah ini dapat kita lihat perbedaan pendapat antara masing-
masing narasumber terhadap pemahamannya dan maknanya kepemimpinan yang
mereka jalankan. Pada umumnya pemimpin itu adalah individu yang berusaha
mempengaruhi orang lain tanpa menggunakan bentuk paksaan untuk menstruktur
aktivitas-aktvitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau
organisasi melalui proses komunikasi yang diarahkan guna mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan kepemimpinan itu pada dasarnya merupakan sumbangan dari
seseorang di dalam situasi-situasi kerjasama dimana pemimpin menggerakkan,
mempengaruhi, dan membimbing orang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan
organisasi. Dapat pula dikatakan bahwa kepemimpinan pendidikan merupakan
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi,
menggerakkan, dan mengarahkan, mendorong timbulnya kemauan yang kuat
dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staff dan siswa dalam
melaksanakan tugas masing-masing demi kemajuan dan memberikan inspirasi
sekolah dalam mencapai tujuan. Dengan menjadi seorang pemimpin berarti harus
siap untuk pengayom. Artinya bukan hanya memimpin tetapi juga ikut ambil bagian
dalam menyejahterakan. Kepemimpinan itu bukan hanya harus menjadikan orang
dibawahnya mengikuti aturan yang dibuat namun menjadi pemimpin bagi dirinya
sendiri. Sebagai contoh seorang guru akan mengajarkan kepemimpinan dengan cara
berkelompok atau membentuk kelompok belajar, selain mengajarkan kerja sama
mereka juga dapat belajar dan memposisikan dirinya menjadi pemimpin agar
kegiatan kelompok belajar mereka dapatmengerjakan tugas dengan baik dan benar.
Tipe kepemimpinan antara ketiga jenjang sekolah tersebut pada umumnya
menggunakan tipe demokratis. Dimana kepemimpinan tipe demokratis itu sendiri
merupakan tipe yang mempromosikan partisipasi anggota dalam proses
pengambilan keputusan. Tipe kepemimpinan demokratis itu mengedepankan
musyawarah dan harus bisa mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain.
41
Karena jika seorang guru mengambil sudut pandang dari kepemimpinan otoriter
akan membuat murid nya itu merasa tertekan. Dapat dilihat bahwa ketiga sekolah
tersebut memiliki persamaan dalam hal tipe kepemimpinan. Tetapi terdapat
beberapa perbedaan antara ketiga sekolah tersebut, karena jenjang sekolah yang
begitu terlihat jelas. Seperti di SMA Negeri 2 Kota Cirebon sampai saat ini masih
belum diadakan sekolah untuk tatap muka, karena belum adanya perijinan dari wali
Kota Cirebon atau masih mempertimbangkan jika diadakannya sekolah tatap muka
karena takutnya akan ada lonjakan yang terjadi terhadap covid. Sedangkan di SD
Negeri 1 Cibuntu dan SMP Negeri 1 Kadipaten sudah diadakan sekolah tatap muka
walaupun yang di perbolehkan untuk sekolah tatap muka hanya sebagian siswa saja
dan sebagiannya lagi daring atau tatap maya.
Di masa pandemi saat ini murid dan guru harus bisa bekerja sama untuk
menjalankan tugas dan kewajibannya dalam dunia pendidikan atau dalam belajar
mengajar. Karena walaupun guru tidak bisa mengajar secara langsung tetapi masih
ada alternatif lain yaitu dengan memanfaatkanteknologi. Walaupun banyak sekali
distraction atau gangguan dalam menjalani kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Karena di masa pandemi ini orang-orang di anjurkan untuk menjaga jarak dan
dibatasi agar tidak berkerumun. Tetapi dengan memanfaatkan teknologi yang ada
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Meskipun, pembelajaran tidak
berjalan efktif karena beberapa gangguan seperti gangguan sinyal, kuota, dan
sebagainya. Maka dari itu dengan menjalankan aturan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah diharapkan agar pandemi ini cepat berlalu dan agar sekolah- sekolah
sudah mulai bisa dibuka kembali.
BAB IV
KOMENTAR PEMAKALAH
Setelah kami melakukan observasi di tiga jenjang sekolah yaitu SD, SMP,
dan SMA ternyata terdapat perbedaan di setiap jenjangnya. Perbedaan yang
mencolok dapat dilihat dari fasilitas yang diberikan. Seperti halnya dari jenjang SD
ke SMP dan SMA tentu berbeda, dimana SMP dan SMA lebih cenderung
mencondongkan fasilitas untuk mewadahi prestasi siswa dan fasilitas ini dapat
dikatakan lengkap karena siswa sudah dapat melihat minat dan bakatnya. Karena
masing-masing sekolah dan di setiap jenjang mempunyai pemimpin dan strategi
kepemimpinan yang berbeda, dimana disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, peran pemimpin dalam bidang
pendidikan sangat berpengaruh untuk mewujudkan tujuannya. Pemimpin dalam
bidang pendidikan, terdiri dari kepala satuan pendidikan dari tingkat pendidikan
pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan
tinggi.kepala sekolah sebagai pemimpin dalam bidang pendidikan harus memahami
konsep dasar kepemimpinann pendidikan yang terdiri dari: prinsip- prinsip, fungsi,
jenis-jenis kepemimpinan, syarat-syarat kepribadian, keterampilan-keterampilan
yang diperlukan (komunikasi, pengambilan keputusan, pengelolaan konflik), faktor-
faktor yang mempengaruhi, dan orientasi kepemimpinan pendidikan.
Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan, memiliki tugas
melaksanakan, dan mengawasi aktivitas sekolah dengan menyusun tujuan,
memelihara kedisiplinan dan mengevaluasi pembelajaran yang dicapai. Pada saat
ini kepala sekolah didorong untuk menjadi pemimpin yang memudahkan personil
sekolah dengan membangun kerjasama, menciptakan jaringan kerja dan mengatur
semua komponen sekolah dengan komunikasi yang baik. Di samping itu, kepala
sekolah merupakan agen berbagai komponen. Salah satu dari komponen tersebut
adalah Negara. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan dan haluan negara dalam mengupayakan pendidikan paling baik bagi
anak-anak sekolah. Walaupun begitu, kepala sekolah bukanlah robot yang tidak
berpikir, melainkan anggota komunitas pendidik. Komunitas tersebut harus
42
43
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa sesuai dengan makalah “Implikasi Pengelolaan Kepemimpinan Pendidikan
Pada Tiga Jenjang Sekolah” penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan itu
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, menggerakan, mengarahkan, dan dapat memaksa orang atau kelompok
agar menerima pengaruh yang diberikan dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Pemimpin pada
hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam
kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan dan dipatuhi. Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe
kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan
otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe
kepemimpinan menurut bakat. Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga
ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga tipe antara lain : Otokratis,
Demokratis, dan Laisezfaire.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ;
kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan
tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang
selanjutnya bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan
pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya. Tugas pemimpin dalam
kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari
keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-
benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi
kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan
khayalan. Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan
tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik
44
45
pemimpin dikelas pada tiga jenjang sekolah. Berikut adalah saran yangdiharapkan
dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi pihak terkait:
1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan
dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya dalam mempengaruhi para
bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para
pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para
bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang
pemimpin. Walaupun pandemi hadir hingga sekarang, diperlukan selalu
pertemuan dengan para guru dan staff sebagai elemen di sekolah untuk rapat
maupun sharing.
4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin
menjalin suatu hubungan kerjasama yang saling mendukung untuk
tercapainya tujuan organisasi atau instnasi.
Dari banyaknya informasi yang diberikan dalam makalah ini dapat
menjadikan makalah ini sebagai sumber rujukan dari sebuah penelitian. Selain itu,
contoh studi kasus yang dilampirkan dalam makalah ini dapat menjadi referensi bai
sebuah kegiatan lapangan yang dilakukan untuk menguji hipotesa.
Penggambaran informasi yang masih umum dalam makalah ini merupakan
salah satu hal yang dapat menjadi kelebihan atau kekurangan. Jika hal ini menjadi
sebuah kelebihan, kiranya makalah ini dapat dijadikan sebuah referensi bagi sebuah
penelitian. Jika hal tersebut menjadi sebuah kekurangan, kiranya dapat dilakukan
penyempurnaan melalui berbagai metode agar dapat lebih memberikan dampak
yang positif bagi para pembacanya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng. (2010). Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Sekolah. Diterima April 15,
2020 pukul 15.15
Dari https://rahaj3n9.wordpress.com/2010/01/09/manajemen-
kepemimpinan-pendidikan-di-sekolah/
Achmad Sanusi. (1991). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikan. Jakarta :Depdikbud IKIP Bandung.
Burhanuddin, A. (2013, Desember 31). Teori-Teori Kepemimpinan Pendidikan. p.
1. di akses melalui [Online]
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/31/teori-teori-
kepemimpinan-pendidikan/
Blake, R.R., & Mouston, J.S.. 1964. The Managerial Grid. Houston, TX: Gulf
Publishing Company.
Blake, R.R., & Mouston, J.S.. 1978. The New Managerial Grid. Houston, TX:
Gulf Publishing Company.
Blake, R.R., & Mouston, J.S.. 1985. The Managerial Grid III. Houston.
Houston,TX: Gulf Publishing Company.
48
49
Alumni.
Kurniawan, A. (2016). Jurnal Manajemen,. ANALISIS DESKRIPTIF KEPEMIMPINAN
MANAGERIAL, Vol. 15, No.2, Mei 2016. https://media.neliti.com/media/publications/115485-ID-
analisis-deskriptif-kepemimpinan manager.pdf
54
Daftar Lampiran